Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmatNya

kita masih diberikan kesehatan dan dapat beraktivitas sehari-hari. Penulis mengucapkan

terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga Makalah ini dapat

diselesaikan sesuai dengan waktunya.

Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah hendak memenuhi tugas mata kuliah

Virologi tentang “Sistem Pengendalian Mutu Laboratorium Virologi” sebelumnya

penulis menyadari bahwa di makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, untuk

itu penulis meminta maaf.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan mengharapkan kritik dan saran

yang dapat membangun laporan ini demi penyempurnaan dan perbaikan makalah ini

selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi seluruh pembaca

1
DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................................................ 1

Kata pengantar ............................................................................................................... 2

Daftar isi .......................................................................................................................... 3

BAB I Pendahuluan ........................................................................................................ 4

A. Latar belakang ...................................................................................................... 4

B. Rumusan masalah ................................................................................................. 5

C. Tujuan ................................................................................................................... 5

BAB II Tinjauan Pustaka .............................................................................................. 6

A. Jaminan mutu ........................................................................................................ 6

B. Pemantapan Mutu Internal ................................................................................... 8

C. Pemantapan mutu eksternal .................................................................................. 10

D. Pengendalian mutu laboratorium virologi ............................................................ 11

BAB III Kesimpulan ....................................................................................................... 18

Daftar Pustaka ................................................................................................................ 19

2
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mutu adalah tingkat kesempurnaan dan penampilan sesuatu yang sedang

diamati, sifat yang dimiliki oleh suatu program, kepatuhan terhadap standar yang

telah ditetapkan, serta sifat wujud dari mutu barang atau jasa yang dihasilkan,

yang didalamnya terkandung sekaligus pengertian akan adanya rasa aman atau

terpenuhinya para pengguna barang atau jasa yang dihasilkan tersebut

(Azwar,1994).

Menurut Suardi (2003), mutu berarti pemecahan masalah untuk mencapai

mencapai perbaikan perbaikan yang berkesinambungan. berkesinambungan.

Sedangkan Sedangkan menurut menurut Wijono (2000), mutu adalah kepatuhan

terhadap standar dan keinginan pelanggan sehingga memenuhi kepuasan

pelanggan. Perlu disadari bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan dan

kesejahteraan masyarakat, tuntutan akan pelayanan kesehatan yang bermutu

semakin meningkat. Oleh karena itu pelayanan rumah sakit yang bermutu, baik di

bidang diagnostik maupun pengobatan semakin dibutuhkan. Mutu sering

digambarkan sebagai sesuatu Mutu sering digambarkan sebagai sesuatu yang

hebat yang hebat dan superior. Produk dan superior. Produk atau pelayanan yang

bermutu dianggap sebagaisesuatu yang baik, cepat, dapat diandalkan dan mahal.

3
Stamatis (1996) mengatakan bermutu tidak memerlukan biaya mahal

tetapi mutu yangrendah yangrendah akan menyebabkan menyebabkan biaya

mahal. Pada pelayanan laboratorium, mutu hasil pemeriksaan laboratorium yang

oratorium yang rendah akan rendah akan mengakibatkan penambahan biaya yang

dikeluarkan oleh pihak laboratorium untuk kegiatan pengerjaan ulang dan

menimbulkan kerugian di pihak pengguna jasa dalam membantu menegakkan

diagno jasa dalam membantu menegakkan diagnosis penyakit

B. Rumusan Masalah

1. Apa Yang Dimaksud Dengan System Pengendalian Mutu Laboratorium Virologi?

2. Bagaimana System Pengendalian Mutu Laboratorium Virologi?

C. Tujuan

1. Mahasiswa Mampu Mengetahui Tentang System Pengendalian Mutu

Laboratorium Virologi

2. Mahasiswa Mampu Memahami Proses Pengendalian Mutu Laboratorium

Virologi

4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Jaminan Mutu

Laboratorium Mutu adalah pemenuhan persyaratan dengan meminimkan

kerusakan yang timbul atau denga kata lain kepatuhan terhadap standar dan keinginan

pelanggan sehingga memenuhi kepuasan pelanggan (Sukorini, dkk, 2010).

