Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH BAKTERIOLOGI

JAMINAN MUTU PEMERIKSAAN BAKTERIOLOGI

KELOMPOK 9:
Cindy Tanggu Humba (2214313450013)
Febian Ndaku Nau (22143134500
Geovani R. Lubu Pati (2214313450013)
Valeria firna hasibuan (2214313450057)

PRODI D-III TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MAHARANI MALANG
TAHUN AJARAN 2023/2024
Kata Pengantar

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha


Esa, karena atas berkat dan rahmatnya,kami diberikan kekuatan,
Kesehatan dan kesempatan sehingga dapat menyelesaikan makalah
Hematologi II yang berjudul “Jaminan mutu pemeriksaan
bakteriologi”. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materi.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembacanya.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.

Malang,September 2023

penulis
DAFTAR ISI
Cover
Kata pengantar
Bab I Pendahuluan
1.1 latar Belakang
1.2 RumusanMasalah
1.3 Tujuan
Bab II Pembahasan
2.1 definisi
2.2 Pengendalian Mutu(QC)
1. Pengendalian Mutu Eksternal
2. Pengendalian Mutu Interal
3. Pelaksana Pengendalian Mutu
4. Ahli Teknologi Laboratorium Medik
5. Pimpinan Laboratorium
6. Departemen Kesehatan
2.3 pemantapan mutu pemeriksaan mikrobiologis
2.4 Parameter Dalam Penjaminan Mutu
1. parameter steriliasi
2. parameter fisika
3. parameter mikrobiologi
4. parameter kontaminasi
2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap ketepatan dan ketelitian hasil
pemeriksaan laboratorium
2.6 Tahapan-tahapan jaminan mutu pemeriksaan Bakteriologis
1. Tahap pra-analitik
a. isi lembaran permintaan
b. pencantuman label spesimen
c. pedoman cara pengambilan spesimen, penyimpanan dan transportasi sesuai
dengan spesimen
2. Tahap intra-analitik
3. Tahap pasca-analitik
Bab III Penutup
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
Pendahuluan

1.1.Latar belakang
Laboratorium klinik sebagai subsistem pelayanan kesehatan menempati posisi
penting dalam diagnosis invitro. Setidaknya terdapat 5 alasan penting mengapa
pemeriksaan laboratorium diperlukan, yaitu: skrining, diagnosis, pemantauan
progresifitas penyakit, monitor pengobatan dan prognosis penyakit. Oleh karena itu
setiap laboratorium harus dapat memberikan data hasil tes yang teliti, cepat dan tepat.

Dalam proses pengendalian mutu laboratorium dikenal ada tiga tahapan penting,
yaitu tahap pra analitik, analitik dan pasca analitik. Pada umumnya yang sering
diawasi dalam pengendalian mutu hanya tahap analitik dan pasca analitik yang lebih
cenderung kepada urusan administrasi, sedangkan proses pra analitik kurang
mendapat perhatian.
Kesalahan pada proses pra analitik dapat memberikan kontribusi sekitar 61% dari
total kesalahan laboratorium, sementara kesalahan analitik 25%, dan kesalahan pasca
analitik 14%. Proses pra-analitik dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: pra- analitik
ekstra laboratorium dan pra- analitik intra laboratorium. Proses- proses tersebut
meliputi persiapan pasien, pengambilan spesimen, pengiriman spesimen ke
laboratorium, penanganan spesimen dan penyimpanan spesimen.

Pemeriksaan mikrobiologik merupakan sarana diagnostik yang penting. Hal


tersebut tercapai bila cara memilih, mengambil, menyimpan, dan mengirim bahan
pemeriksaan benar, agar tidak terjadi kesalahan dalam mengelola bahan pemeriksaan
tersebut. Apabila salah satu tatacara tidak memenuhi syarat, maka hasil pemeriksaan
yang diperoleh tidak akan sesuai dengan keadaan klinis maupun rencana pengelolaan
pengobatan. Salah satu cara agar pemeriksaan mikrobiologik dapat diandalkan yaitu
dengan memantapkan mutu dalaman (internal) maupun luaran (external), terutama
untuk laboratorium sebaiknya dilakukan cara dalaman, agar mempunyai nilai
kepercayaan

