SOCIAL PROJECT
TAHUN 2021
LATAR BELAKANG
Dalam pidato pembukaan oleh Wakil Presiden RI periode 2019-2024 Ma’ruf Amin
pada kegiatan International Halal Conference 2020, disampaikan bahwa Indonesia
ditargetkan menjadi global halal hub pada tahun 2024 (Indonesia to Turn into a Global Halal
hub by 2024, 2021). Indonesia memiliki sebuah masterplan dalam bidang ekonomi syariah
atau disebut MEKSI yang diluncurkan pada 2019 lalu oleh Presiden RI Joko Widodo. Pada
MEKSI periode 2019-2024 terdapat visi yaitu “Indonesia yang Mandiri, Makmur, dan
Madani dengan Menjadi Pusat Ekonomi Syariah Terkemuka Dunia” (2019). Strategi utama
yang telah dirumuskan untuk mencapai visi tersebut salah satunya adalah dengan penguatan
halal value chain dan penguatan ekonomi digital. Dan beberapa dari program utama untuk
melaksanakan strategi tersebut adalah :
2. Sertifikasi halal
Penulis merujuk pada tiga program di atas karena ketiganya memiliki keterkaitan
yang tak dapat dipisahkan. Peran halal hub pada tingkat daerah adalah sebagai ekosistem
tempat terlaksananya kegiatan ekonomi berbasis halal, dengan pengawasan produk halal
oleh sistem informasi yang terintegrasi dan sertifikasi halal sebagai jalan bagi wirausahawan
di Indonesia utamanya di tingkat daerah dapat masuk ke dalam ekosistem tersebut.
Gambaran yang ada pada paragraf ini memvisualisasikan sebuah halal supply chain yang
nantinya akan berjalan pada tingkat daerah.
Hingga saat ini, traceability produk halal mayoritas dilakukan dengan memanfaatkan
media pelabelan halal (Wahyuni & Arfidhila, 2019). Di Indonesia hal ini berupa logo halal
dari pihak Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang disematkan pada produk sebagai tanda
bahwa produk tersebut adalah halal dan dijamin oleh MUI. MUI dapat menjamin kehalalan
produk pada perusahaan yang telah melalui proses sertifikasi halal dan memegang sertifikat
halalnya, mekanisme MUI dalam melakukan pengawasan terhadap jaminan kehalalan
produk dapat dilihat pada gambar 1.1 sebagai berikut,
1
Gambar 1.1 Mekanisme Penjaminan Halal MUI
Salah satu tantangan yang menanti dalam mewujudkan Indonesia sebagai global
halal hub adalah traceability, yaitu kemampuan penelusuran dari suatu produk dari asal
hingga tujuan akhirnya. Karena dalam konsep halal value chain setiap pihak yang terlibat di
dalamnya termasuk pemerintah dan wirausahawan harus memiliki sistem, prosedur serta
regulasi yang berlandaskan prinsip syariah (Rafiki, 2020). Usaha yang ditempuh untuk
menjawab tantangan ini adalah membuat sistem informasi terintegrasi untuk traceability
produk halal. Mengingat saat ini sistem informasi yang mendukung kemampuan traceability
mencakup hanya sebagian dari keseluruhan supply chain dan belum sanggup
memvisualisasikan traceability dari tahap bahan baku produksi, maka diperlukan sistem
baru yang lebih mumpuni. Sehingga traceability dapat mencakup area input bahan baku
produksi seperti lokasi asalnya hingga area distribusi seperti retailer mana yang
mengantarkan produk pada konsumen akhir. Teknologi blockchain yang sudah berkembang
sejak ditemukan pada tahun 2008 oleh Satoshi Nakamoto, memiliki potensi sebagai solusi
dalam pelacakan aset seperti pada industri makanan dan logistik (Visconti, 2019). Hal ini
dapat terjadi karena blockchain memiliki tiga karakteristik sebagai berikut,
2. Immutable, Data transaksi yang ada pada jaringan blockchain dapat diverifikasi oleh
semua pihak dan untuk mencapai status valid berlaku mekanisme konsensus,
sehingga nyaris tidak mungkin terjadi pemalsuan di dalam jaringan ini.
