Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

QUALITY CONTROL DI LABORATORIUM IMUNOSEROLOGI

Dosen Pengampu:

Disusun oleh:
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di
akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat


sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehinggan penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan dengan judul “Quality Control di
Laboratorium Imunoserologi”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang sudah
terlibat dalam pembuatan makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Banjarmasin, Januari 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................3
C. Tujuan...........................................................................................................3
D. Manfaat.........................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................4
A. Mekanisme Quality Control pada Pelayanan................................................4
B. Pra analitik, Analitik, dan Pasca Analitik......................................................5
C. Kesalahan yang Mungkin Terjadi pada Tahapan Pra Analitik, Analitik,
Pasca Analitik.......................................................................................................8
D. Mencegah, Mendeteksi, Mengetahui Penyebab, Mengatasi Masalah Jika
Terjadi17
BAB III PENUTUP...............................................................................................19
Kesimpulan.........................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemantapan mutu laboratorium adalah semua kegiatan yang memiliki
tujuan untuk menjamin ketepatan dan ketelitian dari hasil pemeriksaan di
laboratorium. Terdapat dua kegiatan mutu antara lainkegiatan pemantapan
mutu internal dan kegiatan mutu eksternal (Siregaret al, 2018). Pemantapan
mutu internal adalah kegiatan pencegahan danpengawasan yang dilaksanakan
oleh setiap laboratorium secara terus-menerus agar diperoleh hasil
pemeriksaan yang tepat. Kegiatan ini mencakup tiga tahapan proses, yaitu
pra-analitik, analitik dan pasca analitik. Beberapa kegiatan pemantapan mutu
internal antara lain:persiapan pasien, pengambilan dan penanganan spesimen,
kalibrasi peralatan, uji kualitas air, uji kualitas reagen, uji kualitas media, uji
kualitasantigen-antisera, pemeliharaan strain kuman, uji ketelitian dan
ketepatan, pencatatan dan pelaporan hasil (Anonim, 2018).

Pemantapan mutu internal imunoserologi bertujuan untuk


meningkatkan kualitas hasil pada pemeriksaan-pemeriksaan laboratorium di
bidang imunoserologi untuk membuat interpretasi klinik yang sesuai
berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium tersebut. Pemantapan
mutuinternal di bidang imunoserologi memiliki beberapa tantangan
dikarenakan kompleksitas dari setiap metode-metode imunoserologi seperti
metodeaglutinasi, ICT dan ELISA. Variabilitas ini ditimbulkan dari berbagai
tahapan, antara lain sumber antigen, antibodi yang terdeteksi, sistemdeteksi
antibodi, konjugasi dan variasi metodologi. Akurasi serta presisisangat
penting dimana akurasi suatu pemeriksaan memberikan hasil yang benar akan
menggambarkan konsentrasi analit yang sesungguhnya. Sementara presisi
berarti kondiri dari reagen, alat dan faktor-faktor lainyang mempengaruhi
dapat memberikan hasil yang reproducible (Siregar etal, 2018).

1
Secara umum setiap prosedur pemeriksaan harus memiliki
serumkontrol normal (negatif), serum kontrol positif kuat dan serum positif
lainnya yang reaktif pada konsentrasi kritis (borderline positive). Serum yang
akan digunakan sebagai bahan kontrol harus distandarisasi oleh
standarinternasional. Bahan kontrol yang termasuk dalam kit komersial tidak
dikalibrasi satu sama lain dan seringkali tidak boleh saling dipertukarkan.
Pembekuan dan pencairan ulang bahan kontrol harus dihindari. Beberapa
pabrik memproduksi bahan kontrol dengan rentang target yang relatif lebar.
Penentuan rentang nilai QC permulaan dengan reagen tersebut, rentangnilai
dari pabrik harus dibagi 6 untuk memperkirakan simpangan baku, jika tidak
rentang nilai tersebut menjadi terlalu lebar (Siregar et al, 2018).

