Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PRAKTIKUM

HISTOLOGI

Nama : Sulasti akmaliya


NIM : 020.06.0081
Kelompok :3
Kelas :B
Blok :Neuromusculuskeletal 1
Tutor : Rusmiatik, S.Si,M.Biomed,

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR MATARAM

P a g e 1 | 37
TAHUN PELAJARAN 2020/2021

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya yang telah diberikan kepada saya sehingga dapat menyelesaikan hasil Laporan
Praktikum Histologi Dasar Blok neuromuscular 1 ini.

Dalam penyusunan Laporan Praktikum Histologi ini, saya menyadari sepenuhnya


banyak terdapat kekurangan di dalam penyajiannya. Hal ini disebabkan terbatasnya
kemampuan dan pengetahuan yang saya miliki, saya menyadari bahwa tanpa adanya
bimbingan dan petunjuk dari semua pihak tidaklah mungkin hasil Laporan Praktikum Histologi
Dasar ini dapat diselesaikan sebagaimana mestinya.

Pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :

1. Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan
laporan dengan baik
2. Ibu Rusmiatik S.Si , M.Biomed.. Selaku dosen pembimbing praktikum histologi dasar,
atas segala masukkan, bimbingan dan kesabaran dalam menghadapi keterbatasan
saya dan teman-teman.
3. Teman-teman sejawat yang telah memberikan masukkan dalam penyusunan laporan ini.

Akhir kata, semoga segala bantuan serta amal baik yang telah diberikan kepada saya
dan teman-teman, mendapatkan balasan dari Tuhan Yang Maha Esa, serta Laporan Praktikum
Histologi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Mataram, 25 Aril 2021

Penulis

P a g e 2 | 37
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................................... 2


DAFTAR ISI..................................................................................................................................... 3
BAB I.............................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ............................................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................................... 4
1.2 Tujuan........................................................................................................................................ 4
1.3 Manfaat ..................................................................................................................................... 4
BAB II............................................................................................................................................. 5
TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................................................... 5
BAB III............................................................................................................................................ 8
METODE PENELITIAN ..................................................................................................................... 8
3.1 Waktu dan Tempat .................................................................................................................. 8
3.2 Alat dan Bahan ......................................................................................................................... 8
3.3 Cara Kerja ................................................................................................................................. 9
BAB IV ........................................................................................................................................... 10
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................................................. 10
4.1 Hasil .......................................................................................................................................... 10
4.2 Pembahasan ............................................................................................................................. 24
BAB V................................................................................................................................36
PENUTUP ....................................................................................................................................... 36
5.1 Kesimpulan ........................................................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................... 37

P a g e 3 | 37
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem gerak manusia adalah suatu jalinan dari jaringan saraf, jaringann otot, dan
jaringan tulang yang kompleks, sangat khusus dan saling berhubungan satu sama lain.
Sistem musculoskeletal (otot dan tulang) mengkoordinasi, menafsirkan impuls yang
dihantarkan oleh system saraf yang mengontrol interaksi antara individu dengan lingkungan
sekitarnya. Sistem muskuloskeletal juga berperan sangat penting dalam mengatur
kebanyakan aktivitas tubuh manusia. Dari penjalasan diatas dapat diketahui pentingnya
mempelajari dan mengkaji jaringan pada sistem saraf sehingga hal tersebut yang melatar
belakangi pembuatan laporan ini.

1.2 TUJUAN

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah:

1) Mahasiswa dapat mngetahui letak jaringan neuromuskuloskeletal pada organ tubuh


manusia

2) Mahasiswa dapat mengetehui ciri jaringan neuromuskuloskeletal

3) Mahasiswa dapat mengetahui bagian-bagian neuromuskuloskeletal

1.3 MANFAAT

Adapun manfaat dari percobaan ini adalah:

1. Untuk mengetahui struktur jaringan pada jaringan sistem musculoskeletal

2. Untuk mengetahui ciri-ciri dari jaringan sistem muskuloskeletal

P a g e 4 | 37
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem saraf

Sistem saraf adalah sistem koordinasi berupa penghantaran impuls saraf ke susunan
saraf pusat, pemrosesan impuls saraf dan pemberi tanggapan rangsangan (Feriyawati,
2006). Sistem atau susunan saraf merupakan salah satu bagian terkecil dari organ dalam
tubuh, tetapi merupakan bagian yang paling kompleks. Susunan saraf manusia mempunyai
arus informasi yang cepat dengan kecepatan pemrosesan yang tinggi dan tergantung pada
aktivitas listrik (impuls saraf) (Bahrudin, 2013).

Alur informasi pada sistem saraf dapat dipecah secara skematis menjadi tiga tahap.
Suatu stimulus eksternal atau internal yang mengenai organ-organ sensorik akan
menginduksi pembentukan impuls yang berjalan ke arah susunan saraf pusat (SSP) (impuls
afferent), terjadi proses pengolahan yang komplek pada SSP (proses pengolahan informasi)
dan sebagai hasil pengolahan, SSP membentuk impuls yang berjalan ke arah perifer (impuls
efferent) dan mempengaruhi respons motorik terhadap stimulus (Bahrudin,2013).

