Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH

FARMAKOLOGI KEPERAWATAN SISTEM SARAF DAN NEUMUSKULAR


Dosen pengampu mata kuliah Farmakologi Keperawatan: Naily Huzaimah,S.Kep., Ns., M.Kep

Disusun Oleh Kelompok: 1 Kelas 4B


1. Ana Roihana Risna (721621606)
2. Siti Nurmilah (721621597)
3. Lailatur Rohmah (721621598)
4. Rivan Erisandy Fajriansyah (721621593)
5. Ahmad Qawi Arrayan (721621588)
6. Diyau Ramadhani (721621595)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS WIRARAJA MADURA
2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puja dan puji syukur saya haturkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala yang telah

memberikan banyak nikmat, taufik dan hidayah. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah

yang berjudul “Farmakilogi Keperawatan Sistem Saraf Dan Neumuskular” dengan baik tanpa

ada halangan yang berarti. Makalah ini telah kami selesaikan dengan maksimal berkat kerjasama

dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu kami sampaikan banyak terima kasih kepada

segenap pihak yang telah berkontribusi secara maksimal dalam penyelesaian makalah ini. Diluar

itu, kami sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam

penulisan makalah ini, baik dari segi tata bahasa, susunan kalimat maupun isi. Oleh sebab itu

dengan segala kerendahan hati, kami selaku penyusun menerima segala kritik dan saran yang

membangun dari pembaca.

Wassalamualaikum Wr. Wb

06 April 2023

Kelompok 1
DAFTAR DAFTAR ISI

COVER................................................................................................................................i

KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii

DAFTAR ISI.......................................................................................................................iii

BAB I: PENDAHULUAN..................................................................................................1

1.1. Latar Belakang........................................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah...................................................................................................1

1.3. Tujuan Penelitian....................................................................................................1

1.4. Manfaat Penelitian..................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Review Sistem Saraf dan Neuromuskular

2.2. Golongan/jenis obat Sistem Saraf dan Neuromuskular

2.1. Relaksasi otot rangka

2.4. Penghambat neuromoskular

2.5. Anti parkinson

2.6. Anti kalvulson

2.7. Anti migran

2.8. Bagan

BAB III PEMBAHASAN

3.1. Lirik lagu obat-obatan Sistem Saraf dan Neuromuskular

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan ..............................................................................................................

4.2 Saran .........................................................................................................................


DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Penyakit Saraf dan Neuromuskular merupakan penyakit yang menyerang sistem saraf pada
manusia. Penyakit saraf terdiri dari berbagai macam Contohnya Skizofrenia Skizofrenia adalah
gangguan mental berat yang dapat memengaruhi tingkah laku, emosi, dan komunikasi. Penderita
skizofrenia bisa mengalami halusinasi, delusi, kekacauan berpikir, dan perubahan perilaku. Ada
beberapa contoh lain penyakit yang bisa menyerang sistem saraf dan neuromuskular dimana
penyakit ini mengalami peningkatan yaitu: epilepsi, adalah sekelompok gangguan neurologis
jangka panjang dengan ditandai serangan epileptik, mulai serangan singkat hampir tak
terdeteksi sampai dengan guncangan kuat untuk periode lama, serangan cenderung berulang
tidak ada penyebab dasar secara langsung. Kemudian penyakit parkinson (penyakit
degeneratif syaraf) yaitu kurangnya jumlah neurotransmitter dalam susunan saraf. Sistem sara
f adalah system yang terdiri dari serabut saraf yang tersusun oleh sel-sel saraf saling terhubun
g dengan alat sensoris dan motoric. Sel saraf (neuron) merupakan satuan kerj autama yang ber
fungsi menghantarkan impuls listrik yang terbentuk akibat adanya suatu rangsang (stimulus).
Sel saraf terdiri atas badan sel dengan serabutnya memanjang disebut akson. Bagian tengah (i
nti) akason disebut aksoplasma, yang terbungkus oleh membrane yang memisahkan aksoplas
ma dengan cairan interstitial dan berfungsi sama dengan membrane sel lain, selain itu juga ma
mpu menghantarkan impuls saraf. Sebagian serabut saraf dibungkus oleh selaput yang disebut
mielin. Tempat terputusnya mielin disebut nodus ranvier. Nodus ranvier berfungsi memperce
pat jalannya impuls saraf.
Semua penyakit sistem saraf dan neuromuskular tersebut tidak lepas dari pengobatan medis
dimana menggunakan terapi farmakologi, seorang perawat perlu memahami terapi
farmakologi pada sistem saraf dan neuromuskular. Adapun sistem kerjanya obat levodopa
dari penyakit parkinson adalah melalui metabolit aktifnya yang mensubstitusi defisiensi
dopamin di sistem saraf pusat. Kemudian obat phenytoin dari penyakit epilepsi yaitu
menstabilkan aktivitas elektrik di dalam otak sehingga kejang dapat dicegah. Perphenazine
adalah obat dari penyakit skizofrenia dimana sistem kerjanya adalah bekerja dengan cara
menyeimbangkan kimia alami otak, Dengan lebih seimbangnya kadar zat kimia di dalam otak,
sehingga gejala skizofrenia bisa berkurang.
Untuk itu Mahasiswa keperawatan perlu untuk memehami lebih mendalam tentang
farmakologi keperawatan sistem saraf dan neuromuskular sehingga makalah ini disusun untuk
memberikan penjelasan tentang obat-obatan tersebut.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana farmakologi keperawatan sistem saraf
2. Bagaimana farmakologi keperawatan sistem Neuromuskular?

1.3. Tujuan

1. Mengidentifikasi
1.4. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Dapat menjadi pengalaman dan pengetahuan tentang farmakologi keperawatan sistem saraf
dan neuromuskular

2. Bagi mahasiswa
Dapat mengetahui obat-obatan sistem saraf dan neuromuskular sehingga diharapkan
mahasiswa keperawatan mampu mengingkatkan kemampuannya dalam keperawatan tersebut
BAB II
TINJAUAN PUSTAKAN

2.1. Review Sistem Saraf Dan Neuromuskular

Sistem saraf adalah sistem kompleks yang berperan dalam mengatur dan mengoordinasikan
seluruh aktivitas tubuh. Sistem ini memungkinkan Anda untuk melakukan berbagai kegiatan
seperti berjalan, berbicara, menelan, bernapas, serta semua aktivitas mental, termasuk berpi
kir, belajar, dan mengingat. Ini juga membantu Anda mengontrol bagaimana tubuh bereaksi
dalam keadaan darurat. Sistem saraf pada manusia terdiri dari otak sumsum tulang belakang,
organ-organ sensorik (mata, telinga, dan organ lainnya), dan semua saraf yang menghubung
kan organ-organ tersebut dengan seluruh tubuh. Sistem ini bekerja dengan mengambil infor
masi melalui bagian tubuh atau indera tertentu, memproses informasi tersebut, serta memicu
reaksi, seperti membuat otot kita bergerak, merasakan sakit, atau bernapas. Dalam menjalan
kan kerjanya tersebut, sistem saraf terbagi menjadi dua struktur atau susunan, yaitu sistem sa
raf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan sumsum tulang belaka
ng, sedangkan saraf tepi terdiri dari saraf yang menghubungkan saraf pusat ke seluruh tubuh
Anda. Adapun saraf tepi terbagi ke dalam dua susunan besar, yaitu saraf somatik dan otono
m. Fungsi sistem saraf yang paling utama adalah untuk menerima, mengolah, dan
menyampaikan rangsangan dari seluruh organ.

Anatomi Sistem Saraf


A. Bagian Sistem Saraf
Gerakan Tubuh merupakan hasil dari penghantaran impuls oleh saraf yang menimbulkan t
anggapan dan kemudian disampaikan oleh saraf motorik dalam bentuk gerak.Sistem saraf
terdiri dari jaringan saraf, yang selnya padat, ketat dan saling terkait. Sistem saraf terbagi
menjadi sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi, berikut penjelasannya:

1. Sistem Saraf Pusat

Sistem saraf pusat berfungsi menerima informasi dari semua area tubuh dan kemudian men
gkoordinasikan semua arus lalu lintas tersebut untuk menghasilkan respons tubuh. Organ t
ubuh yang termasuk dalam sistem saraf pusat manusia meliputi:

a. Saraf Otak

Otak merupakan organ yang sangat penting dan memiliki fungsi-fungsi yang kompleks, s
eperti kecerdasan, kesadaran, ingatan dan lain sebagainya. Besar otak kurang lebih dua ge
nggaman tangan dengan berat kurang lebih 1500 gram. Kehidupan manusia sejatinya dike
ndalikan oleh sesuatu. Saraf otak dibagi menjadi tiga bagian diantaranya

1) Cerebrum (Otak Besar)


Merupakan bagian yang sangat penting dari otak terdiri dari dua hemisphere. Otak besar
memiliki berat 83% dari total berat otak. Cerebrum terdiri dari Cerebral Cortex yang me
miliki empat area dan disebut lobus, yaitu lobus frontal, lobus parietal, lobus oksipital, d
an lobus temporal. Lobus frontal merupakan pusat kemampuan motorik seperti kecerdas
an, berbicara dan daya ingat atau memori. Medullary Body (Merupakan bagian dari cere
brum yang berwarna putih karena mengandung banyak serabut saraf dan berfungsi meng
irimkan impuls ke cerebral cortex).

