DI SUSUN OLEH
ALFA OKTAVIA
(51120002)
DOSEN PEMBIMBING:
BASTIAN, S.Si.T., M.Biomed
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat,dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan papertentang “Jaminan Mutu
Pemeriksaan Imunohematologi” ini dengan baik.
Kami berterima kasih pada ibu dan bapak dosen selaku dosen
imunohematologi yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Makalah ini
masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun, demi sempurnanya makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi siapapun yang
membacanya. Kami mohon maaf apabila ada kesalahan penulisan kata kata.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................i
Daftar isi.......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................1
1.3 Tujuan................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................3
2.1 Definisi mutu......................................................................................3
2.2 Mutu laboratorium klinik...................................................................6
2.3 5Q framework....................................................................................10
2.4 Sumber-sumber kesalahan pada tahap pra analitik, anlitik,
dan pasca analitik...............................................................................15
2.5 Pemantapan mutu internal bidang hematologi...................................37
2.5.1 Pengenalan pemantapan mutu internal...........................................37
2.5.2 Penerapan pemantapan mutu internal bdang hematologi...............52
BAB III PENUTUP......................................................................................54
3.1 Simpulan............................................................................................54
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................iii
ii
1.1 Latar Belakang BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari mutu
2. Untuk mengetahui bagaimana mutu laboratorium klinik
3. Untuk mengetahui 5Q framework
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Mutu
3
berusaha agar berhati-hati dalam setiap tahap kegiatan di laboratorium. Philip B
Crosby mengungkapkan empat Dalil Mutu sebagai berikut:
a. Definisi mutu adalah kesesuaian dengan persyaratan.
b. Sistem mutu adalah pencegahan.
c. Standar kerja adalah Tanpa Cacat (Zero Defect).
d. Pengukuran mutu adalah biaya mutu.
3. J.M. Juran (1904-2008):
Mutu adalah kecocokan penggunaan produk (fitness for use) untuk
memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan. Kecocokan pengguna produk
tersebut didasarkan atas lima ciri utama yaitu:
a. teknologi; yaitu kekuatan;
b. psikologis, yaitu rasa atau status;
c. waktu, yaitu kehandalan
d. kontraktual, yaitu ada jaminan;
e. etika, yaitu sopan santun.
J.M. Juran memperkenalkan tiga proses mencapai mutu (trilogy Juran)
diantaranya sebagai berikut:
a. Perencanaan mutu (quality planning) yang meliputi kualitas pelanggan,
menentukan kebutuhan pelanggan, menyusun sasaran mutu, dan
meningkatkan kemampuan proses.
b. Pengendalian mutu (quality control), terdiri dari memilih dasar
pengendalian, memilih jenis pengukuran, menyusun standar kerja, dan
mengukur kinerja yang sesungguhnya,
c. Perbaikan dan peningkatan mutu (quality improvement), terdiri dari:
mengidentifikasi perbaikan khusus, mengorganisasi lembaga untuk
mendiagonis kesalahan, menemukan penyebab kesalahan peningkatan
kebutuhan untuk mengadakan perbaikan.
J.M.Juran berpendapat bahwa penggunaan sebuah pendekatan untuk
meningkatkan mutu laboratorium harus tahap demi tahap sebab semua bentuk
peningkatan mutu harus dilakukan secara bertahap.
Dari ketiga tokoh ini dapat kita ambil kesimpulan bahwa mutu itu suatu
kebutuhan konsumen, yaitu kepuasan pelanggan sepenuhnya terhadap suatu
4
produk/ jasa yang dibutuhkan atau mutu merupakan suatu ukuran yang
berhubungan dengan kepuasan pelanggan terhadap sebuah produk/ jasa.
Mutu sangat tergantung pada situasi dan kondisi serta orang yang terlibat
dalam menentukan suatu mutu produk/ jasa. Selain dari ketiga tokoh tersebut,
Anda juga harus tahu tentang konsep mutu menurut ISO 9000, mutu adalahbentuk
keseluruhan dan karakteristik dari sebuah produk atau jasa yang mempunyai
kemampuan untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat.
Sedangkan menurut American Society for Quality Control, mutu adalah gambaran
total sifat dari suatu produk atau jasa pelayanan yang berhubungan dengan
kemampuannya untuk memberikan kebutuhan kepuasan.
