PENYUSUN :
HERAWATI, M.Si
ARDINA PURNAMA T, M.Si
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA INDUSTRI
2021
1
KATA PENGANTAR
2
DAFTAR ISI
Halaman
PENDAHULUAN ………………………………………………. 2
LAMPIRAN ........................................................... 64
3
TUJUAN MATERI PRAKTIKUM VALIDASI METODE UJI
Setelah mempelajari materi ini, diharapkan mahasiswa dapat :
1. Mengetahui dan memahami tentang validasi dan
verifikasi
2. Mampu melaksanakan prosedur validasi metode uji
farmasi
3. Mampu mengolah hasil validasi metode uji secara
statistika dasar
4. Mampu membuat laporan hasil validasi metode uji
5. Mampu menyimpulkan hasil validasi metode uji sesuai
dengan syarat standar keberterimaan tiap-tiap parameter
validasi metode uji
4
PENDAHULUAN
5
4. personal yang bersangkutan harus dilatih dievaluasi
kompetensinya
5. metode tersebut dipahami secara berkala oleh personal yang
bersangkutan
Umumnya laboratorium menggunakan metode pengujian
tergantung sifat dasar pekerjaan dan kebutuhan pelanggan.
Laboratorium dapat menggunakan metode pengujian antara lain :
1. Metode Standar yang dipublikasikan secara nasional,
regional, atau internasional (Contohnya : SNI, ASTM, AOAC,
ISO, dan lain-lain)
2. Metode terpublikasi, yaitu metode yang dikembangkan oleh
ilmuwan atau engineer secara individudan dipublikasikan
oleh organisasi teknis yang mempunyai reputasi, atau
jurnal, atau dari spesifikasi pabrik pembuat perlatan.
3. Metode yang dikembangkan sendiri oleh laboratorium
6
10. Penyajian data yang harus direkam dan metode analisis
penyajian
11. Ketidakpastian atau prosedur untuk memperkirakan
ketidakpastian.
7
Secara umum parameter validasi metode uji (karakterisasi unjuk
kerja metode uji) meliputi :
1. Presisi (Ketelitian)
Ukuran yang nenunjukkan derajat kesesuaian antara hasil
individual, diukur melalui penyebaran hasil individual dari
rata-rata jika prosedur diterapkan secara berulang pada
sampel yang diambil dari campuran yang homogen.
Presisi diukur sebagai simpangan baku atau simpangan
baku relatif (koefisien variasi). Presisi dapat dinyatakan
sebagai repeatability (keterulangan, intermediate precision
(presisi antara) atau reproducibility.
Nilai presisi untuk dua kali pengulangan ( duplo )
ditentukan berdasarkan nilai %RPD ( Relative Percent
Difference ) yang dirumuskan sebagai berikut :
'! − '"
!"# = & & * 100%
')
Dengan pengertian :
RPD = Relative Percent Difference
') = Rerata hasil pengujian
'! = Hasil pengujian pertama
'" = Hasil pengujian kedua
8
Rumus :
SD
%RSD = x100%
x'
Keterangan :
Keterangan :
RSD = Relative Standard Deviation
.# = Standard Deviation
*̅ = Rerata hasil pengujian
2. Akurasi (Ketepatan)
Ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analisis
dengan kadar analit sebenarnya. Akurasi dapat dinyatakan
sebagai persen perolehan kembali (recovery) analit yang
ditambahkan; yaitu metode simulasi (spiked-placebo
recovery) atau metode penambahan baku (standar adisi).
Akurasi dapat dievaluasi juga dengan menggunakan bias
atau trueness terhadap nilai benarnya (Misal ; CRM
dan/atau SRM). Pengujian akurasi dilakukan untuk
mengukur kemampuan suatu metode analisa dalam
memperoleh nilai yang sebenarnya (ketepatan pengukuran).
Akurasi dapat dinyatakan sebagai persentase (%) perolehan
kembali (recovery).
9
Lakukan sebagaimana penetapan presisi sampel tetapi
sebelumnya lakukan teknik spiking (memperkaya) dengan
cara menambahkan standar analit dengan konsentrasi
tertentu. Ukur serapannya (absorbansi) dan hitung
persentase perolehan kembalinya (% Recovery).
Rumus :
C# − C"
%Recovery = x 100%
C!
atau
45678 9/:;<=75:
% ./012/.3 = @ 100 %
>7857 6/?/:5.:35
Keterangan :
C3 = Kadar analit dalam sampel setelah dispike analit
standar
10
Rumus :
IDL (mg/L) = (konsentrasi blanko) + (3 x SD)
∑(x$ − x))"
SD = ;
n−1
Keterangan:
SD = Standar deviasi
xi = Nilai konsentrasi ke-i
x) = Nilai rata-rata konsentrasi (mg/L)
n = Jumlah ulangan pengukuran
4. Limit Quantitasi
Konsentrasi terendah analit dalam sampel yang dapat
ditentukan dengan tingkat presisi dan akurasi yang dapat
diterima.
11
Rumus :
∑(x$ − x))"
SD = ;
n−1
Keterangan:
LDM = Limit Deteksi Metode
SD = Standar deviasi
xi = Nilai konsentrasi ke-i
x) = Nilai rata-rata konsentrasi (mg/L)
n = Jumlah ulangan pengukuran
ttabel , α = 99 % atau 95%
6. Spesifisitas
Spesifisitas, merupakan kemampuan metode yang hanya
mengukur zat tertentu saja secara cermat dan seksama
dengan adanya komponen lain yang mungkin ada dalam
matriks sampel. Selektivitas dinyatakan sebagai derajat
penyimpangan (degree of bias)
7. Linearitas
Linieritas adalah kemampuan metode memberikan respon
proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel,
minimal 5 konsentrasi larutan standar yang berbeda yang
menaik dengan rentang 50 – 100% dari rentang komponen
uji. Tujuan linieritas adalah untuk mengetahui kemampuan
standar dalam mendeteksi analit dalam contoh, diharapkan
respon liner terhadap konsentrasi larutan baku dengan nilai
koefisien korelasi ( r ) mendekati 1,00 dan nilai derajat
12
kemiringan kurva mendekati 45o (evaluasi berdasarkan
nilai slope).
Buat minimal lima larutan kalibrasi (sesuai rentang standar
kerja yang digunakan) dengan memindahkan larutan
standar induk 1000 mg/L menggunakan buret ke dalam
masing-masing labu takar 100 mL, ditera dengan larutan
blanko, dan dihomogenkan. Kelima larutan standar tersebut
diukur serapannya (absorbansi) dengan instrumen yang
sesuai. Lakukan tiga kali pengulangan pembacaan.
