Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PENERAPAN PMI PARASITOLOGI


Dosen Pengampuh
Gilang Nugraha, S.Si., M.Si

Disusun Oleh
Nabilah Rahmah Putri

ANALIS KESEHATAN
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat
dan karunia serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang “Penerapan Mutu Internal Bidang Parasitologi”.

Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Gilang Nugraha, S.Si., M.Si selaku
dosen mata kuliah Pengendalian Mutu yang telah memberikan tugas ini. Saya juga
berterimakasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam pembuatan
makalah ini.

Saya menyadari makalah yang ditulis masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun senantiasa saya harapkan. Semoga makalah
ini dapat berguna bagi saya sebagai penulis dan para pembaca.

Surabaya, 21 November 2022

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
BAB I................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................2
BAB II..............................................................................................................3
PEMBAHASAN..............................................................................................3
2.1 Pengenalan Tahapan Pemantapan Mutu Internal...........................................3
2.2 Tahapan Pemantapan Mutu Internal di Bidang Parasitolog...........................6
2.2.1 PMI Pemeriksaan Mikroskopis Malaria.........................................6
BAB 3...............................................................................................................16
PENUTUP.......................................................................................................16
3.1 Kesimpulan...................................................................................................16
3.2 Saran.............................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemantapan mutu internal adalah kegiatan pencegahan dan pengawasan yang


dilaksanakan oleh masing-masing laboratorium secara terus menerus agar tidak terjadi
atau mengurangi kejadian penyimpangan sehingga diperoleh hasil pemeriksaan yang
tepat. Pemantapan mutu internal laboratorium (PMI) dilakukan untuk mengendalikan
hasil pemeriksaan laboratorium setiap hari dan untuk mengetahui penyimpangan hasil
laboratorium agar segera diperbaiki. Manfaat melaksanakan kegiatan pemantapan
mutu internal laboratorium antara lain mutu presisi maupun akurasi hasil laboratorium
akan meningkat, kepercayaan dokter terhadap hasil laboratorium akan meningkat.
Hasil laboratorium yang kurang tepat akan menyebabkan kesalahan dalam
penatalaksanaan pengguna laboratorium. Manfaat lain yaitu pimpinan laboratorium
akan mudah melaksanakan pengawasan terhadap hasil laboratorium. Kepercayaan
yang tinggi terhadap hasil laboratorium ini akan membawa pengaruh pada moral
karyawan. Cakupan objek pemantapan mutu internal meliputi aktivitas: tahap pra-
analitik, tahap analitik dan tahap pasca-analitik.

Tujuan Pemantapan Mutu Internal, yaitu pemantapan dan penyempurnaan metode


pemeriksaan dengan mempertimbangkan aspek analitik dan klinis, mempertinggi
kesiagaan tenaga, sehingga pengeluaran hasil yang salah tidak terjadi dan perbaikan
dapat dilakukan segera,. Kemudian memastikan semua proses mulai dari persiapan
pasien, pengambilan, pengiriman, penyimpanan dan pengolahan spesimen sampai
dengan pencatatan dan pelaporan telah dilakukan dengan benar,. mendeteksi
penyimpangan dan mengetahui sumbernya, membantu perbaikan pelayanan kepada
pelanggan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa tahap pemantapan mutu internal?
2. Bagaimana pemantapan mutu internal di bidang parasitologi?

1
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini, untuk mengetahui :
1. Mahasiswa dapat mengetahui tahap itu pemantapan mutu internal
2. Mahasiswa dapat mengetahui tahapan mutu internal bidang parasit

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengenalan Tahapan Pemantapan Mutu Internal

