Anda di halaman 1dari 8

PENERAPAN SISTEM KEUANGAN SYARIAH DALAM MENDUKUNG

PERKEMBANGAN PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA DI ERA


DIGITALISASI

1
M Rafli Hidayat, 2Nurul Mailani, 3Zulia Sahara Putri
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
1
12120515032@students.uin-suska.ac.id, 212120523662@students.uin-suska.ac.id,
3
12120521315@students.uin-suska.ac.id,

Pendahuluan

Perkembangan ekonomi di indonesia dapat dilihat dengan munculnya lembaga


keuangan pada sektor perbankan terutama di bidang syariah. Pada awalnya lemabaga
keuangan di Indonesia berbasis konvensional yang bersistem bunga dengan orientasi
mendapatkan keuntungan, namun sistem bunga ini pada akhirnya menjadi penyebab
melemahnya perbankan tahun 1998, bank bank konvensional mulai bangkrut karena
tingginya suku bunga pinjam.
Fenomena inilah yang akhirnya menjadikan bank syariah sorotan bagi masyarakat
yang ingin terhindar dari dari bunga, karna para pengusaha yang menggunakan jasa di bank
syariah tidak perlu membayar bunga. Sistem perbankan syariah sendiri dimulai tahun 1992
dengan berdasarkan pada UU No. 7 Tahun 1992, bank syariah yang pertama di indonesia
adalah Bank Syariah Muamalat Indonesia.

Digitalisasi mempunyai dampak yang cukup besar karena bisa mengubah kebiasaan
manusia untuk mengakses informasi dan layanan elektronik dan mempengaruhi
perkembangan di beberapa sektor menjadi pesat. Salah satunya di bidang ekonomi, sektor
perekonomian mrnglami perkembangan yang sangat pesat terutama dalam didalam
pekembangan bank syariah di masyarakat.

Untuk dapat mempertahankannya maka perlu untuk memahami landasan dan konsep
ekonomi berdasarkan syariah dan paham cara penerapan sistem keuangan syariah disuatu
bank syariah. Sedangkan bank sendiri merupakan lemabaga keuangan yang menghimpun
dana masyarakat.
Penerapan system keuangan syariah dalam lingkup perusahaan sering diset dengan
keuangan perusahaan dan juga dikenal dengan manajemen. Keuangan perusahaan syariah
atau manajemen keuangan syariah juga dilakukan untuk mewujudkan atau memilih
keputusan keuangan yang tepat baik bagi individu maupun perusahan. Adapun transaksi
keuangan dapat dipertanggung jawabkan apabila dibuatnya suatu laporan keuangan atas
transaksi-transaksi keuangan tersebut yang mana penyajian laporan keuangan ini harus
selaras dengan “standar akuntansi syariah” (SAK). Hal ini tujuannya untuk supaya output
laporan keuangan tersebut dapat berkualitas sehingga dapat menyumbangkan data/informasi
yang bermanfaat bagi perusahaan itu sendiri dan pengguna lapran keuangan lainnya.

Tulisan mengenai Penerapan Sistem Keuangan Syariah Dalam Mendukung


Perkembangan Perbankan Syariah Di Indonesia Di Era Digitalisasi banyak ditulis oleh
peneliti lain diantaranya ditulis oleh Siti Bunga Fatimah, Achsania Hendratmi, dengan judul
Digitalisasi Pada Bank Mandiri Syariah Ditengah Persaingan Dan Perubahan Teknologi,
dalam jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan, vol 7 No. 4 Tahun 2020. Hasil penelitian
ini menyebutkan bahwa digital banking merupakan suatu sistem yang berhubungan dengan
teknologi perbankan yang bertujuan untuk memudahkan nasabah, namun didalam bank
syariah mandiri (BSM) penerapan strategi digital banking masih sebatas bagian dari startegi
produk atau strategi pelanggan yang mana hasil jangkauan pasarnya masih rendah.(Fatimah
& Hendratmi, 2020)

