Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN

PRAKTIKUM HISTOLOGI
NEUROMUSKULOSKLETAL

Nama : Zainul Hamdi


NIM : 020.06.0089
Kelas :B
Kelompok :3
Blok : Neuromuskuloskeletal I
Dosen : Rusmiatik, S.Si., M. Biomed.
dr. Rizki Mulianti, S.Ked.

LABORATORIUM TERPADU I
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR
MATARAM
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya yang telah diberikan kepada saya sehingga dapat menyelesaikan hasil Laporan
Praktikum Histologi Blok Neuromuskuloskeletal I ini.
Dalam penyusunan Laporan Praktikum Histologi ini, saya menyadari sepenuhnya banyak
terdapat kekurangan di dalam penyajiannya. Hal ini disebabkan terbatasnya kemampuan dan
pengetahuan yang saya miliki, saya menyadari bahwa tanpa adanya bimbingan dan petunjuk dari
semua pihak tidaklah mungkin hasil Laporan Praktikum Histologi ini dapat diselesaikan
sebagaimana mestinya.
Pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan laporan
dengan baik
2. Ibu Rusmiatik S.Si , M.Biomed.. Selaku dosen pembimbing praktikum histologi, atas
segala masukkan, bimbingan dan kesabaran dalam menghadapi keterbatasan saya dan
teman-teman.
3. Teman-teman sejawat yang telah memberikan masukkan dalam penyusunan laporan ini.
Akhir kata, semoga segala bantuan serta amal baik yang telah diberikan kepada saya dan
teman-teman, mendapatkan balasan dari Tuhan Yang Maha Esa, serta Laporan Praktikum
Histologi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Mataram, 24 April 2021

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ………………………………………………………..
1.2 Tujuan ………………………………………………………………...
1.3 Manfaat ……………………………………………………………….
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistem Saraf…………………………………….……………….........
2.2 Muskuloskeletal……………………….……………………………....
BAB III METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat …………………………………………………….
3.2 Alat dan Bahan ………………………………………………………...
3.3 Cara Kerja …………………………………………………………….
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengambilan Foto dari Mikroskop ……………………………..
4.2 Pembahasan Praktikum …………………………………………….....
4.2.1 Sistem Saraf……………………………………………………..
4.2.2 Sistem Muskuloskeletal…………………………………………
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan …………………………………………………………...
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tubuh manusia terdiri dari berbagai sistem, diantaranya adalah sistem rangka, sistem
pencernaan, sistem peredaran darah, sistem pernafasan, sistem syaraf, sistem penginderaan,
sistem otot, dll. Sistem-sistem tersebut salingterkait antara satu dengan yang lainnya dan
berperan dalam menyokong kehidupan manusia.
Sistem saraf adalah sistem koordinasi berupa penghantaran impuls saraf ke susunan saraf
pusat, pemrosesan impuls saraf dan pemberi tanggapan rangsangan (Feriyawati, 2006). Sistem
atau susunan saraf merupakan salah satu bagian terkecil dari organ dalam tubuh, tetapi
merupakan bagian yang paling kompleks. Susunan saraf manusia mempunyai arus informasi
yang cepat dengan kecepatan pemrosesan yang tinggi dan tergantung pada aktivitas listrik
(impuls saraf) (Bahrudin, 2013).
Alur informasi pada sistem saraf dapat dipecah secara skematis menjadi tiga tahap. Suatu
stimulus eksternal atau internal yang mengenai organ-organ sensorik akan menginduksi
pembentukan impuls yang berjalan ke arah susunan saraf pusat (SSP) (impuls afferent), terjadi
proses pengolahan yang komplek pada SSP (proses pengolahan informasi) dan sebagai hasil
pengolahan, SSP membentuk impuls yang berjalan ke arah perifer (impuls efferent) dan
melanjutkannya ke effector.
pada ergonomi, sistem yang
paling berpengaruh adalah sistem otot, sistem rangka, dan sistem syaraf. Ketigasistem ini
sangat berpengaruh dalam ergonomi karena manusia yangmemegang peran sebagai pusat
dalam ilmu ergonomi/ person centeredergonomics.
Salah satu ciri mahluk hidup atau organisme adalah bergerak. Manusiayang merupakan
bagian dari mahluk hidup juga melakukan gerakan dalammenjalankan aktivitasnya. Dalam
melakukan pergerakan, seseorangmembutuhkan tulang dan otot untuk bergerak. Tulang tidak
dapat bergeraksendiri apa bila tidak digerakkan oleh otot. Gerakan adalah hasil interaksiantar
tulang, otot dan persendian tulang. Dari ketiga unsur tersebutdigabungkan menjadi sistem
rangka. Kerangka manusia tersusun atas tulang-tulang baik tulang yang panjang maupun
tulang yang pendek. Tulang-tulangtersebut membentuk rangka dalam (endoskeleton).
Endoskeleton terbagi atasdua bagian yaitu rangka sumbu (aksial) dan rangka anggota
apendikular.Rangka aksial meliputi engkorak, tulang belakang, tulang dada dan tulangrusuk.
Sedangkan rangka anggota meliputi gelang bahu, gelang pingguldengan rangka anggota
dalam.
Sistem rangka merupakan suatu sistem yang dibangun oleh struktur-struktur keras dari
tubuh yang sifatnya menyokong dan melindungi. Sistemini meliputi eksoskeleton, dan
endoskeleton. Sistem rangka adalah suatusistem organ yang memberikan dukungan fisik pada
makhluk hidup. Sistemrangka umumnya dibagi menjadi tiga tipe: eksternal, internal, dan
basis cairan (rangka hidrostatik), walaupun sistem rangka hidrostatik dapat
puladikelompokkan secara terpisah dari dua jenis lainnya karena tidak adanyastruktur
penunjang.Adapun hal yang melatar belakangi sehingga praktikum ini diadakanadalah untuk
mengetahui lebih jelas mengenai kerangka tubuh pada menusia beserta bagian-bagiannya.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum histologi sistem neuromuskuloskeletal ini, yaitu :
1. Untuk mengamati bentuk-bentuk dan struktur jaringan penyusun sistem
neuromuskuloskeletal secara makroskopis.
2. Untuk mengetahui ciri-ciri dari jaringan penyusun sistem neuromuskuloskeletal.
3. Untuk mengetahui pembagian dan bentuk-bentuk sistem neuromuskuloskeletal.

