Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH IMUNOHEMATOLOGI

JAMINAN MTU PEMERIKSAAN IMUNOHEMATOLOGI

DI SUSUN OLEH
ALFA OKTAVIA
(51120002)

DOSEN PEMBIMBING:
BASTIAN, S.Si.T., M.Biomed

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


IKEST MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat,dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan papertentang “Jaminan Mutu
Pemeriksaan Imunohematologi” ini dengan baik.
Kami berterima kasih pada ibu dan bapak dosen selaku dosen
imunohematologi yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Makalah ini
masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun, demi sempurnanya makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi siapapun yang
membacanya. Kami mohon maaf apabila ada kesalahan penulisan kata kata.

Palembang, 29 April 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................i
Daftar isi.......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................1
1.3 Tujuan................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................3
2.1 Definisi mutu......................................................................................3
2.2 Mutu laboratorium klinik...................................................................6
2.3 5Q framework....................................................................................10
2.4 Sumber-sumber kesalahan pada tahap pra analitik, anlitik,
dan pasca analitik...............................................................................15
2.5 Pemantapan mutu internal bidang hematologi...................................37
2.5.1 Pengenalan pemantapan mutu internal...........................................37
2.5.2 Penerapan pemantapan mutu internal bdang hematologi...............52
BAB III PENUTUP......................................................................................54
3.1 Simpulan............................................................................................54
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................iii

ii
1.1 Latar Belakang BAB I
PENDAHULUAN

Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan arus informasi


dalam bidang kesehatan yang semakin meningkat didalam masyarakat terutama
didalam bidang pelayanan kesehatan, hal ini akan mendorong tingginya tuntutan
masyarakat dalam mutu pelayanan kesehatan. Salah satu unit pelayananan
kesehatan adalah Laboratorium klinik. Pelayanan laboratorium klinik merupakan
bagian integral dari pelayanan masyarakat untuk menujang peningkatan kesehatan
masyarakat. Laboratorium klinik adalah sarana kesehatan yang melaksankan
pengukuran, penetapan dan pengujian terhadap bahan dari manusia. Manfaat
laboratorium klinik untuk penentuan jenis penyakit, perjalanan penyakit, kondisi
kesehatan atau faktor yang dapat berpengaruh pada kesehatan perorangan.
Laboratorium klinik memiliki tanggung jawab dalam melayani pemeriksaan yang
bermutu sehingga hasil pemeriksaan dapat dipercaya.
Jaminan mutu adalah seluruh kegiatan yang ditujukan untuk menjamin
kualitas hasil laboratorium dapat diperaya. Jaminan mutu laboratorium meliputi
Pemantapan Mutu Internal (PMI), verifikasi, validasi, audit, Pemantapan Mutu
Eksternal (PME) serta pelatihan dan pendidikan. Pemantapan Mutu Internal (PMI)
adalah suatu kegiatan pencegahan dan pengawasan yang dilakukan oleh masing-
masing laboratorium secara terus menerus agar tidak terjadi penyimpangan
sehingga didapatkan hasil pemeriksaan yang tepat. Pemantapan mutu internal
terdiri dari tiga tahap yaitu pra-analitik, analitik dan pasca-analitik. Tahap pra-
analitik meliputi kegiatan persiapan pasien, pengambilan spesimen dan pemberian
identitas pasien. Tahap analitik meliputi pengolahan spesimen, pelaksanaan
pemeriksaan, pengawsan ketelitian, dan ketepatan pemeriksaan. Tahap pasca
anlitik meliputi pencatatan hasil pemeriksaan dan pelaporan hasil pemeriksaan.
Beberapa hal yang dapat meyebabkan kesalahan pra-anlitik antara lain
hemolisis (53%), volume spesimen yang kurang (7,5%), tulisan tangan yang tidak
bisa dibaca (7,2%), salah spesimen, terdapat bekuan pada spesimen, kesalahan
vacuntainer atau antikoagulan, rasio volume spesimen dan koagulan yang tidak
sesuai serta spesimen diambil dari jalur infus. Data tersebut meperlihatikan bahwa
1
kesalahan pra-analitik paling banyak yaitu kesalahan yang berhubungan dengan
kualitas spesimen. Kualitas spesimen yang kurang memenuhi syarat dapat
menyebabkan kesalahan pada hasil laboratorium yang akan menimbulkan
kesalahan interpretasi hasil sehingga dapat menyebakan kesalahan pengambilan
keputusan pengobatan dan tindakan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari mutu?
2. Bagaimana mutu laboratorium klinik?
3. Apa itu 5Q framework?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari mutu
2. Untuk mengetahui bagaimana mutu laboratorium klinik
3. Untuk mengetahui 5Q framework

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Mutu

Untuk menghasilkan pemeriksaan laboratorium yang dapat


dipercaya/bermutu, maka setiap tahap pemeriksaan laboratorium harus
dikendalikan. Pengendalian setiap tahap ini untuk mengurangi atau meminimalisir
kesalahan yang terjadi di laboratorium. Agar dapat melakukan pengendalian mutu
di laboratorium dengan baik, maka Anda harus dapat menjelaskan konsep mutu.
Beberapa tokoh penting telah menelurkan konsep mutu produk atau jasa, yaitu:
William Edwards Deming (1900-1993), Philip B. Crosby (1926 –2001), J.M. Juran
(1904-2008).

1. William Edwards Deming (1900-1993)


Mutu ialah kesesuaian dengan kebutuhan pasar atau konsumen. mutu tidak
berarti segala sesuatu yang terbaik, tetapi pemberian kepada Pelanggan tentang
apa yang mereka inginkan dengan tingkat kesamaan yang dapat diprediksi serta
tergantungannya terhadap harga yang mereka bayar. Perusahaan yang bermutu
ialah perusahaan yang menguasai pangsa pasar karena hasil produksinya sesuai
dengan kebutuhan konsumen, sehingga menimbulkan kepuasan bagi konsumen.
Jika konsumen merasa puas, maka mereka akan setia dalam membeli produk
perusahaan baik berupa barang maupun jasa.
2. Philip B. Crosby (1926 –2001)
Mutu ialah conformance to requirement, yaitu sesuai dengan yang
disyaratkan atau distandarkan. Suatu produk memiliki mutu apabila sesuai dengan
standar atau kriteria mutu yang telah ditentukan, standar mutu tersebut meliputi
bahan baku, proses produksi, dan produk jadi. Mutu adalah pemenuhan
persyaratan dengan meminimalkan kerusakan yang mungkin timbul yaitu standard
of zero defect atau memperlakukan prinsip benar sejak awal. Teori yang
diungkapkan oleh Philip B Crosby bahwa bekerja tanpa salah (standard of zero
defect) adalah hal yang sangat mungkin, ungkapan ini mendorong untuk selalu

3
berusaha agar berhati-hati dalam setiap tahap kegiatan di laboratorium. Philip B
Crosby mengungkapkan empat Dalil Mutu sebagai berikut:
a. Definisi mutu adalah kesesuaian dengan persyaratan.
b. Sistem mutu adalah pencegahan.
c. Standar kerja adalah Tanpa Cacat (Zero Defect).
d. Pengukuran mutu adalah biaya mutu.
3. J.M. Juran (1904-2008):
Mutu adalah kecocokan penggunaan produk (fitness for use) untuk
memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan. Kecocokan pengguna produk
tersebut didasarkan atas lima ciri utama yaitu:
a. teknologi; yaitu kekuatan;
b. psikologis, yaitu rasa atau status;
c. waktu, yaitu kehandalan
d. kontraktual, yaitu ada jaminan;
e. etika, yaitu sopan santun.
J.M. Juran memperkenalkan tiga proses mencapai mutu (trilogy Juran)
diantaranya sebagai berikut:
a. Perencanaan mutu (quality planning) yang meliputi kualitas pelanggan,
menentukan kebutuhan pelanggan, menyusun sasaran mutu, dan
meningkatkan kemampuan proses.
b. Pengendalian mutu (quality control), terdiri dari memilih dasar
pengendalian, memilih jenis pengukuran, menyusun standar kerja, dan
mengukur kinerja yang sesungguhnya,
c. Perbaikan dan peningkatan mutu (quality improvement), terdiri dari:
mengidentifikasi perbaikan khusus, mengorganisasi lembaga untuk
mendiagonis kesalahan, menemukan penyebab kesalahan peningkatan
kebutuhan untuk mengadakan perbaikan.
J.M.Juran berpendapat bahwa penggunaan sebuah pendekatan untuk
meningkatkan mutu laboratorium harus tahap demi tahap sebab semua bentuk
peningkatan mutu harus dilakukan secara bertahap.
Dari ketiga tokoh ini dapat kita ambil kesimpulan bahwa mutu itu suatu
kebutuhan konsumen, yaitu kepuasan pelanggan sepenuhnya terhadap suatu

