Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH PEMBENTUKAN SISTEM SARAF

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH:


EMBRIOLOGI (AKBK 3417)

Disusun Oleh:
Kelompok 3
Agustin Gravita Widyana (2210119320014)
Gina Mardiana (2210119220034)
Muhammad Maulana (2210119210007)
Nur Ramadhaniaty (2210119320009)

Dosen Mata Kuliah:


Drs. H. Kaspul, M.Si.
Dr. Bunda Halang, M.T.
Dewi Amelia Widyastuti, S.Si., M. Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN


MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat
dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
"Pembentukan Sistem Saraf". Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas dalam
memahami lebih dalam tentang proses pembentukan sistem saraf yang sangat
kompleks dalam tubuh manusia. Kami menyadari bahwa pembentukan sistem
saraf adalah proses yang sangat penting dalam perkembangan manusia, baik pada
tingkat embrio maupun selanjutnya hingga dewasa. Dalam makalah ini, kami
mencoba untuk merangkum berbagai informasi terkini seputar pembentukan
sistem saraf, termasuk faktor-faktor yang memengaruhinya, mekanisme yang
terlibat, serta peran pentingnya dalam menjaga fungsi tubuh manusia. Tak lupa,
kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan dukungan dan bantuan dalam penyusunan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca yang ingin memahami lebih dalam
tentang proses pembentukan sistem saraf. Akhir kata, kami menyampaikan
permohonan maaf atas segala kekurangan yang terdapat dalam makalah ini. Kritik
dan saran yang membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan di masa
yang akan datang.

Banjarmasin, 27 Maret 2024

Kelompok 4

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................1

DAFTAR ISI............................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................1

1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................1

1.4 Manfaat Penulisan.....................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2

2.1 Pengertian Gastrula........................................................................................2

2.2 Mekanisme dan Proses Terbentuknya Gastrula.............................................2

2.3 Pola Pergerakan Sel Gastrula.........................................................................2

2.4 Pergerakan Aktif Sel pada Gastrula...............................................................2

2.5 Proses Gastrula pada Hewan..........................................................................2

2.6 Studi Kasus Fase Gastrula pada Manusia…………………………………..2

BAB III PENUTUP.................................................................................................3

3.1 Kesimpulan....................................................................................................3

3.2 Saran...............................................................................................................3

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................3

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem saraf merupakan salah satu sistem yang paling kompleks dan penting
dalam tubuh manusia. Sejak tahap awal perkembangan embrio hingga masa
dewasa, pembentukan sistem saraf memainkan peran sentral dalam pengaturan
berbagai fungsi tubuh, mulai dari persepsi sensorik hingga koordinasi gerakan.
Proses pembentukan sistem saraf bukanlah suatu yang sederhana; melainkan
serangkaian peristiwa yang terkoordinasi dengan sangat kompleks dan tepat
waktu, yang melibatkan proliferasi, diferensiasi, migrasi, dan pematangan sel-sel
saraf serta jaringan pendukungnya. Makalah ini berusaha untuk melakukan
penyelidikan yang mendalam terhadap proses pembentukan sistem saraf manusia,
yang dimulai dari fase embrio dan terus berlanjut hingga fase-fase perkembangan
selanjutnya. Dalam konteks ini, pengetahuan yang lebih dalam tentang proses
tersebut akan memberikan gambaran yang lebih komprehensif tentang bagaimana
struktur dan fungsi sistem saraf terbentuk secara bertahap, serta bagaimana
terganggunya proses pembentukan tersebut dapat menyebabkan beragam
gangguan neurologis yang memengaruhi kualitas hidup individu.

Pemahaman yang lebih mendalam tentang mekanisme pembentukan sistem


saraf diharapkan dapat memberikan wawasan yang lebih luas terhadap berbagai
faktor yang memengaruhi proses tersebut. Ini termasuk pengaruh faktor genetik,
lingkungan, dan epigenetik yang dapat memainkan peran kunci dalam
menentukan bagaimana sel-sel saraf berkembang dan mengatur konektivitasnya.
Selain itu, pemahaman tentang jalur-jalur molekuler dan sinyal-sinyal yang
terlibat dalam pembentukan sistem saraf juga penting untuk membuka pintu bagi
pengembangan terapi yang inovatif, termasuk terapi regeneratif yang bertujuan
untuk memperbaiki atau mengganti sel-sel saraf yang rusak. Keterampilan dalam
merinci proses pembentukan sistem saraf dari perspektif molekuler hingga tingkat
sistemik juga memiliki implikasi yang signifikan dalam bidang klinis. Ini dapat
membantu dalam diagnosis yang lebih tepat dan akurat, serta membuka jalan bagi

1
pengembangan terapi yang lebih efektif dalam mengatasi gangguan neurologis
yang kompleks. Selain itu, pemahaman yang lebih dalam tentang faktor-faktor
yang terlibat dalam pembentukan sistem saraf juga dapat membantu dalam upaya
pencegahan terhadap gangguan neurologis yang mungkin timbul di kemudian
hari.