1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum histologi sistem neuromuskuloskeletal ini, yaitu :
1. Agar mahasiswa mampu mengamati serta mengetahui bentuk-bentuk dan struktur
sistem neuromuskuloskeletal secara makroskopis.
2. Agar mahasiswa mengetahui ciri-ciri dari jaringan sistem neuromuskuloskeletal.
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui pembagian dan bentuk-bentuk sistem
neuromuskuloskeletal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistem Saraf
System saraf mencakup seluruh massa jaringan saraf dalam tubuh. Fungsi dasar dari
system saraf, yang menurun kepada yang lain, adalah komunikasi; ia tergantung pada sifat
kimiawi dan listrik khusus dari sel-sel saraf dan cabang-cabang sel yang panjang. Sifat ini
mencerminkan dua ciri fundamental protoplasma: irirabilitas, yaitu kemampuan beraksi
dengan secara bertingkat terhadap rangsang fisik atau kimiawi, dan konduktivitas,
kemampuan menghantar rangsang dengan cepat dari satu tempat ke tempat lain ( Bloom,
2002).
Susunan saraf pusat (SSP) terdiri atas otak dan medulla spinal dan mengandung sel-
sel saraf, atau neuron, dan sel-sel penyokong disebut neuroglia. Impuls saraf keluar masuk
SSP melalui cabang neuron panjang disebut akson (dilihat di bawah). Susunan saraf tepi
(SST) terdiri atas cabang-cabang ini yang berjalan dalam saraf klanial dan spinal dan
kelompok neuron di luar terkait tang dikenal sebagai ganglia. Fungsi semua bagian tubuh
diintegrasi oleh system ini. Meskipin terdapat perkecualian pada respons saraf setempat
tertentu (seperti pada kulit dan visera), sentrilisasi adalah prinsip terpenting dari organisasi
neural (Bloom, 2002).
Seperti epitel lain, jaringan saraf memiliki berbagai jenis kompleks tautan: taut rekah,
pada sinaps elektrotonik; zomula occludes di antara sel-sel pleksus koroid; dan zonula
adherens, pada sinaps kimiawi dan tempat lain. Dari semua ini, yang terakhir ini sering
berbentuk bintik dan disebut punctum adherens. Puncta adherentia rupanya penting dalam
menstabilkan hubungan special sel-sel dan cabang sel pada mana komunikasi interneural
bergantung. Namun bentuknya, yang membentuk jaringan saraf sangan heterogen (Bloom,
2002).
Serebrum, pusat integratif yang paling kompleks di SSP, berkembang dari
telensefalon embrionik. Serebrum dibagi menjadi belahan serebral. Masing-masing belahan
terdiri atas penutup bagian luar yang terbuat dari bahan abu-abu, yang disebut korteks
serebral, bahan putih di bagian dalam, dan kelompok nukleus yang berada di dalam bahan
putih, yang disebut nukleus nasal juga disebut ganglia basal adalah pusat yang penting untuk
koordinasi motoris dan bertindak sebagai saklar untuk impuls dari sistem motoris lain. Jika
nukleus basal rusak, seseorang bisa menjadi pasif dan tidak mampu bergerak karena nukleus
itu tidak lagi mengirimkan impuls motoris ke otot (Campbell, 2002).
Kenyataan bahwa aksi refleks ini tidakmemerlukan kontrol kesadaran dapatlah
ditunjukkan dengan seekor hewan, misalnya katak, yang otaknya telah diambil dengan cara
memotong korda spinalis. Seekor hewan yang telah diputuskan kolumna spinalisnya disebut
hewan spinal, karena semua aktivitas arah kandal dari lokasi pemotongan itu pastilah hanya
karena korda spinalisnya, tidak lagi ada hubungan dengan otak. Katak amatlah berguna untuk
mendemostrasikan refleks spinal karena periode shock spinal yang menghilangkan aktivitas
refleks dan membuat katak menjadi lumpuh, berlangsung hanya dalam beberapa menit saja.
Setelah pulih dari shock spinal, hewan akan menarik sebuah kakinya apabila diberi stimulus
seperti misalnya rangsangan listrik atau diberi sedikit asam lemah ( Frandson, 1992).
Sistem saraf adalah serangkaian organ yang kompleks dan berkesinambungan serta
terdiri dari jaringan saraf. Dalam mekanisme sistem saraf, lingkungan internal dan stimulus
eksternal dipantau dan diatur. Susunan saraf terdiri dari susunan saraf pusat dan susunan
saraf tepi. Susunan saraf pusat terdiri dari otak (ensevalon) dan medula spinalis (sumsum
tulang belakang) (Gunawan, 2007).
Jaringan saraf mengintegrasikan dan mengkoordinasikan fungsi-fungsi jaringan lain
dalam tubuh. Jaringan saraf terdiri atas macam-macam jenis sel neuron dan sel glia yang
berasal dari neuroepitel embrional. Sistem saraf sebenarnya dua sistem yang struktur dan
fungsi saling berhubungan. Sistem saraf pusat (SSP) yang mencakup otak dan medula
spinalis, dan sistem saraf tepi (SST), yang mencakup saraf dan ganglion yang terbesar
diseluruh bagian tepi tubuh. Neuron merupakan dasar unsur sel sistem saraf. Struktur neuron
sangat bervariasi. Sel glia seperti glia seperti astrosit dan sel Schwann, melakukan fungsi
tambahan yang tidak berkaitan dengan komunikasi. Sinapsis adalah tempat hubungan
anatomik dan fungsional antarneuron ( Johnson, 1994).
System saraf ototnom (SSO) merupakan system saraf campuran. Serabut-serabut
aferennya membawa input dari organ-organ visceral (mengatur denyut jantung, diameter
pembuluh darah, pernapasan, pencernaan makanan, rasa lapar, mual, pembuangan, dan
sebagainya). Saraf eferen motorik  SSO mempersarafi otot polos, otot jantung, dan kelenjar-
kelenjar visceral. SSO teruta,a mengatur fungsi visceral dan interaksinya dengan lingkungan
internal (Muttaqin, 2008).
Sistem saraf otonom merupakan bagian dari sistem saraf periferi yang mengontrol
aktivitas lingkungan dalam yang biasanya involuntary, seperti denyutan jantung, gerakan-
gerakan peristaltik dan berkeringat. Dibangun oleh neuron motoris yang menuju otot polos di
organ-organ interna. Sistem saraf otonom terdiri atas neuron preganglionik yang
meninggalkan sistem saraf pusat melalui akar ventral dari saraf segmental sebelum
mengadakan sinapsis dengan neuron postganglionik yang menuju ke efektornya. Terdapat 2
bagian dari sistem saraf otonom yaitu sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis
(Nurcahyani, 2005).
Pada segmen tubuh vertebrata terdapat pasang saraf perifer. Pada sebagian besar saraf
spinal, neuron aferen dan eferen terletak berdekatan, tetapi dekat sumsum tulang belakang
