diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III
dosen pengampu Angga Wilandika, S.Kep.,Ners.,M.Kep.
Disusun oleh
Kelompok 3
Nia Kurnia 302017049
Nur Ranti Luthfiani 302017052
Reina Febrianti S 302017060
Rika Meliasari 302017061
Salma Salsabila 302017068
Sophie Amalia 302017069
Utami Maharani S 302017075
Virna Darmayanthy E 302017078
Wafa Wafiah 302017079
Zainab Zakiyah Z F 302017086
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang selalu melimpahkan kasih dan
sayangnya kepada kita semua khususnya kepada penulis serta selalu memberikan
hidayah dan inayahnya sehingga penulis dapat membuat makalah ini dengan
penuh suka cita dan dapat mengumpulkan makalah ini tepat pada waktunya.
Sholawat dan salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada nabi besar kita,
nabi Muhammad SAW.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah III. Dalam penyusunannya pun penulis mendapatkan
bantuan dari dosen mata kuliah yang bersangkutan, dari teman-teman dan dari
referensi buku serta artikel media massa.
Penyusunan makalah ini belum mencapai kata sempurna, sehingga penulis
dengan lapang dada menerima kritik dan saran dari pembaca yang bersifat
membangun sehingga di kemudian hari penulis dapat membuat makalah jauh
lebih baik dari makalah ini. Penulis berharap dengan dibuatnya makalah ini dapat
menambah pengetahuan pembaca serta menjadi inspirasi bagi pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sistem saraf adalah suatu jaringan saraf yang kompleks, sangat khusus dan
saling berhubungan satu dengan yang lain. Sistem saraf mengkoordinasi,
menafsirkan dan mengontrol interaksi antara individu dengan lingkungan lainnya.
Sistem tubuh yang penting ini juga mengatur kebanyakan aktivitas sistem tubuh
lainnya, karena pengaturan saraf tersebut maka terjalin komunikasi antara
berbagai sistem tubuh hingga menyebabkan tubuh berfungsi sebagai unit yang
harmonis. Dalam sistem inilah berasal segala fenomena kesadaran, pikiran,
ingatan, bahasa, sensasi dan gerakan.
Sistem Saraf Pusat (SSP) memiliki kriteria yang sama dengan organ tubuh
lainnya yaitu kerjanya sangat bergantung pada aliran darah yang memadai untuk
nutrisi dan pembuangan sisa-sisa metabolismenya. Suplai darah ke otak
merupakan suatu jalinan pembuluh-pembuluh darah yang bercabang-cabang,
berhubungan erat satu dengan yang lain sehingga dapat menjamin suplai darah
yang adekuat untuk sel. Suplai darah ini dijamin oleh dua arteria, yaitu a.carotis
interna dan a.vertebralis yang cabang-cabangnya beranastomosis membentuk
sirkulus arteriosus willisi (Price & Wilson, 2006).
Penyakit saraf termasuk salah satu jenis penyakit yang menyerang sistem
saraf manusia. Terutama pusat sistem saraf manusia yang berada di otak.
Penyakit saraf dapat menyerang segala usia, mulai dari usia bayi hingga orang
tua. Gangguan atau kelainan sistem saraf pada manusia dapat menimbulkan efek
yang sangat kritikal sekali. Terganggunya sistem saraf pada tubuh manusia,
berakibat fatal bagi kesehatan. Jika sudah begitu, manusia tidak akan bisa
menjalankan rutinitas kehidupannya secara normal. Biasanya, gejala awal suatu
penyakit saraf menyerang saraf manusia ditandai dengan gejala-gejala tertentu
yang muncul dalam skala yang sering.
1
2
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
Sistem saraf adalah suatu jaringan saraf yang kompleks, sangat khusus dan
saling berhubungan satu dengan yang lain. Sistem saraf mengkoordinasi,
menafsirkan dan mengontrol interaksi antara individu dengan lingkungan lainnya.
Sistem tubuh yang penting ini juga mengatur kebanyakan aktivitas sistem tubuh
lainnya, karena pengaturan saraf tersebut maka terjalin komunikasi antara
berbagai sistem tubuh hingga menyebabkan tubuh berfungsi sebagai unit yang
harmonis. Dalam sistem inilah berasal segala fenomena kesadaran, pikiran,
ingatan, bahasa, sensasi dan gerakan.
1. Neuron
3
4
dilindungi oleh tengkorak (pada otak) dan ruas-ruas tulang belakang (pada
sumsum).
Gambar. Letak area kelabu (grey matter) dan area putih (white matter) pada
sistem saraf (Sumber: classes.midlandstech.edu)
Ada dua struktur khas yang terdapat pada saraf pusat yakni area kelabu (grey
matter) dan area putih (white matter). Pada area kelabu terdiri dari kumpulan
akson yang dibungkus oleh selubung mielin sedangkan pada area putih terdiri dari
kumpulan badan sel dan dendrit yang dilingkupi oleh banyak sinapsis. Selain itu
ada juga kumpulan sel-sel neuroglia yang merupakan jaringan ikat yang terletak
diantara sel-sel saraf di dalam sistem saraf pusat.
Pada sistem saraf pusat ini juga dilindungi oleh jaringan ikat yang menjaga
dan mendukung aktivitas sistem saraf pusat yang disebut selaput
meningia atau meningens. Selaput ini terdiri atas tiga bagian yakni:
a. Piamater merupakan selaput paling dalam yang menyelimuti sistem saraf pusat
dimana terdapat banyak sekali pembuluh darah. Lapisan ini berfungsi untuk
memberi oksigen dan nutrisi serta mengangkut bahan sisa metabolisme.
b. Arakhnoid merupakan lapisan yang berupa selaput tipis yang berada di antara
piamater dan duramater. Lapisan ini mampu melindungi otak dari goncangan
mekanik.
6
Diantara daerah arakhnoid dan piamater pada gambar di atas terdapat cairan
yang dinamakan sebagai cairan serebrospinal. Cairan ini dapat melindungi otak
dari benturan dan goncangan.