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Muhammad Ismail Sha Maulana, dkk, dengan
judul Perkembangan Perbankan Syariah Di Era Digitalisasi, dalam jurnal Iqtisadie: Jounal
Of Islamic Banking And Shariah Aconomy, Vol 02 No 01 Tahun 2022. Hasil penelitian ini
menyebutkan bahwa perkembangan perbankan syariah di Indonesia sangat pesat, agar
perbankan syariah mampu bersaing diera digital ini harus dapat bertransformasi dengan
melakukan pengoptimalan ekosistem dan keuangan syariah, serta mempunyai keunikan
model bisnis yang berdaya saing tinggi dan mampu mengintegritasikan fungsi keungan
komersial dan sosial serta SDM yang berkualias dan IT yng mutakhir dengan baik. Namun
meski perbankan syariah banyak tantangan perbankan syariah memiliki peluang yang sangat
besar. (Ismail et al., 2022)

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Andrew Shandy Utama, dengan judul


Digitalisasi Produk Bank Konvensional Dan Syariah Di Indonesia, dalam jurnal Ilmu
Hukum, Perundang-undangan dan Pranata Sosial, Vol 6 No 2 Tahun 2021. Hasil penelitian
ini menjelaskan bahwa pemanfaatan perkembangan teknologi informasi secara optimal
merupakan prasyarat dalam mendukung inovasi layanan bank, oleh sebab itu digital banking
selain dapat meningkatkan efisiensi kegiatan operasional bank juga dapat meningkatkan
kualitas pelayanan bank syariah kepada nasabah dalam bertransaksi serta juga dapat sebagai
peluang bisnis yang sangat potensial dalam sektor perbankan di era digital. (Utama, 2021)

Dari beberapa penelitian lain yang penulis te6mukan belum ada yang secara khusus
membahas mengenai Perkembangan Perbankan Syariah Di Indonesia Di Era Digitalisasi
sehingga penulis merasa perlu untuk mengkaji mengenai Perkembangan Perbankan Syariah
Di Indonesia Di Era Digitalisasi. Tulisan ini diharapkan memberikan kontribusi mengenai
perkembangan ekonomi negara dengan menggunakan sistem keuangan syariah.

Tinjauan Literatur

Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia dan Era Digital

Dimulai sejak 1983 di mana pemerintah berencana untuk menerapkan sistem bagi
hasil dalam perkreditan yang merupakan konsep dari perbankan syariah. Perkembangan
terlihat semakin masif pada tahun 1990 yang ditandai dengan Majelis Ulama Indonesia
(MUI) membentuk kelompok kerja untuk mendirikan Bank Islam di Indonesia. Sebagai hasil
kerja Tim Perbankan MUI tersebut berdirilah bank syariah pertama di Indonesia, yaitu PT
Bank Muamalat Indonesia (BMI), yang sesuai akte pendiriannya, berdiri pada tanggal 1
Nopember 1991. Terbit UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan sebagai landasan dual
banking system di Indonesia yaitu sistem perbankan konvensional dan sistem perbankan
syariah. Sejak itu mulai bermunculan bank-bank syariah di Indonesia dan pada awal 2021
terbentuk Bank Syariah Indonesia yang merupakan hasil merger tiga bank syariah milik
BUMN.