Pemantapan mutu laboratorium merupakan suatu peralatan mutu yang

digunakan untuk melakukan pengawasan mutu dengan menggunakan konsep

pengawasan proses statistik (statistical process control). Pengawasan proses dengan

statistic adalah sebuah cara yang memungkinkan operator menentukan apakah suatu

proses sedang berproduksi, dan mungkinterus berproduksi keluaran yang sesuai.

Sedangkan jaminan mutu adalah suatu sistem manajemen yang dirancang untuk

mengawasi kegiatan-kegiatan pada seluruh tahap (desain produk: produksi,

penyerahan produk serta layanan), guna mencegah adanya masalah-masalah kualitas

dan memastikan bahwa hanya produk yang memenuhi syarat yang sampai ke tangan

pelanggan (Faure & Faure, 1999).

Proses pengembangan mutu pada sebuah fasilitas pelayanan kesehatan dapat

dipahami melalui berbagai jenis produk dan jasa pelayanan yang ditawarkan kepada

masyarakat, dan harapan pengguna jasa pelayanan terhadap kinerja pelayanan

kesehatan yang mereka terima (Muninjaya, 2002).

5
Beberapa batasan mutu produk pelayanan kesehatan dijelaskan oleh banyak

pakar. Josep Juran memberikan penjelasan mutu adalah apa yang diharapkan atau

ditentukan oleh konsumen. Sedangkan menurut Philip Crosby, mutu adalah

pemenuhan persyaratan dengan meminimalkan kerusakan yang timbul yaitu standard

of zero atau memperlakukan prinsip benar sejak awal (Hadi, 2007).

Kemenkes RI memberikan pengertian tentang mutu pelayanan kesehatan,

yang meliputi kinerja yang menunjukkan tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan,

tidak saja yang dapat menimbulkan kepuasan bagi pasien sesuai dengan kepuasan

rata-rata penduduk tetapi juga sesuai dengan standard dan kode etik profesi yang telah

ditetapkan (Muninjaya, 2002).

Tujuan laboratorium klinik, adalah tercapainya pemeriksaan yang bermutu,

diperlukan strategi dan perencanaan manajemen mutu. Salah satu pendekatan mutu

yang digunakan adalah Quality Management Science (QMS) yang memperkenalkan

suatu model yang dikenal dengan Five-Q (Sukorini dkk, 2010). Five-Q meliputi :

a. Quality Planning (QP)

Quality planning adalah untuk menentukan jenis pemeriksaan yang akan

dilakukan di laboratorium, perlu merencanakan dan memilih jenis metode, reagen,

bahan, alat, sumber daya manusia dan kemampuan yang dimiliki laboratorium.

b. Quality Laboratory Practice (QLP)

Quality laboratorium practice adalah membuat pedoman, petunjuk dan

prosedur tetap yang merupakan acuan setiap pemeriksaan laboratorium. Standar

acuan ini digunakan untuk menghindari atau mengurangi terjadinya variasi yang

akan mempengaruhi mutu pemeriksaan.

c. Quality Control (QC)

6
Quality control untuk pengawasan sistematis periodik terhadap : alat, metode

dan reagen. QC lebih berfungsi untuk mengawasi, mendeteksi persoalan dan

membuat koreksi sebelum hasil dikeluarkan. Quality control adalah bagian dari

quality assurance, dimana quality assurance merupakan bagian dari total quality

manajement.

d. Quality Assurance (QA)

Quality assurance adalah mengukur kinerja pada tiap tahap siklus tes

laboratorium: pra analitik, analitik dan pasca analitik. Jadi, QA merupakan

pengamatan keseluruhan input-proses-output/outcome, dan menjamin pelayanan

dalam kualitas tinggi dan memenuhi kepuasan pelanggan. Tujuan QA adalah

untuk mengembangkan produksi hasil yang dapat diterima secara konsisten, jadi

lebih berfungsi untuk mencegah kesalahan terjadi (antisipasi error).

e. Quality Improvement (QI)

Quality improvement adalah penyimpangan yang mungkin terjadi akan dapat

dicegah dan diperbaiki selama proses pemeriksaan berlangsung yang diketahui

dari quality control dan quality assessment. Masalah yang telah dipecahkan, hasil

akan digunakan sebagai dasar proses qualityplanning dan quality process

laboratory berikutnya.

