Anda di halaman 1dari 16

Nama : Yesica Dhita Puspita

NIM : 22803244016

Kelas : B22

Prodi : Pendidikan Akuntansi

ULANGAN TENGAH SEMESTER

AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH

1. Opportunities dan challenges perbankan syariah di Indonesia


 Literatur :

Perbankan syariah mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan perbankan


syariah, seperti bagaimana bank beroperasi secara organisasi dan metode serta
prosedur yang digunakan dalam menjalankan operasionalnya sesuai dengan aturan-
aturan syariah. Bank syariah adalah suatu institusi finansial yang berfungsi sesuai
dengan peraturan syariah, oleh karena itu, bank syariah tidak mengenakan bunga
seperti yang biasa dilakukan oleh bank konvensional, dan secara tegas menghindari
praktik riba (Destiya, 2019). Lembaga keuangan menjadi salah satu pilar utama
dalam ekonomi suatu negara. Perbankan syariah semakin populer di tengah
masyarakat, bukan hanya di golongan umat Islam tetapi juga di antara non-Muslim.
Dalam keuangan syariah, perkembangan yang pesat dalam sektor perbankan memiliki
dampak yang besar terhadap perekonomian secara keseluruhan. Perbankan syariah
memiliki potensi untuk memajukan perekonomian dengan mendorong aktivitas
ekonomi yang inklusif, bernilai tambah, dan produktif (Apriyanti, 2018). Kazarian
dalam bukunya "Handbook of Islamic Banking" tahun 1993 menyatakan bahwa
perbankan syariah menitik beratkan pada penyediaan layanan keuangan yang sesuai
dengan nilai-nilai syariah melalui beragam instrumen keuangan. (Sjahdeini, 2018).
Perbankan syariah di Indonesia mengoperasikan sistemnya dengan berpegang pada
prinsip bagi hasil, yang menekankan pada kepentingan umat, ukhuwah, dan
menghindari praktik spekulatif dalam setiap transaksi yang dilakukannya. (Alamsyah,
2010). Di dalam sejarahnya di Indonesia, perbankan syariah berasal dari inisiatif MUI
yang secara resmi ditandai dengan pendirian pada tahun 1991, Bank Muamalat
Indonesia (BMI) didirikan sebagai bank syariah pertama di Indonesia, BMI dapat
dianggap sebagai hasil dari upaya keras Tim Perbankan yang dibentuk oleh MUI.
Perbankan syariah mencakup segala aspek terkait dengan operasi bank yang berbasis
syariah, termasuk struktur kelembagaan, metode, dan prosedur yang digunakan dalam
menjalankan bisnisnya. Bank syariah beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip syariah
sebagai kerangka hukum Islam yang mengatur kegiatan perbankan. Prinsip-prinsip ini
mengacu pad pandangan ulama yang dikeluarkan oleh otoritas agama yang memiliki
kekuasaan. Sektor keuangan syariah memiliki ciri-ciri, termasuk kepatuhan yang
ketat terhadap aturan dan model bisnis yang didasarkan pada kepercayaan.

 Analisis Masalah

Suku bunga kredit yang lebih tinggi yang dikenakan oleh bank konvensional
kepada nasabahnya menyebabkan peningkatan kredit bermasalah. Selain itu,
kekhawatiran dan ketidakpastian nasabah membuat Anda perlu berpikir matang
sebelum memilih bank tradisional sebagai mitra keuangan Anda. Hal ini disebabkan
oleh pesatnya perkembangan dan pertumbuhan industri perbankan syariah. Melalui
konsep bagi hasil, bank syariah dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat
terhadap sistem bagi hasil, sehingga memberikan keadilan dan keamanan kepada
nasabah yang mencari pembiayaan pinjaman. Peran sumber daya manusia memiliki
signifikansi yang besar dalam suatu institusi, termasuk bank syariah. Pertumbuhan
berkelanjutan dalam industri keuangan dan perbankan Islam telah menyebabkan
meningkatnya permintaan akan talenta berkualitas tinggi. Salah satu hambatan dalam
perkembangan ekonomi syariah di Indonesia adalah rendahnya pemahaman
masyarakat tentang sistem perbankan syariah. Hal ini tercermin dari lebih sedikitnya
masyarakat yang memanfaatkan fasilitas perbankan syariah dibandingkan bank
tradisional. Beberapa orang berpendapat bahwa tidak terdapat perbedaan yang
substansial antara sistem perbankan syariah dan sistem perbankan konvensional..

