KEBIJAKAN MONETER
(MENURUT KONVENSIONAL DAN ISLAM)
Tugas makalah ini untuk memenuhi salah satu mata kuliah ekonomi islam dua
DOSEN PENGAMPU:
RIAU
PEKANBARU
2022/2023
1
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini dalah untuk memenuhi tugas
dari Dosen Pembimbing Bapak Heri Sunandar, Dr., M.Cl. pada mata kuliah
Ekonomi Islam 2. Selain itu makalah ini juga bertujuan menambah wawasan
tentang Ekonomi Islam. Shalawat beriring salam semoga tetap tercurah limpahkan
kepada junjungan alam
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari kata sempurna dari apa yang kami harapkan. Untuk itu kami berharap adanya
saran dan kritik yang membangun serta usulan demi perbaikan dimasa yang akan
datang. Semoga dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan
pembaca pada umumnya. Wassalamualaikum Wr. Wb
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….2
DAFTAR ISI………………………………………………………………………3
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………4
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………….6
DAFTAR PUSTAKAN…………………………………………………………..18
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Namun, sejauh ini kebijakan moneter yang dilakukan oleh bank sentral
adalah bersifat konvensional yang jauh dari sistem yang syar'i.Dalam makalah
ini akan mencoba mengupas mengenai kebijakan moneter islam. Dimana
kebijakan moneter islam ini tentunya akan mengacu pada hukum dan
syaratsyarat islam dalam mengatasi berbagai masalah uang yang beredar di
masyarakat.
4
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
1
Adiwarman A karim, ekonomi makro islami, jakarta : PT Raja Grafindo persada 2008,hlm 21
2
Nopirin, ekonomi moneter buku 1, yogyakarta:BPEE-yogyakarta
6
Meliputi tindakan menjual dan membeli surat-surat berharga oleh bank
sentral.tindakan ini akan berpengaruh: pertama, menaikkan cadangan bank-
bank umum yang tersangkut dalam bertransaksi. Sebab dalam pembelian surat
berharga misalnya, bank sentral akan menambah cadangan bank umum yang
menjual surat berharga tersebut, yang ada pada bank sentral. akibat tambahnya
cadangan, maka bank umum dappat menambah jumlah uang yang beredar
(melalui proses penciptaan kredit). Kedua, tindakan pembelian/penjualan surat
berharga akan mempengaruhi harga (dan dengan demikian juga tingkat bunga)
surat berharga. Akibatnya, tingkat bunga umum juga akan terpengasuh.
2) Perubahan Tingkat Suku Bunga (Diskonto)
Tindakan untuk mengubah-ubah tingkat bunga yang harus dibayar oleh
bank umum dalam hal meminjam dana dari bank sentral. Dengan menaikkan
diskonto, maka ongkos meminjam dana dari bank sentral akan naik sehingga
akan mengurangi keinginan bank umum untuk meminjam. Akibatnya, jumlah
uang yang beredar dapat ditekan/dikurangi.
3) Cadangan Minimum (reserves requirments)
Seperti yang telah dijelaskan di depan (dalam proses penciptaan kredit)
bahwa perubahan cadangan minimum dapat mempengaruhi jumlah uang yang
beredar. Apabila ketentuan cadangan minimum diturunkan, jumlah uang
beredar cenderung3
3
Ir, Adiwarman A.karim, ekonomi makro islam, jakarta: PT RajaGrapindo 2015, hlm 217
7
perekonomian mengalami resesi atau depresi. Kebijakan ini disebut juga
kebijakan moneter longgar (easy money policy).
2). Kebijakan Moneter Kontraktif (Monetary contractive policy)
Adalah suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang
beredar. Kebijakan ini dilakukan pada saat perekonomian mengalami inflasi.
Disebut juga dengan kebijakan uang ketat (tight money policy).
