Assalamualaikum Wr. Wb
Puja dan puji syukur saya haturkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala yang telah
memberikan banyak nikmat, taufik dan hidayah. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Farmakilogi Keperawatan Sistem Saraf Dan Neumuskular” dengan baik tanpa
ada halangan yang berarti. Makalah ini telah kami selesaikan dengan maksimal berkat kerjasama
dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu kami sampaikan banyak terima kasih kepada
segenap pihak yang telah berkontribusi secara maksimal dalam penyelesaian makalah ini. Diluar
itu, kami sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam
penulisan makalah ini, baik dari segi tata bahasa, susunan kalimat maupun isi. Oleh sebab itu
dengan segala kerendahan hati, kami selaku penyusun menerima segala kritik dan saran yang
Wassalamualaikum Wr. Wb
06 April 2023
Kelompok 1
DAFTAR DAFTAR ISI
COVER................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................iii
BAB I: PENDAHULUAN..................................................................................................1
2.8. Bagan
BAB IV PENUTUP
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
1. Mengidentifikasi
1.4. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Dapat menjadi pengalaman dan pengetahuan tentang farmakologi keperawatan sistem saraf
dan neuromuskular
2. Bagi mahasiswa
Dapat mengetahui obat-obatan sistem saraf dan neuromuskular sehingga diharapkan
mahasiswa keperawatan mampu mengingkatkan kemampuannya dalam keperawatan tersebut
BAB II
TINJAUAN PUSTAKAN
Sistem saraf adalah sistem kompleks yang berperan dalam mengatur dan mengoordinasikan
seluruh aktivitas tubuh. Sistem ini memungkinkan Anda untuk melakukan berbagai kegiatan
seperti berjalan, berbicara, menelan, bernapas, serta semua aktivitas mental, termasuk berpi
kir, belajar, dan mengingat. Ini juga membantu Anda mengontrol bagaimana tubuh bereaksi
dalam keadaan darurat. Sistem saraf pada manusia terdiri dari otak sumsum tulang belakang,
organ-organ sensorik (mata, telinga, dan organ lainnya), dan semua saraf yang menghubung
kan organ-organ tersebut dengan seluruh tubuh. Sistem ini bekerja dengan mengambil infor
masi melalui bagian tubuh atau indera tertentu, memproses informasi tersebut, serta memicu
reaksi, seperti membuat otot kita bergerak, merasakan sakit, atau bernapas. Dalam menjalan
kan kerjanya tersebut, sistem saraf terbagi menjadi dua struktur atau susunan, yaitu sistem sa
raf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan sumsum tulang belaka
ng, sedangkan saraf tepi terdiri dari saraf yang menghubungkan saraf pusat ke seluruh tubuh
Anda. Adapun saraf tepi terbagi ke dalam dua susunan besar, yaitu saraf somatik dan otono
m. Fungsi sistem saraf yang paling utama adalah untuk menerima, mengolah, dan
menyampaikan rangsangan dari seluruh organ.
Sistem saraf pusat berfungsi menerima informasi dari semua area tubuh dan kemudian men
gkoordinasikan semua arus lalu lintas tersebut untuk menghasilkan respons tubuh. Organ t
ubuh yang termasuk dalam sistem saraf pusat manusia meliputi:
a. Saraf Otak
Otak merupakan organ yang sangat penting dan memiliki fungsi-fungsi yang kompleks, s
eperti kecerdasan, kesadaran, ingatan dan lain sebagainya. Besar otak kurang lebih dua ge
nggaman tangan dengan berat kurang lebih 1500 gram. Kehidupan manusia sejatinya dike
ndalikan oleh sesuatu. Saraf otak dibagi menjadi tiga bagian diantaranya
Neuron merupakan sel-sel yang sangat kompleks. Meskipun sangat beragam strukturnya, sem
ua sel saraf mempunyai badan sel (cell body) yang fungsinya sangat penting dalam kerja siste
m saraf. Neuron terdiri dari beberapa bagian, yaitu:
1) Dendrit
Kebanyakan dari sel saraf memiliki banyak dendrit yang merupakan perpanjangan atau perca
bangan dari badan sel. Dendrit seperti halnya ranting pada pohon yang merupakan percabang
an dari dahan pohon. Organel-organel yang terdapat pada badan sel juga terdapat di dalam de
ndrit. Dendrit berfungsi sebagai penerima rangsang, memperluas area untuk menerima sinyal
dari sel saraf lain. Dendrit juga berfungsi menghantarkan sinyal ke badan sel.