Setiap parameter untuk pemeriksaan laboratorium harus dilakukan


dengan segera, namun apabila terjadi penundaan pemeriksaan seperti
pemadaman listrik, kerusakan alat, reagen yang habis dan jumlah sampel
yang banyak maka spesimen harus disimpan terlebih dahulu untuk
menghindari kerusakan terhadap sampel. Terdapat beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi stabilitas spesimen seperti kontaminasi yang disebabkan oleh
kuman, bahan kimia, pengaruh suhu dan terkena paparan sinar matahari.

Agar mendapatkan hasil pemeriksaan laboratorium yang dapat


dipercaya/bermutu, maka setiap tahap pemeriksaan laboratorium harus
dikendalikan. Pengendalian pada setiap tahap ini ditujukan untuk
meminimalisir atau mencegah kesalahan-kesalahan yang terjadi
dilaboratorium. Kegiatan pengendalian mutu secara terus menerus setiap hari
untuk mendeteksi secara dini kesalahan yang terjadi pada tiap tahapan
sehingga diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat dan teliti. Kegiatan ini pada
dasarnya adalah kegiatan pemantapan mutu yang bertujuan menghasilkan
pemeriksaan laboratorium yang bermutu (Siregar et al,2018).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana quality control pada pelayanan?

2
2. Bagaimana pra analitik, analitik, dan pasca Analitik pada pelayanan di
laboratorium inumoserologi?
3. Apa saja kesalahan yang mungkin terjadi pada tahapan pra analitik,
analitik, dan pasca analitik?
4. Bagaimana cara mencegah, mendeteksi masalah, mengetahui penyebab,
dan mengatasi masalah jika terjadi?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana quality control pada pelayanan.
2. Untuk mengetahui bagaimana pra analitik, analitik, dan pasca Analitik
pada pelayanan di laboratorium inumoserologi.
3. Untuk mengetahui apa saja kesalahan yang mungkin terjadi pada tahapan
pra analitik, analitik, dan pasca analitik.
4. Untuk mengetahui cara mencegah, mendeteksi masalah, mengetahui
penyebab, dan mengatasi masalah jika terjadi.

D. Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan
pengetahuan penulis dan pembaca tentang quality control di laboratorium
inumoserologi.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Mekanisme Quality Control pada Pelayanan


Mekanisme Quality Control (Kontrol Kualitas) pada pelayanan di
laboratorium imunoserologi sangat penting untuk memastikan hasil tes yang
akurat dan dapat diandalkan.
Pemakaian sampel kontrol positif (dengan konsentrasi yang diketahui) dan
sampel kontrol negatif membantu memonitor keakuratan hasil tes. Rutin
memeriksa kondisi alat dan reagen serta mengkalibrasi peralatan laboratorium

3
untuk memastikan bahwa semuanya berfungsi dengan baik. Laboratorium
dapat berpartisipasi dalam program eksternal yang memberikan sampel
kepada laboratorium untuk diuji, dan hasilnya dibandingkan dengan
laboratorium lain untuk menilai kinerja laboratorium tersebut. Melakukan
verifikasi bahwa metode analisis yang digunakan sesuai dengan standar dan
dapat memberikan hasil yang akurat. Memantau tanggal kedaluwarsa reagen
dan memastikan bahwa reagen disimpan pada kondisi yang benar untuk
menjaga stabilitasnya. Melakukan validasi dan verifikasi metode baru
sebelum digunakan secara rutin untuk memastikan kecocokan dan akurasi
hasil. Menggunakan sampel kontrol internal untuk memastikan konsistensi
hasil pada setiap batch atau setiap kali alat digunakan. Memastikan bahwa
personel yang melakukan tes telah mendapatkan pelatihan yang memadai dan
memiliki sertifikasi yang diperlukan.
Penerapan mekanisme Quality Control ini membantu menjaga keakuratan
dan konsistensi hasil di laboratorium imunoserologi, memastikan bahwa
pasien menerima layanan yang berkualitas tinggi.

