Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH HEMATOLOGI 1

“PEMERIKSAAN JUMLAH ERITROSIT METODE PIPET THOMA DAN METODE


TABUNG”

DISUSUN OLEH :

BRIGITA INJILIKA CHRISTI OJO

NIM : 711345319047

JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

POLTEKKES KEMENKES MANADO

202
A. Judul Praktikum
Pemeriksaan Jumlah Eritrosit Metode Pipet Thoma dan Metode Tabung
B. Tujuan Praktikum
1) Mahasiswa mengetahui cara menghitung jumlah eritrosit dengan
menggunakan kamar hitung
2) Untuk dapat menghitung jumlah eritrosit dengan menggunakan kamar hitung.
3) Untuk dapat mengetahui jumlah eritrosit pada sampel darah yang diperiksa.
C. Prinsip Praktikum
Darah diencerkan dengan larutan isotonis untuk memudahkan meghitung
eritrosit dan mencegah hemolisis, lalu sel-sel darah di hitung dalam kamar hitung di
bawah mikroskop dengan perbesaran objektif 40x.
D. Dasar Teori
Darah merupakan bagian penting dari sistem transport, darah merupakan
jaringan yang berbentuk cairan yang terdiri dari dua bagian besar yaitu plasma darah
(merupakan bagian cair dalam tubuh) dan bagian korpuskuli yakni benda – benda
darah yang terdiri dari sel darah putih atau leukosit, sel darah merah atau eritrosit dan
sel pembekuan darah atau trombosit. (Depkes, 1989).
Pemeriksaan laboratorium merupakan pemeriksaan penunjang yang
diperlukan oleh dokter untuk membantu menegakkan diagnosis. Salah satu
pemeriksaan laboratorium yang sering dilakukan adalah pemeriksaan darah. Darah
mempunyai peran penting dalam tubuh manusia. Hasil pemeriksaan darah secara
tidak langsung dapat memantau keadaan dalam tubuh. Pemeriksaan darah atau
pemeriksaan hematologi secara umum dapat dibedakan menjadi dua yaitu
pemeriksaan hematologi rutin dan hematologi lengkap (Brown,1993).
Pemeriksaan hematologi rutin terdiri dari hemoglobin, hematokrit, hitung
jumlah eritrosit, hitung jumlah leukosit, hitung jenis leukosit, hitung jumlah trombosit
dan nilai-nilai rata-rata eritrosit. Pemeriksaan hematologi lengkap (complete blood
count) terdiri dari pemeriksaan darah rutin ditambah pemeriksaan morfologi sel
(ukuran, kandungan hemoglobin, anisositosis, poikilositosis, polikromasi).
Pemeriksaan hematologi lengkap penting untuk mengetahui morfologi dan fungsi dari
berbagai sel yang ada di dalam darah, contohnya sel darah putih yang berperan dalam
imunitas tubuh dan sel darah merah yang berperan dalam oksigenasi tubuh (Brown,
1993, Perkins 2003; Adamson, Longo, 2005).
Sel darah merah atau eritrosit merupakan sel yang paling sederhana yang ada
di dalam tubuh. Eritrosit tidak memiliki nukleus dan merupakan sel terbanyak dalam
darah. Eritrosit mengandung hemoglobin, yaitu protein yang mengandung besi,
berperan dalam transpor oksigen dan karbondioksida di dalam tubuh. Oleh karena itu
eritrosit sangat diperlukan dalam proses oksigenasi organ tubuh. Dengan mengetahui
keadaan eritrosit, secara tidak langsung dapat diketahui juga keadaan organ tubuh
seseorang (Perkins, 2003).
E. Alat dan Bahan
Metode Pipet Thoma
Alat
 Pipet thoma eritrosit (skala 0,5-101)
 Mikroskop
 Kamar hitung (improved neubaure)
 Cover glass
 Counter tally
 APD
Bahan
 Larutan hayem dengan komposisi:
- HgCl2 0,25 ml
- NaCl 0,50 ml
- NaSO4 2,50 ml
- Aquadest 100 ml
 Darah EDTA
 Tissue
 Aquadest
Metode Tabung
Alat dan bahan
 Tabung khan
 Darah EDTA
 Reagen gowers
 Pipet serologis
 Bulb
 Haemocytometer
 Mikropipet
 Mikroskop
 Counter
 Pipet tetes
F. Prosedur Kerja
Metode Pipet Thoma
1. Kamar hitung improved neubauer disiapkan di bawah mikroskop dan di tutup
dengan cover glass
2. Dihisap sampel darah dengan pipet pengencer thoma hingga tanda 0,5.
Kemudian disusul dengan larutan pengencer hayem hingga tanda 101
3. Dikocok pipet pengencer dengan memebentuk angka delapan selama 15-30
detik.
4. Tiga tetes pertama dibuang kemudian kamar hitung diisi dengan tetesan
berikutnya secukupnya
5. Dibiarkan beberapa menit agar sel darah mengendap
6. Dilakukan perhitungan sel dalam kamar hitung pada kotak persegi tengah
dengan kode ABCDE
7. Dihitung jumlah eritrosit ( JE = 10.000 N/cmm)
Metode Tabung
1. Pipet reagen gowers sebanyak 4 ml, masukkan ke dalam tabung
2. Buang reagen Gowers sebanyak 20 mikron dengan mikropipet
3. Ambil darah sebanyak 20 mikron masukkan ke dalam tabung dan
homogenkan dengan pipet tetes
4. Teteskan pada bilik hitung dan hitunglah jumlah eritrositnya.
Menghitung Jumlah Eritrosit
Letakkan kamar hitung pada meja mikroskop kemudian gunakan lensa
objektif 40x, amati penyebaran sel yang merata lalu hitung jumlah eritrosit pada 5
bidang sedang di tengah.
Perhitungan
 Faktor pengenceran darah 200x
 Volume satu bidang di tengah =1/5 x 1/5 x1/10 = 1/250
 Misalkan didapatkan N sel pada bidang sedang di tengah jadi jumlah sel
eritrosit per µl darah
= N x 5 x 1/250 x 1/200
= N x 5/50000
= N x 10000
G. Interpretasi Hasil
Nilai Normal
NILAI NORMAL HITUNG ERITROSIT

