“QUALITY ASSURANCE”
DISUSUN OLEH :
HENI RESINTA AGUSTIN (51120012)
DOSEN PEMBIMBING :
BASTIAN, S.Si.T., M. Biomed
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan karuniaNya, kami sebagai penyusun dapat menyelesaikan makalah ini
dengan sebaik-baiknya dan tepat waktunya.
Makalah ini berjudul “Quality Assurance” untuk memenuhi tugas yang
diberikan oleh dosen mata kuliah pilihan yaitu Imunohematologi. Makalah ini dibuat
dengan menjadi kesatuan yang sistematis. Terima kasih kami ucapkan kepada semua
pihak yang menjadi sumber referensi bagi kami.
Semoga makalah ini dapat berguna bagi pembaca sekalian. Kami selaku
penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari
bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat kami
harapkan untuk penyempurnaan makalah kami.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii
BAB I...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................2
1.3 Tujuan......................................................................................................................2
BAB II................................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN................................................................................................................. 3
2.1 Pengertian Quality Assurance..................................................................................6
2.2 Jenis-jenis Quality Assurance (Jaminan Mutu)....................................................... 7
2.3 Prinsip Quality Assurance (Qa)................................................................................... 13
2.4 Pendekatan Sistem Dalam Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan................................14
2.5 Fungsi Quality Assurance............................................................................................18
2.6 Tugas Quality Assurance............................................................................................. 18
2.7 Perbedaan Quality Assurance dan Quality Control..................................................... 19
2.8 Penerapan Quality Assurance di Laboratorium........................................................... 22
BAB III................................................................................................................................25
PENUTUP...........................................................................................................................25
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................. 25
3.2 Saran............................................................................................................................ 25
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... 26
iii
BAB I
PENDAHULUAN
4
akalah ini akan dibahas lebih lanjut mengena Quality Assurance.(Praptomo.
2018).
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Quality Assurance
2. Untuk mengetahui jenis-jenis Quality Assurance
3. Untuk mengetahui prinsip Quality Assurance
4. Untuk mengetahui Pendekatan Sistem Dalam Menjaga Mutu Pelayanan
Kesehatan
5. Untuk mengetahui fungsi Quality Assurance
6. Untuk mengetahui tugas Quality Assurance
7. Untuk mengetahui perbedaan Quality Assurance dan Quality Control
8. Untuk mengetahui penerapan Quality Assurance dan Quality Control
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Quality Assurance
Pada ISO/IEC 17025: 2017 klausul 7.7.1 sistem mutu laboratorium
harusmemiliki prosedur yang digunakansebagai pedoman keabsahan suatu
hasilanalisis. Data yang dihasilkan harusdicatat sehingga trend data yang
dihasilkan dapat terdeteksi dan apabilamemungkinkan adanya penerapanmetode
statistika untuk mengkaji ulanghasil analisis, sehingga data yang diperoleh
dapat berkualitas dan memuaskan konsumen. Dengan kata lain laboratorium
harus menerapkan Quality Assurance (QA) dan Quality Control (QC)(Afifah,
2021).
Jaminan mutu (Quality Assurance) adalah bagian dari jaminan mutu
dimanakegiatan yang dilakukan secara ter struktur dan terencana yang
diterapkan dalam system manajemen mutu laboratorium sehingga memperoleh
data hasil pengujian yang berkualitas. Penjaminan Mutu Analisis (PMA) adalah
serangkaian prosedur untuk menjamin bahwa data hasil analisis yang dihasilkan
merupakan data yang berkualitas. Tingkatan penjaminan mutu analisis meliputi
validasi metode analisis, penjaminan mutu internal dengan peta kendali,
penjaminan mutu eksternal yang dapat dilakukan dengan uji banding antar
laboratorium dan akreditasi sesuai ISO 17025:2017 (Afifah, 2021).
QA ini lebih ditujukan untuk penilaian terhadap kinerja suatu laboratorium.