Dengan demikian, makalah ini bertujuan untuk merinci secara sistematis


seluruh proses pembentukan sistem saraf, mulai dari tahap awal perkembangan
embrio hingga tahap-tahap perkembangan selanjutnya yang melibatkan
diferensiasi sel, migrasi, dan pembentukan sinapsis. Dengan menyajikan
gambaran yang komprehensif, diharapkan makalah ini dapat memberikan
kontribusi yang berarti bagi pemahaman kita tentang kompleksitas sistem saraf
manusia serta penerapannya dalam praktek klinis dan penelitian ilmiah.

2
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses pembentukan sistem saraf manusia dari tahap embrio
hingga tahap perkembangan selanjutnya?
2. Apa saja faktor-faktor yang memengaruhi proses pembentukan sistem
saraf?
3. Bagaimana kelainan dalam proses pembentukan sistem saraf dapat
menyebabkan gangguan neurologis?
4. Bagaimana peran jalur molekuler dan sinyal-sinyal dalam regulasi
pembentukan sistem saraf?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan secara komprehensif proses pembentukan sistem saraf
manusia dari tahap awal perkembangan embrio hingga tahap
perkembangan selanjutnya.
2. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi proses pembentukan sistem
saraf, termasuk faktor genetik, lingkungan, dan epigenetik.
3. Memahami hubungan antara kelainan dalam proses pembentukan sistem
saraf dengan timbulnya gangguan neurologis seperti spina bifida dan
Alzheimer.
4. Menyajikan pemahaman tentang peran jalur molekuler dan sinyal-sinyal
dalam regulasi pembentukan sistem saraf sebagai dasar untuk
pengembangan terapi regeneratif dan intervensi klinis yang inovatif.
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah "Pembentukan Sistem Saraf" adalah
meningkatkan pemahaman tentang kompleksitas proses pembentukan sistem
saraf, memberikan landasan yang kuat untuk diagnosis dan pengembangan terapi
gangguan neurologis, memungkinkan upaya pencegahan dini terhadap risiko
gangguan neurologis, membuka peluang untuk pengembangan terapi regeneratif
yang inovatif, serta memberikan kontribusi penting bagi penelitian lebih lanjut
dalam bidang neurobiologi.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sistem Saraf


Organ tubuh manusia bekerja dengan baik dan harmonis karena
adanya sistem koordinasi. Koordinasi dalam tubuh manusia melalui sebuah
system yaitu system saraf dengan cara indera manusia menerima rangsangan
kemudian dilanjutkan bagian otak atau sumsum tulang belakang. Dibagian
saraf pusat semua informasi akan di olah kemudian diteruskan ke alat
koordinasi sehingga menentukan bentuk tanggapan. Sistem koordinasi
manusia terdiri dari sistem saraf, alat indra dan sistem hormon. Sistem saraf
manusia memiliki dua bagian: sistem saraf pusat , yang meliputi otak dan
sumsum tulang belakang, dan sistem saraf tepi , yang terdiri dari saraf dan
jaringan saraf di seluruh tubuh. Indra pada manusia terdiri atas mata, telinga,
hidung, lidah dan kulit. Pancaindra manusia berfungsi untuk menanggap
rangsangan dari luar tubuh dan meneruskan ke otak maupun sumsum tulang
belakang.
Gastrula juga dapat didefinisikan sebagai tahap dalam perkembangan
embrio di mana sel-sel bergerak, berdiferensiasi, dan membentuk lapisan-
lapisan jaringan utama yakni endoderm, mesoderm, dan ektoderm. Dimana
lapisan-lapisan ini menjadi dasar bagi pembentukan struktur tubuh yang
kompleks pada hewan (Kusumawati et al., 2016).
Kemudian Khosim et al., (2023) menjelaskan bahwa gastrulasi adalah
proses penting dalam perkembangan embrio di mana sel-sel bakal organ yang
telah terbentuk pada tahap blastula mengalami perkembangan lebih lanjut.
Pada tahap gastrula, sel-sel embrio mengalami perpindahan dan diferensiasi
untuk membentuk tiga lapisan jaringan utama yang disebut daun kecambah:
ektoderm, mesoderm, dan endoderm. Setiap lapisan ini akan menjadi dasar
bagi pembentukan berbagai jaringan dan organ pada organisme dewasa.
Proses gastrulasi juga melibatkan perpindahan sel menuju lokasi yang

4
definitif dalam embrio, sehingga membentuk struktur yang terorganisir
dengan baik untuk perkembangan selanjutnya.
Tahap gastrula dalam perkembangan embrio ditandai dengan
pembentukan tiga lapisan utama jaringan, yaitu lapisan luar (ektoderm),
tengah (mesoderm), dan dalam (endoderm) (Yudana & Haryanto, 2021).