2) Careblum (Otak Kecil)


3) Bagian ini terletak di belakang kepala dan dekat dengan bagian leher ujung atas serta
memiliki fungsi yang sangat penting. Cerebelum berfungsi untuk kontrol kontraksi otot,
postur dan keseimbangan.
4) Brainstem
Merupakan bagian yang sangat penting dari otak, terdiri dari beberapa bagian yaitu perta
ma Midbrain sebagai bagian brainstem yang penting, Midbrain terletak diantara diencep
halon dan pons merupakan tempat untuk relay impuls dari cerebral cortex ke pons dan sp
inal. Pons berbentuk seperti tonjolan dan terletak diantara midbrain dan medula oblongat
a. Pons berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan antara brainstem dan cerebelu
m. Pons merupakan pengontrol proses pernapasan. Medula Oblongata yaitu bagian dari b
rainstem yang berbentuk kerucut dan mengandung banyak serabut saraf. Bagian ini meru
pakan pusat pengaturan detak jantung, tekanan darah, pernapasan, menelan dan muntah.

a. Sel Saraf Neuron

Neuron merupakan sel-sel yang sangat kompleks. Meskipun sangat beragam strukturnya, sem
ua sel saraf mempunyai badan sel (cell body) yang fungsinya sangat penting dalam kerja siste
m saraf. Neuron terdiri dari beberapa bagian, yaitu:

1) Dendrit

Kebanyakan dari sel saraf memiliki banyak dendrit yang merupakan perpanjangan atau perca
bangan dari badan sel. Dendrit seperti halnya ranting pada pohon yang merupakan percabang
an dari dahan pohon. Organel-organel yang terdapat pada badan sel juga terdapat di dalam de
ndrit. Dendrit berfungsi sebagai penerima rangsang, memperluas area untuk menerima sinyal
dari sel saraf lain. Dendrit juga berfungsi menghantarkan sinyal ke badan sel.

2) Badab Sel (The Cell Body)

Walaupun sangat beragam ukuran diameternya yaitu dari 5 sampai 140 µm, namun semua se
l saraf hanya memiliki satu inti sel yang dikelilingi oleh sitoplasma. Kandungan sitoplasma p
ada sel saraf tidak berbeda dengan sel-sel lain pada umumnya. Badan sel merupakan tempat
proses dari impuls yang diterima oleh ujung- ujung saraf. Badan sel
banyak terletak di Sistem Saraf Pusat. Namun badan sel yang disebut ganglia (tunggal: gangli
on) terletak disepanjang Sistem saraf tepi.

3) Akson

Setiap sel saraf hanya memiliki satu akson yang memanjang dari daerah berbentuk kerucut pa
da badan sel. Akson diselubungi oleh selubung myelin. Akson berfungsi mengantarkan rangs
ang dari atau ke badan sel.

a. Sum-sum Tulang Belakang

Sum-sum tulang belakang merupakan kelanjutan dari medula oblongata. Bagian ini terus berl
anjut kebelakang sampai tulang belakang. Panjang sum-sum tulang belakang sekitar 42 cm sa
mpai 43 cm. Sum-sum tulang belakang dilindungi oleh rongga tulang belakang dan dilapisi ol
eh meninges. Terdapat 31 pasang saraf spinal cord yang terbagi atas 8 di serviks, 12 di thoraci
c, 5 di lumbar, 5 di sacral, dan 1 di coccygeal.

2. Sistem Saraf Tepi

Sistem saraf tepi merupakan kumpulan saraf lanjutan dari otak dan spinal cord. Sel-sel saraf in
i membawa impuls dari dan ke saraf pusat. Saraf tepi berfungsi menghubungkan respon sistem
saraf pusat ke organ tubuh dan bagian lainnya di tubuh. Saraf ini meluas dari sistem saraf pusa
t ke area terluar tubuh sebagai jalur penerimaan dan pengiriman rangsangan dari dan ke otak.
Saraf yang membentuk sistem saraf tepi dinamakan sebagai akson. Dalam beberapa kasus, sar
af ini sangat kecil tetapi beberapa ikatan saraf ada yang bentuknya besar dan dapat dilihat jelas
oleh mata.

2. Sistem Saraf Tepi

Sistem saraf tepi merupakan kumpulan saraf lanjutan dari otak dan spinal cord. Sel-sel saraf in
i membawa impuls dari dan ke saraf pusat. Saraf tepi berfungsi menghubungkan respon sistem
saraf pusat ke organ tubuh dan bagian lainnya di tubuh. Saraf ini meluas dari sistem saraf pusa
t ke area terluar tubuh sebagai jalur penerimaan dan pengiriman rangsangan dari dan ke otak.
Saraf yang membentuk sistem saraf tepi dinamakan sebagai akson. Dalam beberapa kasus, sar
af ini sangat kecil tetapi beberapa ikatan saraf ada yang bentuknya besar dan dapat dilihat jelas
oleh mata.

a. Sistem Saraf Somatik

Sistem ini terdiri dari serabut saraf perifer. Fungsi saraf ini mengambil informasi sensorik ata
u sensasi dari organ perifer seperti kulit, dan nantinya dibawa ke sistem saraf pusat. Pada saraf
somatik juga terdiri serabut saraf motor yang keluar dari otak dan membawa pesan untuk men
ggerakkan tubuh yang dibantu oleh otot rangka. Misalnya, saat menyentuh termos panas, saraf
sensorik membawa informasi bahwa ini adalah sensasi panas ke otak. Nah, setelah itu, saraf m
otorik memberi tahu otak untuk menggerakkan otot-otot tangan untuk segera menghindar, mel
epas atau menarik tangan dari termos panas tersebut. Keseluruhan proses ini terjadi kurang le
bih dalam waktu satu detik.

Neuromuskuler adalah dua system yang tidak dapat di pisahkan dalam kehidupan sehari-hari,
terutama dalam keadaan olahraga. Muskuler (perototan) dalam funsinya adalah mengerut /
memendek/ kontraksi. Dalam pemendekan, otot di rangsang (dikontrol) oleh system saraf
sehingga otot terkontrol kekuatan, akurasi, dan powernya. Neuromuskular berkenaan dengan
otot dan saraf, atau hubungan di antara keduanya. Sistem kerja saraf dan otot tidak dapat
dipisahkan, dimana kerja keduanya harus memberikan aksi dan reaksi yang sesuai guna
menghasilkan suatu gerakan yang terkoordinasi dan fungsional.

2.2. Jenis/ Golongan Obat-obatan Sistem Saraf dan Neuromuskular


1.1. Relaksan otot rangka
Relaksan otot rangka adalaah obat yang bekerja secara perifer pada sambungan
neuromuskular/serat otot itu sendiri secara terpusat di sumbu serebrospinal untuk mengurangi
tonus otot dan/atau menyebabkan kelumpuhan
a. Chlorzoxazone
Golongan Obat keras
Jenis Tablet
Secara umum, obat ini di serap dari saluran GI, didistribusikan
secara luas di dalam tubuh , dimetabolisme di hati, dan
diekresikan oleh ginjal.
Farkokinetik Secara oral, obat ini dapat memakan waktu 30 menit hinggak 1
jam agar efektif . meskipun durasi kerja sebagian obat ini
bervariasi dari 4 hingga 6 jam. Siklobenzaprin memiliki durasi
kerja terpantau yaitu 12 hinggak 25 jam.
Meskipun mekanisme kerjanya yang tepat tidak diketahui, obat
yang bekerja secara sentral tidak mengendurkan otot rangka
secara langsung atau menekan konduksi saraf, transmisi
Farkodinamik neuromuskuler, atau eksitabilitas otot. Sebaliknya, obat-obatan
yang bekerja secara terpusat dikenal sebagai pusat depresan
sistem saraf (SSP). Efek relaksan otot rangka yang
ditimbulkannya kemungkinan terkait dengan efek sedatifnya
Pasien menerima relaksan otot rangka yang bekerja secara
terpusat untuk mengobati kondisi muskuloskeletal yang akut
Farkoterapi
dan menyakitkan. Mereka biasanya diresepkan bersama dengan
istirahat dan terapi fisik
otot rangka yang bekerja secara sentral berinteraksi dengan
depresan SSP lainnya (termasuk alkohol, opioid, barbiturat,
antikonvulsan, antidepresan trisiklik, dan obat antiansietas),
menyebabkan peningkatan sedasi, gangguan fungsi motorik, dan
depresi pernapasan. Selain itu, beberapa obat ini memiliki
interaksi lain, seperti yang tercantum di sini:
• Cyclobenzaprine berinteraksi dengan inhibitor monoamine
Intraksi obat
oxidase (MAO) dan dapat menyebabkan suhu tubuh tinggi,
eksitasi, dan kejang.
• Cyclobenzaprine dapat menurunkan efek antihipertensi dari
obat penurun tekanan darah clonidine dan guanethidine.
• Orphenadrine dan cyclobenzaprine terkadang meningkatkan
efek obat penghambat kolinergik.
• Orphenadrine dapat mengurangi efek fenotiazin
Penggunaan relaksan otot yang bekerja secara sentral dalam
jangka panjang dapat menyebabkan ketergantungan fisik dan
psikologis. Penghentian tiba-tiba obat ini dapat menyebabkan
gejala putus obat yang parah. Interaksi obat Relaksan otot
rangka yang bekerja secara sentral berinteraksi dengan depresan
SSP lainnya (termasuk alkohol, opioid, barbiturat,
antikonvulsan, antidepresan trisiklik, dan obat antiansietas),
menyebabkan peningkatan sedasi, gangguan fungsi motorik, dan
depresi pernapasan. Selain itu, beberapa obat ini memiliki
interaksi lain, seperti yang tercantum di sini:
• Cyclobenzaprine berinteraksi dengan inhibitor monoamine
Efek samping oxidase (MAO) dan dapat menyebabkan suhu tubuh tinggi,
eksitasi, dan kejang.
• Cyclobenzaprine dapat menurunkan efek antihipertensi dari
obat penurun tekanan darah clonidine dan guanethidine.
• Orphenadrine dan cyclobenzaprine terkadang meningkatkan
efek obat penghambat kolinergik.
• Orphenadrine dapat mengurangi efek fenotiazin. Reaksi yang
merugikan juga dapat terjadi saat pasien mengonsumsi obat ini.
Reaksi umum termasuk pusing dan kantuk. Reaksi berat
termasuk reaksi alergi, aritmia, dan bradikardia. Reaksi yang
kurang umum termasuk gangguan perut, ataksia, sembelit, diare,
mulas, mual, dan muntah.