Walaupun sangat beragam ukuran diameternya yaitu dari 5 sampai 140 µm, namun semua se
l saraf hanya memiliki satu inti sel yang dikelilingi oleh sitoplasma. Kandungan sitoplasma p
ada sel saraf tidak berbeda dengan sel-sel lain pada umumnya. Badan sel merupakan tempat
proses dari impuls yang diterima oleh ujung- ujung saraf. Badan sel
banyak terletak di Sistem Saraf Pusat. Namun badan sel yang disebut ganglia (tunggal: gangli
on) terletak disepanjang Sistem saraf tepi.
3) Akson
Setiap sel saraf hanya memiliki satu akson yang memanjang dari daerah berbentuk kerucut pa
da badan sel. Akson diselubungi oleh selubung myelin. Akson berfungsi mengantarkan rangs
ang dari atau ke badan sel.
Sum-sum tulang belakang merupakan kelanjutan dari medula oblongata. Bagian ini terus berl
anjut kebelakang sampai tulang belakang. Panjang sum-sum tulang belakang sekitar 42 cm sa
mpai 43 cm. Sum-sum tulang belakang dilindungi oleh rongga tulang belakang dan dilapisi ol
eh meninges. Terdapat 31 pasang saraf spinal cord yang terbagi atas 8 di serviks, 12 di thoraci
c, 5 di lumbar, 5 di sacral, dan 1 di coccygeal.
Sistem saraf tepi merupakan kumpulan saraf lanjutan dari otak dan spinal cord. Sel-sel saraf in
i membawa impuls dari dan ke saraf pusat. Saraf tepi berfungsi menghubungkan respon sistem
saraf pusat ke organ tubuh dan bagian lainnya di tubuh. Saraf ini meluas dari sistem saraf pusa
t ke area terluar tubuh sebagai jalur penerimaan dan pengiriman rangsangan dari dan ke otak.
Saraf yang membentuk sistem saraf tepi dinamakan sebagai akson. Dalam beberapa kasus, sar
af ini sangat kecil tetapi beberapa ikatan saraf ada yang bentuknya besar dan dapat dilihat jelas
oleh mata.
Sistem saraf tepi merupakan kumpulan saraf lanjutan dari otak dan spinal cord. Sel-sel saraf in
i membawa impuls dari dan ke saraf pusat. Saraf tepi berfungsi menghubungkan respon sistem
saraf pusat ke organ tubuh dan bagian lainnya di tubuh. Saraf ini meluas dari sistem saraf pusa
t ke area terluar tubuh sebagai jalur penerimaan dan pengiriman rangsangan dari dan ke otak.
Saraf yang membentuk sistem saraf tepi dinamakan sebagai akson. Dalam beberapa kasus, sar
af ini sangat kecil tetapi beberapa ikatan saraf ada yang bentuknya besar dan dapat dilihat jelas
oleh mata.
Sistem ini terdiri dari serabut saraf perifer. Fungsi saraf ini mengambil informasi sensorik ata
u sensasi dari organ perifer seperti kulit, dan nantinya dibawa ke sistem saraf pusat. Pada saraf
somatik juga terdiri serabut saraf motor yang keluar dari otak dan membawa pesan untuk men
ggerakkan tubuh yang dibantu oleh otot rangka. Misalnya, saat menyentuh termos panas, saraf
sensorik membawa informasi bahwa ini adalah sensasi panas ke otak. Nah, setelah itu, saraf m
otorik memberi tahu otak untuk menggerakkan otot-otot tangan untuk segera menghindar, mel
epas atau menarik tangan dari termos panas tersebut. Keseluruhan proses ini terjadi kurang le
bih dalam waktu satu detik.
Neuromuskuler adalah dua system yang tidak dapat di pisahkan dalam kehidupan sehari-hari,
terutama dalam keadaan olahraga. Muskuler (perototan) dalam funsinya adalah mengerut /
memendek/ kontraksi. Dalam pemendekan, otot di rangsang (dikontrol) oleh system saraf
sehingga otot terkontrol kekuatan, akurasi, dan powernya. Neuromuskular berkenaan dengan
otot dan saraf, atau hubungan di antara keduanya. Sistem kerja saraf dan otot tidak dapat
dipisahkan, dimana kerja keduanya harus memberikan aksi dan reaksi yang sesuai guna
menghasilkan suatu gerakan yang terkoordinasi dan fungsional.
b. Dantrolene
b. Suxamethonium
Lansia ;
Oral
Gejala ekstrapiramidal akibat obat
→ Mungkin memerlukan dosis lebih rendah.