Susunan saraf pusat (SSP) yaitu otak (ensefalon) dan medula spinalis, yang merupakan
pusat integrasi dan kontrol seluruh aktifitas tubuh. Bagian fungsional pada susunan saraf
pusat adalah neuron akson sebagai penghubung dan transmisi elektrik antar neuron, serta
dikelilingi oleh sel glia yang menunjang secara mekanik dan metabolik (Bahrudin, 2013).
Otak merupakan alat tubuh yang sangat penting dan sebagai pusat pengatur dari segala
kegiatan manusia yang terletak di dalam rongga tengkorak. Bagian utama otak adalah otak
besar (cerebrum), otak kecil (cereblum) dan otak tengah (Khanifuddin, 2012).

Otak besar merupakan pusat pengendali kegiatan tubuh yang disadari. Otak besar ini
dibagi menjadi dua belahan, yaitu belahan kanan dan kiri. Tiap belahan tersebut terbagi
menjadi 4 lobus yaitu frontal, parietal, okspital, dan temporal. Sedangkan disenfalon adalah
bagian dari otak besar yang terdiri dari talamus, hipotalamus, dan epitalamus (Khafinuddin,
2012). Otak belakang/ kecil terbagi menjadi dua subdivisi yaitu metensefalon dan
mielensefalon. Metensefalon berubah menjadi batang otak (pons) dan cereblum. Sedangkan
mielensefalon akan menjadi medulla oblongata (Nugroho, 2013). Otak tengah/ sistem limbic
terdiri dari hipokampus, hipotalamus, dan amigdala (Khafinuddin, 2012).

P a g e 5 | 37
Pada otak terdapat suatu cairan yang dikenal dengan cairan serebrospinalis. Cairan
cerebrospinalis ini mengelilingi ruang sub araknoid disekitar otak dan medula spinalis.
Cairan ini juga mengisi ventrikel otak. Cairan ini menyerupai plasma darah dan cairan
interstisial dan dihasilkan oleh plesus koroid dan sekresi oleh sel-sel epindemal yang
mengelilingi pembuluh darah serebral dan melapisi kanal sentral medula spinalis. Fungsi
cairan ini adalah sebagai bantalan untuk pemeriksaan lunak otak dan medula spinalis, juga
berperan sebagai media pertukaran nutrien dan zat buangan antara darah dan otak serta
medula spinalis (Nugroho, 2013).

Otot membentuk kelompok jaringan terbesar ditubuh, menghasilkan sekitar separuh


berat tubuh. Otot rangka saja membentuk sekitar 40% berat tubuh pada pria dan 32% pada
wanita, dengan otot polos dan otot jantung membentuk 10% berat lainnya. Meskipun ketiga
jenis otot secara struktural dan fungsional berbeda, mereka dapat diklasifikasikan dalam dua
cara berlainan berdasarkan karakteristik umumnya Pertama, otot dikategorikan sebagai lurik
(otot rangka dan otot jantung) atau polos (otot polos), bergantung pada ada-tidaknya pita terang
gelap bergantian, atau striatians (garis-garis), jika otot dilihat di bawah mikroskop cahaya.
Kedua, otot dapat dikelompokkan sebagai volunter (otot rangka) atau involunter (otot jantung
dan otot polos), masing-masing bergantung pada apakah mereka disarafi oleh sistem saraf
somatik dan berada di bawah kontrol kesadaran, atau disarafi oleh sistem saraf autonom dan
tidak berada di bawah kontrol kesadaran. Meskipun otot rangka digolongkan sebagai volunter,
karena dapat dikontrol oleh kesadaran, banyak aktivitas otot rangka juga berada di bawah
kontrol involunter bawah-sadar, misalnya yang berkaitan dengan postur, keseimbangan, dan
gerakan stereotipe seperti berjalan. Tulang adalah organ keras dari semua jaringan dalam

P a g e 6 | 37
tubuh yang bersifat kuat dan kaku serta sulit dibengkokkan. Ada lebih dari 200 tulang
membentuk kerangka penopang bagian tubuh yang disebut rangka. Pada umumnya terdapat
206 tulang didalam rangka. Pada masa remaja tulang tumbuh dengan cepat, sehingga remaja
butuh kalsium sangat banyak. Ketika seseorang mencapai puncak pertumbuhan, kebutuhan
kalsium tubuh menjadi stabil. Kalsium pada masa remaja relatif tinggi karena akselerasi
muscular, skeletal/kerangka dan perkembangan endokrin lebih besar dibandingkan masa anak
dan dewasa.

P a g e 7 | 37
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 WAKTU & TEMPAT

 Histologi Sistem Saraf

Hari/Tanggal : Sabtu,17 April 2021

Waktu : 13.30-15.10 wita

Tempat : Laboratorium Terpadu 1 Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al Azhar


Mataram

 Histologi Otot,Tulang,dan Sendi

Hari/Tanggal : Kamis,22 April 2021

Waktu : 13.30-16.50 wita

Tempat : Laboratorium Terpadu 1 Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al Azhar


Mataram

3.2 ALAT DAN BAHAN

 Histologi Sistem Saraf


1) Mikroskop Binokuler
2) Pensil Warna
3) Lembar Harian Praktikum
4) Preparat Motor and plate
5) Preparate Nerve Bundle,HE
6) Preparat Nerve Bundle,OA
7) Preparat spinal ganglion
8) Preparat Sympathetic Ganglion
9) Preparat spinal cord
10) Preparat cerebral cortex/motor cortex

P a g e 8 | 37
11) Preparat cerebellar cortex
12) Preparat motor neuron

 Histologi Otot,Tulang,dan Sendi


1) Mikroskop Binokuler
2) Pensil Warna
3) Lembar Harian Praktikum
4) Hyalin Cartilage
5) Elastic Cartilage
6) Fibrous Cartilage
7) Compact Bone, Ground Sec
8) Develoving Cartilage Bone
9) Yellow Elastic Ligamen
10) Skeletal Muscle
11) Smooth Muscle
12) Cardiac Muscle
13) Muscle – Tendon Junction

3.3 CARA KERJA

1) Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.