b. Dantrolene

Golongan Obat keras


Jenis Tablet
konsentrasi obat puncak dantrolene terjadi dalam waktu sekitar
5 jam setelah konsumsi, pasien mungkin tidak merasakan
manfaat terapeutik selama seminggu atau lebih. Dantrolene
Farkokinetik diserap perlahan dan tidak sempurna (namun konsisten) dari
saluran GI dan sangat terikat protein plasma. Ini berarti hanya
sebagian kecil dari obat yang tersedia untuk menghasilkan efek
terapeutik.
secara kimiawi dan farmakologis tidak terkait dengan relaksan
otot rangka lainnya. Kerjanya langsung pada otot untuk
mengganggu pelepasan ion kalsium dari retikulum sarkoplasma
Farkodinamik
dan melemahkan kekuatan kontraksi. Pada konsentrasi
terapeutik, dantrolene memiliki sedikit efek pada otot polos
jantung atau usus.
Farkoterapi Dantrolene dapat digunakan untuk membantu mengelola
beberapa jenis spastisitas tetapi paling efektif pada pasien
dengan: • kelumpuhan otak • MS • cedera tulang belakang •
stroke.
SSP dapat meningkatkan efek depresi dantrolene dan
mengakibatkan sedasi, kurangnya koordinasi, dan depresi
pernafasan. Selain itu, dantrolene mungkin memiliki interaksi
obat lain:
Intraksi obat • Estrogen, jika diberikan bersama dantrolene, dapat
meningkatkan risiko toksisitas hati. • Verapamil IV tidak boleh
diberikan jika memberikan dantrolen karena dapat menyebabkan
kolaps kardiovaskular. • Alkohol dapat meningkatkan depresi
SSP bila digunakan dengan dantrolene.
Karena efek utamanya pada otot, dantrolene memiliki insiden
reaksi SSP yang merugikan lebih rendah daripada otot rangka
lainnya relaksan. Namun, dosis terapeutik yang tinggi beracun
Efek samping bagi hati.
Efek samping yang umum dari dantrolene termasuk kantuk,
pusing, malaise, dan kelemahan otot. Efek samping yang lebih
serius termasuk perdarahan, kejang, dan hepatitis
1.2 Penghambat neuramoskular
a. Atracurium besilate

Golongan Obat keras


Jenis Cairan injeksi
penghambat nondepolarisasi diserap dengan buruk dari saluran
Farkokinetik GI, mereka diberikan secara parenteral. Rute IV lebih disukai
karena aksinya lebih dapat diprediksi.
nondepolarisasi bersaing dengan asetilkolin di tempat reseptor
Farkodinamik kolinergik membran otot rangka. Ini memblokir aksi
neurotransmitter asetilkolin, mencegah otot berkontraksi.
Farkoterapi Penghambat nondepolarisasi digunakan untuk relaksasi otot
menengah atau berkepanjangan untuk: Beberapa obat, seperti
pancuronium, rocuronium, dan vecuronium, sebagian
dimetabolisme di hati. Setelah pemberian IV, atrakurium
mengalami metabolisme cepat melalui proses fisiologis yang
dikenal sebagai eliminasi Hofmann dan melalui hidrolisis
enzimatik; itu juga sebagian dimetabolisme di hati. Mivacurium
dihidrolisis oleh plasma pseudo cholinesterase. Doxacurium
mengalami metabolisme hati yang minimal; ekskresi terjadi
tidak berubah dalam empedu dan urin.
• memudahkan lewatnya tabung endotrakeal (ET) (tabung yang
ditempatkan di trakea)
• mengurangi jumlah anestesi yang diperlukan selama
pembedahan
• memfasilitasi penyetelan kembali tulang yang patah dan sendi
yang terkilir
• melumpuhkan pasien yang membutuhkan dukungan ventilasi,
tetapi menolak tabung ET dan ventilasi mekanis karena agitasi
dan kegelisahan
• mencegah cedera otot selama terapi elektrokonvulsif (ECT)
(aliran arus listrik melalui otak untuk mengobati depresi) dengan
mengurangi intensitas kejang otot.
Intravena
⇔ Intubasi endotrakeal, Fasilitasi ventilasi mekanis dalam
perawatan intensif, Relaksan otot dalam anestesi umum

→ Dewasa: Awal, 300-600 mcg/kg sebagai injeksi bolus,


Dosis dengan dosis berikutnya 100-200 mcg/kg secara injeksi setiap
15-25 menit atau 5-10 mcg/kg per menit secara infus pada
prosedur lama. Kecepatan infus yang lebih tinggi dapat
digunakan pada pasien yang menjalani ventilasi terkontrol
dalam perawatan intensif.
→ Anak:> 1 bulan sama dengan dosis dewasa.
Beberapa obat mengubah efek bloker neuromuskuler
Intraksi obat nondepolarisasi: • Antibiotik aminoglikosida dan anestesi
mempotensiasi atau memperberat blokade neuromuskuler
• apnea
• mengurangi jumlah anestesi yang diperlukan selama
pembedahan

• memfasilitasi penyetelan kembali tulang yang patah dan sendi


yang terkilir
Efek samping
• melumpuhkan pasien yang membutuhkan dukungan ventilasi,
tetapi menolak tabung ET dan ventilasi mekanis karena agitasi
dan kegelisahan
• mencegah cedera otot selama terapi elektrokonvulsif (ECT)
(aliran arus listrik melalui otak untuk mengobati depresi) dengan
mengurangi intensitas kejang otot.

b. Suxamethonium

Golongan Obat resep


Jenis Serbuk untuk injeksi
Karena suksinilkolin diserap dengan buruk dari saluran GI, rute
IV adalah metode pemberian yang disukai; rute IM juga dapat
digunakan jika diperlukan.
Farkokinetik Suksinilkolin dihidrolisis di hati dan plasma oleh enzim
pseudokolinesterase, menghasilkan metabolit dengan aksi
pemblokiran non depolarisasi. Itu diekskresikan oleh ginjal;
sejumlah kecil diekskresikan tidak berubah.
Setelah pemberian, suksinilkolin dengan cepat dimetabolisme,
meskipun lebih lambat daripada asetilkolin. Akibatnya, suksinil
Farkodinamik kolin tetap melekat pada situs reseptor pada membran otot
rangka untuk waktu yang lebih lama. Ini mencegah repolarisasi
pelat ujung motor dan menyebabkan kelumpuhan otot
Succinylcholine adalah obat pilihan untuk relaksasi otot jangka
Farkoterapi
pendek seperti yang diperlukan selama intubasi dan ECT.
Intramuskular/ Injeksi melalui jaringan otot
⇔ Relaksan otot pada anestesi umum
→ Sebagai suxamethonium chloride
→ 3 s/d 4 mg/ kg
→ Dosis maksimum: 150 mg
Intravena/Injeksi melalui pembuluh darah
⇔ Relaksan otot pada anestesi umum
→ Sebagai suxamethonium chloride
Dosis
→ Dosis tunggal: 0,3 s/d 1,1 mg/ kg diberikan melalui injeksi
→ Dosis tambahan: 50% s/d 100% dari dosis awal dan dalam
rentang waktu diberikan 5 s/d 10 menit
→ Untuk perpanjangan waktu bedah, berikan 0,1% s/d 0,2%
larutan infus dengan laju 2,5 s/d 4 mg/ menit, atur sesuai
kebutuhan
→ Dosis maksimum (sebagai injeksi ulangan atau infus
kontinu): 500 mg/jam
Aksi suksinilkolin diperkuat oleh sejumlah anestesi dan
antibiotik. Berbeda dengan interaksinya dengan penghambat
Intraksi obat
polarisasi nonde, antikolinesterase meningkatkan blokade
suksinilkolin.
merugikan utama terhadap suksinilkolin adalah hipotensi dan
Efek samping
apnea yang berkepanjangan