4
produk/ jasa yang dibutuhkan atau mutu merupakan suatu ukuran yang
berhubungan dengan kepuasan pelanggan terhadap sebuah produk/ jasa.
Mutu sangat tergantung pada situasi dan kondisi serta orang yang terlibat
dalam menentukan suatu mutu produk/ jasa. Selain dari ketiga tokoh tersebut,
Anda juga harus tahu tentang konsep mutu menurut ISO 9000, mutu adalahbentuk
keseluruhan dan karakteristik dari sebuah produk atau jasa yang mempunyai
kemampuan untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat.
Sedangkan menurut American Society for Quality Control, mutu adalah gambaran
total sifat dari suatu produk atau jasa pelayanan yang berhubungan dengan
kemampuannya untuk memberikan kebutuhan kepuasan.
Jadi dapat dikatakan bahwa mutu itu bukan hanya berhubungan dengan
mutu produk saja, tetapi juga dengan persyaratan lain seperti: ketepatan
pengiriman , biaya yang rendah, pelayanan yang memuaskan pelanggan dan bisa
dipenuhinya peraturan pemerintah yang berhubungan dengan produk yang
dipasarkan. Sesuai dengan kebutuhannya di jaman modern ini, mutu didefinisikan
sebagai berikut:
1. Sesuai dengan persyaratan (Conformance to requirements)
2. Sesuai dengan pemakaian (Fitness for use)
3. Kepuasan pelanggan (User satisfaction)
Mutu adalah mendapatkan hasil yang benar secara langsung setiap saat
dan tepat waktu, menggunakan sumber daya yang efektif dan efisien. Ini penting
dalam semua tahap proses pemeriksaan laboratorium, mulai dari penerimaan
sampel, pemeriksaan hingga pelaporan hasil uji.
Mutu suatu output laboratorium bergantung dari beberapa faktor. Yang
paling mendasar adalah pelaksanaan dan pemeliharaan Sistem Manajemen Mutu
didalam suatu laboratorium. Secara singkat dapat dikatakan bahwa sistem
manajemen mutu yang terdapat dalam suatu laboratorium disebut sebagai Praktek
Laboratorium yang Benar (GLP = Good Laboratory Practise).
Kegiatan Praktek Laboratorium yang Benar (GLP) mencakup proses
organisasi dan kondisi-kondisi laboratorium guna menjamin agar tugas-tugas
analisis direncanakan, dilakukan, dimonitor, direkam, disimpan dan dilaporkan
dengan benar.

5
Penerapan sistem manajemen mutu secara berkelanjutan akan
meningkatkan mutu layanan laboratorium dan meningkatkan daya saing
laboratorium. Kajian sistem manajemen mutu laboratorium klinik dilaksanakan
dengan pendekatan model Five-Q (Quality Planning, Quality Laboratory Practice,
Quality Control, Quality Assurance, Quality Improvement). Materi tentang Five-
Q akan dibahas lebih dalam pada bab selanjutnya.

2.2 Mutu Laboratorium Klinik


Mutu laboratorium klinik meliputi mutu hasil pemeriksaan dan mutu
layanan. Mutu hasil yaitu hasil pemeriksaan laboratorium yang dapat dipercaya
(memenuhi standar mutu), sedangkan mutu layanan adalah aktivitas yang
diberikan sesuai kebutuhan atau harapan pelanggan (mengatasi keluhan
pasien/pelanggan menurun).
Laboratorium klinik sebagai bagian dari pelayanan kesehatan mempunyai
arti penting dalam diagnostik. Data hasil pemeriksaan laboratorium merupakan
informasi yang penting digunakan untuk menegakkan diagnosis oleh klinisi
berdasarkan anamnase dan riwayat penyakit pasien. Hasil uji laboratorium juga
merupakan bagian integral dari penapisan kesehatan dan tindakan preventif
kedokteran.
Menurut Permenkes RI nomor 43 tahun 2013, bahwa pelayanan
laboratorium klinik merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang
diperlukan untuk menegakkan diagnosis, dengan menetapkan penyebab penyakit,
menunjang sistem kewaspadaan dini, monitoring pengobatan, pemeliharaan
kesehatan, dan pencegahan timbulnya penyakit. Laboratorium klinik perlu
diselenggarakan secara bermutu untuk mendukung upaya peningkatan kualitas
kesehatan masyarakat.
Layanan pemeriksaan yang dapat dilakukan di laboratorium klinik
diantaranya di bidang hematologi, kimia klinik, mikrobiologi klinik, parasitologi
klinik, imunologi klinik, patologi anatomi dan atau bidang lain yang berkaitan
dengan kepentingan kesehatan perorangan terutama untuk menunjang upaya
diagnosis penyakit, penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.

6
Hasil pemeriksaan laboratorium klinik yang bermutu menjadi tujuan
kegiatan pemeriksaan laboratorium sehari-hari. Anda sebagai tenaga ATLM
bertanggung jawab atas hasil pemeriksaan laboratorium klinik yang dapat
dipercaya. Untuk mendapatkan hasil tersebut, maka Anda harus dapat melakukan
pengendalian mutu hasil pemeriksaan. Pelayanan laboratorium klinik harus fokus
pada mutu, efektif, efisien dan profesional. Hal ini akan menentukan keunggulan
kompetitif dan kelangsungan laboratorium pada era globalisasi sekarang ini. Hasil
pemeriksaan yang dikeluarkan oleh laboratorium harus memenuhi standar mutu,
agar dapat dipercaya dan memuaskan pelanggan dengan memperhatikan aspek-
aspek teknis seperti ketepatan (accuracy) dan ketelitian (precision) yang tinggi,
serta didokumentasikan dengan baik sehingga dapat dipertahankan secara ilmiah.
Untuk mendapatkan mutu laboratorium yang diharapkan, maka banyak hal yang
harus diperhatikan, seperti:
1. Staff yang qualified
2. Fasilitas yang mencukupi
3. Tersedianya pemeriksaan yang memadai
4. Tersedianya protokol pemeriksaan yang baik (SOP)
5. Spesimen yang cukup dan memenuhi syarat
6. Penanganan dan penyerahan spesimen yang baik
7. Prossesing spesimen yang baik
8. Identifikasi, aliquoting dan distribusi sampel yang benar
9. Kehandalan hasil pemeriksaan
10. Turn arround time
11. Format pelaporan yang benar
12. Angka rujukan
13. Komunikasi yang baik dengan pelanggan