Oral
Parkinsonisme
→ Mungkin memerlukan dosis lebih rendah.
Interaksi dapat terjadi ketika obat-obatan tertentu dikonsumsi
dengan antikolinergik:
• Amantadin dapat menyebabkan peningkatan efek samping
antikolinergik.
• Penyerapan levodopa dapat menurun, yang dapat
memperburuk tanda dan gejala parkinsonian.
• Antipsikotik (seperti fenotiazin, thiothixene, haloperi dol, dan
Intraksi obat
loxapine) dan antikolinergik secara bersamaan menurunkan
efektivitas kedua obat tersebut. Insiden efek samping
antikolinergik juga dapat meningkat.
• Sediaan batuk dan pilek yang dijual bebas, bantuan diet, dan
analeptik (obat yang digunakan untuk tetap terjaga)
meningkatkan efek antikolinergik.
• Alkohol meningkatkan depresi SSP.
Efek samping ringan terkait dosis terhadap antikolinergik
Efek samping terlihat pada 30% sampai 50% pasien. Mulut kering mungkin
merupakan reaksi terkait dosis terhadap trihexyphenidyl.
b. Levodopa
Dewasa;
Parenteral / Injeksi
⇔ Status epileptikus tonik-klonik
→ Sebagai fenitoin Na ekuivalen (PSE): Sebagai terapi
Dosis
tambahan dengan benzodiazepin (misalnya diazepam): Dosis
muatan: 15 mg / kg sebagai dosis tunggal dengan infus IV
dengan kecepatan 100-150 mg / menit.
→ Pemeliharaan: Awal, 4-5 mg / kg / hr dlm 1-2 dosis terbagi
dg inj IM atau infus IV dg kecepatan 50-100 mg / mnt. Dosis
selanjutnya tergantung pada respon pasien dan melalui level
plasma-fenitoin.
⇔ Kejang
→ Kecuali status epileptikus: Sebagai fenitoin Na ekuivalen
(PSE): 10-15 mg / kg sebagai dosis tunggal dengan inj IM atau
infus IV dengan kecepatan 50-100 mg / menit.
→ Dosis pemeliharaan: Awal, 4-5 mg / kg / hr dlm 1-2 dosis
terbagi dg inj IM atau infus IV dg kecepatan 50-100 mg / mnt.
Dosis selanjutnya tergantung pada respon pasien dan melalui
level plasma-fenitoin.
Lansia;
Parenteral / Injeksi
⇔ Status epileptikus tonik-klonik
→ Dosis pemuatan yang lebih rendah dan / atau kecepatan
infus, dan dosis pemeliharaan yang lebih rendah atau lebih
jarang.
⇔ Kejang
→ Dosis pemuatan yang lebih rendah dan / atau kecepatan
infus, dan dosis pemeliharaan yang lebih rendah atau lebih
jarang.
Hydantoins berinteraksi dengan beberapa obat. Berikut adalah
beberapa interaksi obat dengan signifikansi klinis mayor hingga
Intraksi obat sedang: • Efek fenitoin berkurang bila diminum dengan fenobar
bital, diazoksida, teofilin, karbamazepin, rifampisin, antasida,
dan sukralfat.
: • mengantuk • ataksia • lekas marah dan gelisah • sakit kepala •
nistagmus • pusing dan vertigo • disartria • mual dan muntah•
sakit perut • anoreksia • depresi konduksi atrium dan ventrikel •
Efek samping
fibrilasi ventrikel (dalam keadaan toksik) • bradikardia,
hipotensi, dan henti jantung (dengan pemberian IV) • reaksi
hipersensitivitas.
b. Primidone
Golongan Obat keras
Jenis Tablet
Farkokinetik Sekitar 60% sampai 80% dari dosis primidon diserap dari
saluran GI, dan didistribusikan secara merata di antara jaringan
tubuh. Obat ini terikat protein sebagian kecil dalam plasma.