3. Impuls Saraf
Tubuh kita dapat melakukan gerakan karena adanya hantaran impuls oleh sel
sel saraf. Impuls saraf adalah rangsangan/pesan yang diterima oleh reseptor dari
lingkungan luar, kemudian dibawa oleh neuron atau serangkaian pulsa elektrik
yang menjalari serabut saraf. Contoh impuls, yaitu perubahan suhu, tekanan, bau,
aroma, suara, benda yang menarik perhatian, dan berbagai rasa (asin, manis,
asam, dan pahit). Impuls yang diterima oleh reseptor dan disampaikan ke efektor,
akan menyebabkan terjadinya gerakan. Gerak dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu gerak sadar (gerak biasa) dan gerak refleks.
a. Gerak sadar (gerak biasa)
Merupakan gerak yang terjadi karena disengaja atau disadari. Contohnya
gerakan memegang buku saat ingin belajar, atau mengambil pensil saat ingin
menulis. Penjalaran impuls pada gerak sadar relative lama, melewati jalur
pajang melalui otak. Hantaran impuls pada gerak biasa dimulai daari reseptor
sebagai penerima rangsang. Impuls tersebut kemudian dihantarkan menuju
7
neuron sensorik untuk kemudian diolah di otak. Respons dari otak kemudian
oleh saraf motorik dihantarkan ke efektor sehingga terjadilah gerakan. Urutan
perjalanan impuls pada gerak biasa secara skematis sebagai berikut.
4. Otak
Otak merupakan organ tubuh yang sangat kompleks. Pada usia dewasa, otak
manusia bisa memiliki berat 2% dari berat tubuh yakni sekitar 1,5 kilogram
dengan 12 miliar neutron di dalamnya. Disinilah informasi-informasi berkumpul
yang kemudian diolah oleh bagian-bagian khusus sesuai dengan area
penerjemahan neuron sensorik. Adapun permukaan otak tidaklah rata melainkan
ada bagian yang menonjol (gunungan) dan ada bagian yang menjorok ke dalam
(lembah). Pada bagian gunungan dinamakan girus sedangkan pada bagian
lembah dinamakan sulkus.
8
a. Otak Besar
Otak manusia merupakan bagian terbesar dan terdepan dari otak yang
memiliki fungsi mengatur semua aktivitas mental yang berkaitan dengan
kepandaian (intelegensia), ingatan (memori), kesadaran dan pertimbangan.
Nah, otak besar ini memiliki tiga bagian yakni Lobus Oksipitalis sebagai pusat
penglihatan, Lobus temporalis sebagai pusat pendengaran dan Lobus frontalis
sebagai pusat kepribadian dan pusat komunikasi.
Bagian otak besar yang menonjol ke depan dinamakan sebagai serebrum.
Bagian ini terdapat dua bagian yakni sebalah kanan dan kiri. Pada otak sebelah
kanan akan mengatur dan mengkoordinasikan bagian tubuh sebelah kiri
sedangkan otak sebelah kiri akan mengatur dan mengkoordinasikan bagian
tubuh sebelah kanan.
1) Korteks Serebri
Korteks merupakan bagian terluar dari serebrum dan bertanggung jawab
untuk mengindra lingkungan. Korteks Serebri menentukan perilaku yang
bertujuan dan beralasan. Bagian ini terbuat dari bahan abu-abu, yaitu
massa badan sel. Keadaan korteks memiliki permukaan yang berlipat-lipat
sehingga dapat memperluas permukaannya.
2) Lapisan Dalam
Pada lapisan ini terdapat serabut saraf bermielin yang disusun dari bahan
putih. Pada otak besar terdapat talamus yang merupakan pintu gerbang
dari korteks serebrum, hipotalamus berfungsi sebagai pusat koordinasi
organ dalam, mengatur suhu dan kandungan air di dalam darah serta
penghasil hormon oksitosin, ADH (antideuretik hormon), TSH (hormon
perangsang tiroid) dan LH (Luteinizing hormon).
Adapun bagian-bagian penting dalam otak besar antara lain:
a) Lobus Osksipitalis berperan mengolah impuls cahaya dari penglihatan.
b) Lobus Temporalis berperan dalam mengolah informasi suara.
c) Lobus Frontalis berperan dalam proses ingatan dan perencanaan
kegiatan manusia
9
membantu kita untuk melaksanakan tindakan sengaja dan tidak sengaja, dan
juga merasakan melalui indera kita.
Sistem saraf adalah sistem master yang mengontrol fungsi semua sistem
yang berbeda dari tubuh manusia. Hal ini terdiri dari sel yang disebut neuron
yang menghasilkan dan melakukan impuls (pesan) antara berbagai bagian
tubuh. Ini terdiri dari otak, sumsum tulang belakang dan saraf. Sementara
otak dan sumsum tulang belakang membentuk sistem saraf pusat (SSP),
sistem saraf perifer mencakup semua saraf di luar SSP.
b. Berdasarkan lokasi saraf, sistem saraf perifer terdiri dari saraf berikut:
1) 31 pasang saraf spinal yang menghubungkan sumsum tulang belakang
dengan seluruh tubuh.
11
c. Fungsi
Saraf sistem saraf perifer menghubungkan SSP ke otot, kelenjar,
pembuluh darah dan semua organ tubuh termasuk organ-organ indera. Fungsi
dari sistem saraf adalah untuk membawa pesan dari otak ke seluruh bagian
tubuh yang lain, dan kembali dari bagian-bagian ini ke otak dan sumsum
tulang belakang.
Sistem saraf perifer dibagi menjadi sistem saraf somatik dan sistem saraf
otonom.
1) Sistem Saraf Somatik
Sistem saraf somatik mengontrol gerakan sengaja tubuh kita dan
membantu kita merasa melalui semua indera kita. Saraf dari sistem saraf
somatik menghubungkan otak dan sumsum tulang belakang, otot-otot
12
rangka dan reseptor eksternal. Oleh karena itu, sistem ini membantu kita
untuk menggerakkan tubuh kita sekitar, dan merasakan sentuhan, bau,
penglihatan, rasa dan suara.
2) Sistem Saraf Otonom
Sistem saraf otonom juga dikenal sebagai sistem saraf tak sadar, karena
mengontrol semua tindakan paksa tubuh. Saraf ini menghubungkan SSP ke
otot-otot jantung, organ internal dan kelenjar. Sistem saraf otonom terbagi
menjadi :
a) Sistem Saraf Simpatik: Sistem saraf simpatik juga disebut sebagai lari
atau melawan sistem, yang sedang mempersiapkan tubuh kita untuk
keadaan darurat. Ini mengakibatkan peningkatan detak jantung,
tekanan darah tinggi dan membawa perubahan lain dengan pelepasan
adrenalin, yang mempersiapkan kita untuk menghadapi bahaya atau
stres.
b) Sistem saraf parasimpatis: ini Sistem Saraf parasimpatik di sisi lain
hanya memiliki efek sebaliknya. Ia membantu dalam menenangkan
dan santai tubuh dan memastikan berfungsinya sistem pencernaan.
1. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Perawat memperoleh gambaran secara detail pada kondisi yang utama
dialami klien. Memperoleh informasi tentang perkembangan, tanda-tanda
dan gejala-gejala : onset (mulainya), faktor pencetus dan lamanya. Perlu
menentukan kapan mulainya gejala tersebut serta perkembangannya.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Mencakup penyakit yang pernah dialami sebelumnya, penyakit infeksi
yang dialami pada masa kanak-kanak, pengobatan, periode perinatal,
tumbuh kembang, riwayat keluarga, riwayat psikososial dan pola hidup.