1. Ektoderm
Lapisan luar yang akan membentuk bagian-bagian eksternal
tubuh, seperti kulit, sistem saraf, dan sistem penciuman.
2. Mesoderm
Lapisan tengah yang akan membentuk jaringan-jaringan
seperti otot, tulang, sistem peredaran darah, serta organ-organ internal
seperti ginjal dan jantung.
3. Endoderm
Lapisan dalam yang akan membentuk bagian-bagian internal
tubuh, seperti saluran pencernaan, sistem pernapasan, serta organ-
organ seperti hati dan pankreas.

Berdasarkan rangkaian definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa


gastrula merupakan tahapan penting dalam perkembangan embrio yang
terjadi setelah tahap blastula. Pada tahap gastrula, terjadi proses gastrulasi di
mana sel-sel embrio bergerak, berdiferensiasi, dan mengorganisasi
dirimembentuk tiga lapisan jaringan utama yakni ektoderm, mesoderm, dan
endoderm.

2.2 Mekanisme dan Proses Terbentuknya Gastrula


Gastrulasi melibatkan serangkaian kompleks morfogenesis seluler,
pergerakan seluler, dan pensinyalan sel melalui faktor transkripsi, gradien
morfogenik kimia, dan ekspresi gen diferensial untuk memungkinkan induksi
pembentukan lapisan sel germinal yang mengatur inisiasi pengembangan

5
sistem organ pada akhirnya. Permulaan gastrulasi ditandai dengan munculnya
garis primitif, yaitu alur di ujung ekor lapisan epiblas. Dengan demikian,
pembentukan garis primitif membentuk sumbu kranial/ekor dengan kuat.
Garis primitif awalnya terbentuk melalui penebalan sel di dekat batang
penghubung. Saat sel berkembang biak dan bermigrasi menuju garis tengah
embrio, penebalannya
memanjang hingga
berbentuk linier, sehingga
disebut steak primitif
(Iskandaria, dkk., 2023).

Ujung kranial
embrio tampaknya
memainkan peran penting
dalam memulai gastrulasi.
Pada ujung kranial dari
garis primitif, sel-sel epiblas masuk dengan kecepatan lebih besar sehingga
membentuk rongga melingkar yang dikenal sebagai lubang primitif. Ketika
garis primitif memanjang, sel-sel epiblas yang bermigrasi bergabung dengan
garis di ujung tengkorak, membentuk massa sel di sekitar lubang primitif.
Massa ini disebut simpul primitif, yang menjadi pengatur jaringan utama
tempat faktor transkripsi dan sinyal kimia mendorong induksi pembentukan
jaringan. Faktor dan jalur pemberi sinyal yang diketahui dalam pembentukan
coretan primitif termasuk transformasi faktor pertumbuhan-beta (TGFB),
Wnt, Nodal, dan protein morfogenetik tulang (BMP), yang dibahas lebih rinci
di bagian molekuler (Iskandaria, dkk., 2023).

Sel epitel di tepi lateral lapisan epiblas mengalami transisi seluler epitel
ke mesenkim untuk mengalami delaminasi (melepaskan) dan bermigrasi ke
bawah atau ke dalam garis primitif. Pergerakan sel mesenkim epiblastik ke
bawah garis primitif dikenal sebagai ingresi. Kumpulan sel pertama yang
bergerak ke bawah garis primitif berintegrasi ke dalam lapisan hipoblas dan

6
membentuk endoderm, yang pertama dari tiga lapisan germinal. Kumpulan
sel kedua yang terlepas dan masuk akan mengisi ruang antara lapisan
endoderm dan epiblas untuk membentuk lapisan kuman kedua, mesoderm.
Beberapa struktur mesodermal akan berkembang: sel-sel yang berpindah ke
dalam tangkai tubuh akan membantu membentuk mesoderm ekstraembrionik,
dan kemudian tali pusat, sel-sel yang melewati lubang primitif menjadi
notokord atau mesoderm paraksial, dan sel-sel lain yang masuk melalui garis
primitif menjadi pelat lateral atau mesoderm ekstraembrionik. Akhirnya, sel-
sel epiblas yang tersisa akan berubah menjadi lapisan germinal terakhir,
ektoderm (Iskandaria, dkk., 2023).

Proliferasi dan ingresi sel berlanjut ke segala arah seiring pertumbuhan


embrio; namun, garis primitif akan selalu meluas secara terarah dari ujung
ekor ke ujung tengkorak dan kemudian mengalami kemunduran dengan cara
yang berlawanan. Regresi terjadi setelah pembentukan mesoderm intra-
embrio, dan garis primitif akan hilang sepenuhnya pada akhir minggu
keempat-kurangnya regresi garis primitif menyebabkan kelainan klinis
(Iskandaria, dkk., 2023).

Setelah ketiga lapisan germinal terbentuk, struktur baru yang dihasilkan


(cakram embrionik trilaminar atau gastrula) dipersiapkan untuk pembentukan
sistem organ, yang sangat bergantung pada interaksi langsung dan peristiwa
induksi antara endoderm, mesoderm, dan ektoderm. Sel terus melakukan
invaginasi melalui apa yang sekarang disebut simpul primitif. Sel-sel mulai
membentuk tabung berongga yang memanjang dari ujung tengkorak ke
lempeng prekordal, yang dikenal sebagai proses notokordal. Saat embrio
tumbuh ke segala arah, proses notokordal bertambah panjang hingga menyatu
dengan endoderm membentuk pelat notokordal. Setelah fusi selesai, terdapat
jalur bebas antara rongga ketuban dan kantung kuning telur, yang dikenal
sebagai kanal neurenterik, atau kanal Kovalevsky (Iskandaria, dkk., 2023).

7
Diteorikan bahwa saluran neurenterik terbentuk untuk menjaga
keseimbangan tekanan antara kedua ruang. Nantinya dalam
perkembangannya, kedua tepi pelat notokordal akan menyatu menjadi batang
mesodermal padat yang dikenal sebagai notokord. Notochord adalah struktur
embriologi penting yang memberikan dukungan struktural dan menandai
garis tengah embrio. Interaksi kimia dan fisik antara notokord dan ektoderm
yang terletak di punggung menghasilkan neuroektoderm dan, pada akhirnya,
sistem saraf (Iskandaria, dkk., 2023).

2.3 Pola Pergerakan Sel Gastrula


Gerakan sel-sel adalah pergeseran sel-sel atau daerah-daerah calon
organ embrio dari lokasi topografis satu ke lokasi lain untuk membentuk
struktur gastrula. Terdapat 6 pergerakan sel, yaitu:
1. Invaginasi
Lapisan sel bagian luar masuk atau melipat ke dalam. Peristiwa
ini ditandai dengan adanya satu lapisan sel yang secara pasif tenggelam
dan akhirnya menjadi/membentuk dinding rongga gastrocel.

2. Ingressi
Sel-sel bagian permukaan secara individual bermigrasi ke bagian
dalam (interior) dari embrio. Sel atau kelompok sel terpisah dari lapisan/
kelompok lain di dekatnya dan mengalami migrasi ke dalam blastocoel.

3. Involusi

8
Lapisan sel membelok ke dalam dan kemudian membentang jauh
ke bagian permukaan internal. Sejumlah sel/lapisan sel yang bergerak
masuk ke dalam gastrula.

4. Epiboly
Lapisan sel membentang dengan menipiskan bentuk sel-selnya
menyeberangi permukaan luar sebagai suatu unit. Pergerakan atau
pergeseran yang terjadi pada permukaan gastrula. Meliputi perpindahan
dan perluasan epidermal maupun neuroectodermal.

5. Interkalasi
Dua atau lebih deretan sel menyusun diri dengan masuk ke sela-
sela antara satu sel ke sel lainnya, sehingga terbentuk deretan sel yang
lebih panjang dan lapisannya lebih tipis.

6. Convergent Extension (Perluasan Secara Konvergen)


Dua atau lebih deretan sel interkalasi, tetapi interkalasinya teratur
dan terarah pada suatu tujuan. Mengumpulnya sel-sel yang jauh dari
blastoporus ke daerah sekitar dekat blastophorus.

2.4 Pergerakan Aktif Sel pada Gastrula


Fase gastrula, dimana pada pengamatan fase gastrula dijumpai terdiri
dari dua tahap yaitu “germ ring stage” dimana pada tahap ini membutuhkan

9
waktu 3 jam setelah fertilisasi. Periode gastrula merupakan fase dimana
animal pole menyerang permukaan yolk hingga menutupi blastofor.
(Simanjuntak, et al. 2021)

Sel-sel dapat bergerak aktif “merayap” dalam embrio dengan


menggunakan serat sitoskeleton untuk menjulurkan dan menarik penjuluran
seluler. Penjuluran sel-sel embrionik umumnya berupa lembaran pipih
(lamellipodia) atau duri (filopodia). Matriks ekstra seluler berfungsi
mengarahkan sel-sel yang sedang bermigrasi di sepanjang jalur tertentu
(Balinsky, 1976).
Pada gastrulasi organisme, invaginasi diawali oleh penyempitan
(wedging) sel-sel pada permukaan blastula, penetrasi sel-sel untuk masuk
lebih dalam ke bagian dalam embrio melibatkan ekstensi filopodia oleh sel-
sel terdepan dari jaringan yang bermigrasi. Gerakan sel-sel tersebut akan
menarik sel-sel yang mengikuti dibelakangnya untuk melalui blastopore,
sehingga membantu menggerakkan lapisan sel dari permukaan embrio ke
dalam blastosoel untuk kemudian membentuk endoderm dan mesoderm
embrio.
Epiboly merupakan pergerakan sel-sel yang dianggap menjadi bakal
epidermis dan daerah persyarafan, pergerakannya ke depan, ke belakang dan
ke samping dari sumbu yang akan menjadi embrio. Sedangkan emboly