Primidone dimetabolisme oleh hati menjadi dua metabolit aktif,
fenobarbital dan phenylethylmalonamide (PEMA). Dari 15%
sampai 25% primi done diekskresikan tidak berubah dalam urin,
15% sampai 25% dimetabolisme menjadi fenobarbital, dan 50%
sampai 70% diekskresikan dalam urin sebagai PEMA.
Menunjukkan tindakan antikonvulsan pada dosis di bawah yang
menghasilkan efek hipnotis. Untuk alasan ini, barbiturat
Farkodinamik biasanya tidak menimbulkan kecanduan saat digunakan untuk
mengobati epilepsi. Bar biturat meningkatkan ambang kejang
dengan menurunkan eksitasi pascasinaps.
Farkoterapi • kejang parsial •kejang tonik-klonik • kejang demam.
Dosis Dewasa
Oral/Diminum:
⇔ Tremor esensial
→ Awal, 50mg per hari secara bertahap ditingkatkan selama 2-3
minggu jika perlu.
→ Dosis Maksimum: 750mg setiap hari.
⇔ Kejang tonik-klonik umum, Kejang parsial
→ Awalnya, 125mg sebelum tidur, ditingkatkan 125mg setiap 3
hari jika perlu hingga 500mg setiap hari diberikan dalam 2 dosis
terbagi, selanjutnya dapat ditingkatkan 250mg setiap 3 hari jika
diperlukan.
Dosis → Pemeliharaan: 750-1.500mg per hari diberikan dalam 2 dosis
terbagi.
Dosis Anak-anak
Oral/Diminum:
⇔ Kejang tonik-klonik umum, Kejang parsial
→ Awalnya, 125mg sebelum tidur, ditingkatkan 125 mg setiap
3 hari jika perlu sampai dosis pemeliharaan harian diberikan
dalam 2 dosis terbagi sesuai usia.
→ <2 tahun 250-500mg
→ 2-5 tahun 500-750mg
→ 6-9 tahun 750-1.000mg
→ >9 tahun Sama dengan dosis dewasa.
: • Efek primidone dapat dikurangi bila diminum dengan
rifampisin. • Risiko toksisitas meningkat bila primidone
digunakan dengan depresan SSP, asam valproat, kloramfenikol,
Intraksi obat felbamat, simetidin, atau fenitoin. • Metabolisme kortikosteroid,
simetidin, atau fenitoin dapat ditingkatkan dengan terapi
fenobarbital, menyebabkan penurunan efek. Minyak evening
primrose dapat meningkatkan kebutuhan dosis antikonvulsan.
Efek samping • mengantuk • lesu • pusing • nistagmus, kebingungan, dan
ataksia (dengan dosis besar) • laringospasme, depresi
pernapasan, dan hipotensi (bila diberikan IV)
c. Carbamazepine
Golongan Obat khusus disertai resep
Jenis Tablet dan sirup
Carbamazepine diserap perlahan dari saluran GI, dimetabolisme
di hati oleh sitokrom P-450 isoform 3A4 (CYP3A4), dan
Farkokinetik diekskresikan dalam urin. Carbamazepine didistribusikan
dengan cepat ke semua jaringan; 75% sampai 90% terikat pada
protein plasma. Waktu paruh sangat bervariasi.
Efek antikonvulsan karbamazepin mirip dengan feni toin.
Tindakan obat antikonvulsan dapat terjadi karena
Farkodinamik
kemampuannya untuk menghambat penyebaran aktivitas kejang
atau transmisi neuromuskular pada umumnya.
Carbamazepine adalah obat pilihan, pada orang dewasa dan
Farkoterapi anak-anak, untuk mengobati: • kejang umum tonik-klonik •
kejang parsial sederhana dan kompleks.
Dosis Dosis Dewasa
Epilepsi
Oral/Diminum:
→ 100-200 mg sebagai dosis awal diminum secara bertahap
sekali atau dua kali setiap hari, kemudian ditingkatkan 200 mg
per hari setiap minggu.
→ Dosis pemeliharaan: 0,8-1,2 g diminum setiap hari dalam
dosis terbagi.
→ Interval Dosis Minimum: 100-200 mg
→ Dosis sekali minum Maksimum: 200 mg diminum per hari
tiap minggu.