Perkembangan perbankan syariah di Indonesia dari berbagai aspeknya telah


menunjukkan catatan pertumbuhan, baik dari sisi jumlah Bank Umum Syariah, jumlah Unit
Usaha Syariah, jumlah BPRS beserta dengan jaringan kantornya, jumlah DPK dan jumlah
pembiayaan yang disalurkan, serta jumlah aset yang cukup menggembirakan. Semua ini
terjadi dikarenakan indonesia termasuk negara muslim terbesar di dunia sehingga memiliki
peranan besar dalam membangun ekonomi syariah dan meraih pangsa pasar dunia.
Perkembangan perbankan syariah di era digital saat ini mengalami kemajuan sangat
pesat sehingga dapat menjadi peluang. Bank syariah sendiri saat ini berbagai macam segala
kebutuhan yang dapat memudahkan konsumen dalam beraktivitas dan bertransaksi. Namun
jika dibanding kan dengan beberpa negara tetangga perkembangan teknologi perbankan
syariah di indonsia tergolong lambat. Namun kondisi ini justru memacu bangsa indonesi
untuk mengembangkan teknologi bank syariah yaitu dengan menciptakan layanan digital
banking yang dapat memudahkan masyarakat. Beberapa layanan digital perbankan syariah
yaitu berupa registrasi, transaksi ( pembayaran, tunai transfer), dll. Selain layanan digital
banking bank syariah indonesia juga ada produk internet banking yang memudah kan
masyarakat untuk melakukan kegiatan transaksi, kemuadian ada phone banking yang
bertujuan untuk membantu dalam memumadhkan menghubungi nomor telpon tertentu dari
bank dengan tujuan melakukan layanan perbankan, kemudian ada mobile banking produk ini
merupakan bentuk perbankan baru dengan menggunakan telepon seluler untuk mengakses
informasi keuangan, kemudian ada sms banking untuk mengakses informasi melalui pesan
teks.

Perbankan nasional masih menghadapi banyak tantangan, baik jangka pendek maupun
struktural. Dalam jangka pendek, ketidakpastian berakhirnya pandemi Covid-19 masih
mengaburkan proses pemulihan ekonomi yang dapat mempengaruhi kinerja perbankan.
Selain itu, sektor perbankan memiliki banyak struktur terkait dengan ukuran dan daya saing
Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM), perkembangan ekonomi dan keuangan digital
yang pesat dengan perubahan perilaku ekonomi masyarakat, dan kebutuhan pembiayaan
untuk pembangunan jangka menengah negara. Pasar keuangan yang belum berkembang,
pembiayaan yang relatif dangkal dan tidak memadai untuk pembangunan berkelanjutan,
belum menjadi bank syariah terbaik untuk mendukung pertumbuhan ekonomi syariah, tetapi
pembiayaan yang masih perlu ditingkatkan dan akses pendidikan sangat besar. Tantangan-
tantangan ini perlu ditangani dengan hati-hati dan tepat melalui kerja sama yang erat dari
semua yang terlibat.

Penerapan Sistem Keuangan Syariah di Indonesia

Keuangan syariah merupakan salah satu sistem menejemen keuangan yang diterapkan
dengan mengacu pada prinsip Islam dan dasar hukum Islam sebagai pedomannya. Penerapan
keuangan syariah tidak hanya berlaku pada sistemnya saja, tetapi juga berlaku bagi para
lembaga penyelenggara keuangan serta produk-produk yang ditawarkannya. Secara umum
keuangan syariah merupakan berbagai macam hal yang berkaitan dengan keuangan seperti
sistem, pengelolaan, maupun lembaga, yang berdasarkan pada hukum Islam. Sejarah
keuangan syariah di Indonesia lebih banyak diusahakan oleh klompok profesional Muslim
yang lebih berorientasi pada praktik. Jika kita melihat kemunculan keuangan Islam di
Indonesia, maka kita akan menemui berbagai aturan yang muncul dari inisiatif tokoh agam
dan profesional Muslim di Indonesia.  Kelebihan bank syariah terutama pada kuatnya ikatan
emosional keagamaan antara pemegang saham, pengelola bank dan nasabahnya. Dari ikatan
emosional inilah dapat dikembangkan kebersamaan dalam menghadapi resiko usaha dan
membagi keuntungan secara jujur dan adil. Dengan adanya keterikatan secara religi, maka
semua pihak yang terlibat dalam bank Islam adalah berusaha sebaik-baiknya dengan
pengalaman ajaran agamanya sehingga berapapun hasil yang diproleh diyakini membawa
berkah. Adanya fasilitas pembiayaan yang tidak membebani nasabah sejak awal dengan
kewajiban membayar biaya secara tetap. Dan dengan adanya sistem bagi hasil, untuk
penyimpanan dana setelah tersedia peringatan dini tentang keadaan banknya yang biasa
diketahui sewaktu-waktu dari naik turunnya jumlah bagi hasil yang diterima. Penerapan
sistem bagi hasil dan ditinggalkannya sistem bunga menjadikan bank Islam lebih mandiri dari
pengaruh gejola moneter baik dari dalam Negeri maupun dari luar Negeri.