10
merupakan pergerakan sel yang arahnya menuju ke bagian dalam, terutama di
bagian sumbu bakal embrio. (Effendi 1997).
Selama grastulasi berlangsung, maka akan terjadi proses pembentukan
perisai embrio dan pergerakan sel dari lapisan blastomer di kutub anima,
dimana sel-sel tersebut bergerak kesamping kiri dan kanan serta kedepan
menuju kutub vegetatif (Pattipeilohy et al. 2013).

2.5 Proses Gastrula pada Hewan


1. Proses Gastrula pada Amphioxus
Gastrulasi amphioxus diawali pada daerah vegetatif embrio. Kutub
vegetatif menjadi mendatar dan terdorong dan melipat ke arah dalam.
Proses ini dinamakan invaginasi. Lapisan yang terinvaginasi secara
bertahap akan menghilangkan rongga blastula dan bertemu dengan lapisan
blastomere yang berada di kutub anima (Irdalisa, 2021).
Mitosis berjalan terus diikuti dengan terjadinya pelentikan sel-sel
dari luar ke dalam melalui tepi blastoporus. Proses ini disebut involusi.
Melalui invaginasi dan involusi, terbentuk ectoderm dan endoderem.
Ektoderem sekarang membungkus embrio secara keseluruhan melalui
proses epiboli (Irdalisa, 2021).
Gastrulasi amphioxus diawali pada daerah vegetatif embrio. Kutub
vegetatif menjadi mendatar dan terdorong dan melipat ke arah dalam.
Proses ini dinamakan invaginasi. Lapisan yang terinvaginasi secara
bertahap akan menghilangkan rongga blastula dan bertemu dengan lapisan
blastomere yang berada di kutub anima (Irdalisa, 2021).
Mitosis berjalan terus diikuti dengan terjadinya pelentikan sel-sel
dari luar ke dalam melalui tepi blastoporus. Proses ini disebut involusi.
Melalui invaginasi dan involusi, terbentuk ectoderm dan endoderem.
Ektoderem sekarang membungkus embrio secara keseluruhan melalui
proses epiboli (Irdalisa, 2021).

11
2. Proses Gastrula pada Amfibi
Pembelahan awal yang terjadi pada embrio katak bersifat sinkron
atau bersamaan waktunya, namun membentuk struktur yang asimetris.
Perbedaan pembelahan ini dipengaruhi oleh kutub yang terjadi pada sel
embrio hewan, yaitu kutub animal dan kutub vegetal. Pada katak, bagian
kutub vegetal yang berisi kuning telur terdapat dalam jumlah yang lebih
sedikit atau membelah lebih sedikit (Irdalisa, 2021).
Sel embriogenik ini akan terus membelah dan membentuk struktur
blastomer, yaitu struktur kumpulan sel yang membentuk bola padat
(Irdalisa, 2021).
Blastula terbentuk ketika sel embrio katak (struktur blastomer)
terus membelah, bergerak, dan membentuk rongga pada bagian dalam
(membentuk struktur bola berongga). Pada katak, rongga ini disebut
blastocoel dan terisi cairan internal yang dibatasi oleh sel epitel. Gastrulasi
dimulai dengan terbentuknya suatu celah di bawah bidang equator kurang
lebih pada daerah kelabu. Pada daerah kelabu memiliki konstitusi sel-sel
yang berbeda dengan daerah lain. Pada daerah ini, tegangan permukaan sel
lebih rendah dan sel-sel lebih bersifat mobil. Salah satu factor yang
menyebabkan sel-sel pada daerah kelabu memiliki mobilitas yang tinggi

12
adalah karena sel-sel mengalami perubahan bentuk menjadi sel-sel botol
yang lehernya terorientasi ke permukaan sehingga memungkinkan
berlangsungnya perpindahan sel ke dalam. Pada daerah tersebut mula-
mula terjadi indentasi atau pelengkungan yang disusul dengan terjadinya
invaginasi dan pada akhirnya terjadi migrasi sel (Irdalisa, 2021).
Lapisan pertama yang berpindah adalah sebagian kecil dari
endoderem yang disusul dengan berpindahnya kordamesoderem. Sejalan
dengan itu terbentuk suatu rongga baru yang disebut rongga arkenteron
yang tumbuh semakin besar sejalan dengan berlangsungnya gastrulasi.
Sementara itu rongga blastocoel mulai tereliminasi sedikit demi sedikit
(Irdalisa, 2021).
Neurulasi pada Katak, notokord terbentuk dari mesoderm dorsal
yang berkondensasi persis di atas arkenteron. Tabung neuron berawal
sebagai lempengan ektoderm dorsal, persis diatas notokord yang
berkembang (Irdalisa, 2021).
Setelah notokord terbentuk, lempeng neuron melipat ke arah dalam
dan menggulung menjadi Tabung neuron (neural tube) yang akan menjadi
sistem saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang) (Irdalisa, 2021).