Kebijakan moneter dapat dilakukan dengan menjalankan instrumen
kebijakan moneter, yaitu antara lain:
1. Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)
Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang yang beredar
dengan menjual atau membeli surat berharga pemerintah (government
securities). Jika ingin menambah jumlah uang beredar, pemerintah akan
membeli surat berharga pemerintah. Namun, bila ingin jumlah uang yang
beredar berkurang, maka pemerintah akan menjual surat berharga pemerintah
kepada masyarakat. Surat berharga pemerintah di antaranya SBI atau singkatan
dari Sertifikat Bank Indonesia dan SBPU atau singkatan atas Surat Berharga
Pasar Uang.
2. Fasilitas diskonto ( discoud rate)
Fasilitas diskonto adalah pengaturan jumlah uang yang beredar dengan
memainkan tingkat bunga bank sentral pada bank umum. Bank umum kadang-
kadang mengalami kekurangan uang sehingga harus meminjam ke bank sentral.
Untuk membuat jumlah uang bertambah, pemerintah menurunkan tingkat bunga
bank sentral, serta sebaliknya menaikkan tingkat bunga demi membuat uang
yang beredar berkurang.
3. Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio)
Rasio cadangan wajib adalah mengatur jumlah uang yang beredar
dengan memainkan jumlah dana cadangan perbankan yang harus disimpan pada
pemerintah. Untuk menambah jumlah uang, pemerintah menurunkan rasio
cadangan wajib. Untuk menurunkan jumlah uang beredar, pemerintah
menaikkan rasio.
4. Imbauan Moral (Moral Persuasion)
8
Imbauan moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang
beredar dengan jalan memberi imbauan kepada pelaku ekonomi. Contohnya
seperti mengimbau perbankan pemberi kredit untuk berhati-hati dalam
mengeluarkan kredit untuk mengurangi jumlah uang beredar dan mengimbau
agar bank meminjam uang lebih ke bank sentral untuk memperbanyak jumlah
uang beredar pada perekonomian.4
5. Menajemen kebijakan moneter konvensional
Adanya ketidakteraturan dan hubungan antar variabel dalam
perekonomian sering kali menjadikan kita sulit untuk mengidentifikasi alur
suatu kebijakan moneter mencapai tujuannya. Sehingga banyak pihak masih
melihat bahwa mekanisme moneter seperti halnya Black-box. Dengan demikian,
perlu kiranya kita sedikit mengurai dan memahami proses yang terjadi di
dalamnya. Pada dasarnya, ada dua paradigma dalam memahami mekanisme
transmisi moneter, yakni apa yang disebut dengan paradigma uang pasif dan
paradigma uang aktif. Perbedaan antara dua paradigma ini terletak dari
penggunaan sasaran operasional yang digunakan dalam mekanisme moneternya.
a. Uang pasif
Paradigma uang pasif percaya bahwa kesenjangan output merupakan
kausal utama dalam mekanisme transmisi. Dalam paradigma ini suku bunga
jangka pendek dan nilai tukar dijadikan sebagai sasaran antara (intermediate
objective) yang pada gilirannya akan memengaruhi perkembangan besaran
permintaan, kesenjangan output dan ekspektasi inflasi. Dalam paradigma uang
pasif ini uang dinyatakan sebagai variable endogen yang mana otoritas moneter
tidak mempunyai kemampuan secara penuh untuk mengatur jumlah uang
beredar.
b. Uang aktif
4
Dr, H. Abdul Ghafur,M,Ag. Pengantar ekonomi syariah, Depok : PT RajaGrapindo persada
2017,hlm.123
9
Paradigma uang aktif percaya bahwa likuiditas merupakan kausal utama
dalam mekanisme transmisi moneter. Dalam paradigma ini suku bunga
dianggap sebagai resultante biasa yang terjadi dalam mekanisme transmisi
moneter. Penganut dari paradigma ini adalah Milton Friedman. Paradigma uang
aktif secara sederhana dapat dijelaskan dengan teori kuantitas (quantity theory
of money) MV = PT merupakan dasar pijakan utama dalam paradigma uang
aktif ini. Bahwa perubahan % M + dengan % V sebanding dengan perubahan %
P + % T. Dalam paradigma ini diasumsikan bahwa M secara penuh mampu
dikendalikan oleh otoritas moneter sedangkan nilai V adalah konstan. Sehingga,
jumlah uang beredar merupakan sarana yang aktif dijadikan pemerintah sebagai
instrumen moneter dalam mengendalikan tingkat inflasi.
Paradigma uang aktif dalam teori konvensional menganggap bahwa
uang sebagai variable exogen yang bentuk kurva penawarannya bersifat
inelastic sempurna. Sasaran pokok yang ingin dicapai dari kebijakan dengan
paradigma ini adalah terkendalinya tingkat inflasi dengan menggunakan
besaran moneter beredar) sebagai sasaran operasional.5
5
Nurul Huda, ekonomi makro islam, kencana. 2008, hlm 193
10
dikenal dengan istilah sektor riil. Kegiatan yang tinggi dalam bidang produksi dan
perdagangan akan mempertinggi jumlah uang beredar, sedangkan kegiatan
ekonomi yang lesu akan berakibat rendahnya perputaran dan jumlah uang beredar.
Dengan kata lain, permintaan terhadap uang akan lahir terutama dari motif
transaksi dan tindakan berjaga-jaga yang ditentukan pada umunya adalah
tingkatan pendapatan uang dan distribusinya. Makin merata distribusi pendapatan,
makin besar permintaan uang untuk tingkatan pendapatan agregat tertentu. Dalam
perekonomian islam, keseimbangan antara aktivitas ekonomi rill dengan tinggi
rendahnya jumlah uang yang beredar senantiasa dijaga, salah satu instrumen
untuk menjaganya adalah sistem perbankan islami.6
6
Ibid., hlm.168
7
http://isa7695.wordpress.com/2009/12/17// kebijakan-moneter-konvensional-vs-syariah
11
moneteris. Sebaliknya, perbedaan ini malah semakin memperkaya wacana ilmu
dalam ekonomi Islam. Mazhab-mazhab dikenal dalam ekonomi Islam ini dibagi
dalam tiga mazhab, yaitu mazhab iqtishâdunâ, mazhab mainstream economic, dan
mazhab alternatif.
a. Mazhab Iqtishâdunâ
Pendukung mazhab pertama atau yang kita sebut dengan mazhab
iqtishâdunâ ini antara lain Dr. Kadim Sadr, Dr. Baqir Al-Hasani dan Dr. Abbas
Mirakhor. Pandangan utama dari mazhab ini adalah jumlah uang beredar
merupakan elastis sempurna, di mana pemerintah sebagai pemegang otoritas
moneter tidak mampu untuk memengaruhi jumlah uang yang beredar. Pendapat
ini didasarkan pada asumsi yang merefleksikan gambaran ekonomi pada masa
Rasulullah Saw. Pada masa Nabi Muhammad mata uang yang beredar adalah
dinar (terbuat dari emas) dan dirham (terbuat dari perak) yang diimpor dari Roma
dan Persia. Dinar dari Roma dan Dirham dari Persia, nilai tukar saat itu yang
berlaku adalah satu dinar sebanding dengan sepuluh dirham. Banyak rendahnya
permintaan akan dinar atau dirham tergantung dari perdagangan barang dengan
luar negeri. Jika permintaan akan uang naik, maka dinar akan diimpor dengan cara
pasar melakukan ekspor barang ke Roma (untuk mendapatkan dinar) atau ke
Persia (untuk mendapatkan dirham). Namun jika permintaan uang turun impor
barang dari luar negerilah yang akan dilakukan. Pada masa ini tidak dikenal dan
memang dilarang pengenaan bea masuk pada barang impor maupun uang impor,
sehingga permintaan uang internal akan sesalu dapat tecukupi. Di samping itu,
karena nilai emas dan perak pada kepingan dinar dan dirham sama dengan nilai
nominal (face value), maka uangnya memungkinkan adanya peleburan kepingan
uang menjadi barang-barang hiasan yang secara otomatis akan menarik uang
beredar dari pasar.8
8
Baqir Al-hasani & abbas mirakhor (1989), essay on iqtishad, silver spring : nur crop,hlm
199-217
12
b. Mazhab Mainstream
Dikatakan oleh Metwally, bahwa penawaran uang dalam Islam sepenuhya
dikontrol oleh negara sebagai pemegang monopoli dari penerbitan uang yang sah
(legal tender). Keberadaan Baitul Mâl semasa Rasulullah merupakan prototype
dari bank sentral yang ada selama ini. Keberadaan bank sentral adalah untuk
menerbitkan mata uang dan menjaga nilai tukarnya agar dapat berada pada tingkat
harga yang stabil. Negara melakukan sendiri kontrol terhadap penerbitan uang dan
kepemilikan atas semua bentuk uang baik logam, kertas atau kredit.