Untuk mendapatkan hasil pemeriksaan laboratorium yang dapat dipercaya/ bermutu,


maka setiap tahap pemeriksaan laboratorium harus dikendalikan. Pengendalian pada
setiap tahap ini ditujukan untuk meminimalisir atau mencegah kesalahan-kesalahan
yang terjadi di laboratorium. Kegiatan pengendalian mutu secara terus menerus
setiap hari untuk mendeteksi secara dini kesalahan yang terjadi pada tiap tahapan
sehingga diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat dan teliti. Secara garis besar
pemantapan mutu terdiri dari pemantapan mutu internal dan pemantapan
mutu eksternal.
Ada tiga tahap pemantapan mutu internal (PMI) yang dilakukan, yaitu:
a. Tahap Pra analitik
b. Tahap Analitik
c. Tahap Pasca analitik

A. TAHAP PRA ANALITIK


Kegiatan tahap pra analitik adalah serangkaian kegiatan laboratorium sebelum
pemeriksaan spesimen, yang meliputi:
1. Persiapan pasien
2. Pemberian identitas spesimen
3. Pengambilan dan penampungan spesimen
4. Penanganan spesimen
5. Pengiriman spesimen
6. Pengolahan dan penyiapan spesimen

Tujuan pengendalian tahap pra analitik yaitu untuk menjamin bahwa spesimen-
spesimen yang diterima benar dan dari pasien yang benar pula serta memenuhi syarat
3
yang telah ditentukan. Kesalahan yang terjadi pada tahap pra analitik adalah yang
terbesar, yaitu dapat mencapai 60% - 70%. Hal ini dapat disebabkan dari spesimen
yang diterima laboratorium tidak memenuhi syarat yang ditentukan. Spesimen dari
pasien dapat diibaratkan seperti bahan baku yang akan diolah. Jika bahan baku tidak
baik, tidak memenuhi persyaratan untuk pemeriksaan, maka akan didapatkan hasil/
output pemeriksaan yang salah. Sehingga penting sekali untuk mempersiapkan
pasien sebelum melakukan pengambilan spesimen. Spesimen yang tidak memenuhi
syarat sebaiknya ditolak, dan dilakukan pengulangan pengambilan spesimen agar
tidak merugikan laboratorium.

B. TAHAP ANALITIK
Kegiatan laboratorium yang dilakukan pada tahap analitik meliputi:
1. Pemeriksaan spesimen
2. Pemeliharaan dan Kalibrasi alat
3. Uji kualitas reagen
4. Uji Ketelitian – Ketepatan

Tujuan pengendalian tahap analitik yaitu untuk menjamin bahwa hasil pemeriksaan
spesimen dari pasien dapat dipercaya/ valid, sehingga klinisi dapat menggunakan
hasil pemeriksaan laboratorium tersebut untuk menegakkan diagnosis terhadap
pasiennya. Walaupun tingkat kesalahan tahap analitik (sekitar 10% - 15%) tidak
sebesar tahap pra analitik, laboratorium tetap harus memperhatikan kegiatan pada
tahap ini. Kegiatan tahap analitik ini lebih mudah dikontrol atau dikendalikan
dibandingkan tahap pra analitik, karena semua kegiatannya berada dalam
laboratorium. Laboratorium wajib melakukan pemeliharaan dan kalibrasi alat baik
secara berkala atau sesuai kebutuhan, agar dalam melaksanakan pemeriksaan
spesimen pasien tidak mengalami kendala atau gangguan yang berasal dari alat
laboratorium. Kerusakan alat dapat menghambat aktivitas laboratorium, sehingga
dapat mengganggu performa/ penampilan laboratorium yang pada akhirnya akan
merugikan laboratorium itu sendiri. Untuk mendapatkan mutu yang dipersyaratkan,
laboratorium harus melakukan uji ketelitian – ketepatan. Pelaksanaan uji ketelitian –
ketepatan yaitu dengan menguji bahan kontrol yang telah diketahui nilainya (assayed
control sera). Bila hasil pemeriksaan bahan kontrol terletak dalam rentang nilai

4
kontrol, maka hasil pemeriksaan terhadap spesimen pasien dianggap layak
dilaporkan.