Jadi dapat dikatakan bahwa mutu itu bukan hanya berhubungan dengan
mutu produk saja, tetapi juga dengan persyaratan lain seperti: ketepatan
pengiriman , biaya yang rendah, pelayanan yang memuaskan pelanggan dan bisa
dipenuhinya peraturan pemerintah yang berhubungan dengan produk yang
dipasarkan. Sesuai dengan kebutuhannya di jaman modern ini, mutu didefinisikan
sebagai berikut:
1. Sesuai dengan persyaratan (Conformance to requirements)
2. Sesuai dengan pemakaian (Fitness for use)
3. Kepuasan pelanggan (User satisfaction)
Mutu adalah mendapatkan hasil yang benar secara langsung setiap saat
dan tepat waktu, menggunakan sumber daya yang efektif dan efisien. Ini penting
dalam semua tahap proses pemeriksaan laboratorium, mulai dari penerimaan
sampel, pemeriksaan hingga pelaporan hasil uji.
Mutu suatu output laboratorium bergantung dari beberapa faktor. Yang
paling mendasar adalah pelaksanaan dan pemeliharaan Sistem Manajemen Mutu
didalam suatu laboratorium. Secara singkat dapat dikatakan bahwa sistem
manajemen mutu yang terdapat dalam suatu laboratorium disebut sebagai Praktek
Laboratorium yang Benar (GLP = Good Laboratory Practise).
Kegiatan Praktek Laboratorium yang Benar (GLP) mencakup proses
organisasi dan kondisi-kondisi laboratorium guna menjamin agar tugas-tugas
analisis direncanakan, dilakukan, dimonitor, direkam, disimpan dan dilaporkan
dengan benar.
5
Penerapan sistem manajemen mutu secara berkelanjutan akan
meningkatkan mutu layanan laboratorium dan meningkatkan daya saing
laboratorium. Kajian sistem manajemen mutu laboratorium klinik dilaksanakan
dengan pendekatan model Five-Q (Quality Planning, Quality Laboratory Practice,
Quality Control, Quality Assurance, Quality Improvement). Materi tentang Five-
Q akan dibahas lebih dalam pada bab selanjutnya.
6
Hasil pemeriksaan laboratorium klinik yang bermutu menjadi tujuan
kegiatan pemeriksaan laboratorium sehari-hari. Anda sebagai tenaga ATLM
bertanggung jawab atas hasil pemeriksaan laboratorium klinik yang dapat
dipercaya. Untuk mendapatkan hasil tersebut, maka Anda harus dapat melakukan
pengendalian mutu hasil pemeriksaan. Pelayanan laboratorium klinik harus fokus
pada mutu, efektif, efisien dan profesional. Hal ini akan menentukan keunggulan
kompetitif dan kelangsungan laboratorium pada era globalisasi sekarang ini. Hasil
pemeriksaan yang dikeluarkan oleh laboratorium harus memenuhi standar mutu,
agar dapat dipercaya dan memuaskan pelanggan dengan memperhatikan aspek-
aspek teknis seperti ketepatan (accuracy) dan ketelitian (precision) yang tinggi,
serta didokumentasikan dengan baik sehingga dapat dipertahankan secara ilmiah.
Untuk mendapatkan mutu laboratorium yang diharapkan, maka banyak hal yang
harus diperhatikan, seperti:
1. Staff yang qualified
2. Fasilitas yang mencukupi
3. Tersedianya pemeriksaan yang memadai
4. Tersedianya protokol pemeriksaan yang baik (SOP)
5. Spesimen yang cukup dan memenuhi syarat
6. Penanganan dan penyerahan spesimen yang baik
7. Prossesing spesimen yang baik
8. Identifikasi, aliquoting dan distribusi sampel yang benar
9. Kehandalan hasil pemeriksaan
10. Turn arround time
11. Format pelaporan yang benar
12. Angka rujukan
13. Komunikasi yang baik dengan pelanggan
8
kurang tepat akan menyebabkan kesalahan dalam penatalaksanaan pengguna
laboratorium. Manfaat lain yaitu pimpinan laboratorium akan mudah
melaksanakan pengawasan terhadap hasil laboratorium. Kepercayaan yang tinggi
terhadap hasil laboratorium ini akan membawa pengaruh pada moral karyawan
yang akan akhirnya akan meningkatkan disiplin kerja di laboratorium tersebut.