13
3. Proses Gastrula pada Aves
Gastrulasi pada aves berlangsung melalui kombinasi sejumlah
gerakan-gerakan morfogenik, meliputi:
1) Poliinvaginasi, yaitu perpindahan sel-sel blastoderm untuk
membentuk lapisan hipoblas.
2) Konkresensi, yaitu sel-sel pada blastoderm bagian anterior bermigrasi
dan berhimpun pada bagian posterior.
3) Involusi, yaitu pelentikan sel-sel dari luar ke dalam.
Gastrulasi ditandai dengan terjadinya penebalan pada bagian
posterior blastoderm kurang lebih pada umur 3 - 4 jam inkubasi. Penebalan
tersebut berbentuk segitiga yang lebar, kemudian menyempit dan
memanjang dan akhirnya membentuk suatu batang yang memanjang dari
posterior ke anterior dan disebut sebagai primitive streak. Primitive streak
berlangsung kira-kira pada umur 16 jam inkubasi.
Penebalan yang berlangsung pada daerah blastoderm disebabkan
karena terjadinya konkresensi/konvergensi sel-sel epiblas ke arah median
posterior. Sel-sel yang bermigrasi tersebut tidak ditumpuk melainkan pada
suatu saat berinvolusi melalui daerah primitive dan mengisi tempat di
antara epiblas dan hipoblas. Sel-sel tersebut kemudian menyebar ke arah
lateral membentuk mesoderm. Wilayah blastoderm yang belum terjangkau
oleh penyebaran mesoderm tampak lebih bening. Daerah tersebut
dinamakan daerah proamnion. Daerah proamnion makin lama makin
menyempit dan kemudian hilang setelah penyebaran mesoderm mencapai
daerah tersebut.
Daerah primitive dapat disamakan dengan blastoporus pada
amphibian. Terdiri atas sepasang pematang primitif atau primitive ridge
dan sebuah parit primitive atau primitive groove. Pada ujung anterior
daerah primitif terdapat suatu penebalan yang disebut primitive knot
ataunodusHensens. Tepat padabagian posteriornodus Hensens terdapat
lekukan parit yang agak dalam yang disebut lekuk primitive pit.

14
Setelah primitive streak mencapai pemanjangan yang penuh pada
umur inkubasi 18 jam, ujung cephalic mulai beregresi dan terbentuk suatu
struktur yang disebut head process atau lipatan kepala. Bagian area
pelusida yang berdekatan dengan primitive streak mulai menebal
membentuk area embrional.
Mengiringi pembentukan dan pemanjangan primitive streak, area
pelusida mengalami perubahan bentuk dari bentuk cakram sirkuler
menjadi bentuk konfigurasi bulat. Sumbu memanjang bakal tubuh embrio
diperankan oleh primitive streak.
Terbentuknya primitive streak dan Nodus Hansen’s maka periode
utama gastrulasi dimulai. Lapisan-lapisan lembaga dibentuk melalui
migrasi sel-sel epiblas ke arah nodus Hensen’s dan primitive streak, dan
sel-sel beringresi untuk membentuk lapisan lembaga tengah dan bawah
(mesoderm dan endoderm). Sel-sel pertama yang melintasi primitive
streak bagian anterior adalah bakal endoderm dan diikuti oleh bakal
mesoderm. Sel-sel bakal mesoderm menyebar di antara epiblas dan
hipoblas membentuk lapisan tengah yang kini disebut sebagai mesoderm.
Sel-sel yang bermigrasi melalui nodus Hensen’s meluas ke depan dan sel-
sel tersebut terkondensasi membentuk notokorda, sedangkan sisa sel-sel
epiblast yang tidak berinvaginasi melalui daerah primitif akan tetap
menjadi ektoderm.