 Solusi

Bank syariah di Indonesia di masa depan harus memiliki keunggulan yang


mampu menarik perhatian nasabah Indonesia dan juga masyarakat global, baik
melalui produk-produk inovatif, margin keuntungan yang menarik bagi nasabah,
maupun skema bagi hasil yang kompetitif. Untuk mencapai hal ini, perlu adanya
strategi khusus dari bank syariah Indonesia agar dapat meningkatkan daya saing dan
memperluas pangsa pasar tidak hanya terbatas pada populasi muslim di Indonesia.
Untuk bersaing dalam transaksi e-commerce yang menggunakan teknologi,
perbankan syariah perlu mengembangkan keunggulan kompetitif. Dengan
memberikan pandangan dan pengalaman inovatif pada setiap transaksi, produk dan
layanan yang lebih cocok dengan keperluan masyarakat dapat disediakan (Apriyanti,
2018). Pembentukan sumber daya manusia merupakan peluang besar, tingginya
permintaan akan sumber daya manusia di bank syariah menunjukkan bahwa sistem
ekonomi syariah semakin diminati, karena sumber daya manusia merupakan aset
kunci dalam setiap industri, termasuk perbankan syariah. Masyarakat menjadi
peluang utama pertama bagi perbankan syariah dalam memanfaatkan era digital saat
ini, baik dalam hal tingkat kepercayaan masyarakat Indonesia yang mayoritas
beragama Islam maupun dalam hal akses internet yang semakin meningkat di
kalangan penduduk (Ulhaq, 2022). Keberagaman produk dan layanan adalah ciri khas
dari bank syariah. Inisiatif seperti memperkenalkan produk-produk yang sukses dari
bank syariah internasional dan mendorong bank syariah asing. Kemudahan akses
informasi bagi masyarakat terkait dengan penawaran produk yang disediakan oleh
sektor keuangan berbasis syariah merupakan peluang besar bagi perbankan syariah
untuk mempromosikan produk mereka.
2. Digitalisasi Perbankan Syariah: Kemampuan Perbankan Syariah Dalam
Mengoptimalkan Eksistensi Pada Era Digital 4.0
 Literatur

Saat ini kita sedang berada di masa Revolusi Industri 4.0 dan transisi ke Revolusi
Industri 5.0 yang ditandai dengan kemajuan teknologi yang semakin canggih. Dengan
perkembangan tersebut, gaya hidup masyarakat menjadi semakin modern dan
bergantung pada penggunaan internet melalui komputer dan smartphone. Bank
syariah menjadi pilihan utama masyarakat untuk melakukan transaksi pembayaran
dan aktivitas keuangan lainnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, bank harus terus
melakukan inovasi seperlunya untuk memudahkan nasabah dalam melakukan seluruh
aktivitas keuangan. Perbankan syariah mencakup segala hal yang berkaitan dengan
pelaksanaan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah. Hal ini mencakup organisasi
dan metode serta proses yang terkait dengan syariah yang digunakan untuk
menjalankan bisnis sesuai dengan pedoman syariah. (Febriyani D, 2021). Sektor
perbankan syariah di Indonesia mengalami pertumbuhan pesat dan berperan penting
dalam mendorong kegiatan perekonomian. Memang benar, perbankan syariah telah
muncul sebagai sektor yang efektif dalam menyediakan sumber daya publik guna
mempercepat pertumbuhan ekonomi. Bank syariah juga memiliki peran penting
sebagai perantara dalam menjamin aliran dana antara berbagai lembaga dan sektor
ekonomi lainnya, yang berkontribusi pada peningkatan stabilitas sistem keuangan
secara keseluruhan (Asmuni, 2022). Perkembangan teknologi dalam industri jasa
keuangan telah menghadirkan perubahan yang signifikan, memungkinkan penciptaan
layanan keuangan yang lebih efektif dan efisien. Sebagai entitas di sektor jasa
keuangan, Perbankan Syariah mengutamakan kepuasan nasabah, dan hal ini
merupakan aspek yang tidak dapat diabaikan. Lebih lanjut, kepuasan nasabah juga
menjadi aspek strategis untuk mempertahankan keunggulan kompetitif dan menjaga
reputasi bank syariah di mata masyarakat. Hal ini karena pelayanan tidak sekadar
memberikan layanan semata, tetapi juga harus memahami dan merespons kebutuhan
serta keinginan nasabah. Dengan perkembangan teknologi informasi di industri
perbankan, layanan perbankan telah berevolusi menjadi bentuk layanan perbankan
digital yang dapat diakses melalui berbagai saluran distribusi bank. Fitur ini
memungkinkan akses yang fleksibel, di mana dan kapan pun diperlukan, dengan
mengurangi kebutuhan interaksi fisik langsung antara nasabah dan bank. Dengan
demikian, transaksi perbankan dapat dijalankan dengan efisiensi yang tinggi sambil
tetap menjaga standar kualitas layanan kepada nasabah. Pentingnya teknologi dalam
proses transaksional menjadi semakin terlihat seiring dengan berakhirnya era
perbankan manual. Dorongan akan mobilitas, perubahan gaya hidup, dan kebutuhan
yang berkembang menyoroti pentingnya fleksibilitas perbankan di berbagai lokasi,
dan bank harus cepat tanggap terhadap perubahan tersebut. Untuk meningkatkan
kualitas layanan ini, bank syariah perlu menyesuaikan diri dengan kebutuhan nasabah
serta memperkenalkan inovasi-inovasi baru yang mampu memberikan pengalaman
yang lebih memuaskan kepada nasabah.

 Analisis Masalah

Digitalisasi produk perbankan syariah sedang menghadapi beberapa masalah,


antara lain kurangnya kesadaran tentang produk digital yang ditawarkan oleh bank
syariah disebabkan oleh promosi dan sosialisasi yang terbatas, serta keterbatasan
pengetahuan sumber daya manusia di bank syariah mengenai proses bisnis bank
digital secara menyeluruh. Selain itu, terdapat keraguan terkait penerapan prinsip
syariah pada transaksi digital dan kehandalan infrastruktur pendukung lainnya (Arif,
2022). Walaupun digital banking memiliki banyak keunggulan dalam meningkatkan
layanan perbankan syariah bagi nasabah, tetap ada beberapa tantangan yang dihadapi.
Tantangan tersebut meliputi biaya yang tinggi, keterbatasan infrastruktur, dan
masalah keamanan karena transaksi dilakukan langsung oleh nasabah (Salam, 2018).
Salah satu contoh implementasi digitalisasi dalam industri perbankan adalah melalui
pengembangan aplikasi mobile banking, hal ini berdampak langsung pada penurunan
peran pekerja di bagian front office, termasuk di antaranya peran teller.
 Solusi

Dalam era persaingan seperti saat ini, banyak individu yang memiliki
keterampilan yang serupa. Oleh karena itu, penting untuk membangun Personal
Branding guna menonjolkan keahlian seseorang dan membedakannya dari keahlian
orang lain. Personal Branding merupakan proses yang cocok guna menciptakan,
mempromosikan, dan mempertahankan seseorang yang berkesan positif berdasarkan
karakterisitik individu dan keunikannya yang menandakan janji kepada audiens
melalui narasi dan citra yang berbeda (Gorbatov, 2018). Dengan adanya pembentukan
personal branding dapat meningkatkan nilai seseorang atas bakat yang dimiliki.
Dengan memanfaatkan internet dan media sosial, bank syariah memiliki peluang
besar untuk memperluas jangkauan pasar dan mempromosikan produk dan
layanannya kepada masyarakat. Hal ini juga dapat meningkatkan efisiensi operasional
bank serta memastikan bahwa pelayanan yang disediakan merupakan yang terbaik
dan paling nyaman bagi masyarakat. Strategi pemasaran digital meliputi kampanye
iklan digital, pemasaran melalui email, dan konten pemasaran melalui blog dan media
sosial. Aplikasi mobile banking yang dikembangkan oleh bank syariah memudahkan
nasabah dalam melakukan transaksi perbankan dan mengakses informasi produk dan
layanan dengan cepat. Dengan demikian, bank syariah dapat memberikan layanan
yang lebih baik dan mudah diakses kapan pun dan di mana pun. Content Marketing
memungkinkan bank syariah untuk menciptakan konten yang informatif, mendidik,
dan menarik perhatian audiens. Konten tersebut dapat berupa infografis, video, atau
artikel yang akan dipublikasikan di situs blog atau media sosial dengan tujuan
memikat minat para penonton. Teknologi biometrik seperti pemindaian sidik jari atau
wajah dapat digunakan untuk mengotorisasi transaksi dengan tujuan meningkatkan
keamanan. Penggunaan teknologi ini membantu mengurangi risiko penipuan dan
memastikan bahwa nasabah dapat mengakses, mereka dapat menggunakan layanan
keuangan dengan aman dan sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
3. Peran literasi keuangan syariah bagi masyarakat dan Gen Z serta
kaitkan dengan minat masyarakat dan gen Z untuk beralih
menggunakan perbankan syariah daripada konvensional
 Literatur