B. Pemantapan Mutu Internal

Pemantapan mutu interna adalah kegiatan pencegahan dan pengawasanyang

dilaksanakan oleh setiap laboratorium secara terus-menerus agar diperolehhasil

pemeriksaan yang tepat serta mendeteksi adanya kesalahan danmemperbaikinya.

Kegiatan ini mencakup tiga tahapan proses, yaitu: Menurut Depkes RI (2004), dalam

7
kegiatan laboratorium mulai dari tahap pra analitik sampai dengan melakukan

pencegahan ulang setiap tindakan/ proses pemeriksaan, yang harus dilakukan dan

diperhatikan sebagai berikut :

a. Tahap Pra Analitik

Tahap pra analitik adalah tahap awal sampel untuk siap di periksa /

dianalisa. Kelengkapan tahap pra analitik perlu didukung dengan

penerimaandan preparasi sampel oleh petugas atau staf laboratorium.

Kelengkapanformulir permintaan pemeriksaan, persiapan pasien, penanganan

spesimen dan persiapan sampel untuk analisa.

b. Tahap Analitik

Tahap analitik adalah tahap dalam pemeriksaan spesimen,

dimanaspesimen di analisa/ diperiksa menggunakan suatu instrument atau

metodetertentu. Tahap ini meliputi persiapan reagen/media, pipetasi reagen

dansampel, inkubasi dan pemeriksaan. Kesalahan terjadi selama proses

pengukurandan disebabkan kesalahan acak atau kesalahan sistematis

mencakup pemeliharaan dan kalibrasi alat, uji kualitas reagen, uji ketepatan

dan ketelitian.

c. Tahap Post Analitik

Tahap post analitik adalah tahap akhir pemeriksaan yang berupa

lembarhasil pemeriksaan laboratorium. Hasil pemeriksaan laboratorium

merupakan bahan penunjang atau penentu diagnosis suatu penyakit. Tahap ini

meliputi pembacaan hasil ( penghitungan, pengukuran, identifikasi dan

penilaian) dan pelaporan hasil.

Tujuan dilakukannya pemantapan mutu Internal :

8
1. Memantapkan dan menyempurnakan metode pemeriksaan dengan
mempertimbangkan aspek analitik dan klinis

2. Mempertinggi kesiagaan tenaga, sehingga tidak terjadi mengeluarkan hasilyang

salah dan perbaikan kesalahan dapat dilakukan segera ;

3. Memastikan bahwa semua proses mulai dari persiapan pasien, pengambilan

spesimen, pengiriman spesimen, penyimpanan serta pengolahan spesimen sampai

dengan pencatatan dan pelaporan hasil telahdilakukan dengan benar ;

4. Mendeteksi kesalahan dan mengetahui sumbernya :

5. Membantu perbaikan pelayanan pasien melalui peningkatan PMI.

Pemantapan Mutu Internal (PMI) dilakukan sendiri olahlaboratorium klinik

yang bersangkutan untuk mengendalikan mutuanalisisnya setiap hari. PMI meliputi

presisi, akurasi, sensitifikasi,tidakmahal, cepat dan nilai normal.

C. Pemantapan Mutu Eksternal

Pemantapan Mutu Eksternal adalah kegiatan yang diselenggarakan secara

periodik oleh pihak lain di luar laboratorium yang bersangkutan untuk memantau dan

menilai penampilan suatu laboratorium dalam bidang pemeriksaan tertentu.

Penyelenggaraan kegiatan pemantapan mutu eksternal dilaksanakan oleh pihak

pemerintah, swasta atau internasional. Tujuan dilakukakannya pemantapan mutu

Eksternal :

1. Untuk meningkatkan kesadaran peserta akan kemungkinan terjadinyakekurangan

laboratorium.