→ Dosis harian Maksimum: 2g diminum setiap hari
d. Diazepam
Golongan Resep dokter
Kaplet, sirup, suntik, suppositoria (kaplet yang dimasukkan ke
Jenis
dalam dubur
Pasien dapat menerima benzodiazepin secara oral, parenteral
atau, dalam situasi khusus, secara rektal. Obat ini diserap
dengan cepat dan hampir sepenuhnya dari saluran GI tetapi
didistribusikan dengan kecepatan yang berbeda. Pengikatan
Farkokinetik protein benzodiazepin berkisar antara 85% hingga
90%.Benzodiazepin dimetabolisme di hati menjadi beberapa
metabolit dan kemudian diekskresikan dalam urin.
Benzodiazepin mudah melewati plasenta dan diekskresikan
dalam ASI.
Benzodiazepin bertindak sebagai: • antikonvulsan • agen
Farkodinamik antiansietas • sedatifhipnotik • pelemas otot. zures. Mekanisme
aksi mereka kurang dipahami
• Diazepam IV digunakan untuk mengontrol status epileptikus.
Karena diaz epam hanya memberikan efek jangka pendek
Farkoterapi kurang dari 1 jam, pasien juga harus diberikan antikonvulsan
kerja panjang, seperti fenitoin atau fenobarbital, selama terapi
diazepam.
Dosis Dosis Diazepam Dewasa
Oral/Diminum Kesulitan tidur karena kecemasan: 5-15 mg saat
akan tidur.
Kejang: 2-60 mg setiap hari dengan pembagian dosis.
Premedikasi sebelum anestesi, prosedur bedah dan medis
minor: 5-20 mg.
Kejang otot: 2-15 mg setiap hari dengan pembagian
dosis, dapat ditingkatkan menjadi 60 mg/hari jika bertambah
parah.
Kecemasan akut: 2-10 mg 2-4 kali sehari tergantung
keparahan gejala.
Sindrom untuk penarikan alkohol: 5-20 mg, dapat
diulang 2-4 jam jika perlu. Atau 10 mg 3-4 jam selama 24 jam
pertama, kurangi menjadi 5 mg 3-4 jam sehari sesuai kebutuhan.
Parenteral/Injeksi Kecemasan hebat: 2-10 mg injeksi IM
atau IV lambat, ulangi setelah 4 jam.
Kejang otot: 5-10 mg injeksi IM atau IV lambat, dapat
diulangi setelah 4 jam.
Kejang otot karena tetanus: awalnya 0,1-0,3 mg/kg melalui
injeksi IV lambat (1 ml/menit), dapat diulangi setelah 1-4 jam
atau Infus IV 3-10 mg/kg selama 24 jam. Dosis dapat
ditingkatkan tergantung beratnya kasus.
Premedikasi sebelum anestesi: 10-20 mg, dosis dapat
ditingkatkan berdasarkan respons klinik atau sesuai kebutuhan.
Sindrom untuk penarikan alkohol parah dengan delirium:
10-20 mg melalui injeksi IM atau IV, dosis dapat ditingkatkan
tergantung keparahan.
Kejang: 10-20 mg melalui injeksi IM atau IV lambat (1
ml/menit) dapat diulangi 30-60 menit sesuai kebutuhan. Dapat
diikuti infus lambat IV jika diindikasikan maksimal 3 mg/kg
dalam 24 jam.
Rektal/Dubur Kejang: 0,5 mg/kg dapat diulangi setiap 12 jam.
Maksimal 30 mg.
Kejang otot, premedikasi sebelum anestesi, prosedur
bedah, medis minor, dan kecemasan parah 0.5 mg/kg dapat
diulangi setiap 12 jam. Maksimal 30 mg.
Dosis Diazepam Lansia
Oral/Diminum Kesulitan tidur karena kecemasan: Kurangi
setengah dari dosis dewasa.
Kejang: Kurangi setengah dari dosis dewasa.
Premediasi sebelum anestesi, prosedur bedah dan medis
minor: Kurangi setengah dari dosis dewasa.
Kejang otot: Kurangi setengah dari dosis dewasa.
Kecemasan akut: Kurangi setengah dari dosis dewasa.
Sindrom untuk penarikan alkohol: Kurangi setengah dari
dosis dewasa.
Parenteral/Injeksi Kecemasan hebat: Kurangi setengah dari
dosis dewasa.
Kejang otot: Kurangi setengah dari dosis dewasa.
Premedikasi sebelum anestesi: Kurangi setengah dari
dosis dewasa.
Sindrom untuk penarikan alkohol: Kurangi setengah dari
dosis dewasa.