Selanjutnya dibuat kurva kalibrasi yang menghubungkan
antara konsentrasi dan absorbansi sehingga didapatkan
nilai koefisien korelasinya (r).
Rumus :
∑ xy
∑ xy − Q
n R
r=
(∑ x)" (∑ y)"
S∑ x " − Q R . S∑ y " − Q
n n R
Keterangan:
r = nilai koefisien korelasi (linieritas)
x = nilai konsentrasi standar (mg/L)
y = nilai pembacaan absorbansi standar
n = jumlah deret standar yang digunakan
13
9. Robustness (ketahanan metode uji)
Ketahanan suatu metode terhadap perubahan kecil (10–20)
% dari kondisi pada prosedur, misalnya : stabilitas larutan
analit, jenis pelarut, konsentrasi pelarut, perubahan pH,
waktu ekstraksi, perbedaan kolom, perubahan temperatur.
Ketahanan metode uji dievaluasi dengan uji standar
keberterimaan akurasi dan presisi atau dengan uji-t
(ketepatan) dan uji F (ketelitian). Pengujian dilakukan
pengujian pada sampel uji berulang (minimal 7x) pada
kondisi normal dan kondisi perubahannya, kemudian
dievaluasi terhadap standarkeberterimaan (akurasi dan
presisi) sesuai syarat keberterimaan yang digunakan.
• Uji Simpangan Baku (Uji F)
Hipotesis o (Ho) :δ1= δ2
Hipotesis 1 (H1) :δ1≠ δ2
"
δ!
F hitung = "
δ"
Keterangan :
δ1 : simpangan baku dengan nilai yang besar
δ2 : simpangan baku dengan nilai yang kecil
db : derajat bebas (n1-1: n2-1)
α : kesalahan yang masih dapat diterima (5%)
14
10. Estimasi Ketidakpastian pengukuran
Ketidakpastian pengukuran, merupakan parameter yang
berhubungan dengan hasil suatu pengujian atau kalibrasi
yang memberikan gambaran penyebaran nilai-nilai
pengujian atau kalibrasi. Pada dasarnya ketidakpastian
pengukuran dapat dievaluasi berdasarkan metode statistik
dari suatu seri pengamatan pengukuran. Ketidakpastian
dikategorikan sebagai ketidakpastian tipe A (bersumber
hasil pengamatan) dan ketidakpastian tipe B
(ketidakpastian yang bersumber dari data sekunder).
Tahapan Estimasi Ketidakpastian pengukuran :
1. Buat model sistem pengujian (bagan kerja).
2. Buat rumus atau formula perhitungan (identifikasi
besaran yang akan diukur).
3. Identifikasi sumber-sumber ketidakpastian dan buat
daftar dari semua faktor yang dapat memberikan
kontribusi kesalahan terhadap hasil akhir pengujian
(dalam bentuk diagram fish bond atau diagram tulang
ikan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
i. Gambarkan tulang punggungnya.
ii. Letakkan parameter yang dicari dalam hasil akhir
pengujian sebagai kepala ikannya.
iii. Gambarkan semua yang terdapat dalam rumus
perhitungan dan tidak terdapat dalam rumus,
namun memberikan kontribusi (seperti: presisi
metode, homogenitas sampel, recovery, efek
temperatur, dan lain-lain).
4. Kelompokkan faktor-faktor tersebut dalam komponen
ketidakpastian tipe A dan tipe B. Komponen-
komponen tersebut sebagai komponen ketidakpastian
baku (µ).
15
5. Hitung estimasi masing-masing ketidakpastian baku
sebagai simpangan baku (SD).
i. Perhitungan ketidakpastian baku tipe A :
SD
µ=
n
Keterangan :
SD = standar deviasi (simpangan baku)
n = jumlah pengulangan pengujian
ii. Perhitungan ketidakpastian baku tipe B :
Ø Jika dilengkapi dengan data sekunder (misal: data
kalibrasi peralatan), maka untuk tingkat
kepercayaan 95 % digunakan rumus sebagai
berikut :
µ ( x ) = SD 2
µ( x ) = SD
3
Sedangkan untuk alat-alat volumetrik yang masih
baru dan sangat tepat dapat digunakan distribusi
triangular.
µ ( x ) = SD 6
16
6. Gabungkan komponen ketidakpastian baku (µ) untuk
menghasilkan ketidakpastian hasil uji secara
keseluruhan menjadi ketidakpastian gabungan
a. Jika a dan b merupakan komponen penjumlahan,
maka digunakan rumus :
y = a + b (satuan harus sama)
17
Sebelum data-data yang dihasilkan dihitung berdasarkan rumus
yang ditetapkan, perlu dilakukan seleksi data terlebih dahulu
agar data yang diolah merupakan data yang baik atau mewakili
populasinya. Jenis seleksi data menggunakan teknik
pemenggalan/pencilan data, antara lain : Dixon, Grubb, atau
batas atas – batas bawah terhadap rata-rata (Level confidence).
Pada aktivitas data analisis kimia seleksi data baik umumnya
digunakan batas kepercayaan (batas atas – batas bawah),
dengan persamaan sebagai berikut :
.#
× ± (G(,,.) * )
√D
Keterangan :
X = rata – rata
G(,,.) = nilai t – tabel(derajat bebas, tingkat kepercayaan)
Derajat bebas = (n – 1)
SD = standar deviasi
n = jumlah data
18
Percobaan 1.
Validasi Metode Uji
Penetapan Kadar Asam Asetat dalam Cuka Makan
secara Titrimetri
1. RUANG LINGKUP :
Validasi unjuk kerja metode uji penetapan kadar asam asetat
dalam sampel cuka makan secara Alkalimetri dengan
parameter presisi, akurasi, dan estimasi ketidakpastian
pengukuran.
Jenis Metode Uji : Metode in House
2. CARA UJI
2.1 Prinsip
Komponen utama cuka makan adalah asam asetat. Kadar total
asam dalam cuka makan dinyatakan sebagai kadar asam
asetat. Kadar asam asetat dalam sampel cuka makan
ditetapkan dengan titrasi asam-basa menggunakan larutan
natrium hidroksida yang terstandardisasi dengan standar
primer asam oksalat. Titrasi tersebut menggunakan indikator
pp.