saraf itu terbagi menjadi akar dorsal dan akar ventral, dan neuronnya terpisah. Dalam akar
neuron dorsal terdapat neuron aferen dan mempunyai suatu pembesaran yaitu ganglion akar
dorsal, yang mengandung badan-badan selnya sendiri. Saraf dari hidung, mata, dan telinga
berkembang dengan indera perasa khusus. Saraf ini seluruhnya terdiri atas serabut aferen
,kecuali beberapa neuron eferen dalam saraf mata dan vestibulokoklear (pendengar) yang
menjulur ke organ indera dan dapat mengatur aktivitasnya. Saraf kranial selebihnya
mengandung sejumlah besar serabut aferen, dan eferen yang dianggap secara serial homolog
dengan akar yang terpisah dari saraf spinal vertebrata.  Lokasi badan sel saraf kranial dan
ujung akhirnya di dalam otak mengikuti pola yang telah diutarakan pada neuron spinal
(Villee, 1984).
2.2 Muskuloskeletal
Jaringan otot (muscle tissue) terdiri atas sel-sel yang disebut serabut otot, yang
mampu berkontraksi ketika dirangsang oleh implus saraf. Tersusun dalam susunan
parallel didalam sitoplasma, serabut otot adalah sejumlah besar mikrofilamen yang
terbuat dari protein kontraktil aktin dan myosin. Otot adalah jaringan yang paling banyak
terdapat pada sebagian besar hewan, dan kontraksi otot merupakan bagian besar dari
kerja seluler yang memerlukan energi dalam suatu hewan yang aktif (Campbell, 2000).
Sistem otot merupakan suatu sistem yang berperan penting bagi suatu makhluk
hidup, karena otot inilah yang memberikan bentuk yang bagus bagi tubuh manusia.
Selain itu otot merupakan alat gerak aktif yang berhubungan dengan sistem saraf pusat.
Manusia memiliki suatu bentuk yang utuh ini di sebabkan oleh suatu organ yang sangat
berpengaruh terhadap manusia itu sendiri. pada dasarnya manusia terbentuk karena
adanya rangka tempat melekatnya otot-otot tubuh dan otot tersebut memberikan
pergerakan kepada rangka sehingga manusia bisa berjalan ataupun beraktivitas
lainnya. Sistem otot merupakan suatu sistem yang sangat beperan penting bagi suatu
mahluk hidup. Kenapa dikatakan suatu sistem yang berperan penting karena otot inilah
yang memberikan bentuk yang bagus bagi manusia. Selain itu otot merupakan alat gerak
aktif yang berhubungan dengan sistem saraf pusat. (Taiyeb, 2016).
Sistem otot pada tubuh berperan menjaga kestabilan posisi tubuh, menghasilkan
gerakan dan menghasilkan panas tubuh. Hampir 700 otot membangun sistem otot,
misalnya otot bisep brakii yang tersusun atas jaringan otot rangka dan jaringan ikat.
Beberapa otot rangka memiliki fungsi utama untuk menstabilkan posisi tulang-tulang
sehingga otot rangka yang lain dapat melakukan sebuah gerakan yang lebih efektif
(Faisal, 2012).
Jaringan otot atau biasa disebut otot telah dijumpai mulai dari invertebrata sampai
vertebrata. Otot merupakan bagian terbesar dari tubuh manusia. Hampir setengah dari
keseluruan berat tubuh manusia disumbang oleh otot. Jaringat otot seperti jaringan yang
lain memiliki sifat pekah terhadap rangsangan (sifat iritabilitas), mampu merambatkan
impuls (sifat konduktivitas), mampu melaksanakan metabolism dan mampu membelah
diri. Sifat jaringan otot yang khas adalah kemampuannya untuk berkontraksi (sifat
kontraktilitas) yang tinggi. Sifat kontraktilitas disebabkan sel-sel otot memiliki protein
kontraktil, yaitu aktin dan myosin (Yunadi, 2003). Menurut Adnan (2009), secara umum
kita mengenal tiga macam otot yaitu:
1.   Otot skelet atau otot rangka/otot sadar/otot bergaris melintang, bersifat voluntary, jadi
kontraksinya dapat di atur oleh kemauan kita.
2.   Otot polos atau otot tidak sadar/ otot tidak bergaris melintang kontraksinya tidak
dapat di atur oleh kemauan kita.
3.   Otot jantung, merupakan otot bergaris melintang tetapi tidak di bawah kemauan kita.
Gerakan hanya dapat terjadi bila ada suatu kontraksi dari otot-otot yang bersang-
kutan. Selain itu, untuk melakukan suatu gera-kan dibutuhkan mobilitas dari sendi dan
fleksi-bilitas yang baik pada jaringan lunak (otot, jaringan pengikat, dan kulit). Mobilitas
yang dimaksud adalah kemampuan dari sendi untuk melakukan mobilisasi/gerakan tanpa
adanya hambatan gerak dan bebas dari rasa nyeri. Fleksibilitas adalah kemampuan suatu
jaringan atau otot untuk mengulur dan kembali ke ben-tuk semula. Fleksibilitas otot
dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya struktur sendi, usia, jenis kelamin,
latihan/aktivitas, suhu tu buh, serta kehamilan. Bila fleksibilitas otot menurun, akan
mengakibatkan kelemahan otot yang ditandai dengan adanya nyeri pada otot, jaringan
konektif atau periosteum (Irfan, 2008).
Kerangka merupakan organ penyangga tubuh kita sehingga tubuh dapat berdiri
tegak. Ada sekitar 206 jumlah tulang manusia dewasa yang membentuk bangun tubuh
manusia, sedangkan pada anak-anak jumlah tersebut sebenarnya lebih dari 300 tulang.
Proses pertumbuhan anak-anak menjadi dewasa menyebabkan terjadinya penyatuan
beberapa tulang sehingga ketika dewasa jumlahnya menjadi lebih sedikit. Tempat dimana
tulang atau lebih saling berhubungan dinamakan sendi. Beberapa sendi tidak mempunyai
pergerakan, namun beberapa sendi lainnya ada yang memiliki pergerakan sedikit dan
banyak (Devison, 2009).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat dilakukannya praktikum ini adalah :
Hari/Tanggal : - Sabtu, 17 April 2021
- Kamis, 22 April 2021
Waktu : 13.30 – 15.10 wita
Tempat : Laboratorium Terpadu 1 Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Al-Azar Mataram
3.2 Alat dan Bahan
1. Mikroskop
2. Pensil warna
3. Jangka
4. Penggaris
5. Penghapus
Preparat Histologi
1. Preparat Histologi Sistem Saraf
 H5/50 Motor and Plate
 H5/30 Nerve Bundle, HE
 H5/40 Nerve Bundle, OA
 H5/60 Spinal Ganglion
 H5/70 Sympathetic Ganglion
 H5/80 Spinal Cord
 H5/100 Cerebral Cortex/Motor Cortex
 H5/150 Cerebellar Cortex
 H5/230 Motor Neurons
2. Preparat Histologi Sistem Muskuloskeletal
 H3/60 Hyalin Cartilage
 H3/70 Elastic Cartilage
 H3/90 Fibrous Cartilage
 H3/101 Compact Bone, Ground Sec
 H3/120 Develoving Cartilage Bone
 H3/140 Yellow Elastic Ligamen
 H4/20 Skeletal Muscle
 H4/30 Smooth Muscle
 H4/40 Cardiac Muscle
 H4/50 Muscle – Tendon Junction