Oleh karena itu, Penawaran uang diasumsikan secara penuh dipengaruhi
oleh kebijakan central bank, sehingga secara grafik akan terlihat bahwa Ms
bersifat Perfect inelastic, yang berakibat pada penawaran uang bebas dari
pengaruh tinggi rendahnya kebijakan biaya atas aset yang menganggur. Jumlah
uang beredar oleh otoritas moneter ditetapkan sesuai dengan proporsional tingkat
pendapatan atau nilai transaksi.
c. Mazhab Alternatif
Secara sederhana pada grafik di bawah ini yang Mazhab ketiga dalam
menjelaskan manajemen moneter Islam adalah Mazhab Alternatif, yang
menyatakan bahwa keberadaan uang pada dasarnya terintegrasi dalam sistem
sosial ekonomi yang berlaku. Sehingga value dan jumlah uang bukanlah variabel
utuh yang berdiri sendiri. Terintegrasinya uang dalam sebuah sistem yang
komplek menjadikan uang tidak independen atau bukanlah variabel exogenous.
Konsep endogenouitas uang dalam Islam ini berbeda dengan cara pandang
terhadap uang dalam mazhab kedua. Tidaklah seperti halnya mazhab kedua yang
mengatakan bahwa bank sentral full control terhadap money supply, melainkan
jumlah uang beredar lebih ditentukan oleh actual spending demand dalam
kebutuhannya untuk transaksi di pasar barang dan jasa. 9M.A Choudhury dapat
digolongkan ke dalam mazhab ketiga.Asumsi yang digunakan dalam konsep ini
adalah;
9
Ibid.,
13
Pertama, telah terjadinya globalisasi perekonomian menyebabkan bank
sentral tidak lagi mampu melakukan pengontrolan secara penuh terhadap jumlah
uang beredar. Keberadaan fund manager adalah salah satu contoh bahwa pihak di
luar bank sentral juga mempunyai pengaruh yang cukup signifikan dalam
memengaruhi level stock uang yang ada dalam pasar. Fund managers tidak saja
memengaruhi permintaan akan Rupiah melalui pembelian/penjualan Rupiah,
namun lebih jauh dari itu, mereka juga dapat memengaruhi penawaran Rupiah
bila mereka menghilangkan uang Rupiah yang dibelinya.
14
dalam bentuk mudharabah harus dipergunakan oleh bank sentral sebagai
instrument kualitatif dan kuantitatif untuk mengendalikan kredit.
2). Public Share of Demand Deposit (Uang giral)
Dalam jumlah tertentu demand deposit bank-bank komersial (maksimum
25%) harus diserahkan kepada pemerintah untuk membiayai proyek-proyek sosial
yang menguntungkan.
3). Statutory Reserve Requirement
Bank-bank komersil diharuskan memiliki cadangan wajib dalam jumlah
tertentu di Bank Sentral. Statutory reserve requirements membantu memberikan
jaminan atas deposit dan sekaligus membantu penyediaan likuiditas yang
memadai bagi bank. Sebaliknya, Bank Sentral harus mengganti biaya yang
dikeluarkan untuk memobilisasi dana yang dikeluarkan oleh bank-bank komersial
ini.
4). Credit Ceilings (Pembatasan Kredit).
Kebijakan menetapkan batas kredit yang boleh dilakukan oleh bank-bank
komersil untuk memberikan jaminan bahwa penciptaan kredit sesuai dengan
target moneter dan menciptakan kompetisi yang sehat antar bank komersial.