Pemantapan mutu (quality assurance) laboratorium klinik adalah semua


kegiatan yang ditujukan untuk menjamin ketelitian dan ketepatan hasil
pemeriksaan Laboratorium Klinik. Kegiatan pemantapan mutu (quality assurance)
terdiri dari:
1. Pemantapan mutu internal (PMI)
2. Pemantapan mutu eksternal (PME)/ Uji Profisiensi
Manfaat pemantapan mutu yang dilakukan adalah:
7
1. Meningkatkan kualitas laboratorium.
2. Meningkatkan moral tenaga ATLM (kepercayaan diri dalam
mengeluarkan hasil pemeriksaan, kesadaran akan usaha yang telah
dilakukan, serta prestice yang diberikan kepadanya).
3. Merupakan suatu metoda pengawasan (kontrol) yang efektif dilihat dari
fungsi manajerial.
4. Melakukan pembuktian apabila terdapat hasil yang meragukan oleh
pengguna (konsumen) laboratorium karena sering tidak sesuai dengan
gejala klinis.
5. Penghematan biaya pasien karena berkurangnya kesalahan hasil sehingga
tidak perlu ada “ duplo “.
A. Pemantapan Mutu Internal (Internal Quality Control)
Pemantapan mutu internal adalah kegiatan pencegahan dan pengawasan
yang dilaksanakan oleh masing-masing laboratorium secara terus menerus agar
tidak terjadi atau mengurangi kejadian error/penyimpangan sehingga diperoleh
hasil pemeriksaan yang tepat. Pemantapan mutu internal laboratorium (PMI)
dilakukan untuk mengendalikan hasil pemeriksaan laboratorium setiap hari dan
untuk mengetahui penyimpangan hasil laboratorium agar segera diperbaiki.
Manfaat melaksanakan kegiatan pemantapan mutu internal laboratorium antara
lain mutu presisi maupun akurasi hasil laboratorium akan meningkat, kepercayaan
dokter terhadap hasil laboratorium akan meningkat. Hasil laboratorium yang

8
kurang tepat akan menyebabkan kesalahan dalam penatalaksanaan pengguna
laboratorium. Manfaat lain yaitu pimpinan laboratorium akan mudah
melaksanakan pengawasan terhadap hasil laboratorium. Kepercayaan yang tinggi
terhadap hasil laboratorium ini akan membawa pengaruh pada moral karyawan
yang akan akhirnya akan meningkatkan disiplin kerja di laboratorium tersebut.
Cakupan objek pemantapan mutu internal meliputi aktivitas: tahap pra-analitik,
tahap analitik dan tahap pasca-analitik. Tujuan Pemantapan Mutu Internal:
a. Pemantapan dan penyempurnaan metode pemeriksaan dengan
mempertimbangkan aspek analitik dan klinis.
b. Mempertinggi kesiagaan tenaga, sehingga pengeluaran hasil yang salah
tidak terjadi dan perbaikan penyimpangan dapat dilakukan segera.
c. Memastikan bahwa semua proses mulai dari persiapan pasien,
pengambilan, pengiriman, penyimpanan dan pengolahan spesimen sampai
dengan pencatatan dan pelaporan telah dilakukan dengan benar.
d. Mendeteksi penyimpangan dan mengetahui sumbernya.
e. Membantu perbaikan pelayanan kepada pelanggan (customer)
B. Pemantapan Mutu Eksternal (External Quality Control)
Pemantapan Mutu Eksternal adalah kegiatan yang diselenggarakan secara
periodik oleh pihak lain di luar laboratorium yang bersangkutan untuk memantau
dan menilai penampilan suatu laboratorium dalam bidang pemeriksaan tertentu.
Penyelenggaraan kegiatan Pemantapan Mutu Eksternal dilaksanakan oleh pihak
pemerintah, swasta atau internasional. Setiap laboratorium kesehatan wajib
mengikuti Pemantapan Mutu Eksternal yang diselenggarakan oleh pemerintah
secara teratur dan periodik meliputi semua bidang pemeriksaan laboratorium,
seperti yang terdapat pada Pasal 6 Permenkes nomor 411 tahun 2010 tercantum
bahwa laboratorium Klinik wajib melaksanakan pemantapan mutu eksternal yang
diakui oleh pemerintah. Dalam pelaksanaannya, kegiatan Pemantapan Mutu
Eksternal ini mengikutsertakan semua laboratorium, baik milik pemerintah
maupun swasta dan dikaitkan dengan akreditasi laboratorium kesehatan serta
perizinan laboratorium kesehatan swasta. Karena di Indonesia terdapat beraneka
ragam jenis dan jenjang pelayanan laboratorium serta mengingat luasnya wilayah

