Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH FILSAFAT PERBANKAN SYARIAH

“Sistem Moneter Islam & Moneter Konvensional”

(Makalah ini disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Filsafat
Perbankan Syariah)

Dosen Pengampu : Dr.Siti Fatimah,SE.,MM

Disusun Oleh :

KELOMPOK III

Sufiani Zahra (90500120021)

Ummul Fadilah (90500120019)

Puspa Farida (90500120014)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Allah SWT, karena berkat limpahan Rahmat
dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat
pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas mengenai ”Sistem Moneter Islam
& Moneter Konvensional”.  

Kami mengucapkan terimakasih kepada ibu Dr. Siti Fatimah, SE., MM selaku dosen
Filsafat Perbankan Syariah yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
wawasan sesuai dengan bidang studi.

Ucapan terima kasih juga kepada seluruh pihak yang telah berkontibusi dan memberi
andil dalam penyelesaian makalah ini. Kami berharap makalah ini dapat memberikan
sumbansi dalam perkembangan ilmu pengetahuan secara luas, dalam bidang filsafat
secara khusus.

Makassar , 28 Maret 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………...…………………………………………………2

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………….3

ABSTRAK...……………………………………………………………………………..4

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang…………………………………………………………………...5
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………..6
C. Tujuan……………………………………………………………………………6

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem Moneter………………………………………………………7


B. Pengendalian Moneter…………………………………………………………...8
C. Kebijakan Sistem Moneter Islam………………………………………………..9
D. Kebijakan Moneter Konvensional……………………………………………...10
E. Instrument Moneter Islam dan Konvensional………………………………….11
F. Perbandingan Sistem Moneter Islam dan Konevnsional……………………….12
G. Kerangka Kebijakan MoneterIslam di Indonesia………………………………13

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………………………..15
B. Saran……………………………………………………………………………15

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………..16
ABSTRAK

Sistem berasal dari bahasa Latin dan bahasa Yunani adalah suatu kesatuan yang
terdiri atas komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan
aliran informasi, materi, atau energi untuk mencapai suatu tujuan. Sementara
kebijakan moneter adalah proses mengatur persediaan uang sebuah negara untuk
mencapai tujuan tertentu; seperti menahan inflasi, mencapai pekerja penuh atau lebih
sejahtera. Kebijakan moneter bertujuan menjaga jumlah uang beredar di masyarakat.
Sementara itu, tujuan kebijakan fiskal adalah mengelola dan menjaga kesejahteraan
sektor-sektor pelaku perputaran uang, mulai dari konsumen, pekerja, sampai pelaku
usaha. Kebijakan moneter adalah  kebijakan yang dilakukan pemerintah melalui bank
sentral untuk mengontrol jumlah uang yang beredar dalam masyarakat. Sistem
moneter merupakan lembaga atau institusi yang dapat menciptakan uang kertal,uang
giral dan kuasi. Sistem moneter Indonesia terdiri dari: Autoritas Moneter yaitu
Bank  Indonesia yang berperan sebagai bank sentral. Sistem moneter Indonesia adalah
lembaga-lembaga atau institusi yang dapat menciptakan uang kartal, uang giral dan
kuasi.

Kata Kunci : Sistem, Moneter


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Setelah berdirinya Bank Indonesia, kebijakan moneter di Indonesia secara umum


ditetapkan oleh Dewan Moneter dan pemerintah bertanggung jawab atasnya.
Mengingat buruknya perekonomian pasca perang, yang ditempuh pertama kali
dalam bidang moneter adalah upaya perbaikan posisi cadangan devisa melalui
kegiatan ekspor dan impor. Pada periode ekonomi terpimpin, pembiayaan deficit
spending keuangan negara terus meningkat, terutama untuk membiayai proyek
politik pemerintah. Laju inflasi terus membumbung tinggi sehingga dilakukan dua
kali pengetatan moneter, yaitu tahun 1959 dan 1965.

Lepas dari periode tersebut pemerintah memasuki masa pemulihan ekonomi


melalui program stabilisasi dan rehabilitasi yang kemudian diteruskan dengan
kebijakan deregulasi bidang keuangan dan moneter pada awal 1980-an. Di tengah
pasang surutnya kondisi perekonomian, lahirlah berbagai paket kebijakan ekonomi
yang bertujuan untuk memperkuat struktur perekonomian Indonesia.

Mulai pertengahan tahun 1997, krisis ekonomi moneter menerpa Indonesia.