B. Pra Analitik, Analitik, Pasca Analitik


1. Pra Analitik

Kegiatan tahap pra analitik adalah serangkaian kegiatan


laboratorium sebelum pemeriksaan spesimen, yang meliputi:
a. Persiapan pasien
b. Pemberian identitas spesimen
c. Pengambilan dan penampungan spesimen
d. Penanganan spesimen
e. Pengiriman spesimen
f. Pengolahan dan penyiapan spesimen
Kegiatan ini dilaksanakan agar spesimen benar-benar representatif
sesuai dengan keadaan pasien, tidak terjadi kekeliruan jenis spesimen, dan
mencegah tertukarnya spesimen-spesimen pasien satu sama lainnya

4
Tujuan pengendalian tahap pra analitik yaitu untuk menjamin
bahwa spesimen-spesimen yang diterima benar dan dari pasien yang
benar pula serta memenuhi syarat yang telah ditentukan.
Kesalahan yang terjadi pada tahap pra analitik adalah yang
terbesar, yaitu dapat mencapai 60% - 70%. Hal ini dapat disebabkan dari
spesimen yang diterima laboratorium tidak memenuhi syarat yang
ditentukan. Spesimen dari pasien dapat diibaratkan seperti bahan baku
yang akan diolah. Jika bahan baku tidak baik, tidak memenuhi persyaratan
untuk pemeriksaan, maka akan didapatkan hasil/ output pemeriksaan yang
salah. Sehingga penting sekali untuk mempersiapkan pasien sebelum
melakukan pengambilan spesimen. Spesimen yang tidak memenuhi syarat
sebaiknya ditolak, dan dilakukan pengulangan pengambilan spesimen
agar tidak merugikan laboratorium.
2. Analitik
Kegiatan laboratorium yang dilakukan pada tahap analitik
meliputi:
a. Pemeriksaan spesimen
b. Pemeliharaan dan Kalibrasi alat
c. Uji kualitas reagen
d. Uji Ketelitian - Ketepatan.
Tujuan pengendalian tahap analitik yaitu untuk menjamin bahwa
hasil pemeriksaan spesimen dari pasien dapat dipercaya/ valid, sehingga
klinisi dapat menggunakan hasil pemeriksaan laboratorium tersebut untuk
menegakkan diagnosis terhadap pasiennya.
Walaupun tingkat kesalahan tahap analitik (sekitar 10% - 15%)
tidak sebesar tahap pra analitik, laboratorium tetap harus memperhatikan
kegiatan pada tahap ini. Kegiatan tahap analitik ini lebih mudah dikontrol
atau dikendalikan dibandingkan tahap pra analitik, karena semua
kegiatannya berada dalam laboratorium. Sedangkan pada tahap pra
analitik ada hubungannya dengan pasien, yang kadang-kadang sulit untuk
dikendalikan.

5
Laboratorium wajib melakukan pemeliharaan dan kalibrasi alat
baik secara berkala atau sesuai kebutuhan, agar dalam melaksanakan
pemeriksaan spesimen pasien tidak mengalami kendala atau gangguan
yang berasal dari alat laboratorium. Kerusakan alat dapat menghambat
aktivitas laboratorium, sehingga dapat mengganggu performa/ penampilan
laboratorium yang pada akhirnya akan merugikan laboratorium itu
sendiri.
Untuk mendapatkan mutu yang dipersyaratkan, laboratorium harus
melakukan uji ketelitian – ketepatan. Uji ketelitian disebut juga
pemantapan presisi, dan dapat dijadikan indikator adanya penyimpangan
akibat kesalahan acak (random error). Uji ketepatan disebut juga
pemantapan akurasi, dan dapat digunakan untuk mengenali adanya
kesalahan sistemik (systemic error). Pelaksanaan uji ketelitian – ketepatan
yaitu dengan menguji bahan kontrol yang telah diketahui nilainya
(assayed control sera). Bila hasil pemeriksaan bahan kontrol terletak
dalam rentang nilai kontrol, maka hasil pemeriksaan terhadap spesimen
pasien dianggap layak dilaporkan.