2. Memberikan motivasi penggunaan metode yang standar .

3. Meningkatkan kepercayaan kepada pengguna jasa laboratorium.

9
4. Untuk memantau ketepatan hasil pemeriksaan yang dilakukan olehsuatu

laboratorium dengan cara membandingkan terhadap hasil pemeriksaan

laboratorium lain atau terhadap nilai target laboratorium rujukan


Penyelenggara Pemantapan Mutu Eksternal Program Nasional Pemantapan

Mutu Eksternal (PN PME) adalah suatu program untuk menilai penampilan

pemeriksaan laboratorium secara periodik,serentak, dan berkesinambungan yang

dilakukan oleh pihak luar laboratorium(independen) dengan jalan membandingkan

hasil pemeriksaan laboratorium peserta terhadap nilai target

D. Pengendalian Mutu

Seperti disebutkan sebelumnya, QC mengacu pada tindakan yang harus

disertakan selama setiap pengujian untuk memverifikasi bahwa tes tersebut bekerja

dengan benar. Item berikut adalah elemen penting dari kontrol kualitas yang harus

dilakukan selama setiap pengujian setiap run harus mencakup satu set kontrol penuh,

kontrol untuk setiap uji coba harus menghasilkan hasil dalam batas kriteria produsen

untuk penerimaan dan validitas pelaksanaan, semua alat tes harus digunakan sebelum

tanggal kedaluwarsa untuk memastikan hasil yang valid, parameter fisik pengujian

seperti waktu inkubasi dan suhu harus diikuti untuk memastikan kinerja yang tepat

Penilaian Kualitas Penilaian kualitas adalah sarana untuk mengetahui kualitas

hasil. Biasanya evaluasi eksternal terhadap kinerja laboratorium yang bergantung

pada menggabungkan panel kemampuan dari serum yang ditandai dengan baik ke

dalam rutinitas pengujian. Penilaian kualitas eksternal (EQA) sekarang diakui sebagai

komponen penting dari jaminan kualitas dan satu-satunya cara untuk memberi

manajer laboratorium sarana mandiri untuk memastikan bahwa pengendalian kualitas

rutinnya memadai dan efektif. Skema Penilaian Kualitas Eksternal Nasional

10
(NEQAS) dikelola oleh PHLS Berikut ini didistribusikan di bawah skema NEQAS

adalah serologi

Hepatitis B, serologi HIV, serologi Rubella (IgM dan IgG), serologi virus secara umum,
isolasi virus, mikroskop elektron Penting bagi laboratorium yang berpartisipasi untuk

merawat spesimen NEQAS dengan cara yang sama seperti spesimen rutin normal.

Skema penilaian kualitas internal dapat digunakan untuk memantau kualitas

pekerjaan lebih sering dan akurat daripada skema EQA, karena sampel EQA biasanya

jarang diterima dan biasanya diperlakukan berbeda dari spesimen rutin. Pengalaman

di laboratorium yang memiliki skema penilaian kualitas internal pada umumnya

adalah skema internal jauh lebih baik dalam mengidentifikasi masalah kualitas di

laboratorium daripada skema eksternal. Kontrol Kualitas dalam Virologi Klinis

Pengendalian kualitas di laboratorium klinis terdiri dari seperangkat prosedur yang

dirancang untuk membantu memastikan pengiriman ke petugas medis hasil

laboratorium yang konsisten dan akurat. Hasil ini harus dipasok secara tepat waktu

sementara data masih relevan secara klinis.

Laboratorium virologi klinis harus dirancang sedemikian rupa sehingga risiko

biohazard pada petugas laboratorium dan masyarakat umum diminimalkan dan bahwa

budaya dilindungi dari pencemaran lingkungan. Fasilitas yang dirancang khusus

untuk virologi klinis harus;

1. Secara fisik terpisah dari laboratorium mikrobiologi dan tidak berbagi hasil

udara biasa atau peralatan seperti kerudung dan inkubator.

2. Lingkungan harus dikontrol sehingga suhu sekitar 22-26 o C dan kelembaban

relatif 30-50%.

3. Fasilitas harus berada di bawah tekanan negatif terhadap area laboratorium

lainnya.

11
4. Secara internal, laboratorium dapat dibagi menjadi daerah tekanan udara

positif dan negatif; yang positif untuk kultur jaringan dan persiapan media,

negatif untuk isolasi virus atau serologi karena mereka menangani patogen

yang layak.

5. Semua permukaan harus terdiri dari bahan yang bisa didekontaminasi dengan

mudah.

6. Langkah mikrobiologi standar yang baik harus diperhatikan seperti

dekontaminasi harian pada semua permukaan kerja, pakaian laboratorium

yang tepat, penggunaan perangkat pipet yang aman, dan untuk meminimalkan

pembentukan aerosol.