QA adalah suatu kegiatan yg dilakukan oleh institusi tertentu untuk menentukan
kualitas pelayanan laboratorium. Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk
menilai kinerja suatu laboratorium adalah dengan proficiency test. Proficiency
Test atau external quality assurance: dilakukan dengan membandingkan hasil
beberapalaboratorium terhadap bahan kontrol rujukan dari laboratorium. Tujuan
dari Proficiency Testing adalah untuk mengawasi kualitas tes dalam sebuah
6
laboratorium, mengidentifikasi masalah, dan membuat langkah koreksi terhadap
masalah apapun yang terdentifikasi (Siregar, 2018).
Persyaratan Penanganan sampel proficiency testing:
a) Sampel yang harus diuji dengan alat yang sama seperti pemeriksaan pasien
rutin laboratorium.
b) Sampel harus di uji dengan frekuensi pemeriksaan yang sama dengan
sampel pasien rutin.
c) laboratorium harus mencatat semua langkah (penangan, pengolahan, tes,
pelaporan) untuk periode proficeency testing d. hanya diperlukan untuk
metode primer yg digunakan untuk menguji analit dalam sampel pasien
selama periode proficiency testing (Siregar, 2018).
7
B. Pemeliharaan alat yang baik dan benar serta terus menerus akan
menghasilkan kerja alat yang baik dan akan mempengaruhi mutu hasil
pemeriksaan.
C. Mutu cat, reagensia, antigen, antisera dan cakram obat
a) Cat dan reagensia Pengawasan dilakukan setiap kali atau setiap hari
apabila reagen atau cat dibuat saat akan melakukan pemeriksaan
dengan menyertakan control positifdan negative. Pengawasan dapat
pula dilakukan setiap 1 minggu, 3 bulan, 6 bulan atau setiap cat atau
reagen yang baru dibuka atau dibuat, tergantung dari sifat cat atau
reagen itu apabila terpengaruh udara, cahaya dan sebagainya pada
waktu penyimpanan. Cat atau reagensia boleh dibuang atau tidak
dipakai apabila tanggal kadaluarsanya telah dilampaui atau apabila
sudah ada perubahan warna, kekeruhan, dan ada endapan.
b) Antigen dan antisera
Beberapa anjuran untuk mendapatkan hasil yang baik dari antigen
dan antisera:
1) Selalu mengikuti petunjuk pabrik
2) Simpan dalam suhu yang dianjurkan. Beberapa reagen tidak baik
bila disimpan dalam freezer
3) Hindari pengulangan pembekuan dan pencairan
4) Buang zat bila lewat tanggal kadaluarsa
5) Gunakan kultur murni dan baru untuk mengetes antisera
6) Selalu menyertakan serum control negative dan positif setiap
menggunakan antigen baru.
c) Cakram obat
Untuk mengurangi kesalahan dalam penggunaan disc obat, ikutilah
petunjuk berikut:
1) Cakram obat harus betul diameternya (6,35m)
8
2) Cakram obat harus betul potensinya (tes dengan strain)
3) Cakram obat stock disimpan pada -20 C
4) Cakram obat untuk kerja sehari-hari tidak boleh disimpan lebih
dari 1 bulan pada 2-8 derajat Celcius
5) Cakram obat yang baru dibeli ditest dulu potensinya dengan
strain standard
D. Pemeliharaan dan penyimpanan kultur bakteri standar
1. Stock kultur: harus baik dan murni, baik berari harus cocok sifat-sifat
morfologinya, kulturnya, biokimianya, tes kimianya, dan serologinya.
Murni berarti kultur tersebut tidak ada kontaminasi dengan bakteri
lain. Stock kultur yang harus dimiliki adalah:
- Staphylococcus epidermidis
- Streptococcus pyogenes
- Streptococcus agalactiae
- Streptococcus faecalis
- Streptococcus pneumonia
- Streptococcus typhimurium
- Shigella flexneri
- Enterobacter cloacae
- Klebsiella pneumonia
- Citrobacter freundii
9
- Seratia marcesens
- Proteus mirabilis
- Yersinia enterocolitica
- Acinitobacter calcoaceticus
- Branhamella catharalis
- Neisseria meningitides
- Haemophylus influenza
- Haemophylus para-influenzae
- Bacteroides fragilis
- Clostridium perfringens
- Candida albicans
10
disimpan pada suhu kamar, ada yang dapat bertahan sampai 10
tahun.