Reaksi standardisasi :
H2C2O4 + 2NaOH Na2C2O4 + 2H2O
2.2 Bahan
Cuka makan 25% (b/v)
Larutan NaOH 0,1N
Asam oksalat (SRM) dengan kemurnian (P = 99,50 + 0,50) %;
Indikator pp (phenlftalein), dan aquadas.
19
2.3 Peralatan
Neraca analitik (spek kalibrasi Linieritas neraca α = 95%;
+ 0,05 mg.
Buret grade A (spek kal; ± 0,01 mL) dan statif serta klem
Pipet volumetri 25 mL (spek kal; ± 0,03 mL)
Pipet volumetri 5 mL ( spek kal; ± 0,02 mL)
Labu takar 100 mL (spek kal; ± 0,04 mL)
Erlenmeyer, labu semprot, dan pipet tetes
2.4 Persiapan Sampel Uji Cuka Makan
Dipipet 5 mL sampel cuka makan, dimasukkan ke labu
takar 100 mL, kemudian ditera dengan aquades dan
dihomogenkan (larutan A). Dipipet 50 larutan A
dimasukkan ke labu takar 100 mL, kemudian ditera dengan
aquades dan dihomogenkan (larutan B)
2.5 Persiapan Uji
a. Pembuatan larutan NaOH 0,1 N
b. Pembuatan larutan asam oksalat 0,1 N
Ditimbang tepat 0,6300 g kristal asam oksalat,
dimasukkan ke labu takar 100 mL, dilarutkan dan
dihimpitkan dengan air suling. Larutan tersebut
dihomogenkan.
c. Pembuatan indikator pp
Larutkan 1 g indikator dalam 500 mL alkohol (70 – 90)%
dan tambahkan 900 mL air suling, selama melarutkan
harus diaduk terus menerus, saring bila ada endapan
(keruh).
2.6 Prosedur Uji
a. Prosedur Uji Standardisasi
Dipipet larutan asam oksalat 0,1N yang telah disiapkan
25 mL ke Erlenmeyer 250 mL, tambahkan 2 tetes
indikator pp, kemudian dititar dengan larutan NaOH
20
0,1N sampai larutan berubah warna menjadi merah
muda.
b. Prosedur Uji Penetapan Kadar Asam Asetat dalam
Cuka Makan
Pipet 25 mL larutan B (sampel uji) masukkan ke
erlenmeyer, kemudian tambahkan indikator pp beberapa
tetes (2 tetes). Titar larutan tersebut dengan larutan
NaOH 0,1 N yang sudah distandardisasi hingga titik
ekuivalen titrasi berwarna merah muda
Rumus perhitungan Normalitas NaOH
mg asam oksa]lat
W0&12 =
100
` 25 c x mL NaOH x BE asam. oksalat
Keterangan :
Faktor pengali = 100/25
BE asam oksalat = (BM/2)
Rumus perhitungan Kadar Asam Asetat dalam Cuka
Makan
21
b. Uji Akurasi sampel uji dalam cuka makan
Uji akurasi dilakukan dengan menetapkan kadar asam
asetat dalam cuka makan terlebih dahulu sebagai C2,
dilakukan 7 kali ulangan seperti pada uji untuk presisi.
Kemudian dilakukan penetapan kadar asam asetat
dalam cuka makan sebagai C3 yang ditambahkan
standar asam asetat sebanyak 5% sebagai C1, sebelum
penitaran. Hasil uji C1, C2, dan C3 diolah % recovery
sebagai nilai akurasi. Hitung % Recovery sesuai dengan
rumus yang telah ditetapkan.
c. Uji Estimasi Ketidakpastian Pengukuran
Hitung estimasi ketidakpastian pegukuran kadar asam
asetat dalam cuka makan, berdasarkan data sekunder
dan hasil pengujian titrasi terhadap parameter presisi
dan akurasi! Buatlah sesuai tahapan langkah pada
estimasi ketidakpastian pengukuran.
22
• Hasil Evaluasi Uji Presisi Penetapan Kadar CH3COOH
dalam Cuka Makan
Ulangan V V(mL) NaOH
sampel (……….N) FP %(b/v)
(mL) hasil (Pengencer) CH3COOH
standardisasi
1 25 25,95
2 25 25,90
3 25 25,85
4 25 25,95
5 25 25,95
6 25 25,90
7 25 25,95
Rata-rata
SD
%RSD
23
• Hasil Evaluasi Uji Estimasi Ketidakpastian Pengukuran
a. Hasil Evaluasi Uji Estimasi Ketidakpastian Pengukuran
Standardisasi NaOH dengan Asam Oksalat
1. Formula / Rumus :
24
3. Hitung Estimasi semua komponen ketidakpastian ke
dalam bentuk ketidakpastian baku (µ) :
5. Pelaporan :
25
b. Hasil Evaluasi Uji Estimasi Ketidakpastian Pengukuran
Kadar Asam Asetat dalam Cuka Makan
1. Formula / Rumus :
26
4. Ringkasan ketidakpastian baku kadar asam asetat dalam
cuka makan dan hitung ketidakpastian gabungan
5. Pelaporan :
27
4. SIMPULAN
Metode Acuan :
Nama Alat :
Nama Analis :
Matriks :
Batas toleransi
Tanggal
No Parameter Nilai (Syarat Simpulan
Pelaksanaan
Keberterimaan)
Presisi (%
RSD)
1 Standardisasi <5%
NaOH 0,…….
N
Presisi (%
RSD)
Rata – rata
Kadar <5%
CH3COOH
dalam cuka
makan …….%
2 Akurasi
rentang
rentang
(90 – 105) %
(Recovery)
3 Ketidakpastian
(U)
U < Nilai uji
standardisasi
NaOH
Ketidakpastian
(U) Kadar
CH3COOH U < Nilai uji
dalam cuka
makan
4 Lap hasil uji CH3COOH (………….. ± ……..) %
dalam cuka makan
28
Persyaratan :
Metode uji dinyatakan valid jika nilai parameter 1 - 2 memenuhi
syarat (tidak melebihi batas toleransi)
Bogor, …………………………..
Analis
( )
29
Percobaan 2.
