Anda di halaman 1dari 14

UJIAN TENGAH SEMESTER

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akuntansi Perbankan Syariah


Dosen pengampu: Arief Nurrahman, M.Pd.

Oleh:
WANDA DINI TASLIMAH
NIM 22803244015
B22

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2024
1. Peluang dan Tantangan Perbankan Syariah di Indonesia
Salah satu negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam adalah
Indonesia. Hal ini pasti akan meningkatkan kinerja sektor syariah. Peningkatan ini
dapat dilihat dalam perbankan syariah. Perkembangan perbankan syariah pasti akan
diiringi dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Diharapkan bahwa
perkembangan teknologi ini akan mampu menjawab peluang yang ada pada tataran
praktis dalam mendirikan dan mengelola bisnis syariah sebagai tanggapan terhadap
kurangnya lapangan pekerjaan. Oleh karena itu, tidak mengherankan bahwa banyak
bank konvensional saat ini mulai memasukkan institusi syariah atau unit usaha
syariah ke dalam jaringan mereka. Perbankan syariah awalnya didirikan untuk
memenuhi keinginan orang muslim untuk melakukan transaksi keuangan yang sesuai
dengan nilai dan prinsip syariat islam.
Perbankan syariah juga melihat banyak peluang bisnis di era globalisasi.
Undang-Undang Perbankan Syariah No. 21 Tahun 2008 mendukung hal ini. Di mana
undang-undang mengatur penggunaan prinsip syariah, demokrasi ekonomi, dan
kehati-hatian. Salah satu hal yang membuka banyak peluang bagi perbankan syariah
adalah bahwa Bank Umum Syariah dan Bank Perkreditan Rakyat tidak dapat beralih
menjadi Bank Konvensional, sementara Bank Konvensional dapat beralih menjadi
Bank Syariah. Kedua, bank Syariah harus menggabungkan (merger) atau
mengakuisisi bank non-Syariah. Ketiga, bank umum konvensional yang memiliki
Unit Usaha Syariah (UUS) harus melakukan pemisahan apabila UUS mencapai asset
paling sedikit 50% dari total nilai asset bank induknya atau 15 tahun sejak berlakunya
UU Perbankan Syariah (Siti & Marzuki, 2018).
Selain itu, perkembangan perbankan syariah dimungkinkan oleh era digital.
Pada era digital saat ini, masyarakat menjadi peluang utama bagi perbankan syariah
karena tingkat kepercayaan masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama islam dan
banyaknya pengguna internet. Ini akan menjadi peluang emas bagi perbankan syariah
untuk beradaptasi dengan teknologi untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Era
digital juga akan memberi konsumen akses ke promosi produk, yang akan
memudahkan pemasaran produk perbankan syariah.
Di era digital saat ini, perbankan syariah juga menghadapi tantangan yang
sangat kompleks. Faktor utama dalam menghadapi tantangan ini adalah perubahan
kondisi masyarakat. Selain itu, perbankan syariah harus peka dan tanggap terhadap
masalah yang dihadapi masyarakat untuk kemudian menjadi produk perbankan yang
dapat membantu masyarakat. Selain itu, perbankan syariah menghadapi tantangan
tambahan yang menghambat kemajuan, terutama di Indonesia. Ini termasuk risiko
kebocoran data digital nasabah, penyalahgunaan teknologi, dan masalah masyarakat