Nilai tukar rupiah melemah, sistem pembayaran terancam macet, dan banyak utang
luar negeri yang tak terselesaikan. Berbagai langkah ditempuh, mulai dari
pengetatan moneter hingga beberapa program pemulihan IMF yang diperoleh
melalui beberapa Letter of Intent (LoI) pada tahun 1998. Namun akhirnya masa
suram dapat terlewati. Perekonomian semakin membaik seiring dengan kondisi
politik yang stabil pada masa reformasi. Sejalan dengan itu, tahun 1999 merupakan
tonggak bersejarah bagi Bank Indonesia dengan dikeluarkannya Undang-undang
No. 23/1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang No. 3/2004. Dalam undang-undang ini, Bank Indonesia ditetapkan sebagai
lembaga tinggi negara yang independen dalam melaksanakan tugas dan
wewenangnya. Sesuai undang-undang tersebut, Bank Indonesia diwajibkan untuk
menetapkan target inflasi yang akan dicapai sebagai landasan bagi perencanaan dan
pengendalian moneter. Nah sistem moneter hadir sebagai instrumen yang akan
menerapkan kebijakan-kebijakan yang berfungsi melaksanakan atau
menyelenggarakan mekanisme lalu lintas pembayaran yang efisien dengan biaya
dan hambatan seminimal mungkin hal ini bertujuan agar dapat mendorong
kelancaran dari kegiatan transaksi dalam perekonomian.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian sistem moneter?
2. Apa pokok bahasan dalam sistem moneter islam dan konvensional?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian sistem moneter
2. Untuk mengetahui pokok bahasan dalam sistem moneter islam dan
konvensional
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem Moneter

Sistem Moneter yaitu sistem yang menetapkan kebijakan dan tindakantindakan yang
mempengaruhi interaksi factor moneter dalam suatu negara, termasuk pengawasan
cadangan valuta asing. Di Indonesia otoritas sistem moneter terdiri atas Bank Indonesia,
Pemerintah yang diwakili oleh Menteri Keuangan. Yang termasuk dalam sistem
moneter adalah bank-bank atau lembagalembaga yang ikut menciptakan uang giral. Di
Indonesia yang dapat digolongkan ke dalam sistem moneter adalah otoritas moneter
yaitu Bank Indonesia dan bank-bank pencipta uang giral. Oleh karena itu sistem
perbankan merupakan bagian integral dari suatu sistem moneter. Otoritas Moneter,
Pemerintah dan Bank Sentral/Bank Indonesia bertanggung jawab menciptakan dan
menawarkan uang primer berupa uang kartal (kertas dan logam) bagi masyarakat umum
dan bank reserves bagi perbankan dan lembaga keuangan lainnya.

Uang-uang yang ditawarkan melalui monetary system digunakan oleh masyarakat,


baik pengusaha maupun masyarakat biasa untuk keperluan konsumsi dan produksinya.
Penciptaan uang bukan semata-mata kehendak otoritas moneter (Bank Indonesia),
melainkan juga harus ada permintaan dari masyarakat sehingga jumlah uang beredar
harus memenuhi tuntutan mekanisme pasar yaitu pertemuan antara permintaan dan
penawaran.

Definisi yang paling singkat dari teori moneter adalah teori mengenai bekerjanya
pasar uang. Pasar dalam teori ekonomi bukanlah suatu tempat (fisik) orang berjualan
dan menjajakan barang dagangannya. Pasar diartikan secara lebih luas dan abstrak,
namun tetap mencakup pasar dalam pengertian sehari-hari, yaitu sebagai pertemuan
antara permintaan dan penawaran. Dalam hal pasar uang, yang ditransaksikan adalah
hak untuk menggunakan uang (untuk dibelanjakan barang dan jasa) untuk jangka waktu
tertentu.[ CITATION Boe17 \l 1033 ]

Sistem moneter atau Monetary System adalah supplier seluruh kebutuhan uang bagi
masyarakat [ CITATION Boe17 \l 1033 ]. Kebijakan moneter akan memberi pengaruh yang
besar terhadap tatanan ekonomi suatu bangsa. Kebijakan yang diambil otoritas moneter
sangat mewarnai bagaimana perkembangan ekonomi makro yang terjadi. Kebijakan
moneter menjadi kendali penting dalam perekonomian. Tentunys, sektor moneter bukan
satu-satunya faktor penentu. Bukan pula faktor paling utama. Bersama-sama dengan
kebijakan makro lainnya yang saling mendukung dan terkait, kebijakan moneter
diarahkan untuk mencapai sasaran tertentu.[ CITATION Aul17 \l 1033 ]