Validasi Metode Uji Penetapan Nitrit dalam Air Bersih
secara Spektrofotometri UV - Visible
(SNI 06-6989 9 : 2004)
1. RUANG LINGKUP :
Metode ini digunakan untuk penentuan nitrit, NO2_N dalam air
dan air limbah secara spektrofotometri pada kisaran kadar 0,01
mg/L sampai dengan 1,00 mg/L NO2_N. Jika menggunakan
kuvet 1 (satu) cm dalam penetuan kadar nitrit, NO2_N dapat
diperoleh kadar sampai dengan 0,18 mg/L NO2_N. Untuk
meningkatkan ketelitian pembacaan dapat digunakan kuvet
yang lebih panjang lintasannya (5 cm atau 10 cm).
Jenis Metode Uji : Modifikasi Volume sampel dari 50 mL
menjadi 25 mL mengacu SNI 06-6989 9 : 2004 Air dan air
limbah – Bagian 9: Cara uji nitrit secara spektrofotometri
2. CARA UJI
2.1 Prinsip
Nitrit bereaksi dengan sulfamilamid (SA) dan
naphthyethylendiamin dihydrochlorid (NED) pada pH 2,0 – 2,5
membentuk komplek azo yang berwarna merah ungu. Warna
yang dihasilkan diukur pada panjang gelombang 543 nm.
2.2 Bahan
Air bebas nitrit
Reagent pewarna (Griees)
Larutan induk SRM NO2_N 250 mg/L
Larutan sulfanilamide
Larutan NED Dihidroklorida
Larutan Na2C2O4 0,05 N
Larutan FAS (Ferro ammonium sulfat) 0,05 N
30
2.3 Peralatan
Neraca analitik (spek kalibrasi Linieritas neraca α = 95%;
+ 0,05 mg.
Labu takar 100 mL (spek kal; ± 0,04 mL)
Pipet volumetri 25 mL (spek kal; ± 0,03 mL)
Erlenmeyer, labu semprot, dan pipet tetes
2.4 Persiapan Uji (Pembuatan Larutan)
• Pembuatan larutan
• Pembuatan Pembuatan Larutan Standar kerja NO2_N
(0,00; 0,005; 0,02; 0,05; 0,10; dan 0,15) mg/L
Larutan standar NO2_N 0,5 mg/L dipipet masing-masing
sebanyak (0,0; 0,25; 1,0; 2,5; 5; dan 7,5) mL ke labu
takar 25 mL. Larutan standar tersebut masing-masing
diencerkan dengan air suling hingga tanda tera, dan
dihomogenkan.
2.5 Prosedur Penetapan Nitrit dalam Air Bersih
25 mL larutan uji sampel air bersih ditambah 0,5 mL
sulfanilamide, didiamkan 2 – 8 menit, kemudian ditambah
0,5 Larutan NED. Larutan tersebut dihomogenkan, diamkan
10 menit, ukur serapan menggunakan spektrofotometer UV
– Vis pada panjang gelombang 543 nm.
2.6 Prosedur Tahapan Validasi Metode Uji :
a. Uji Linieritas
Larutan standar kerja NO2_N yang telah disiapkan
enam konsentrasi yang berbeda, diukur serapannya
menggunakan spektrofotometer UV – Vis pada panjang
gelombang 543 nm. Lakukan tujuh kali pengulangan
pengujian tiap-tiap konsentrasi. Selanjutnya dilaukan
seleksi data serapan dan dibuat kurva kalibrasi yang
menghubungkan antara konsentrasi dan absorbansi
sehingga didapatkan nilai koefisien korelasinya (r).
31
b. Uji Limit Deteksi Instrumen (LDI)
• Pembuatan Larutan Uji LDI (Larutan Standar
NO2_N 0,001 mg/L)
Dipersiapkan larutan standar NO2_N sebanyak 7
(tujuh) labu . Dipipet 0,5 mL larutan standar NO2_N
0,5 mg/L ke labu takar 25 mL, diencerkan dengan
air suling sampai tanda tera, kemudian
dihomogenkan.
• Pengujian Larutan Uji LDI
Larutan standar NO2_N 0,001mg/L yang telah
disiapkan, diukur serapannya menggunakan
spektrofotometer UV – Vis pada panjang gelombang
543 nm. Pengujian dilakukan 7 kali ulangan. Hasil
serapan yang diperoleh, dievaluasi LDI.
c. Uji Limit Deteksi Metode
• Pembuatan Larutan Uji LDM
Sampel air dispike standar nitrit dengan konsentrasi
0,05 mg/L.
• Pengujian Larutan Uji LDM
Larutan uji LDM yang telah disiapkan, diukur
serapannya menggunakan spektrofotometer UV – Vis
pada panjang gelombang 543 nm. Pengujian
dilakukan 7 kali ulangan. Hasil serapan yang
diperoleh, dievaluasi LDM sesuai rumus yang telah
ditentukan.
d. Uji Presisi
Larutan uji sampel air bersih yang telah
dipersiapkan sebanyak 7 labu, diukur serapannya
menggunakan spektrofotometer UV – Vis pada
panjang gelombang 543 nm. Hasil serapan yang
diperoleh dari masing-masing larutan uji, dihitung
32
kadar nitrit. Kemudian perhitungan kadar NO2_N
dari 7 kali ulangan tersebut, dihitung nilai % RSD.
e. Uji Akurasi
Uji akurasi dilakukan dengan menetapkan kadar
NO2_N dalam sampel air bersih terlebih dahulu (hasil
uji presisi), dilakukan seperti pada uji untuk presisi.
Kemudian dilakukan dengan penetapan kadar nitrit
dalam air bersih yang ditambahkan konsentrasi
standar NO2_N), Larutan uji ini diukur serapannya
menggunakan spektrofotometer UV – Vis pada
panjang gelombang 543 nm. Hasil serapan yang
diperoleh dari masing-masing larutan uji, dihitung
kadar nitrit. Pengujian ini dilakukan minimal 7 kali
ulangan. Hasil uji yang diperoleh, dihitung
persentase perolehan kembalinya (% Recovery).
f. Uji Estimasi Ketidakpastian Pengukuran
Lakukan evaluasi estimasi ketidakpastian
pengukuran kadar NO2_N dalam air bersih terhadap
hasil data linearitas, presisi, dan akurasi.