C. TAHAP PASCA ANALITIK


Kegiatan laboratorium yang dilakukan pada tahap pasca analitik yaitu sebelum hasil
pemeriksaan diserahkan ke pasien, meliputi:
1. Penulisan hasil
2. interpretasi hasil
3. Pelaporan Hasil
Tingkat kesalahan tahap pasca analitik hanya sekitar 15%-20%. Kesalahan penulisan
hasil pemeriksaan pasien dapat membuat klinisi salah memberikan diagnosis
terhadap pasiennya. Kesalahan dalam menginterpretasikan dan melaporkan hasil
pemeriksaan juga dapat berbahaya bagi pasien. Ketiga tahap kegiatan laboratorium
ini sama-sama penting untuk dilaksanakan sebaik mungkin, agar mendapatkan hasil
pemeriksaan yang berkualitas tinggi, mempunyai ketelitian dan ketepatan sehingga
membantu klinisi dalam rangka menegakkan diagnosa, pengobatan atau pemulihan
kesehatan pasien yang ditanganinya.

Untuk mendapatkan mutu pemeriksaan laboratorium, dipengaruhi oleh beberapa


faktor, yaitu:
1. Variasi analitik
Faktor yang dapat menimbulkan variasi analitik ialah peralatan, metode, bahan
pemeriksaan dan reagen.
2. Variasi non analitik
Faktor yang dapat menimbulkan variasi non analitik terbagi tiga, yaitu pra
analitik, analitik dan pasca analitik.

Variasi non analitik yang dapat timbul rinciannya sebagai berikut:


a. Pre analitik
1. Ketatausahaan (clerical)
2. Persiapan penderita (patient Preparation)
3. Pengumpulan spesimen (specimen Collection)
4. Penanganan sampel (sampling handling)

5
b. Analitik
1. Reagen (reagents)
2. Peralatan (instruments)
3. Kontrol & bakuan (control & standard)
4. Metode analitik (analytical method)
5. Ahli Teknologi (Technologist)

c. Pasca analitik
1. Perhitungan (calculation)
2. Cara menilai (method evaluation)
3. Ketatausahaan (clerical)
4. Penanganan informasi (information handling)

2.2 Tahapan Pemantapan Mutu Internal di Bidang Parasitolog


2.2.1 PMI Pemeriksaan Mikroskopis Malaria

Pemantapan Mutu Lab Mikroskopis Malaria adalah suatu kegiatan yang dirancang
untuk meningkatkan dan menjamin mutu serta efisiensi pemeriksaan laboratorium,
secara berkesinambungan sehingga hasilnya dapat dipercaya. Pemantapan Mutu
Internal Mikroskopik Malaria bertujuan untuk memastikan seluruh proses di
laboratorium berjalan sesuai standar. Pemantapan Mutu Internal : Pra analisis ( SOP,
Mutu Reagen, Pemeliharaan alat,), analisis (Memastikan cara kerja sesuai standar,
Penyeliaan internal), pasca analisis (Pencatatan Pelaporan, Dokumentasi kegiatan
PMI.), Analisis dan koreksi kinerja.

Penyakit akut dan knonis yang disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium;
ditularkan nyamuk Anopheles betina. Gejala: panas tinggi, demam, menggigil, sakit
kepala, anemia, pembesaran limfa, dsb. Empat spesies penyebab penyakit malaria
pada manusia : P. falciparum, P. vivax , P. malariae, P.ovale, P. knowlesii. Secara
alami plasmodium ditularkan oleh vektor nyamuk Anopheles betina. dapatterjadi
melalui - tranfusi darah, suntikan, transplasenta. 10 Species diantaranya diketahui
sebagai vektor penting malaria: An.sundaicus, An.subpictus, An.maculatus,
An.aconitus, An.balabacensis, An.farauti, An.koliensis, An.punctulatus,
An.barbirostris, An.letifer.

6
A) Penggunaan Mikroskop untuk Pemeriksaan Malaria
• Sumber Cahaya
Sumber cahaya yang baik merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan hasil
pemeriksaan yang optimal. Sumber cahaya dapat melalui matahari atau listrik.