Saat ini, pemahaman mengenai perencanaan keuangan dan investasi telah menjadi
esensial bagi berbagai kalangan masyarakat dan berbagai generasi. Sudah dari usia
dini, penting bagi anak-anak untuk diberi pengetahuan tentang perencanaan keuangan
agar mereka dapat menghindari gaya hidup konsumtif yang berpotensi merugikan
(Muyassarah, 2019). Sangat penting untuk memberikan pendidikan tentang literasi
keuangan dan investasi kepada Generasi Z. Literasi keuangan syariah merujuk pada
kemampuan seseorang untuk memahami konsep dan prinsip-prinsip keuangan
syariah, termasuk produk dan layanan yang sesuai. Ini melibatkan pemahaman
tentang konsep-konsep seperti riba, gharar, dan maysir, serta pengetahuan tentang
produk keuangan syariah seperti tabungan, investasi, dan asuransi. Dengan literasi
keuangan syariah, individu dapat membuat keputusan keuangan yang bijaksana
sesuai dengan prinsip-prinsip syariah dan mengoptimalkan penggunaan produk
keuangan syariah (Nasution A.W & Fatirah AK, 2019) (I, 2019). Literasi keuangan
syariah menjadi faktor penting dalam meningkatkan kinerja pribadi. Literasi
keuangan memungkinkan masyarakat untuk lebih memahami konsep dan proses yang
terlibat dalam penggunaan produk dan layanan keuangan. Hal ini akan mendorong
mereka untuk mengambil keputusan yang benar dan bijaksana dalam memenuhi
kebutuhan finansial individu dan keluarga. Perkembangan literasi keuangan syariah
telah meningkatkan pemahaman dan penggunaan produk perbankan syariah(A,
2017). Literasi keuangan syariah adalah penting bagi masyarakat dan Gen Z karena
membantu mereka memahami dan mengelola keuangannya dengan tepat dan benar
sesuai dengan syariah. Dengan literasi keuangan syariah, masyarakat dan Gen Z dapat
memahami prinsip-prinsip keuangan yang sesuai dengan syariah, mengelola risiko
keuangan, mengelola investasi syariah, mengelola pengelolaan keuangan syariah,
mengelola kewangan syariah, mengelola keuangan syariah dalam perniagaan,
mengelola keuangan syariah dalam pendidikan, dan mengelola keuangan syariah.
Gen Z memiliki dampak dan peran terhadap pertumbuhan ekonomi di dalam negara.
Literasi keuangan syariah memegang peran krusial dalam membentuk pemahaman
dan perilaku keuangan masyarakat, terutama generasi Z, serta memotivasi mereka
untuk beralih menggunakan perbankan syariah daripada konvensional. Generasi Z,
yang dibesarkan di zaman digital, memiliki akses yang meluas ke informasi dan
sensitivitas yang tinggi terhadap isu-isu sosial dan lingkungan. Oleh karena itu,
literasi keuangan syariah dapat menjadi kunci untuk mengubah paradigma mereka
terkait dengan pengelolaan keuangan dan pemilihan layanan perbankan. Dengan
meningkatnya pemahaman tentang prinsip-prinsip syariah dalam keuangan, seperti
keadilan, transparansi, dan pembagian risiko, generasi Z cenderung tertarik untuk
menggunakan produk dan layanan perbankan yang sesuai dengan nilai-nilai mereka.
Mereka melihat perbankan syariah sebagai alternatif yang lebih etis dan bertanggung
jawab secara sosial dibandingkan dengan perbankan konvensional, yang seringkali
terkait dengan praktik-praktik yang dianggap tidak sesuai dengan nilai-nilai mereka,
seperti bunga dan spekulasi. Dalam konteks ini, literasi keuangan syariah berperan
dalam memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang prinsip-prinsip
ekonomi Islam dan konsekuensinya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
pemahaman yang lebih baik, generasi Z dan masyarakat pada umumnya dapat
membuat keputusan keuangan yang lebih bijaksana dan selaras dengan prinsip-
prinsip yang mereka anut. Hal ini memicu minat mereka untuk menggunakan layanan
perbankan syariah, yang ditunjukkan oleh peningkatan jumlah nasabah perbankan
syariah dalam beberapa tahun terakhir. Oleh karena itu, upaya untuk meningkatkan
literasi keuangan syariah di kalangan generasi Z dan masyarakat umum sangat
penting dalam mendukung pertumbuhan dan keberlanjutan industri perbankan
syariah. Dengan memahami nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang mendasari perbankan
syariah, generasi Z dan masyarakat umum dapat membuat pilihan keuangan yang
lebih berkelanjutan dan sesuai dengan kebutuhan mereka, serta mendukung
pengembangan ekonomi berbasis syariah secara keseluruhan. Tingkat literasi
keuangan syariah telah meningkat dari 8,93% menjadi 9,14%, sedangkan inklusi
keuangan syariah naik dari 9,10% menjadi 12,12%. Peningkatan ini terutama berkat
adopsi transformasi digital dalam pendidikan keuangan syariah. Diharapkan
pendekatan ini dapat meningkatkan pemahaman dan keterlibatan dalam keuangan
syariah di kalangan masyarakat Indonesia, khususnya Generasi Z.