1.3 Anti parkinson


a. Trihexyphenidyl

Golongan Obat resep


Jenis Tablet
Biasanya, obat antikolinergik diserap dengan baik dari saluran
GI dan melewati sawar darah-otak ke tempat kerjanya di otak.
Sebagian besar dimetabolisme di hati, setidaknya sebagian, dan
diekskresikan oleh ginjal sebagai metabolit atau obat yang tidak
berubah. Distribusi yang tepat dari obat ini tidak diketahui.
Farmakoterapi Antikolinergik digunakan untuk mengobati
semua bentuk parkinsonisme. Antikolinergik dapat digunakan
sendiri atau dengan amantadine pada tahap awal penyakit
Farkokinetik
Parkinson. Antikolinergik dapat diberikan dengan levodopa
selama tahap akhir penyakit Parkinson untuk meredakan gejala
lebih lanjut. Mereka paling sering digunakan pada tahap awal
penyakit Parkinson, ketika gejalanya ringan dan tidak
berdampak besar pada gaya hidup pasien. Benztropin adalah
obat kerja panjang dengan durasi kerja hingga 24 jam pada
beberapa pasien. Untuk kebanyakan antikolinergik, waktu paruh
tidak ditentukan.
Kadar asetilkolin yang tinggi menghasilkan efek rangsang pada
SSP, yang dapat menyebabkan tremor parkinsonian. Pasien
Farkodinamik dengan penyakit Parkinson menggunakan obat antikolinergik
untuk menghambat aksi asetil kolin pada lokasi reseptor di
sistem saraf pusat dan otonom, sehingga mengurangi tremor.
Antikolinergik digunakan untuk mengobati semua bentuk
parkinsonisme. Antikolinergik dapat digunakan sendiri atau
dengan amantadine pada tahap awal penyakit Parkinson.
Antikolinergik dapat diberikan dengan levodopa selama tahap
Farkoterapi
akhir penyakit Parkinson untuk meredakan gejala lebih lanjut.
Mereka paling sering digunakan pada tahap awal penyakit
Parkinson, ketika gejalanya ringan dan tidak berdampak besar
pada gaya hidup pasien
Dosis Dewasa ;
Oral
Gejala ekstrapiramidal akibat obat
→ Dosis awal 1 mg per hari, ditingkatkan menjadi 5-15 mg per
hari dalam 3-4 dosis terbagi.
Oral
Parkinsonisme
→ Dosis awal 1 mg per hari, ditingkatkan bertahap dg interval
3-5 hari dengan peningkatan 2 mg sampai dengan 6-10 mg per
hari dalam 3-4 dosis terbagi.
→ Pasien postencephalitic: Hingga 12-15 mg setiap hari.

Lansia ;
Oral
Gejala ekstrapiramidal akibat obat
→ Mungkin memerlukan dosis lebih rendah.
Oral
Parkinsonisme
→ Mungkin memerlukan dosis lebih rendah.
Interaksi dapat terjadi ketika obat-obatan tertentu dikonsumsi
dengan antikolinergik:
• Amantadin dapat menyebabkan peningkatan efek samping
antikolinergik.
• Penyerapan levodopa dapat menurun, yang dapat
memperburuk tanda dan gejala parkinsonian.
• Antipsikotik (seperti fenotiazin, thiothixene, haloperi dol, dan
Intraksi obat
loxapine) dan antikolinergik secara bersamaan menurunkan
efektivitas kedua obat tersebut. Insiden efek samping
antikolinergik juga dapat meningkat.
• Sediaan batuk dan pilek yang dijual bebas, bantuan diet, dan
analeptik (obat yang digunakan untuk tetap terjaga)
meningkatkan efek antikolinergik.
• Alkohol meningkatkan depresi SSP.
Efek samping ringan terkait dosis terhadap antikolinergik
Efek samping terlihat pada 30% sampai 50% pasien. Mulut kering mungkin
merupakan reaksi terkait dosis terhadap trihexyphenidyl.

b. Levodopa

Golongan Obat resep


Jenis Tablet, kaplet, ingus
Seperti obat antikolinergik, obat dopaminergik diserap dari
saluran GI ke dalam aliran darah dan dikirim ke aksinya situs di
otak. Tubuh menyerap sebagian besar levodopa,dll dari saluran
GI setelah pemberian oral, tetapi hanya sekitar 28% dari
bromocriptine yang diserap. Penyerapan levodopa diperlambat
dan berkurang saat itu tertelan bersama makanan. Pada beberapa
pasien, levodopa dapat berinteraksi secara signifikan dengan
Farkokinetik
makanan. Asam amino makanan dapat menurunkan keefektifan
levodopa dengan bersaing dengannya untuk penyerapan dari
usus dan memperlambat pengangkutannya ke otak. Sekitar 73%
dari dosis oral selegiline diserap.
Levodopa didistribusikan secara luas di jaringan tubuh,
termasuk di dalamnyadi saluran GI, hati, pankreas, ginjal,
kelenjar ludah, dan kulit.
Obat dopaminergik bekerja di otak untuk meningkatkan fungsi
motorik dengan salah satu dari dua cara: dengan meningkatkan
Farkodinamik
konsentrasi dopamin atau dengan meningkatkan transmisi saraf
dopamin.
Pilihan terapi sangat individual dan ditentukan oleh gejala
pasien dan tingkat kecacatan. Seorang pasien dengan penyakit
Parkinson ringan dengan gejala dominan tremor biasanya
diberikan antikolinergik atau amantadine. Selegiline
diindikasikan untuk memperpanjang durasi levodopa dengan
memblokirnya, perincian; itu juga telah digunakan pada
gangguan Parkinson awal karena sifat neuroprotektifnya dan
berpotensi memperlambat perkembangan parkinsonisme.
Biasanya, obat dopaminergik digunakan untuk mengobati pasien
Farkoterapi dengan penyakit Parkinson yang parah atau pasien yang tidak
merespons antikolinergik saja. Levodopa adalah obat paling
efektif yang digunakan untuk mengobati penyakit Parkinson.
Ketika terjadi fluktuasi dalam menanggapi levodopa,
penyesuaian dosis dan peningkatan frekuensi pemberian dapat
dicoba. Sebagai alternatif, terapi tambahan, seperti agonis
dopamin, selegilin, amantadine, atau penghambat COMT, dapat
ditambahkanFormulasi pelepasan terkontrol dari carbidopa-
levodopa dapat membantu dalam mengelola efek aus atau
fluktuasi motorik onset lambat
Oral/Diminum:
→ 25-100 mg setiap 3 kali setiap hari
Dosis → 10-100 mg setiap 3-4 kali setiap hari
→ Interval Dosis Minimum: setiap 6 jam
→ Dosis Maksimum: 400 mg per 24 jam
• Efektivitas levodopa dapat dikurangi saat mengonsumsi
piridoksin (vitamin B6), fenitoin, benzodiazepin, reserpin, dan
papaverin.
• Penggunaan bersamaan dengan inhibitor MAO tipe A, seperti
tranylcy promine, meningkatkan risiko krisis hipertensi.
• Antipsikotik, seperti fenotiazin, thiothixene, haloperi dol, dan
Intraksi obat loxapine, dapat mengurangi efektivitas levodopa.
• Amantadin dapat mempotensiasi efek samping antikolinergik
dari obat antikolinergik, seperti kebingungan dan halusinasi, dan
dapat mengurangi penyerapan levodopa.
• Meperidin yang diminum dengan selegilin pada dosis yang
lebih tinggi dari yang dianjurkan dapat menyebabkan reaksi
yang fatal.
• mual dan muntah • hipotensi ortostatik • anoreksia • sindrom
Efek samping
neuroleptik ganas • aritmia • iritabilitas • kebingungan.
c. Tolcapone

Golongan Obat resep


Jenis Tablet
Tolcapone dan entacapone cepat diserap oleh saluran GI, dan
bioavailabilitas absolut masing-masing agen adalah 65% dan
35%Kedua obat tersebut sangat terikat pada albumin dan, oleh
Farkokinetik
karena itu, memiliki distribusi yang terbatas ke jaringan. Mereka
hampir sepenuhnya dimetabolisme di hati menjadi metabolit
tidak aktif dan diekskresikan dalam urin.
Tolcapone dan entacapone adalah inhibitor COMT selektif dan
reversibel, enzim metabolisme utama untuk levodopa dengan
adanya inhibitor dekarboksilase seperti karbidopa.
Penghambatan COMT mengubah farmakokinetik levodopa,
Farkodinamik
yang mengarah ke tingkat plasma levodopa yang berkelanjutan.
Hal ini menghasilkan stimulasi dopaminergik yang lebih
berkelanjutan di otak dan perbaikan tanda dan gejala penyakit
Parkinson.
Tolcapone atau entacapone dapat ditambahkan ke carbidopa-
levodopa pada pasien yang mengalami efek penurunan pada
akhir interval pemberian dosis atau fluktuasi on-off acak sebagai
respons terhadap carbidopa-levodopa. Inhibitor COMT tidak
Farkoterapi memiliki efek antiparkinson ketika digunakan sendiri dan harus
selalu dikombinasikan dengan carbidopa-levodopa. Penambahan
inhibitor COMT umumnya memerlukan penurunan dosis
carbidopa-levodopa, khususnya pada pasien yang menerima
dosis levodopa lebih dari 800 mg.
Penyakit Parkinson Mulut
Dosis 100 mg tid.
Maks: 200 mg tid
Intraksi obat : • Penghambat COMT tidak boleh digunakan bersamaan
dengan penghambat MAO tipe A, tetapi dapat digunakan
dengan selegilin.
• Aritmia yang signifikan dapat terjadi jika inhibitor COMT
dikombinasikan dengan obat katekolamin (seperti dopamin,
dobutamine, epinefrin, metildopa, dan norepinefrin).
• Penggunaan inhibitor COMT dengan depresan SSP
(benzodiaz epines, antidepresan trisiklik, antipsikotik, etanol,
analgesik opioid, dan hipnotik sedatif lainnya) dapat
menyebabkan efek SSP tambahan.
• Entacapone chelates iron dan, oleh karena itu, penyerapan zat
besi dapat menurun.
• Karena inhibisi MAO, inhibitor COMT tidak boleh
dikonsumsi bersamaan dengan linezolid.
• Komplikasi fibrotik berhubungan dengan penggunaan
entacapone dan bromocriptine.
• Obat yang mengganggu glukuronidasi (eritromisin, pin rifam,
kolestiramin, dan probenesid) dapat menurunkan eliminasi
entacapone.
• Saat menggunakan penghambat COMT untuk pasien yang
menjalani terapi dopaminergik, potensi hipotensi ortostatik
dapat meningkat.
• mual•diskinesia • diare • perubahan warna urin menjadi coklat-
Efek samping jingga (entacapone) • hiperkinesia atau hipokinesia. Reaksi
merugikan yang kurang umum meliputi: • hipotensi ortostatik •