• Pengaturan Cahaya
a) Letakkan SD di meja sediaan mikroskop
b) Atur cahaya dengan menaikkan kondensor dan membuka diafragma.
c) Amati SD melalui okuler dengan menggunakan lensa objektif 10 x. Putar
makrometer untuk memfokuskan lapangan pandang.
d) Bila lapangan pandang sudah ditemukan/fokus, teteskan minyak imersi pada
lapangan pandang tersebut dan lensa objektif diputar pada ukuran 100x.
e) Amati lapangan pandang tersebut, bila belum fokus, mikrometer diputar sehingga
lapangan pandang menjadi jelas.

• Penyimpanan mikroskop
a) Perlindungan terhadap debu dan kotoran
- Harus ditutup dengan kain bersih/cover mikroskop.
- Jika tidak dipakai dalam waktu lama harus dimasukkan dalam kotak mikroskop
dengan posisi lensa objektif 10x.
- Setelah mikroskop digunakan, lensa objektif dan okuler masing-masing
dibersihkan dengan kertas pembersih lensa yang berbeda.
- Untuk membersihkan minyak imersi bisa menggunakan eter alkohol dengan
perbandingan 7 : 3.

b) Perlindungan terhadap jamur


- Simpan ditempat yang kering. Penyimpanan dapat dilakukan pada
ruangan AC yang dipasang 24 jam terus menerus (tidak termasuk AC yang
hanya dinyalakan pada jam kerja).
- Apabila tidak tersedia fasilitas diatas, maka mikroskop disimpan dalam
kotaknya atau lemari.

7
- Mikroskop disimpan dalam lemari yang dipasang bola lampu 25-50 watt
disesuaikan dengan ukuran lemari penyimpanan dan dihidupkan terus menerus.
Apabila disimpan dalam kotak mikroskop, cukup dengan lampu 5 watt.
- Apabila tidak ada fasilitas listrik maka mikroskop disimpan dalam kotaknya
yang diberi 400 gram silica gel.
- Jika mikroskop tidak digunakan dalam waktu yang cukup lama, maka semua
lensa obyektif dan okuler harus disimpan terpisah dalam desicator atau toples
kaca yang diberi silica gel. Jika silica gel sudah berubah warna menjadi merah
muda dibandingkan dengan warna semula (biru), maka dapat didaur ulang
(dipanaskan) untuk digunakan lagi.
- Jika lensa terkena jamur, lensa harus diservis langsung pada pabrik pembuatnya.

B) Bahan
• Slide/Kaca sediaan (Object Glass), syarat kaca sediaan :
1. Bersih, tidak berdebu dan bebas lemak atau tidak mengandung alkohol.
2. Jernih, tidak tergores dan tidak berjamur.
3. Tidak kusam / buram
4. Ketebalan Kaca Sediaan antara 1,1 – 1,3 mm
5. Yang terbaik adalah menggunakan object glass yang baru
• Lancet steril, digunakan hanya untuk 1x pakai.
• Kapas, jika tidak tersedia kapas, dapat digunakan bahan halus.
• Alkohol 70 %, lebih baik lagi jika menggunakan swab alkohol siap pakai.
• Minyak imersi (immersion oil)

 Uji Kualitas Minyak Imersi


1. Uji kekentalan : dapat dilakukan dengan memasukkan batang pengaduk kedalam
wadah berisi minyak imersi. Angkat batang pengaduk, dan amati. Jika minyak
imersi masih menempel pada batang pengaduk dan menetes lambat maka
kualitas minyak imersi masih baik.
2. Uji kekeruhan : Amati ada tidaknya kekeruhan minyak imersi pada wadah
transparan. Bila terlihat keruh maka kualitas minyak imersi sudah berkurang.

8
3. Perubahan warna : Amati ada tidaknya perubahan minyak imersi pada wadah
transparan. Bila terjadi perubahan warna (kekuningan) maka kualitas minyak
imersi sudah berkurang.