yang semakin kompleks. Oleh karena itu, dalam melakukan transaksi perbankan yang
sesuai dengan hukum syariah, perlu adanya kerjasama antara pelaku perbankan
syariah dan non-syariah, pemerintah, dan masyarakat. Dengan demikian, diskusi
tentang kesejahteraan masyarakat akan segera terwujud.
Sebenarnya, perbankan syariah memiliki banyak peluang untuk terus
berkembang di masa depan. Ada beberapa alasan yang mendukung keyakinan ini,
seperti berikut:
a. Populasi yang mayoritas beragama islam membuat negara ini sangat potensial
untuk pasar, karena bank syariah akan berkembang lebih cepat ketika orang Islam
ingin menggunakannya. Memiliki nasabah non-muslim dapat menjadi tantangan
tersendiri bagi perbankan syariah.
b. Dengan adanya fatwa bunga bank, perbankan syariah dapat menggunakannya
untuk mempromosikan bisnisnya. Masyarakat harus disadarkan bahwa ada opsi,
termasuk opsi untuk menghindari bunga dan mengganti sistem untuk hasil yang
lebih berkeadilan.
c. Dengan meningkatnya ekonomi islam, banyak perusahaan yang menerapkan
prinsip syariah saat ini. Contohnya termasuk asuransi syariah (takaful), pegadaian
syariah, bisnis multi-level syariah (MLM), koperasi syariah, dan sebagainya.
Dengan demikian, bank syariah memiliki banyak peluang untuk berkolaborasi. Ini
akan memungkinkan perusahaan untuk lebih berkembang dan saling
menguntungkan.
d. Ketika lembaga berbasis keislaman muncul dan partai islam muncul setelah
reformasi, mereka memengaruhi kehidupan nasional, terutama ketika politisi
muslim menjadi pembuat kebijakan. Kebijakan tersebut harus sesuai syariah dan
mendukung kemajuan bank syariah.
Dengan demikian, perbankan syariah yang tidak memiliki kemampuan untuk
berkompetisi akan tergusur dari industri dan akhirnya mengalami kebangkrutan.
Dalam penelitian (Rachman1 et al., 2022)
menyatakan beberapa tantangan yang mungkin
dihadapi dalam jangka pendek dan jangka panjang adalah sebagai berikut:
a. Kekurangan sumber daya manusia secara kualitas dan kuantitas, karena ekspansi
perbankan syariah tidak diiringi oleh ketersediaan sumber daya manusia yang
memadai. Ini karena ada hanya sedikit institusi pendidikan. Selain itu, materi
pelatihan dan kurikulum pendidikan tidak standar.
b. Menciptakan produk dan layanan perbankan syariah yang inovatif yang berfokus
pada kebutuhan masyarakat dan kompetitif. Pengembangan ini tidak boleh hanya
mengikuti produk bank tradisional dan harus mencoba sesuatu yang baru.
c. Kerangka hukum yang mampu menangani semua masalah keuangan syariah.
Perbankan syariah memiliki sistem keuangan yang unik, jadi kerangka hukum
tidak cukup. Oleh karena itu, negara harus mengesahkan kompilasi hukum
keuangan dan ekonomi islam yang disepakati bersama.
d. Karena tidak ada referensi tentang nilai imbal hasil, institusi keuangan syariah
sering melakukan penyetaraan dengan suku bunga dalam sistem konvensional.
Hal ini menimbulkan sifat kurang adil dan menimbulkan risiko reputasi bagi
sistem keuangan syariah karena tidak ada perbedaan nyata dengan sistem
konvensional.

2. Digitalisasi Perbankan Syariah: Kemampuan Perbankan Syariah dalam


Mengoptimalkan Eksistensi pada Era Digital 4.0
Dengan perpaduan internet dan teknologi digital, dunia industri sedang
memasuki era baru yang disebut revolusi industri 4.0. Revolusi ini mencakup
perubahan menyeluruh di seluruh sektor produksi industri. Semua teknologi maju dan
berkembang di era digital. Karena teknologi membuat masyarakat lebih mudah
mendapatkan informasi, manusia bergantung pada keberadaannya. Selain itu,
kehadiran transformasi digital mendorong perbankan syariah, terutama di Indonesia,
untuk membangun layanan perbankan digital korporasi. Oleh karena itu, untuk
menjaga eksistensinya di masyarakat, perbankan syariah harus terus berkembang
dengan membuat berbagai produk baru.
Perkembangan layanan perbankan digital berbasis elektronik bertujuan untuk
memaksimalkan informasi pelanggan untuk memberikan layanan yang lebih mudah
dan nyaman bagi pelanggan. Ini adalah bagian dari upaya untuk meningkatkan
eksistensi perbankan syariah di Indonesia dan meningkatkan ketersediaan potensi
pengembangan sektor ini. Dengan pertumbuhan industri menuju digitalisasi, berbagai
fungsi mulai bergerak mengikutinya, salah satunya adalah transformasi perbankan
syariah ke dalam era industri 4.0. Revolusi 4.0 akan menyebabkan perubahan besar
pada proses produksi masyarakat, seperti tantangan, inovasi, dan strategi untuk
mengintegrasikan teknologi digital dalam interaksi dengan pelanggan sehingga lebih
mudah bagi mereka untuk menggunakannya .
(Syafitri1 et al., 2023)