1.4 Anti konvulksan


a. Fosphenytoin
Golongan Obat resep
Jenis Serbuk untuk injeksi
Farmakokinetik hidantoin bervariasi dari satu obat ke obat
Farkokinetik
lainnya.
antikonvulsan hidantoin menstabilkan sel saraf agar tidak terlalu
bersemangat. Fenitoin tampaknya bekerja di korteks motorik
Farkodinamik otak, di mana ia menghentikan penyebaran aktivitas kejang.
Farmakodinamik fosphen ytoin dan etotoin dianggap meniru
fenitoin
i Karena efektivitas dan toksisitasnya yang relatif rendah,
fenitoin adalah antikonvulsan yang paling sering diresepkan dan
Farkoterapi salah satu obat pilihan untuk mengobati: • kejang parsial
kompleks (juga disebut kejang psikomotor atau lobus temporal )
• kejang tonik-klonik

Dewasa;
Parenteral / Injeksi
⇔ Status epileptikus tonik-klonik
→ Sebagai fenitoin Na ekuivalen (PSE): Sebagai terapi
Dosis
tambahan dengan benzodiazepin (misalnya diazepam): Dosis
muatan: 15 mg / kg sebagai dosis tunggal dengan infus IV
dengan kecepatan 100-150 mg / menit.
→ Pemeliharaan: Awal, 4-5 mg / kg / hr dlm 1-2 dosis terbagi
dg inj IM atau infus IV dg kecepatan 50-100 mg / mnt. Dosis
selanjutnya tergantung pada respon pasien dan melalui level
plasma-fenitoin.

⇔ Kejang
→ Kecuali status epileptikus: Sebagai fenitoin Na ekuivalen
(PSE): 10-15 mg / kg sebagai dosis tunggal dengan inj IM atau
infus IV dengan kecepatan 50-100 mg / menit.
→ Dosis pemeliharaan: Awal, 4-5 mg / kg / hr dlm 1-2 dosis
terbagi dg inj IM atau infus IV dg kecepatan 50-100 mg / mnt.
Dosis selanjutnya tergantung pada respon pasien dan melalui
level plasma-fenitoin.
Lansia;
Parenteral / Injeksi
⇔ Status epileptikus tonik-klonik
→ Dosis pemuatan yang lebih rendah dan / atau kecepatan
infus, dan dosis pemeliharaan yang lebih rendah atau lebih
jarang.

⇔ Kejang
→ Dosis pemuatan yang lebih rendah dan / atau kecepatan
infus, dan dosis pemeliharaan yang lebih rendah atau lebih
jarang.
Hydantoins berinteraksi dengan beberapa obat. Berikut adalah
beberapa interaksi obat dengan signifikansi klinis mayor hingga
Intraksi obat sedang: • Efek fenitoin berkurang bila diminum dengan fenobar
bital, diazoksida, teofilin, karbamazepin, rifampisin, antasida,
dan sukralfat.
: • mengantuk • ataksia • lekas marah dan gelisah • sakit kepala •
nistagmus • pusing dan vertigo • disartria • mual dan muntah•
sakit perut • anoreksia • depresi konduksi atrium dan ventrikel •
Efek samping
fibrilasi ventrikel (dalam keadaan toksik) • bradikardia,
hipotensi, dan henti jantung (dengan pemberian IV) • reaksi
hipersensitivitas.

b. Primidone
Golongan Obat keras
Jenis Tablet
Farkokinetik Sekitar 60% sampai 80% dari dosis primidon diserap dari
saluran GI, dan didistribusikan secara merata di antara jaringan
tubuh. Obat ini terikat protein sebagian kecil dalam plasma.
Primidone dimetabolisme oleh hati menjadi dua metabolit aktif,
fenobarbital dan phenylethylmalonamide (PEMA). Dari 15%
sampai 25% primi done diekskresikan tidak berubah dalam urin,
15% sampai 25% dimetabolisme menjadi fenobarbital, dan 50%
sampai 70% diekskresikan dalam urin sebagai PEMA.
Menunjukkan tindakan antikonvulsan pada dosis di bawah yang
menghasilkan efek hipnotis. Untuk alasan ini, barbiturat
Farkodinamik biasanya tidak menimbulkan kecanduan saat digunakan untuk
mengobati epilepsi. Bar biturat meningkatkan ambang kejang
dengan menurunkan eksitasi pascasinaps.
Farkoterapi • kejang parsial •kejang tonik-klonik • kejang demam.
Dosis Dewasa
Oral/Diminum:
⇔ Tremor esensial
→ Awal, 50mg per hari secara bertahap ditingkatkan selama 2-3
minggu jika perlu.
→ Dosis Maksimum: 750mg setiap hari.
⇔ Kejang tonik-klonik umum, Kejang parsial
→ Awalnya, 125mg sebelum tidur, ditingkatkan 125mg setiap 3
hari jika perlu hingga 500mg setiap hari diberikan dalam 2 dosis
terbagi, selanjutnya dapat ditingkatkan 250mg setiap 3 hari jika
diperlukan.
Dosis → Pemeliharaan: 750-1.500mg per hari diberikan dalam 2 dosis
terbagi.
Dosis Anak-anak
Oral/Diminum:
⇔ Kejang tonik-klonik umum, Kejang parsial
→ Awalnya, 125mg sebelum tidur, ditingkatkan 125 mg setiap
3 hari jika perlu sampai dosis pemeliharaan harian diberikan
dalam 2 dosis terbagi sesuai usia.
→ <2 tahun 250-500mg
→ 2-5 tahun 500-750mg
→ 6-9 tahun 750-1.000mg
→ >9 tahun Sama dengan dosis dewasa.
: • Efek primidone dapat dikurangi bila diminum dengan
rifampisin. • Risiko toksisitas meningkat bila primidone
digunakan dengan depresan SSP, asam valproat, kloramfenikol,
Intraksi obat felbamat, simetidin, atau fenitoin. • Metabolisme kortikosteroid,
simetidin, atau fenitoin dapat ditingkatkan dengan terapi
fenobarbital, menyebabkan penurunan efek. Minyak evening
primrose dapat meningkatkan kebutuhan dosis antikonvulsan.
Efek samping • mengantuk • lesu • pusing • nistagmus, kebingungan, dan
ataksia (dengan dosis besar) • laringospasme, depresi
pernapasan, dan hipotensi (bila diberikan IV)

c. Carbamazepine
Golongan Obat khusus disertai resep
Jenis Tablet dan sirup
Carbamazepine diserap perlahan dari saluran GI, dimetabolisme
di hati oleh sitokrom P-450 isoform 3A4 (CYP3A4), dan
Farkokinetik diekskresikan dalam urin. Carbamazepine didistribusikan
dengan cepat ke semua jaringan; 75% sampai 90% terikat pada
protein plasma. Waktu paruh sangat bervariasi.
Efek antikonvulsan karbamazepin mirip dengan feni toin.
Tindakan obat antikonvulsan dapat terjadi karena
Farkodinamik
kemampuannya untuk menghambat penyebaran aktivitas kejang
atau transmisi neuromuskular pada umumnya.
Carbamazepine adalah obat pilihan, pada orang dewasa dan
Farkoterapi anak-anak, untuk mengobati: • kejang umum tonik-klonik •
kejang parsial sederhana dan kompleks.
Dosis Dosis Dewasa
Epilepsi
Oral/Diminum:
→ 100-200 mg sebagai dosis awal diminum secara bertahap
sekali atau dua kali setiap hari, kemudian ditingkatkan 200 mg
per hari setiap minggu.
→ Dosis pemeliharaan: 0,8-1,2 g diminum setiap hari dalam
dosis terbagi.
→ Interval Dosis Minimum: 100-200 mg
→ Dosis sekali minum Maksimum: 200 mg diminum per hari
tiap minggu.
→ Dosis harian Maksimum: 2g diminum setiap hari

Melalui Anus (rektal)


→ 250 mg setiap 6 jam selama 7 hari khusus pada pasien yang
tidak mampu menjalani pengobatan oral.
→ Dosis maksimum: Ketika mengubah dari rute oral ke rektal,
tingkatkan dosis sekitar 25%.
Oral/Diminum:
Bipolar
→ 400 mg sebagai dosis awal diminum setiap hari dalam dosis
terbagi, kemudian ditingkatkan seperlunya secara bertahap.
→ Dosis Pemeliharaan: 400-600 mg diminum setiap hari dalam
dosis terbagi.
→ Dosis harian maksimum: 1,6g diminum setiap hari
Oral/Diminum:
Neuralgia Trigeminal
→ 100-200 mg sebagai dosis awal diminum dua kali sehari,
kemudian ditingkatan secara bertahap sesuai kebutuhan.
→ Dosis Pemeliharaan: 400-800 mg setiap hari dalam dosis
terbagi.
→ Dosis harian maksimum: 1,2 g setiap hari.
Dosis Anak-anak
Epilepsi
Oral/Diminum:
⇔ 10-20 mg / kg diminum setiap hari dalam dosis terbagi.
atau dengan perhatikan usia anak:
⇔ Bila <1 tahun 100-200 mg diminum setiap hari.
→ Interval Dosis Minimum: Setiap hari
→ Dosis sekali minum Maksimum: 100-200 mg
→ Dosis harian maksimum : 35 mg / kg diminum setiap hari
⇔ Bila 1-5 tahun 200-400 mg diminum setiap hari.
→ Interval Dosis Minimum: Setiap hari
→ Dosis sekali minum Maksimum: 200-400 mg
→ Dosis harian maksimum: 35 mg / kg diminum setiap hari
⇔ Bila > 5-10 tahun 400-600 mg diminum setiap hari.
→ Interval Dosis Minimum: Setiap Hari
→ Dosis sekali minum Maksimum: 400-600 mg
→ Dosis harian maksimum : 1 g diminum setiap hari
⇔ Bila > 10-15 tahun 0,6-1 g diminum setiap hari.
→ Interval Dosis Minimum: Setiap Hari
→ Dosis sekali minum Maksimum: 0,6-1 g
→ Dosis harian maksimum: 1 g diminum setiap hari
Epilepsi
Melalui Anus (rektal)
→ 250 mg setiap 6 jam selama 7 hari khusus pada pasien yang
tidak mampu menjalani pengobatan oral.
→ Dosis maksimum: Ketika mengubah dari rute oral ke rektal,
tingkatkan dosis sekitar 25%.
• Peningkatan kadar karbamazepin dan toksisitas dapat terjadi
dengan simetidin, danazol, diltiazem, eritromisin, isoniazid,
selektifserotonin reuptake inhibitors (SSRIs), propoxyphene,
troleando mycin, ketoconazole, asam valproat, dan verapamil. •
Intraksi obat Litium dan karbamazepin secara bersamaan meningkatkan
risiko efek neurologis toksik. • Kadar karbamazepin dapat
menurun bila dikonsumsi dengan tarif barbitu, felbamat, atau
fenitoin. • Pisang dapat menghambat penyerapan GI
carbamazepine.
Kadang-kadang, terjadi toksisitas hematologi yang serius.
Karena karbamazepin terkait secara struktural dengan
antidepresan trisiklik, karbamazepin dapat menyebabkan
Efek samping toksisitas serupa dan memengaruhi perilaku dan emosi. Sindrom
Hives dan StevensJohnson (penyakit radang yang berpotensi
fatal) dapat terjadi. Ruam adalah respons hipersensitivitas yang
paling umum.

d. Diazepam
Golongan Resep dokter
Kaplet, sirup, suntik, suppositoria (kaplet yang dimasukkan ke
Jenis
dalam dubur
Pasien dapat menerima benzodiazepin secara oral, parenteral
atau, dalam situasi khusus, secara rektal. Obat ini diserap
dengan cepat dan hampir sepenuhnya dari saluran GI tetapi
didistribusikan dengan kecepatan yang berbeda. Pengikatan
Farkokinetik protein benzodiazepin berkisar antara 85% hingga
90%.Benzodiazepin dimetabolisme di hati menjadi beberapa
metabolit dan kemudian diekskresikan dalam urin.
Benzodiazepin mudah melewati plasenta dan diekskresikan
dalam ASI.
Benzodiazepin bertindak sebagai: • antikonvulsan • agen
Farkodinamik antiansietas • sedatifhipnotik • pelemas otot. zures. Mekanisme
aksi mereka kurang dipahami
• Diazepam IV digunakan untuk mengontrol status epileptikus.
Karena diaz epam hanya memberikan efek jangka pendek
Farkoterapi kurang dari 1 jam, pasien juga harus diberikan antikonvulsan
kerja panjang, seperti fenitoin atau fenobarbital, selama terapi
diazepam.
Dosis Dosis Diazepam Dewasa
Oral/Diminum Kesulitan tidur karena kecemasan: 5-15 mg saat
akan tidur.
Kejang: 2-60 mg setiap hari dengan pembagian dosis.
Premedikasi sebelum anestesi, prosedur bedah dan medis
minor: 5-20 mg.
Kejang otot: 2-15 mg setiap hari dengan pembagian
dosis, dapat ditingkatkan menjadi 60 mg/hari jika bertambah
parah.
Kecemasan akut: 2-10 mg 2-4 kali sehari tergantung
keparahan gejala.
Sindrom untuk penarikan alkohol: 5-20 mg, dapat
diulang 2-4 jam jika perlu. Atau 10 mg 3-4 jam selama 24 jam
pertama, kurangi menjadi 5 mg 3-4 jam sehari sesuai kebutuhan.
Parenteral/Injeksi Kecemasan hebat: 2-10 mg injeksi IM
atau IV lambat, ulangi setelah 4 jam.
Kejang otot: 5-10 mg injeksi IM atau IV lambat, dapat
diulangi setelah 4 jam.
Kejang otot karena tetanus: awalnya 0,1-0,3 mg/kg melalui
injeksi IV lambat (1 ml/menit), dapat diulangi setelah 1-4 jam
atau Infus IV 3-10 mg/kg selama 24 jam. Dosis dapat
ditingkatkan tergantung beratnya kasus.
Premedikasi sebelum anestesi: 10-20 mg, dosis dapat
ditingkatkan berdasarkan respons klinik atau sesuai kebutuhan.
Sindrom untuk penarikan alkohol parah dengan delirium:
10-20 mg melalui injeksi IM atau IV, dosis dapat ditingkatkan
tergantung keparahan.
Kejang: 10-20 mg melalui injeksi IM atau IV lambat (1
ml/menit) dapat diulangi 30-60 menit sesuai kebutuhan. Dapat
diikuti infus lambat IV jika diindikasikan maksimal 3 mg/kg
dalam 24 jam.
Rektal/Dubur Kejang: 0,5 mg/kg dapat diulangi setiap 12 jam.
Maksimal 30 mg.
Kejang otot, premedikasi sebelum anestesi, prosedur
bedah, medis minor, dan kecemasan parah 0.5 mg/kg dapat
diulangi setiap 12 jam. Maksimal 30 mg.
Dosis Diazepam Lansia
Oral/Diminum Kesulitan tidur karena kecemasan: Kurangi
setengah dari dosis dewasa.
Kejang: Kurangi setengah dari dosis dewasa.
Premediasi sebelum anestesi, prosedur bedah dan medis
minor: Kurangi setengah dari dosis dewasa.
Kejang otot: Kurangi setengah dari dosis dewasa.
Kecemasan akut: Kurangi setengah dari dosis dewasa.
Sindrom untuk penarikan alkohol: Kurangi setengah dari
dosis dewasa.
Parenteral/Injeksi Kecemasan hebat: Kurangi setengah dari
dosis dewasa.
Kejang otot: Kurangi setengah dari dosis dewasa.
Premedikasi sebelum anestesi: Kurangi setengah dari
dosis dewasa.
Sindrom untuk penarikan alkohol: Kurangi setengah dari
dosis dewasa.
Rektal/Dubur Kejang: Kurangi setengah dari dosis dewasa.
Kejang otot, premedikasi sebelum anestesi, prosedur
bedah, medis minor, dan kecemasan parah: 0.25 mg/kg dapat
diulangi setiap 12 jam, maksimal 30 mg.
Dosis Diazepam Anak-Anak
Oral/Diminum Premediasi sebelum anestesi, prosedur bedah dan
medis minor: 2-10 mg.
Kejang otot: 2-40 mg setiap hari dengan pembagian
dosis.
Kecemasan akut: 1-2.5 mg 3-4 kali dapat ditingkatkan
sesuai kebutuhan dan toleransi.
Parenteral/Injeksi Kejang otot: Sama dengan dosis orang
dewasa.
Premedikasi sebelum anestesi: 0.2 mg/kg injeksi lambat
lebih dari 0.5 ml/menit.
Kejang: 1 bulan hingga kurang dari 5 tahun 0.2-0.5 mg
melalui injeksi IM atau IV lambat setiap 2-5 menit. Maksimal 5
mg. Lebih dari 5 tahun 1 mg setiap 2-5 menit hingga maksimal
10 menit. Dapat diulangi dalam 2-4 jam jika perlu.
Rektal/Dubur Kejang otot, premedikasi sebelum anestesi,
prosedur bedah, medis minor, dan kecemasan parah: Lebih dari
1 tahun sama dengan orang dewasa.
Ketika diazepam digunakan dengan depresan SSP, efek sedatif
dan depresan lainnya menjadi meningkat. Ini dapat
Intraksi obat
menyebabkan gangguan keterampilan motorik, depresi
pernapasan, dan bahkan kematian pada dosis tinggi.
• mengantuk • kebingungan • ataksia • kelemahan • pusing •
nistagmus • vertigo • pingsan • disartria • sakit kepala Penilaian
• Dapatkan riwayat kondisi yang mendasari pasien sebelum
terapi dan nilai kembali secara teratur setelahnya. • Pantau
frekuensi pernapasan pasien setiap 5 sampai 15 menit dan
sebelum setiap pengulangan dosis IV. • Pantau pemeriksaan
Efek samping
fungsi hati, ginjal, dan hematopoietik secara berkala pada pasien
yang menerima terapi berulang atau berkepanjangan. • Pantau
respons pasien terhadap obat yang diresepkan dan kadar serum
sesuai indikasi. • Pantau pasien untuk reaksi yang merugikan. •
Kaji kepatuhan pasien terhadap terapi pada setiap kunjungan
tindak lanjut. • penampilan berkaca-kaca.