3.3 Cara Kerja


1. Siapkan alat dan bahan yang telah disediakan di Laboratorium Terpadu 1
2. Periksa keadaan mikroskop yang akan digunakan, cek pencahayaan, lensa okuler dan
binokulernya.
3. Siapkan preparat histologi yang telah disediakan
4. Mula-mula lihatlah jaringan epitel dan jaringan ikat dengan pembesaran 10x, dan 40x.
5. Dokumentasikan hasil pengamatan
6. Buat laporan sementaranya dengan memakai pedoman atlas histologi yang telah
disiapkan.
7. Rapikan seluruh alat dan bahan setelah selesai digunakan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengambilan Foto dari Mikroskop
1. Preparat Histologi Sistem Saraf
N Gambar Hasil Pengamatan Struktur
O
1 H5/20 Motor and Plate 1. Ujung akson
2. Seran-lintang
3. Saraf bermielin
4. Akson
5. Serat otot rangka

Perbesaran 10x

2 H5/30 Nerve Bundle, HE 1.


2.

Perbesaran 10x
3 H5/40 Nerve Bundle, OA 1.

Perbesaran 10x
4 H5/60 Spinal Ganglion 1.

Perbesaran 10x
5 H5/70 Sympathetic Ganglion
Perbesaran 40x
6 H5/80 Spinal Cord 1.

Perbesaran 40x
7 H5/100 Cerebral Cortex/Motor Cortex
Perbesaran 40x
8 H5/150 Cerebellar Cortex

Perbesaran 10x
9 H5/230 Motor Neurons
Perbesaran 10x

2. Preparat Histologi Sistem Muskuloskeletal


NO Gambar Hasil Pengamatan Struktur
1 H3/60 Hyalin Cartilge

Perbesaran 40x

2 H3/70 Elastic Cartilage


Perbesaran 10x

3 H3/90 Fibrous Cartilage

Perbesaran 40x
4 H3/101 Compact Bone, Ground Sec

Perbesaran 10x
5 H3/120 Develoving Cartilage Bone
Perbesaran 40x
6 H3/140 Yellow Elastic Ligamen

Perbesaran 10x
7 H4/20 Skeletal Muscle
Perbesaran 40x
8 H4/30 Smooth Muscle

Perbesaran 10x
9 H4/40 Cardiac Muscle
Perbesaran 40x
10 H4/50 Muscle – Tendon Junction

Perbesaran 10x

4.2 Pembahasan Praktikum


4.2.1 sistem saraf
 Motor and plate
Motor end plate adalah tempat pertemuannya Neurotransmitters dilepaskan oleh
sinyal saraf menginisiasi pelepasan ion kalsium dan kontraksi otot.
 Nerve bundle
Pada pengamatan tentang Preparat histologist Nerve Bundle terlihat adanya
jaringan ikat. Selain mempunyai selubung mielin dan selubung Schwann, saraf tepi
dibungkus oleh jaringan ikat yang kuat. Jaringan ikat yang membungkus saraf tepi
adalah:
a. Epineurium
Epineurium merupakan jaringan ikat fibrosa yang membungkus satu bundle kumpulan
berkas serat saraf yang dikenal sebagai bundle berkas serat saraf (bundles of nerve
fibers) . Satu berkas serat saraf disebut sebagai fasikulus yang terdiri atas beberapa serat
saraf . Epineurium tersusun dari fibroblas dan serat kolagen yang tersusun secara
longitudinal. Selain itu juga mengandung sedikit serat elastin. Epineurium mengandung
pembuluh-pembuluh darah utama untuk saraf.
b. Perineurium
Perineurium merupakan jaringan ikat padat kolagen yang membungkus satu fasikulus.
Selubung ini dibentuk juga oleh sel-sel fibroblas dan lapisan serat-serat kolagen yang
tersusun secara konsentris. Perineurium merupakan sawar terhadap keluar masuknya
materi atau zat-zat pada fasikulus saraf. Satu fasikulus saraf tersusun oleh banyak serat
saraf (akson).
c. Endoneurium
Endoneurium merupakan jaringan ikat halus yang menyelubungi satu serat saraf (akson).
Lapisan ini dibentuk oleh sel fibroblas yang gepeng , serat kolagen dan serat retikulin
halus. Endoneurium berhubungan erat dengan neurilema.
 Spinal ganglion
Neuron yang terdiri dari ganglion spinal adalah tipe pseudo-unipolar , yang berarti
mereka memiliki badan sel (soma) dengan dua cabang yang bertindak sebagai akson
tunggal, sering disebut sebagai proses distal dan proses proksimal .