 Analisis Masalah

Salah satu tantangan dalam mengembangkan ekonomi syariah di Indonesia adalah


tingkat literasi keuangan syariah yang rendah. Rendahnya tingkat literasi ini dapat
memengaruhi cara orang mengelola keuangannya, seperti menabung, mengelola
kredit, berinvestasi, dan mengasuransikan diri. Terutama, masyarakat Indonesia,
termasuk Generasi Z, mungkin memiliki pemahaman yang terbatas tentang konsep-
konsep keuangan syariah, seperti larangan riba, prinsip keadilan, dan keberlanjutan.
Kurangnya pemahaman ini bisa membuat mereka enggan menggunakan produk dan
layanan perbankan syariah, dan beberapa mungkin tidak menyadari ketersediaan opsi
perbankan syariah. Hal ini dapat menghambat minat mereka untuk mencari informasi
lebih lanjut atau beralih ke perbankan syariah. Beberapa masyarakat dan Gen Z
mungkin memiliki persepsi negatif atau miskonsepsi tentang perbankan syariah,
seperti anggapan bahwa produk dan layanan syariah kurang inovatif atau kurang
kompetitif dibandingkan dengan perbankan konvensional. Hal ini dapat membuat
mereka enggan untuk beralih ke perbankan syariah. Kurangnya program edukasi atau
literasi keuangan syariah bagi masyarakat dan Gen Z juga dapat menjadi faktor
penghambat. Tanpa pemahaman yang cukup tentang manfaat dan keunggulan
perbankan syariah, minat mereka untuk menggunakan produk dan layanan tersebut
dapat terbatas.

 Solusi
Salah satu langkah penting untuk meningkatkan perekonomian syariah di
Indonesia adalah dengan membangun kesadaran finansial berbasis prinsip-prinsip
Syariah di kalangan generasi muda. Generasi muda memiliki potensi besar sebagai
kontributor ekonomi syariah, terutama dalam sektor ritel, karena mereka cenderung
memiliki keterampilan teknologi yang tinggi. Generasi Z, kelompok yang lahir antara
tahun 1995 dan 2009, menunjukkan keterikatan yang mendalam terhadap nilai-nilai
agama, terutama di Indonesia. Oleh karena itu, dalam merencanakan strategi
pengembangan ekonomi syariah, penting untuk melibatkan generasi Z. Mereka tidak
hanya memiliki keterampilan teknologi yang canggih, tetapi juga komitmen yang
kuat terhadap nilai-nilai agama. Dengan demikian, mereka dapat menjadi kekuatan
utama dalam memacu pertumbuhan ekonomi syariah di Indonesia. Melibatkan
generasi muda akan memperkuat ekosistem ekonomi syariah dan menjamin
keberlanjutan serta kesuksesannya di masa depan (F, 2019). Pendidikan keuangan
yang diberikan oleh staf Pegadian Syariah mencakup masyarakat umum, pelaku
usaha mikro dan kecil, pelajar, ibu-ibu PKK, organisasi petani, organisasi perajin, dan
lain-lain. Program pendidikan dan pelatihan tentang keuangan syariah di tingkat
sekolah, perguruan tinggi, dan komunitas dapat ditingkatkan melalui seminar,
lokakarya, dan program pembelajaran yang interaktif dan mudah diakses. Kampanye
sosialisasi yang aktif tentang keuntungan dan prinsip-prinsip perbankan syariah dapat
dilakukan melalui media sosial, acara komunitas, dan saluran komunikasi lainnya.
Kampanye ini dapat membantu mengubah persepsi negatif dan meningkatkan
kesadaran masyarakat tentang opsi perbankan syariah. Lembaga keuangan
diterangkan untuk meningkatkan akses terhadap produk dan layanan perbankan
syariah, termasuk dengan membuka lebih banyak cabang dan pusat layanan syariah di
berbagai wilayah. Ini akan membantu memastikan bahwa masyarakat memiliki opsi
yang lebih banyak dan lebih mudah dijangkau. Produk dan layanan perbankan syariah
yang inovatif dan sesuai dengan kebutuhan dan preferensi masyarakat, terutama Gen
Z yang cenderung melek teknologi, dapat meningkatkan minat mereka untuk
menggunakan perbankan syariah. Serta, ada kerjasama antara lembaga keuangan
syariah, pemerintah, lembaga pendidikan, dan organisasi masyarakat untuk
meningkatkan literasi keuangan syariah. Dengan bekerja sama, mereka dapat
menciptakan program-program yang efektif dan berkelanjutan untuk meningkatkan
pemahaman dan minat masyarakat terhadap perbankan syariah.