e. Phenobarbital
Golongan Obat keras
Jenis Tablet, elixir
Valproat diubah dengan cepat menjadi asam valproat di
lambung. Dival proex adalah prekursor asam valproat yang
Farkokinetik terpisah menjadi asam valproat di saluran GI. Asam valproat
adalah penghambat enzim hati. Diadiserap dengan baik, terikat
kuat dengan protein, dan dimetabolisme di hati.
Mekanisme kerja asam valproik masih belum diketahui.
Diperkirakan untuk meningkatkan kadar GABA, sebuah
Farkodinamik
neurotransmiter penghambat, serta memiliki efek stabilisasi
membran langsung.
phenoborbabital diresepkan untuk pengobatan jangka panjang: •
Farkoterapi kejang absen • kejang mioklonik • kejang tonik-klonik • kejang
parsial.
Dosis Dosis Dewasa dan Lansia
Intramuskuler
⇔ Sedasi pra operasi
→ Dewasa: Sebagai fenobarbital Na: 100-200 mg 60-90 menit
sebelum operasi.
→ Lansia: Kurangi dosis.
Oral
⇔ Manajemen darurat kejang akut, Status epileptikus
→ Dewasa: 100-300 mg setiap hari sebelum tidur.
→ Lansia: Kurangi dosis.
Oral
⇔ Hipnotis
→ Dewasa: 100-320 mg.
→ Lansia: Kurangi dosis.
Oral
⇔ Sedasi
→ Dewasa: 30-120 mg per hari dalam 2-3 dosis terbagi.
→ Lansia: Kurangi dosis.
Parenteral
⇔ Manajemen darurat kejang akut, Status epileptikus
→ Dewasa: Sebagai fenobarbital Na: 200-600 mg.
→ Lansia: Kurangi dosis.
Parenteral
⇔ Hipnotis
→ Dewasa: 100-320 mg.
→ Lansia: Kurangi dosis.
Dosis Anak-anak
Intramuskuler
⇔ Sedasi pra operasi
→ Anak: Sebagai fenobarbital Na: 16-100 mg 60-90 menit
sebelum operasi.
Intravena
⇔ Sedasi pra operasi
→ Anak: 1-3 mg/kg sebelum operasi.
Oral
⇔ Manajemen darurat kejang akut, Status epileptikus
→ Anak: 3-5 mg/kg atau 125 mg/m2 setiap hari.
Oral
⇔ Sedasi pra operasi
→ Anak: 1-3 mg/kg sebelum operasi.
Oral
⇔ Sedasi
→ Anak: 6 mg/kg sehari atau 180 mg/m2 per hari dalam 3 dosis
terbagi.
Parenteral
⇔ Manajemen darurat kejang akut, Status epileptikus
→ Anak: Sebagai fenobarbital Na: 100-400 mg.
• Simetidin, aspirin, eritromisin, dan felbamat dapat
meningkatkan kadar asam valproat. • Karbamazepin, lamotrigin,
fenobarbital, primidon, feni toin, dan rifampisin dapat
Intraksi obat
menurunkan kadar asam valproat. • Asam valproik dapat
menurunkan efek lamotrigin, feno barbital, primidon,
benzodiazepin, depresan SSP, warfarin, dan zidovudin.
• mual dan muntah • diare atau konstipasi • sedasi • pusing •
Efek samping ataksia • sakit kepala • kelemahan otot • peningkatan kadar
amonia darah

f. Gabapentin
Golongan Obat resep
Jenis Kapsul dan Tablet
Gabapentin mudah diserap di saluran GI. Ketersediaan hayati
Farkokinetik tidak sebanding dengan dosis; dengan peningkatan dosis,
bioavailabilitas menurun.
Farkodinamik Mekanisme kerja gabapentin yang tepat tidak diketahui
Farmakoterapi Gabapentin digunakan sebagai terapi tambahan
pada orang dewasa dan anak-anak usia 3 tahun ke atas dengan
Farkoterapi kejang umum parsial dan sekunderGabapentin juga tampak
efektif sebagai monoterapi. Seperti carba mazepine, gabapentin
dapat memperburuk kejang mioklonik.
Dosis Dosis Untuk Orang Dewasa
Oral (Diminum)
Pasien dengan penyakit epilepsi
⇔ 300 mg 1 kali sehari pada hari pertama, 300 mg 2 kali sehari
pada hari kedua, dan 300 mg 3 kali sehari pada hari ketiga.
Dosis dapat ditingkatkan 300 mg tiap 2-3 hari, tergantung
respons pasien terhadap obat.
→ Dosis sekali minum Maksimal: 600 mg
→ Interval Dosis Minimum: 300 – 600 mg, 3 kali dalam sehari
→ Dosis Maksimum: 3600 mg dalam 3 kali minum, rentang
waktu tidak lebih dari 12 jam.

Pasien dengan penyakit nyeri saraf


⇔ 300 mg pada hari pertama, 300 mg 2 kali sehari pada hari
kedua, kemudian 300 mg 3 kali sehari pada hari ketiga
→ Dosis Sekali Minum Maksimal : 600 mg
→ Interval Dosis Minimum: 3 kali sehari
→ Dosis Maksimum: 1800 mg

Pasien dengan penyakit saraf setelah Herpes


⇔600 mg 1 kali pada hari pertama, diminum pada pagi hari,
kemudian dosis ditingkatkan menjadi 600 mg 2 kali sehari.

Pasien dengan sindrom kaki gelisah


⇔ 600 mg perhari tiap jam 5 sore
Pasien dengan Gangguan Ginjal mengidap;

Epilepsi dan Nyeri saraf


⇔ Semua dosis diberikan dalam 3 kali.
→ Pasien anurik yang menjalani hemodialisis yang tidak pernah
menerima gabapentin:
Dosis pemuatan: 300-400 mg, diikuti oleh 200-300 mg setelah
setiap hemodialisis 4 jam.
→ Pada pasien dengan gangguan ginjal yang menjalani
hemodialisis: tambahan 200-300 mg dalam dosis pemeliharaan
setelah setiap hemodialisis 4 jam.

Nyeri Saraf setelah Herpes


⇔ Sebagai gabapentin enacarbil yang menjalani Hemodialisis:
Pemeliharaan: 300 mg setelah setiap dialisis, dapat meningkat
menjadi 600 mg jika perlu. Semua dosis didasarkan pada
respons individu dan tolerabilitas.
Dosis Untuk Anak-Anak
Oral (Diminum)
Pasien dengan penyakit epilepsi
⇔ ≥ 6 tahun
→ 0-15 mg / kg setiap hari, dapat dititrasi selama sekitar 3 hari
sampai dosis efektif tercapai
→ Dosis Sekali Minum Maksimum: 25-35 mg/ kg setiap
harinya
→ Interval Dosis Minimum: 0-15 mg/ kg, 3 kali dalam 24 jam
→ Dosis Harian Maksimum: 50 mg/ kg dalam 3 kali / 24 jam
Antasida dan cimetidine dapat mempengaruhi konsentrasi
Intraksi obat
gabapentin

1.5 Anti migren


a. Zolmitriptan
Golongan Obat resep
Jenis Tablet
Saat membandingkan triptan, fitur farmakokinetik utama adalah
onset efek dan durasi kerja. Kebanyakan triptan memiliki waktu
paruh sekitar 2 jam; almotriptan dan eletriptan memiliki waktu
Farkokinetik
paruh 3 sampai 4 jam, naratriptan memiliki waktu paruh sekitar
6 jam, dan frovatriptan memiliki waktu paruh terpanjang (25
jam) dan onset kerja yang paling lambat.
Triptan adalah agonis reseptor serotonin 5-HT1 spesifik yang
menghasilkan penyempitan pembuluh darah kranial serta
Farkodinamik
penghambatan dan penguranganproses inflamasi di sepanjang
jalur saraf trigeminal.
Pilihan triptan tergantung pada preferensi pasien untuk bentuk
sediaan (jika ada mual dan muntah), adanya migrain berulang,
Farkoterapi dan pembatasan formularium. Seorang pasien yang mengalami
mual dan muntah mungkin lebih memilih sumatriptan injeksi
atau intranasal.
Dosis Zolmitriptan Dewasa
Serangan migrain hidung akut
→ 5 mg (1 semprotan) ke dalam 1 lubang hidung sesegera
mungkin setelah timbulnya gejala, diulangi minimal 2 jam
setelah dosis pertama jika gejala kambuh dlm 24 jam
→ Maks: 10 mg / hari
→ Keamanan dalam mengobati sakit kepala> 4 dalam periode
30 hari tidak ditetapkan
Dosis
Serangan migrain oral akut
→ Awalnya, 2,5 mg
→ Dosis kedua dpt diberikan sekurang-kurangnya 2 jam setelah
dosis pertama jika gejala kambuh dalam 24 jam
→ Dosis maks: 10 mg dalam 24 jam
→ Keamanan dalam mengobati> tiga sakit kepala dalam waktu
30 hari belum ditetapkan
• Pemberian triptan dalam waktu 24 jam setelah pengobatan
dengan obat lain yang mengandung ergotamine atau jenis ergot
agonis 5-HT1 (seperti dihydroergotamine) dapat menyebabkan
Intraksi obat
reaksi vasospastik yang berkepanjangan. Penggunaan obat yang
mengandung ergot dan agonis 5-HT dalam waktu 24 jam satu
sama lain harus dihindari
• kesemutan • sensasi hangat atau panas atau kemerahan • rasa
tidak nyaman pada hidung dan tenggorokan • gangguan
penglihatan • parestesia • pusing• kelemahan dan kelelahan •
Efek samping
mengantuk • nyeri atau tekanan dada • nyeri leher atau
tenggorokan • nyeri atau tekanan pada rahang • mulut kering •
dispepsia