Perkembangan sistem keuangan syariah ditunjukkan oleh keberadaan berbagai


lembaga dan instrumen keuangan syariah. Tujuan pembentukan lembaga keuangan
syariah adalah untuk mengembangkan praktik berdasarkan prinsip syariah serta
seluruh aspek transaksi keuangan, perbankan, dan muamalah yang terkait. Di masa
mendatang, Indonesia diharapkan menjadi tempat yang subur untuk pertumbuhan
ekonomi islam, terutama perbankan syariah. Dibandingkan dengan barang dan jasa
konvensional, layanan perbankan digital menawarkan banyak keuntungan, seperti
kecepatan, kemudahan, dan kenyamanan. Namun, mereka juga dapat meningkatkan
risiko bank, kegagalan transaksi (risiko operasional), investasi besar tetapi tidak
terkait dengan peluncuran produk yang sukses (risiko strategis), dan pemberitahuan
negatif tentang kegagalan layanan digital.
Selama era digital, manusia telah membuat kemajuan dalam teknologi yang
semakin canggih, yang dapat mengubah tatanan kehidupan masyarakat di masa depan.
Selain itu, kondisi pasar saat ini akan berubah, yang dapat menghasilkan harga yang
lebih murah, adanya produk baru dan tak terduga, dan konsumen yang semakin
beragam. Setiap bisnis, termasuk lembaga keuangan syariah, menghadapi tantangan
dan peluang dari era digital. Dengan adanya perubahan, pelaku industri dapat
memperoleh banyak keuntungan. Manfaat pertama, akan mendorong peningkatan
keuntungan secara optimal jika produk dioptimalkan. Ini juga akan berfungsi sebagai
alat untuk mempromosikan produk menggunakan teknologi tanpa harus mencobanya
di pasar nyata. Manfaat kedua adalah kemampuan untuk menciptakan pasar yang
fleksibel dan membantu administrasi dalam era digital. Pada hal ini, fokus kami
adalah seberapa mudah dan cepat pelanggan dapat mengakses seluruh layanan
perbankan. Pada saat pembiayaan yang berbelit-belit, proses administrasi sangat
penting untuk kemudahan dan kecepatan akses. Manfaat ketiga adalah kemampuan
untuk mendorong peningkatan pendidikan dan penelitian. Kemajuan peradaban hanya
memberikan peluang bagi mereka yang tidak pernah berhenti dan belajar.
Hal ini juga berlaku untuk perbankan syariah, yang harus selalu mengikuti
perkembangan peradaban dan memenuhi permintaan pasar meskipun sudah memiliki
klien yang tetap. Dari beberapa manfaat yang diperoleh perbankan syariah di era
digital, muncullah peluang untuk mengembangkan produk mereka sesuai kebutuhan
pasar. Menurut penelitian (Rosida, n.d.) , terdapat faktor yang menjadi penyebab
pertumbuhan dan perkembangan bank Syariah, yaitu:
a. Sumber Daya Insani: Merupakan komponen penting dalam pertumbuhan dan
perkembangan ekosistem ekonomi syariah. Setiap pihak, termasuk perbankan
syariah, berfokus pada sumber daya insani. Manusia adalah inti dari semua
kegiatan di dunia. Sumber daya manusia lembaga keuangan perbankan syariah
sangat penting untuk kemajuan lembaga tersebut. Pengelolaan dan optimalisasi
implementasi diperlukan untuk meningkatkan organisasi perbankan. Selain itu,
pertumbuhan lembaga perbankan syariah harus didukung oleh ketersediaan
sumber daya insani yang berpengalaman dalam industri perbankan Islam. Karena
keterampilan dan kemampuan khusus yang harus dimiliki oleh individu di dalam
lembaga perbankan syariah untuk menghadapi tantangan perkembangan teknologi
informasi yang selalu berkembang di era digitalisasi, hal ini harus menjadi
perhatian khusus saat mengembangkan lembaga perbankan syariah.
b. Regulasi Pemerintah: Pemerintah Indonesia memiliki dua lembaga independen,
Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). BI bertanggung jawab
untuk mengatur dan mengawasi pelaku usaha bisnis jasa "Sistem Pembayaran
berbasis Teknologi Finansial", dan OJK bertanggung jawab untuk mengatur dan
mengawasi seluruh bisnis fintech, kecuali moneter dan sistem pembayaran.
Dengan adanya BI dan OJK, fintech dapat tumbuh dan berkembang dengan cepat.
c. Infrastruktur Keuangan Syariah: Salah satu komponen pendukung perkembangan
bank Syariah adalah menyediakan infrastruktur untuk pengguna jasa perbankan
Syariah. Penciptaan reputasi dalam upaya pemenuhan prinsip syariah pada
lembaga perbankan syariah dapat dibantu oleh pembentukan jaringan, sumber
daya manusia, dan produk yang diperlukan. Mesin anjungan tunai mandiri (ATM)
dengan jumlah darpada yang lebih sedikit adalah salah satu contoh infrastruktur