4. Inovasi Keuangan Islam: Peran Fintech dalam Perbankan Syariah di


Indonesia
 Literatur

Perkembangan teknologi informasi saat ini mendorong perusahaan untuk


melakukan peningkatan, seperti terciptanya inovasi dalam teknologi keuangan syariah
dan peningkatan literasi keuangan syariah. Hal ini diikuti dengan pertumbuhan
berbagai produk keuangan syariah, termasuk perkembangan pasar keuangan syariah,
meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap keuangan syariah, dan kemajuan
teknologi keuangan syariah. Selain itu, dukungan dari pemerintah juga memiliki
peran yang signifikan dalam proses ini (Enawati E, 2022). Fintech, yang berasal dari
gabungan kata financial dan technology, merujuk pada teknologi finansial. Menurut
definisi dari The National Digital Research Centre (NDRC) di Dublin, Irlandia,
fintech adalah "inovasi dalam layanan keuangan" yang memanfaatkan teknologi
modern dalam sektor keuangan. Fintech juga dapat diartikan sebagai penggunaan
teknologi digital untuk menangani berbagai masalah keuangan. Ini merupakan
perkembangan baru di sektor jasa keuangan yang mengintegrasikan kemajuan
teknologi untuk meningkatkan kemudahan dan efisiensi layanan keuangan serta
sistem keuangan secara keseluruhan. Industri fintech terdiri dari entitas-entitas yang
memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan efektivitas dalam sistem keuangan dan
menyediakan layanan keuangan (Ernama, 2017). Prinsip syariah yang dijalankan
dalam konteks ini mencakup aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam yang tidak
memperbolehkan adanya riba, gharar, maisyir, dan tadlis.. Fintech syariah berbeda
dengan model konvensional karena tidak mengenakan bunga kepada peminjam.
Sebagai gantinya, transaksi antara investor, perusahaan fintech syariah, dan peminjam
didasarkan pada prinsip kerjasama. Dalam kemitraan ini, ada sistem bagi hasil yang
menguntungkan masing-masing pihak sesuai dengan persyaratan yang telah
disepakati. Dalam perspektif Islam, produk fintech diperbolehkan apabila memenuhi
sejumlah kriteria, seperti menjelaskan ketentuan akad sesuai dengan prinsip syariah,
transaksi digital harus jelas dan disepakati, dan objek usaha yang digunakan adalah
halal. Selain itu, transaksi harus melibatkan ijab kabul sesuai dengan kebiasaan yang
berlaku, terjadi peralihan kepemilikan, ada perlindungan konsumen, serta didasarkan
pada peraturan perundang-undangan yang berlaku dan diawasi oleh lembaga
pengawas syariah untuk memastikan prinsip-prinsip syariah ditegakkan. Fintech
dalam Perbankan Syariah mencakup, penggunaan mobile banking dan e-wallet
syariah untuk memudahkan akses keuangan, platform peer-to-peer lending syariah
untuk penyediaan pembiayaan tanpa perantara, crowdfunding syariah untuk
mengumpulkan dana dari masyarakat, penerapan teknologi blockchain untuk
meningkatkan transparansi dan keamanan transaksi, dan penggunaan kecerdasan
buatan dan analisis data untuk menyediakan layanan yang lebih personal (Setiawati
Khoirunnisa, 2024).