Bayi 3,8 - 6,1 juta sel/mm3

Anak 3,6 - 4,8 juta sel/mm3

Wanita Dewasa 4,0 – 5,5 juta sel/mm3

Pria Dewasa 4,5 – 6,2 juta sel/mm3

Hasil
Kotak Sel
1 100
2 65
3 74
4 96
5 91
Jumlah 426

Jadi, Ʃ Ery = = = 4.260.000 sel/mm³

H. Pemabahasan
Sel darah merah atau eritrosit merupakan sel yang paling sederhana yang ada
di dalam tubuh. Eritrosit tidak memiliki nukleus dan merupakan sel terbanyak dalam
darah. Eritrosit mengandung hemoglobin, yaitu protein yang mengandung besi,
berperan dalam transpor oksigen dan karbondioksida di dalam tubuh. Oleh karena itu
eritrosit sangat diperlukan dalam proses oksigenasi organ tubuh. Dengan mengetahui
keadaan eritrosit, secara tidak langsung dapat diketahui juga keadaan organ tubuh
seseorang (Perkins, 2003).
Dalam praktikum ini dilakukan dengan 2 metode yaitu metode pipet thoma
dan metode tabung dimana pemeriksaan dengan kedua metode ini termasuk juga
pemeriksaan secara manual. Pipet Thoma untuk pengenceran eritrosit (pipet eritrosit)
terdiri dari sebuah pipa kapiler yang bergaris – bagi dan membesar pada salah satu
ujung menjadi bola. Dalam bola itu terdapat sebutir kaca merah. Pada pertengahan
pipa kapiler itu ada garis bertanda angka ”0,5” dan ada bagian atasnya, yaitu dekat
bola, terdapat garis bertanda “1,0”. Di atas bola ada angka lain lagi, yaitu pada garis
tanda “101”. Perhatikan bahwa angka – angka itu bukanlah menandakan satu volume
yang mutlak melainkan perbandingan volume. Yang penting dan menentukan ialah
pengenceran darah yang terjadi dalam pipet itu. Seandainya lebih dulu diisap darah
sampai garis - tanda “0,5” kemudian cairan pengencer sampai garis- tanda “101”,
maka darah dalam bola pipet itu diencerkan 200 kali.(Gandasoebrata R., 2007).

Kelebihan cara manual


 Cara – cara menghitung sel darah secara manual dengan memakai pipet dan
kamar hitung tetap menjadi upaya penting dalam laboratorium klinik.
(Gandasoebrata R., 2007)
 Didalam kamar hitung sel yang dihitung benar – benar sel eritrosit karena
pengenceran menggunakan larutan hayem yang membuatbentuk – bentuk
eritrosit terlihat jelas sedangkan lekosit dan trombosit tidak tampak.
Kekurangan cara manual
 Menghitung jumlah eritrosit dalam volume yang kecil dan pengenceran tinggi
memakan waktu dan tidak teliti.(Widmann F.K., 1989)
 Tindakan menghitung eritrosit dengan kamar hitung jauh lebih sukar daripada
menghitung leukosit, ketelitian untuk orang yang cermat bekerja dan yang
telah mahir ialah ± 15%. (Gandasoebrata R, 2007)
Sumber kesalahan :
 Jumlah darah/larutan Hayem yang diisap kedalam pipet tidak tepat.
 Memakai pipet yang basah
 Berkurangnya darah dalam pipet pada waktu penghapusan darah yang
melekat pada bagian luar ujung pipet.
 Terjadinya gelembung udara dalam pipet pada waktu menghisap darah/larutan
pengencer.
 Adanya bekuan darah
 Darah tidak homogen
 Kamar hitung/kaca penutup kotor
 Ada gelembung udara yang masuk pada waktu pengisian kamar hitung
 Letak kaca penutup tidak tepat
 Meja mikroskop tidak datar
 Menghitung sel yang menyinggung garis batas tidak benar
 Kaca penutup bergeser karena tersebtuh oleh lensa mikroskop
 Larutan pengencer kotor
 Menghitung eritrosit tidak memakai lensa obyektif 40x sehingga kurang teliti.
I. Daftar Pustaka
Brown B. 1993. Hematology: Principles and Procedures, 6th ed. America: Lea &
Febiger. 119-20, 350-55.
Chernecky CC & Berger BJ.2008. Laboratory Test and Diagnostic Procedures 5th
Edition. Saunder: Elsevier
Depkes RI. 1989. Hematologi. Pusdiknes Depkes RI: Jakarta
Gandasoebrata. 2007. Hematologi. Penuntun Laboratorium Klinik.J akarta: Dian
Rakyat. 21-33.
Perkins S.L. 2003. Anemia: Examination of the Blood and Bone Marrow. In Greer,P.J.,
Foerster J., Lukens N.J., Rodgers M.G., Paraskevas F., Glader B. Editors:Wintrobe’s Clinical
Hematology. Volume 1A. 11th ed. Philadelphia: Lippincott Williams&Wilkins. P: 3-21
Widmann, FK. 1989. Tinjauan Klinis atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Edisi
ke-9, Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai