1
M Rafli Hidayat, 2Nurul Mailani, 3Zulia Sahara Putri
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
1
12120515032@students.uin-suska.ac.id, 212120523662@students.uin-suska.ac.id,
3
12120521315@students.uin-suska.ac.id,
Pendahuluan
Digitalisasi mempunyai dampak yang cukup besar karena bisa mengubah kebiasaan
manusia untuk mengakses informasi dan layanan elektronik dan mempengaruhi
perkembangan di beberapa sektor menjadi pesat. Salah satunya di bidang ekonomi, sektor
perekonomian mrnglami perkembangan yang sangat pesat terutama dalam didalam
pekembangan bank syariah di masyarakat.
Untuk dapat mempertahankannya maka perlu untuk memahami landasan dan konsep
ekonomi berdasarkan syariah dan paham cara penerapan sistem keuangan syariah disuatu
bank syariah. Sedangkan bank sendiri merupakan lemabaga keuangan yang menghimpun
dana masyarakat.
Penerapan system keuangan syariah dalam lingkup perusahaan sering diset dengan
keuangan perusahaan dan juga dikenal dengan manajemen. Keuangan perusahaan syariah
atau manajemen keuangan syariah juga dilakukan untuk mewujudkan atau memilih
keputusan keuangan yang tepat baik bagi individu maupun perusahan. Adapun transaksi
keuangan dapat dipertanggung jawabkan apabila dibuatnya suatu laporan keuangan atas
transaksi-transaksi keuangan tersebut yang mana penyajian laporan keuangan ini harus
selaras dengan “standar akuntansi syariah” (SAK). Hal ini tujuannya untuk supaya output
laporan keuangan tersebut dapat berkualitas sehingga dapat menyumbangkan data/informasi
yang bermanfaat bagi perusahaan itu sendiri dan pengguna lapran keuangan lainnya.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Muhammad Ismail Sha Maulana, dkk, dengan
judul Perkembangan Perbankan Syariah Di Era Digitalisasi, dalam jurnal Iqtisadie: Jounal
Of Islamic Banking And Shariah Aconomy, Vol 02 No 01 Tahun 2022. Hasil penelitian ini
menyebutkan bahwa perkembangan perbankan syariah di Indonesia sangat pesat, agar
perbankan syariah mampu bersaing diera digital ini harus dapat bertransformasi dengan
melakukan pengoptimalan ekosistem dan keuangan syariah, serta mempunyai keunikan
model bisnis yang berdaya saing tinggi dan mampu mengintegritasikan fungsi keungan
komersial dan sosial serta SDM yang berkualias dan IT yng mutakhir dengan baik. Namun
meski perbankan syariah banyak tantangan perbankan syariah memiliki peluang yang sangat
besar. (Ismail et al., 2022)
Dari beberapa penelitian lain yang penulis te6mukan belum ada yang secara khusus
membahas mengenai Perkembangan Perbankan Syariah Di Indonesia Di Era Digitalisasi
sehingga penulis merasa perlu untuk mengkaji mengenai Perkembangan Perbankan Syariah
Di Indonesia Di Era Digitalisasi. Tulisan ini diharapkan memberikan kontribusi mengenai
perkembangan ekonomi negara dengan menggunakan sistem keuangan syariah.
Tinjauan Literatur
Dimulai sejak 1983 di mana pemerintah berencana untuk menerapkan sistem bagi
hasil dalam perkreditan yang merupakan konsep dari perbankan syariah. Perkembangan
terlihat semakin masif pada tahun 1990 yang ditandai dengan Majelis Ulama Indonesia
(MUI) membentuk kelompok kerja untuk mendirikan Bank Islam di Indonesia. Sebagai hasil
kerja Tim Perbankan MUI tersebut berdirilah bank syariah pertama di Indonesia, yaitu PT
Bank Muamalat Indonesia (BMI), yang sesuai akte pendiriannya, berdiri pada tanggal 1
Nopember 1991. Terbit UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan sebagai landasan dual
banking system di Indonesia yaitu sistem perbankan konvensional dan sistem perbankan
syariah. Sejak itu mulai bermunculan bank-bank syariah di Indonesia dan pada awal 2021
terbentuk Bank Syariah Indonesia yang merupakan hasil merger tiga bank syariah milik
BUMN.
Perbankan nasional masih menghadapi banyak tantangan, baik jangka pendek maupun
struktural. Dalam jangka pendek, ketidakpastian berakhirnya pandemi Covid-19 masih
mengaburkan proses pemulihan ekonomi yang dapat mempengaruhi kinerja perbankan.
Selain itu, sektor perbankan memiliki banyak struktur terkait dengan ukuran dan daya saing
Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM), perkembangan ekonomi dan keuangan digital
yang pesat dengan perubahan perilaku ekonomi masyarakat, dan kebutuhan pembiayaan
untuk pembangunan jangka menengah negara. Pasar keuangan yang belum berkembang,
pembiayaan yang relatif dangkal dan tidak memadai untuk pembangunan berkelanjutan,
belum menjadi bank syariah terbaik untuk mendukung pertumbuhan ekonomi syariah, tetapi
pembiayaan yang masih perlu ditingkatkan dan akses pendidikan sangat besar. Tantangan-
tantangan ini perlu ditangani dengan hati-hati dan tepat melalui kerja sama yang erat dari
semua yang terlibat.
Keuangan syariah merupakan salah satu sistem menejemen keuangan yang diterapkan
dengan mengacu pada prinsip Islam dan dasar hukum Islam sebagai pedomannya. Penerapan
keuangan syariah tidak hanya berlaku pada sistemnya saja, tetapi juga berlaku bagi para
lembaga penyelenggara keuangan serta produk-produk yang ditawarkannya. Secara umum
keuangan syariah merupakan berbagai macam hal yang berkaitan dengan keuangan seperti
sistem, pengelolaan, maupun lembaga, yang berdasarkan pada hukum Islam. Sejarah
keuangan syariah di Indonesia lebih banyak diusahakan oleh klompok profesional Muslim
yang lebih berorientasi pada praktik. Jika kita melihat kemunculan keuangan Islam di
Indonesia, maka kita akan menemui berbagai aturan yang muncul dari inisiatif tokoh agam
dan profesional Muslim di Indonesia. Kelebihan bank syariah terutama pada kuatnya ikatan
emosional keagamaan antara pemegang saham, pengelola bank dan nasabahnya. Dari ikatan
emosional inilah dapat dikembangkan kebersamaan dalam menghadapi resiko usaha dan
membagi keuntungan secara jujur dan adil. Dengan adanya keterikatan secara religi, maka
semua pihak yang terlibat dalam bank Islam adalah berusaha sebaik-baiknya dengan
pengalaman ajaran agamanya sehingga berapapun hasil yang diproleh diyakini membawa
berkah. Adanya fasilitas pembiayaan yang tidak membebani nasabah sejak awal dengan
kewajiban membayar biaya secara tetap. Dan dengan adanya sistem bagi hasil, untuk
penyimpanan dana setelah tersedia peringatan dini tentang keadaan banknya yang biasa
diketahui sewaktu-waktu dari naik turunnya jumlah bagi hasil yang diterima. Penerapan
sistem bagi hasil dan ditinggalkannya sistem bunga menjadikan bank Islam lebih mandiri dari
pengaruh gejola moneter baik dari dalam Negeri maupun dari luar Negeri.
Sistem ekonomi Islam merupakan sistem ekonomi yang sangat baik. Kesempatan
pasar ekonomi Islam di Indonesia sangat luas, hal ini dikarenakan Indonesia mayoritas
penduduknya dalah Muslim, sehingga sistem ekonomi islam tidak diragukan. Menurut bank
syariah di Indonesia di tahun 2013, perbankan syariah masih dibawah 5% walaupun aset
perbankan syariah sudah mencapai 179 triliun atau 4,4% dibandingkan dengan total aset
perbankan konvensional. Aset ini terbesar di 11 Bank Umum Syariah (BUS), dari 24 bank
syariah dalam bentuk unit syariah, dan 165 pembiayaan pengkreditan rakyat syariah (BPRS).
Dan di tahun 2012, jaringan kantor pebankan syariah mencapai 2,5743 unit dan meningkat
dari 1.692 kantor pada tahun 2011 maka jumlah unit layanan naik sebesar 52,31%. Diliha dan
di bandingkan dengan malaysia yang sudah 30 tahun mengenal perbankan syariah sudah
memiliki pasar 20%. Hanya beda 10 tahun tetapi perbandingannya sangat timpang.
Dalam era digital, sistem keuangan syariah di Indonesia juga terus berinovasi dan
mengikuti perkembangan teknologi. Beberapa inovasi yang dilakukan oleh perbankan syariah
di Indonesia antara lain:
Metode Penelitian
Metode penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode library
research atau book survey, karena sumber sumber data yang digunakan terdiri dari
berbagai macam literature-literature review diantaranya buku, jurnal, artikel, berita
dan sumber-sumber tepercaya lainnya. Kemudian berdasarkan objek kajian, penelitian
ini termasuk penelitian yang bersifat studi kepustakaan.