Sistem ekonomi Islam merupakan sistem ekonomi yang sangat baik. Kesempatan
pasar ekonomi Islam di Indonesia sangat luas, hal ini dikarenakan Indonesia mayoritas
penduduknya dalah Muslim, sehingga sistem ekonomi islam tidak diragukan. Menurut bank
syariah di Indonesia di tahun 2013, perbankan syariah masih dibawah 5% walaupun aset
perbankan syariah sudah mencapai 179 triliun atau 4,4% dibandingkan dengan total aset
perbankan konvensional. Aset ini terbesar di 11 Bank Umum Syariah (BUS), dari 24 bank
syariah dalam bentuk unit syariah, dan 165 pembiayaan pengkreditan rakyat syariah (BPRS).
Dan di tahun 2012, jaringan kantor pebankan syariah mencapai 2,5743 unit dan meningkat
dari 1.692 kantor pada tahun 2011 maka jumlah unit layanan naik sebesar 52,31%. Diliha dan
di bandingkan dengan malaysia yang sudah 30 tahun mengenal perbankan syariah sudah
memiliki pasar 20%. Hanya beda 10 tahun tetapi perbandingannya sangat timpang.

Kesimpulannya bank syariah menjalankan aktivitas oprasioanalnya sesuai dengan


prinsip syariah, tidak menggunakan sistem bunga melainkan sistem bagi hasil. Dalam
pembiayaan mudhorobah, bank syariah berperan sebagai pemilik dana. Pembagian hasil atas
pembiayaan mudharabah. Apabila Indonesia tanpa riba akan membuat aktivitas ekonomi
yang adil, stabil dan masyarakat merasakan kesejahteraan dengan menggunakan sistem bagi
hasil yang sama-sama merasakan keuntungan bersama dengan produktif. Jadi dengan sistem
finansial seperti ini sektor rill akan bergerak lebih cepat dan akan menimbulkan manfaat yang
lebih karena produksi naik bersamaan juga daya beli masyarakat naik.

Penerapan Sistem Keuangan Syariah di Indonesia dalam Mendukung Perkembangan


Perbankan Syariah di Indonesia di Era Digital

Keuangan syariah telah menjadi sektor dengan pertumbuhan tercepat di industri


keuangan global, bahkan melampaui pasar keuangan konvensional. Keuangan syariah
dipercaya sebagai salah satu instrumen yang berperan penting dalam mendukung program
pemulihan ekonomi dan mengurangi kemiskinan melalui pemberdayaan usaha / ekonomi
masyarakat. Hal ini disebabkan keuanngan syariah memberikan cara, kerangka, yanng
mengatur aset dan transaksi berdasarkan prinsip kedaian dan ketulusan. Semua itu dapat
dilihat dari mekanisme pembiayaan syariah seperti zakat, waqf, dan infaq.

Kesadaran masyarakat tentang pentingnya menggunakan sistem keuangan syariah


juga semakin meningkat. Hal ini terlihat dari semakin banyaknya produk dan layanan
keuangan syariah yang ditawarkan oleh perbankan syariah, serta semakin banyaknya
masyarakat yang menggunakan produk dan layanan tersebut.

Perbankan syariah juga semakin mengembangkan inovasi dan teknologi dalam


produk dan layanannya. Misalnya, layanan perbankan syariah online dan mobile banking
semakin berkembang dan memudahkan nasabah untuk melakukan transaksi.