33
3 HASIL ANALISIS DATA PENGUJIAN PARAMETER VALIDASI
METODE UJI
Tingkat
0.000 0.005 0.010 0.020 0.050 0.100
mg/L
Conc Conc Conc Conc Conc Conc
Ulangan Abs Abs Abs Abs Abs Abs
hit hit hit hit hit hit
1 0.0017 0.0186 0.0342 0.0721 0.1846 0.3409
2 0.0017 0.0183 0.0342 0.0717 0.1846 0.3409
3 0.0018 0.0184 0.0341 0.0718 0.1843 0.3394
4 0.0018 0.0184 0.0341 0.0718 0.1846 0.3395
5 0.0018 0.0190 0.0342 0.0718 0.1846 0.3395
6 0.0017 0.0189 0.0342 0.0721 0.1843 0.3395
7 0.0017 0.0189 0.0342 0.0721 0.1843 0.3395
Rata-
rata
SD
Batas
atas
Batas
bawah
% RSD
% Rec
34
b. Hasil Evaluasi Limit Deteksi Instrumen
Abs Kons
Ulangan
(µg/mL) (µg/mL)
1 0.0068
2 0.0068
3 0.0070
4 0.0070
5 0.0073
6 0.0074
7 0.0070
Rerata
SD
IDL
Conc nitrit
dalam
Ulangan Abs (sampel +
Spike stdar)
mg/L
1 0.1707
2 0.1775
3 0.1824
4 0.1797
5 0.1760
6 0.1876
7 0.1812
Rerata
SD
LDM
35
d. Hasil Evaluasi Presisi
Tabel 4. Data Pengamatan Presisi Pada Penetapan
Kadar NO2_N dalam Air Bersih Secara
Spektrofotometri UV-Vis
Abs Kons
Ulangan
(µg/mL) (µg/mL)
1 0.0521
2 0.0543
3 0.0525
4 0.0525
5 0.0525
6 0.0525
7 0.0529
Rerata
SD
% RSD
Standar Keberterimaan
( % RSD ≤ 5 % )
36
e. Hasil Evaluasi Akurasi
Tabel 5. Data Pengamatan Akurasi Pada
Penetapan Kadar NO2_N dalam Air
Bersih Secara Spektrofotometri UV-
Vis
Kons
Abs
nitrit
Kons nitrit
Abs dalam
Kons nitrit Spike stdr dalam Recovery
Ulangan nitrit (Sampel
(µg/mL) nitrit (Sampel (%)
(µg/mL) + Spike
(µg/mL) + Spike
stdr)
stdr)
(µg/mL)
1 0.0521 0.1 0.3704
2 0.0543 0.1 0.3704
3 0.0525 0.1 0.3707
4 0.0525 0.1 0.3711
5 0.0525 0.1 0.3704
6 0.0525 0.1 0.3704
7 0.0529 0.1 0.3712
Rata – rata
3. Fish Bond
37
4. Ketidakpastian Asal Linieritas
38
5. Ketidakpastian Asal Pipet
Kons N_NO2
Abs Sampel
Ulangan Sampel
(µg/mL)
(µg/mL)
1 0.1704
2 0.1769
5 0.1680
6 0.1627
7 0.1725
8 0.1692
10 0.1663
Rerata
SD
% RSD
µPM = SD
P Volume Pipet 25 mL
PM Presisi Metode mg/L
39
8. Hitung Ketidakpastian yang diperluas (U) !!!
9. Laporan hasil = Cs ± U
Cs = Kadar N_NO2 dalam sampel uji
40
4. SIMPULAN/LAPORAN
Metode Acuan :
Nama Alat :
Nama Analis :
Matriks :
Instrumentasi :
Batas toleransi
Tanggal
No Parameter Nilai (Syarat Simpulan
Pelaksanaan
Keberterimaan)
1 Linearitas (…) r > 0,99
mg/L
Sensitivitas (…..)
2
LDI (……) mg/L
3
LDM (…..) mg/L
4
LoQ (…..) mg/L
5 Presisi %RSD…. <5%%
rata rata kadar….
6 Akurasi
(90 – 110) %
(Recovery)
7 Ketidakpastian
U < Nilai uji
(U) (Cs)
8 Lap hasil uji nitrit dalam (………….. ± ……..) mg/L
sampel air bersih
Persyaratan :
Metode uji dinyatakan valid jika nilai parameter 1 - 4 memenuhi
syarat (tidak melebihi batas toleransi)
Bogor, …………………………..
41
Percobaan 3.
Validasi Metode Uji Penetapan Fe dalam Logam Alloy
secara Atomic Absorption Spectrophotometri (AAS)
1. RUANG LINGKUP :
Pengujian besi (Fe) dalam sampel logam campur (alloy) secara
AAS.
Jenis Metode Uji : Modifikasi ASTM E 396-98 dan ASTM E
536-98 Tahun 2002
2. CARA UJI
2.1 Prinsip
Besi (Fe) dalam Alloy hasil dekstruksi dengan asam campur
diubah dalam bentuk kabut pada Nebulizer yang kemudian
diatomisasi menjadi atom bebas Fe yang dapat menyerap
energy elektromagnetik lampu katoda Fe.
2.2 Bahan
Logam Alloy
Air suling
Asam Campur (HNO3+HCl) 0,5%
Larutan induk Fe 1000 mg/L
2.3 Peralatan
Neraca analitik (spek kalibrasi Linieritas neraca α = 95%;
+ 0,05 mg.
Labu takar 100 mL (spek kal; ± 0,04 mL)
Buret grade A (spek kal; ± 0,01 mL) dan statif serta klem
Pipet volumetri 25 mL (spek kal; ± 0,03 mL)
Erlenmeyer, labu semprot, dan pipet tetes
42
2.4 Persiapan Larutan Uji
• Pembuatan Asam Campur (HNO3+HCl) 0,5% (Larutan
Blanko)
Pipet 2,5 mL HNO3 dan 2,5 mL HCl kemudian tera dan
homogenkan dengan akuades pada labu takar 1000 mL
• Pembuatan Pembuatan larutan standar induk 100
mg/L
Pipet 10,00 mL larutan standar induk 1000 mg/L
kemudian tera dan homogenkan dengan HNO3 5% pada
labu takar 100 mL.
• Pembuatan larutan standar kerja Fe (0,00; 0,10; 0,25;
0,50; 1,00; 2,00; 3,00; dan 4,00) mg/L
Buat lima larutan standar kerja dengan memindahkan
larutan standar induk 100 mg/L Fe (0,00; 0,10; 0,25;
0,50; 1,00; 2,00; 3,00; dan 4,00 mL) menggunakan buret
ke dalam masing-masing labu takar 100 mL, tera
dengan larutan blanko, dan homogenkan.
Catatan :
Jika konsentrasi pembacaan analit dalam sampel berada
di bawah konsentrasi tandar terkecil yang diukur maka
konsentrasi standar terkecil yang digunakan diturunkan
dan rentang deret standar dipersempit sehingga
konsentrasi pembacaan analit dalam sampel berada
dalam rentang konsentrasi kurva kalibrasi standar.