2
3. Auditability, data yang direkap di dalam jaringan blockchain bersifat sekuensial,
sehingga dapat ditelusuri asal dan tujuan akhir data transaksi tersebut.
IDENTIFIKASI PERMASALAHAN
Sesuai dengan masterplan yang telah ditetapkan oleh pemerintah Indonesia yaitu
MEKSI diperlukan sebuah sistem informasi terintegrasi untuk traceability produk halal.
Pada desa tujuan terdapat sebuah fasilitas Rumah Potong Hewan yang telah beroperasi sejak
lama, dan pada fasilitas tersebut tidak terdapat sistem penelusuran yang berfungsi sebagai
validator dari status daging yang telah dipotong di tempat tersebut. Salah satu hal yang
menjamin status halal dari daging yang berasal dari ternak yang dipotong di fasilitas tersebut
adalah bukti kepemilikan sertifikat halal yang masih berlaku dan keberadaan juru sembelih
3
halal (juleha). Sehingga dengan kondisi tersebut diperlukan sebuah sistem informasi
terintegrasi yang dapat menjadi acuan validasi status halal sebuah daging yang dikeluarkan
oleh fasilitas RPH tersebut. Pernyataan masalah yang akan diselesaikan pada social project
ini adalah,
4
USULAN SOLUSI
Implementasi teknologi blockchain tidak lagi hanya pada bidang finansial saja
seperti cryptocurrency, namun telah merambah pada bidang manufaktur dan logistik
(Visconti, 2019). Salah satu bisnis yang telah menggunakan teknologi blockchain di
Indonesia adalah HARA, salah satu startup di bidang agrikultural yang menghubungkan
stakeholder di industri pertanian dengan menyediakan platform berbasis blockchain yang
menyediakan data pertanian secara real-time. Melalui platform tersebut, keputusan bisnis
yang dibuat oleh masing- masing stakeholder dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Berdasarkan permasalahan yang telah disebutkan di bagian sebelumnya, penulis
mengusulkan untuk membuat sebuah model dari traceability system yang berbasis teknologi
blockchain bagi stakeholder pada ekosistem rantai pasok makanan di desa tujuan. Model ini
akan bermanfaat sebagai investasi jangka panjang bagi fasilitas RPH di desa tujuan,
mengingat model yang diusulkan dapat menjadi acuan pengembangan dan implementasi
teknologi blockchain secara perdana di desa tujuan.
Model traceability system berbasis blockchain yang diusulkan akan dirancang
dengan mengacu pada proses bisnis fasilitas RPH di desa tujuan. Desain model tersebut
bernama “Mata Halal”, yaitu sebuah traceability system berbasis blockchain untuk daging
halal. Menggunakan platform blockchain resmi seperti Polygon dan currency untuk
keperluan transaksi (gas fee) dengan Matic. Untuk mencapai solusi dari model yang
diusulkan dibutuhkan beberapa langkah sebagai berikut,
Diawali oleh sosialisasi mengenai teknologi blockchain, MEKSI dan traceability
system untuk produk halal. Sehingga masyarakat lokal dapat memahami maksud dan tujuan
dari social project ini. Dilanjutkan dengan mengumpulkan system requirement yang
melibatkan masyarakat lokal yang berprofesi sebagai peternak dan pengelola RPH untuk
menjadi narasumber, sehingga didapatkan informasi proses bisnis fasilitas RPH serta apa
saja yang dibutuhkan untuk membuat model traceability system yang diusulkan terwujud.
Setelah mendapatkan informasi dari proses tersebut, dilakukan forum group discussion
(FGD) untuk mendesain traceability system. Pada proses desain akan dimunculkan model
yang kemudian dipresentasikan pada peternak dan pengelola RPH, untuk mendapatkan
kritik maupun saran terhadap model yang diajukan. Jika terdapat kritik maupun saran maka
penulis dan tim akan melakukan iterasi untuk menyesuaikan model traceability system
sehingga dapat sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pengguna.