9
Indonesia, maka pemerintah menyelenggarakan pemantapan mutu eksternal untuk
berbagai bidang pemeriksaan dan diselenggarakan pada berbagai tingkatan, yaitu:
a. Tingkat nasional/tingkat pusat
b. Tingkat Regional
c. Tingkat Provinsi/wilayah
Kegiatan pemantapan mutu eksternal ini sangat bermanfaat bagi suatu
laboratorium, sebab dari hasil evaluasi yang diperolehnya dapat menunjukkan
performance (penampilan/proficiency) laboratorium yang bersangkutan dalam
bidang pemeriksaan yang ditentukan. Untuk itu pada waktu melaksanakan
kegiatan ini tidak boleh diperlakukan secara khusus, jadi pada waktu melakukan
pemeriksaan harus dilaksanakan oleh petugas yang biasa melaksanakan
pemeriksaan tersebut serta menggunakan peralatan/reagen/metode yang biasa
dipakainya sehingga hasil pemantapan mutu eksternal tersebut benar-benar dapat
mencerminkan penampilan laboratorium tersebut yang sebenarnya. Setiap nilai
yang diperoleh dari penyelenggara harus dicatat dan dievaluasi untuk
mempertahankan mutu pemeriksaan atau perbaikan-perbaikan yang diperlukan
untuk peningkatan mutu pemeriksaan. Setelah selesai mengikuti program
Pemantapan Mutu Eksternal (PME), kemudian dilakukan feed back oleh pihak
penyelenggara berupa hasil pemeriksaan yang telah dilaporkan terhadap nilai
target atau nilai laboratorium rujukan, hasilnya dinyatakan dengan kriteria baik,
sedang atau buruk. Laboratorium klinik yang mengikuti kegiatan PME ini akan
diberikan sertifikat oleh pihak penyelenggara sebagai bukti peserta kegiatan
tersebut.

2.3 5Q Framework
Mutu pelayanan laboratorium kesehatan haruslah baik dan bermutu agar
dapat memberikan hasil pemeriksaan laboratorium yang tepat, teliti,benar, dapat
dipercaya dan memuaskan pengguna jasa. Salah satu pendekatan yang digunakan
adalah Total Quality management yang memperkenalkan dengan suatu strategi 5Q
framework. Manfaat dari memahami topik strategi 5Q framework adalah dapat
mengetahui kesalahan yang terjadi pada proses pra analitik, analitik dan pasca

10
analitik. Selain itu dapat pula mengetahui cara penyelesaikan masalah dengan
menggunakan strategi 5Q Framework.
 Strategi 5 Q Framework meliputi:
1. QLP ( Quality Laboratory Processes)
a. Faktor pra analitik:
 persiapan Pasien
 Pengambilan dan penampungan spesimen
 Penanganan Spesimen
 pengiriman spesimen
 Pengolahan dan penyimpanan spesimen.
b. Faktor analitik :
 Pemeriksaan specimen
 Pemeliharaa Dan kalibrasi alat
 Uji kualitas reagen
 Uji ketelitian,
 Uji ketepatan,
c. Faktor post analitik :
 Laporan
 Penulisan hasil
 Interprestasi hasil
Semua ini Diperlukan adanya SOP lengkap dan baku. Dan Seluruh kegiatan atau
langkah yang dilakukan di laboratorium harus dicatat dan didokumentasi sehingga
bila ada perubahan yang terjadi dilaboratorium dapat segera diketahui apa
penyebabnya. Berikut ini ada beberapa contoh kesalahan yang dapat terjadi pada
saat sebelum pemeriksaan, saat pemeriksaan, dan sesudah pemeriksaan.