Tidak seperti kebanyakan neuron yang ditemukan di sistem saraf pusat , potensial aksi di
neuron ganglion akar posterior dapat dimulai dalam proses distal di pinggiran, melewati
badan sel, dan terus menyebar sepanjang proses proksimal hingga mencapai terminal
sinaptik di tanduk posterior sumsum tulang belakang .
Bagian distal akson dapat berupa ujung saraf telanjang atau dibungkus oleh
struktur yang membantu menyampaikan informasi spesifik ke saraf. Dua contoh di mana
ujung saraf dari proses distal dienkapsulasi seperti itu adalah, sel-sel Meissner , yang
membuat proses distal neuron mekanosensorik peka terhadap stroke saja, dan sel-sel
Pacinian , yang membuat neuron lebih sensitif terhadap getaran.
 Sympathetic ganglion
Ganglia simpatis , atau ganglia otonom , adalah ganglia dari sistem saraf simpatik.
Ganglia adalah 20.000 hingga 30.000 badan sel saraf aferen dan eferen yang berjalan di
kedua sisi sumsum tulang belakang . Badan sel saraf aferen membawa informasi dari
tubuh ke otak dan sumsum tulang belakang, sedangkan badan sel saraf eferen membawa
informasi dari otak dan sumsum tulang belakang ke seluruh tubuh. Badan sel membuat
rantai simpatis panjang yang berada di kedua sisi sumsum tulang belakang. Mereka juga
membentuk gangalia para- atau pra-vertebralis dari anatomi kasar.
 Spinal cord
Merupakan sumsum tulang belakang adalah struktur tubular yang panjang, tipis,
dan terdiri dari jarinagn saraf, yang memanjang dari medulla oblongata di batang otak ke
daerah lumbar kolom vertebra. Ini menutupi seluran pusat medulla spinalis yang berisi
cairan serebrospinalis. Otak dan sumsum tulang belakang bersama-sama membentuk
sistem saraf pusat (SSP). Pada manusia, sumsum tulang belakang dimulai pada tulang
oksipital dimana ia melewati foramen magnum, dan bertemu dan memasuki kanal tulang
belakang pada awal vertebra serviks. Sumsum tulang belakang memanjang ke antara
tulang belakang lumbar pertama dan kedua dimana ia berakhir. Kolom tulang belakang
relative lebih pendek, sekitar 4cm pada pria dan 43cm pada wanita. Sumsum tulang
belakang memiliki lebar yang bervariasi, mulai dari 13mm (1-2 inci), tebal di daerah
serviks dan lumbar hingga 6,4mm tebal di daerah toraks. Fungsi sumsum tulang belakang
terutama dalam transmisi sinya saraf dari korteks motorik ke tubuh, dan dari serat aferen
neuron sensorik ke korteks sensorik. Ini juga merupakan pusat koordinasi banyak refleks
dan mengandung busur refleks yang dapat secara independen mengendalikan refleks.
Sebagai kelompol interneur tulang belakang yang membentuk sirkuit saraf yang dikenal
sebagai generator pola sentral. Sirkuit ini bertanggung jawab untuk mengendalikan
instruksi motorik untuk gerakan berirama seperti berjalan.
 Cerebral cortex
Korteks serebri adalah bagian yang terdiri dari lapisan abu-abu otak yang
memiliki ketebalan bervariasi antara 1,5 – 4,55 mm, terbagi menjadi 6 lapis (Eroschenko,
2008):
1. Molecular layer (zonal layer); lapisan ini sebagian besar berisi sel neuron kecil (Cajal-
Retzius cells) yang berperan dalam perkembangan kortikal pola laminar
2. External granular layer; lapisan ini berisi banyak sel neuron bergranular (nonpyramidal
cells) dan sedikit sel piramidal yang dendrit keduanya bercabang di dalam lapisan
granular eksternal dan naik ke atas ke lapisan molekuler
3. External pyramidal layer; lapisan ini mengandung banyak sel piramidal dimana akson
dari masing-masing sel akan muncul dari dasar sel dan bergerak ke bawah menuju
korteks putih, sedangkan dendritnya akan muncul dari puncak sel dan bergerak menuju
lapisan granular eksterna serta lapisan molekuler dan terbagi menjadi cabang terminal
4. Internal granular layer; seperti lapisan granular eksternal, lapisan ini mengandung
banyak sel nonpiramidal yang akan menerima impuls aferen dari neuron thalamus dan
membentuk external band of Baillarger
5. Internal pyramidal layer; lapisan ini memiliki sel piramidal berukuran sedang dan
besar dimana sel terbesarnya disebut Betz cells, sel pada lapisan ini akan membentuk
internal band of Baillarger
6. Multiform layer; lapisan ini dibagi menjadi 3 bagian yaitu, bagian dalam, bagian bersel
kecil dan bagian luar bersel besar.
Korteks serebri menutup total hemisfer serebri. Struktur ini terdiri dari substansia
grisea dan diperkirakan mengandung sekitar 10 milyar neuron.Daerah permukaan korteks
luas akibat adanya penonjolan-penonjolan atau girusyang dipisahkan oleh fissura atau
sulkus. Ketebalan korteks bervariasi dari 1,5- 4,5 mm. Korteks paling tebal di puncak
girusda paling tipis dibagian terdalam sebuah sulkus. Korteks serebri seperti substansia
grisea pada susunan saraf pusat lainnya terdiri dari campuran sel saraf, serabut saraf,
neuralgia, dan pembuluh darah. Tipe sel saraf yang terdapat di korteks serebri yaitu :
1. Sel Piramidal, sel ini dinamakan sesuai bentuk badan selny. Sebagian besar badan sel
berukuran sepanjang 10-50 µm. Namun, ada sel piramid yang berukuran sangat besar
disebut juga sel Betz yang badan selnya berukuran hingga 120 µm; sel-sel tersebut
ditemukan pada giruspresentralis motorik lobus frontalis. Aspek sel-sel piramid
berorientasi ke arah permukaan pia korteks. Masing-masing sel sebuah dendrit apikal
yang tebal bejalan dari apeks ke atas ke arah pia dan membentuk cabang-cabang
kolateral. Dari angulus basalis, beberapa dendrit basal berjalan ke lateral masuk ke dalam
neuropil di sekitarnya. Masing-masing dendrit memiliki beberapa spina dendritik untuk
bersinaps dengan akson-akson neuron lain. Akson muncul dari dasar badan sel dan dapat
berakhir di lapisan kortikal yang dalam atau yang lebih sering masuk ke dalam substansia