2) Mengamati preparat yang telah di sediakan satu-persatu dibawah mikroskop.
3) Menggambar hasil pengamatan dan memperhatikan perbesaran yang telah digunakan,
mewarnai dan memberi keterangan.
4) Membersihkan meja praktikum sebelum meninggalkan laboratorium.

P a g e 9 | 37
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

NO NAMA PERBE- GAMBAR


JARINGAN SARAN

10x

H5/20 Motor and Plate

40x

P a g e 10 | 37
10x

H5/30 Nerve Bundle, HE

40x

H5/40 Nerve Bundle, OA 10x

P a g e 11 | 37
40x

10x

H5/60 Spinal Ganglion

40x

P a g e 12 | 37
10x

Sympathetic
H5/70
Ganglion

40x

H5/80 Spinal Cord 10x

P a g e 13 | 37
40x

10x

Cerebral Cortex/
H5/100
Motor Cortex

40x

P a g e 14 | 37
10x

H5/150 Cerebellar Cortex

40x

H5/230 Motor Neurons 10x

P a g e 15 | 37
40x

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

1.1 Hasil Pengamatan

NO NAMA PERBE- GAMBAR


JARINGAN SARAN

P a g e 16 | 37
10x

H3/60 Hyalin Cartilage

40x

H3/70 Elastic Cartilage 10x

P a g e 17 | 37
40x

10x

H3/90 Fibrous Cartilage

40x

P a g e 18 | 37
10x

Compact Bone,
H3/101
Ground Sec

40x

Develoving
H3/120 10x
Cartilage Bone

P a g e 19 | 37
40x

10x

Yellow Elastic
H3/140
Ligamen

40x

P a g e 20 | 37
10x

H4/20 Skeletal Muscle

40x

H4/30 Smooth Muscle 10x

P a g e 21 | 37
40x

;o

10x

H4/40 Cardiac Muscle

40x

P a g e 22 | 37
10x

Muscle – Tendon
H4/50
Junction

40x

P a g e 23 | 37
BAB IV

PEMBAHASAN

Histologi sistem saraf

Motor and plate

Unit Motor Setiap serat otot hanya menerima satu pelat ujung motorik, tetapi jumlah
serat otot yang diinervasi oleh akson neuron motorik alfa tunggal bervariasi dari sedikit
hingga banyak. Agregat akson neuron motorik dan semua serat otot yang dipersarafinya
disebut unit motorik (Gbr. 24.3). Secara umum, karena kebutuhan akan kendali halus dari
suatu otot meningkat, ukuran atau rasio persarafan dari unit motoriknya menurun. Artinya,
jumlah serat otot yang diinervasi oleh satu akson berkurang. Ukuran sebuah unit motorik
juga berkaitan dengan massa otot dan kecepatan kontraksinya. Otot kecil yang menghasilkan
tingkat gaya yang rendah biasanya memiliki unit motorik kecil (10 hingga 100 serat otot per
akson neuron motorik), sedangkan otot besar dan kuat yang menghasilkan gaya tingkat tinggi
biasanya dipersarafi oleh unit motorik besar (600 hingga 1000 serat otot per akson motor
neuron akson). Contoh unit motorik kecil adalah otot ekstraokuler dan persarafannya oleh
neuron motorik okulomotor, trochlear, dan abducens. Di sisi lain, otot paha depan (rektus
femoris dan vastus medialis, lateralis, dan intermedius) dan neuron motoriknya di sumsum
tulang belakang lumbosakral adalah contoh unit motorik besar. Otot besar juga mengandung
beberapa unit motorik kecil; unit kecil awalnya direkrut untuk presisi, dan unit yang lebih
besar direkrut kemudian dalam gerakan untuk meningkatkan kekuatan.

Unit motorik dapat dibagi menjadi dua kategori (kedutan lambat dan kedutan cepat)
berdasarkan sifat metabolik dan fisiologis dari serabut otot dan persarafannya. Unit tipe I
terdiri dari serabut otot "merah" (gelap) yang disebut serabut kedutan lambat (S). Otot-otot
ini kaya akan mitokondria dan mengandung protein heme (merah) yang membantu mengikat
dan menyimpan oksigen. Karena kemampuannya untuk menggunakan glukosa dan oksigen
dari aliran darah, serat ini dapat menghasilkan adenosin trifosfat (metabolisme aerobik) yang
melimpah dan bahan bakar alat kontraktil untuk periode waktu kontraksi yang lama,
membuat unit motorik ini tahan terhadap kelelahan. Namun, trade-off adalah bahwa serat

P a g e 24 | 37
otot ini hanya dapat menghasilkan tingkat kekuatan atau ketegangan yang relatif kecil. Otot
postural (otot punggung bagian dalam) sebagian besar terdiri dari jenis serat ini; otot-otot ini
mungkin berkontraksi pada tingkat ketegangan yang rendah tetapi untuk waktu yang sangat
lama.