Penyakit saraf sering mempengaruhi kemampuan fungsi-fungsi tubuh.
13
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan pada sistem persyarafan adalah
sebagai berikut:
a. Tingkat Kesadaran
Alert : Composmentis / kesadaran penuh. Pasien berespon secara tepat
terhadap stimulus minimal, tanpa stimuli individu terjaga dan sadar
terhadap diri dan lingkungan.
b. Lethargic
Klien seperti tertidur jika tidak di stimuli, tampak seperti enggan
bicara.
c. Obtuned
Klien memerlukan rangsangan yang lebih besar agar dapat
memberikan respon misalnya rangsangan sakit, respon verbal dan kalimat
membingungkan.
d. Stuporus
Klien dengan rangsang kuat tidak akan memberikan rangsang verbal.
14
e. Koma
Tidak dapat memberikan respon walaupun dengan stimulus maksimal,
tanda vital mungkin tidak stabil.
RESPON SCORING
5. Fungsi Sensorik
Pemeriksaan sensorik adalah pemeriksaan yang paling sulit diantara
pemeriksaan sistem persarafan yang lain, karena sangat subyektif sekali. Oleh
sebab itu sebaiknya dilakukan paling akhir dan perlu diulang pada kesempatan
yang lain (tetapi ada yang menganjurkan dilakukan pada permulaan
pemeriksaan karena pasien belum lelah dan masih bisa konsentrasi dengan
baik).
Bahan yang dipakai untuk pemeriksaan sensorik meliputi:
a. Jarum yang ujungnya tajam dan tumpul (jarum bundel atau jarum pada
perlengkapan refleks hammer), untuk rasa nyeri superfisial.
b. Kapas untuk rasa raba.
c. Botol berisi air hangat / panas dan air dingin, untuk rasa suhu.
d. Garpu tala, untuk rasa getar.
e. Lain-lain (untuk pemeriksaan fungsi sensorik diskriminatif) seperti :
1) Jangka, untuk 2 (two) point tactile dyscrimination.
2) Benda-benda berbentuk (kunci, uang logam, botol, dan sebagainya),
untuk pemeriksaan stereognosis
3) Ballpoint.
17
6. Fungsi Motorik
Sistem motorik sangat kompleks, berasal dari daerah motorik di corteks
cerebri, impuls berjalan ke kapsula interna, bersilangan di batang traktus
pyramidal medulla spinalis dan bersinaps dengan lower motor neuron.
Pemeriksaan motorik dilakukan dengan cara observasi dan pemeriksaan
kekuatan.
a. Massa otot : hypertropi, normal dan atropi
b. Tonus otot : Dapat dikaji dengan jalan menggerakkan anggota gerak pada
berbagai persendian secara pasif. Bila tangan / tungkai klien ditekuk secara
berganti-ganti dan berulang dapat dirasakan oleh pemeriksa suatu tenaga
yang agak menahan pergerakan pasif sehingga tenaga itu mencerminkan
tonus otot.
d. Tanda Kernig
Fleksi tungkai atas tegak lurus, lalu dicoba meluruskan tungkai bawah
pada sendi lutut. Normal, bila tungkai bawah membentuk sudut 1350 terhadap
tungkai atas.
e. Test Laseque
Fleksi sendi paha dengan sendi lutut yang lurus akan menimbulkan nyeri
sepanjang m. ischiadicus.
9. Prosedur Diagnostik
Prosedur Pencitraan
a. Computed Tomography (CT)
Computed tomography membuat penggunaan sinar sempit dari sinar-x
untuk memindai kepala dalam lapisan yang berurutan. Bayangan yang
dihasilkan memberi gambaran potongan melintang dari otak, dengan
membandingkan perbedaan jaringan padat pada tulang kepala, korteks,
struktur subkorikal dan ventrikel.
Prosedur ini dilakukan untuk melihat adanya jaringan abnormal pada otak
seperti adanya tumor, lesi-lesi, infark otak, perpindahan ventrikel dan atrofi
kortikal.
b. Positron Emission Tomography (PET)
Positron Emission Tomography (PET) adalah tekhnik pencitraan nuklir
berdasrkan computer yang dapat menghasilkan bayangan fungsi organ secara
aktual. Pasien menghirup gas radioaktif atau diinjeksi dengan zat radioaktif
yang memberikan partikel bermuatan positif. Dalam alat=alat pemindai,
19
detector tersusun dalam sebuah cincin dan seri-seri yang dihasilkan berupa
gambar dua dimensi pada berbagai tingkatan otak.
Uji ini dilakukan untuk mengetahui perubahan metabolic otak (penyakit
Alzheimer), melokasikan lesi (tumor otak, lesi epileptogenic),
mengidentifikasi aliran darah dan metabolism oksigen pada pasien stroke,
mengidentifikasi aliran darah dan metabolism oksigen pada pasien stroke,
mengevaluasi terapi untuk tumor otak dan menyatakan keadaan abnormal dari
biokimia yang dihubungkan dengan penyakit mental.
c. Single Photon Emission Computed Tomography
SPECT digunakan dalam mendeteksi luas dan daerah abnormal dari otak,
yang juga mendeteksi, melokalisasi, dan mengukur stroke (sebelum tampak
oleh pemindaian CT), lokasi yang berfokus pada kejang epilepsy, dan
mengevaluasi perfusi sesudah dan sebelum prosedur.
d. Resonans Magnetik
Resonans Magnetik (MRI) menggunkan magnetic untuk mendapatkan
gambaran daerah yang berbeda dari tubuh. MRI dapat memberikan informasi
yang tentang perubahan kimia dalam sel, juga memberikan informasi kepada
dokter yang mantau respons tumor terhadap pengobatan.
e. Angiografi Serebral
Angiografi Serebral adalah proses penyelidikan menggunakan sinar-x
terhadap sirkulasi serebral setelah zat kontras disuntikkan ke dalam arteri yang
dipilih. Angiografi serebral adalah alat untuk menyelidiki penyakit vascular,
aneurisma dan malformasi arteriovenal.
f. Mielografi
Mielogram adalah sinar-x terhadap melihat ruang subarachnoid spinal
dengan menyuntikan zat kontras atau udara keruang subarachnoid spinal
melalui pungsi spinal.
g. Venografi Epidural Lumbal
Sebuah kateter dimasukkan melalui perkutan menuju vena femoralis dan
dipandu menuju vena lumbal asenden atau vena iliaka internal. Zat kontras
20
disuntikkan masuk vena epidural menyebar di seluruh ruang bagian ini dan
menuju pleksus vena epidural.
h. Ekoensefalografi
Teknik yang merekam refleksi gelombang suara yang dihasilkan oleh
struktur otak dalam berespons terhadap sinyal ultra-suara yang diciptakan oleh
sebuah posisi transduser kepala.
Obat yang bekerja terhadap SSP dapat di bagi dalam beberapa golongan besar,
yaitu:
1. Psikofarmaka (psikotropika), yang meliputi psikoleptika (menekan atau
menghambat fungsi-fungsi tertentu dari SSP seperti hipnotika, sedativa,
tranquilizers, dan antipsikotika); psiko-analeptika (menstimulasi seluruh
SSP, yakni antidepresiva dan psikotimulansia)
2. Untuk gangguan neurologis seperti antiepileptika, MS (multiple selerosis)
dan penyakit parkinson
3. Jenis yang memblokir perasaan sakit: analgetik, anestetika umum, dan
lokal
4. Jenis obat vertigo dan obat migrain umumnya semua obat yang bekerja
pada SSP menimbulkan efeknya dengan mengubah sejumlah tahapan
kimia sinap (terganggunya kerja transmitter)
1. Meningitis
a. Definisi
Meningitis adalah infeksi/ radang selaput otak (meningers). Tepatnya,
infeksi pia-arzchnoid dan cairan serebrospinal di ruang subaraknoid,
meningitis viral adalah infeksi ruang subaroknoid yang disebabkan oleh virus.
Meningitis bakterial adalah infeksi selaput otak yang disebabkan bakteri.
(Atmodjo L Wahyuni,2006)
Meningitis merupakan peradangan akibat infeksi selaput otak, infeksi yang
terjadi pada selaput pembungkus otak ini dapat disebabkan oleh virus,
bakteri, atau jamur. Infeksi yang berasal dari organ tubuh lain akan
dijalarkan melalui pembuluh darah sampai ke otak maupun infeksi yang
terletak dekat dengan selaput otak itu sendiri.(Anurogo D, 2014) ada
beberapa jenis meningitis Menurut Brunner& Suddarth,2002 yaitu:
22
1) Meningitis bakteri
Spesies bakteri yang paling sering menyebabkan meningitis adalah
Haemophilus influenza, Streptococcus penumoniae ( juga disebut juga
pneumococus), dan Neisseria meningitidis ( disebut juga Meningoccus).
Resiko terhadap penyebab bakteri berbeda-beda sesuai kelompok usia.
Kebanyakan pada bayi usia kurang dari 2 tahun disebabkan oleh H.
Influenza, sedangkan pada , S. Penumoniae paling sering terjadi di
antara orang dewasa, dan meningitis meningokokus paling sering pada
dewasa muda.
2) Meningitis Aseptik
Meningitis aseptik adalah gejala meningitis yang tidak
teridentifikasi organisme penyebabnya dan jumlah sel darah putih CSS
tidak menunjukan penyebab bakterial. Penyebabnya biasanya virus,
tetapi dapat juga karena tuberkulosis. Virus ditularkan melalui jalur
fekal oral. Gejala meningitis sering berkaitan dengan gastrointestinal
dengan mual, muntah.
3) Meningitis Kriptokokus
Meningitis Kriptokokus adalah suatu penyebab infeksi opurtunistik
yang berhubungan dengan HIV. Gejala berasal dari peningkatan
tekanan intrakranial dan perubahan aliran otak. Pasien biasanya
mengalami sakit kepala yang di ikuti mual dan muntah. S.penemonis
sering berperam terhadap perubahan status mental; sekitar 50% pasien
meningitis menigokokus mengalami ruam yang cepat, sakit kepala, dan
perubahan kepribadan relatif yang tidak kentara.
Pada orang dewasa, bakteri yang sering menyebabkan meningitis,
Streptococcus Pneumonia, Nisseria Meningitides, Listeria Monocytogenes,
Mycobacterium TB. Sedangkan pada anak-anak meningitis lebih sering
disebabkan oleh, Escheria Coli, Beta-hemplytic Streptoccous.
23
b. Etiologi
Sekitar sepertiga kasus meningitis disebabkan oleh virus (aseptik) dan dua
pertiga disebabkan oleh bakteri (septik). Virus adalah peyebab tersering
meningitis aseptik, istilah umum untuk berbagai kasus meningitis di mana
bakteri tidak dapat diisolasi dari cairan serebrospinal.
Sekitar 80-90% meningitis viral disebabkan oleh enterovirus dan sisanya (
5-20%) disebabkan oleh Arbovirus, Herpesvirus, HIV. Penularanya paling
sering melalui rute oral-fekal, yang kemudian mencapai cairan sumsum tulang
belakang melalui aliran darah.
c. Patofisiologi
Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari orfaring dan diikuti dengan
septikemia, yang menyebar ke meningen otak dan medula spinalis bagian
atas.Faktor predisposisi mencakup infeksi jalan nafas bagian atas, otitis
media, mastoiditis, anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain, prosedur
bedah saraf baru, trauma kepala dan pengaruh imunologis.
Saluran vena yang melalui nasofaring posterior, telinga bagian tengah dan
saluran mastoid menuju otak dan dekat saluran vena-vena meningen,
semuanya ini penghubung yang menyokong perkembangan bakteri.
Organisme masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan reaksi radang di
dalam meningen dan di bawah korteks, yang dapat menyebabkan trombus dan
penurunan aliran darah serebral. Jaringan serebral mengalami gangguan
metabolisme akibat eksudat meningen, vaskulitis dan hipoperfusi. Eksudat
purulen dapat menyebar sampai dasar otak dan medula spinalis.
24
c. Penularan
Meningitis dapat menular. Bahkan beberapa diantaranya dinyatakan sangat
menular. Cara penularan dari penderita dapat melalui percikan ludah atau
lewat udara. Pada meningitis yang disebabkan jamur juga bisa didapatkan dari
kotoran burung. Karenannya Penting untuk menjaga kebersihan lingkungan
25
d. Penatalaksanaan Meningitis
1) Terapi Antibiotik yang spesifik dengan jenis bakterinya.
2) pemberian obat-obatan untuk menurunkan tekanan intrakranial.
3) pembelian obat-obatan anti kejang.