• Larutan buffer (pH 7.2)


Larutan buffer dapat dibuat dengan cara mencampurkan satu tablet buffer (pH 7,2)
dalam 1 liter aquades atau air mineral (air kemasan dalam botol) yang jernih, tidak
berbau dan tidak berasa. Larutan ini dapat dipakai untuk mengencerkan larutan
giemsa stock.

 Uji pH Larutan buffer


1. Dengan kertas lakmus
2. Dengan pH indikator
3. Dengan pH meter, larutan buffer yang digunakan memiliki pH 7,2

• Larutan Giemsa
Beberapa hal yang harus diperhatikan :
1. Giemsa stok harus disimpan dalam botol kaca berwarna gelap dan hindari dari
sinar matahari langsung.
2. Sebaiknya giemsa stok disimpan dalam botol berwarna gelap berukuran 100
ml. Hal ini untuk menghindari rusaknya giemsa stok karena oksidasi dan
penguapan akibat seringnya membuka tutup botol.
3. Botol giemsa stok yang akan digunakan tidak boleh dikocok atau diaduk karena
endapan/kristal giemsa akan naik ke permukaan larutan dan dapat menjadi
artefak dalam SD yang diwarnai.
4. Pengambilan giemsa stok harus menggunakan pipet yang kering, agar giemsa
stok di botol tidak tercemar dengan air.
5. Sisa larutan giemsa yang telah dicampur dengan larutan buffer bila tidak
digunakan lagi harus dibuang dan dimasukkan kembali ke dalam botol giemsa
stok.
6. Larutan giemsa dibuat segera sebelum digunakan dan tidak boleh
disimpan/digunakan setelah 1 jam.

9
 Uji Kualitas Giemsa
Ada dua cara menguji mutu giemsa untuk mengetahui apakah giemsa stok yang
akan digunakan masih baik :
1) Melakukan pewarnaan pada 1-2 SD, kemudian diperiksa di bawah mikroskop.
Kalau hasilnya sesuai dengan kriteria standar pewarnaan yang baik, berarti
giemsa pengencernya masih bagus dan dapat digunakan. Pengujian seperti ini
perlu dilakukan setiap kali akan melakukan pewarnaan masal.
2) Melakukan test menggunakan kertas Whatman no.2 dan metanol (metil
alkohol):
• Letakkan kertas saring diatas gelas atau petridisk/cawan petri supaya bagian
tengah kertas tidak menyentuh sesuatu.
• Teteskan 1-2 tetes giemsa stok pada kertas saring. Tunggu sampai meresap dan
menyebar.
• Kemudian teteskan 3-4 tetes metanol absolut di tengah bulatan giemsa perlahan
dengan jarak waktu beberapa detik sampai garis tengah giemsa menjadi 5-7 cm,
maka akan terbentuk :
- Lingkaran biru (methilen blue) ditengah
- Lingkaran cincin ungu (methilen azur) diluarnya, serta
- Lingkaran tipis warna merah (eosin) pada bagian tepi.
Giemsa sudah rusak dan tidak boleh dipakai lagi, bila warna ungu atau merah
tidak terbentuk.

• Metanol
Digunakan untuk Fiksasi sediaan darah tipis. Uji Kualitas Methanol Salah satu cara
uji kualitas adalah dengan mengukur berat jenis metanol dengan densitometer
(BJ=0,792 – 0,793). Penyimpanan metanol dilakukan dalam wadah tertutup pada
suhu dibawah
titik didih (60oC).

C) Pengambilan Sediaan Malaria


- Untuk bahan pemeriksaan yang terbaik adalah darah dari ujung jari.

10
- Bila menggunakan darah vena, sebaiknya darah yang digunakan adalah darah
yang belum tercampur dengan anti koagulan (darah yang masih ada dalam spuit).
SD harus segera dibuat sebelum darah membeku.
- Bila menggunakan darah dengan anti koagulan harus segera dibuat SD malaria,
karena bila sudah lebih dari 1 jam, jumlah parasit berkurang dan morfologi dapat
berubah.
- Untuk darah yang dimasukkan ke dalam tabung yang berisi anti koagulan, tabung
tersebut harus diisi sampai batas yang sudah ditentukan.