Nerve Bundle,HE
Jaringan saraf , juga disebut jaringan saraf ,adalah komponen jaringan utama dari sistem
saraf . Sistem saraf mengatur dan mengontrol fungsi dan aktivitas tubuh dan terdiri dari dua
bagian: sistem saraf pusat (SSP) yang terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang ,
dan sistem saraf tepi (PNS) yang terdiri dari saraf tepi yang bercabang . Ini terdiri
dari neuron , juga dikenal sebagai sel saraf, yang menerima dan mengirimkan impuls,
dan neuroglia , juga dikenal sebagai sel glia atau glia, yang membantu penyebaran impuls
saraf.serta memberikan nutrisi ke neuron. Jaringan saraf terdiri dari berbagai jenis neuron,
yang semuanya memiliki akson . Akson adalah bagian panjang seperti batang dari sel yang
mengirimkan potensial aksi ke sel berikutnya. Kumpulan akson membentuk saraf di SST
dan saluran di SSP.

Nerve Bundle,OA

Osteoarthritis adalah kerusakan tulang rawan sendi pada lutut dan menimbulkan
rasa nyeri.
“Namun, Osteoarthritis berbeda dengan Osteoporosis, jika Osteoporosis adalah
pengeroposan pada tulang dan tidak menimbulkan rasa nyeri kecuali jika terjadi patah
tulang,” ujar dr. Johan Bastian, Sp. OT, Dokter Spesialis Orthopedi & Traumatologi RS
Wava Husada.

Penting untuk kita ketahui meskipun kedua penyakit diatas adalah proses degeneratif atau
penuaan, akan tetapi Osteoarthritis ditandai dengan sejumlah gejala umum yang dirasakan
pasien secara bertahap dalam waktu lama. Diantaranya seperti morning stiffnes lutut kaku
pada pagi hari, kaki bengkok ke dalam membentuk seperti kaki O, nyeri hilang timbul
sesuai aktifitas dan lutut berbunyi ketika digerakkan.
P a g e 25 | 37
“Umumnya, kerusakan tulang rawan sendi ini menimpa pasien yang memasuki usia 50-60
tahun. Baik pria maupun wanita dapat mengalami gangguan ini apabila tidak dicegah,”
lanjut dokter yang berdomisili di Kota Malang tersebut.

Spinal ganglion
Ganglia ( Ganglion ) merupakan kumpulan sel saraf yang terletak di luar sistem saraf
pusat. Ganglia berbentuk lonjong yang yang terdiri atas badan sel neuronal dan sel glia
yang di perkuat oleh jaringan ikat dan berukuran sangat kecil. Masing masing ganglion
berkapsul jaringan ikat padat halus yang tersusun atas serat kolagen dan retikuler halus
(Lesson 1996).Ganglion terbagi menjadi dua yaitu ganglion kraniospinal ( ganglion
sensorik) dan ganglion autonomi.

Sympathetic Ganglion
ganglia simpatis , atau ganglia otonom , adalah ganglia dari sistem saraf
simpatik . Ganglia adalah 20.000 hingga 30.000 badan sel saraf aferen dan eferen yang
berjalan di kedua sisi sumsum tulang belakang . Badan sel saraf aferen membawa informasi
dari tubuh ke otak dan sumsum tulang belakang, sedangkan badan sel saraf eferen
membawa informasi dari otak dan sumsum tulang belakang ke seluruh tubuh. Badan sel
membuat rantai simpatis panjang yang berada di kedua sisi sumsum tulang
belakang. Mereka juga membentuk gangalia para- atau pra-vertebralis dari anatomi kasar.
Badan sel saraf eferen membawa informasi dari otak ke tubuh mengenai persepsi bahaya.
Persepsi bahaya ini dapat memicu respons melawan-atau-lari yang terkait dengan sistem
saraf simpatik. Respons melawan-atau-lari bersifat adaptif ketika ada bahaya nyata dan
saat ini yang dapat dihindari atau dikurangi melalui peningkatan aktivitas simpatik.
Aktivitas simpatik bisa meningkatkan detak jantung, pupil membesar, atau telapak tangan
berkeringat, misalnya. Respons lawan-atau-lari bersifat maladaptif ketika bahaya
dibayangkan, berkepanjangan, atau saat bahaya itu berlangsung setelah ancaman selesai.
Ketika intensitas atau durasi respons berlebihan, individu tersebut dapat memenuhi kriteria
untuk berbagai gangguan psikologis.

P a g e 26 | 37
Spinal cord

Medula spinalis atau spinal cord adalah suatu silinder panjang langsing jaringan saraf
yang berjalan dari batang otak yang keluar melalui sebuah lubang besar di dasar tengkorak,
dibungkus oleh kolumna vertebralis protektif sewaktu turun melalui kanalis vertebralis.
Di daerah torakal medula spinalis berbeda dari daerah servikal. Medula spinalis
torakal mempunyai kornu posterior (cornu posterius) grisea yang lebih tipis dan kornu
anterior (cornu anterius) grisea yang lebih kecil dengan neuron motorik yang lebih sedikit.
Sebaliknya, kornu lateral (cornu laterale) grisea berkembang baik di daerah torakal. Daerah
torakal ini mengandung neuron motorik dari divisi simpatis susunan saraf otonom. Struktur
lain di daerah mid-torakal medula spinalis mirip dengan yang terdapat di daerah servikal.
Struktur ini adalah sulcus medianus posterior, fissura mediana ant erior, fasciculus gracilis
dan fasciculus cuneatus (terlihat di bagian tengah sampai bagian atas torakal medula spinalis)
di kolumna posterior alba), kolumna lateral alba, kanalis sentralis, dan commisura grisea.
Pada kornu posterior grisea terdapat akson-akson radiks posterior, sementara keluar dari
kornu anterior grisea adalah akson radiks anterior. Di sekitar medula spinalis terdapat lapisan
jaringan ikat meninges. Jaringan ikat ini adalah dura mater di sebelah luar yang merupakan
jaringan fibrosa tebal, araknoid mater yaitu lapisan tengah yang lebih tipis, dan pia mater
yang merupakan lapisan dalam yang tipis dan melekat erat pada permukaan medula spinalis.
Di dalam pia mater terdapat banyak pembuluh darah spinal anterior dan posterior dengan
berbagai ukuran. Di antara araknoid mater dan pia mater terdapat spatium subarachnoideum.
Trabekula halus berada di dalam spatium subarachnoideum menghubungkan pia mater
dengan araknoid mater.