perbankan syariah. Infrastuktur yang berbasis teknologi juga menjadi masalah,
dan hanya sedikit bank Syariah yang bekerja sama dalam proses transaksi.
d. Kecanggihan Teknologi: Untuk mendukung keberhasilan produk dan
meningkatkan eksistensi mereka, bank syariah harus memiliki sistem informasi
teknologi yang canggih. Penggunaan teknologi ini pada produk dapat
mempermudah akses konsumen ke seluruh produk keuangan. Selain itu, mereka
dapat merekam data pribadi pelanggan untuk mengantisipasi risiko yang tidak
terduga di masa mendatang, seperti: menyelesaikan sengketa apabila pelanggan
melakukan kesalahan, atau digunakan sebagai analis resiko terhadap calon
pelanggan melalui sosial media pelanggan yang menyimpan data pribadi mereka.
Pengembangan industri perbankan syariah saat ini yang paling mendominasi
adalah dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi.
e. Produk-produk yang dibutuhkan oleh masyarakat: di era digital, perbankan harus
dapat memenuhi kebutuhan pembiayaan kliennya dengan menyediakan produk
digital melalui program fintech atau financial technology. Bank harus berubah
menjadi lembaga yang memudahkan dan ramah pelanggan dalam segala proses
pembiayaan agar tidak diambil alih oleh sistem konvensional.
Di antara layanan perbankan digital yang ditawarkan dan dilakukan oleh bank
secara mandiri termasuk (1) administrasi rekening, yang mencakup berbagai layanan
perbankan yang dilakukan secara mandiri oleh nasabah, termasuk penggunaan media
elektronik, (2) otorisasi transaksi layanan bank, yang mencakup kegiatan untuk
memastikan bahwa transaksi yang dilakukan secara mandiri oleh nasabah adalah sah,
dan (3) pengelolaan keuangan, yang memungkinkan nasabah menggunakan keputusan
pengelolaan dan pengawasan bank sebagai pengganti mereka (Aripin et al., 2022).
Selanjutnya, penerapan transformasi digital pada Lembaga Keuangan Syariah
(LKS) merupakan perubahan budaya, proses, dan strategi bisnis secara keseluruhan,
bukan hanya adopsi teknologi. Ini merupakan investasi jangka panjang yang akan
meningkatkan efisiensi operasional, memperluas jangkauan layanan, dan memastikan
kepatuhan terhadap prinsip syariah. Inisiatif di bidang keuangan syariah yang dikenal
sebagai digitalisasi keuangan syariah memanfaatkan teknologi untuk melakukan
transaksi keuangan tanpa batas waktu atau tempat. Digitalisasi sektor keuangan
syariah bertujuan untuk membuat masyarakat yang kurang berpengalaman dalam hal
keuangan dan layanan keuangan lebih mudah mengaksesnya. Selain itu, digitalisasi
sektor ini juga memungkinkan masyarakat mengajukan pembiayaan secara langsung
dan mendapatkan akses langsung ke layanan keuangan syariah. Dengan demikian,
sektor ini meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap layanan keuangan syariah.
Dalam konteks transformasi digital, gagasan ini sangat terkait dengan
penerapan teknologi dalam penyediaan layanan LKS. Dari perspektif model
penerimaan teknologi atau TAM, suatu teknologi hanya akan diterima oleh
masyarakat jika memenuhi dua prinsip: kemudahan penggunaan dan keuntungan.
Dalam hal digitalisasi LKS, TAM mengatur apakah adopsi teknologi ini dapat
memberikan kemudahan dan keuntungan bagi penggunanya, sehingga masyarakat
dapat menerima dan mengadopsi teknologi tersebut secara lebih luas.
Ada empat strategi untuk menerapkan transformasi digital dalam keuangan
syariah. Yang pertama adalah orientasi strategis, yang mencakup pemahaman
mendalam tentang prinsip syariah. Ini bertujuan untuk memastikan bahwa penerapan
teknologi tidak hanya meningkatkan efisiensi operasional tetapi juga memastikan
kepatuhan terhadap prinsip-prinsip syariah. Kedua, penggunaan analisis data dan
kecerdasan buatan dapat membantu perusahaan keuangan syariah memahami perilaku
klien mereka, mengamati tren pasar, dan membuat keputusan yang cerdas. Ketiga,
budaya organisasi harus berubah karena perubahan tidak hanya memerlukan
perubahan sistem dan proses; budaya organisasi harus responsif terhadap perubahan.
Hal ini penting untuk kesuksesan transformasi digital. Yang terakhir, kepatuhan
syariah dan keamanan sangat penting. Untuk melindungi data pelanggan, sistem
keamanan yang kuat, termasuk teknologi enkripsi dan pemantauan keamanan yang
terus menerus, sangat penting (Qothrunnada et al., 2023).