Dalam beberapa tahun belakangan ini penetapan standar mutu bagi barang dan jasa
sangat diperhatikan oleh masyarakat luas. Salah satunya standar mutu laboratorium
(ISO 17025:2005). Tuntutan informasi teknis dari setiap produk yang
diperdagangkan menuntut laboratorium penguji untuk meningkatkan kompetensi dan
kepercayaan terhadap hasil uji yang absah. Pada laboratorium klinik, sistem kontrol
kualitas merupakan salah satu tahapan yang harus dilakukan dalam proses analisa
suatu sampel. Proses kontrol kualitas ini harus dilakukan setiap hari dan dilaporkan
dalam jangka waktu tertentu biasanya dalam kurun waktu satu bulan. Tujuan kontrol
kualitas ini agar dapat mengetahui apakah proses analisa yang dilakukan sesuai
dengan ketentuan yang ada, dilihat dari metode, alat analisa, reagen yang digunakan
sehingga hasil kontrol yang ada digunakan sebagai acuan apakah sudah masuk dalam
faktor ketelitian dan ketepatan (precisi dan accuracy) dalam proses analisa.

1.2 Rumusan Masalah


1. Definisi pemantapan mutu pemeriksaan bakteriologi?
2. Cara pengendalian mutu (QC)
3. Pemantapan mutu pemeriksaan bakteriologi?
4. Parameter penjaminan mutu?
1.3 Tujuan
Memahami Langkah-langkah untuk meningkatkan dan menjaga jaminan mutu
pemeriksaan bakteriologi
BAB II
Pembahasan

2.1 Definisi

Pemantapan mutu (quality assurance) laboratorium adalah semua kegiatan yang ditujukan
untuk menjamin ketelitian dan ketepatan hasil pemeriksaan laboratorium Pemeriksaan
pemantapan mutu mikrobiologis berbeda jika dibandingkan dengan pemeriksaan
pemantapan mutu kimia atau hematologi. Sebab bahan pembanding/pemantauan (kontrol)
yang digunakan antara lain mikroorganisme yang hidup yang tidak dapat diletakkan di
sembarang tempat. Pengontrol bakteri alami tidak dapat dibandingkan nilainya dengan
bakteri lainnya, seperti pada pemeriksaan kimia maupun hematologi. Umumnya bahan
pembanding untuk memantapkan pemeriksaan adalah dalam bentuk beku kering,
sehingga memudahkan pengiriman maupun penyimpanan.

Tujuan pemantapan mutu agar mendapatkan petunjuk diagnosis yang benar dari hasil
yang diperoleh sehingga dapat dipakai sebagai penetapannya. Pada makalah ini akan
dibahas pengendalian mutu (QC) terbatas pada laboratorium mikrobiologi klinik dalam
hal utama segi teknik laboratorium. Pada kenyataan di Indonesia hal tersebut belum
merata dilaksanakan oleh laboratorium pemerintah maupun swasta. Salah satu cara yang
sudah dilakukan oleh Balai Laboratorium Kesehatan mengadakan pengendalian mutu
(QC), pada beberapa laboratorium pemerintah. Hanya kekurangan belum terdapat
pemecahan masalah perbaikan apabila nilai QC di bawah nilai rata-rata.

2.2 Cara Pengendalian Mutu (QC)


1. Pengendalian Mutu Eksternal

a. Mengacu ke rangkaian tata cara yang menjadi tanggung jawab staf guna memantau
secara berkelanjutan dan dapat segera memperbaikinya. b. Hasil laboratorium yang akan
diumumkan dapat dibuktikan, dipercaya,

tepat, dan sesuai metodologi yang ditentukan. a. Mengacu ke rangkaian tata cara yang
menjadi tanggung jawab staf guna

2. Pengendalian Mutu Internal

memantau secara berkelanjutan dan dapat segera memperbaikinya. b. Hasil laboratorium


yang akan diumumkan dapat dibuktikan, dipercaya,

tepat, dan sesuai metode yang ditentukan.

c. Memerlukan specimen luar dan penilaian hasilnya.

d. Dilaksanakan secara periodik.

3. Pelaksana Pengendalian mutu

a. Ahli Teknologi Laboratorium


Orang yang melaksanakan pengujian
b. Supervisor/Pengawas
Orang yang bertanggung jawab atas kegiatan setiap hari, perencanaan, pelatihan, dan
memberi tugas kerja.
c. Direktur
Orang yang bertanggung jawab terhadap semua kesinambungan pelaksanaan,
perencanaan, dan pengawasan kegiatan.
d. Departemen Kesehatan
Tempat pertanggung jawaban infrastruktur, SDM, dan sumber daya

4. Ahli Teknologi Laboratorium Medik

a. Harus dilatih untuk dapat melaksanakan pengujian.


b. Mengikuti pelaksanaan kerja baku (SOP)
c. Harus dapat memantau mutu (QC)
d. Mempertahankan kebaruan semua catatan.
e. Dapat secepatnya menjelaskan semua masalah ke Supervisor/Pengawas.
f. Pembetulan yang mereka lakukan harus dicatat dan dapat dilibatkan terhadap sampel
lain apa saja.
g. Melatih staf tentang pekerjaan yang diserahkan. h. Melatih teknisi laboratorium secara
berkala.
h. Mempersiapkan perbandingan (control) dan memeriksa ulang hasil.
i. Mempersiapkan dan memperbarui SOP.
j. Menyimpan rekam catatan: pemeliharaan peralatan, masalah perbaikannya.
k. Meyimpan rekam catatan: perlatihan, SOP, peralatan, dsb. m. Menjamin semua tugas
dilaksanakan.

5. Pimpinan Laboratorium
a. Menata sumber penghasilan..
b. Merencanakan kegiatan laboratorium masa mendatang
c. Mengenalkan teknologi terbaru, yang lebih efisien dan sesuai dengan keperluan
d. Memperkerjakan perorangan yang mampu melaksanakan tugas.
e. Dapat mebantu dan memandu staf.
f. Dapat menjelaskan ke Depkes.

6. Departemen Kesehatan

a. Bertanggung jawab terhadap kesehatan populasi sepenuhnya dan hal terkait.


b. Harus menyediakan sumber dana, infrastruktur dan panduan kerja di laboratorium.
c. Memicu para profesi paramedic kesehatan dengan memberikan kesempatan untuk
berkembang dan mengikuti pendidikan.

2.3 Pemantapan Mutu Pemeriksaan Mikrobiologis


Ketelitian dan nilai klinik hasil bergantung:
1. Mutu Spesimen
2. Kebenaran metode pengujian
3. Kinerja uji prosedur, reagen dan media
4. Laporan dan interpretasi
5. Kemampuan staf
6. Peralatan
Merencanakan program pemantapan mutu
1. Terdapata kebijakan laboratorium, barang permintaan, SOP, laporan, dan rencana
kegiatan perbaikan dan pembetulan.
2. Menjamin dokumen dan telaahan lengkap.
3. Menjamin pemantauan yang benar, standar, bahan kimia dan penyimpanannya
4. Pengawasan dan pemeliharaan peralatan.
5. Perlatihan semua staff dan perlatihan ulangan secara berkala.
6. Pemeriksaan dalaman (internal) berkala yang terkait keuntungan.

2.4 Parameter Dalam Penjaminan Mutu


1. Parameter Sterilisasi
Sterilisasi media mempunyai peranan penting dalam kualitas media. Umumnya dilakukan
autoklaf untuk sterilisasi media. Namun, waktu autoklaf dan kuantitas media harus
disterilkan secara diatur. Heat treatment media kultur kompleks dapat mengakibatkan
kerusakan gizinya baik melalui degradasi termal langsung atau dengan reaksi antar
komponen. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengoptimalkan proses pemanasan
Volume media dalam satu batch sterilisasi harus tetap kecil, idealnya dua liter. Reguler
memeriksa dari proses sterilisasi dengan indikator harus dilakukan; suhu dan tekanan juga
harus terus-menerus dipantau. Sterilisasi indikator seperti indikator biologis dan tes
Bowie Dick yang tersedia untuk memeriksa efisiensi proses. Indikator biologi seperti
spora Bacillus stearothermophilus dapat digunakan untuk memeriksa pembunuhan
kemanjuran spora.
2. Parameter Fisik
Penampilan fisik kotor media sering menunjukkan kualitas. Media disiapkan harus
diperiksa untuk ciri-ciri fisik seperti gelembung yang berlebihan atau lubang, tidak setara
pengisian pelat (leveling seragam), retak menengah di piring dan pembekuan atau
kristalisasi. Semua karakter yang disebutkan di atas dapat diperiksa secara visual olch
mata telanjang. Namun, untuk yang tidak sama mengisi pelat, ketebalan medium dapat
diperiksa pada empat poin. Keempat poin adalah dua ujung dari dua diameter piring, yang
tegak lurus satu sama lain. Ketebalan pada empat poin adalah catat dan ketebalan rata-rata
ditentukan dan dilaporkan sebagai rata-rata ketebalan medium di piring, yang harus 4,0
0,2 mm. Nilai pH medium juga salah satu karakter fisik penting, yang harus diperiksa.
Hal ini dapat diukur sementara persiapan medium sebelum dan sesudah autoklaf dengan
menggunakan pH meter standar setelah kalibrasi yang tepat dengan buffer standar.
3. Parameter Mikrobiologi
Pendukung pertumbuhan karakteristik adalah parameter yang paling penting saat
melakukan pengendalian kualitas media. Prosedur baku inokulasi harus digunakan.
Hasilnya harus diperiksa secara kualitatif dan kuantitatif dan saat pengujian banyak baru,
baik batch sebelumnya dan butch baru harus tumbuh secara bersamaan. National
committee for clinical laboratory standards (NCCLS) telah menetapkan pedoman tertentu
untuk organisme kontrol yang akan digunakan untuk setiap medium, konsentrasi
inokulum yang diinginkan dan hasil yang diharapkan mereka pertumbuhan. Inokulum
untuk medium setiap dapat dipersiapkan sesuai dengan metode dimana organisme kontrol
dinokulasikan pada kasein kacang kedelai digest (SCD) kaldu dan diinkubasi selama 4
jam untuk mendapatkan densitas sel dibandingkan dengan 0,5's standar McFarland.
4. Parameter Kontaminasi
Ini adalah parameter yang sangat penting bagi penentuan kualitas media. Batch tersebut
harus benar-benar diperiksa untuk kontaminasi sebelum melewati untuk penggunaan
laboratorium: Hal ini juga menyarankan bahwa batch seluruh media disiapkan diperiksa
untuk kontaminasi dengan menjaga pelat minimal selama tiga hari pada suhu kamar.
Atau, dua piring dari batch tes dapat diambil dan ditempatkan ke dalam inkubator
ditetapkan 37 °C selama 24 jam Setelah inkubasi diperlukan, pelat diperiksa untuk
pertumbuhan apapun. Jika ada pertumbuhan apapun, proses ini diulang. mengambil lagi
dua piring dari hatch yang sama Jika pencemaran terjadi lagi, maka disimpulkan bahwa
kontaminasi telah terjadi di batch disiapkan Sesuai rekomendasi lebih dari 10%
kontaminasi membutuhkan batch yang akan dibuang

2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terhadap Ketepatan dan Ketelitian Hasil


Pemeriksaan Laboratorium

1. Personil
Kemampuan teknisi laboratorium berhubungan dengan mutu Pendidikan dan
pelatihan, keahlian, pengalaman dan kondisi kepegawaian.
2. Lingkungan
Ruang kerja harus cukup cahaya, cukup penerangan, sejuk, tenang, tidak bising oleh
suara kendaraan, pendingin ruangan, freezer, dan sebagainya.
3. Spesimen
Pengambilan spesimen, pengolahan spesimen, penyimpanan spesime, pengiriman
spesimen dan sebagainya, terkadang kurang diperhatikan, sehingga dapat berpengaruh
terhadap hasil pemeriksaan.
4. Bahan-bahan laboratorium
Mutu reagensia, bahan kimia, cat, media, binantang percobaan, berpengaruh terhadap
hasil pemeriksaan.
5. Metode pemeriksaan
Metode pemeriksaan dipilih yang mudah, tepat, dan menurut standard yang diakui
oleh departemen kesehatan, word Health Organization (WHO), atau lainnya yang
bermutu.
6. Peralatan laboratorium
Alat-alat laboratorium harus baik, berfungsi dengan baik, sesuai standard dan secara
rutin diperiksa fungsi dan ketepatannya.
7. Pembacaan dan pemeriksaan pembacaan tergesa-gesa (misalnya belum cukup waktu
inkubasi) dan pemeriksaan yang tidak tepat (misalnya jumlah lapangan pandang di
mikroskop lebih sedikit daripada yang seharusnya dapat menyebabkan kesalahan.
8. Laporan
Salinan yang salah laporan yang tidak lengkap dapat menimbulkan problem
2.6 Tahapan-tahapan Jaminan Mutu Pemeriksaan Bakteriologi
Pengendalian mutu laboratorium Bakteriologi lebih ditekankan kepadakesempurnaan
teknis. Sistem pengendalian mutu meliputi tiga tahap :
1. Tahap Pra-Analitik
2. Analitik; dan
3. Pasca-Analitik

1. Tahap Pra-Analitik
Fase pra-analitik merupakan rangkaian yang tidak terpisahkan dari pemeriksaan
mikrobiologi secara utuh. Pada fase ini komunikasi yang baik antara klinisi dan ahli
mikrobiologi amat penting. Sarana komunikasi anatara klinisi dan ahli mikrobiologi
klinik dimulai dengan lembaran permintaan pemeriksaan mikrobiologi. Pada lembaran
permintaan itu klinisi diharapkan menuliskan informasi yang tercetak dalam formulir
dan ditulis dengan huruf cetak yang jelas.
 Isi Lembaran Permintaan
Lembaran Permintaan Pemeriksaan LMK diharapkan sekurang-kurangnya berisi
a. Data lengkap pasien (nama, umur, jenis kelamin, alamat, bangsal perawatan)
b. Data dokter yang mengirim (nama dokter, alamat, nomor telepon yang mudah
dihubungi)
c. Jenis spesimen: asal/sumber bahan pemeriksaan, prosedur pengambilan khusus,
tanggal dan jam pengambilan
d. Diagnosis klinis dan riwayat pasien yang relevan 1.1.5 Jenis pemeriksaan yang
dikehendaki
e. Data lain yang relevan misalnya pasca-operasi, imunodefisiensi, alergi
antibiotika
f. Antibiotika yang telah diberikan (jenisdosis, cara pemberian, kapan dan lama
pemberian)
 Pencantuman Label Spesimen
1. Label dan tinta harus terbuat dari bahan yang tidak mudah larut dalam air
2. Label harus melekat erat pada wadah/container
3. Bila perlu, dicantumkan catatan tambahan : cito/rutin/elektif atau berisi patogen
berbahaya
4. Ketika menerima spesimen:
a. Harus dicocokan dengan lembaran permintaan
b. Perhatikan kelayakan bahan pemeriksaan
 Pedoman cara pengambilan spesimen, penyimpanan dan transportasi sesuai dengan
specimen
Spesimen merupakan bagian terpenting dalam mengawali suatu pemeriksaan,
karena hasil pemeriksaan laboratorium tidak akan lebih baik dari mutu spesimen
yang diperoleh. Dalam pemeriksaan mikrobiologi, adanya cemaran mikroba bukan
penyebab infeksi akan sangat mengganggu. Mikroba penyebab, harus dapat
diperoleh dan dipertahankan hidup.
 Berdasarkan cara pengambilan, spesimen digolongkan menjadi kelompok:
 Spesimen non-invasif: urin, sputum, feses, luka. Relatif lebih mudah diambil
ulang jika terjadi kesalahan identifikasi
 Spesimen invasif: kultur darah, cairan tubuh yang steril, cairan amnion,
spesimen yang diambil di kamar operasi (tetap diperiksa dengan persetujuan
klinisi meski tidak memenuhi kriteria spesimen yang baik)
 Berdasarkan prioritasnya, spesimen dibagi menjadi 4 tingkatan :
 Kritikal/invasif : CNSotak, darah, katup jantung, cairan perikardial, cairan
amnion, cairan viterus/aqueus
 Tidak diawetkan (dapat menyusut atau tumbuh): sputum, jaringan, feses, cairan
tubuh (kecuali termasuk tingkat satu)aspirasi luka, pus
 Kuantifikasi : diperlukan akurasi dalam jumlah penyebab infeksi : urin,
jaringan kuantitatif, tip kateter
 Perlu pengawetan/penyimpanan khusus : misalnya pemeriksaan anaerob

2. Tahap Intra-Analitik
Fase intra-analitik diawali dengan memutuskan penerimaan atau penolakan spesimen.
 Kriteria penolakan :
 Label yang tidak sesuai atau tanpa label
 Waktu pengambilan dan penerimaan di laboratorium melebihi ketentuan
 Tempat penampungan yang tidak sesuai atau tidak steril
 Tempat penampungan bocor
 Kontaminasi orofaring pada sputum
 Kontaminasi benda asing yang jelas
 Spesimen ganda yang diserahkan pada hal yang sama untuk permintaan sama
(kecuali darah)
 Spesimen yang dikirim dan yang tertulis pada lembar perminaan tidak sesuai
 Jumlah bahan pemeriksaan yang tidak memadai.
Bila spesimen memenuhi kriteria penolakan, segera diinformasikan kepada
klinisi yang mengirim. Bila klinisi tersebut tetap menginginkan pemeriksaan.
dilanjutkan, dapatkan persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh klinisi yang
bersangkutan.
 Pemeriksaan Mikroskopik dengan Pewarnaan Gram (direct smear)
Pemeriksaan ini sangat bermanfaat dalam menilai kualitas spesimen. Pada
sputum misalnya, spesimen yang baik adalah bila memenuhi kriteria <25PMN, >10
sel epithel. Bagi klinisi, hasil pemeriksaan awal ini akan sangat membantu
diagnosis sementara penyebab infeksi, sedangkan bagi LMK akan memandu
prosedur identifikasi selanjutnya.
Pemeriksaan direct smear ini tidak berguna untuk swab tenggorokan dan
nasofaring. Hasil pemeriksaan Gram ini diharapkan secara umum dilaporkan
kepada klinisi kurang dari 1 jam. Pada kasus sepsis berat dan atau syok septik
monitoring kultur darah dilakukan setiap 24 jam dengan melakukan pewarnaan
Gram dan hasil positif harus segera dilaporkan kepada dokter yang merawat.
 Inokulasi
Keberhasilan isolasi dan identifikasi bakteri penyebab infeksi sangat ditentukan
oleh tahap ini. Faktor yang menentukan adalah :
o Jumlah dan mutu inoculum
o Media yang dipilih
o Lingkungan inkubasi
o Cara dan lama inkubasi
 Identifikasi
Tahap identifikasi dilakukan secara konvensional atau dengan uji cepat (komersial)
dengan alat otomatik. Metode identifikasi tidak akan diuraikan secara rinci, karena
sudah merupakan prosedur baku yang darap dirujuk dari berbagai sumber. Hal kritis
yang perlu diperhatikan dalam melakukan identifikasi antara lain
o Pemilihan koloni tersangka, terutama pada spesimen yang secara normal
tidak steril
o Pengambilan koloni tersangka harus dilakukan secara hati-hati, agar tidak
tercemar oleh koloni lain yang berdekatan
o Inokulasi ke dalam media untuk uji biokimia harus dilakukan dengan cermat
sesuai petunjuk pembuat media atau kit diagnosis, serta menghindari
terjadinya kontaminasi
o Interpretasi hasil uji biokimia dan uji serologi harus dilakukan hanya oleh
mereka yang ahli/berpengalaman.

 Uji Kepekaan Antibiotika


Pencatatan data lengkap pasien, spesimen, bakteri patogen yang diidentifikasi, hasil
uji kepekaan antibiotika serta komentar ahli (ekspertis) dapat dipermudah dengan
memanfaatkan piranti lunak WHONET.
3. Tahap Pasca-Analitik
Fase ini terutama terdiri dari pelaporan individual dan epidemilogiSangat disarankan
laporan disampaikan dalam bentuk tercetak agar mudah terbaca dan menghindari
kesalahan baca, dengan mencantumkan nama ahli mikrobiologi, alamat dan nomor
telepon yang mudah dihubungiSedapat mungkin nama mikroba ditulis hingga
spesiesnya
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan makalah kali ini, dapat diambil kesimpulan bahwa : Jaminan mutu
pemeriksaan Bakteriologi adalah suatu usaha atau kegiataan yang dilaksanakan
laboratorium untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang bermutu meliputipersonil,
lingkungan, spesimen, bahan-bahan laboratorium, metode pemeriksaan, peralatan
laboratorium, pembacaan dan pemeriksaan, dan laporan. Dan tahapan-tahapan jaminan
mutu pemeriksaan Bakteriologi yaitu tahap pra-analitik, analtik dan pasca-analitik
Telah diuraikan secara singkat hal yang berkaitan dengan pengendalian mutu
mikrobiologis. Meskipun hal ini memerlukan biaya tidak sedikit untuk Laboratorium,
tetapi perlu dilakukan agar keandalan hasil laboratorium terjamin.Pengetahuan QC harus
dipahami oleh tenaga kesehatan khusus yang bekerja di Laboratorium Klinik,bila perlu
secara periodik mengadakan pelatihan atau sosialisasi.
QC mikrobiologi berbeda dengan pemeriksaan kimia atau hematologi karena
pengaruh mikroorganisme dan lingkungan. Di negara maju QC mikrobiologi sudah rutin
dilaksanakan di laboratorium klinik di Indonesia masih belum terlaksana secara
menyeluruh sebab masalah kendala antar penyelenggara
3.2 Saran
Penyusun sangat membutuhkan saran, demi meningkatkan kualitas dan mutu makalah
yang kami buat dilain waktu. Sehingga penyusun dapat memberikan informasi yang lebih
berguna untuk penyusun khususnya dan pembaca umumnya.

DAFTAR PUSTAKA
1. Snell JJS, Brown DFJ, Roberts C. Quality assurance: principles and practice in the
microbiology laboratory. J Antimicrob Chemother. 2000; 46(5):865.
2. Clinical and Laboratory Standards Institute, Aplication of quality management system
model of laboratory service. Edisi ke-3. Pennsylvania: Clinical and Laboratory
Standard Institute. 2004
3. National Committee for Quality Assurance. Measuring quality: improving health
[internet]. Washington, D.C.: National Committee for Quality Assurance, 2014
[disitasi pada 2014 Ags 24] Tersedia dari:
http://web.neqa.org/tabid/661/default.aspx.
4. Biomeriuex, Microbology Quality Assurance, Clinical Laboratory Standards
Institute(CLSI formerly NCCLS) www.clsi.org. American Type Culture Collection
(ATCC) www.atcc.org.
5. Black, W.A., Dorse, S.E., and Whitby, J.L., A Regional Quality Control in
Microbiology 1. Administrative aspects, AJCP, 1976
6. Black, W.A., and Dorse, S.E., A Regional Quality Control in Microbiology I.I
Advantage of Simulated Clinical Specimens aspects, AJCP, 1976
7. Jefferson, H., Dalton, H.P., Escobar, M.R., and Allison, M.J., Transportation Delay
and Microbiological Quality of Clinical Specimens, AJCP. 1975
8. Isenberg's Essential Procedures for Clinical Microbiology,ASM Perss, Washington
DC, 1998

Anda mungkin juga menyukai