Memahami betapa besar pengaruh moneter terhadap perekonomian, dan hal itu
menyangkut hajat hidup orang banyak, maka dalam sebuah tatanan ekonomi tertentu,
misalnya sebuah negara perlu dilakukan pengaturan di bidang moneter. Pengaturan
inilah yang biasa dikenal sebagai kebijakan moneter atau monetary policy. Sebuah
kebijakan moneter pada umumnya bertujuan untuk menjaga dan memelihara kestabilan
nilai uang dan mendorong kelancaran produksi dan pembangunan guna meningkatkan
taraf hidup rakyat. Kebijakan moneter bersinergi dengan kebijakan sektor lain ditujukan
untuk mendukung tercapainya target yang ingin dicapai dalam ekonomi makro.
[ CITATION Aul17 \l 1033 ]

Dalam kerangka kebijakan moneter dikenal tiga terminologi umum yang biasa
digunakan. Pertama yaitu target dari sebuah kebijakan moneter. Target kebijakan
moneter kerap juga disebut sebagai sasaran akhir atau target akhir (ultimate target).
Target adalah variabel-variabel yang ingin dicapai dari sebuah kebijakan moneter.
Target kebijakan moneter sendiri umumnya juga merupakan target dari kebijakan
ekonomi.

Kedua, adalah apa yang dikenal sebagai indikator. Indikator adalah variabel yang
menjadi target antara dari sebuah target akhir kebijakan moneter. Ketiga, adalah apa
yang dikenal sebagai instrumen.[ CITATION Aul17 \l 1033 ]

Bahwa sistem moneter yaitu sistem yang menetapkan kebijakan dan tindakan-


tindakan yang mempengaruhi interaksi faktor moneter dalam suatu negara, termasuk
pengawasan cadangan valuta asing; di Indonesia otoritas sistem moneter terdiri atas
Bank Indonesia, Pemerintah yang diwakili oleh Menteri Keuangan.

B. Pengendalian Moneter

Jumlah uang beredar, baik dalam standar barang (commodity standard) maupun
standar kepercayaan (fiat standard) tidak boleh terlalu berlebihan atau kurang. Kontrol
jumlah uang beredar perlu dilakukan untuk menciptakan iklim yang baik bagi stabilitas
harga dan pertumbuhan ekonomi, serta kontrol terhadap kegiatan kredit. Kontribusi
kebijakan moneter terhadap stabilitas harga sangat penting artinya untuk
mengurangi/menekan tingkat inflasi.

Pertumbuhan jumlah uang yang beredar sebaiknya mengikuti pertumbuhan


ekonomi, sehingga secara tidak langsung dapat menekan tingkat pengangguran. Bank
Sentral selaku pelaksana kebijakan moneter, menjalankan kebijakannya yang bersifat
kuantitatif (quantitative control policy) dan kualitatif (qualitative control policy).
Instrumen-instrumen yang biasa digunakan dalam menjalankan kebijakan kuantitatif
adalah Pengaturan Tingkat Bunga dan Tingkat Diskonto (rediscount rate policy),
Pengatuan Operasi Pasar Terbuka (open market operation), dan Pengaturan Tingkat
Cadangan Minimal dan Tingkat Kelebihan Cadangan (reserves requirement policy).
Dalam melaksanakan kebijakan kualitatif pemerintah mengadakan pendekatan langsung
(direct approach) kepada bank-bank umum, dengan turut mengawasi kebijakan bank-
bank umum dalam memberikan pinjaman kepada para nasabahnya secara selektif.

C. Kebijakan Sistem Moneter Islam


Sistem moneter berhubungan erat dengan instrumen moneter, salah satunya uang,
maka sebelum memahami mengenai hal tersebut, kita perlu memahami konsep uang
dalam Islam. Menurut Ibnu Taimiyah, uang adalah standar nilai (mi’yar al-amwal) dan
merupakan alat tukar, selain itu uang tidak pernah dimaksudkan untuk dikonsumsi.
Uang itu digunakan untuk mendapatkan barang lain (alat tukar) dan tidak untuk
diperdagangkan. Ia mengemukakan tentang konsep volume fulus (uang) haruslah
proporsional dengan volume transaksi dimana tingkat harga ditentukan, dan konsep ini
dalam teori konvensional disebut sebagai quantity theory of money (Karim, 2004).