 Analisis Masalah

Fintech masih menghadapi sejumlah tantangan yang dapat menghambat


kemajuannya, dan jika tidak segera ditangani, dapat menghambat kemajuan bangsa
secara keseluruhan. Salah satu tantangan utamanya adalah keterbelakangan budaya di
masyarakat Indonesia, di mana banyak yang enggan menerima atau bahkan menolak
budaya baru yang dianggap asing dan mengancam budaya lokal. Hal ini disebabkan
oleh kekhawatiran bahwa teknologi dapat menyebabkan kecanduan dan mengurangi
interaksi sosial, yang pada gilirannya dapat mengancam budaya sosial yang tinggi di
masyarakat. Selain itu, kendala lain dalam fintech syariah adalah aksesibilitas yang
lebih rendah dan kurangnya variasi produk dibandingkan dengan fintech
konvensional. Kekurangan modal juga menjadi masalah serius, yang menghambat
sumber daya, inovasi produk, dan pemasaran. Tantangan yang dihadapi oleh fintech
syariah meliputi kebutuhan untuk memiliki Dewan Pengawas Syariah (DPS), yang
dapat menjadi beban besar terutama bagi perusahaan startup dengan modal terbatas
karena biayanya tinggi. Selain itu, proses registrasi dan perizinan di Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) memakan waktu lebih lama dibandingkan dengan pengajuan
persetujuan fintech tradisional (Prasaja, 2020 ). Selain itu, kesadaran masyarakat
tentang fintech secara umum masih kurang, terlebih lagi dalam konteks fintech
syariah (Hiyanti, 2019)

 Solusi

Solusi harus dicari, terutama oleh negara sebagai pengatur utama. Saat ini,
Asosiasi Fintech Syariah Indonesia telah diangkat sebagai Organisasi Pengatur
Sendiri (SRO) oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk membantu dalam
pengembangan dan pengawasan operasional Fintech Syariah. Ini juga memerlukan
sinergi antara regulator dan industri, serta pembangunan ekosistem yang memperkuat
literasi dan partisipasi fintech syariah. Kerjasama antara perusahaan fintech syariah
juga dapat menjadi solusi yang efektif untuk mengatasi berbagai tantangan. Komite
Nasional Keuangan Syariah (KNKS) bersama pemangku kepentingan sedang
merancang rancangan Undang-Undang Ekonomi Syariah yang mencakup regulasi
tentang Fintech Syariah. Langkah ini mungkin menarik bagi investor. Selain itu,
peran pemerintah sangat vital dalam mendukung perkembangan fintech syariah.
Pemerintah perlu secara aktif mendukung infrastruktur yang ada, terutama setelah
deklarasi Indonesia sebagai pusat ekonomi syariah dunia oleh presiden. Instansi
pemerintah seperti BUMN, BUMD, dan kementerian juga harus mendorong
partisipasi aktif dalam mendukung industri, terutama UMKM, dengan menggunakan
alat pembayaran syariah dan layanan fintech syariah untuk mendukung program
kerja, modal kerja, dan kebutuhan karyawan. Hal ini akan membantu meningkatkan
industri UMKM dan perekonomian Indonesia. Permasalahan ini juga harus ditangani
oleh pemerintah untuk mendukung pengembangan fintech syariah di Indonesia. Salah
satu solusi yang bisa diambil adalah alternatif di mana Dewan Pengawas Syariah
(DPS) bertindak sebagai pengawas bagi beberapa fintech syariah, sehingga mereka
memenuhi infrastruktur yang sesuai dengan peraturan OJK, meskipun mereka tidak
terdaftar secara resmi (Setiani, 2020). Fakta bahwa Indonesia memiliki populasi
orang muslim terbesar di dunia seharusnya mendorong pertumbuhan lebih lanjut
dalam industri fintech syariah. Hal ini didukung oleh kenyataan bahwa Indonesia
merupakan negara yang siap secara digital, dengan jumlah pengguna internet yang
tinggi.

5. Persepsi Masyarakat terhadap Lembaga Keuangan Syariah serta


kaitkan dengan jenis-jenis pembiayaan yang ada (Mudharabah,
Musyarakah misalnya atau yang lainnya, pilih salah satu)
 Literatur

Perbankan syariah adalah komponen vyang sangat dibutuhkan dalam sistem


perbankan Indonesia yang memiliki peran penting dalam ekonomi negara. Meskipun
fungsinya mirip dengan perbankan konvensional, perbedaannya terletak pada prinsip-
prinsip dasar transaksi keuangannya. Prinsip utama perbankan syariah adalah
pembagian keuntungan dan risiko, yang berbeda dengan sistem bunga yang
digunakan dalam perbankan konvensional. Tujuan dari keberadaan perbankan syariah
adalah untuk memajukan ekonomi dengan mengedepankan keadilan sosial-ekonomi,
distribusi pendapatan yang merata, dan pelayanan yang efektif. Meskipun mencari
keuntungan seperti perbankan konvensional, perbankan syariah juga memiliki
tanggung jawab tambahan dalam mempromosikan pertumbuhan ekonomi sesuai
prinsip syariah. Meskipun ada perbedaan dengan bank syariah di Timur Tengah,
perbankan syariah di Indonesia dibatasi oleh undang-undang perbankan nasional.
Selain itu, produk perbankan syariah masih banyak yang mengandalkan sistem
murabahah, padahal ada sistem investasi syariah lain yang lebih baik seperti
mudharabah dan musyarakah. Contohnya, mudharabah melibatkan kerjasama antara
pemilik modal dan pengelola proyek, di mana pemilik modal mendapat bagian dari
keuntungan. Meskipun demikian, ada yang meragukan dampak positif lembaga
keuangan syariah terhadap ekonomi karena beberapa kasus kolaps di Kalimantan
akibat tindakan tidak bertanggung jawab dari pemiliknya. Namun, dengan sosialisasi
dan transparansi yang lebih baik, diharapkan persepsi masyarakat terhadap lembaga
keuangan syariah bisa diperbaiki, sehingga lebih banyak yang memahami dan
memanfaatkan potensinya.

 Analisis Masalah

Sistem riba menyebabkan dampak psikologis yang merugikan bagi masyarakat,


memperlebar kesenjangan sosial, dan mempercepat proses kemiskinan serta
penderitaan hidup, baik secara individual maupun kolektif. Kesadaran masyarakat
akan dampak buruk sistem riba, yang bertentangan dengan ajaran Islam, meningkat
seiring waktu. Orang yang terjerat dalam praktik riba cenderung mengalami
ketidakstabilan emosional dan sikap dalam kehidupan mereka. Ada beberapa faktor
yang menghambat interaksi masyarakat dengan Lembaga Keuangan Syariah (LKS).
Salah satunya adalah kurangnya pemahaman masyarakat tentang prinsip-prinsip
syariah yang menjadi dasar operasi LKS. Ketidaktahuan tentang konsep-konsep
seperti riba, gharar, dan haram dapat membingungkan masyarakat tentang
keunggulan LKS. Selain itu, ketidakpastian tentang produk dan layanan yang
ditawarkan juga bisa menimbulkan ketidakpercayaan dan keraguan. Stigma negatif
terhadap LKS juga bisa muncul karena asumsi yang salah atau pengalaman negatif
sebelumnya yang mungkin tidak berhubungan dengan kinerja aktual LKS.
Ketidakfahaman tentang bagaimana LKS mengelola keuangan dan mencapai tujuan
mereka juga bisa memperkuat ketidakpercayaan ini.

 Solusi

Ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengatasi hambatan dalam
persepsi masyarakat terhadap Lembaga Keuangan Syariah (LKS):
1. Peningkatan Upaya Edukasi dan Sosialisasi: LKS perlu meningkatkan upaya
dalam memberikan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat mengenai
prinsip-prinsip syariah, keunggulan produk syariah, dan manfaat
menggunakan layanan keuangan syariah. Langkah-langkah ini dapat
melibatkan kampanye publik, seminar, workshop, dan program pendidikan
keuangan syariah.
2. Transparansi dan Komunikasi yang Jelas: LKS harus memberikan informasi
yang transparan dan mudah dipahami mengenai produk dan layanan yang
mereka tawarkan, termasuk syarat dan ketentuan yang terkait. Komunikasi
yang terbuka dan jujur dapat membantu membangun kepercayaan dan
mengurangi keraguan masyarakat terhadap LKS.
3. Keterlibatan Masyarakat: Melibatkan masyarakat secara aktif dalam proses
pengembangan produk dan layanan dapat membantu memastikan bahwa
kebutuhan dan keinginan mereka terpenuhi. Ini juga dapat meningkatkan rasa
memiliki dan dukungan terhadap LKS di komunitas.
4. Kolaborasi dengan Lembaga Pendidikan dan Agama: LKS dapat bekerja sama
dengan lembaga pendidikan dan agama untuk menyediakan pelatihan dan
program pendidikan keuangan syariah. Kerjasama seperti ini akan membantu
meningkatkan pemahaman masyarakat tentang prinsip-prinsip syariah dan
pentingnya menggunakan layanan keuangan syariah.
5. Penyediaan Akses yang Mudah: LKS harus memastikan bahwa layanan
mereka dapat diakses dengan mudah oleh seluruh lapisan masyarakat,
termasuk di daerah pedesaan atau terpencil. Ini dapat dilakukan melalui
pengembangan jaringan cabang dan layanan perbankan digital yang inklusif.

Dengan menerapkan solusi-solusi ini secara terpadu dan berkelanjutan, diharapkan


bahwa persepsi masyarakat terhadap Lembaga Keuangan Syariah dapat ditingkatkan.
Sehingga, lebih banyak individu dan kelompok masyarakat akan merasa nyaman dan
yakin untuk memanfaatkan layanan keuangan syariah dalam kehidupan mereka.

Anda mungkin juga menyukai