3. Peran Literasi Keuangan Syariah bagi Masyarakat dan Gen-Z untuk Beralih
Menggunakan Perbankan Syariah daripada Konvensional
Perilaku konsumen, termasuk Gen Z, telah berubah sebagai akibat dari
kemajuan teknologi dan tren bisnis. Fakta bahwa informasi digital mudah ditemukan,
diakses, dan digunakan sesuai kebutuhan, masyarakat tampaknya lebih cenderung
menggunakannya. Untuk tetap relevan dan memenuhi kebutuhan Gen Z konsumen,
LKS harus mengikuti perkembangan zaman. Dalam era digital, persaingan antara
lembaga keuangan syariah dan konvensional semakin ketat. LKS telah meningkatkan
kualitas produk dan layanan mereka dengan teknologi. Di sisi lain, lembaga keuangan
syariah harus mengembangkan strategi yang tepat untuk memanfaatkan teknologi
agar dapat bersaing dengan lembaga keuangan konvensional (Danardono et al, 2024).
Dilihat dari perkembangan digital, Generasi Z sangat bergantung pada
teknologi dalam kehidupan sehari-hari. Jika LKS tidak dapat memberikan layanan
yang memadai, hal ini dapat menjadi masalah. Dengan memasukkan teknologi ke
dalam strategi bisnisnya, generasi Z akan lebih mudah mengakses dan menggunakan
produk dan layanan keuangan syariah. Kemudahan pelayanan LKS akan membuat
produk dan layanan menarik bagi konsumen generasi Z. Selain itu, LKS dan generasi
Z dapat bekerja sama untuk mendorong inovasi dan kemajuan teknologi. Generasi Z
cenderung menggunakan teknologi dalam berbagai aspek kehidupan mereka, seperti
mengelola uang. LKS dapat memanfaatkan ini dengan mengembangkan layanan
keuangan yang lebih kreatif dan teknologi yang lebih canggih untuk memenuhi
kebutuhan Gen Z.
Dengan memanfaatkan kecenderungan generasi Z dalam menggunakan media
sosial, LKS dapat membangun jaringan yang kuat dengan mereka, tidak hanya untuk
memperkenalkan produk dan layanan mereka, tetapi juga untuk menciptakan
hubungan yang relevan dan berkelanjutan. Adanya inovasi dalam pemanfaatan media
sosial menjadi kunci untuk menjembatani kesenjangan antara lembaga keuangan dan
generasi Z, membantu menciptakan pemahaman yang lebih baik tentang produk dan
nilai nilai yang ditawarkan oleh LKS. Secara keseluruhan, teknologi memainkan
peran utama dalam kehidupan generasi Z. Teknologi membantu mereka untuk
beradaptasi, berkembang, dan berkontribusi di dunia yang semakin kompleks dan
dinamis. Namun, teknologi juga menimbulkan tantangan dan risiko bagi generasi Z,
seperti kesehatan mental, kesenjangan sosial, atau kecanduan. Oleh karena itu,
penting bagi generasi Z untuk mengimplementasikan penggunakan teknologi secara
baik, seimbang, dan bertanggung jawab demi menghadapi tantangan yang
ditimbulkan oleh kemajuan teknologi ini.
LKS dapat memanfaatkan kecenderungan generasi Z dalam menggunakan
media sosial untuk membangun jaringan yang kuat dengan mereka untuk
memperkenalkan produk dan layanan mereka serta untuk membangun hubungan yang
relevan dan berkelanjutan. Inovasi dalam penggunaan media sosial menjadi kunci
untuk menjembatani lembaga keuangan dengan generasi Z, membantu mereka
memahami produk dan nilai nilai yang lebih baik. Secara keseluruhan, teknologi
memainkan peran penting dalam kehidupan Generasi Z karena membantu mereka
beradaptasi, berkembang, dan berkontribusi di dunia yang semakin kompleks dan
dinamis. Namun, teknologi juga menimbulkan tantangan dan risiko bagi Generasi Z,
seperti kecanduan, kesenjangan sosial, dan masalah kesehatan mental. Oleh karena
itu, Generasi Z harus menggunakan teknologi dengan cara yang seimbang,
bertanggung jawab, dan bijaksana.
Salah satu faktor yang memainkan peran penting dalam meningkatkan minat
nasabah bank syariah adalah literasi keuangan, terutama di kalangan generasi muda,
yang saat ini memiliki keuangan yang buruk, konsumsi yang tinggi, dan tingkat
tabungan yang rendah. Orang-orang muda, yang masih kurang tertarik dengan bank
syariah, lebih memilih bank konvensional karena lebih mudah untuk mengaksesnya,
lebih terkenal karena lokasinya yang strategis, dan lebih banyak mahasiswa yang
menggunakan bank konvensional (Qothrunnada et al., 2023).
Dalam penelitian (Riza et al., n.d.), memberikan penjelasan tentang bagaimana
rasa percaya masyarakat terhadap bank syariah mempengaruhi minat mereka untuk
menjadi nasabah dalam jangka panjang, tergantung pada seberapa baik bank syariah
memenuhi kebutuhan dan memberikan manfaat kepada nasabah, konsisten dengan
kesepakatan yang telah dibuat dengan nasabah, dan memberikan rasa percaya bahwa
produk yang dimilikinya dapat memenuhi kebutuhan. Dalam hal ini, bank syariah
telah berusaha untuk menumbuhkan kepercayaan dengan mempertahankan citra yang
baik dan mengedepankan etika dan moral secara profesional.
Mengambil keputusan untuk menggunakan sesuatu yang baru sangat sulit dan
membutuhkan banyak pertimbangan dan tahapan, seperti halnya menggunakan bank
syariah. Keputusan ini juga mengalami beberapa tahapan proses yang bergantung
pada kebutuhan yang harus dipenuhi. Dalam penelitian (Wulandari, 2023)
memberikan penjelasan bahwa ada lima tahapan dalam proses pembelian konsumen:
mengidentifikasi masalah atau kebutuhan, mencari informasi, melakukan evaluasi
alternatif, membuat keputusan pembelian, dan bertindak sebagai konsumen. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa peran masyarakat, terutama generasi Z, dalam
menggunakan bank syariah sangat dipengaruhi oleh perkembangan teknologi, yang
tentunya berkontribusi pada keuntungan mereka sendiri. Keputusan untuk beralih dari
bank konvensional ke bank syariah tidak mudah; perlu melalui beberapa tahapan
untuk mencapai tujuan tersebut.