2. Head Injury
a. Definisi
Cedera yang mengenai kepala/otakyang terjadi baik secara langsung
maupun tidak langsung, salah satunya akibat insiden atau kecelakaan. Cedera
kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang dapat
menyebabkan adanya deformitas berupa penyimpangan bentuk atau garis pada
tulang tengkorak dan disertai atau tanpa disertai perdarahan intertisial dalam
substansi otak tanpa diikuti terputusnya kontinuitas otak (Muttaqin, 2008).
b. Etiologi
Pada anak, cedera kepala dapat disebabkan oleh pukulan dikepala atau
guncangan keras ditubuh bagian atas yang menyebabkan kerusakan otak dan
retardasi mental. Cedera kepala dapat berasal dari berbagai sumber yaitu
kekerasan tumpul; kasus paling sering dalam etiologi ini ialah karena
kecelakaan, pembunuhan, atau dapat juga bunuh diri. Selain itu kekerasan
tajam merupakan jenis kekerasan yang cukup banyak terjadi. Benda penyebab
tersering ialah batang besi atu kayu runcing, pecahan kaca, atau bendabenda
lain yang tajam. Cedera akibat tembakan juga dapat menyebabkan kematian
dimana dilihat dari kerusakan yang ditimbulkan, kaliber peluru dan jenis
peluru yang digunakan, jarak tembakan, deformitas yang terjadi pada tulang
dan peluru, jalannya peuru yang masuk pada otak. Cedera kepala akibat
gerakan mendadak juga dapat dimasukan kedalam etiologi yang dapat
meyebabkan kematian meskipun tidak terdapat kekerasan yang nampak
langsung pada kepala cedera dapat terjadi oleh karena gerakan yang mendadak
26
d. Patofisiologi
Cedera memang peranan yang sangat besar dalam menentukan berat
ringannya konsekuensi patofisiologis dari suatu kepala. Cedera percepatan
aselerasi terjadi jika benda yang sedang bergerak membentur kepala yang
diam, seperti trauma akibat pukulan benda tumpul, atau karena kena lemparan
benda tumpul. Cedera perlambatan deselerasi adalah bila kepala membentur
objek yang secara relatif tidak bergerak, seperti badan mobil atau tanah.
Kedua kekuatan ini mungkin terjadi secara bersamaan bila terdapat gerakan
kepala tiba-tiba tanpa kontak langsung, seperti yang terjadi bila posisi badan
diubah secara kasar dan cepat. Kekuatan ini bisa dikombinasi dengan
pengubahan posisi rotasi pada kepala, yang menyebabkan trauma regangan
dan robekan pada substansi alba dan batang otak.
Berdasarkan patofisiologinya, kita mengenal dua macam cedera otak, yaitu
cedera otak primer dan cedera otak sekunder. Cedera otak primer adalah
cedera yang terjadi saat atau bersamaan dengan kejadian trauma, dan
merupakan suatu fenomena mekanik. Umumnya menimbulkan lesi permanen.
Tidak banyak yang bisa kita lakukan kecuali membuat fungsi stabil, sehingga
sel-sel yang sedang sakit bisa mengalami proses penyembuhan yang optimal.
Cedera primer, yang terjadi pada waktu benturan, mungkin karena memar
pada permukaan otak, laserasi substansi alba, cedera robekan atau hemoragi
28
karena terjatuh, dipukul, kecelakaan dan trauma saat lahir yang bisa 21
mengakibatkan terjadinya gangguan pada seluruh sistem dalam tubuh.
Sedangkan cedera otak sekunder merupakan hasil dari proses yang
berkelanjutan sesudah atau berkaitan dengan cedera primer dan lebih
merupakan fenomena metabolik sebagai akibat, cedera sekunder dapat terjadi
sebagai kemampuan autoregulasi serebral dikurangi atau tak ada pada area
cedera.
Cedera kepala terjadi karena beberapa hal diantanya, bila trauma ekstra
kranial akan dapat menyebabkan adanya leserasi pada kulit kepala selanjutnya
bisa perdarahan karena mengenai pembuluh darah. Karena perdarahan yang
terjadi terus- menerus dapat menyebabkan hipoksia, hiperemi peningkatan
volume darah pada area peningkatan permeabilitas kapiler, serta vasodilatasi
arterial, semua menimbulkan peningkatan isi intrakranial, dan akhirnya
peningkatan tekanan intrakranial (TIK), adapun, hipotensi.
e. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan saat awal trauma pada cedera kepala selain dari faktor
mempertahankan fungsi ABC (airway, breathing, circulation) dan menilai
status neurologis (disability, exposure), maka faktor yang baru diperhitungkan
pula adalah mengurangi iskemia serebri yang terjadi. Keadaam ini dapat
dibantu dengan pemberian oksigen dan glukosa sekalipun pada otak yang
mengalami trauma relative memerlukan oksigen dan glukosa yang lebih
renadah.
Selain itu perlu pula dikontrol kemungkinan tekanan intracranial yang
meninggi disebabkan oleh edema serebri. Sekalipun tidak jarang memerlukan
tindakan operasi, tetapi usaha untuk menurunkan tekanan intracranial ini dapat
29
3. Stroke
a. Definisi
Stroke atau cedera cerebrovaskular (CVA) adalah kehilangan fungsi otak
yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak (Smeltzer &
Bare, 2002). Menurut Price & Wilson (2006) pengertian dari stroke adalah
setiap gangguan neurologik mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau
terhentinya aliran darah melalui sistem suplai arteri otak. Dari beberapa
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian stroke adalah gangguan
sirkulasi serebral yang disebabkan oleh sumbatan atau penyempitan
pembuluh darah oleh karena emboli, trombosis atau perdarahan serebral
sehingga terjadi penurunan aliran darah ke otak yang timbulnya secara
mendadak. Stroke diklasifikasikan menjadi dua :
1) Stroke Non Hemoragik
Suatu gangguan peredaran darah otak tanpa terjadi suatu perdarahan yang
ditandai dengan kelemahan pada satu atau keempat anggota gerak atau
hemiparese, nyeri kepala, mual, muntah, pandangan kabur dan dysfhagia
(kesulitan menelan). Stroke non haemoragik dibagi lagi menjadi dua yaitu
stroke embolik dan stroke trombotik.
2) Stroke Hemoragik
Suatu gangguan peredaran darah otak yang ditandai dengan adanya
perdarahan intra serebral atau perdarahan subarakhnoid. Tanda yang
terjadi adalah penurunan kesadaran, pernapasan cepat, nadi cepat, gejala
fokal berupa hemiplegi, pupil mengecil, kaku kuduk.
b. Etiologi
Menurut Smeltzer & Bare (2002) stroke biasanya diakibatkan dari salah
satu empat kejadian yaitu:
1) Thrombosis yaitu bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher.
2) Embolisme serebral yaitu bekuan darah atau material lain yang di bawa ke
otak dari bagian tubuh yang lain.