alba hemisfer serebelum sebagai serabut proyeksi, asosiasi, atau serabut commisura.
2. Sel Stellatum, sel ini kadang-kadang disebut sel-sel granular karena berukuran kecil,
berbentuk poligonal dan badan selnya berdiameter sekitar 8 µm. Sel-sel ini memiliki
cabang-cabang dendrit multipel dan akson yang relatif pendek, yang berakhir pada
neuron di dekatnya.
3. Sel Fusiformis, sel ini memiliki aksis vertikal panjang menuju permukaan dan terutama
terpusat dilapisan kortikal yang paling dalam. Dendrit muncul dari masing-masing kutub
badan sel. Dendrit inferior bercabang didalam lapisan selular yang sama, sedangkan
dendrit superfisial naik ke arah permukaan korteks dan bercabang di lapisan superfisial.
Akson muncul dari bagian interior badan sel dan masuk ke substantia alba sebagai
serabut proyeksi, serabut asosiasi, atau serabut commisura.
4. Sel Horisontal Cajal, sel ini merupakan sel yang kecil, fusiformis, dan cenderung
horisontal ditemukan dilapisan kortikal yang paling superfisial. Dendrit muncul dari
masing-masing ujung sel dan aksonnya berjalan sejajar ke permukaan korteks, kontak
dengan dendrit sel-sel piramidal.
5. Sel Martinotti, sel ini berbentuk multipolar kecil yang ditemukan diseluruh tingkat
korteks. Sel ini memiliki dendrit yang pendek, tetapi aksonnya langsung mengarah ke
permukaan pial korteks, dan berakhir dipermukaan yang lebih superfisial, umumnya
lapisan yang paling superfisial. Akson ini membentuk beberapa cabang kolateral yang
pendek selama perjalannya .
 Motor neurons
Fungsi sel saraf motorik adalah mengirim impuls dari sistem saraf pusat ke otot
atau kelenjar yang hasilnya berupa tanggapan tubuh terhadap rangsangan. Badan sel saraf
motor berada di sistem saraf pusat. Dendritnya sangat pendek berhubungan dengan akson
saraf asosiasi, sedangkan aksonnya dapat sangat panjang.
Di dalam saraf motorik, setiap akson dibungkus oleh endoneurium , yang
merupakan lapisan jaringan ikat yang mengelilingi selubung mielin . Kumpulan akson
disebut fasikula , yang dibungkus dengan perineurium . Semua fasikula yang dibungkus
dalam perineurium dililit dan dibungkus oleh lapisan akhir jaringan ikat yang dikenal
sebagai epineurium . Jaringan pelindung ini melindungi saraf dari cedera, patogen, dan
membantu menjaga fungsi saraf. Lapisan jaringan ikat mempertahankan kecepatan di
mana saraf melakukan potensi aksi.
4.2.2 sistem musculoskeletal
 Hyaline cartilage
Kartilago hialin mengandung serabut kolagen yang halus, bewarna putih
kebirubiruan, dan tembus cahaya. Kartilago hialin terdapat pada ujung tulang
keras, cakram epifisis, persendian, dan saluran pernapasan (dari hidung sampai
dengan bronkus). Kartilago hialin berfungsi untuk member kekuatan, menyokong
rangka embrionik, menyokong bagian tertentu rangka dewasa, dan membantu
pergerakan persendian.
Pada orang dewasa, tulang rawan hialin ditemukan dicincin trakea, hidung dan
laring, permukaan sendi dan ujung ventral iga yang menghubungkannya pada
sternum. Ia merupakan jarinagn semi-translusen dengan warna kelabu-kebiruan.
Struktur mikroskopiknya paling mudah dimengerti dengan mempelajari
perkembangannya dalam embrio. Kartilago hyalin segar berwarna putih kebiruan
dan translusen. Pada embrio berfungsi sebagai kerangka sementara hingga secara
berangsur-ahgsur hilang diganti dengan tulang. Sedangkan pada mamalia
dewasa , kartilago hyalin terdapat di permukaan sendi pada sendi yang dapat
bergerak, dinding jalan nafas yang lebih besar (hidung,laring,trakea,bronki), dan
ujung ventral iga, tempat berartikulasi dengan sternum, dan pada lempeng epifise.
•Matriks
Komponen penting dari matriks kartilago adalah kondronektin,sebuah
makromolekul yang membantu perlekatan kondrosit pada kolagen matriks.
Matriks kartilago yang tepat ,mengelilingi setiap kondrosit banyak mengandung
glikosaminoglikan dan sedikit kolagen.
•Perikondrium
Kecuali pada kartilago sendi,semua kartilago hyalin ditutupi oleh selapis jaringan
ikat padat,perikondrium, yang esensial bagi pertumbuhan dan pemeliharaan
tulang rawan.
 Elastic cartilage
Kartilago elastis mengandung serabut elastis dan serabut kolagen. Matriksnya
berwarna keruh kekuning-kuningan. Kartilago ini lebih elastis dari kartilago yang
lain sehingga mudah pulih posisinya. Kartilago ini terdapat di epiglotis, daun
telinga, dan bronkiolus. Kartilago elastis berfungsi untuk memberi fleksibilitas
dan sebagai penyokong.
1.Tulang rawan elastis ditemukan pada telinga luar, dinding liang telinga dan
liang eustachii, epiglotis dan tulang rawan kornikulata dan kuneifrom dari laring.
Ia berbeda dari tulang rawan hialin karena lebih keruh, warna kuning, dan lebih
fleksibel.
2.Kondrositnya serupa dengan yang ditulang rawan hialin dan menempati lakuna
tersebar satu-satu atau dalam kelompok isogen dua-dua atau empat. Matriksnya
kurang banyak dan sebagian substansinya terdiri atas serat elastin yang banyak
bercabang. Pada sediaan yang dipulas terhadap elastin, serat-serat itu begitu
rapatnya hingga menutupi komponen proteoglikan amorf dari matriks. Di tepian,
anyaman elastinnya lebih longgar dan seratnya tampak berlajut ke dalam
perikondrium.
3.Tulang rawan elastis tidak berkembang dari pusat kondifikasi yang sangat
seluler namun didaerah jaringan ikat primitive yang mengandung sel mesenkim
dan berkas serat yang tidak dimiliki cirri kolagen maupun elastin. Serat biasa ini
kemudian memperoleh ciri pemulasan elastin dan sel-sel mesenkim menyusutkan
cabang-cabangnya dan berkembang menjadi kondrosit, mensekresi matriks
disekitarnya dan sekitar serat. Pemadatan jaringan ikat sekitar tepian membentuk