3) Kultur rutin dapat disimpan degna kultur goresan pada TSA
tabung, pada suhu kamar. Bakteri yang cepat tumbuh dan
umurnya pendek boleh di pindah tanamkan setiap 2-3 hari
sekali.
3. Pemeliharaan kultur bakteri
1) Untuk menjaga kelangsungan hidup bakteri yang disimpan. Ini
dilaksanakan dengan menanam kembali bakteri yang disimpan
pada media baru yang sejenis, dalam jangka waktu tertentu.
Pemeliharaan ini diperuntukkan bagi bakteri yang disimpan
dengan kultur tusukan dan kultur goresan. Media yang
digunakan yaitu Nutrien agar, Trypticase soy agar, Brain Heart
Infusion agar, Blood agar.
2) Untuk menjaga kemurnian bakteri yang disimpan. Disamping
untuk menghindari pencemaran bakteri lain dari udara, juga
untuk menjaga kestabilan sifat-sifat morfologis, kulturil,
biochemist, serologis dan pathogenitasnya kalau mungkin.
Pemeliharaan ini terutama ditujukan untuk bakteri yang akan
disimpan lama atau bakteri yang akan digunakan untuk
mengecek disc obat atau untuk pembanding.
E. Penggunaan laboratorium rujukan
a. Bakteri yang tidak dapat diidentifikasi, hasil pemeriksaan yang
meragukan dapat dikirim atau dirujuk ke laboratoriumrujukan untuk
memperoleh kepastian hasil identifikasi atau hasil pemeriksaan.
b. Kadang-kadang laboratorium rujukan dapat melaksanakan program
External Quality Assesment.
11
2. External Quality Assuransce
Disebut juga External QualityAssesment atau kemantapan mutu keluar
artinya laboratorium kita dites mutu hasil pemeriksaannya oleh laboratorium
lain (biasanya pemerintah) nasional maupun internasional.
Tujuan dari program penerapan mutu:
a. Memberikan jaminan mutu kepada konsumen, dokter, rumah sakit,
masyarakat bahwa hasil pemeriksaan bermutu baik.
b. Menetapkan dan membandingkan ketepatan hasil pemeriksaan suatu
laboratorium secara nasional.
c. Mengidentifikasi kesalahan-kesalahan umum.
d. Mendorong penggunaan prosedur yang seragam dan reagensia yang
standar
e. Mengukur kemampuan administratif. Program penetapan mutu suatu
laboratorium dapat dilaksanakan sebagai berikut:
a) Dengan mengirimkan specimen atau kultur bakteriyang tidak
diketahui isinya, ke laboratorium yang di tes kemampuannya, untuk
memeriksanya dengan cara yang digunakan sehari-hari dan kemudian
melaporkan hasilnya.
b) Frekuensi penetapan minimal 4 kali dalam setahun idealnya 12 kali
dalam setahun, setiap kali minimal 3 spesimen atau kultur bakteri.
c) Waktu pelaksanaan pemeriksaan dan pelaporan oleh laboratorium
yang ditetapkan mutu atau kemampuannya dibuat sesingkat mungkin,
misal 1 minggu setelah spesimen diterima.
d) Petunjuk pelaksanaan dan blanko laporan diserahkan bersama-sama
specimen.
12
Faktor teknis yang perlu diperhatikan antara lain:
13
dapat lebih lanjut, dengan menganalisis proses untuk mencegah suatu
persoalan, sebelum muncul.
c. QA menggunakan data untuk analisis proses pelaksanaan pelayanan
kesehatan. Suatu pendekatan konsultatif yang sederhana untuk analisis
masalah dna monitoring adalah aspek yang penting dalam peningkatan
mutu seperti analisis sebab akibat berdasarkan data dan fakta.
d. QA mendorong suatu pendekatan tim dalam pemecahan masalah dan
peningkatan mutu. Pendekatan partisipasi menawarkan dua keuntungan.
Pertama, hasil produk teknik kemungkinan bermutu lebih tinggi karena
masing -masing anggota tim membawakan prospeknya yang unik-unik
dan wawasan kepada upaya peningkatan mutu. Kerjasama memberikan
kemudahan fasilitas dalam analisisi masalah dan solusinya. Kedua,
anggota staff kemungkinan lebih menerima dan mendukung perubahan
di mana mereka dapat membantu pengembangannya. Dengan demikian,
partisipasi dalam peningkatan mutu membangun konsensus dan
mengurangi perlawanan dalam perubahan.