cerebral cortex/motor cortex

Cerebrum, bagian terbesar otak manusia, dibagi menjadi dua bagian, hemisfer
serebrum kiri dan kanan. Keduanya saling berhubungan melalui korpus kalosum, suatu pita
tebal yang diperkirakan terdiri dari 300 juta akson neuron yang menghubungkan kedua
hemisfer. Korpus kalosum adalah "infor-mation superhighway" tubuh. Kedua hemisfer
P a g e 27 | 37
berkomunikasi dan saling bekerja sama melalui pertukaran informasi konstan melalui
koneksi saraf.Tiap-tiap hemisfer terdiri dari satu lapisan tipis substansia grisea di sebelah
luar, korteks serebrum, yang menutupi bagian tengah substansia alba yang tebal. Sebagian
massa substansia grisea lainnya yang secara kolektif membentuk nukleus basal terletak jauh
di dalam substansia alba. Di seluruh SSP, substansia grisea terutama terdiri dari badan sel
neuron dan dendritnya yang tersusun padat serta sebagian besar sel glia. Berkas atau traktus
serat sarafbermielin (akson) membentuk substansia alba; warna putihnya disebabkan oleh
komposisi lemak mielin. Substansia grisea dan substansia alba masing-masing membentuk
sekitar separuh otak. Substansia grisea dapat dipandang sebagai "komputer-komputer" SSP
dan sub stansia alba sebagai "kabel" yang menghubungkan komputer-komputer tersebut.
Substansia alba secara keseluruhan mengandung sekitar seperempat juta mil kabel.

cerebellar cortex
Otak kecil atau cerebellum merupakan bagian dari sistem saraf pusat yang terletak di
atas batang otak yang memiliki fungsi utama sebagai pengendali gerak dan keseimbangan
serta membantu kemampuan belajar dan mengingat kemampuan motorik. [1] Otak kecil akan
menerima informasi sensorik mengenai posisi dari sendi dan panjang dari otot, sama
baiknya dengan masukkan dari audiotorik dan sistem visual. [1] Otak kecil juga memantau
perintah motorik yang dihasilkan oleh otak besar.[1] Otak kecil mengintegrasikansi
informasi ini dan dikerjakan sebagai koordinasi dan pemindaian kesalahan selama
pelaksaan fungsi motorik dan perseptual. [1] Jika otak kecil rusak, maka mata akan
mengikuti gerak benda tetapi tidak akan berhenti tepat di mana benda itu berhenti.

motor neuron
Neuron motorik (atau motoneuron atau neuron eferen ) adalah neuron yang badan
selnya terletak di korteks motorik , batang otak atau sumsum tulang belakang , dan
yang aksonnya (serat) menonjol ke sumsum tulang belakang atau di luar sumsum tulang
belakang ke secara langsung atau tidak langsung mengontrol organ efektor,
P a g e 28 | 37
terutama otot dan kelenjar . Ada dua jenis neuron motorik - neuron motorik atas dan neuron
motorik bawah . Akson dari neuron motorik atas bersinaps ke interneurondi sumsum tulang
belakang dan kadang-kadang langsung ke neuron motorik bawah. Akson dari neuron
motorik bawah adalah serabut saraf eferen yang membawa sinyal dari sumsum tulang
belakang ke efektor. [4] Jenis neuron motorik bawah adalah neuron motorik alfa , neuron
motorik beta , dan neuron motorik gamma .
Sebuah neuron motorik tunggal dapat menginervasi banyak serat otot dan serat otot
dapat mengalami banyak potensi aksi dalam waktu yang dibutuhkan untuk satu kedutan
otot . Persarafan terjadi di persimpangan neuromuskuler dan kedutan dapat menjadi tumpang
tindih sebagai hasil penjumlahan atau kontraksi tetanik.