Cakupan objek pemantapan mutu internal meliputi aktivitas: tahap pra-analitik,
tahap analitik dan tahap pasca-analitik. Tujuan Pemantapan Mutu Internal:
a. Pemantapan dan penyempurnaan metode pemeriksaan dengan
mempertimbangkan aspek analitik dan klinis.
b. Mempertinggi kesiagaan tenaga, sehingga pengeluaran hasil yang salah
tidak terjadi dan perbaikan penyimpangan dapat dilakukan segera.
c. Memastikan bahwa semua proses mulai dari persiapan pasien,
pengambilan, pengiriman, penyimpanan dan pengolahan spesimen sampai
dengan pencatatan dan pelaporan telah dilakukan dengan benar.
d. Mendeteksi penyimpangan dan mengetahui sumbernya.
e. Membantu perbaikan pelayanan kepada pelanggan (customer)
B. Pemantapan Mutu Eksternal (External Quality Control)
Pemantapan Mutu Eksternal adalah kegiatan yang diselenggarakan secara
periodik oleh pihak lain di luar laboratorium yang bersangkutan untuk memantau
dan menilai penampilan suatu laboratorium dalam bidang pemeriksaan tertentu.
Penyelenggaraan kegiatan Pemantapan Mutu Eksternal dilaksanakan oleh pihak
pemerintah, swasta atau internasional. Setiap laboratorium kesehatan wajib
mengikuti Pemantapan Mutu Eksternal yang diselenggarakan oleh pemerintah
secara teratur dan periodik meliputi semua bidang pemeriksaan laboratorium,
seperti yang terdapat pada Pasal 6 Permenkes nomor 411 tahun 2010 tercantum
bahwa laboratorium Klinik wajib melaksanakan pemantapan mutu eksternal yang
diakui oleh pemerintah. Dalam pelaksanaannya, kegiatan Pemantapan Mutu
Eksternal ini mengikutsertakan semua laboratorium, baik milik pemerintah
maupun swasta dan dikaitkan dengan akreditasi laboratorium kesehatan serta
perizinan laboratorium kesehatan swasta. Karena di Indonesia terdapat beraneka
ragam jenis dan jenjang pelayanan laboratorium serta mengingat luasnya wilayah
9
Indonesia, maka pemerintah menyelenggarakan pemantapan mutu eksternal untuk
berbagai bidang pemeriksaan dan diselenggarakan pada berbagai tingkatan, yaitu:
a. Tingkat nasional/tingkat pusat
b. Tingkat Regional
c. Tingkat Provinsi/wilayah
Kegiatan pemantapan mutu eksternal ini sangat bermanfaat bagi suatu
laboratorium, sebab dari hasil evaluasi yang diperolehnya dapat menunjukkan
performance (penampilan/proficiency) laboratorium yang bersangkutan dalam
bidang pemeriksaan yang ditentukan. Untuk itu pada waktu melaksanakan
kegiatan ini tidak boleh diperlakukan secara khusus, jadi pada waktu melakukan
pemeriksaan harus dilaksanakan oleh petugas yang biasa melaksanakan
pemeriksaan tersebut serta menggunakan peralatan/reagen/metode yang biasa
dipakainya sehingga hasil pemantapan mutu eksternal tersebut benar-benar dapat
mencerminkan penampilan laboratorium tersebut yang sebenarnya. Setiap nilai
yang diperoleh dari penyelenggara harus dicatat dan dievaluasi untuk
mempertahankan mutu pemeriksaan atau perbaikan-perbaikan yang diperlukan
untuk peningkatan mutu pemeriksaan. Setelah selesai mengikuti program
Pemantapan Mutu Eksternal (PME), kemudian dilakukan feed back oleh pihak
penyelenggara berupa hasil pemeriksaan yang telah dilaporkan terhadap nilai
target atau nilai laboratorium rujukan, hasilnya dinyatakan dengan kriteria baik,
sedang atau buruk. Laboratorium klinik yang mengikuti kegiatan PME ini akan
diberikan sertifikat oleh pihak penyelenggara sebagai bukti peserta kegiatan
tersebut.
2.3 5Q Framework
Mutu pelayanan laboratorium kesehatan haruslah baik dan bermutu agar
dapat memberikan hasil pemeriksaan laboratorium yang tepat, teliti,benar, dapat
dipercaya dan memuaskan pengguna jasa. Salah satu pendekatan yang digunakan
adalah Total Quality management yang memperkenalkan dengan suatu strategi 5Q
framework. Manfaat dari memahami topik strategi 5Q framework adalah dapat
mengetahui kesalahan yang terjadi pada proses pra analitik, analitik dan pasca
10
analitik. Selain itu dapat pula mengetahui cara penyelesaikan masalah dengan
menggunakan strategi 5Q Framework.
Strategi 5 Q Framework meliputi:
1. QLP ( Quality Laboratory Processes)
a. Faktor pra analitik:
persiapan Pasien
Pengambilan dan penampungan spesimen
Penanganan Spesimen
pengiriman spesimen
Pengolahan dan penyimpanan spesimen.
b. Faktor analitik :
Pemeriksaan specimen
Pemeliharaa Dan kalibrasi alat
Uji kualitas reagen
Uji ketelitian,
Uji ketepatan,
c. Faktor post analitik :
Laporan
Penulisan hasil
Interprestasi hasil
Semua ini Diperlukan adanya SOP lengkap dan baku. Dan Seluruh kegiatan atau
langkah yang dilakukan di laboratorium harus dicatat dan didokumentasi sehingga
bila ada perubahan yang terjadi dilaboratorium dapat segera diketahui apa
penyebabnya. Berikut ini ada beberapa contoh kesalahan yang dapat terjadi pada
saat sebelum pemeriksaan, saat pemeriksaan, dan sesudah pemeriksaan.
11
2. QC ( Quality Control )
QC adalah salah satu komponen dalam proses kontrol dan merupakan
elemen utama dari sistem manajemen mutu, memonitor proses yang berhubungan
dengan hasil tes serta dapatmendeteksi adanya kesalahan yang bersumber dari:
a. Kesalahan teknik
Sifat kesalahan disini sudah melekat dan seakan-akan tidak
mungkin untuk dihindarkan. Usaha perbaikan hanya dapat memperkecil
kesalahan tapi tidak mungkin menghilangkan misalnya kesalahan dalam
mengatur panjang gelombang pada fotometer atau kesalahan dalam
mengatur suhu waterbath atau salah dalam menipiskan larutan standar.
Kesalahan Teknik meliputi:
Kesalahan acak: hasil pemeriksaan bervariasi dari nilai seharusnya
Kesalahan sistematik : hasil pemeriksaan menjurus kesatu arah
Hasil nya selalu lebih besar atau selalu lebih kecil dari nilai
seharusnya.
b. Kesalahan Non Teknik:
12
Kesalahan pengambilan sampel contoh: kesalahan dalam persiapan
penderita, hemolisis,serumterkena matahari
Kesalahan penulisan, penghitungan hasil. Kesalahan non teknik
dapat dihindari dengancara menerapkan organisasi yang teratur,
bekerja dengan kesadaran dan disiplinyang tinggi
QC juga sebagai prosedur manajerial untuk menyesuaikan tahapan tahapan
dari proses pemeriksaan laboratorium untuk memenuhi standar tertentu yaitu
akurasi dan presisi. Data hasil pemeriksaan bahan kontrol dianalisis secara
statistik dan dipantau untuk menilai keandalan pemeriksaan. Setiap tes yang
dikerjakan di laboratorium harus mengerjakan bahan kontrol sehingga akurasi dan
presisi setiap tes dapat dipantau dan dijamin validasinya, QC juga memantau
proses pemeriksaan menggunakan teknik statistik untuk mendeteksi,
meminimalisasi, mencegah, memperbaiki penyimpangan yang terjadi selama
proses analisis berlangsung. Statisticaly QC berguna untuk memantau perubahan
yang terjadi pada alat, reagen, kalibrator dan prosedur kerja.
QC meliputi :
1. QC reagen ( verifikasi reagen ),
2. QC instrumen ( pengecekan fungsi instrumen, prosedur pemelihara
instrumen ),
3. Proses QC ( QC harian, QC periodik ).
Program QC yang baik yaitu:
1. Memantau kinerja pemeriksaan dengan tolok ukur akurasi dan presisi,
2. Mengindentifikasi masalah pemeriksaan,
3. Menilai keandalan hasil pemeriksaan.
Tujuan merencanakan prosedur QC adalah :
1. Dapat menjamin mutu pemeriksaan dengan biaya minimal
2. Prosedur QC dirancang atas dasar mutu yang diinginkan dari setiap
metode pemeriksaan,
3. Menggunakan program QC validator dapat direncanakan control rules,
jumlah pengukuran bahan kontrol, kemampuan mendeteksi kesalahan
dan derajat penolakan palsu suatu metode pemeriksaan.
Prosedur QC yang tepat dan penerapan yang benar meliputi :
13
1. Perhitungan yang tepat untuk mendapatkan Mean dan SD,
2. Membuat batas kontrol yang tepat,
3. Menggunakan aturan kontrol yang tepat ( grafik levy jennings dengan
penilaian westgard multirule chart)sehingga dapat mendeteksi setiap
sinyal out of kontrol yang mewakili kesalahan yang sesungguhnya,
4. Kebutuhan terhadap frekuensi pengukuran bahan kontrol dengan hasil
yang tepat.Sehingga dalam hal ini pemantauan kualitas ditikberatkan
pada prosedur statistik yang dilakukan dengan memeriksa sampel yang
konsentrasinya diketahui kemudian hasilnya dibandingkan dengan
nilai target sampel yang diperiksa
3. Quality Assessement /Quality Assurance (QA)
QA ini lebih ditujukan untuk penilaian terhadap kinerja suatu
laboratorium. QA adalah suatu kegiatan yg dilakukan oleh institusi tertentu
untukmenentukan kualitas pelayanan laboratorium. Salah satu kegiatan yang
dilakukan untuk menilai kinerja suatu laboratorium adalah dengan proficiencytest.
Proficiency Test atau external quality assurance : dilakukan dengan
membandingkan hasil beberapa laboratorium terhadap bahan kontrol rujukan dari
laboratorium.
Tujuan dari Proficiency Testing adalah untuk mengawasi kualitas tes
dalam sebuah laboratorium, mengidentifikasi masalah, dan membuat langkah
koreksi terhadap masalah apapun yang terdentifikasi • Persyaratan Penanganan
sampel proficiency testing:
a. Sampel yang harus diuji dengan alat yang sama seperti pemeriksaan pasien
rutin laboratorium
b. Sampel harus diuji dengan frekuensi pemeriksaan yang sama dengan
sampel pasien rutin
c. laboratoriumharus mencatat semua langkah (penangan, pengolahan, tes,
pelaporan) untuk periode proficeency testing.
d. hanya diperlukan untuk metode primer yg digunakan untuk menguji analit
dalam sampel pasien selama periode proficiency testing
4. Quality Improvement (QI)
14
Kegiatannya menetapkan bentuk proses pemecahan masalah untuk
mengidentifikasi akar masalah dan mencari pemecahannya, dengan melakukan
quality improment penyimpangan akan dapat dicegah dan diperbaiki selama
proses pemeriksaan berlangsung.
5. Quality Planning (QP)
Menstandarisasi pemecahan, menetapkan ukuran ukuran untuk menilai
kinerja suatu laboratorium serta mendokumentasikan langkah langkah pemecahan
masalah dan untuk diimplementasikan pada QLP.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesiplan
16
DAFTAR PUSTAKA
Ayu Maharani, Eva dan Ganjar N. 2018. Bahan Ajar Teknologi Laboratorium
Medik (TLM) Imunohematologi Dan Bank Darah. KEMENKES RI
Diyana Kartika K, Irna dkk. 2020. Analisis Antibodi Ireguler pada Reaksi
Inkompatibel Darah Transfusi. UMI Medical Journal, Vol. 5 (2)
Permenkes RI Nomor 43/Menkes/SK/III/ 2013. Cara Penyelenggaraan
Laboratorium Klinik Yang Baik. Jakarta
Sukorini, U., Nugroho, DK., Rizki, M., Hendriawan, B. 2020 Dasar-Dasar
Kontrol Kualitas Internal, dalam Pemantapan Mutu Internal Laboratorium
Klinik. Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta. Alfa Medika Yogyakarta GLP. WHO.2006
Tunis. Basic QC Practices 2nd Edition, Training in Statistical Quality Control for
Healthcare Laboratories. Westgard QC, Inc. Madison Wisconsin. 7614
Gray Fox Trail. Depkes RI, 2008, Good Laboratory Practice (Pedoman
Praktek LaboratoriumYang benar. Dirjen Bina Pelayanan Medik
departemen Kesehatan RI. Jakarta.
ii