1
Aisyah Abdul-Rahman, Zaleha Yazid. Developing a Framework of Islamic Bank Operational Risk Management:
‘People Risk’. (Malaysia: Jurnal Pengurusan, 2015). Hal. 130.
2
Ibid, hal. 131
Sejalan dengan prinsip maslahah, digitalisasi perbankan syariah diharapkan tidak
hanya memberikan manfaat ekonomi, tetapi juga menyumbang kepada maslahah sosial dan
keadilan. Oleh karena itu, regulasi dan kebijakan perbankan syariah digital harus secara aktif
mendorong inovasi yang berorientasi pada kemanfaatan umum dan mendorong terciptanya
sistem keuangan yang berdampak positif pada masyarakat dan ekonomi secara luas. Dengan
demikian, prinsip kemanfaatan menjadi panduan bagi perbankan syariah digital dalam
mencapai tujuan inklusivitas dan kesejahteraan yang diinginkan dalam kerangka hukum dan
filsafat syariah.3 Prinsip kemudahan (Yusr) dalam filsafat hukum menjadi fondasi utama
dalam merumuskan landasan hukum perbankan syariah digital. Fokus pada kemudahan
menyoroti pentingnya merancang sistem perbankan syariah digital agar memberikan akses,
pemahaman, dan penggunaan yang mudah bagi masyarakat, tanpa menimbulkan kesulitan
yang tidak perlu.4
Selain itu, pemahaman terhadap produk dan layanan perbankan syariah digital juga
menjadi fokus dalam prinsip kemudahan. Informasi harus disajikan dengan cara yang jelas
dan mudah dipahami, mengingat kompleksitas konsep syariah dalam konteks keuangan.
Pendidikan dan literasi keuangan juga menjadi bagian integral dari upaya mencapai
kemudahan ini, memastikan bahwa masyarakat dapat membuat keputusan keuangan yang
terinformasi.5
Pentingnya penggunaan teknologi yang sederhana dan dapat diakses oleh semua juga
menekankan perlunya memastikan bahwa perbankan syariah digital tidak hanya menjadi hak
istimewa bagi mereka yang sudah mahir dalam teknologi. Oleh karena itu, regulasi harus
menggarisbawahi kewajiban industri untuk memastikan keberlanjutan kemudahan ini
sepanjang perubahan teknologi dan kebutuhan masyarakat.
3
Jaih Mubarok, Khotibul Umam, dkk. Ekonomi Syariah bagi Perguruan Tinggi Hukum Strata 1. (Jakarta,
Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah – Bank Indonesia, 2021).
4
Wahyudin Darmalaksana, Filsafat & Politik Hukum Islam Perbankan Syariah, (Bandung: CV. Sentra Publikasi
Indonesia, 2022).
5
Ibid.
Dalam keseluruhan, penerapan prinsip kemudahan dalam perbankan syariah digital
adalah suatu keharusan untuk memastikan bahwa inovasi teknologi mendukung kemudahan
akses dan penggunaan layanan perbankan syariah, sejalan dengan semangat filosofi hukum
yang menekankan pada kesejahteraan dan keadilan bagi seluruh masyarakat.
Prinsip ketertiban (Nizam) dalam filsafat hukum memiliki dampak yang signifikan
dalam merancang kerangka hukum untuk perbankan syariah digital. Dalam konteks ini,
penerapan teknologi di sektor keuangan harus mengikuti tata kelola yang baik untuk
memastikan ketertiban yang optimal.6
Pertama-tama, penting untuk menerapkan regulasi yang jelas dan komprehensif yang
mengatur operasional perbankan syariah digital. Regulasi ini seharusnya mencakup berbagai
aspek, mulai dari keberlanjutan teknologi, keamanan data, hingga transparansi dalam
penyajian informasi kepada nasabah. Regulasi ini bertujuan untuk menciptakan landasan
hukum yang kuat dan jelas yang mengarah pada ketertiban dalam industri.
Selain itu, tata kelola yang baik juga mencakup perlindungan konsumen. Ketertiban
dalam perbankan syariah digital memerlukan adanya mekanisme perlindungan yang efektif,
seperti penanganan keluhan nasabah dan kebijakan privasi yang ketat. Hal ini mencerminkan
kepedulian terhadap hak dan kepentingan konsumen sebagai bagian integral dari ketertiban
hukum.
Keamanan transaksi juga menjadi fokus utama dalam menerapkan prinsip ketertiban.
Teknologi keamanan yang canggih harus diterapkan untuk melindungi data dan transaksi
keuangan nasabah. Regulasi perbankan syariah digital perlu mengatur standar keamanan
yang tinggi dan memastikan bahwa lembaga keuangan mengikuti praktik terbaik dalam
perlindungan data.
Oleh karena itu, ketertiban dalam perbankan syariah digital tidak hanya melibatkan
pengaturan internal di lembaga keuangan, tetapi juga melibatkan keterlibatan otoritas
pengatur dalam membentuk regulasi yang mendukung dan melindungi para pemangku
kepentingan. Dengan demikian, prinsip ketertiban berfungsi sebagai panduan dalam
mengembangkan lingkungan perbankan syariah digital yang stabil, aman, dan terpercaya bagi
masyarakat.
6
Abdul Qoyum dkk, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah – Bank
Indonesia, 2021
Dalam konteks perbankan syariah digital, pemanfaatan teknologi blockchain
memegang peran krusial dalam memastikan keabsahan transaksi syariah. Blockchain
merupakan suatu sistem distribusi transaksi yang terekam secara terdesentralisasi dan
terenkripsi, memungkinkan setiap transaksi dapat diverifikasi dan diakses secara transparan
oleh semua pihak yang berkepentingan. Kaitan teknologi ini dengan perbankan syariah dapat
diuraikan sebagai berikut:7
7
Januariansyah Arfaizar, dkk. Inovasi dan Tantangan Perbankan Syariah pada Era Digital di Indonesia,
(Yogyakarta: Wadiah: Jurnal Perbankan Syariah, 2023).
Dengan menerapkan teknologi blockchain, perbankan syariah digital dapat
meningkatkan integritas dan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip syariah. Penggunaan
blockchain dapat menciptakan ekosistem keuangan yang lebih aman, transparan, dan sesuai
dengan nilai-nilai etika syariah, sehingga membantu mengatasi beberapa tantangan dan risiko
yang mungkin timbul dalam operasional perbankan syariah.
8
Setyaningrat, D., Mushlihin, I. A., & Zunaidi, A. (2023). "Strategi Digitalisasi untuk Mendorong Inklusi
Keuangan Nasabah Bank Syariah: Pendekatan Technology Acceptance Model (TAM)." Islamic Economics,
Business, and Philanthropy, 2(1), 53.
Mendorong keberadaan agen perbankan syariah digital di daerah-daerah
terpencil. Agen-agen ini dapat berfungsi sebagai perpanjangan layanan
perbankan dan membantu dalam proses registrasi, penarikan tunai, dan
memberikan edukasi langsung kepada masyarakat setempat.
Melalui pendekatan holistik ini, aksesibilitas layanan perbankan syariah digital dapat
ditingkatkan secara signifikan, menjadikannya lebih merata dan inklusif. Dengan melibatkan
masyarakat dari berbagai lapisan dan lokasi, perbankan syariah digital dapat berperan sebagai
sarana inklusi keuangan yang mempercepat perkembangan ekonomi dan kesejahteraan
masyarakat secara luas.
Daftar Pustaka
Abdul Qoyum dkk, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Departemen Ekonomi dan Keuangan
Syariah – Bank Indonesia, 2021
Januariansyah Arfaizar, dkk. Inovasi dan Tantangan Perbankan Syariah pada Era Digital di
Indonesia. Yogyakarta: Wadiah: Jurnal Perbankan Syariah, 2023.
Jaih Mubarok, Khotibul Umam, dkk. Ekonomi Syariah bagi Perguruan Tinggi Hukum Strata
1. Jakarta: Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah – Bank Indonesia, 2021.
Musa Asy’ari. Filsafat Islam, Sunnah Nabi dalam Berpikir. Yogyakarta: LESFI, 2002.
Setyaningrat, D., Mushlihin, I. A., & Zunaidi, A. (2023). "Strategi Digitalisasi untuk
Mendorong Inklusi Keuangan Nasabah Bank Syariah: Pendekatan Technology
Acceptance Model (TAM)." Islamic Economics, Business, and Philanthropy, 2(1), 53.
Wahyudin Darmalaksana. Filsafat & Politik Hukum Islam Perbankan Syariah. Bandung: CV.
Sentra Publikasi Indonesia, 2022.