b. Dihydroergotamine
Golongan Obat resep
Jenis injeksi dan semprot Hidung
Ergotamine tidak sepenuhnya diserap dari saluran GI. Bentuk
intranasal dihydroergotamine cepat diserap. Konsentrasi plasma
puncak, setelah injeksi subkutan, terjadi dalam 45 menit, dan
Farkokinetik 90% dari dosis terikat protein plasma. Tambang Ergota
dimetabolisme di hati, dan 90% metabolit diekskresikan dalam
empedu; jejak obat yang tidak berubah diekskresikan dalam
urin.
Efek antimigren derivat ergotamine diyakini disebabkan oleh
blokade peradangan neurogenik. Obat-obat ini juga bekerja
sebagai agonis atau antagonis parsial pada reseptor serotonin,
Farkodinamik
dopaminergik, dan alfa-adrenergik, bergantung pada lokasinya.
Sediaan ergotamin umumnya perlu diresepkan dengan sediaan
antiemetik bila digunakan untuk migrain.
Persiapan ergotamine digunakan untuk mencegah atau
mengobati sakit kepala vaskular, seperti migrain, varian
Farkoterapi migrain, dan sakit kepala cluster. Dihydroergotamine digunakan
ketika pengendalian migrain yang cepat diinginkan atau ketika
rute lain tidak diinginkan.
Dosis Dosis Dewasa Biasa untuk Migrain
Parenteral:
→ 1 mg IM / IV / subkutan
→ Tambahan 1 mg dosis dapat diberikan setiap jam sesuai
kebutuhan tidak melebihi maksimum harian
Dosis maksimum:
→ IV: 2 mg / 24 jam : Periode 6 mg / 7 hari
→ IM / subkutan: 3 mg / 24 jam : Periode 6 mg / 7 hari
Semprotan Hidung:
→ 0,5 mg (1 semprotan) secara intranasal ke kedua lubang
hidung;
ulangi dalam 15 menit
→ Dosis total: 2 mg (2 semprotan di setiap lubang hidung
berjarak 15 menit)
→ Dosis akut lebih dari 2 mg belum terbukti memberikan
manfaat tambahan
→ Dosis maksimum: 3 mg / 24 jam, Periode 4 mg / 7 hari
Dosis Dewasa Biasa untuk Sakit Kepala Cluster
→ 1 mg IM / IV / subkutan
→ Tambahan 1 mg dosis dapat diberikan setiap jam sesuai
kebutuhan tidak melebihi maksimum harian
Dosis maksimum:
→ IV: 2 mg / 24 jam : Periode 6 mg / 7 hari
→ IM / subkutan: 2 mg / 24 jam : Periode 6 mg / 7 hari

. • Pasien mungkin mengalami peningkatan risiko kelemahan,


hiperfleksi, dan inkoordinasi saat preparat ergotamin digunakan
dengan SSRI.
• Obat yang menghambat enzim CYP3A4 (seperti eritromisin,
cla rithromycin, troleandomisin, ritonavir, nelfinavir, indinavir,
Intraksi obat
dan agen antijamur turunan azol) dapat mengubah metabolisme
ergotamine, mengakibatkan peningkatan konsentrasi serum
ergotamine. Hal ini meningkatkan risiko vasospasme dan
iskemia serebral atau perifer. Obat ini tidak boleh digunakan
bersamaan. •
muntah • mati rasa • kesemutan • nyeri otot • kaki lemah • gatal.
Tentu. • Waspada terhadap ergotamine rebound atau
peningkatan frekuensi dan durasi sakit kepala, yang dapat terjadi
Efek samping jika obat dihentikan secara tiba-tiba. • Pantau ECG pada pasien
dengan faktor risiko CAD atau dengan gejala yang mirip dengan
CAD, seperti dada atau tenggorokan sesak, nyeri, dan berat. •
Evaluasi pengetahuan pasien dan keluarga tentang terapi obat.

Bagan

Relaksan otot rangka Chlorzoxazone

Dantrolene
Penghambat
neuromoskular Atracurium besilate

Suxamethonium

Anti parkinson Thihexyphenidly

Levodopa

Tolcapone

Anti konvulsan Fosphenytoin

Primidone

Carbamazepine

Diazepam

Phenobabital

Oxcarbazepine
Gabapentin

Isoniazid
Lamotrigen

Zonisamide

Anti migren Zolmitriptan


dihydroergotamine

Lagu sistem saraf neuromuskular


Abang tukang bakso

Ayo teman teman…


Marilah semua belajar bersama
Bersama kami kelompok 1 yang pasti lucu ini
Kita belajar obat obatan sistem saraf neuromuskular

Golongan pertama relaksan otot rangka


Dua penghambat neuromuskular
Yang ketiga obat anti parkinson
Yang ke empat ada antikonvulsan
Yang terakhir yaitu anti migren

Relaksaan otot rangka obatnya chlorzoxazone untuk pelemas otot


Penghambat neuromuskular obatnya atracurium, relaksasi otot
Ada anti parkinson obatnya trihexyphenidyl untuk obat kejang
Anti konvulsan obatnya diazepam manfaatnya, untuk imsomnia
Anti migren obatnya zolmitriptan manfaatnya untuk sakit kepala

Itulah tadi golongan obat


Semoga ini menjadi bermanfaat
Kami ini selaku kelompok 1
Terimah kasih dan mohon undur diri

1.4. kesimpulan

Sistem saraf adalah sistem kompleks yang berperan dalam mengatur dan
mengoordinasikan seluruh aktivitas tubuh. Sistem ini memungkinkan Anda untuk
melakukan berbagai kegiatan, seperti berjalan, berbicara, menelan, bernapas, serta semua
aktivitas mental, termasuk berpikir, belajar, dan mengingat. Ini juga membantu Anda
mengontrol bagaimana tubuh bereaksi dalam keadaan darurat. Sistem saraf pada manusia
terdiri dari otak sumsum tulang belakang, organ-organ sensorik (mata, telinga, dan organ
lainnya), dan semua saraf yang menghubungkan organ-organ tersebut dengan seluruh
tubuh. Sistem ini bekerja dengan mengambil informasi melalui bagian tubuh atau indera
tertentu, memproses informasi tersebut, serta memicu reaksi, seperti membuat otot kita
bergerak, merasakan sakit, atau bernapas. Dalam menjalankan kerjanya tersebut, sistem
saraf terbagi menjadi dua struktur atau susunan, yaitu sistem saraf pusat dan sistem saraf
tepi. Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang, sedangkan saraf
tepi terdiri dari saraf yang menghubungkan saraf pusat ke seluruh tubuh Anda. Adapun
saraf tepi terbagi ke dalam dua susunan besar, yaitu saraf somatik dan otonom. Fungsi
sistem saraf yang paling utama adalah untuk menerima, mengolah, dan menyampaikan
rangsangan dari seluruh organ.
Neuromuskuler adalah dua system yang tidak dapat di pisahkan dalam kehidupan sehari-h
ari, terutama dalam keadaan olahraga. Muskuler (perototan) dalam funsinya adalah menge
rut / memendek/ kontraksi. Dalam pemendekan, otot di rangsang (dikontrol) oleh system s
araf sehingga otot terkontrol kekuatan, akurasi, dan powernya. Neuromuskular berkenaan
dengan otot dan saraf, atau hubungan di antara keduanya. Sistem kerja saraf dan otot tidak
dapat dipisahkan, dimana kerja keduanya harus memberikan aksi dan reaksi yang sesuai g
una menghasilkan suatu gerakan yang terkoordinasi dan fungsional
Contoh obat Sistem Saraf pusat dan Neuromuskular:
4.2. Saran
Untuk dapat memahami sistem saraf, selain membaca dan memahami materi-
materi dari sumber keilmuan yang ada (buku, internet, dan lain-lain) kita harus
dapat mengkaitkan materi-materi tersebut dengan kehidupan kita sehari-hari,
agar lebih mudah untuk paham dan akan selalu di ingat
DAFTAR PUSTAKA

Adler. Beckers. Buck. (2014). PNF in Practice Fourth Edition.


Berlin Heidelberg: Springer-Verlag.
Bagus Nahadewa, Tjokorda Gde. (2013). Saraf Perifer Masalah dan
Penanganannya Seri Buku Ajar. Jakarta: PT Indeks.
Irfan, Muhammad. (2012). Fisioterapi Bagi Insan Stroke.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
J. Lescher, Penelope. (2011). Pathology For The Physical Therapist
Assistant. Pennsylvania: The F.A. Davis company,
Philadelphia. Lynn, D. Joanne, dkk (2004). The 5-minute Neurology
Consult. USA: Lippincott Williams & Wilkins.
Nandar, Shahdevi Kurniawan. (2012). Buku Ajar Saraf Perifer.
Malang: Tim UB Press.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun
2015 Standar Pelayanan Fisioterapi. (2015). Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 1536. Jakarta
Raine, Sue. dkk. (2009). Bobath Concept Theory and Clinical
Practice in Neurological Rehabilitation. USA: Blackwell Publishing.
Rianawati, Sri Budhi, dkk. (2015). Continuing Neurological
Education 4. Malang: UB Press.
Sarpini, Rusbandi. (2017). Anatomi dan Fisiologi Tubuh Manusia Untuk
Paramedis- edisi revisi. Bogo: IN MEDIA.

Anda mungkin juga menyukai