• Pembuatan larutan sampel
Timbang 0,01 – 1 gram (± 0,001 gram) sampel kemudian
tambahkan 25,00 - 50,00 mL larutan HCl 35% + H2O
(1:1) dan 25,00 - 50,00 mL larutan HNO3 65% + H2O
(1:1). Panaskan sampel pada hot plate sampai semua
logam larut. Tambahkan lagi asam bila logam belum
larut sempurna. Setelah semua logam larut, tambahkan
43
25 mL akuades dan panaskan larutan sampai volume
larutan tersisa 25 mL. Lakukan sebanyak 2 – 3 kali
pengisatan. Dinginkan larutan sampai suhu 25oC
kemudian pindahkan ke dalam labu takar 100 mL, tera
dengan akuades, dan homogenkan.
Jika konsentrasi analit logam dalam larutan sampel
lebih tinggi daripada deret larutan kalibrasi standar
kerja yang dibuat maka lakukan pengenceran.
2.5 Prosedur Penetapan Fe dalam Alloy
Nyalakan api dan biarkan 5 menit sebelum pengukuran.
Ukur serapan (absorbansi) analit logam dari larutan kalibrasi
standar kerja dan sampel dengan lampu AAS yang sesuai.
Selanjutnya dibuat kurva kalibrasi yang menghubungkan
antara konsentrasi dan absorbansi kemudian konsentrasi
analit logam dalam sampel dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut
Rumus :
Persamaan kurva kalibrasi standar : y = a + bx
1y!"#$%& − a4 mL sampel
Kadar analit dalam sampel (ppm) = x x fp
b g sampel
Keterangan :
ysampel = Absorbansi analit logam dalam sampel
a = Intersept persamaan kurva kalibrasi
b = Slope persamaan kurva kalibrasi
mL sampel = Volume sampel setelah dilarutkan dalam
labu takar
g sampel = Bobot penimbangan sampel (gram)
fp = Faktor pengenceran
44
2.6 Prosedur Tahapan Validasi Uji Metode Uji :
a. Uji Linieritas
(Syarat keberterimaan r = 0,9980 – 1,0020)
Buat lima larutan kalibrasi (sesuai rentang standar
kerja yang digunakan) dengan memindahkan larutan
standar induk 100 mg/L menggunakan buret ke
masing-masing labu takar 100 mL, ditera dengan
larutan blanko, dan dihomogenkan. Kelima larutan
standar tersebut diukur serapannya (absorbansi)
dengan AAS. Lakukan tujuh kali pengulangan
pengujian. Selanjutnya dibuat kurva kalibrasi yang
menghubungkan antara konsentrasi dan absorbansi
sehingga didapatkan nilai koefisien korelasinya (r).
b. Uji Limit Deteksi Instrumen (IDL)
Buat tujuh larutan blanko kemudian ditera dengan
akuades pada labu takar 100 mL, dan homogenkan.
Ukur serapannya (absorbansi). Jika tidak ada serapan,
lakukan pengukuran serapan larutan blanko yang
dispike standar terkecil Fe (0,1 mg/L). Evaluasi ke 7
labu tersebut !!!!
c. Uji Limit Deteksi Metode
Buat tujuh larutan blanko sampel, kemudian ditera
dengan akuades pada labu takar 100 mL, dan
homogenkan. Ukur serapannya (absorbansi). Jika
tidak ada serapan, lakukan pengukuran serapan
dengan spike standar terkecil.
d. Uji Presisi
Buat tujuh larutan sampel yang homogen pada labu
takar 100 mL kemudian ukur serapannya
(absorbansi). Hitung nilai % RSD (Relative Standard
Deviation) dan %CV (Coeficient Variation) Horwitz-nya.
45
e. Uji Akurasi
Lakukan sebagaimana penetapan presisi sampel tetapi
sebelumnya ditambahkan standar tengah, pindahkan
ke dalam labu takar 100 mL, ditera menggunakan
akuades, dan dihomogenkan. Ukur serapannya
(absorbansi) dan hitung persentase perolehan
kembalinya (% Recovery).
f. Uji Estimasi Ketidakpastian Pengukuran
Dilakukan evaluasi estimasi ketidakpastian
pengukuran kadar Fe dalam Alloy terhadap data
linearitas, presisi, dan akurasi.
46
Tanggal Satuan
Analis Persamaan
Metode Acuan Nama Alat
Matriks Parameter
Tingkat
0.00 0.10 0.25 0.50 1.00 2.00 3.00 4.00
Konsentrasi
Conc Conc Conc Conc Conc Conc Conc Conc
Ulangan Abs Abs Abs Abs Abs Abs Abs Abs
hitung hitung hitung hitung hitung hitung hitung hitung
1 0.0043 0.0155 0.0303 0.0622 0.1027 0.2008 0.3093 0.4079
2 0.0042 0.0177 0.0324 0.0615 0.0925 0.2011 0.3075 0.3947
3 0.0036 0.0174 0.0309 0.0653 0.0958 0.2036 0.3067 0.3822
4 0.0063 0.0160 0.0326 0.0630 0.0926 0.2128 0.3091 0.3814
5 0.0038 0.0177 0.0306 0.0627 0.0940 0.2055 0.3092 0.3864
6 0.0051 0.0165 0.0328 0.0620 0.0936 0.1996 0.3064 0.3845
7 0.0056 0.0163 0.0314 0.0662 0.0932 0.1998 0.3074 0.3817
Rata-rata 0.0047 0.0167 0.0316 0.0633 0.0949 0.2033 0.3079 0.3884
SD
Batas atas
Batas bawah
% RSD
% Recovery
47
1,2
Deret Abs
1
Kurva kalibrasi Fe
Standar Fe rata-
( µg/mL ) rata 0,8
0.00
Abs
0,6
0.10
0,4
0.25
0.50 0,2
1.00 0
2.00 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00
3.00
Conc Fe (mg/L)
4.00
48
b. Hasil Evaluasi Limit Deteksi Instrumen
Conc Fe
Ulangan Abs
( µg/mL )
1 0.0106
2 0.0100
3 0.0100
4 0.0091
5 0.0095
6 0.0108
7 0.0100
Rerata
SD
IDL
Conc
Abs Fe Fe
Ulangan
awal awal
(µg/mL)
1 0.0376
2 0.0328
3 0.0328
4 0.0349
5 0.0336
6 0.0372
7 0.0331
Rerata
SD
LDM
49
d. Hasil Evaluasi Presisi
Tabel 4. Data Pengamatan Presisi Pada Penetapan
Kadar Fe dalam Alloy Secara AAS
Konsentrasi
Rata
Standar Fe
rataAbs
(mg/L)
0.50
1.00
2.00
3.00
4.00
Parameter/ Fe
Pengenceran Bobot Pengenceran = 1 x
Sampel Conc
(g) Kadar (%)
(mg/L)
b/b
Ulangan Abs
1 0.0105 0.1628
2 0.0116 0.1840
3 0.0103 0.1634
4 0.0101 0.1604
5 0.0108 0.1718
6 0.0106 0.1675
7 0.0100 0.1570
SD kadar Fe (%)
RSD (%)
%CV Horwitz
50
e. Hasil Evaluasi Akurasi
Tabel 5. Data Pengamatan Akurasi Pada
Penetapan Kadar Fe dalam Alloy
Secara AAS
51
3. Fish Bond
52
7. Kuantifikasi Gabungan Penetapan Fe dalam
Alloy Secara AAS
9. Laporan hasil = Cs ± U
Cs = Kadar Fe dalam sampel uji
53
4. SIMPULAN/LAPORAN
KEPUTUSAN HASIL VALIDASI METODE UJI
PENETAPAN KADAR Fe DALAM ALLOY
SECARA AAS
Metode Acuan :
Nama Alat :
Nama Analis :
Matriks :
Instrumentasi :
Batas toleransi
Tanggal
No Parameter Nilai (Syarat Simpulan
Pelaksanaan
Keberterimaan)
1 r > 0,99
Linearitas …
Sensitivitas …
2
LDI …..