Dalam era digital, sistem keuangan syariah di Indonesia juga terus berinovasi dan
mengikuti perkembangan teknologi. Beberapa inovasi yang dilakukan oleh perbankan syariah
di Indonesia antara lain:

1. Pengembangan aplikasi mobile banking: Perbankan syariah di Indonesia semakin


aktif mengembangkan aplikasi mobile banking yang memudahkan nasabah untuk
melakukan transaksi dan mendapatkan informasi tentang produk dan layanan
keuangan syariah.
2. Penerapan blockchain: Beberapa perbankan syariah di Indonesia juga mulai
menerapkan teknologi blockchain untuk meningkatkan keamanan transaksi dan
mempercepat proses transaksi.
3. Penggunaan fintech: Perbankan syariah juga mulai bekerja sama dengan fintech untuk
mengembangkan produk dan layanan keuangan syariah yang lebih inovatif dan
efisien.dengan dukungan regulasi yang kuat, peningkatan kesadaran masyarakat, dan
inovasi teknologi yang terus berkembang, sistem keuangan syariah di Indonesia
diharapkan dapat terus mendukung perkembangan perbankan syariah di Indonesia dan
di era digital.

Berikut adalah beberapa faktor pendukung perkembangan perbankan syariah di Indonesia di


era digital:

1. Peraturan Pemerintah: Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan peraturan yang


mendukung pengembangan industri keuangan syariah, termasuk perbankan syariah,
seperti Undang-Undang Perbankan Syariah No. 21 Tahun 2008. Peraturan ini
memberikan kepastian hukum dan menjadikan perbankan syariah sebagai lembaga
keuangan yang sah di Indonesia.
2. Peningkatan Kesadaran Masyarakat: Kesadaran masyarakat terhadap keuangan
syariah semakin meningkat, terutama di kalangan generasi muda yang mengutamakan
keberlanjutan dan keadilan dalam transaksi keuangan. Hal ini mendukung
perkembangan perbankan syariah di era digital karena semakin banyak masyarakat
yang mencari alternatif keuangan yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
3. Inovasi Teknologi: Inovasi teknologi memungkinkan perbankan syariah untuk
memperluas cakupan layanan dan meningkatkan efisiensi. Beberapa inovasi yang
dilakukan perbankan syariah termasuk mobile banking, online banking, dan
penggunaan teknologi blockchain untuk transaksi yang lebih aman dan cepat.
4. Keterlibatan Fintech: Keterlibatan fintech dalam industri keuangan syariah dapat
mempercepat pengembangan produk dan layanan keuangan syariah. Fintech dapat
membantu perbankan syariah dalam hal pemasaran produk, pengembangan teknologi,
dan integrasi sistem.
5. Dukungan Lembaga Pemerintah: Lembaga pemerintah seperti Otoritas Jasa Keuangan
(OJK) dan Badan Pengawas Perbankan Syariah (BPPS) memberikan dukungan
terhadap perkembangan perbankan syariah di era digital. Dukungan ini meliputi
pengawasan dan regulasi industri keuangan syariah serta penyediaan sumber daya
manusia yang berkualitas.
Faktor-faktor ini memberikan dukungan yang kuat terhadap perkembangan perbankan
syariah di Indonesia di era digital. Dalam lingkungan yang semakin kompetitif,
perbankan syariah perlu terus berinovasi dan memperluas cakupan layanan untuk
tetap relevan dan bersaing di pasar keuangan Indonesia.

Metode Penelitian
Metode penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode library
research atau book survey, karena sumber sumber data yang digunakan terdiri dari
berbagai macam literature-literature review diantaranya buku, jurnal, artikel, berita
dan sumber-sumber tepercaya lainnya. Kemudian berdasarkan objek kajian, penelitian
ini termasuk penelitian yang bersifat studi kepustakaan.

Anda mungkin juga menyukai