15
4. Proses Gastrula pada Mamalia
Gastrulasi pada mamalia ditandai dengan terbentuknya rongga pada
massa sel-sel dalam (inner cell mass) yang makin lama makin besar dan
dinamakan rongga amnion. Massa sel-sel dalam di bawah rongga amnion
membentuk suatu keping yang dinamakan keping embrio atau embryonic
disc yang kelak akan menghasilkan embrio. Keping embrio terdiri atas
lapisan ektoderm yang berbatasan dengan rongga amnion dan endoderm
yang berbatasan dengan blastocoel. Blastocoel terletak ke arah rongga
uterus, sedangkan keping embrio dan rongga amnion tertanam ke arah
dinding uterus.
Endoderm akan berproliferasi membentuk sel-sel pipih yang
mendindingi blastocoel. Blastocoel sekarang menjadi gastrocoel atau
arkenteron atau rongga kantung yolk. Endoderm yang mendindingnya
akan menjadi bagian dari kantung yolk. Pada mamalia, kantung yolk tidak
mengandung yolk. Pada keping embrio berlangsung proses gastrulasi yang
serupa dengan gastrulasi yang berlangsung pada gastrulasi ayam,sehingga
terdapat stadium daerah primitif dan lapisan-lapisan lembaga ektoderm,
mesoderm, dan endoderm. Di samping daerah primitif dan bakal
notokorda. Lapisan lembaga di dalam keping embrio disebut lapisan
lembaga intra embrio, sedangkan yang terdapat di luar keping embrio
dinamakan lapisan lembaga ekstra embrio.
Ada pendapat bahwa lapisan endoderm terbentuk dengan cara
delaminasi. Pendapat lain menyebutkan bahwa lapisan endoderm berasal
dari massa sel-sel dalam. Seperti diketahui bahwa keping embrio terdiri
atas lapisan sel yang tebal yang disebut mesektoderm dan lapisan tipis
yang disebut entoderm. Mesentoderem akan menjadi mesodermdan
ektoderm. Ektodermadalah tropoblas yangmerupakan lapisan terluar.
Pembentukan mesoderm pada embrio mamalia sama.

16
Dengan pembentukan mesoderm pada embrio ayam. Berbeda
dengan aves, gastrulasi pada mamalia berlangsung di dalam uterus,
sedangkan gastrulasi pada aves berlangsung di dalam telur.Embrio
yangmencapai rongga uterusbiasanya telah berada pada stadium blastula
yang terdiri atas massa sel-sel dalam dan tropoblas, lalu menempel atau
tertanam pada endometrium yang telah dipersiapkan sebelumnya.
Pembahasan lebih lanjut akan diuraikan pada peristiwa implantasi.

2.6 Studi Kasus Fase Gastrula pada Manusia


Perkembangan embrio pada manusia terdiri atas beberapa tahap
seperti di bawah ini.

Pada tahap
gastrula, embrio mengalami proses diferensiasi di mana blastosol mulai
dihilangkan. Sel-sel di kutub fungsional mengalami pembelahan yang cepat,
sehingga menyebabkan sel-sel di kutub vegetatif mengalami invaginasi yang
membentuk lekukan ke dalam. Invaginasi ini menghasilkan dua formasi
utama yakni lapisan luar yang disebut ektoderm dan lapisan dalam yang

17
disebut endoderm. Ektoderm akan berkembang menjadi kulit, sementara
endoderm akan menjadi berbagai jenis saluran dalam tubuh. Selain itu, pada
tahap ini terjadi diferensiasi lebih lanjut di sebagian endoderm yang berubah
menjadi mesoderm. Pada akhir tahap gastrula, telah terbentuk endoderm,
mesoderm, dan ektoderm.
Namun, terdapat potensi permasalahan dalam perkembangan embrio
pada fase gastrula. Dimana kelainan gastrula manusia terjadi ketika proses
pembentukan 3 lapisan germinal (ektoplasma, mesoplasma, dan endoplasma)
dari fase blastula terganggu. Faktor lingkungan seperti malnutrisi, infeksi,
penyakit, dan paparan racun dapat mengganggu proses ini, mengakibatkan
kelainan genetik atau perubahan ekspresi genetik yang merugikan pada
tahapan pertumbuhan dan perkembangan embrio.

Anencephaly sebagai Dampak Gagalnya Proses Gastrula pada Kehamilan

Contohnya penyakit Anencephaly atau anensefali yaitu kondisi cacat


lahir serius yang menyebabkan bayi terlahir tanpa sebagian otak dan
tengkoraknya. Anencephaly adalah cacat lahir yang terjadi saat tabung saraf
tidak menutup dengan sempurna selama beberapa minggu pertama
perkembangan janin di dalam kandungan. Tabung saraf sendiri merupakan
lapisan sel yang nantinya akan berkembang menjadi otak, tengkorak, sumsum
tulang belakang bayi, dan jaringan lain yang menyertainya.
Tabung saraf biasanya terbentuk pada awal kehamilan dan menutup
pada hari ke-28 setelah pembuahan. Penutupan tabung saraf yang tidak
berjalan dengan baik ini mengakibatkan otak dan sumsum tulang belakang
bayi yang sedang berkembang terpapar oleh cairan ketuban di dalam rahim.

18
Paparan cairan ketuban ini kemudian menyebabkan jaringan sistem saraf
terurai dan hancur. Anensefali atau anencephaly adalah kondisi yang
disebabkan oleh kelainan tabung saraf sehingga juga digolongkan ke dalam
cacat tabung saraf. Anensefali bisa mengakibatkan bayi terlahir tanpa bagian
otak yang disebut otak besar dan otak kecil.
Jadi Anencephaly itu terjadi masalah pada lapisan ektoderm lapisan
yang membentuk sistem saraf.