11
2. QC ( Quality Control )
QC adalah salah satu komponen dalam proses kontrol dan merupakan
elemen utama dari sistem manajemen mutu, memonitor proses yang berhubungan
dengan hasil tes serta dapatmendeteksi adanya kesalahan yang bersumber dari:
a. Kesalahan teknik
Sifat kesalahan disini sudah melekat dan seakan-akan tidak
mungkin untuk dihindarkan. Usaha perbaikan hanya dapat memperkecil
kesalahan tapi tidak mungkin menghilangkan misalnya kesalahan dalam
mengatur panjang gelombang pada fotometer atau kesalahan dalam
mengatur suhu waterbath atau salah dalam menipiskan larutan standar.
Kesalahan Teknik meliputi:
 Kesalahan acak: hasil pemeriksaan bervariasi dari nilai seharusnya
 Kesalahan sistematik : hasil pemeriksaan menjurus kesatu arah
 Hasil nya selalu lebih besar atau selalu lebih kecil dari nilai
seharusnya.
b. Kesalahan Non Teknik:

12
 Kesalahan pengambilan sampel contoh: kesalahan dalam persiapan
penderita, hemolisis,serumterkena matahari
 Kesalahan penulisan, penghitungan hasil. Kesalahan non teknik
dapat dihindari dengancara menerapkan organisasi yang teratur,
bekerja dengan kesadaran dan disiplinyang tinggi
QC juga sebagai prosedur manajerial untuk menyesuaikan tahapan tahapan
dari proses pemeriksaan laboratorium untuk memenuhi standar tertentu yaitu
akurasi dan presisi. Data hasil pemeriksaan bahan kontrol dianalisis secara
statistik dan dipantau untuk menilai keandalan pemeriksaan. Setiap tes yang
dikerjakan di laboratorium harus mengerjakan bahan kontrol sehingga akurasi dan
presisi setiap tes dapat dipantau dan dijamin validasinya, QC juga memantau
proses pemeriksaan menggunakan teknik statistik untuk mendeteksi,
meminimalisasi, mencegah, memperbaiki penyimpangan yang terjadi selama
proses analisis berlangsung. Statisticaly QC berguna untuk memantau perubahan
yang terjadi pada alat, reagen, kalibrator dan prosedur kerja.
QC meliputi :
1. QC reagen ( verifikasi reagen ),
2. QC instrumen ( pengecekan fungsi instrumen, prosedur pemelihara
instrumen ),
3. Proses QC ( QC harian, QC periodik ).
Program QC yang baik yaitu:
1. Memantau kinerja pemeriksaan dengan tolok ukur akurasi dan presisi,
2. Mengindentifikasi masalah pemeriksaan,
3. Menilai keandalan hasil pemeriksaan.
Tujuan merencanakan prosedur QC adalah :
1. Dapat menjamin mutu pemeriksaan dengan biaya minimal
2. Prosedur QC dirancang atas dasar mutu yang diinginkan dari setiap
metode pemeriksaan,
3. Menggunakan program QC validator dapat direncanakan control rules,
jumlah pengukuran bahan kontrol, kemampuan mendeteksi kesalahan
dan derajat penolakan palsu suatu metode pemeriksaan.
Prosedur QC yang tepat dan penerapan yang benar meliputi :