7. Kerudung keamanan biologi harus tersedia untuk kultur jaringan dan isolasi

virus. Kamar berkamar sebaiknya tidak memiliki ducting udara umum dan

knalpot dari kerudung dimana patogen ditangani secara eksternal dibuang.

8. Fasilitas harus dipelihara dengan baik; limbah biohazard dibuang dengan

benar, lantai didesinfeksi secara berkala, keseimbangan tekanan udara

diperiksa.

Prosedur Operasi Standar Tertulis

Dua set prosedur operasi standar tertulis itu penting. Salah satunya adalah

untuk penggunaan oleh staf medis dan yang lainnya untuk penggunaan laboratorium

sebagai manual prosedur. Prosedur untuk staf medis harus mencakup tujuan dan

keterbatasan tes, jam tes dilakukan, uji waktu penyelesaian, jenis dan jumlah

spesimen yang dibutuhkan, instruksi transport dan holding spesimen.

12
Manual prosedur yang digunakan di laboratorium harus cukup lengkap secara

rinci sehingga teknologi yang tidak berpengalaman dapat melakukan prosedur tanpa

informasi tambahan. Satu salinan manual harus tersedia untuk personil bangku,

salinan lain harus disimpan terpisah jika terjadi kecelakaan.

Spesimen transportasi

Spesimen untuk isolasi virus sering diadakan dalam jangka waktu lama

sebelum mencapai laboratorium. Virus yang dilipat seperti RSV dan CMV sangat

rentan terhadap suhu kamar dan siklus pencairan beku sedangkan virus yang tidak

tertutup seperti enterovirus mentoleransi kondisi ini dengan baik. Sebagai aturan

umum, spesimen virus yang ditahan dalam waktu singkat harus didinginkan,

sementara untuk waktu yang lebih lama dapat dibekukan pada suhu -20 atau -70 o C.

Media Transportasi:

komposisi dan jenis media pengangkutan virus dapat mempengaruhi tingkat

isolasi virus. Secara umum, media harus menjadi larutan isotonik seimbang pada pH

fisiologis. Ini harus mengandung zat yang akan menstabilkan virus seperti gelatin,

serum betis janin atau albumin serum sapi, dan antibiotik melawan bakteri dan jamur.

Usap harus terbuat dari bahan yang tidak beracun terhadap virus, seperti dakron atau

rayon.

Smear :

smear menjadi semakin populer karena banyaknya teknik pewarnaan. BTA

harus mengandung sejumlah sel yang masuk akal, berukuran cukup masuk akal dan

13
tidak terlalu terkontaminasi oleh darah atau nanah, karena obat ini bisa menyebabkan

pewarnaan nonspesifik.

Spesimen untuk Serologi :

Spesimen dengan hemolitik, lipaemik, bakteri yang terkontaminasi, atau bocor

harus ditolak. Antisera harus dilarutkan dengan panas tergantung pada tes yang akan

dilakukan. Jika spesimen ditolak, bangsal harus diberitahu, sebaiknya dengan laporan

lisan diikuti dengan yang tertulis. Kondisi yang meluas mungkin menjamin

penerimaan spesimen di bawah standar.

Kultur dan Media Tissue

Kultur jaringan tetap menjadi andalan diagnosis virus non-serologis. Oleh

karena itu, kontrol kualitas yang memadai untuk pembelian komersial atau persiapan

in-house sel-sel kultur jaringan sangat penting.Dalam garis sel tertentu, mungkin ada

variasi sensitivitas yang signifikan terhadap isolasi virus yang mungkin bergantung

pada subkategori sel tertentu atau kloning dan nomor bagiannya. Prosedur

pengendalian kualitas lainnya yang dapat membantu meminimalkan risiko

kontaminasi meliputi pengecualian laboratorium dengan penyakit menular dari

penanganan kultur jaringan, pakaian laboratorium terpisah, reagen dan barang pecah

belah untuk kultur j aringan. Saluran sel harus ditangani secara terpisah dan kabinet

didekontaminasi diantaranya.