Hyalin Cartilage

Tulang rawan hialin adalah jenis yang paling banyak ditemukan. Pada embrio, tulang
rawan hialin berfungsi sebagai model kerangka bagi kebanyakan tulang. Seiring dengan
pertumbuhan, model tulang rawan secara bertahap diganti dengan tulang melalui proses yang
disebut osifikasi endokondral (ossificatio endochondralis). Pada orang dewasa, kebanyakan
model tulang rawan hialin telah diganti dengan tulang, kecuali tulang rawan permukaan
sendi, ujung iga (tulang rawan lga), hidung, laring, trakea, serta di bronki. Di sini, tulang
rawan hialin menetap seumur hidup dan tidak mengalami penulangan. Melalui hasil
praktikum dapat dilihat bagian tulang rawan hialin dan matriks yang khas. Di dalam matriks
terdapat sel tulang rawan hialin matur kondrosit yaitu di dalam lakuna. Di sekeliling tulang
rawan hialin terdapat jaringan ikat padat tidak teratur perikondrium. Pada permukaan dalam
perikondrium ini terdapat lapisan kondrogenik.
Matriks tulang rawan (matrix cartilaginea) dihasilkan dan dipelihara oleh kondrosit dan
kondroblas. Serat kolagen atau elastik memberi kekuatan dan ketahanan pada matriks tulang
rawan. Serupa dengan jaringan ikat longgar, substantia fundamentalis ekstraselular tulang
rawan mengandung glikosaminoglikan sulfat dan asam hialuronat yang berkaitan erat
dengan serat elastik dan kolagen di dalam substantia fundamentalis. Matriks tulang rawan
juga banyak mengandung air sehingga molekul-molekul dapat berdifusi keluar-masuk
kondrosit. Tulang rawan adalah suatu jaringan setengah-kaku dan dapat berfungsi sebagai
shock absorber. Di dalam matriks terbenam serat kolagen dan elastik dengan proporsi

P a g e 29 | 37
bervariasi. Adanya serat-serat ini menggolongkan tulang rawan sebagai tulang rawan hialin,
tulang rawan elastik, atau fibrokartilago. Matriks tulang rawan hialin terdiri dari serabut
halus kolagen tipe II yang terbenam di dalam matriks terhidrasi amorf padat yang kaya
proteoglikan dan glikoprotein struktural. Kebanyakan proteoglikan dalam matriks tulang
rawan berupa agregat proteoglikan besar, yang mengandung glikosaminoglikan sulfat yang
terikat pada protein inti dan molekul asam hialuronat glikosaminoglikan tidakbersulfat.
Agregat proteoglikan berikatan dengan serabut-serabut halus matriks kolagen. Selain serabut
kolagen tipe II dan proteoglikan, matriks tulang rawan juga mengandung glikoprotein adhesif
yaitu kondronektin. Makromolekul ini berikatan dengan glikosaminoglikan dan serat
kolagen, melekatkan kondroblas dan kondrosit pada serat kolagen matriks sekitar

Elastic Cartilage

Tulang rawan elastik serupa dengan tulang rawan hialin, namun memiliki lebih
banyak serat elastik (fibra elastica) bercabang di dalam matriksnya. Tulang rawan elastik
bersifat sangat lentur dan terdapat di telinga luar, dinding tuba auditorius, epigiotis, jarian
laring.
Tulang rawan elastic berbeda dari tulang rawan hialin terutama oleh banyaknya serat
elastik di dalam matriks. Pewarnaan tulang rawan epig.lotis dengan perak memperlihatkan
adanya serat elastik tipis. Serat elastik masuk ke matriks tulang rawan dari perikondrium
jaringan ikat sekitar dan menyebar membentuk serat-serat yang bercabang dan
beranastomosis dalam berbagai ukuran. Densitas serat bervariasi di antara tulang rawan
elastik dan juga di antara bagian lain pada tulang rawan yang sama.

Fibrous Cartilage

Fibrokartilago (cartilago fibrosa) ditandai oleh adanya berkas- berkas serat kolagen
kasar yang padat dan tidak teratur dalam jumlah besar. Berbeda dari tulang rawan hialin dan
elastilg fibrokartilago terdiri atas lapisan matriks tulang rawan diselingi lapisan serat kolagen
tipe I padat. Serat kolagen ini berorientasi sesuai arah tegangan fungsional. Distribusi

P a g e 30 | 37
fibrokartilago di tubuh terbatas dan ditemukan di diskus intervertebralis, simfisis pubis, dan
sendi tertentu.
Pada tulang rawan fibrosa, matriks terlsi oleh serat kolagen padat, yang sering
tersusun sejajar, terlihat pada tendon. Kondrosit kecil di dalam lakuna umum-nya tersebar
berderet di dalam matriks tulang rawan fibrosa, bukan tersebar acak atau dalam aggregatio
isogenica, seperti pada tulang rawan hialin atau elastik. Semua kondrosit dan lakuna
mempunyai ukuran serupa; tidak ada gradasi dari kondrosit sentral yang lebih besar menjadi
sel-sel perifer yang lebih kecil dan gepeng. Perikondrium yang biasanya terdapat di sekitar
tulang rawan hialin dan elastik, tidak ada karena tulang rawan fibrosa umumnya membentuk
daerah peralihan antara tulang rawan hialin dan tendon atau ligamentum. Proporsi serat
kolagen terhadap matriks tulang rawan, jumlah kondrosit, dan susunannya di dalam matriks
bervariasi. Serat kolagen mungkin sangat padat sehingga matriks tidak tampak. Dalam hal
ini, kondrosit dan lakuna tampak menggepeng. Serat-serat kolagen di dalam satu berkas
(fasciculus) biasanya sejajar, namun arah berkasnya dapat berjalan ke segala arah.