14
kestabilan penggunaan struktur sebagai ukuran tidak langsung (indirect
measure) dalam pelayanan kesehatan tergantung pada pengaruhnya dalam
pelayanan. Struktur mempengaruhi secara tidak langsung baik tidaknya
pelayanan atau kinerjanya. Dengan demikian, struktur memberikan kontribusi
baik diinginkan atau tidak dalam mutu pelayanan kesehatan.
1. Kaitan struktur dengan mutu pelayanan kesehatan antara lain dapat
dalam hal perencanaan, desain dan implementasi dalam sistem
pelayanan kesehatan yang dimaksudkan untuk menyediakan kebutuhan
yang diperlukan oleh tenaga pelayanan kesehatan. Seperti telah
dikemukakan, struktur mempengaruhi proses pelayanan yang
menghasilkan outcome, sebagaimana dalam table dibawah ini :
15
cermat, apa yang lebih kurang terjadi. Kalau proses adalah obyek utama
penilaian, maka dasar penetapan mutu merupakan hubungan antara
karakter-karakter dari proses pelayanan medis dan konsekuensinya
terhadap kesehatan, serta kesejahteraan individu dan masyarakat, yang
berhubungan dengan nilai-nilai yang berlaku. Sehubungan dengan
manajemen teknis medis, hubungan antara karakter proses pelayanan
dan konsekuensinya, ditentukan oleh keadaan ilmu kedokteran dan
teknologinya pada suatu waktu dan norma-norma teknis pelayanan yang
baik. Menjaga mutu pelayanan kesehatan pada sisi proses pelayanan
kesehatan, berhubungan secara langsung dengan praktik medis dokter
atau paramedis dengan pasien.
3. Mutu Output / Outcome Pelayanan Kesehatan
Output/Outcome menurut Donabedian adalah “A change in patient’s
current and future health status that can be atributed to antecedent health
care”. Diawali dengan tersedianya input atau struktur yang bermutu
dalam pelaksanaan kesehatan dan adanya proses pelayanan medis sesuai
dengan standar atau kepatuhan terhadap standar pelayan yang baik,
diharapkan hasil pekerjaan (output) pelayanan medis yang bermutu.
Dalam menilai apakah hasil (outputnya) bermutu atau tidak, diukur
dengan standar hasil (yang diharapkan) dari pelayanan medis yang telah
dikerjakan. Perlu diingat bahwa standar dan prosedur pelayanan medis
(proses) berlainan dengan standar hasil (output). Hasil pelayanan tidak
bermutu apabila berbeda atau tidak seperti yang diharapkan atau tidak
sesuai dengan standar hasil yang ditetapkan.
Langkah proses QA, bukanlah merupakan pendekatan linear
langkah demi langkah, seperti misalnya perencanaan pada umumnya,
namun dapat pula simpulkan bersamaan bila perlu. 10 (sepuluh) langkah
dan proses Quality Assurance Process (QAP), meliputi:
16
a. Perencanaan QA (Planning for QA)
b. Membuat pedoman dan menyusun standar-standar (Developing
guidelines and setting standards).
c. Mengkomunikasikan standar dan spesifikasi (Communicating
standars and specificification).
d. Monitoring mutu (Monitoring quality).
e. Identifikasi masalah-masalah dan seleksi peluang-peluang untuk
peningkatan (Identifyng problems and selecting opportunities for
improvement).
f. Mendefinisikan secara operasional permasalahan (Defining the
problem operationlly)
g. Memilih suatu tim (Choosing team)
h. Menganalisis dan mempelajari masalah untuk identifikasi akan
penyebab masalahnya (Analysing and studying the problem to
identify its roots causes).
i. Membuat solusi-solusi dan kegiatan-kegiatan untuk peningkatan
(Developing solutions and actions for improvement). Melaksanakan
dan mengevaluasi upaya peningkatan mutu (Implementing and
evaluations quality improvement effors).