31
d. Patofisiologi
Otak sangat tergantung kepada oksigen, bila terjadi anoksia seperti yang
terjadi pada stroke di otak mengalami perubahan metabolik, kematian sel dan
kerusakan permanen yang terjadi dalam 3 sampai dengan 10 menit (non aktif
total). Pembuluh darah yang paling sering terkena ialah arteri serebral dan
arteri karotis Interna. Adanya gangguan peredaran darah otak dapat
menimbulkan jejas atau cedera pada otak melalui empat mekanisme, yaitu :
1) Penebalan dinding arteri serebral yang menimbulkan penyempitan
sehingga aliran darah dan suplainya ke sebagian otak tidak adekuat,
selanjutnya akan mengakibatkan perubahan-perubahan iskemik otak.
32
e. Penatalaksaan
1) Penatalaksanaan Medis
Penatalaksaan medis menurut menurut Smeltzer & Bare (2002) meliputi:
a) Diuretik untuk menurunkan edema serebral yang mencapai tingkat
maksimum 3 sampai 5 hari setelah infark serebral.
b) Antikoagulan untuk mencegah terjadinya thrombosis atau embolisasi
dari tempat lain dalam sistem kardiovaskuler.
c) Antitrombosit karena trombosit memainkan peran sangat penting
dalam pembentukan thrombus dan embolisasi.
33
2) Penatalaksanaan Keperawatan
a) Pemasangan jalur intravena dengan cairan normal salin 0,9% dengan
kecepatan 20 ml/jam. Cairan hipotonis seperti dekstrosa 5% sebaiknya
tidak digunakan karena dapat memperhebat edema serebri.
b) Pemberian oksigen melalui nasal kanul.
c) Jangan memberikan apapun melalui mulut.
d) Pemeriksaan EKG
3) Pemeriksaan rontgen toraks.
4) Pemeriksaan darah: Darah perifer lengkap dan hitung trombosit, Kimia
darah (glukosa, ureum, kreatinin dan elektrolit), PT (Prothrombin
Time)/PTT (Partial Thromboplastin time)
c. Etiologi
Tumor otak terjadi akibat pembelahan sel yang abnormal dan tidak
terkendali, biasanya di dalam otak berupa neuron, sel-sel glial, jaringan
limfatik, pembuluh darah, dan kelenjar merupakan bagian yang bisa terkena
tumor otak.
Faktor genetik juga menjadi penyebab dari tumor otak. Tumor suppressor
genes mengalami mutasi gen yang berperan dalam pembentukan tumor otak,
yang disebut glioblastoma multiforme. Trauma/cedera juga menjadi salah satu
penyebab lain dari tumor otak, meskipun trauma/cedera jarang.
d. Patofisiologi
Tumor otak menyebabkan gangguan neurologis progresif. Gangguan
neurologis biasanya disebabkan oleh dua faktor; gangguan fokal disebabkan
oleh tumor dan kenaikan tekanan intrakranial.
Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak, dan
ilfiltrasi atau infasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan
neuron. Disfungsi yang paling sering terjadi pada tumor otak (misalnya;
glioblastoma multiforme).
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang
bertumbuhan menyebabkan nekrosis jaringan otak. Serangan kejang sebagai
manifestasi perubahan kepekaan neuron dengan kompresi, invasi, dan
perubahan suplai darah ke jaringan otak. Beberapa tumor membentuk kista
yang juga menekan parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat gangguan
neurologis fokal.
Peningkatan tekanan intrakranial dapat diakibatkan oleh beberapa faktor;
bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya edema sekitar tumor, dan
perubahansirkulasi cairan serebrospinal. Pertumbuhan tumor menyebabkan
bertambahnya massa, tumor ganas menimbulkan edema dalam jaringan otak
sekitarnya. Penyebabnya belum diketahui dengan pasti tetapi dapat disebabkan
oleh selisih osmotik yang menyebabkan penyerapan cairan tumor. Beebrapa
tumor dapat menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan edema yang
37
e. Manifestasi klinis
1) Nyeri kepala
Gejala ini merupakan gejala umum yang paling dijumpai pada penderita
tumor otak. Nyeri dapat dapat terjadi terus-menerus, hilang timbul dan
terkadang nyeri yang sangat hebat. Nyeri yang hebat dirasakan pada waktu
pagi hari dan bertambah nyeri oleh aktivitas yang biasanya meningkatkan
tekanan intrakranial, seperti membungkuk, batuk, atau mengejan sewaktu
buang air besar. Nyeri kepala akan sedikit berkurang jika diberi aspirin
daan kompres dingin pada tempat area yang terasa sakit. Nyeri kepala
disebabkan oleh traksi dan pergeseran struktur peka-nyeri dalam rongga
intrakranial. Struktur peka nyeri ini seperti; arteri, vena, serta sinus-sinus
vena dan saraf otak.
Lokasi nyeri biasanya terdapat dalam sepertiga dari nyeri kepala yang
terjadi di tempat terjadinya tumor, sedangkan sepertiga lainnya terjadi di
dekat atau diatas tumor.
2) Nausea dan muntah
Terjadi akibat rangsangan pusat muntah pada medula oblongata. Muntah
paling sering terjadi pada anak-anak dan berhubungan dengan peningkatan
tekanan intrakranial dan batang otak. muntah dapat terjadi tanpa diawali
nausea.
38
3) Papiledema
Disebabkan oleh statis vena menimbulkan pembengkakan papila saraf
optikus. Dapat terjadi gangguan penglihatan, termasuk pembesaran bintik
buta dan amaurosis fugaks (saat dimana penglihatan berkurang).
4) Serangan kejang pada anggota badan
5) Kelumpuhan
f. Penatalaksaan medis
1) Non farmakologi
Yang sering direkomendasikan oleh dokter sesuai keadaan penderita.
Dilakukan operasi apabila memang tumor otak telah menyebar,maka
ddokter akan melakukan terapi dengan teknik stereotactic radiosurgery
(SRS) atau bahkan whole brain teknik therapy (WBRT). Caranya adalah
dengan menmbakan sinar radiasi tepat ke sel target di otak untuk mecegah
sel-sel tumor otak itu tumbuh dan berkembang biak.
2) Farmakologi
Bila terdapat pembengkakan otak yang menyertai tumor ganas, maka
dokter akan merekomendasikan kortikosteroid (terutama deksametason).