4. Inovasi Keuangan Islam: Peran Fintech dalam Perbankan Syariah di Indonesia


Saat ini, pemerintah Indonesia didorong untuk menggunakan teknologi dalam
berbagai bidang, termasuk bidang keuangan. Sistem perbankan berbasis syariah
adalah salah satu kemajuan yang dilakukan oleh lembaga keuangan saat ini. LKS
terus berkembang dari tahun ke tahun, menjadikannya entitas yang memiliki potensi
kuat untuk membantu pemerintah memperbaiki ekonomi Indonesia. Untuk
meningkatkan kinerja LKS, disarankan untuk menggunakan layanan keuangan
berbasis teknologi. Fintech adalah inovasi teknologi keuangan yang menghasilkan
model bisnis, aplikasi, proses, atau produk baru dengan efek material yang terkait
dengan lembaga keuangan. Kemajuan fintech dan digitalisasi akan berdampak positif
pada dunia keuangan, seperti halnya pada kinerja sistem.
Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), fintech adalah industri yang
menggabungkan proses bisnis, model bisnis, dan instrumen keuangan untuk
menciptakan nilai tambah baru di sektor jasa keuangan dengan menggunakan
ekosistem digital. Empat jenis layanan keuangan berbasis online yang diakui oleh
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah fintech: (1) fintech yang bisnis utamanya adalah
pembayaran (payment), kliring (clearing), dan penyelesaian (settlement). (2) fintech
yang mengumpulkan informasi tentang berbagai pilihan layanan keuangan, seperti
persandingan harga fitur hingga keuntungan produk keuangan, dan kemudian
ditawarkan kepada calon konsumen. (3) fintech yang berkonsentrasi pada manajemen
risiko dan investasi dengan mengembangkan perangkat lunak (Ekonomi et al., n.d.).
Sektor keuangan dapat berubah dan disesuaikan dengan prinsip Islam dengan
fintech, yang dapat mendorong pertumbuhan keuangan syariah dan mendukung
pembangunan ekonomi syariah secara keseluruhan. Munculnya berbagai startup
fintech dan peningkatan minat investasi di industri fintech secara global menunjukkan
perkembangan industri fintech yang sangat pesat di seluruh dunia. Khususnya di
Indonesia, di mana bisnis yang menggunakan fintech cukup menarik perhatian publik.
Fintech syariah bukan jenis inovasi baru, tetapi telah berkembang cukup pesat. Pada
dasarnya, syariat Islam mengandung aturan yang dapat digunakan sebagai referensi
yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam (Billah & Zainul Hasan Genggong, 2021)
.
Salah satu manfaat utama Fintech adalah peningkatan inklusi keuangan di
masyarakat, karena memungkinkan lebih banyak orang mengakses barang dan jasa
keuangan syariah, mengurangi kesenjangan ekonomi, dan meningkatkan akses
masyarakat. Selain itu, fintech telah meningkatkan efisiensi operasi LKS. Ini
membantu lembaga keuangan syariah dengan mengurangi biaya dan memberikan
layanan yang lebih murah bagi pelanggan. Fintech juga dapat meningkatkan
pengetahuan masyarakat tentang keuangan syariah. Hal ini mungkin memberi orang
kesempatan untuk membuat keputusan keuangan yang lebih cerdas, yang sejalan
dengan prinsip Islam.
Secara keseluruhan, dalam pandangan keuangan syariah, fintech adalah contoh
nyata tentang bagaimana kemajuan teknologi dapat mendukung pembangunan
ekonomi yang inklusif dan sejalan dengan prinsip etika Islam. Fintech memiliki
potensi besar untuk memperkuat sektor keuangan syariah dan memberikan manfaat
bagi masyarakat yang mencari solusi keuangan yang sejalan dengan nilai syariah.
Fintech juga sangat penting untuk memenuhi kebutuhan konsumen, seperti akses
mudah ke data keuangan, yang memungkinkan bisnis untuk berkembang.

Dalam penelitian (Mercy et al, n.d.) menjelaskan manfaat fintech dalam


perbankan syariah, sebagai berikut:
a. Fintech membuat individu dan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) lebih
dapat mengakses layanan keuangan syariah yang sebelumnya sulit dijangkau oleh
perbankan konvensional. Fintech memungkinkan memperoleh pembiayaan,
melakukan transaksi, dan mengelola keuangan mereka dengan mudah dan cepat.
b. Kinerja operasional, dengan otomatisasi proses, penggunaan teknologi digital, dan
pengolahan data yang cepat, Fintech mengurangi biaya operasional dan waktu
yang dibutuhkan untuk menyediakan layanan keuangan, meningkatkan
produktivitas dan profitabilitas.
c. Inovasi produk dan layanan dalam perbankan syariah didorong oleh Fintech.
Solusi teknologi seperti mobile banking, peer-to-peer lending, dan crowdfunding
menawarkan pilihan baru bagi konsumen untuk memenuhi kebutuhan keuangan
mereka sesuai dengan prinsip syariah. Ini membuka peluang baru untuk
mengembangkan produk yang sesuai dengan preferensi dan kebutuhan konsumen.
d. Meningkatkan transparansi, bisnis fintech menggunakan teknologi blockchain
untuk meningkatkan transparansi transaksi keuangan syariah. Informasi menjadi
lebih transparan, dan risiko kecurangan dan manipulasi data berkurang berkat
catatan transaksi yang diverifikasi oleh jaringan dan dicatat secara
terdesentralisasi.