Fungsi permintaan uang dalam Islam, mengikuti pendekatan Keynes model


permintaan uang dalam ekonomi Islam sebagai berikut (Veithzal, 2010) :

Md =f (Ys,S, π)

Dimana, Ys = barang dan jasa yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dan
investasi produktif yang sesuai dengan nilai-nilai Islam, S= semua nilai moral, sosial
dan institusi-institusi (termasuk zakat) yang mempengaruhi alokasi dan distribusi
sumber daya dan dapat membantu meminimalkan , tidak hanya yang untuk konsumsi
berlebihan dan investasi tidak produktif, tetapi juga yang untuk maksud berjaga-jaga
dan spekulasi, dan π = tingkat bagi hasil dalam sistem yang tidak mengizinkan
penggunaan suku bunga untuk intermediasi keuangan. Model ini belum pernah
digunakan untuk kajian empiris, kemungkinan karena karakterisasi yang normatif dan
tidak mencerminkan realitas yang ada, serta nilai S yang rumit dan kemungkinan tidak
dapat dipraktekkan.
Dalam hal ini permintaan uang Islam juga ditinjau dari segi pembiayaan yang
disalurkan oleh bank syariah (PYDS). Pembiayaan atau financing adalah pendanaan
yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang
telah direncanakan baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain,
pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah
direncanakan .

Terlihat bahwa dalam perekonomian Islam, permintaan akan dana untuk investasi
yang berorientasi kepada modal sendiri, merupakan bagian dari permintaan transaksi
total dan bergantung kepada kondisi perekonomian dan laju keuntungan yang
diharapkan. Mengingat harapan keuntungan tidak mengalami fluktuasi, permintaan
agregat kebutuhan transaksi akan cenderung stabil. Stabilitas dalam permintaan uang
untuk tujuan transaksi, akan cederung mendorong stabilitas yang lebih besar bagi
kecepatan peredaran uang dalam suatu fase daur bisnis dalam sebuah perekonomian
Islam. Karena itu kebijakan moneter adalah menggunakan variabel cadangan uang dan
bukan suku bunga. bank sentral harus menggunakan kebijakan moneternya untuk
menghasilkan suatu pertumbuhan dalam sirkulasi uang yang mencukupi untuk
membiayai pertumbuhan potensial dalam kerangka harga-harga yang stabil. Tujuannya
untuk menjamin ekspansi moneter yang pas, cukup menghasilkan kesejahteraan yang
merata bagi masyarakat.

D. Kebijakan Moneter Konvensional


Kebijakan Moneter adalah kebijakan dari otoritas moneter dalam bentuk
pengendalian agregat moneter (seperti uang beredar, kredit, dan suku bunga) untuk
mencapai perkembangan ekonomi yang di inginkan. Kebijakan moneter dalam jangka
pendek di gunakan untuk tujuan stabilisasi perekonomian terkait dengan aktivitas bisnis
(The Cycle of Buisiness). Tujuan Bank Indonesia adalah menstabilkan rupiah terhadap
kurs/nilai tukar dan inflasi atas kenaikan harga. Kebijakan moneter konvensional yang
dilakukan Bank Indonesia adalah;

(a) Operasi Pasar Terbuka. OPT dilaksanakan untuk mempengaruhi likuiditas rupiah
di pasar uang, yang pada gilirannya akan mempengaruhi tingkat suku bunga. OPT
dilakukan melalui dua cara, yaitu melalui penjualan Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
dan Intervensi Rupiah. Penjualan SBI dilakukan melalui lelang sehingga tingkat
diskonto yang terjadi benar-benar mencerminkan kondisi likuiditas pasar uang.
Sedangkan kegiatan intervensi rupiah dilakukan oleh BI untuk menyesuaikan
kondisi pasar uang, baik likuiditas maupun tingkat suku bunga.

(b) Penetapan Cadangan Wajib Minimum. Kebijakan ini mewajibkan setiap bank
mencadangkan sejumlah aktiva lancar yang besarnya adalah persentasi tertentu dari
kewajiban segeranya. Saat ini, kebijakan ini tertuang dalam ketentuan Giro Wajib
Minimum (GWM) sebesar 5% dari dana pihak ketiga yang diterima bank, yang
wajib dipelihara dalam rekening bank yang bersangkutan di BI. Apabila BI
memandang perlu untuk mengetatkan kebijakan moneter maka cadangan wajib
tersebutdapat ditingkatkan, demikian sebaliknya
(c) Cadangan devisa merupakan posisi bersih aktiva luar negeri. Pemerintah dan
bankbank
devisa, yang harus dipelihara untuk keperluan transaksi internasional. Dalam
mengelola cadangan devisa yang optimal, Bank Indonesia menerapkan sistem
diversifikasi, baik berdasarkan jenis valuta asing maupun berdasarkan jenis
investasi surat berharga. Dengan cara tersebut diharapkan penurunan nilai dalam
salah satu mata uang dapat dikompensasi olehjenis mata uang lainnya atau
penempatan lain yang mempunyai nilai yang lebih baik.