4. Mendesain Mutu/QA
Langkah-langkah yang dikerjakan dalam hal ini, meliputi:
a. Merencanakan QA : mengembangkan visi dan strategi kegiatan visi
dan strategi kegiatan QA, menetapkan tugas-tugas dan alokasi
sumber daya.
b. Mengembangkan pedoman-pedoman dan standar-standar
c. Mengkomunikasikan pedoman-pedoman dan standar-standar, sadar,
mengerti dan percaya terhadapnya. (Imam T A dan Lena D. 2017)
17
2.5 Fungsi Quality Assurance
Sesuai dengan ISO 9000: 2015 tentang Sistem Manajemen Dasar-dasar
dan Kosakata, dinyatakan bahwa QA adalah bagian dari manajemen mutu yang
difokuskan pada pemberian keyakinan bahwa persyaratan mutu akan dipenuhi.
Secara teknis QA diartikan seluruh kegiatan yang sistematik dan terencana yang
diterapkan dalam sistem manajemen mutu serta didemonstrasikan jika
diperlukan, untuk memberikan suatu keyakinan yang memadai bahwa suatu
produk atau jasa akan memenuhi persyaratan mutu. Dengan menggunakan
bahasa yang lebih sederhana, QA adalah segala sesuatu yang dilakukan baik di
dalam maupun di luar laboratorium untuk mencapai mutu data hasil pengujian
(febrianto dan nazaroh,2017).
QA juga mencakup program peningkatan kapasitas personil laboratorium
melalui pelatihan, perawatan peralatan, akomodasi dan kondisi lingkungan
pengujian, pemenuhan terhadap syarat teknis bahan, hingga proses audit
internal, serta kaji ulang manajemen. Target akhir QA bermuara pada tujuan
agar laboratorium mampu menghasilkan data yang konsisten, berkualitas
dengan kondisi dan sumber daya yang tersedia (i made gunamantha,dkk,2017).
Jadi fungsi Quality assurance (QA) yaitu untuk mengembangkan hasil
pemeriksaaan laboratorium yang dapat diterima secara konsisten,sehingga
mencegah kesalahan terjadi (antisipasi error) (i made gunamantha,dkk,2017).
18
5. Mengumpulkan dan menyusun data kualitas statistik
6. Bertanggung jawab untuk sistem manajemen dokumen
7.Menganalisis suatu data untuk dapat mengidentifikasi sebagian area untuk
perbaikan dalam sistem mutu
8. Menyelidik keluhan pasien dan masalah tidak sesuaian
19
pelanggan bahwa persyaratan yang ditetapkan "akan dijamin" tercapai. Salah satu
elemen dari QA adalah QC. Elemen yang lain yaitu: planning, organization for
quality, established procedure, supplier selection, corrective action, document
control, training, audit dan management review (Riyanto, 2019).
Definisi menurut ISO 9000:2000 (QMS - Fundamentals and Vocabulary), adalah:
Quality control (lihat section 3.2.10): part of quality management focused
on fulfilling quality requirements
Quality assurance (lihat section 3.2.11): part of quality management
focused on providing confidence that quality requirements will be fulfilled
20
inspection yang baik dan skill menulis procedure dan familiar dengan engineering
& industrial standards, Sedangkan QC lebih banyak melakukan inspection pada
process manufacturing dan membuat laporannya (Riyanto, 2019).
Dalam perusahaan besar, biasanya QA dan QC dipisah dan memeliki
pimpinan masing-masing. Sedang dalam perusahaan menengah / kecil biasanya
digabung (personilnya kebanyakan dwi fungsi). Beberapa jenis ISO yaitu:
ISO 9001 : Quality Management System
ISO 14000 : Environmental Management System
ISO 22000 : Food Safety Management System
ISO 27001 : Information Security Management System
SNI - ISO / IEC 17025 : 2008 : ( International Organization for
Standardization / International Electrothecnical Commission ) untuk
Laboratorium Pengujian Dan Kalibrasi
SNI- ISO 15189 : 2012 : Medical laboratories Persyaratan mutu dan
kompetensi laboratorium medik.
OHSAS 18001 : ( Occupation Health and Safety Assessment Series )
ISO 9241 : Ergonomics of Human - Computer Interaction ISO 13485 :
2003 : For Quality Management System Related to the Design, Production
Assembly, Installation and Servicing of Psychological Assessment Tools
Faktor-faktor yang menentukan kebenaran dan kehandalan pengujian dan
kalibrasi adalah faktor manusia, kondisi akomodasi dan lingkungan, metode
pengujian, metode kalibrasi dan validasi metode, metode peralatan, ketertelusuran
pengukuran, pengambilan contoh, pena nganan barang yang diuji dan dikalibrasi.