5. Persepsi Masyarakat terhadap Lembaga Keuangan Syariah serta Kaitannya


dengan Jenis-jenis Pembiayan yang Ada
Menjadi makhluk sosial, manusia memiliki banyak kebutuhan. Ekonomi, yang
merupakan komponen utama dari kebutuhan manusia, tidak dapat dipisahkan dari
semua kebutuhan manusia lainnya. Salah satu hal yang dapat membantu masalah
keuangan, seperti pembiayaan, adalah keterlibatan jasa keuangan pada manusia.
Pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung
investasi yang telah direncanakan sebelumnya telah direncanakan. Pembiayaan di
bank dan lembaga keuangan syariah memiliki pandangan yang beragam dari
masyarakat. Proses penginderaan, yakni proses menerima stimulus melalui alat indera
seseorang yang disebut juga proses sensoris. Dengan kata lain, persepsi didefinisikan
sebagai informasi atau penafsiran yang dibuat oleh seseorang tentang suatu objek atau
peristiwa tertentu berdasarkan pengalaman tertentu.
Menurut penelitian (Trifika Rosiana, n.d.) , menjelaskan bahwa beberapa
indikator persepsi harus diperhatikan. Pertama, penyerapan terhadap rangsangan
eksternal atau objek yang diterima oleh pancaindera secara bersamaan atau secara
terpisah. Gambaran di dalam otak dapat diorganisir atau diinterpretasikan untuk
membentuk dua pengertian atau pemahaman. Ketiga penilaian atau evaluasi individu
terjadi setelah terbentuknya suatu pengertian atau pemahaman, sehingga masing-
masing individu memiliki penilaian yang berbeda. Faktor-faktor yang ada pada diri
seseorang, seperti fisiologis, perhatian, minat, kebutuhan yang searah, pengalaman
dan ingatan, serta suasana hati, juga memengaruhi persepsi.
Dalam kenyataannya, bank syariah adalah lembaga keuangan syariah yang
berfungsi untuk menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat dengan cara yang
sesuai dengan syariat islam dan menghindari sistem riba. Sehubungan dengan
perjanjian pengembangan produknya, bank syariah memiliki banyak jenis
pembiayaan. Salah satu tugas pokok bank adalah memberikan fasilitas penyediaan
dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang mengalami defisit unit. Pada
dasarnya, berbagai jenis pembiayan dapat dikelompokkan berdasarkan berbagai
faktor. Pertama, pembiayaan menurut tujuan, yang mencakup pembiayaan konsumtif,
investasi, dan modal kerja. Kedua, pembiayaan menurut jangka waktu, yang
mencakup pembiayaan jangka pendek, menengah, dan panjang. Pembiayaan
berdasarkan prinsip bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah adalah jenis
pembiayaan bank syariah yang paling penting dan utama yang disetujui oleh para
ulama.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam skripsi (Danil F, n.d.) ,
memberikan penjelasan bahwa sebagian besar pedagang di Pasar Shopping Metro
Pusat memiliki persepsi negatif terhadap lembaga keuangan syariah karena sistem
operasionalnya belum sepenuhnya benar, karena besarnya margin yang telah
ditentukan oleh lembaga tersebut bukan berdasarkan kesepakatan awal. Hal ini
berdampak pada persepsi para pedagang karena menimbulkan keraguan terhadap
barang dan jasa yang ditawarkan oleh lembaga keuangan syariah. Sebaliknya,
beberapa pedagang menanggapi lembaga keuangan syariah dengan baik karena
mereka aman dari riba dan dapat dilihat dari produk tabungannya yang tidak
dikenakan administrasi bulanan.
Penelitian lain oleh (Trifika Rosiana, n.d.) , mengatakan berdasarkan
wawancara di lapangan bahwa masyarakat di pasar Pekalongan melihat pembiayaan
dari bank dan lembaga keuangan syariah dengan persepsi yang baik atau positif. Ini
karena pembiayaan menawarkan banyak keuntungan bagi pedagang, seperti
memenuhi kebutuhan modal mereka, proses pengajuan yang mudah, transaksi yang
mudah, dan layanan yang baik. Sedangkan dalam penelitian (Nurul Latifa, n.d.) ,
mengungkapkan bahwa penduduk Imopuro melihat bank syariah sebagai setara
dengan bank konvensional. Faktor-faktor seperti pengetahuan (kognitif), motivasi,
minat, pengalaman, sikap, dan harapan memengaruhi hal tersebut. Selain itu,
masyarakat kurang memahami produk perbankan syariah. Ini karena bank syariah
tidak banyak disosialisasikan dan dipromosikan. Akibatnya, masyarakat belum
menggunakan atau bertransaksi di bank syariah.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pengalaman, pengetahuan, dan
sosialisasi memainkan peran penting dalam membentuk cara orang melihat lembaga
keuangan syariah. Upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan sosialisasi tentang
produk dan layanan perbankan syariah diharapkan dapat meningkatkan minat dan
kepercayaan umum terhadap lembaga keuangan syariah.

Anda mungkin juga menyukai