(c) Kebijakan Nilai Tukar. Dengan diberlakukannya sistem yang terakhir ini, nilai
tukar rupiah sepenuhnya ditentukan oleh pasar sehingga kurs yang berlaku adalah
benar-benar pencerminan keseimbangan antara kekuatan penawaran dan
permintaan. Untuk menjaga stabilitas nilai tukar, BI pada waktu-waktu tertentu
melakukan sterilisasi di pasar valuta asing, khususnya pada saat terjadi gejolak kurs
yang berlebihan.

E. Instrumen moneter Islam dan konvensional


 Instrumen moneter konvensional
•reserve requirement (RR)
Reserve requirement atau biasa disingkat RR adalah ketentuan Bank sentral yang
mewajibkan bank-bank untuk memelihara sejumlah alat-alat likuid (reserve)
sebesar persentase tertentu dari kewajiban lancarnya. Semakin kecil persentase
tersebut, semakin besar kemampuan bank memanfaatkan reserve-nya untuk
memberikan pinjaman dalam jumlah yang lebih besar kepada masyarakat.
sebaliknya semakin besar persentase, semakin berkurang kemampuan bank untuk
memberikan pinjaman.
•Operasi Pasar Terbuka (OPT)
Operasi pasar terbuka adalah kegiatan jual beli surat-surat berharga oleh bank
sentral. Dalam kaitan ini penjualan surat-surat berharga oleh bank sentral akan
mempunyai dampak kontraksi moneter karena pengurangan alat-alat likuid bank-
bank akan memperkecil kemampuan bank-bank memberikan pinjaman. sebaliknya
pembelian surat-surat berharga oleh bank sentral akan membawa dampak ekspansi
moneter karena peningkatan alat-alat likuid bank akan memperbesar
kemampuannya dalam pemberian pinjaman.
•Fasilitas Diskonto
Adalah kebijakan moneter Bank sentral untuk memengaruhi jumlah uang yang
beredar melalui penetapan diskonto pinjaman bank sentral kepada bank-bank.
•Foreign Exchange Intervention
intervensi valuta asing adalah kebijakan bank sentral untuk memengaruhi jumlah
uang beredar atau likuiditas di pasar uang melalui jual beli valutas asing atau
cadangan devisa.
•Moral Suasion
 Instrumen Moneter Islam Di Indonesia
Adapun contoh tentang penerapan instrument kebijakan moneter Islam di
beberapa negara termasuk Indonesia:
 Sudan
Berikut ini adalah instrumentinstrumen moneter yang di gunakan Bank Sentral
Sudan (BOS) dalam oprasionalnya :
a. Reserve Requirement, setiap bank harus menyadangkan pada simpanan BOS
sedikitnya 20% (100% untuk simpanan mata uang asing) dari total dana
simpanan masyarakat (dengan mengecualikan simpanan investasi) yang di
refleksikan pada neraca akhir bulan bank tersebut.
b. Bank-bank konvensional harus mencapai dan memelihara rasio liquiditas
sebesar 10% dari dana tabungan dalam bentuk mata uang lokal.
c. Pelafon kredit untuk sektorsektor prioritas tertentu seperti: 1) Pertanian 2)
Ekspor 3) Perindustrian 4) Pertambangan dan energy 5) Transportasi dan
pergudangan 6) Professional, pengrajin, dan bisnis keluarga ukuran kecil 7)
Perumahan rakyat 8) Investasi pada pasar saham resmi khartoun Di mana
minimum 90% dari dana kredit bank harus di alokasikan pada sector
nonprioritas, termasuk perdagangan demostik dan jasa yang tidak berhubungan
dengan sektor prioritas.
d. Foreign exchange operation sebagai alat BOS untuk menjaga stabilitas nilai
tukar uang (bukan untuk fungsi control likuiditas).
e. OMO dengan menggunakan instrumen: 1) Central Bank Mushraka Certificate
(CMC) dimana fungsi sekuiritas bank sentral konvensional sebagai pengendali
likuiditas uang terpenuhi dengan keberadaan sekuritas yang berdasarkan sistem
bagi hasil. CMC mempunyai karakteristik sebagai berikut: a) Tidak mempunyai
tanggal jatuh tempo b) Berbasiskan akuitas (equity-based) dalam jumlah tertentu
dari investasi BOS dan pemerintah di bank – bank konvensional.
f. Government Musharaka Certificate (GMC) Secara garis besar, kegunaan
GMC adalah: 1) Pembiyayaan anggaran 2) Instrument OMO bagi BOS 3)
Mobilisasi tabungan nasional 4) Mendorong investasi 5) Sebagai alat
pengembangan pasar uang yang sesuai dengan syariah Islam
g. Ijarah certificate (sukuk) yaitu suatu sekuritas yang dimaksudkan untuk
memobilisasi simpanan jangka pendek yang digunakan untuk pembangunan
proyek infrastruktur jangka panjang yang dilakukan melalui sekuritisasi aset
pemerintah yang berwujud seperti lapangan terbang, jalan raya, bangunan,
pabrik, rumah sakit, dll. [ CITATION Alf20 \l 1033 ]