perikondrium.
4.Meskipun matriksnya kurang banyak disbanding tulang rawan hialin, ia sama
pentingnya bagi sifat mekanik jaringan. Hal ini secara dramatis diperlihatkan
dalam percobaansederhana berikut. Bila papain mentah disuntikan secara
intravena kedalam kelinci muda, proteoglikan matriks mengalami degradasi
sebagian dan telinganya jatuh. Tetapi kondrosit dengan cepat berespons dengan
mensekresi komponen matriks baru dan telinganya sebagian besar pulih kembali
dalam 48 jam.
 Fibrous cartilage
Kartilago fibrosa mengandung serabut kolagen yang padat dan kasar
sehingga matriksnya berwarna gelap dan keruh. Kartilago fibrosa terdapat pada
ruas-ruas tulangbbelakang, simfisis pubis, dan persendian. Kartilago fibrosa
berfungsi untuk menyokong dan melindungi bagian di dalamnya.
•Fibrokartilago sangat mirip jaringan ikat padat teratur dan keduanya sering
menyatu tanpa batas tegas diantaranya. Jadi fibrokartilago ditemukan pada tempat
insersi ligamen dan tendo pada tulang. Sebagai gantinya fibroblas fusifrom,
kondrosit dikelilingi sedikit matriks tulang rawan tersusun berbaris diantara
berkas perarel serat kolagen tope-I. Biasanya tidak terdapat perikondrium. Sel-
selnya terdapat dalam lakuna dengan simpai sangat tipis yang mungkin basofilik
namun jaringan keseluruhannya biasanya asidofilik karena banyaknya kolagen.
•Materi amorf yang sedikit itu kaya akan kondroitin sulfat dan dermatan sulfat.
Sebagian besar fibrokartilago dalam tubuh ditemukan dalam diskus
intervertebralis yang merupakan seperlima panjang tulang belakang. Vertebra
memiliki lapis tipis tulang rawan hialin pada permukaaan superior dan
inferiornya. Di antara lapis tulang rawan vertebra berturutan terdapat diskus
intervertebralis dengan materi glatinosa lunak dipusatnya, yaitu nukleus pulposus,
dibatasi tepiannya oleh cincin fibrokartilago kuat, disebut anulus fibrisus. Nukleus
pulposus adalah derivate dari notochord ambrio. Ia terdiri aats sedikit sel tersebar
jarang dalam matriks lunak kaya asam hialuronat. Sel-sel ini mengurang dengan
bertambahnya usia dan setelah usia 20, tak ada lagi.
•Anulus fibrosus terdiri atas banyak lamel konsentris serat kolagen tipe-I yang
berjalan serong diantara vertebra, berakhir pada tulang rawan hialin vertebra yang
dihubunginya. Berkas serat dalam lamel berseblahan terorientasi tegak lurus,
menghasilkan susunan yang member fibrokartilago kemampuan besar menahan
kekuatan yang hendak menggeser vertebra satu terhadap lainnya. Nukleus
pulposus, terkurung diantara vertebra dan ditahan oleh anulus fibrosus di
tepiannya, membantali kekuatan kompresif sepanjang sumbu tulang belakang.
•Anulus fibrosus dapat robek, paling sering di daerah lumbal. Bila herniasinya
posterior, penonjolan nukleus pulposus dapat menekan saraf spinal disertai nyeri
hebat dan gangguan neurologis di daerah yang disarafinya.
 Compact bone
Tulang kompak (compact bone) merupakan jaringan lapisan yang
teksturnya halus padat, sedikit berongga, dan sangat kuat. Tulang kompak
mengandung banyak zat kapur kalsium fosfat dan kalsium karbonat sehingga
menjadi padat dan kuat. Namun, tulang kompak pada bayi dan anak-anak banyak
mengandung serat sehingga bersifat lentur. Tulang kompak banyak di temukan
pada tulang kaki dan tulang tangan. Tulang kompak adalah salah satu dari dua
jenis jaringan tulang yang membentuk tulang. Dalam bahasa Inggris tulang
kompak disebut cortical bone. Tulang kompak memfasilitasi fungsi utama tulang
yaitu untuk menyokong seluruh tubuh, melindungi organ, mendukung pergerakan
tubuh, dan menyimpan serta melepaskan unsur-unsur kimia terutama kalsium.
Tulang kompak jauh lebih padat daripada tulang spongiosa yang merupakan jenis
lain dari jaringan tulang. Selain lebih padat, tulang kompak juga lebih keras, lebih
kuat, dan lebih kaku dari tulang spongiosa. Walaupun tampak sangat keras dan
padat, tetapi jika dilihat secara mikroskopis tampak sangat hampa dan rapuh
karena tulang kompak terdiri dari banyak rongga-rongga kecil. Tulang kompak
menyumbang sekitar 80% dari berat kerangka manusia.
Tulang kompak dapat ditemukan di tulang pipa. Tulang pipa dapat
ditemukan di tulang paha, tulang betis, dan tulang hasta. Tulang kompak juga
dapat ditemukan di tulang hasta, tulang-tulang telapak tangan, tulang ruas-ruas
jari tangan, tulang selangka, tulang-tulang telapak kaki, dan tulang ruas-ruas jari
kaki.
 Develoving cartilage bone
Tulang rawan (kartilago) ditandai dengan suatu matriks ekstrasel (ECM)
yang banyak mengandung glikosaminoglikan dan proteoglikan, yaitu
makromolekul yang berinteraksi dengan serat kolagen dan elastin. Variasi
komposisi komponen matriks ini menghasilkan tiga jenis tulang rawan, yang
beradaptasi dengan kebutuhan biomekanis setempat.
Tulang rawan terdiri atas sel-sel, yang disebut kondrosit (Yun. chondros,
tulang rawan, + kytos, sel) dan matriks ekstrasel luas, yang terdiri atas serat dan
substansi dasar. Kondrosit menyintesis dan menyekresi ECM, dan sel-selnya
sendiri terdapat di dalam rongga-rongga matriks yang disebut lakuna.Kolagen
asam hialuronat, proteoglikan, dan sejumlah kecil glikoprotein adalah
makromolekul utama yang terdapat di semua jenis matriks tulang rawan,
 Yellow elastic ligament
Ligamen adalah jaringan berserat yang kuat dan tebal, tetapi elastis.
Jaringan ini mengandung kolagen dan bisa ditemukan pada bagian persendian,
karenanya Anda dapat menemukan jaringan ligamen di sekitar bahu, pergelangan
kaki, dan bagian persendian lainnya. Jaringan ligamen dibentuk oleh sel
berbentuk gelondongan yang dikenal sebagai fibrosit. Jaringan ini juga memiliki