Media :

setelah sterilisasi filter, aliquot media harus diambil dan diperiksa untuk

penyelidikan bakteriologis atau jamur. Sampel ini harus diperiksa setiap hari selama 5

14
hari dan harus bebas dari kontaminasi sebelum banyak media dilepaskan untuk

digunakan. Aliquot dari semua komponen media lainnya seperti serum betis janin dan

L-glutamin juga harus diperiksa. Banyaknya serum betina muda dan janin yang telah

lulus pemeriksaan sterilitas harus dipantau karena kemampuan mereka untuk

mendukung pertumbuhan sel.

Reagen dan Kit

Reagen dan kit harus dipesan dari produsen atau dealer ternama dengan sistem

transportasi yang andal. Setelah menerima, reagen harus diperiksa untuk kerusakan

atau kontaminasi yang jelas. Kuantitas, sumber, jumlah lot dan tanggal penerimaan

harus dimasukkan dalam buku catatan dan reagen disimpan sesuai dengan spesifikasi

penyimpanan pabrik pembuatnya. Ketika banyak pereaksi baru dibuka, tanggal harus

dicatat di wadah. Perhatian harus dilakukan dalam hal kit karena berbagai komponen

kit mungkin memiliki kondisi penyimpanan dan tanggal kadaluwarsa yang berbeda.

Instrumen

Instrumen laboratorium harus menjalani perawatan preventif rutin dan

diperiksa dan dikalibrasi secara teratur. Beberapa pemeriksaan ini dapat dilakukan

oleh staf laboratorium dan masuk ke buku catatan. Berikut adalah beberapa

rekomendasi untuk pemeliharaan rutin dan pemeriksaan kinerja instrumen.

1. Inkubator - suhu harian, CO 2 dan cek kelembaban. Dekontaminasi mingguan

interior

2. Lemari pengaman - cek tekanan udara harian dan pembersihan lampu UV.

15
Permukaan kerja harus didekontaminasi setelah digunakan. Pemeriksaan tahunan untuk

kecepatan udara dan integritas filter dan dekontaminasi paraldehid sebagaimana berlaku.

3. Mikroskop - pembersihan tujuan dan tahap harian, log penggunaan lampu dan

perombakan tahunan

4. Lemari es dan freezer - cek suhu harian; cek tahunan tingkat kompresor dan

refrigeran

5. Mandi air - cek suhu harian, dekontaminasi mingguan

6. Sentrifugal - dekontaminasi mingguan, kalibrasi kecepatan kuartalan dengan

tachometer, inspeksi tahunan motor dan sistem penggerak

7. Autoklaf - pemeriksaan suhu harian dan pengujian spora strip

8. pH meter - buffer buffer referensi tunggal sebelum digunakan, cek titik ganda

setiap bulan

9. Perangkat pipetting - cek volume gravimetrik setiap bulan

16
BAB III

KESIMPULAN

Dalam virologi produk bentuk layanan yang berkualitas dapat

didefinisikan sebagai "hasil yang tepat pada spesimen yang tepat dari pasien

yang tepat yang akurat, tepat waktu dan benar ditafsirkan". Oleh karena itu,

tujuan dari setiap laboratorium pengujian adalah untuk menghasilkan hasil yang

efektif, akurat, dapat diulang dan tepat waktu yang sebanding dengan hasil yang

diperoleh di laboratorium serupa di tempat lain yang segera dikomunikasikan

dengan tepat dan tepat kepada pengguna layanan. Hasilnya pasti tak tertandingi.

Dengan cara ini kualitas produk atau layanan bisa terjamin.

Cara laboratorium mencapai kualitas layanan ini adalah melalui

penjaminan mutu yang dapat diartikan sebagai "total proses dimana kualitas

laporan laboratorium dapat terjamin". Pada dasarnya ini terdiri dari semua

langkah yang berbeda yang diambil untuk memastikan keandalan investigasi.

Ini berusaha meminimalkan variabilitas dalam hasil uji yang timbul dari

variabel seperti kualitas dan pendidikan staf, kualitas reagen, laboran dan

spesimen dan kesesuaian teknik yang digunakan.

18
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/367678216/Jaminan-Mutu-Pemeriksaan-Virologi-FIXFINAL

https://id.scribd.com/document/491012098/penjaminan-mutu-virologi

http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/845/4/Chapter%202.pdf

19

Anda mungkin juga menyukai