Penggunaan obat golongan steroid Selain itu teknik farmakologi dan non
farmakologi dokter akan merekomendasikan kemoterapi. Selama
kemoterapi, otak akan dimonitor dengan MRI untuk mengamati adanya
perbaikan pada otak. penggunaan kemoterapi harus sesuai indikasi dan
rekomendasi dokter, mengingat banyak efek sampingnya. Radioterapi
dapat digunakan sesuai rekomendasi dalam jangka waktu dari operasi
hingga dimulainya radioterapi idealnya 4 minggu
g. Pemeriksaan penunjang
1) Dilakukan pemeriksaan rontgen tengkorak kepala
2) EEG
3) Bila perlu lakukan pemeriksaan arteriografi
4) CT scan otak biasanya diikuti dengan pemeriksaan MRI
39
5. Parkinson
a. Definisi
Penyakit parkonson adalah gangguan neurologik progresif yang mengenai
pusat otak yang bertanggung jawab untuk mengontrol dan mengatur gerakan.
karakteristik yang muncul berupa bradikinesia (perlambatan gerakan), tremor
daan kekuatan otot. (Brunner&Suddarth 2002)
Parkinsonisme merupakan istilah dari suatu sindrom yang ditandai dengan
tremor ritmik, bradikinesia, kekakuan otot,dan hilangnya refleks-refleks
postural. Kelainan pergerakan diakibatkan oleh defek jalur dopaminergik
(produksi dopamin) yang menghubungkan substansia nigra dengan korpus
striatum.
b. Etiologi
Menurut (Suddarth,2002) Sebagian besar penyebab kasus ini dianggap
tidak diketahui atau idiopatik. Merupakan penyakit progresif lambat yang
menyerang usia pertengahan atau lanjut, dengtan awitan (onset) khas pada
usia 50 -60 tahunan. Tidak ditemukan sebab genetik yang jelas dan tidak ada
pengobatan yang dapat disembuhkan.
Menurut (Anugroho) kerusakan sel sel saraf di bagian otak yang
mengendalikan pergerakan. Kerusakan otak terutama terjadi di bagian inti
otak atau nukleous ekstrapitramidal otak (corpus striatum, globus pollidus,
substantia nigra). Sel-sel didaerah ini memproduksi hormon dopamin.
Sebagian besar penderita parkinson, kehilangan 60-80% yang memproduksi
dopamin di substantia nigra pada saat pertama kali gejala muncul. Jadi,
defisiensi dopamin adalah penyebab parkinson. Akibatnya, sel sel otak tidak
dapat menjalankan fungsinya dengan normal, yakni inhibisi,di dalam sistem
saraf pusat.
40
c. Klasifikasi
1) Penyakit Parkinson tahap dini
Penyakit Parkinson tahap dini penderita masih dapat melakukan tugas
sehari-hari tanpa merasa terganggu oleh penyakitnya. Gejala-gejala
pertama biasanya berupa perasaan lemas pada otot-otot yang cenderung
untuk gemetar, terutama pada lengan dan jari-jari tangan. Kelemahan dan
gemetaran ini berkembang secara sedikit demi sedikit dan lambat sehingga
penderitanya jarang mendapat menceritakan sejak kapan iya mulai
merasakan tangan dan kakinya tidak lagi mengikuti perintahnya.Kegesitan,
ketangkasan, dan kemantapan gerakan makin lama makin didesak oleh
kelambanan, kecanggungan dan kekakuan gerakan. Kepada penderita
umumnya hanya diberikan psikoterapi suportif, fisioterapi, dan obat-obat
penunjang yang sesuai dengan gejala klinis.
2) Penyakit Parkinson tahap ringan-sedang
Penyakit Parkinson tahap ringan-sedang penderita sudah merasa terganggu
oleh penyakitnya dan sukar melakukan aktivitas sehari-hari akibat tremor
dan bradikinesia yang ditimbulkan. Sewaktu makan, tangan yang
memegang sendok suka mengambil makanan dan sukar pula
mengampaikannya ke mulut. Tulisan menjadi kecil-kecil, sehingga
akhirnya tulisan maupun tanda tangan menjadi berubah dan tidak bisa
dibaca.
3) Pada penyakit Parkinson tahap berat
Pada penyakit Parkinson tahap berat penderita sudah sangat terganggu
oleh penyakitnya dan ketergantungan penuh terhadap perawatan. Penderita
mengalami kesulitan untuk berbalik kanan-kiri. Perawatan tubuh sehari-
hari serta makan minum memerlukan bantuan orang lain. Tidak ada
gerakan otot wajah yang mencerminkan suka-duka atau sedih-senang.
Kesukaran bergerak yang mengenai otot rahang bawah serta otot wajah
akan membuat penderita sukar bicara, bicaranya pelan, serta air liur dapat
mengalir dari mulut. (Harsono, 2007)
41
d. Manifestasi klinis
Menurut (Suddarth,2001) manifestasi klinis pada penderita parkinson adalah
sebagai berikut.
1) Tremor
Gejala parkinson sering luput dari pandangan awam, dan dianggap sebagai
suatu hal yang terjadi pada orang tua. Salah satu ciri khas dari parkinson
adalah tangan tremor jika sedang beristirahat. Namun jika melakukan
sesuatu tremor tersebut tidak terlihat lagi. Itu yang disebut resting tremor,
yang hilang juga sewaktu tidur. Tremor terjadi di tangan atau kaki,
kelopak mata dan bola mata, bibir, lidah dan jari tangan dan terjadi saat
istirahat/ tidak sadar.
2) Regiditas/kekakuan
Jika kepalan tangan yang tremor di gerakkan oleh orang lain perlahan ke
atas bertumpu pada pergelangan tangan, terasa ada tahanan seperti
melewati suatu roda yang bergigi sehingga gerakannya menjadi terpatah-
patah. Gerakan kaku membuat penderita berjalan membungkuk untuk
42
e. Patofisiologi
Lesi utama tampak menyebabkan hilangnya neuron pigmen , terutama
neuron di dalam substansia nigra pada otak. substansia nigra merupakan
kumpulan otak tengah yang memproyeksikan serabut-serabut korpus striatu.
Salah satu neurotransmiter mayor di daerah otak ini dan bagian lain pada sistem
saraf pusat adalah dopamin, yang mempunyai fungsi penting dalam
menghambat gerakan pada pusat kontrol gerakan . walaupun dopamin
normalnya ada dalam konsentrasi tinggi di bagian bagian otak tertentu, pada
penyakit parkinson dopamin menipis dalam substansia nigra dan korpus
striatum. Penipisan kadar dopamin dalam gangglia berhubungan dengan adanya
bradikinesia, kekakuan dan tremor.
Aliran darah serebral regional menurun pada pasien dengan penyakit
parkinson, dan ada kejadian dimensia yang tinggi. Data patologik dan kimia
menunjukan bahwa pasien demensia dengan penyakit parkinson mengalami
penyakit penyerta alzheimer (Brunner & Suddarth, 2001)
f. Pemeriksaan penunjang
1) urinalis dilakukan untuk mengetahui penurunan kadar dopamin.
2) CT scan atau MRI dapat dilakukan untuki menyingkirkan kemungkinan
tumor otak.
3) teknik pencitraan modern yaitu, Fluoro-dopa, PET, dapat mengetahui
perubahan kaudatus dan putamen di otak.
g. Penatalaksanaan
Terapi farmakologi
1) Antihistamin, mempunyai efek sedatif dan antikolinergikpusat ringan,
dapat membantu m,enghilangkan tremor
2) Terapi antikolinergik, efektif untuk mengontrol tremor dan kekakuan
parkinson.