19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari makalah ini dapat disimpulkan bahwa ketika mengalami
pembelahan yang sinkron, pada embrio kemudian membentuk suatu bola yang
disebut morulla. Setelah embrio mengalami pembelahan dan pembentukan
blastula, embrio akan masuk ke dalam suatu tahapan yang paling kritis selama
masa perkembangannya, yaitu disebut stadium gastrula.

Gastrulasi merupakan proses pembentukan grastula yang ditandai dengan


perubahan susunan yang sangat besar dan sangat rapi dari sel-sel
embrio. Grastulasi akan menghasilkan suatu embrio yang mempunyai
tiga lapisan lembaga yaitu lapisan endoderm di sebelah dalam, mesoderm di
sebelah tengah dan ektoderm di sebelah luar.

Pada gastrulasi suatu proses yang sangat dinamis, dimana berlangsung


migrasi sel-sel atau lapisan sel-sel secara terintegrasi yang dilakukan melalui
berbagai macam gerakan-gerakan morfogenik yang membantu proses
pembentukan gastrulasi pada hewan.

3.2 Saran
Dari makalah ini tentang Gastrulasi, penulis berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan dapat digunakan sebagai literatur selanjutnya.
Untuk penulis makalah selanjutnya semoga ada perbaikan dari makalah
sebelumnya.

20
DAFTAR PUSTAKA
Aprilia, W. (2020). Perkembangan pada masa pranatal dan kelahiran. Yaa
Bunayya: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 4(1), 39-56.

Balinsky, (1976), An Introduction to Embryology. Fourth Edition. W.B. Saunders


Company. Philadelphia.

Effendie, M. I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta.

Haryanto, T., & Ydana, I. G. (2021). Contemporary Music Composition


“Embryo”| Komposisi Musik Kontemporer “Embrio”. GHURNITA:
Jurnal Seni Karawitan, 1(1), 1-10.

Irdalisa. (2021). Perkembangan Hewan. Jakarta: Universitas Muhammadiyah


Prof. Dr. Hamka.

Iskandaria, W., Anggriani, S., Shaharani, A., & Wahyuni, M. (2023).


Development of Free-Range Chicken (Gallus domesticus) Egg
Embryos With Brood Incubation and Incubation. Jurnal Biologi Tropis,
23(1), 255-259.

Khosim, N., Latuconsina, H., & Suhada, R. A. (2023). Perkembangan Embrio dan
Rasio Penetasan Telur Ikan Zebra Danio rerio (Hamilton, 1822) di
Instalasi Perikanan Budidaya Punten Batu. JUSTE (Journal of Science
and Technology), 3(2), 152-165.

Kusumawati, A., Febriany, R., Hananti, S., Dewi, M. S., & Istiyawati, N. (2016).
Perkembangan Embrio dan Penentuan Jenis Kelamin DOC (Day-Old
Chicken) Ayam Jawa Super. Jurnal Sain Veteriner, 34(1), 29-41.

Lina Fitriani, S. S. T., Keb, M., Firawati, S. S. T., Keb, M., Raehan, S. S. T., &
Keb, M. (2021). Buku Ajar Kehamilan. Deepublish.

Pattipeilohy, I. G., Gani, A., dan Tahang, H. 2013. Perkembangan Embriogenesis


Ikan Mandarin (Synchiropus splendidus). Balai Perikanan Budidaya
Laut Ambon. Direktorat Jendral Perikanan Budidaya. Kementrian
Kelautan dan Perikanan RI.
Redha, A. R., Raharjo, E. I., & Hasan, H. (2020). Pengaruh suhu yang berbeda
terhadap perkembangan embrio dan daya tetas telur ikan kelabau
(Osteochilus Melanopleura). Jurnal Ruaya: Jurnal Penelitian dan
Kajian Ilmu Perikanan dan Kelautan, 4(2), 1 – 8.

Setiyowati, P. A. I., Ayuni, R. D., Wulandari, A. D., Azzahra, N. F. A.,


Andalucya, F., Nisa, S., Khakim, Arsanul., Alfanani, Syafiq., Hanafi,
Imam., & Ramadhan, M. S. (2023). Pengaruh Optimalisasi Suhu

3
Inkubator Terhadap Embriogenesis dan Organogenesis Pada Ayam
(Gallus gallus domesticus) Selama 21 Hari Inkubasi. BEST Journal
(Biology Education, Sains and Technology), 6(1), 455-461.

Simanjuntak, M., Rosmaiti, R., & Putriningtias, A. (2021). Effect of Temperature


Differences on Embryo Development and Hatching of Sea Bass Eggs
(Lates calcarifer). Acta Aquatica: Aquatic Sciences Journal, 8(1), 18-
22.

Anda mungkin juga menyukai