Disusun Oleh
Nabilah Rahmah Putri
ANALIS KESEHATAN
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat
dan karunia serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang “Penerapan Mutu Internal Bidang Parasitologi”.
Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Gilang Nugraha, S.Si., M.Si selaku
dosen mata kuliah Pengendalian Mutu yang telah memberikan tugas ini. Saya juga
berterimakasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam pembuatan
makalah ini.
Saya menyadari makalah yang ditulis masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun senantiasa saya harapkan. Semoga makalah
ini dapat berguna bagi saya sebagai penulis dan para pembaca.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
BAB I................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................2
BAB II..............................................................................................................3
PEMBAHASAN..............................................................................................3
2.1 Pengenalan Tahapan Pemantapan Mutu Internal...........................................3
2.2 Tahapan Pemantapan Mutu Internal di Bidang Parasitolog...........................6
2.2.1 PMI Pemeriksaan Mikroskopis Malaria.........................................6
BAB 3...............................................................................................................16
PENUTUP.......................................................................................................16
3.1 Kesimpulan...................................................................................................16
3.2 Saran.............................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................17
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini, untuk mengetahui :
1. Mahasiswa dapat mengetahui tahap itu pemantapan mutu internal
2. Mahasiswa dapat mengetahui tahapan mutu internal bidang parasit
2
BAB II
PEMBAHASAN
Tujuan pengendalian tahap pra analitik yaitu untuk menjamin bahwa spesimen-
spesimen yang diterima benar dan dari pasien yang benar pula serta memenuhi syarat
3
yang telah ditentukan. Kesalahan yang terjadi pada tahap pra analitik adalah yang
terbesar, yaitu dapat mencapai 60% - 70%. Hal ini dapat disebabkan dari spesimen
yang diterima laboratorium tidak memenuhi syarat yang ditentukan. Spesimen dari
pasien dapat diibaratkan seperti bahan baku yang akan diolah. Jika bahan baku tidak
baik, tidak memenuhi persyaratan untuk pemeriksaan, maka akan didapatkan hasil/
output pemeriksaan yang salah. Sehingga penting sekali untuk mempersiapkan
pasien sebelum melakukan pengambilan spesimen. Spesimen yang tidak memenuhi
syarat sebaiknya ditolak, dan dilakukan pengulangan pengambilan spesimen agar
tidak merugikan laboratorium.
B. TAHAP ANALITIK
Kegiatan laboratorium yang dilakukan pada tahap analitik meliputi:
1. Pemeriksaan spesimen
2. Pemeliharaan dan Kalibrasi alat
3. Uji kualitas reagen
4. Uji Ketelitian – Ketepatan
Tujuan pengendalian tahap analitik yaitu untuk menjamin bahwa hasil pemeriksaan
spesimen dari pasien dapat dipercaya/ valid, sehingga klinisi dapat menggunakan
hasil pemeriksaan laboratorium tersebut untuk menegakkan diagnosis terhadap
pasiennya. Walaupun tingkat kesalahan tahap analitik (sekitar 10% - 15%) tidak
sebesar tahap pra analitik, laboratorium tetap harus memperhatikan kegiatan pada
tahap ini. Kegiatan tahap analitik ini lebih mudah dikontrol atau dikendalikan
dibandingkan tahap pra analitik, karena semua kegiatannya berada dalam
laboratorium. Laboratorium wajib melakukan pemeliharaan dan kalibrasi alat baik
secara berkala atau sesuai kebutuhan, agar dalam melaksanakan pemeriksaan
spesimen pasien tidak mengalami kendala atau gangguan yang berasal dari alat
laboratorium. Kerusakan alat dapat menghambat aktivitas laboratorium, sehingga
dapat mengganggu performa/ penampilan laboratorium yang pada akhirnya akan
merugikan laboratorium itu sendiri. Untuk mendapatkan mutu yang dipersyaratkan,
laboratorium harus melakukan uji ketelitian – ketepatan. Pelaksanaan uji ketelitian –
ketepatan yaitu dengan menguji bahan kontrol yang telah diketahui nilainya (assayed
control sera). Bila hasil pemeriksaan bahan kontrol terletak dalam rentang nilai
4
kontrol, maka hasil pemeriksaan terhadap spesimen pasien dianggap layak
dilaporkan.