Konstribusi masing-masing faktor terhadap ketidakpastian pengukuran total
berbeda pada jenis dari pengujian dan kalibrasi yang satu dan yang lainnya
Laboratorium harus memperhitungkan faktor-faktor tersebut dalam
mengembangkan metode dan prosedur pengujian dan prosedur kalibrasi, dalam
21
pelatihan dan kualifiasi personil dan dalam pemi lihan dan kalibrasi peralatan
yang digunakan (Riyanto, 2019)
Laboratorium harus menggunakan metode dan prosedur yang sesuai untuk
semua pengujian dan atau kalibrasi di dalam lingkupnya. Hal tersebut mencakup
pengambilan sampel, penanganan transportasi, penyimpanan, dan penyiapan
barang untuk diuji dan atau kalibrasi dan bila sesuai perkiraan dari ketidakpastian
pengukuran serta teknik statistik untuk menganalisis data pengujian dan atau
kalibrasi. Laboratorium harus memiliki instruksi penggunaan dan pengoperasian
semua peralatan yang relevan, dan penanganan serta penyiapan barang yang diuji
dan atau dikalibrasi, atau kedua-duanya bila ketiadaan instruksi yang dimaksud
dapat merusak hasil pengujian dan atau kalibrasi. Semua instruksi, standar,
panduan dan data acuan yang relevan dengan pekerjaan laboratorium harus dijaga
tetap mutakhir dan harus selalu tersedia bagi personil. Penyimpangan dari metode
pengujian dan kalibrasi boleh terjadi hanya jika penyimpanan tersebut dibuktikan
secara teknik telah dibenarkan, disahkan dan diterima oleh pelanggan (Riyanto,
2019).
22
maupun di luar laboratorium untuk mencapai mutu data hasil pengujian yang
disyaratkan (Hadi dan Asiah, 2018).
ISO 9000: 2015 mendefinisikan bahwa QC adalah bagian dari manajemen
mutu yang difokuskan pada pemenuhan persyaratan mutu. Dengan kata lain, QC
adalah suatu tahapan dalam metode pengujian yang dilakukan untuk
mengevaluasi suatu aspek teknis pengujian. Oleh karena itu, QC merupakan
pengendalian, pemantauan, serta pemeriksaan yang dilakukan untuk memastikan
bahwa sistem manajemen mutu berjalan dengan baik dan benar. Dari kedua
definisi tersebut, jelas bahwa QC merupakan bagian dari QA. Penerapan QC / QA
akan berjalan efektif apabila laboratorium menetapkan dan memelihara sistem
manajemen mutu yang sesuai dengan jenis, ruang lingkup, dan volume kegiatan
pengujian yang dilaksanakan (Hadi dan Asiah, 2018).
Penerapan QC dalam pengujian parameter kualitas lingkungan merupakan
pemenuhan segala sesuatu yang disyaratkan secara teknis sesuai metode
pengujian yang digunakan oleh analis laboratorium. Di lain pihak, QA merupakan
evaluasi menyeluruh oleh penyelia dan manajer teknis atau pihak luar yang
independen terhadap data hasil pengujian (Hadi dan Asiah, 2018). Ringkasan
perbedaan QC / QA di laboratorium lingkungan ditampilkan pada Tabel 2.1.
23
tabel 2.1 Penerapan QA/QC di Laboratorium
24
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jaminan mutu (Quality Assurance) adalah bagian dari jaminan mutu
dimanakegiatan yang dilakukan secara ter struktur dan terencana yang
diterapkan dalam system manajemenmutu laboratorium sehingga memperoleh
data hasil pengujian yang berkualitas. QA fokus pada sistem dan proses,
dengan fokus pada analisis proses penyampaian atau pelaksanaan pelayanan,
dan kegiatan-kegiatan.
3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna,
kedepannya penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang
makalah diatas dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat
dipertanggung jawabkan.
25
DAFTAR PUSTAKA
26