D) Pembuatan Sediaan Darah Malaria


a. Jenis Sediaan Darah
Untuk membuat SD malaria dibuat 2 jenis SD, yaitu
 Sediaan darah tebal dan sediaan darah tipis. Sediaan darah tebal Terdiri dari
sejumlah besar sel darah merah yang terhemolisis. Parasit yang ada terkonsentrasi
pada area yang lebih kecil sehingga akan lebih cepat terlihat di bawah mikroskop.
 Sediaan darah tipis terdiri dari satu lapisan sel darah merah yang tersebar dan
digunakan untuk membantu identifikasi parasit malaria setelah ditemukan dalam
SD tebal.

b. Pembuatan Sediaan Darah


1. Pegang tangan kiri pasien dengan posisi telapak tangan menghadap ke atas.
2. Pilih jari tengah atau jari manis (pada bayi usia 6-12 bulan darah diambil dari
ujung ibu jari kaki dan bayi <6 bulan darah diambil dari tumit).
3. Bersihkan jari dengan kapas alkohol untuk menghilangkan kotoran dan minyak
yang menempel pada jari tersebut.
4. Setelah kering, jari ditekan agar darah banyak terkumpul di ujung jari.
5. Tusuk bagian ujung jari (agak di pinggir, dekat kuku) secara cepat dengan
menggunakan lancet.
6. Tetes darah pertama yang keluar dibersihkan dengan kapas kering, untuk
menghilangkan bekuan darah dan sisa alkohol.
7. Tekan kembali ujung jari sampai darah keluar, ambil object glass bersih (pegang
object glass di bagian tepinya). Posisi object glass berada di bawah jari tersebut.
8. Teteskan 1 tetes kecil darah (+ 2μl) di bagian tengah object glass untuk SD tipis.
Selanjutnya 2-3 tetes kecil darah (+ 6μl) di bagian ujung untuk SD tebal.
11
9. Bersihkan sisa darah di ujung jari dengan kapas.
10. Letakkan object glass yang berisi tetesan darah diatas meja atau permukaan yang
rata.
11. Untuk membuat SD tipis, ambil object glass baru (object glass kedua) tetapi
bukan cover glass. Tempelkan ujungnya pada tetes darah kecil sampai darah
tersebut menyebar sepanjang object glass.
12. Dengan sudut 450 derajat geser object glass tersebut dengan cepat ke arah yang
berlawanan dengan tetes darah tebal, sehingga didapatkan sediaan hapus (seperti
bentuk lidah).
13. Untuk SD tebal, ujung object glass kedua ditempelkan pada ke tiga tetes darah
tebal. Darah dibuat homogen dengan cara memutar ujung object glass searah
jarum jam, sehingga terbentuk bulatan dengan diameter 1 cm.
14. Pemberian label/etiket pada bagian ujung object glass dekat sediaan darah tebal,
bisa menggunakan kertas label atau object glass frosted.
15. Proses pengeringan SD harus dilakukan secara perlahan-lahan di tempat yang
datar. Tidak dianjurkan menggunakan lampu (termasuk lampu mikroskop), hair
dryer. Hal ini dapat menyebabkan SD menjadi retak-retak sehingga
mempengaruhi hasil pemeriksaan. Kipas angin dapat digunakan untuk
mengeringkan SD.
16. Selama proses pengeringan, SD harus dihindarkan dari gangguan serangga
(semut, lalat, kecoa dll), debu, panas, kelembaban yang tinggi dan getaran.
17. Setelah kering, darah tersebut harus segera diwarnai. Pada keadaan tidak
memungkinkan selambat-lambatnya dalam waktu 24 jam SD harus sudah
diwarnai.

E) Kesalahan Pada Pembuatan Sediaan Darah


Kesalahan-kesalahan yang sering dijumpai pada pembuatan SD :
1. Jumlah darah yang digunakan terlalu banyak, sehingga warna SD tebal menjadi
gelap/terlalu biru. Parasit malaria pada SD tebal sulit dilihat karena banyaknya
sel darah putih. Demikian juga pada SD tipis, bertumpuknya sel darah merah
menyebabkan parasit sulit dilihat.
2. Jumlah darah yang digunakan terlalu sedikit, tidak memenuhi syarat yang
diperlukan untuk menyatakan bahwa SD tersebut negatif.

12
3. SD yang berlemak atau kotor dapat menyulitkan pemeriksaan. Selain itu pada
proses pewarnaan, sebagian SD tebal dapat terlepas.
4. Ujung object glass kedua yang bergerigi atau terlalu tajam akan menyebabkan
penyebaran SD tipis tidak rata dan ujungnya tidak berbentuk lidah.
5. SD tebal yang terletak di ujung object glass, dapat menyulitkan pemeriksaan
karena posisi meja sediaan sudah maksimal (tidak dapat digeser).

F) Pewarnaan Sediaan Darah


1) SD tipis yang sudah kering difiksasi dengan methanol. Jangan sampai terkena
SD tebal.
2) Letakkan pada rak pewarna dengan posisi darah berada di atas.
3) Siapkan 3% larutan Giemsa dengan mencampur 3 bagian giemsa stock dan 97
bagian larutan buffer.
4) Tuang larutan Giemsa 3% dari tepi hingga menutupi seluruh permukaan
object glass. Biarkan selama 45-60 menit.
5) Tuangkan air bersih secara perlahan-lahan dari tepi object glass sampai larutan
Giemsa yang terbuang menjadi jernih. Angkat dan keringkan SD. Setelah
kering, SD siap diperiksa.

G) Pemeriksaan Rutin untuk SD Malaria


 Pemeriksaan SD Tipis
a SD diletakkan pada meja sediaan mikroskop.
b Lihat SD dengan lensa objektif pembesaran 10 kali dan fokuskan lapang
pandang pada bagian yang bertanda ”x” (lihat gambar).

13
c. Teteskan minyak imersi pada bagian yang bertanda ”x”.
d. Ganti lensa objektif dengan pembesaran 100 kali
e. Fokuskan lapang pandang dengan memutar mikrometer sampai eritrosit terlihat
jelas. Periksa SD dengan menggerakkan meja sediaan dengan arah kekiri dan
kekanan sesuai arah panah (lihat gambar).
f. Pemeriksaan dilakukan sampai 100 lapangan pandang untuk menentukan
negatif. Bila diperlukan dapat dilihat sampai 400 lapang pandang.

 Pemeriksaan SD Tebal
a. SD diletakkan pada meja sediaan mikroskop
b. Lihat SD dengan lensa objektif 10 kali dan fokuskan lapang pandang pada
bagian tepi SD tebal (tanda ”x” pada gambar)
c. Teteskan minyak imersi pada bagian yang bertanda ”x”.
d. Ganti lensa objektif dengan pembesaran 100 kali
e. Fokuskan lapang pandang dengan memutar mikrometer sampai eritrosit terlihat
jelas. Periksa SD dengan menggerakkan meja sediaan dengan arah kekiri dan
kekanan sesuai arah panah (lihat gambar).
f. Pemeriksaan rutin tebal dinyatakan negatif bila tidak ditemukan parasit pada
100 lapang pandang. Bila ditemukan parasit, pemeriksaan dilanjutkan dengan
100 lapangan pandang sebelum diagnosa ditegakkan. Hal ini dilakukan untuk
memastikan ada tidaknya infeksi campur.

H) Menghitung Jumlah Parasit


Ada dua metode yang digunakan untuk menghitung parasit, yaitu
 Jumlah parasit/μl darah dihitung berdasarkan jumlah leukosit pada SD tebal
(standar = 8.000 /μl). Untuk penghitungan parasit diperlukan 2 buah tally

14
counter. Satu tally counter untuk menghitung parasit, dan yang lainnya untuk
menghitung leukosit.
1) Bila pada 200 leukosit ditemukan 100 parasit atau lebih, catat hasilnya per 200
leukosit
2) Bila pada 200 leukosit hanya ditemukan 99 parasit atau kurang, lanjutkan
pemeriksaan sampai menjadi 500 leukosit, catat hasilnya per 500 leukosit.
3) Jadi jumlah parasit dalam 1 μl darah : jumlah parasit x 8.000 jumlah leukosit
4) Apabila penghitungan parasit dilakukan terhadap 200 leukosit maka jumlah
parasit dikalikan 40. Bila penghitungan parasit dilakukan terhadap 500
leukosit, jumlah parasit dikalikan 16.
5) Secara umum jumlah gametosit dan stadium aseksual dihitung secara terpisah.

 Secara semi kuantitatif atau sistem plus.


Merupakan metode yang lebih sederhana untuk menghitung parasit dalam SD
tebal. Namun cara ini kurang memuaskan, hanya dilakukan apabila penghitungan
dengan metode a) tidak memungkinkan. Sistem ini menggunakan kode 1+ sampai
4+ seperti dibawah ini :
1) + = 1 sampai 10 parasit dalam 100 lapang pandang SD tebal.
2) + + = 11 sampai 100 parasit dalam 100 lapang pandang SD tebal.
3) + + + = 1 sampai 10 parasit dalam 1 lapang pandang SD tebal.
4) + + + + = >10 parasit dalam 1 lapang pandang SD tebal.

I) Pelaporan Hasil Pemeriksaan SD


 Informasi yang harus dicatat dari pasien yang diperiksa darahnya adalah :
1. Wilayah, Provinsi atau kecamatan dimana pemeriksaan dilakukan
2. Alamat lengkap pasien (jalan, RT/RW, dsb)
3. Nama, umur dan jenis kelamin pasien
4. Kode SD

 Hasil pemeriksaan
a) Tidak ditemukan parasit malaria
b) Ditemukan parasit malaria;
o Spesies parasit malaria
o Stadium parasit malaria

15
o Jumlah parasit malaria

BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pemantapan Mutu Laboratorium Mikroskopis Malaria biasanya dilakukan untuk


Pemantapan Mutu External. Pemantapan mutu internal yang bisa dilakukan adalah
PMI alat mikroskop, reagen giemsa, imersi dll. Daerah non endemis malaria jarang
dilakukan PME malaria. Meningkatkan kinerja laboratorium agar dapat memberikan
pelayanan dan kepuasaan terhadap pelanggan atau pasien sudah. Maka dilakukannya
pengendalian mutu laboratorium, seperti PMI untuk meminimalisir atau mencegah
kesalahan-kesalahan yang terjadi baik dari tahap pra analitik, analitik, dan pasca
analitik.

3.2 Saran

Pemantapan Mutu Internal adalah hal yang sangat penting dilakukan laboratorium.
Dengan dilakukannya Pemantapan Mutu Internal di Laboratorium dapat

16
menghasilkan ketepatan hasil dan akurat. Maka dari itu perlunya mahasiswa untuk
memahami PMI.

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat P2PTVZ.2016. QUALITY ASSURANCE (QA) LABORATORIUM


MALARIA Subdit Malaria (Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor
dan Zoonotik), Workshop dan Semiloka Nasional Quality Control DI Yogyakarta, 16
September 2016

KEMENKES RI. Pedoman Teknis Pemeriksaan Parasit Malaria.2017

Sukorini, U., Nugroho, DK., Rizki, M., Hendriawan, B. 2010. Pemantapan Mutu
Internal
Laboratorium Klinik. Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta.

Maria Tuntun, S.Pd.,M biomed,dkk.Kendali Mutu.2013

17

Anda mungkin juga menyukai