3. Pasca Analitik

Kegiatan laboratorium yang dilakukan pada tahap pasca analitik


yaitu sebelum hasil pemeriksaan diserahkan ke pasien, meliputi:
a. Penulisan hasil
b. Interpretasi hasil
c. Pelaporan Hasil
Seperti pada tahap analitik, tingkat kesalahan tahap pasca analitik
hanya sekitar 15% - 20%. Walaupun tingkat kesalahan ini lebih kecil jika
dibandingkan kesalahan pada tahap pra analitik, tetapi tetap memegang
peranan yang penting. Kesalahan penulisan hasil pemeriksaan pasien
dapat membuat klinisi salah memberikan diagnosis terhadap pasiennya.
Kesalahan dalam menginterpretasikan dan melaporkan hasil pemeriksaan
juga dapat berbahaya bagi pasien.

6
Ketiga tahap kegiatan laboratorium ini sama-sama penting untuk
dilaksanakan sebaik mungkin, agar mendapatkan hasil pemeriksaan yang
berkualitas tinggi, mempunyai ketelitian dan ketepatan sehingga
membantu klinisi dalam rangka menegakkan diagnosa, pengobatan atau
pemulihan kesehatan pasien yang ditanganinya.

C. Kesalahan yang Mungkin Terjadi Pada Tahap Pra Analitik, Analitik,


Pasca Analitik
1. Pra Analitik
Prosedur yang tepat pada tahap pra analitik sangat penting untuk
mendapatkan spesimen yang sesuai untuk pemeriksaan. Dalam
pengambilan spesimen penting untuk memperhatikan keselamatan pasien.
Laboratorium merupakan mitra klinisi dalam mencapai upaya
kesembuhan dan kesehatan pasien sehingga keandalan dan kualitas hasil
pengujiannya merupakan fokus yang utama. Tahap pra analitik
merupakan langkah pertama dalam proses pengujian spesimen pasien,
dimana pada tahap ini dilakukan mulai dari persiapan, pengambilan
sampai pengolahan spesimen.
Ada beberapa kesalahan yang mempengaruhi hasil pemeriksaan
laboratorium dalam tahap pra analitik, yaitu:
a. Ketatausahaan (Clerical)
Kesalahan dalam ketatausahaan meliputi penulisan identitas pasien
pada formular ataupun blanko permintaan pemeriksaan. Kesalahan
dalam penulisan , tidak lengkapnya data (contoh : tidak ada nama
pada pasien, umur, jenis kelamin atau nomor RM) dan tidak adanya
diagnosis atau keterangan klinis.
b. Persiapan pasien (Patient Preparation)
Sebelum dilakukan pengambilan pada spesimen dilakukan persiapan
pasien untuk bisa mendapatkan spesimen yang sesuai padajenis
pemeriksaannya. Beberapa faktor dapat mempengaruhi hasil
pemeriksaan pada laboratorium, sehingga kebijakan laboratorium
wajib menolak spesimen yang tidak memenuhi dalam persyaratan.

7
c. Pengumpulan spesimen (Spesimen Collection)
Syarat spesimen yang dilakukan pemeriksaan haruslah sebagai berikut
:
Jenisnya sesuai jenis pemeriksaan
1) Volume yang mencukupi
2) Tidak terjadi lisis, segar/tidak kadaluwarsa, tidak terjadinya
perubahan warna, bentuk tidak berubah, steril (kultur pada kuman)
3) Pemakaian pada pengawet atau antikoagulan
4) Penampung wadah harus memenuhi syarat
5) Identitas data pasien harus benar
d. Penanganan Spesimen (Sampling Handling)
Setelah didapatkan Spesimen maka harus ditangani dengan baik
supaya spesimen tersebut tidak rusak. Contoh dalam pengolahan
spesimen tercantum di bawah ini :
1) Darah (whole blood): Saat darah diperoleh maka akan ditampung
dalam tabung dan telah berisikan antikoagulan yang sesuai, dan
akan dihomogenisasi dengan cara membolak-balikan tabung
tersebut kira-kira 10 sampai 12 kali secara perlahan dan hingga
rata.
2) Serum
a) Darah membeku biarkan terlebih dahulu pada suhu ruang
selama 20-30 menit, lalu disentrifuge 3000 rpm selama 5-15
menit.
b) Serum dipisah dalam waktu 2 jam saat dilakukan pengambilan
sampel.
c) syarat Serum yang memenuhi syarat tidak kelihatan merah
dan juga keruh (lipemik).
3) Plasma
a) dikocok darah edta atau citrate secara perlahan
b) pemisahan plasma dipisahkan dalam waktu 2 jam setelah
sampel diambil

8
c) syarat plasma yang harus dipenuhi harus tidak kelihatan keruh
(lipemik) dan berwarna merah.
4) Urine
Dalam uji carik celup, tidak perlu adanya perlakuan khusus pada,
kecuali ada peeriksaan yang harus dilakukan sebelum 1 jam.
5) Sputum
a) Tambahkan sputum dalam tabung bersih yang berisi NaOH
4% sama banyak.
b) Kocok sputum dengan baik.
c) Lalu Inkubasi pada suhu kamar (25⁰-30⁰C) selama 15-20
menit dengan pengocokan teratur tiap 5 menit.
d) Sentrifus tabung dengan kecepatan tinggi selama 8-10 menit.
e) Dan Buang supernatan dalam larutan lysol.
f) Ambil endapannya agar dapat dilakukan pemeriksaan
e. Penyimpanan spesimen
Spesimen saat diambil harus segera dilakukan pemeriksaan, karena
dapat berubahnya stabilitas spesimen.
Faktor yang dapat mempengaruhi stabilitas spesimen antara lain:
1) Terjadinya kontaminasi oleh kuman dan bahan kimia.
2) Terdapat metabolisme oleh sel-sel hidup pada spesimen.
3) adanya penguapan.
4) Pengaruh pada suhu.
5) Terkena sinar matahari.
Spesimen yang tidak langsung diperiksa disimpan dengan
memperhatikan jenis pemeriksaannya. Persyaratan penyimpanan
macam-macam spesimen, harus memperhatikan jenis spesimen,
antikoagulan, wadah serta stabilitasnya.
Beberapa cara penyimpanan spesimen:
1) Penyimpanan pada suhu kamar.
2) Penyimpanan di dalam lemari es dengan suhu 2⁰ - 8⁰C.

9
3) Dilakukan pembekuan suhu -20⁰C, -70⁰C atau -120⁰C (tidak
boleh terjadi beku ulang). Dapat diberikan bahan pengawet.
4) spesimen darah yang disimpan sebaiknya dalam bentuk serum
atau lisat.
f. Spesimen yang akan dirujuk harus dikirim dalam bentuk yang relatif
stabil.
Persyaratan dalam pengiriman spesimen, yaitu:
1) saat dilakukan pengiriman jangan melampaui masa stabilitas
spesimen.
2) Tidak terpancar sinar matahari secara langsung.
3) Melakukan pemberian label yang bertulis “Bahan pemeriksaan
infeksius” atau “Bahan pemeriksaan berbahaya”.
4) Pengiriman suhu harus memenuhi syarat.
5) untuk pemeriksaan mikrobiologi harus menggunakan media
transport yang tepat.
2. Analitik
Faktor yang dipengaruhi akibat adanya Kesalahan teknik atau kesalahan
analitik yang terjadi di laboratorium, pada umumnya sebagai berikut:
a. Reagen (Reagents)
Reagen adalah zat kimia yang digunakan dalam suatu reaksi untuk
mendeteksi, mengukur, memeriksa dan menghasilkan zat lain.
b. Peralatan (instruments)
Setiap peralatan harus dilengkapi dengan petunjuk penggunaan
(instruction manual) yang disediakan oleh pabrik yang memproduksi
alat tersebut. Petunjuk penggunaan tersebut pada umumnya memuat
cara operasional dan hal-hal lain yang harus diperhatikan.
Cara penggunaan atau pengoperasian masing-masing jenis peralatan
laboratorium harus ditulis dalam instruksi kerja. Setiap peralatan
harus dilakukan pemeliharaan (maintenance) sesuai dengan petunjuk
penggunaan, yaitu agar diperoleh kondisi yang optimal, dapat
beroperasi dengan baik dan tidak terjadi kerusakan. Kegiatan

10
pemeliharaan harus dilakukan secara rutin. Setiap alat harus
mempunyai kartu pemeliharaan yang diletakkan dekat alat tersebut,
kartu ini berisi catatan setiap tindakan pemeliharaan yang dilakukan
dan kelainankelainan yang ditemukan. Bila terjadi kerusakan/kelainan
pada alat, maka segera dilaporkan kepada penanggung jawab alat
tersebut untuk dilakukan perbaikan.
Keuntungan melakukan pemeliharaan alat (maintenance) akan
diperoleh:
1) Peningkatan kualitas produksi
2) Peningkatan keamanan kerja
3) Pencegahan produksi yang tiba-tiba berhenti
4) Penekanan waktu luang/pengangguran bagi tenaga pelaksana
5) Penurunan biaya perbaikan.
c. Kontrol dan Bakuan (Control and Standard)
Bahan kontrol adalah bahan yang digunakan untuk memantau
ketepatan suatu pemeriksaan di laboratorium, atau untuk mengawasi
kualitas hasil pemeriksaan sehari-hari. Persyaratan bahan kontrol:
1) Harus memilki komposisi yang sama dengan spesimen.
2) Harus stabil Komponen yang terkandung dalam bahan kontrol
harus stabil.
3) Mempunyai sertifikat analisa yang dikeluarkan oleh pabrik
pembuatnya.
Bahan kontrol dapat dibedakan berdasarkan:
1) Sumber bahan kontrol. Berdasarkan sumbernya, bahan kontrol
dapat berasal dari manusia, binatang atau bahan kimia murni.
2) Bentuk bahan control. Menurut bentuk bahan kontrol ada yang
berupa: bentuk cair, bentuk padat bubuk (liofilisat) dan bentuk
strip. Bentuk liofilisat lebih stabil dan tahan lama dibandingkan
bentuk cair. Bahan kontrol bidang kimia klinik, hematologi dan
imunoserologi umumnya menggunakan bentuk cair dan liofilisat.
Bidang urinealisa menggunakan bentuk cair, liofilisat dan strip.

11
3) Cara pembuatan bahan kontrol. Bahan kontrol dapat dibuat sendiri
atau dibeli dalam bentuk jadi. Bahan kontrol yang dibuat sendiri
dapat menggunakan bahan dari manusia (serum, lisat) atau
menggunakan bahan kimia murni. Bahan kontrol yang diambil
manusia harus bebas dari penyakit menular lewat darah, seperti
HIV, hepatitis, HCV dan lain-lain.Bahan kontrol adalah bahan
yang digunakan untuk memantau ketepatan suatu pemeriksaan di
laboratorium, atau untuk mengawasi kualitas hasil pemeriksaan
sehari-hari.
Persyaratan bahan kontrol:
1) Harus memilki komposisi yang sama dengan spesimen.
2) Harus stabil Komponen yang terkandung dalam bahan kontrol
harus stabil.
3) Mempunyai sertifikat analisa yang dikeluarkan oleh pabrik
pembuatnya.
Bahan kontrol dapat dibedakan berdasarkan:
1) Sumber bahan kontrol. Berdasarkan sumbernya, bahan kontrol
dapat berasal dari manusia, binatang atau bahan kimia murni.
2) Bentuk bahan control, Menurut bentuk bahan kontrol ada yang
berupa: bentuk cair, bentuk padat bubuk (liofilisat) dan bentuk
strip. Bentuk liofilisat lebih stabil dan tahan lama dibandingkan
bentuk cair. Bahan kontrol bidang kimia klinik, hematologi dan
imunoserologi umumnya menggunakan bentuk cair dan liofilisat.
Bidang urinealisa menggunakan bentuk cair, liofilisat dan strip.
3) Cara pembuatan bahan kontrol. Bahan kontrol dapat dibuat sendiri
atau dibeli dalam bentuk jadi. Bahan kontrol yang dibuat sendiri
dapat menggunakan bahan dari manusia (serum, lisat) atau
menggunakan bahan kimia murni. Bahan kontrol yang diambil
manusia harus bebas dari penyakit menular lewat darah, seperti
HIV, hepatitis, HCV dan lain-lain.
d. Metode analitik (Analytical Method)

12
Ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang laboratorium berkembang
dengan pesat, persaingan antar laboratorium semakin ketat, serta
tuntutan pelanggan terus meningkat, hal ini harus menjadi perhatian
laboratorium dalam memilih metode pemeriksaan yang dibutuhkan.
Sehingga dapat dipastikan bahwa metode pemeriksaan yang
digunakan tetap memiliki makna klinis sebagaimana yang dibutuhkan.
Mampu mendeteksi analit dengan sensitifitas dan spesifisitas tinggi,
untuk memenuhi kebutuhan pelanggan di bidang kesehatan.
Berkembangnya teknologi automatisasi dan teknologi Informasi di
dunia laboratorium semakin memudahkan dan mempercepat proses
pemeriksaan untuk mendapatkan hasil laboratorium yang akurat.
Faktor yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan metode
pemeriksaan:
1) Tujuan Pemeriksaan
Metode pemeriksaan yang digunakan dapat untuk uji saring,
diagnostik dan evaluasi hasil pengobatan serta surveilen.
Pemilihanmetode pemeriksaan harus dengan kemampuan
sensitifitas dan spesifisitas yang tinggi, agar hasil yang didapatkan
mempunyai keandalan dan dapat dipercaya.
2) Kecepatan Hasil
Pemeriksaan Pasien di UGD (Unit Gawat Darurat) memerlukan
hasil pemeriksaan laboratorium yang cepat untuk mengatasi
kegawatdaruratannya, sehingga dibutuhkan metode pemeriksaan
yang cepat untuk diagnostik dan pengobatan.
3) Rekomendasi Resmi
Metode pemeriksaan yang digunakan di laboratorium harus yang
direkomendasikan oleh:
a) WHO (World Health Organization.)
b) IFCC (International Federation of Clinical Chemistry)
Meliputi pemeriksaan kimia klinik

13
c) NCCLS (National Comittee for Clinical Laboratory Standards)
Meliputi pemeriksaan mikrobiologi
d) ICSH (International Comittee for Standarisationin
Hematology) Meliputi pemeriksaan hematologic.
Metode pemeriksaan dan prosedur kerjanya harus sesuai dengan
persyaratan standar, diantaranya:
1) Penerimaan, identifikasi, labeling, penanganan, pengambilan dan
penyimpanan spesimen dan bahan kontrol.
2) Spesifikasi spesimen yang akan diperiksa
3) Metode analisa baik rekomendasi nasional maupun internasional
termasuk metode baku (referensi).
3. Pasca Analitik
a. Keterlambatan Pengolahan Data: Penundaan dalam pengolahan data
dan pelaporan hasil dapat menyebabkan ketidaksetujuan dalam waktu
yang diinginkan.
b. Kesalahan Pemahaman Hasil: Kesalahan dalam memahami atau
menginterpretasikan hasil dapat menyebabkan diagnosis yang tidak
tepat.
c. Kesalahan Pelaporan: Kesalahan dalam penyampaian atau pencatatan
hasil dapat mengakibatkan kekeliruan dalam informasi yang diberikan
kepada pasien atau dokter.

D. Mencegah, Mendeteksi, Mengetahui Penyebab, dan Mengatasi Masalah

1. Mencegah dan Mendeteksi Masalah:


a. Implementasikan program kontrol kualitas rutin untuk
memonitor performa laboratorium.
b. Gunakan kontrol positif dan negatif pada setiap batch analisis
untuk memastikan konsistensi.
c. Partisipasi dalam program eksternal profisiensi untuk
mengevaluasi kinerja laboratorium secara teratur.
2. Mengetahui Penyebab Masalah:

14
a. Lakukan audit internal secara berkala untuk menilai kepatuhan
terhadap prosedur.
b. Analisis tren data dan hasil kontrol kualitas untuk
mengidentifikasi pola kesalahan.
3. Mengatasi Masalah:
a. Identifikasi sumber kesalahan dan lakukan perbaikan pada
prosedur atau alat yang terlibat.
b. Lakukan pelatihan kembali kepada personel terkait jika
ditemukan kesalahan yang berkaitan dengan pelaksanaan
prosedur.

Dengan menerapkan langkah-langkah ini, laboratorium imunoserologi


dapat mengurangi risiko kesalahan, meningkatkan akurasi hasil, dan
memastikan pelayanan yang berkualitas tinggi..

15
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Sebuah sistem prototipe QC yang disesuaikan untuk spesifik rencana
pengendalian mutu tes imunologi/serologi di laboratorium medis telah
dirancang dan diuji. Standarisasi proses QC pada satu sistem memastikan hal
itu semua uji klinis dievaluasi menggunakan kualitas umum persyaratan dan
aturan QC yang sesuai. Selain itu, itu memberikan pemrosesan yang lebih
baik untuk dokumentasi baru nomor lot dan studi reagen/kalibrator/QC. Lebih
cepat, informasi yang ditingkatkan dan lebih akurat diberikan kepada
manajemen untuk menanggapi dan mendokumentasikan masalah QC. Kontrol
materi setiap tes diolah di laboratorium dan hasilnya digunakan untuk
memantau keakuratan metode analisis. Informasi tersebut memberikan
keyakinan kepada para analis bahwa hasil yang diperoleh dari sampel
sebenarnya benar. Lebih-lebih lagi, sistem yang dikembangkan menyediakan
harian, mingguan dan bulanan pelaporan online untuk pengelolaan serta
kemudahan pelacakan kinerja pengujian kemahiran dan penyelesaian
masalah.

16
DAFTAR PUSTAKA

Habiyoso A. Gambaran Kesalahan Non Teknik Pada Proses Pra Analitik Terhadap
Sampel Darah Edta Pada Pasien Dewasa. 2021;2(1):41–9.

Najat D. Prevalence Of Pre-Analytical Errors In Clinical Chemistry Diagnostic


Labs In Sulaimani City Of Iraqi Kurdistan. Plos One. 2017;12(1):1–13.

Saurav Patra Md, Brijesh Mukherjee* Ak Das. Pre-Analytical Errors In The


Clinical Laboratory And How To Minimize Them. Int J Bioassays.
2013;2(3):551–3.

Usman U, Siddiqui Ja, Lodhi J. Evaluation & Control Of Pre Analytical Errors In
Required Quality Variables Of Clinical Lab Services. Iosr J Nurs Heal Sci.
2015;4(3):54–71.

Yaqin, M.A & Arista D. Analisis Tahap Pemeriksaan Pra Analitik Sebagai Upaya
Peningkatan Mutu Hasil Laboratorium Di Rs. Muji Rahayu Surabaya. J
Sains. 2015;5(10):1–7.

17

Anda mungkin juga menyukai