Compact Bone, Ground Sec

Pada preparat tulang kompak (Compac Bone) yang dipotong secara transversal
terdapat unit structural sebuah matriks tulang kompak yang disebut osteon (system Havers).
Setiap osteon terdiri atas lapisan – lapisan lamela konsentris yang tersusun mengelilingi
sebuah kanalis sentralis. Kanalis sentralis diperlihatkan dalam potongan melintang dan
dalam potongan oblik. Lamella merupakan bagian tipis tulang yang mengandung osteosit
dalam ruang berbentuk almond yang disebut lakuna. Dari masing – masing lakuna, menyebar
saluran – saluran halus, kanalikulus kesegala arah. Kanalikulus menembus lamela
beranastomosis dengan kanalikulus dari lakuna lain, dan membentuk jejaring komunikasi
dengan osteosit lain. Sebagian dari kanalikulus terbuka langsung kedalam kanalis sentralis
dari osteon dan rongga sumsum tulang. Daerah – daerah tulang yang kecil irregular di antara
osteon – osteon adalah lamela interstisial yang merupakan sisa osteon yang telah mengalami
remodeling. Lamela sirkumferensial eksternal membentuk dinding luar tulang kompak dan

P a g e 31 | 37
berjalan sejajar satu sama lain dan dengan sumbu panjang tulang. Dinding internal tulang
dilapisi oleh lamela sirkumferensial internal.

Develoving Cartilage Bone

Tulang rawan (jaringan tulang rawan) adalah jaringan elastis yang lentur dan halus ,
bantalan seperti karet yang menutupi dan melindungi
ujung tulang panjang pada persendian dan saraf, dan merupakan komponen struktural
dari tulang rusuk , telinga , hidung , bronkial. tabung, cakram intervertebralis , dan banyak
komponen tubuh lainnya. Ini tidak sekeras dan sekaku tulang , tetapi jauh lebih kaku dan
kurang fleksibel daripada otot . Matriks tulang rawan terdiri
dari glikosaminoglikan , proteoglikan , serat kolagen dan, terkadang,elastin. Karena
kekakuannya, tulang rawan sering berfungsi untuk menahan tabung agar tetap terbuka di
tubuh. Contohnya termasuk cincin trakea, seperti tulang rawan krikoid dan karina .
Tulang rawan terdiri dari sel-sel khusus yang disebut kondrosit yang
menghasilkan matriks ekstraseluler kolagen dalam jumlah besar , substansi
dasar berlimpah yang kaya akan serat proteoglikan dan elastin. Cartilage diklasifikasikan
dalam tiga jenis, tulang rawan elastis , tulang rawan hialin dan fibrocartilage , yang
berbeda dalam jumlah relatif kolagen dan proteoglikan.
Tulang rawan tidak mengandung pembuluh darah (bersifat avaskular) atau saraf (bersifat
aneural). Beberapa fibrocartilage seperti meniskus dari lutut Namun tidak memiliki suplai
darah di bagian. Nutrisi disuplai ke kondrosit melalui difusi . Kompresi tulang rawan
artikular atau fleksi tulang rawan elastis menghasilkan aliran cairan, yang membantu difusi
nutrisi ke kondrosit. Dibandingkan dengan jaringan ikat lainnya, tulang rawan memiliki
pergantian yang sangat lambat dari matriks ekstraselulernya dan didokumentasikan untuk
memperbaiki hanya dengan kecepatan yang sangat lambat dibandingkan dengan jaringan
lain.

P a g e 32 | 37
Yellow Elastic Ligamen

jaringan ikat adalah jaringan yang memiliki fungsi untuk mengikat serta menyokong bagian
jaringan yang lain. Penyusun jaringan ikat adalah sel yang tersusun dalam suatu matriks
ekstraseluler dan tersusun menyebar. Matrik tersebut biasanya berupa cairan, benda kenyal
seperti agar dan padatan. Jaringan ikat ada beberapa macam yaitu jaringan ikat longgar,
jaringan adiposa, jaringan ikat berserat, tulang rawan, tulang sejati, serta darah.[1]

Jaringan ikat tersusun atas 3 jenis serat. Serat tersebut adalah serat kolagen, serat elastis,
dan serat retikuler. Serat kolagen terbentuk dari protein dan memiliki sifat lentur. Meskipun
memiliki sifat lentur, tetapi serat ini sulit 'diregangkan'. Serat kolagen memiliki warna putih
dan berbeda dengan serat elastis yang berwarna kuning. Serat ini memiliki sifat tahan
terhadap panas, dingin serta enzim pencernaan. Serat retikuler merupakan serat ketiga yang
menjadi penyusun jaringan ikat. Serat jenis ini berbentuk kecil serta bercabang-cabang
membentuk struktur retikulum.

Jaringan ikat longgar adalah jaringan ikat yang paling banyak terdapat di dalam tubuh
hewan bertulang belakang.

Skeletal Muscle

Tulang adalah jaringan hidup yang memiliki vaskularisasi yang baik, dengan aliran darah
total 200 - 400 mL/menit. Sel yang berperan dalam pembentukan dan resorpsi tulang adalah
osteoblas dan osteoklas keduanya berasal dari sumsum tulang. Osteoblas sel pembentuk
tulang, osteosit memantau tekanan mekanis tulang. Struktur tulang dipertahankan oleh
protein dan mineral dalam jumlah yang adekuat. Protein dan matriks tulang umumnya adalah
kolagen tipe 1, yang juga merupakan protein structurama utama di tendon dan kulit.
Tulang terdiri dari dua jenis yaitu tulang kompak atau kortikal, yang menyusun lapisan luar
dari hampir semua tulang dan merupakan 80% dari tulang tubuh, dan tulang trabekular atau
spongiosa di sebelah dalam tulang kortikal yang menyusun 20% sisa tulang tubuh. Tulang
merupakan bentuk khusus jaringan ikat yang tersusun oleh kristal mikroskopik fosfat
kalsium yang tersusun didalam matriks kolagen. Karena tingginya kandungan kalsium fosfat,
maka tulang berperan dalam homeostasis kalsium.
P a g e 33 | 37
Smooth Muscle