5). Alokasi Kredit Berdasarkan Nilai
Realisasi kredit harus meningkatkan kesejahteraan masyarakat .Alokasi
kredit mengarah pada optimisasi produksi dan distribusi barang dan jasa yang
diperlukan oleh sebagian besar masyarakat.Keuntungan yang diperoleh dari
pemberian kredit juga diperuntukkan bagi kepentingan masyarakat.Untuk itu
perlu adanya jaminan kredit yang disepakati oleh pemerintah dan bank-bank
komerisal untuk mengurangi risiko dan biaya yang harus ditanggung bank.
6). Teknik Lain
Teknik kualitatif dan kuantitatif diatas harus dilengkapi dengan senjata-
senjata lain untuk merealisasikan sasaran yang diperlukan termasuk diantranya
moral suasion atau himbauan moral.10
10
M.umer capra.al-quran menuju sistem moneter yang adil. Yogyakarta : PT. DANA BAKTI
PRIMA YAS. 1997.
15
5. manajemen kebijakan moneter islam
Dasar pemikiran dari manajemen moneter islam adalah terciptanya
permintaan uang dan mengarahkan permintaan uang tersebut kepada tujuan yang
penting dan produktif. Sehingga setiap instrumen yang akan mengarahkan kepada
instabilitas dan pengalokasian sumber dana yang tidak produktif akan ditinggal.
Dalam teori Keynes telah dikenal bahwa adanya permintaan spekulatif
akan uang pada dasarnya dipengaruhi oleh keberadaan suku bunga (the theory of
liquidity preference). Pergerakan suku bunga merupakan refleksi pergerakan
permintaan uang untuk spekulatif. Semakin tinggi permintaan uang untuk
spekulasi, maka semakin rendah tingkat bunga yang berlaku di pasar. Begitu juga
sebaliknya, apabila permintaan uang spekulatif menurun, maka suku bunga akan
relatif meningkat.11
11
Nurul Huda, ekonomi makro islam, kencana. 2008, hlm 195
16
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Tidak adanya intrumen-intrumen tradisional untuk membuat kebijakan
moneter. Oleh karena itu tidak perlu harus menimbulkan kesulitan-kesulitan serius
dalam mengatur kebijakan moneter. Ini untuk mengatakan bahwa dalam sistem
ilslam sebagaimana dalam sistem lainnya bekerja sama antara bank sentral dan
pemerintah jelas sangat penting kecuali kalau pemerintah bertekat untuk
menjadikan stabilitas harga sebagai suatu tujuan kebijakan yang tidak bisa
ditawar-tawar. Dan atas dasar itu pula dibuat anggaran belanja maka suatu
kebijakan moneter yang efektif kiranya menjadi tidak mungkin.Sekali high power
money diatur dari pusat, berbagai penyesuaian karena berubahnya kondisi
ekonomi terpaksa harus dilakukan oleh bank sentral sendiri.
Suatu kebijakan moneter syari'ah tentunya sangat diperlukan guna
mengurangi atau menghilangkan sistem konvensional yang jauh dari syariat
agama islam. Bahkan dapat dikatakan kebijakan moneter konvensional itu kharam
karena tidak terlepas dari sistem bunga.
B. SARAN
Terkait dengan kajian diatas, penulis berharap pemerintah dapat
memperhatikan kembali kebijakan moneter yang telah terlaksanakan itu agar
secara perlahan dapat beralih kepada sistem kebijakan moneter yang syari'ah.
Agar nantinya dapat tercapai perekonomian yang bersih dan diridhai Allah SWT.
17
DAFTAR PUSTAKA
A karim, Adiwarman, ekonomi makro islami, jakarta : PT Raja Grafindo persada 2008,
http://isa7695.wordpress.com/2009/12/17// kebijakan-moneter-konvensional-vs-syariah
Al-hasani Baqir , & abbas mirakhor (1989), essay on iqtishad, silver spring : nur crop.
M.umer capra.al-quran menuju sistem moneter yang adil. Yogyakarta : PT. DANA BAKTI
PRIMA YAS. 1997.
18