Rektal/Dubur Kejang: Kurangi setengah dari dosis dewasa.
Kejang otot, premedikasi sebelum anestesi, prosedur
bedah, medis minor, dan kecemasan parah: 0.25 mg/kg dapat
diulangi setiap 12 jam, maksimal 30 mg.
Dosis Diazepam Anak-Anak
Oral/Diminum Premediasi sebelum anestesi, prosedur bedah dan
medis minor: 2-10 mg.
Kejang otot: 2-40 mg setiap hari dengan pembagian
dosis.
Kecemasan akut: 1-2.5 mg 3-4 kali dapat ditingkatkan
sesuai kebutuhan dan toleransi.
Parenteral/Injeksi Kejang otot: Sama dengan dosis orang
dewasa.
Premedikasi sebelum anestesi: 0.2 mg/kg injeksi lambat
lebih dari 0.5 ml/menit.
Kejang: 1 bulan hingga kurang dari 5 tahun 0.2-0.5 mg
melalui injeksi IM atau IV lambat setiap 2-5 menit. Maksimal 5
mg. Lebih dari 5 tahun 1 mg setiap 2-5 menit hingga maksimal
10 menit. Dapat diulangi dalam 2-4 jam jika perlu.
Rektal/Dubur Kejang otot, premedikasi sebelum anestesi,
prosedur bedah, medis minor, dan kecemasan parah: Lebih dari
1 tahun sama dengan orang dewasa.
Ketika diazepam digunakan dengan depresan SSP, efek sedatif
dan depresan lainnya menjadi meningkat. Ini dapat
Intraksi obat
menyebabkan gangguan keterampilan motorik, depresi
pernapasan, dan bahkan kematian pada dosis tinggi.
• mengantuk • kebingungan • ataksia • kelemahan • pusing •
nistagmus • vertigo • pingsan • disartria • sakit kepala Penilaian
• Dapatkan riwayat kondisi yang mendasari pasien sebelum
terapi dan nilai kembali secara teratur setelahnya. • Pantau
frekuensi pernapasan pasien setiap 5 sampai 15 menit dan
sebelum setiap pengulangan dosis IV. • Pantau pemeriksaan
Efek samping
fungsi hati, ginjal, dan hematopoietik secara berkala pada pasien
yang menerima terapi berulang atau berkepanjangan. • Pantau
respons pasien terhadap obat yang diresepkan dan kadar serum
sesuai indikasi. • Pantau pasien untuk reaksi yang merugikan. •
Kaji kepatuhan pasien terhadap terapi pada setiap kunjungan
tindak lanjut. • penampilan berkaca-kaca.
e. Phenobarbital
Golongan Obat keras
Jenis Tablet, elixir
Valproat diubah dengan cepat menjadi asam valproat di
lambung. Dival proex adalah prekursor asam valproat yang
Farkokinetik terpisah menjadi asam valproat di saluran GI. Asam valproat
adalah penghambat enzim hati. Diadiserap dengan baik, terikat
kuat dengan protein, dan dimetabolisme di hati.
Mekanisme kerja asam valproik masih belum diketahui.
Diperkirakan untuk meningkatkan kadar GABA, sebuah
Farkodinamik
neurotransmiter penghambat, serta memiliki efek stabilisasi
membran langsung.
phenoborbabital diresepkan untuk pengobatan jangka panjang: •
Farkoterapi kejang absen • kejang mioklonik • kejang tonik-klonik • kejang
parsial.
Dosis Dosis Dewasa dan Lansia
Intramuskuler
⇔ Sedasi pra operasi
→ Dewasa: Sebagai fenobarbital Na: 100-200 mg 60-90 menit
sebelum operasi.
→ Lansia: Kurangi dosis.
Oral
⇔ Manajemen darurat kejang akut, Status epileptikus
→ Dewasa: 100-300 mg setiap hari sebelum tidur.
→ Lansia: Kurangi dosis.
Oral
⇔ Hipnotis
→ Dewasa: 100-320 mg.
→ Lansia: Kurangi dosis.
Oral
⇔ Sedasi
→ Dewasa: 30-120 mg per hari dalam 2-3 dosis terbagi.
→ Lansia: Kurangi dosis.
Parenteral
⇔ Manajemen darurat kejang akut, Status epileptikus
→ Dewasa: Sebagai fenobarbital Na: 200-600 mg.
→ Lansia: Kurangi dosis.