3
LDM …..
4
LoQ …..
5 Presisi %RSD … <5%
…..
6 Akurasi rentang
(90 – 110) %
(Recovery) …..
7 Ketidakpastian
U < Nilai uji
(U) (Cs)
8 Lap hasil uji Fe dalam (………….. ± ……..) ….
sampel alloy
Persyaratan :
Metode uji dinyatakan valid jika nilai parameter 1 - 4 memenuhi
syarat (tidak melebihi batas toleransi)
Valid Tidak Valid
Kesimpulan
√
Bogor, …………………………..
Analis
( )
54
Percobaan 4.
Validasi Metode Uji Penetapan Kadar Asesulfam K dalam
Sirup secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)
1. RUANG LINGKUP :
Unjuk kerja metode uji penetapan kadar asesulfam K
rentang konsentarasi (100 – 800) mg/L dalam sampel sirup
dilakukan dengan menggunakan alat Kromatogaph Cair Kinerja
Tinggi (KCKT). Unjuk kerja parameter yang diuji terdiri atas
linieritas, limit deteksi instrumen, presisi, akurasi, dan ketegaran
(ruggedness).
JENIS METODE UJI : Metode modifikasi mengacu pada
Amlitche Sammlung von Untersuchungs Verfahren nach 35
LMBG/Official Collection of Analytical Methods According to
35 LMBG/(German Food Act) No. 57.22.99/5.
2. CARA UJI
2.1 Prinsip
Asesulfam K dapat dideteksi dengan menggunakan detektor
UV pada panjang gelombang 200 nm dengan menggunakan
fasa gerak methanol dengan campuran buffer pH 4,5.
2.2 Bahan
Sirup, larutan standar asesulfam K, metanol, kalium
dihidrogen fosfat, asam fosfat, asetonitril, dan aquabides.
2.3 Peralatan
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi merk Shimadzu LC-20AD
UV/VIS detector, neraca analitik, penyaring Milipore, kolom,
labu takar, piala gelas, labu semprot, pipet tetes, pipet
mohr, corong kaca, dan kertas saring.
55
2.4 Persiapan Uji
• Persiapan pemakaian alat kromatografi cair kinerja
tinggi
Instrumen (KCKT) yang digunakan adalah Shimadzu LC
- 20 AD dengan kondisi pengoperasian dalam percobaan
sebagai berikut :
Kolom : Oktadesilsilana (ODS), 5 µm, 250 mm x 4 mm
RP 18
Fase gerak A : Larutan Buffer Kaliumdihidrogenfosfat
0,0125 mol/L pH 4,5
Fase gerak B : Metanol 60 %
Laju Alir : 1 mL/menit
Detektor : VWD
Volume penyuntikan : 20 µL
• Persiapan Larutan Buffer pH 4,5
Kalium dihidrogenfosfat sebanyak 1,7 gram dilarutkan
ke labu takar 1000 mL, kemudian dilarutkan dan ditera
dengan aquades, selanjutnya ditambahkan beberapa
tetes asam fosfat hingga pH 4,5
• Persiapan Fasa Gerak
Metanol dicampur dengan buffer pH 4,5 dengan
perbandingan 30 : 70, lalu dihomogenkan. Kemudian
larutan tersebut disaring dan dilakukan sonikasi.
• Persiapan Contoh
Contoh sirup dihomogenkan, kemudian dipipet 5 mL ke
labu takar 50 mL. Contoh tersebut dilarutkan hingga
tanda tera oleh fasa gerak dan dihomogenkan.
2.5 Penetapan Kadar Asesulfam K dalam Sirup secara KCKT
Sebanyak 5 mL sampel sirup dimasukkan ke labu takar 50
mL, dilarutkan dengan menggunakan fasa gerak, ditera dan
dihomogenkan. Larutan sampel tersebut diinjeksikan secara
56
autoinjector dalam vial pada KCKT pada panjang gelombang
200 nm. Luas area dan waktu retensi yang dihasilkan
dicatat. Luas area yang dihasilkan diinterpolasikan terhadap
kurva linieritas standar asesulfam K. Kadar asesulfam K
dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut
:
y = a + bx
" $%
C=5 &
6 x Fp
Keterangan :
C : Konsentrasi Asesulfam K dalam larutan uji (mg/L)
y : Luas area asesulfam K dalam larutan uji
a : Intersep
b : Slope
Fp : Faktor Pengenceran
57
standar tersebut masing-masing diencerkan dengan
fasa gerak hingga tanda tera, dan dihomogenkan.