3) Amantadinhidroklorida, agens agens virus yang digunakan pada awal
pengobatan penyakit parkinson untuk menurunkan kekakuan, tremor
dan bradikinesia.
44
6. Alzheimer
a. Definisi
Alzheimer merupakan penyakit kronik, progresif, dan merupakan
gangguan degeneratif otak diketahui mempengaruhi memori, kognitif, dan
kemampuan untuk merawat diri dan menimbulkan kelumpuhan yang terutama
menyerang orang berusia 65 tahun (suddart, & Brunner).
b. Etiologi
Penyebab yang pasti belum diketahui. Akan tetapi usia dan riwayat
keluarga adalah faktor resiko yang mudah terbukti. Dasar kelainan patologi
penyakit Alzheimer terdiri dari degenerasi neuronal, kematian daerah spesifik
jaringan otak yang mengakibatkan gangguan kognitif dengan penurunan daya
ingat secara progresif. Adanya defisiensi faktor tumbuhan atau asam amino
dapat berperan dalam kematian selektif neuron. Beberapa faktor yang lain
menyebabkan Alzheimer :
1) Faktor genetic
2) Faktor infeksi
3) Faktor lingkungan
4) Faktor imunologis
5) Faktor trauma
6) Faktor neurotransmitter
c. Manifestasi klinis
Pada stadium awal Alzheimer, terjadi keadaan mudah lupa dan kehilangan
ingatan ringan. Terdapat kesulitan ringan dalam aktivitas pekerjaan dan social.
Depresi dapat terjadi pada saat ini. Pasien dapat kehilangan kemampuannya
mengenali wajah, tempat, dan objek yang sudah dikenalnya. Pasien juga
45
e. Pemeriksaan penunjang
1) CT Scan, MRI EEG
2) PET (positron Emission Tomography) Pada penderita alzhaaimer, hasil
PET ditemukan, penuan aliran darah, metabolisme O2, glukosa, didaerah
serebral.
3) SPECT (single Photon Emission Computed Tomography) kelainan ini
berkolerasi dengan tingkat kerusakan fungsional dan defisit kogitif. Kedua
pemeriksaan ini (SPECT dan PET) tidak digunakan secara rutin.
4) Uji skala depresi dan fungsi kognitif seperti MMSE (mini-mental State
Examination).
f. Penatalaksanaan
Pengobatan penyakit alzhaimer masih sangat terbatas oleh karena
penyebab dan patofisiologis masih belum jelas. Pengobatan simptomatik dan
suportif seakan hanya memberikan rasa puas pada penderita dan keluarga.
Pemberi obat stimulan, vitamin B, C, dan E belum mempunyai efek yang
menguntungkan. Beberapa pengobatan yang dapat dilakukan antara lain :
1) Inhibitor kolinestrase
Beberapa tahun terakhir ini, banyak penelitian menggunakan inhibitor
untuk pengobatak simptomik penyakit alzhaimer, dimana penderita
alzhaimer didapatkan penurunan kadr asetikolin. Untuk mencegah
penurunan asetikolin dapat diganti anti kolinestrase yang bekerja secara
sentral seperti fisostegmin, THA (tetrahydroaminoacridine). Pemberi obat
47
5) Haloperidol
Pada penderita Alzhaimer, sering kali terjadi gangguan psikosis (delusi,
halusinasi) dan tinggah laku. Pemberian oral haloperidol 1-5 mg/hari
selama 4 minggu akan memperbaiki gejala tersebut. Bila penderita
alzhaimer menderita depresi sebaiknya diberikan tricylic anti depressant
(amitryptiline 25-100 mg/hari)
48
Sistem saraf manusia adalah suatu jalinan-jalinan saraf yang kompleks, sangat
khusus dan saling berhubungan satu dengan yang lain. Syaraf (neuron) terdiri
dari sel syaraf dan processusnya (dendrit) yang berfungsi untuk metabolisme,
penghasil energi guna transmisi impuls, juga merendam adanya aliran impuls
yang menuju ke dendrit. Serabut syaraf (axon), berfungsi untuk transmisi atau
konduksi impuls. Ujung syaraf (telodendron) tempat produksi transmiter
(acetylcholin, norepinephrin).
Gangguan otak dan sistem saraf adalah kerusakan yang terjadi di otak atau
saraf pendukung otak, ataupun keduanya, sehingga memengaruhi fungsi saraf dan
otak.Gangguan pada sistem persyarafan antara lain meningitis, head injury,
stroke, tumor otak, penyakit parkinson, dan penyakit alzheimer.
49
50
B. Saran
Pada banyak kasus, kerusakan saraf tidak bisa disembuhkan secara total. Tapi
ada beberapa penanganan untuk mengurangi gejalanya. Tujuan pertama
pengobatan sakit saraf adalah untuk menangani kondisi medis yang menjadi
penyebabnya serta mencegah kerusakan saraf lebih lanjut. Penyusun
mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat dan dapat menambah keilmuan bagi
yang membacanya. Akan tetapi, makalah yang kami buat ini belum sempurna
sepenuhnya sehingga kami dengan tangan terbuka menerima kritik dan saran dari
pembaca yang bersifat membangun agar dikemudian hari dapat membuat
makalah yang lebih baik lagi dari sekarang.
DAFTAR PUSTAKA
Anurogo D. 2014. 45 Penyakit Dan Gangguan Saraf Defekasi Dini & Atasi 45
Penyakit Dan Gangguan Saraf. Yogyakarta: rapha publishing
Ariani A Tutu. 2012. Sistem Neurobehavior. Jakarta Selatan : Salemba Medika
Astrid, Nola. 2016. Gambaran cedera kepala yang menyebabkan kematian di
Bagian Forensik dan Medikolegal RSUP Prof Dr. R. D. Kandou [online].
Tersedia: https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/eclinic/article/view/14369 (20
September 2019)
Atmodjo L Wahyuni, dkk. 2016. 20 Penyakit Saraf: Waspadai!. Jakarta : Penerbit
Buku Kompas
Brunner and Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8
volume 3. Jakarta : EGC.
Farida, Ida. 2009. Mengantisipasi Stroke. Yogyakarta: Buku Biru
Harsono, 2007. Buku Ajar Neurologi Klinis. Jogjakarta: Gadjah Mada University
Press
Markam, Soemarmo.2000. NEUROLOGI Praktis. Jakarta : Penerbit Widya
Medika
Muttaqin, Arief. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persyarafan. Jakarta: Salemba Medika
Muttaqin, A.2008. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persyarafan. Jakarta: Salemba Medika.