Parenteral
⇔ Hipnotis
→ Dewasa: 100-320 mg.
→ Lansia: Kurangi dosis.
Dosis Anak-anak
Intramuskuler
⇔ Sedasi pra operasi
→ Anak: Sebagai fenobarbital Na: 16-100 mg 60-90 menit
sebelum operasi.
Intravena
⇔ Sedasi pra operasi
→ Anak: 1-3 mg/kg sebelum operasi.
Oral
⇔ Manajemen darurat kejang akut, Status epileptikus
→ Anak: 3-5 mg/kg atau 125 mg/m2 setiap hari.
Oral
⇔ Sedasi pra operasi
→ Anak: 1-3 mg/kg sebelum operasi.
Oral
⇔ Sedasi
→ Anak: 6 mg/kg sehari atau 180 mg/m2 per hari dalam 3 dosis
terbagi.
Parenteral
⇔ Manajemen darurat kejang akut, Status epileptikus
→ Anak: Sebagai fenobarbital Na: 100-400 mg.
• Simetidin, aspirin, eritromisin, dan felbamat dapat
meningkatkan kadar asam valproat. • Karbamazepin, lamotrigin,
fenobarbital, primidon, feni toin, dan rifampisin dapat
Intraksi obat
menurunkan kadar asam valproat. • Asam valproik dapat
menurunkan efek lamotrigin, feno barbital, primidon,
benzodiazepin, depresan SSP, warfarin, dan zidovudin.
• mual dan muntah • diare atau konstipasi • sedasi • pusing •
Efek samping ataksia • sakit kepala • kelemahan otot • peningkatan kadar
amonia darah
f. Gabapentin
Golongan Obat resep
Jenis Kapsul dan Tablet
Gabapentin mudah diserap di saluran GI. Ketersediaan hayati
Farkokinetik tidak sebanding dengan dosis; dengan peningkatan dosis,
bioavailabilitas menurun.
Farkodinamik Mekanisme kerja gabapentin yang tepat tidak diketahui
Farmakoterapi Gabapentin digunakan sebagai terapi tambahan
pada orang dewasa dan anak-anak usia 3 tahun ke atas dengan
Farkoterapi kejang umum parsial dan sekunderGabapentin juga tampak
efektif sebagai monoterapi. Seperti carba mazepine, gabapentin
dapat memperburuk kejang mioklonik.
Dosis Dosis Untuk Orang Dewasa
Oral (Diminum)
Pasien dengan penyakit epilepsi
⇔ 300 mg 1 kali sehari pada hari pertama, 300 mg 2 kali sehari
pada hari kedua, dan 300 mg 3 kali sehari pada hari ketiga.
Dosis dapat ditingkatkan 300 mg tiap 2-3 hari, tergantung
respons pasien terhadap obat.
→ Dosis sekali minum Maksimal: 600 mg
→ Interval Dosis Minimum: 300 – 600 mg, 3 kali dalam sehari
→ Dosis Maksimum: 3600 mg dalam 3 kali minum, rentang
waktu tidak lebih dari 12 jam.
b. Dihydroergotamine
Golongan Obat resep
Jenis injeksi dan semprot Hidung
Ergotamine tidak sepenuhnya diserap dari saluran GI. Bentuk
intranasal dihydroergotamine cepat diserap. Konsentrasi plasma
puncak, setelah injeksi subkutan, terjadi dalam 45 menit, dan
Farkokinetik 90% dari dosis terikat protein plasma. Tambang Ergota
dimetabolisme di hati, dan 90% metabolit diekskresikan dalam
empedu; jejak obat yang tidak berubah diekskresikan dalam
urin.
Efek antimigren derivat ergotamine diyakini disebabkan oleh
blokade peradangan neurogenik. Obat-obat ini juga bekerja
sebagai agonis atau antagonis parsial pada reseptor serotonin,
Farkodinamik
dopaminergik, dan alfa-adrenergik, bergantung pada lokasinya.
Sediaan ergotamin umumnya perlu diresepkan dengan sediaan
antiemetik bila digunakan untuk migrain.
Persiapan ergotamine digunakan untuk mencegah atau
mengobati sakit kepala vaskular, seperti migrain, varian
Farkoterapi migrain, dan sakit kepala cluster. Dihydroergotamine digunakan
ketika pengendalian migrain yang cepat diinginkan atau ketika
rute lain tidak diinginkan.
Dosis Dosis Dewasa Biasa untuk Migrain
Parenteral:
→ 1 mg IM / IV / subkutan
→ Tambahan 1 mg dosis dapat diberikan setiap jam sesuai
kebutuhan tidak melebihi maksimum harian
Dosis maksimum:
→ IV: 2 mg / 24 jam : Periode 6 mg / 7 hari
→ IM / subkutan: 3 mg / 24 jam : Periode 6 mg / 7 hari
Semprotan Hidung:
→ 0,5 mg (1 semprotan) secara intranasal ke kedua lubang
hidung;
ulangi dalam 15 menit
→ Dosis total: 2 mg (2 semprotan di setiap lubang hidung
berjarak 15 menit)
→ Dosis akut lebih dari 2 mg belum terbukti memberikan
manfaat tambahan
→ Dosis maksimum: 3 mg / 24 jam, Periode 4 mg / 7 hari
Dosis Dewasa Biasa untuk Sakit Kepala Cluster
→ 1 mg IM / IV / subkutan
→ Tambahan 1 mg dosis dapat diberikan setiap jam sesuai
kebutuhan tidak melebihi maksimum harian
Dosis maksimum:
→ IV: 2 mg / 24 jam : Periode 6 mg / 7 hari
→ IM / subkutan: 2 mg / 24 jam : Periode 6 mg / 7 hari
Bagan
Dantrolene
Penghambat
neuromoskular Atracurium besilate
Suxamethonium
Levodopa
Tolcapone
Primidone
Carbamazepine
Diazepam
Phenobabital
Oxcarbazepine
Gabapentin
Isoniazid
Lamotrigen
Zonisamide
1.4. kesimpulan
Sistem saraf adalah sistem kompleks yang berperan dalam mengatur dan
mengoordinasikan seluruh aktivitas tubuh. Sistem ini memungkinkan Anda untuk
melakukan berbagai kegiatan, seperti berjalan, berbicara, menelan, bernapas, serta semua
aktivitas mental, termasuk berpikir, belajar, dan mengingat. Ini juga membantu Anda
mengontrol bagaimana tubuh bereaksi dalam keadaan darurat. Sistem saraf pada manusia
terdiri dari otak sumsum tulang belakang, organ-organ sensorik (mata, telinga, dan organ
lainnya), dan semua saraf yang menghubungkan organ-organ tersebut dengan seluruh
tubuh. Sistem ini bekerja dengan mengambil informasi melalui bagian tubuh atau indera
tertentu, memproses informasi tersebut, serta memicu reaksi, seperti membuat otot kita
bergerak, merasakan sakit, atau bernapas. Dalam menjalankan kerjanya tersebut, sistem
saraf terbagi menjadi dua struktur atau susunan, yaitu sistem saraf pusat dan sistem saraf
tepi. Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang, sedangkan saraf
tepi terdiri dari saraf yang menghubungkan saraf pusat ke seluruh tubuh Anda. Adapun
saraf tepi terbagi ke dalam dua susunan besar, yaitu saraf somatik dan otonom. Fungsi
sistem saraf yang paling utama adalah untuk menerima, mengolah, dan menyampaikan
rangsangan dari seluruh organ.
Neuromuskuler adalah dua system yang tidak dapat di pisahkan dalam kehidupan sehari-h
ari, terutama dalam keadaan olahraga. Muskuler (perototan) dalam funsinya adalah menge
rut / memendek/ kontraksi. Dalam pemendekan, otot di rangsang (dikontrol) oleh system s
araf sehingga otot terkontrol kekuatan, akurasi, dan powernya. Neuromuskular berkenaan
dengan otot dan saraf, atau hubungan di antara keduanya. Sistem kerja saraf dan otot tidak
dapat dipisahkan, dimana kerja keduanya harus memberikan aksi dan reaksi yang sesuai g
una menghasilkan suatu gerakan yang terkoordinasi dan fungsional
Contoh obat Sistem Saraf pusat dan Neuromuskular:
4.2. Saran
Untuk dapat memahami sistem saraf, selain membaca dan memahami materi-
materi dari sumber keilmuan yang ada (buku, internet, dan lain-lain) kita harus
dapat mengkaitkan materi-materi tersebut dengan kehidupan kita sehari-hari,
agar lebih mudah untuk paham dan akan selalu di ingat
DAFTAR PUSTAKA