komponen lain yang bertekstur seperti gel.
ligamenta flava (tunggal, ligamentum flavum , Latin untuk ligamen
kuning) adalah serangkaian ligamen yang menghubungkan bagian-bagian ventral
dari lamina yang berdekatan vertebra . Setiap ligamentum flavum
menghubungkan dua vertebra yang berdekatan, dimulai dengan persimpangan
sumbu dan vertebra serviks ketiga , berlanjut ke persimpangan vertebra lumbal
kelima dan sakrum. Mereka paling baik dilihat dari bagian dalam kanal vertebralis
; ketika dilihat dari permukaan luar mereka tampak pendek, ditindih oleh lamina
lengkung vertebralis.
 Otot rangka
Disebut juga dengan voluntary muscle atau striated muscle. Teridri dari
sel-sel atau serat otot, jaringan ikat, pembuluh darah dan saraf. Seratnya panjang,
berbentuk silindris dengan inti yang banyak di perifer. Panjang seratnya antara 1
mm – 4 cm. Sarkolemma dibungkus oleh endomisium dan tampak berlurik.
 Otot polos
Sel-sel otot polos berbentuk fusiform, lonjong, tidak berlurik. Dikelilingi
oleh membrana basalis dan jaringan ikat retikuler. Panjang bervariasi berkisar 20
μm pada pembuluh darah kecil hingga 500 μm pada uterus dalam keadaan hamil.
Inti 1 di sentral. Serat otot lebih kecil dari otot skelet. Tidak memiliki sarkomer
dan Ttubules. Ditemukan pada : bola mata, dinding pembuluh darah, saluran
nafas, saluran cerna, organ urinarius dan organ reproduksi.
 Otot jantung
Hanya ditemukan di jantung dan membentuk miokardium. Berbentuk sel
tunggal dan bukan serat. Sel otot jantung bercabang-cabang dan saling
berhubungan pada diskus interkalaris. Diskus interkalaris dibentuk oleh membran
sel, tautan sel berupa desmosom dan gap junction sehingga memungkinkan
eksitasi satu sel menyebar secara capat ke sel di sebelahnya. Diskus berfungsi
sebagai tempat perlekatan kuat antar sel, meneruskan tarikan antar sel dan
komunikasi listrik antar sel yang berdekatan. Nukleus berjumlah 1-2 terletak di
sentral. Barisan sel-el jantung yang saling berhubungan membentuk seperti serat.
Struktur dan fungsi protein kontraktil sama dengan otot skelet. T-tubules pada
jantung memiliki ukuran yang lebih besar dengan jumlah yang lebih banyak.
Jumlah mitokondria 40% dari volume sitoplasma (lebih banyak dari otot skelet).
 Tendon
Secara histologis , tendon terdiri dari jaringan ikat reguler yang padat .
Komponen seluler utama tendon adalah fibroblas khusus yang disebut tenosit .
Tenosit mensintesis matriks ekstraseluler tendon, berlimpah dalam serat kolagen
yang padat . Serat kolagen sejajar satu sama lain dan disusun menjadi fasikula .
Fasikula individu terikat oleh endotendineum , yang merupakan jaringan ikat
longgar yang halus yang mengandung fibril kolagen tipis dan serat elastis.
Kelompok fasikula dibatasi oleh epitenon , yang merupakan selubungjaringan ikat
padat tidak beraturan . Seluruh tendon tertutup oleh fasia . Ruang antara fasia dan
jaringan tendon diisi dengan paratenon , jaringan areolar berlemak. Tendon sehat
normal ditambatkan ke tulang oleh serat Sharpey
4.3
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Sistem Saraf
Jaringan Saraf merupakan jaringan yang bertanggung jawab sebagai alat
komunikasi bagi tubuh dengan dunia luar. Jaringan saraf tersusun oleh sel-sel saraf yang
disebut neuron. Neuron ini banyak dan bercabang-cabang, menghubungkan jaringan satu
dengan yang lain. Setiap sel saraf terdiri atas badan sel saraf, akson (neurit), dendrit, dan
selubung saraf.
Rusaknya jaringan saraf di bagian tubuh tertentu akibat suatu penyakit atau proses
penuaan akan mengakibatkan lumpuh atau terganggunya fungsi bagian tubuh tersebut.
Rusaknya sel-sel saraf di kornu anterior medula spinalis kiri akibat penyakit polio akan
mengakibatkan lumpuhnya anggota gerak tubuh kiri yang dikontrol oleh sel-sel saraf
tersebut.
5.1.2 Sistem Muskuloskeletal
Berdasarkan hasil pengamatan, maka dapat kita ketahui bahwa manusia memiliki
system tubuh yang sangat berperan dalam membantu manusia survival. Secara khusus
yang kita maksud disini adalah system otot yang membantu manusia untuk bergerak.
Otot sendiri terbagi menjadi tiga yaitu otot polos, otot lurik dan otot jantung. Selain otot
terdapat juga persendian dan tulang terdiri dari tulang rawan hialin, tulang rawan fibrosa,
tulang rawan elastin dan tulang kompak yang memungkan manusia dapat bergerak bebas
dengan ketntuan dari persendian yang terletak pada tiap-tiap bagian tubuh manusia.
5.2 Saran
Dan adapun saran dalam praktikum ini adalah sebaiknya di dalam pelaksanaan praktikum
kali ini waktu yang telah ditetapkan digunakan sebaik-baiknya sehingga praktikum dapat
berjalan sesuai dengan apa yang diinginkan. Setiap pengamatan harus dilakukan dengan teliti
untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Dalam proses pengamatan objek dengan
menggunakan mikroskop pengaturan focus sebaiknya dilakukan pelan-pelan.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell. Biologi Edisi Kelima Jilid III. Erlangga: Jakarta, 2000.
Dellmann, H. D. 1988. Buku Teks Histologi Veteriner. Penerbit Universitas Indonesia Jakarta.
Eroschenko, VP. (2010). Atlas Histologi diFiore dengan Korelasi Fungsional. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Guyton and Hall. 2011. Textbook Medical Physiologi. Edisi 12. Amerika: ELSEVIER.
Mescher, AL. (2011). Histologi Dasar Junqueira: Teks & Atlas. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Sherwood, L. 2019. Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem. Edisi 9. Jakarta : EGC.
Tortora, Gerard J, dan Derrickson, Bryan. Dasar Anatomi & Fisiologi. Volume 2. Edisi 13.
Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai