Anda di halaman 1dari 6

ANALISA LABORATORIUM

Laboratorium kesehatan adalah sarana kesehatan yang melaksanakan


pengukuran, penetapan dan pengujian terhadap bahan yang berasal dari manusia
atau bahan bukan berasal dari manusia untuk penentuan jenis penyakit, penyebab
penyakit, kondisi kesehatan atau faktor yang dapat berpengaruh pada kesehatan
perorangan dan kesehatan masyarakat. Laboratorium kesehatan merupakan sarana
penunjang upaya pelayanan kesehatan, khususnya bagi kepentingan preventif dan
kuratif, bahkan promotif dan rehabilitatif.

Laboratorium Klinik adalah laboratorium kesehatan yang melaksanakan


pelayanan pemeriksaan di bidang hematologi, kimia klinik, mikrobiologi klinik,
parasitologi klinik, imunologi klinik atau bidang lain yang berkaitan dengan
kepentingan kesehatan perorangan terutama untuk menunjang upaya diagnosis
penyakit, penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. (Maritasari Indah,
2012 ).

Dalam proses pemeriksaan laboratorium ada 3 tahapan penting, yaitu:

1. Pra analitik
2. Analitik
3. Pasca analitik

1. Pra Analitik

Kegiatan tahap pra analitik adalah serangkaian kegiatan laboratorium


sebelum pemeriksaan spesimen, yang meliputi:

a. Persiapan pasien
b. Pemberian identitas spesimen
c. Pengambilan spesimen
d. Pengolahan spesimen
e. Penyimpanan spesimen
f. Pengiriman spesimen ke laboratorium
Kegiatan ini dilaksanakan agar spesimen benar-benar representatif sesuai
dengan keadaan pasien, tidak terjadi kekeliruan jenis spesimen, dan mencegah
tertukarnya spesimen-spesimen pasien satu sama lainnya. Tujuan tahap ini untuk
menjamin bahwa spesimen yang diterima benar dan memenuhi syarat (Raehun,
2019).

Kesalahan yang terjadi pada tahap pra analitik adalah yang terbesar, yaitu
dapat mencapai 60% - 70%. Hal ini dapat disebabkan dari spesimen yang
diterima laboratorium tidak memenuhi syarat yang ditentukan. Spesimen dari
pasien dapat diibaratkan seperti bahan baku yang akan diolah. Jika bahan baku
tidak baik, tidak memenuhi persyaratan untuk pemeriksaan, maka akan
didapatkan hasil/ output pemeriksaan yang salah. Sehingga penting sekali untuk
mempersiapkan pasien sebelum melakukan pengambilan spesimen. Spesimen
yang tidak memenuhi syarat sebaiknya ditolak, dan dilakukan pengulangan
pengambilan spesimen agar tidak merugikan laboratorium.

2. Analitik

Analitik diartikan sebagai suatu proses penelitian untuk memperoleh data atau


kesimpulan dalam sebuah aktivitas atau pekerjaan.  Kegiatan laboratorium yang
dilakukan pada tahap analitik meliputi:

 Pemeriksaan spesimen

 Pemeliharaan dan Kalibrasi alat

 Uji kualitas reagen

 Uji Ketelitian – Ketepatan

Tujuan pengendalian tahap analitik yaitu untuk menjamin bahwa hasil


pemeriksaan spesimen dari pasien dapat dipercaya/ valid, sehingga klinisi dapat
menggunakan hasil pemeriksaan laboratorium tersebut untuk menegakkan
diagnosis terhadap pasiennya.
Walaupun tingkat kesalahan tahap analitik (sekitar 10% - 15%) tidak sebesar
tahap pra analitik, laboratorium tetap harus memperhatikan kegiatan pada tahap
ini. Kegiatan pada tahap ini lebih mudah dikontrol dibanding tahap pra analitik,
karena semua kegiatan berada di laboratorium.

a. Pereaksi (reagen)
Reagen harus dipastikan memenuhi syarat, tidak melampaui masa kadaluarsa,
cara pelarutan atau pencampuran benar, cara pengenceran benar serta
pelarutnya harus memenuhi syarat.
b. Peralatan
Peralatan atau alat dipastikan semua bersih dan sudah memenuhi standart,
terkalibrasi serta urutan prosedur harus benar.
c. Kontrol kualitas Kontrol kualitas adalah rangkaian pemeriksaan analitik yang
ditujukan untuk menilai data analitik dengan tujuan mendeteksi kesalahan
analitik di laboratorium.
d. Metode pemeriksaan.
e. Kompetensi pelaksana (Sukorini dkk, 2010).

Laboratorium wajib melakukan pemeliharaan dan kalibrasi alat baik secara


berkala atau sesuai kebutuhan, agar dalam melaksanakan pemeriksaan spesimen
pasien tidak mengalami kendala atau gangguan yang berasal dari alat
laboratorium. Kerusakan alat dapat menghambat aktivitas laboratorium, sehingga
dapat mengganggu performa/ penampilan laboratorium yang pada akhirnya akan
merugikan laboratorium itu sendiri.

Untuk mendapatkan mutu yang dipersyaratkan, laboratorium harus


melakukan uji ketelitian – ketepatan. Uji ketelitian disebut juga pemantapan
presisi, dan dapat dijadikan indikator adanya penyimpangan akibat kesalahan
acak (random error). Uji ketepatan disebut juga pemantapan akurasi, dan dapat
digunakan untuk mengenali adanya kesalahan sistemik (systemic error).
Pelaksanaan uji ketelitian – ketepatan yaitu dengan menguji bahan kontrol yang
telah diketahui nilainya (assayed control sera). Bila hasil pemeriksaan bahan
kontrol terletak dalam rentang nilai kontrol, maka hasil pemeriksaan terhadap
spesimen pasien dianggap layak dilaporkan.

3. Pasca Analitik

Pada tahapan pasca analitik merupakan tahap terakhir dari suatu pemeriksaan


laboratorium klinik, di mana pada tahap ini dilakukan pelaporan hasil
pemeriksaan setelah dilakukan validasi terlebih dahulu. Validasi hasil
pemeriksaan merupakan upaya untuk memantapkan kualitas hasil pemeriksaan.
Kegiatan laboratorium yang dilakukan pada tahap pasca analitik yaitu sebelum
hasil pemeriksaan diserahkan ke pasien, meliputi:

  Penulisan hasil

  Interpretasi hasil

  Pelaporan Hasil

Seperti pada tahap analitik, tingkat kesalahan tahap pasca analitik hanya


sekitar 15% - 20%. Walaupun tingkat kesalahan ini lebih kecil jika dibandingkan
kesalahan pada tahap pra analitik, tetapi tetap memegang peranan yang penting.
Kesalahan penulisan hasil pemeriksaan pasien dapat membuat klinisi salah
memberikan diagnosis terhadap pasiennya. Kesalahan dalam menginterpretasikan
dan melaporkan hasil pemeriksaan juga dapat berbahaya bagi pasien.
a. Pembacaan hasil
Pembacaan hasil adalah perhitungan, pengukuran identifikasi serta penilaian
harus benar.
b. Pelaporan hasil
Pelaporan hasil adalah form hasil pemeriksaan yang bersih, tidak salah
transkip, tulisan jelas dan tidak terdapat kecenderungan hasil (Depkes, 2013).

Faktor dari ketiga tahapan pemeriksaan mencakup tahap pra analitik, analitik
dan pasca analitik dapat mempengaruhi ketelitian dan ketetapan hasil
pemeriksaan, namun dapat dikendalikan semaksimal mungkin dengan cara
memperhatikan kemungkinan kesalahan yang dapat terjadi pada waktu melakukan
pemeriksaan sehingga dilakukan tindakan penanggulangan dan hasil yang
dikeluarkan tepat dan teliti (Warsyidah, 2016).

Kegiatan pengendalian mutu secara terus menerus setiap hari bertujuan untuk
mendeteksi secara dini kesalahan yang terjadi pada tiap tahapan sehingga
diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat dan teliti. Kegiatan ini pada dasarnya
adalah kegiatan pemantapan mutu yang bertujuan menghasilkan pemeriksaan
laboratorium yang bermutu. Secara garis besar pemantapan mutu terdiri dari :

A. Pemantapan mutu internal (PMI)


Pemantapan mutu internal adalah kegiatan pencegahan dan pengawasan
yang dilaksanakan oleh masing-masing laboratorium itu sendiri secara terus
menerus agar tidak terjadi atau mengurangi adanya kejadian
error/penyimpangan sehingga diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat
(Permenkes RI no 43 tahun 2013). Tujuan dari pemantapan mutu internal
yaitu :
1. Mempertinggi kesiagaan tenaga, sehingga pengeluaran hasil yang salah
tidak terjadi dan perbaikan penyimpangan dapat dilakukan segera.
2. Pemanfaatan dan penyempurnaan pemeriksaan dengan
mempertimbangkan aspek analitik dan klinis.
3. Memastikan bahwa semua proses mulai dari persiapan pasien,
pengambilan, pengiriman, penyimpanan dan pengolahan spesimen sampai
dengan pencatatandan pelaporan telah dilakukan dengan benar.
4. Mendeteksi penyimpangan dan mengetahui sumbernya.
5. Membantu perbaikan pelayanan kepada pelanggan.

B. Pemantapan mutu eksternal (PME)


PME adalah kegiatan pemantapan mutu yang diselenggarakan secara
periodik oleh pihak lain di luar laboratorium yang bersangkutan untuk
memantau dan menilai penampilan suatu laboratorium di bidang pemeriksaan
tertentu. Penyelenggaraan PME dilaksanakan oleh pihak pemerintah, swasta
atau internasional. Setiap laboratorium kesehatan wajib mengikuti PME yang
diselenggarakan oleh pemerintah secara teratur dan periodik meliputi semua
bidang pemeriksaan laboratorium, seperti yang terdapat pada pasal 6
Permenkes nomor 411 tahun 2010 tercantum bahwa laboratorium klinik
wajib melaksanakan pemantapan mutu eksternal yang diakui oleh pemerintah
(Sirregar dkk., 2018).
Kegiatan pemantapan mutu eksternal ini sangat bermanfaat bagi suatu
laboratorium, sebab dari hasil evaluasi yang diperoleh dapat menunjukkan
performance laboratorium yang bersangkutan dalam bidang pemeriksaan
yang ditentukan. Waktu melaksanakan kegiatan ini tidak boleh diperlakukan
secara khusus, jadi pada waktu melakukan pemeriksaan harus dilaksanakan
oleh petugas yang biasa melaksanakan pemeriksaan tersebut serta
menggunakan peralatan, reagen ataupun metode yang biasa dipakainya
sehingga hasil pemantapan mutu eksternal tersebut benar-benar dapat
mencerminkan penampilan laboratorium tersebut yang sebenarnya
(Permenkes RI no 43 tahun 2013).

Anda mungkin juga menyukai