5
Dalam forum yang dilakukan penulis berencana mengundang pihak yang memiliki
kualifikasi dalam bidang halal serta teknologi blockchain, dengan tujuan mempercepat
proses perbaikan model yang diajukan. Ketika model traceability system telah disepakati,
maka social project yang diusulkan oleh penulis dapat dinyatakan berakhir dan model
tersebut akan diberikan kepada desa tujuan sehingga nanti saat akan dilakukan
pengembangan traceability system dapat mengacu pada model yang sudah ada.
6
LANGKAH-LANGKAH IMPLEMENTASI
PROSES PELAKSANAAN
Berikut adalah susunan langkah pelaksanaan social project yang direncanakan,
TIMELINE PELAKSANAAN
Deskripsi Kegiatan OKTOBER NOVEMBER
W2 W3 W4 W1 W2
7
Pengadaan FGD dengan profesor blockchain, praktisi
blockchain, dan MUI.
MANFAAT PROGRAM
Usulan Penerapan “Blockchain pada Industri Rumah Potong Hewan untuk
Mendukung Halal Supply Chain Berintegritas” ini bermanfaat untuk meningkatkan
kapabilitas pengawasan dari traceability system melalui aktivitas audit secara realtime oleh
badan pengawas independen (MUI) yang terlibat dalam halal supply chain.
ROADMAP
Social Project ini merupakan sebuah ide yang belum ada dan belum terealisasikan di
Indonesia khususnya wilayah Malang. Jika social project ini diterima oleh penyelenggara,
maka tim kami akan menjadi yang pertama dalam mengimplementasikan ide ini.
8
ASPEK KEBERLANJUTAN
Usulan “Penerapan Blockchain pada Industri Rumah Potong Hewan untuk
Mendukung Halal Supply Chain Berintegritas” masih bisa dikembangkan dalam segala
aspek,mengingat teknologi blockchain mengalami perkembangan dan kemajuan secara terus
menerus. penerapan konsep blockchain tersebut akan memudahkan aktivitas pengawasan
badan pengawas independen (MUI) dalam melakukan pengawasan dan audit secara
realtime. Serta dengan adanya blockchain pada halal traceability system, permasalahan
validasi status halal pada proses dan produk diantara stakeholders rantai pasok dapat teratasi.
Terlebih, pemanfaatan blockchain masih dapat dikembangkan lagi dalam cakupan yang
lebih luas di bidang yang sama, salah satunya adalah real-time data exchange yang dapat
digunakan untuk membuat keputusan strategis bisnis.
9
RENCANA ANGGARAN BIAYA
Berikut adalah rencana anggaran biaya yang dibutuhkan untuk melaksanakan social project yang diusulkan,
No. Komponen Anggaran Jumlah (n) Biaya Satuan(Rp) Jumlah × Biaya Satuan
A. Investasi
1 Sewa laptop 3 Rp500.000 Rp1.500.000
2 Beli printer 1 Rp900.000 Rp900.000
3 Beli tinta printer (cartridge) 1 Rp300.000 Rp300.000
4 Beli kertas stiker doff uk. A3 2 Rp135.000 Rp270.000
5 Beli barcode scanner 2 Rp950.000 Rp1.900.000
6 Beli router 1 Rp300.000 Rp300.000
Berlangganan dan sertifikasi course blockchain 1 Rp4.000.000 Rp4.000.000
Blockchain Cloud Development 1 Rp5.700.000 Rp5.700.000
Total Komponen Biaya Investasi (A) Rp14.870.000
B. Operasional
8 Tiket Kereta SBY-MLG (PP) 2 400.000 Rp800.000
9 Tiket Kereta CN-MLG (PP) 2 1.000.000 Rp2.000.000
Total Komponen Biaya Operasional (B) Rp2.800.000
C. Lain-lain
11 Honor narasumber praktisi blockchain 1 500.000 Rp500.000
12 Honor narasumber MUI 1 500.000 Rp500.000
Biaya harian 3 500.000 Rp1.500.000
Total Komponen Biaya Lain-lain (C) Rp2.500.000
Total Biaya (A+B+C) Rp.20.170.000
LAMPIRAN-LAMPIRAN