• Pengujian Larutan Deret Standar Asesulfam K
Larutan deret standar asesulfam K yang telah
disiapkan delapan konsentrasi yang berbeda, diukur
luas areanya dengan KCKT. Selanjutnya data luas
area yang diperoleh, dibuat kurva kalibrasi linieritas
yang menghubungkan antara konsentrasi standar
asesulfam K dan luas areanya, sehingga didapatkan
nilai koefisien korelasinya (r). Evaluasi linearitas dan
sensitivitas dari kurva yan diperoleh.
c. Uji Presisi
Larutan uji sampel sirup yang telah dipersiapkan
sebanyak 7 labu, diukur luas area dengan KCKT.
Hasil luas area yang diperoleh dari masing-masing
larutan uji, dihitung kadar asesulfam K. Kemudian
perhitungan kadar dari 7 kali ulangan tersebut,
dihitung nilai % RSD (Relative Standard Deviation)
dan dibandingkan dengan syarat keberterimaan yang
telah ditetapkan.
58
d. Uji Akurasi
Uji akurasi dilakukan dengan menetapkan kadar
asesulfam K dalam sampel sirup terlebih dahulu
(hasil uji presisi), dilakukan seperti pada uji untuk
presisi. Kemudian dilakukan dengan penetapan
kadar asesulfam K dalam sampel sirup yang
ditambahkan konsentrasi standar asesulfam K
(konsentrasi 4,06 mg/L). Larutan uji ini diukur luas
dengan KCKT. Pengujian ini dilakukan minimal 7
kali ulangan. Hasil uji yang diperoleh, dihitung
persentase perolehan kembalinya (% Recovery).
e. Ketahanan Metode Uji (Robustness))
Uji ketahanan ini dilakukan dengan prosedur yang
sama dengan uji presisi, tetapi digunakan
konsentrasi pelarut yang berbeda. Konsentrasi
pelarut metanol yang digunakan dipekatkan 20 %
menjadi 80 %. Pengujian masing-masing pada kondisi
dilakukan 7 kali ulangan. Kemudian hasil uji kadar
asesulfam K dalam sampel yang diperoleh, diolah
standar keberterimaan presisi dan akurasi secara
statistik. Uji F untuk presisi dan uji t untuk akurasi.
keterangan :
µ = Konsentrasi teoritis (mg/L)
C = Konsentrasi yang ditambahkan (mg/L)
Vol. C = Volume larutan standar (mL)
W = Bobot sampel (g)
59
3 LAPORAN
Hasil Validasi Metode Uji Penetapan Kadar Asesulfam K
dalam Sirup secara KCKT
Konsentrasi
Standar
No Luas Area
Asesulfam K
(mg/L)
1 0,00 0,000
2 2,00 700825
3 4,00 1299768
4 6,00 1999543
5 8,00 2550618
6 10,00 3288883
7 12,00 3996800
60
• Hasil Evaluasi Uji Limit Deteksi Instrumen (LDI)
Tabel 2. Data Pengamatan Limit Deteksi Instrumen
Pengukuran Asesulfam K 0,04 mg/L Secara
KCKT
Luas area
Larutan uji Konsentrasi
Ulangan standar asesulfam K
asesulfam terukur (mg/L)
K
1 15645
2 14123
3 16103
4 13259
5 14704
6 13519
7 16075
Rerata
SD
LDI
61
• Hasil Evaluasi Uji Presisi
62
• Hasil Evaluasi Uji Akurasi
Rata – rata
63
• Hasil Evaluasi Uji Robustness
64
4. SIMPULAN
Metode Acuan :
Nama Alat :
Nama Analis :
Matriks :
Batas toleransi
Tanggal
No Parameter Nilai (Syarat Simpulan
Pelaksanaan
Keberterimaan)
1 Linearitas …. r±1
Sensitivitas … 45o ± 20%
2 LDI …..
3 LDM …..
4 LoQ …..
5 Presisi %RSd
rata-rata ….
kadar …… <2%
6 Akurasi rentan
(Recovery) (…..) % (90 – 105) %
….. < …. F – hit < F – Tab
7 Robustness
…… < … t – hit < t – table
8 U = …. U < rata-rata
estimasi kadar
9 Lap hasil uji ……. dalam (………….. ± ……..) %
sampel …….
65
Persyaratan :
Metode uji dinyatakan valid jika nilai parameter 1 - 5 memenuhi
syarat (tidak melebihi batas toleransi)
Bogor, …………………………..
Analis
( )
66
DAFTAR PUSTAKA
• SNI 06-6989 9 : 2004 Air dan air limbah – Bagian 9: Cara uji
nitrit secara spektrofotometri.
67
LAMPIRAN
Statistika Dasar
68
BATAS KEPERCAYAAN :
'(
× ± (%(",$) & )
√*
UJI BEDA NYATA :
1. PRESISI (UJI – F)
Uji-F membandingkan dua nilai simpangan baku , yang
mengevaluasi kepresisian (ketelitian) jenis kesalahan acak
(random error) yang diperoleh dari 2 set data (kelompok)
69
2. AKURASI (UJI – t)
Uji-t merupakan uji signifikansi dua nilai rata-rata dua
kumpulan data.
Uji t ada 2 jenis :
1. Uji-t Untuk Suatu Kumpulan Data dibandingkan terhadap
Suatu Nilai Tunggal (acuan), dengan rumus t – hitung
sebagai berikut :
t=
(x - µ ) n
s
Keterangan :
x = nilai rata-rata pengujian
µ = nilai acuan
n = jumlah data pengujian
s = standar deviasi pengujian
derajat bebas (db) untuk t – tabel = (n -1)
2. Uji-t untuk membandingkan dua kumpulan data (2 set
data), menggunakan rumus t – hitung sebagai berikut :
( x1 - x2 )
t=
1 1
s +
n1 n2
s=
(n1 - 1)s12 + (n2 -1)s2 2
(n1 + n2 - 2)
Keterangan :
X1 = nilai rata-rata pengujian kelompok 1
X2 = nilai rata-rata pengujian kelompok 2
n1 = jumlah data pengujian kelompok 1
n2 = jumlah data pengujian kelompok 2
s = standar deviasi gabungan
derajat bebas (db) untuk t – tabel = (n1 + n2 – 2)
70
Evaluasi uji – t :
Hipotesis :
Ho : nilai rata (akurasi) kelompok 1 tidak berbeda dengan
kelompok 2
Kriteria Uji:
71
Tabel - t
72
Cara Pembacaan :
73
Tabel – F
74
Tabel. Contoh Nilai Ketidakpastian Bobot Atom
(Eurachem Guide . 2002. Guide to Uncertainty in Analytical Chemistry. Hal 59 )
75