Otot polos memiliki distribusi yang luas dan ditemukan di banyak organ berongga.
Serat otot polos juga mengandung filamen kontraktil aktin dan mision; namun, filamen-
filamen ini tidak tersusun dalam pola crossstriation teratur seperti pada otot rangka dan otot
jantung. Akibatnya, serat otot ini tampak polos atau tidak berserat. Serat otot polos adalah
otot involunter dan, karenanya, berada di bawah kontrol sistem saraf otonom dan hormon.
Serat-seratnya kecil dan berbentuk fusiformis atau kumparan, dan mengandung satu inti di
tengah. Di bawah mikroskop cahaya, otot polos tampak sebagai serat tunggal atau berkas
tipis yaitu fasikulus. Otot polos banyak dijumpai melapisi organ visera berongga dan
pembuluh darah. Di organ saluran pencernaan, uterus, ureter, dan organ berongga lainnya,
otot polos terdapat dalam bentuk lembaran atau lapisan. Jaringan ikat membungkus masing-
masing serat otot dan lapisan otot. Di pembuluh darah, serat otot tersusun dengan pola
melingkar, tempat otot ini mengendalikan tekanan darah dengan mengubah diameter lumen
pembuluh

Pada preparat polos yang dipotong secara longitudinal, serat otot polos berbentuk
gelondong dengan ujung yang mengecil. Sitoplasma masing – masing serat otot berwarna
gelap. Dibagian tengah setiap serat otot polos terdapat nukleus berbentuk oval atau
memanjang. Di usus halus, lapisan otot polos saling berdekatan, dengan hanya sedikit serat
jaringan ikat dan fibrosit diantara kedua lapisan. Serat otot polos tersusun dalam dua lapisan
yakni, lapisan sirkular dalam dan lapisan longitudinal luar.

Cardiac Muscle

Otot Jantung (Cardiac Muscle) ditemukan di jantung dan membentuk miokardium.


Berbentuk sel tunggal dan bukan serat. Sel otot jantung bercabang-cabang dan saling
berhubungan pada diskus interkalaris. Diskus interkalaris dibentuk oleh membran sel, tautan
sel berupa desmosom dan gap junction sehingga memungkinkan eksitasi satu sel menyebar
secara capat ke sel di sebelahnya. Diskus berfungsi sebagai tempat perlekatan kuat antar sel,

P a g e 34 | 37
meneruskan tarikan antar sel dan komunikasi listrik antar sel yang berdekatan. Nukleus
berjumlah 1-2 terletak di sentral. Barisan sel-el jantung yang saling berhubungan membentuk
seperti serat. Struktur dan fungsi protein kontraktil sama dengan otot skelet. T-tubules pada
jantung memiliki ukuran yang lebih besar dengan jumlah yang lebih banyak. Jumlah
mitokondria 40% dari volume sitoplasma (lebih banyak dari otot skelet).
Serat Purkinje ( Purkinje Fibres) merupakan percabangan dari nodus AV dan terletak
di subendokardial. Sel purkinje mengandung sitoplasma yang besar, sedikit miofibril, kaya
akan mitokondria dan glikogen serta mempunyai 1 atau 2 nukleus yang terletak di sentral.
Setat kontraksi merupakan serat silindris yang panjang dan bercabang. Setiap serat terdiri
hanya 1 atau 2 nukleus di sentral. Serat kontraksi mirip dengan otot lurik karena memiliki
striae. Sarkoplasmanya mengandung banyak mengandung mitokondria yang besar. Ikatan
antara dua serat otot adalah melalui fascia adherens, macula adherens( desmosom), dan gap
junctions.

Muscle – Tendon Junction

persimpangan tendon atau prasasti tendinous . Satu biasanya terletak di


tingkat umbilikus , satu di ujung proses xifoid , dan yang ketiga sekitar pertengahan antara
keduanya. Persimpangan ini melewati otot secara melintang atau miring; mereka jarang
meluas sepenuhnya melalui substansinya dan mungkin hanya melewati
setengahnya; mereka melekat erat di depan selubung otot.

Terkadang satu atau dua persimpangan tambahan, umumnya tidak lengkap, ada di
bawah pusar.

P a g e 35 | 37
BAB V
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
Melalui praktikum ini dapat di simulkan bahwa jaringan musculoskeletal berhubungan
erat. Dimulai dari system saraf (neuro) yang tersusun menjadi sistem saraf pusat (SSP) yang terdiri
dari otak dan korda spinalis, dan sistem saraf tepi (SST) yang terdiri dari serat-serat saraf yang
membawa informasi antara SSP dan bagian tubuh lain (perifer). System otot dan tulang
(musculoskeletal) yang terdiri dari otot polos, otot jantung, otot rangka, tulang rawan hialin, tulang
kompak, dan tulang elastic dan fibrosa. Dimana otot tersebut memiliki karakteristik seperti
eksitabilitas, kontrabilitas ekstensisibilitas dan elastisitas yan berbeda-beda.

P a g e 36 | 37
DAFTAR PUSTAKA

Eroschenko, Victor P. 2012. Atlas Histologi Difiore Dengan Korelasi Fungsional Edisi 11.
Penerbit Buku Kedokteran EGC

Mescher, Anthony L. 2012. Histologi Dasar Junqueira Edisi 12. Penerbit Buku Kedokteran EGC
Sherwood, Lauralee. 2017. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem Edisi 8. Penerbit Buku
Kedokteran EGC

P a g e 37 | 37

Anda mungkin juga menyukai