13
1. Perhitungan yang tepat untuk mendapatkan Mean dan SD,
2. Membuat batas kontrol yang tepat,
3. Menggunakan aturan kontrol yang tepat ( grafik levy jennings dengan
penilaian westgard multirule chart)sehingga dapat mendeteksi setiap
sinyal out of kontrol yang mewakili kesalahan yang sesungguhnya,
4. Kebutuhan terhadap frekuensi pengukuran bahan kontrol dengan hasil
yang tepat.Sehingga dalam hal ini pemantauan kualitas ditikberatkan
pada prosedur statistik yang dilakukan dengan memeriksa sampel yang
konsentrasinya diketahui kemudian hasilnya dibandingkan dengan
nilai target sampel yang diperiksa
3. Quality Assessement /Quality Assurance (QA)
QA ini lebih ditujukan untuk penilaian terhadap kinerja suatu
laboratorium. QA adalah suatu kegiatan yg dilakukan oleh institusi tertentu
untukmenentukan kualitas pelayanan laboratorium. Salah satu kegiatan yang
dilakukan untuk menilai kinerja suatu laboratorium adalah dengan proficiencytest.
Proficiency Test atau external quality assurance : dilakukan dengan
membandingkan hasil beberapa laboratorium terhadap bahan kontrol rujukan dari
laboratorium.
Tujuan dari Proficiency Testing adalah untuk mengawasi kualitas tes
dalam sebuah laboratorium, mengidentifikasi masalah, dan membuat langkah
koreksi terhadap masalah apapun yang terdentifikasi • Persyaratan Penanganan
sampel proficiency testing:
a. Sampel yang harus diuji dengan alat yang sama seperti pemeriksaan pasien
rutin laboratorium
b. Sampel harus diuji dengan frekuensi pemeriksaan yang sama dengan
sampel pasien rutin
c. laboratoriumharus mencatat semua langkah (penangan, pengolahan, tes,
pelaporan) untuk periode proficeency testing.
d. hanya diperlukan untuk metode primer yg digunakan untuk menguji analit
dalam sampel pasien selama periode proficiency testing
4. Quality Improvement (QI)

14
Kegiatannya menetapkan bentuk proses pemecahan masalah untuk
mengidentifikasi akar masalah dan mencari pemecahannya, dengan melakukan
quality improment penyimpangan akan dapat dicegah dan diperbaiki selama
proses pemeriksaan berlangsung.
5. Quality Planning (QP)
Menstandarisasi pemecahan, menetapkan ukuran ukuran untuk menilai
kinerja suatu laboratorium serta mendokumentasikan langkah langkah pemecahan
masalah dan untuk diimplementasikan pada QLP.

15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesiplan

Pemantapan mutu internal dilakukan untuk mengevaluasi proses


pengujian, dengan tujuan untuk memastikan bahwa sistem mutu berjalan dengan
benar. Quality control dilakukan dengan tujuan untuk menjamin hasil
pemeriksaan laboratorium, mengetahui dan meminimalkan penyimpangan serta
mengetahui sumber dari penyimpangan. Kegiatan pemantapan mutu internal
menggunakan bahan kontrol yang dilakukan uji bersamaan dengan sampel pasien,
dengan menerapkan metode statistik yang sesuai terhadap hasil untuk
menegakkan akurasi dan presisi yang merupakan tolok ukur untuk menetapkan
akseptabilitas hasil pemeriksaan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Ayu Maharani, Eva dan Ganjar N. 2018. Bahan Ajar Teknologi Laboratorium
Medik (TLM) Imunohematologi Dan Bank Darah. KEMENKES RI
Diyana Kartika K, Irna dkk. 2020. Analisis Antibodi Ireguler pada Reaksi
Inkompatibel Darah Transfusi. UMI Medical Journal, Vol. 5 (2)
Permenkes RI Nomor 43/Menkes/SK/III/ 2013. Cara Penyelenggaraan
Laboratorium Klinik Yang Baik. Jakarta
Sukorini, U., Nugroho, DK., Rizki, M., Hendriawan, B. 2020 Dasar-Dasar
Kontrol Kualitas Internal, dalam Pemantapan Mutu Internal Laboratorium
Klinik. Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta. Alfa Medika Yogyakarta GLP. WHO.2006
Tunis. Basic QC Practices 2nd Edition, Training in Statistical Quality Control for
Healthcare Laboratories. Westgard QC, Inc. Madison Wisconsin. 7614
Gray Fox Trail. Depkes RI, 2008, Good Laboratory Practice (Pedoman
Praktek LaboratoriumYang benar. Dirjen Bina Pelayanan Medik
departemen Kesehatan RI. Jakarta.

ii

Anda mungkin juga menyukai