5
b. Analitik
1. Reagen (reagents)
2. Peralatan (instruments)
3. Kontrol & bakuan (control & standard)
4. Metode analitik (analytical method)
5. Ahli Teknologi (Technologist)
c. Pasca analitik
1. Perhitungan (calculation)
2. Cara menilai (method evaluation)
3. Ketatausahaan (clerical)
4. Penanganan informasi (information handling)
Pemantapan Mutu Lab Mikroskopis Malaria adalah suatu kegiatan yang dirancang
untuk meningkatkan dan menjamin mutu serta efisiensi pemeriksaan laboratorium,
secara berkesinambungan sehingga hasilnya dapat dipercaya. Pemantapan Mutu
Internal Mikroskopik Malaria bertujuan untuk memastikan seluruh proses di
laboratorium berjalan sesuai standar. Pemantapan Mutu Internal : Pra analisis ( SOP,
Mutu Reagen, Pemeliharaan alat,), analisis (Memastikan cara kerja sesuai standar,
Penyeliaan internal), pasca analisis (Pencatatan Pelaporan, Dokumentasi kegiatan
PMI.), Analisis dan koreksi kinerja.
Penyakit akut dan knonis yang disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium;
ditularkan nyamuk Anopheles betina. Gejala: panas tinggi, demam, menggigil, sakit
kepala, anemia, pembesaran limfa, dsb. Empat spesies penyebab penyakit malaria
pada manusia : P. falciparum, P. vivax , P. malariae, P.ovale, P. knowlesii. Secara
alami plasmodium ditularkan oleh vektor nyamuk Anopheles betina. dapatterjadi
melalui - tranfusi darah, suntikan, transplasenta. 10 Species diantaranya diketahui
sebagai vektor penting malaria: An.sundaicus, An.subpictus, An.maculatus,
An.aconitus, An.balabacensis, An.farauti, An.koliensis, An.punctulatus,
An.barbirostris, An.letifer.
6
A) Penggunaan Mikroskop untuk Pemeriksaan Malaria
• Sumber Cahaya
Sumber cahaya yang baik merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan hasil
pemeriksaan yang optimal. Sumber cahaya dapat melalui matahari atau listrik.
• Pengaturan Cahaya
a) Letakkan SD di meja sediaan mikroskop
b) Atur cahaya dengan menaikkan kondensor dan membuka diafragma.
c) Amati SD melalui okuler dengan menggunakan lensa objektif 10 x. Putar
makrometer untuk memfokuskan lapangan pandang.
d) Bila lapangan pandang sudah ditemukan/fokus, teteskan minyak imersi pada
lapangan pandang tersebut dan lensa objektif diputar pada ukuran 100x.
e) Amati lapangan pandang tersebut, bila belum fokus, mikrometer diputar sehingga
lapangan pandang menjadi jelas.
• Penyimpanan mikroskop
a) Perlindungan terhadap debu dan kotoran
- Harus ditutup dengan kain bersih/cover mikroskop.
- Jika tidak dipakai dalam waktu lama harus dimasukkan dalam kotak mikroskop
dengan posisi lensa objektif 10x.
- Setelah mikroskop digunakan, lensa objektif dan okuler masing-masing
dibersihkan dengan kertas pembersih lensa yang berbeda.
- Untuk membersihkan minyak imersi bisa menggunakan eter alkohol dengan
perbandingan 7 : 3.
7
- Mikroskop disimpan dalam lemari yang dipasang bola lampu 25-50 watt
disesuaikan dengan ukuran lemari penyimpanan dan dihidupkan terus menerus.
Apabila disimpan dalam kotak mikroskop, cukup dengan lampu 5 watt.
- Apabila tidak ada fasilitas listrik maka mikroskop disimpan dalam kotaknya
yang diberi 400 gram silica gel.
- Jika mikroskop tidak digunakan dalam waktu yang cukup lama, maka semua
lensa obyektif dan okuler harus disimpan terpisah dalam desicator atau toples
kaca yang diberi silica gel. Jika silica gel sudah berubah warna menjadi merah
muda dibandingkan dengan warna semula (biru), maka dapat didaur ulang
(dipanaskan) untuk digunakan lagi.
- Jika lensa terkena jamur, lensa harus diservis langsung pada pabrik pembuatnya.
B) Bahan
• Slide/Kaca sediaan (Object Glass), syarat kaca sediaan :
1. Bersih, tidak berdebu dan bebas lemak atau tidak mengandung alkohol.
2. Jernih, tidak tergores dan tidak berjamur.
3. Tidak kusam / buram
4. Ketebalan Kaca Sediaan antara 1,1 – 1,3 mm
5. Yang terbaik adalah menggunakan object glass yang baru
• Lancet steril, digunakan hanya untuk 1x pakai.
• Kapas, jika tidak tersedia kapas, dapat digunakan bahan halus.
• Alkohol 70 %, lebih baik lagi jika menggunakan swab alkohol siap pakai.
• Minyak imersi (immersion oil)
8
3. Perubahan warna : Amati ada tidaknya perubahan minyak imersi pada wadah
transparan. Bila terjadi perubahan warna (kekuningan) maka kualitas minyak
imersi sudah berkurang.
• Larutan Giemsa
Beberapa hal yang harus diperhatikan :
1. Giemsa stok harus disimpan dalam botol kaca berwarna gelap dan hindari dari
sinar matahari langsung.
2. Sebaiknya giemsa stok disimpan dalam botol berwarna gelap berukuran 100
ml. Hal ini untuk menghindari rusaknya giemsa stok karena oksidasi dan
penguapan akibat seringnya membuka tutup botol.
3. Botol giemsa stok yang akan digunakan tidak boleh dikocok atau diaduk karena
endapan/kristal giemsa akan naik ke permukaan larutan dan dapat menjadi
artefak dalam SD yang diwarnai.
4. Pengambilan giemsa stok harus menggunakan pipet yang kering, agar giemsa
stok di botol tidak tercemar dengan air.
5. Sisa larutan giemsa yang telah dicampur dengan larutan buffer bila tidak
digunakan lagi harus dibuang dan dimasukkan kembali ke dalam botol giemsa
stok.
6. Larutan giemsa dibuat segera sebelum digunakan dan tidak boleh
disimpan/digunakan setelah 1 jam.
9
Uji Kualitas Giemsa
Ada dua cara menguji mutu giemsa untuk mengetahui apakah giemsa stok yang
akan digunakan masih baik :
1) Melakukan pewarnaan pada 1-2 SD, kemudian diperiksa di bawah mikroskop.
Kalau hasilnya sesuai dengan kriteria standar pewarnaan yang baik, berarti
giemsa pengencernya masih bagus dan dapat digunakan. Pengujian seperti ini
perlu dilakukan setiap kali akan melakukan pewarnaan masal.
2) Melakukan test menggunakan kertas Whatman no.2 dan metanol (metil
alkohol):
• Letakkan kertas saring diatas gelas atau petridisk/cawan petri supaya bagian
tengah kertas tidak menyentuh sesuatu.
• Teteskan 1-2 tetes giemsa stok pada kertas saring. Tunggu sampai meresap dan
menyebar.
• Kemudian teteskan 3-4 tetes metanol absolut di tengah bulatan giemsa perlahan
dengan jarak waktu beberapa detik sampai garis tengah giemsa menjadi 5-7 cm,
maka akan terbentuk :
- Lingkaran biru (methilen blue) ditengah
- Lingkaran cincin ungu (methilen azur) diluarnya, serta
- Lingkaran tipis warna merah (eosin) pada bagian tepi.
Giemsa sudah rusak dan tidak boleh dipakai lagi, bila warna ungu atau merah
tidak terbentuk.
• Metanol
Digunakan untuk Fiksasi sediaan darah tipis. Uji Kualitas Methanol Salah satu cara
uji kualitas adalah dengan mengukur berat jenis metanol dengan densitometer
(BJ=0,792 – 0,793). Penyimpanan metanol dilakukan dalam wadah tertutup pada
suhu dibawah
titik didih (60oC).
10
- Bila menggunakan darah vena, sebaiknya darah yang digunakan adalah darah
yang belum tercampur dengan anti koagulan (darah yang masih ada dalam spuit).
SD harus segera dibuat sebelum darah membeku.
- Bila menggunakan darah dengan anti koagulan harus segera dibuat SD malaria,
karena bila sudah lebih dari 1 jam, jumlah parasit berkurang dan morfologi dapat
berubah.
- Untuk darah yang dimasukkan ke dalam tabung yang berisi anti koagulan, tabung
tersebut harus diisi sampai batas yang sudah ditentukan.
12
3. SD yang berlemak atau kotor dapat menyulitkan pemeriksaan. Selain itu pada
proses pewarnaan, sebagian SD tebal dapat terlepas.
4. Ujung object glass kedua yang bergerigi atau terlalu tajam akan menyebabkan
penyebaran SD tipis tidak rata dan ujungnya tidak berbentuk lidah.
5. SD tebal yang terletak di ujung object glass, dapat menyulitkan pemeriksaan
karena posisi meja sediaan sudah maksimal (tidak dapat digeser).
13
c. Teteskan minyak imersi pada bagian yang bertanda ”x”.
d. Ganti lensa objektif dengan pembesaran 100 kali
e. Fokuskan lapang pandang dengan memutar mikrometer sampai eritrosit terlihat
jelas. Periksa SD dengan menggerakkan meja sediaan dengan arah kekiri dan
kekanan sesuai arah panah (lihat gambar).
f. Pemeriksaan dilakukan sampai 100 lapangan pandang untuk menentukan
negatif. Bila diperlukan dapat dilihat sampai 400 lapang pandang.
Pemeriksaan SD Tebal
a. SD diletakkan pada meja sediaan mikroskop
b. Lihat SD dengan lensa objektif 10 kali dan fokuskan lapang pandang pada
bagian tepi SD tebal (tanda ”x” pada gambar)
c. Teteskan minyak imersi pada bagian yang bertanda ”x”.
d. Ganti lensa objektif dengan pembesaran 100 kali
e. Fokuskan lapang pandang dengan memutar mikrometer sampai eritrosit terlihat
jelas. Periksa SD dengan menggerakkan meja sediaan dengan arah kekiri dan
kekanan sesuai arah panah (lihat gambar).
f. Pemeriksaan rutin tebal dinyatakan negatif bila tidak ditemukan parasit pada
100 lapang pandang. Bila ditemukan parasit, pemeriksaan dilanjutkan dengan
100 lapangan pandang sebelum diagnosa ditegakkan. Hal ini dilakukan untuk
memastikan ada tidaknya infeksi campur.
14
counter. Satu tally counter untuk menghitung parasit, dan yang lainnya untuk
menghitung leukosit.
1) Bila pada 200 leukosit ditemukan 100 parasit atau lebih, catat hasilnya per 200
leukosit
2) Bila pada 200 leukosit hanya ditemukan 99 parasit atau kurang, lanjutkan
pemeriksaan sampai menjadi 500 leukosit, catat hasilnya per 500 leukosit.
3) Jadi jumlah parasit dalam 1 μl darah : jumlah parasit x 8.000 jumlah leukosit
4) Apabila penghitungan parasit dilakukan terhadap 200 leukosit maka jumlah
parasit dikalikan 40. Bila penghitungan parasit dilakukan terhadap 500
leukosit, jumlah parasit dikalikan 16.
5) Secara umum jumlah gametosit dan stadium aseksual dihitung secara terpisah.
Hasil pemeriksaan
a) Tidak ditemukan parasit malaria
b) Ditemukan parasit malaria;
o Spesies parasit malaria
o Stadium parasit malaria
15
o Jumlah parasit malaria
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Pemantapan Mutu Internal adalah hal yang sangat penting dilakukan laboratorium.
Dengan dilakukannya Pemantapan Mutu Internal di Laboratorium dapat
16
menghasilkan ketepatan hasil dan akurat. Maka dari itu perlunya mahasiswa untuk
memahami PMI.
DAFTAR PUSTAKA
Sukorini, U., Nugroho, DK., Rizki, M., Hendriawan, B. 2010. Pemantapan Mutu
Internal
Laboratorium Klinik. Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta.
17