F. Perbandingan Sistem Moneter Islam Dan Konvensional


Ada tiga perbedaan mendasar atas sistem moneter Islam dengan sistem
moneter konvensional.

Perbedaan pertama: pada sisi konvensional adalah uang fiat (biasanya dalam bentuk
kertas atau koin) yang diakui sebagai alat tukar yang sah di suatu negara setelah
ditetapkan oleh pemerintahnya yang tidak memiliki nilai cadangan sesuai nilai
nominalnya. Diterbitkannya uang fiat memunculkan daya beli baru dari sesuatu
yang tidak ada. Hal ini memberikan keuntungan yang tidak adil (seigniorage) bagi
pihak yang diberi kuasa untuk menerbitkannya dan dapat dikategorikan riba.

Sedangkan uang dalam Islam adalah uang (emas dan perak) yang mempunyai
nilai intrinsik sama dengan nilai nominalnya atau sejumlah dengan cadangan emas
yang disimpan oleh pihak yang menerbitkannya. Karena tidak ada daya beli baru
yang diciptakan (tidak ada seigniorage), sehingga tidak mengandung unsur riba.
Karena Indonesia masih menggunakan sistem moneter dan perbankan ganda, maka
yang menjadi perbedaan utama antara sistem moneter Islam dan konvensional
adalah adanya konsep bagi hasil dalam Islam yang meniadakan bunga.

Perbedaan yang kedua, pada sisi konvensional ada sistem fractional reserve
banking dimana bank hanya diwajibkan untuk menyimpan cadangan dalam
persentase tertentu dari dana simpanan yang dihimpun. Dengan sistem ini
perbankan memiliki kemampuan menciptakan jenis lain dari fiat money, yaitu uang
bank (demand deposits, termasuk uang elektronik), dan hal ini terjadi juga ketika
bank memberikan pinjaman.[ CITATION Asc07 \l 1033 ]

Dengan demikian sistem ini juga memberikan keuntungan seigniorage yang tidak
adil bagi pihak bank yang melalui sistem ini diberi kuasa untuk menciptakan uang
baru.

Sedangkan pada sistem ekonomi Islam ada seratus persen reserve banking
system, dimana sistem ini tidak memberikan peluang bagi bank untuk menciptakan
uang baru, karena seluruh cadangan harus disimpan ke bank sentral. Bank
maksimum hanya dapat menyalurkan pembiayaan sampai sebesar simpanan awal
saja. Hal ini menyebabkan tidak ada daya beli baru yang diciptakan (tidak ada
seigniorage), maka tidak mengandung unsur riba dan tidak ada pihak yang
dirugikan.

Sedangkan pada sistem ekonomi Islam ada seratus persen reserve banking
system, dimana sistem ini tidak memberikan peluang bagi bank untuk menciptakan
uang baru, karena seluruh cadangan harus disimpan ke bank sentral. Bank
maksimum hanya dapat menyalurkan pembiayaan sampai sebesar simpanan awal
saja. Hal ini menyebabkan tidak ada daya beli baru yang diciptakan (tidak ada
seigniorage), maka tidak mengandung unsur riba dan tidak ada pihak yang
dirugikan.
Perbedaan yang terakhir dan paling mendasar adalah sistem bunga dalam
ekonomi konvensional sedangkan ekonomi Islam menawarkan sistem bagi hasil
(profit and loss sharing), sistem bagi hasil menjamin adanya keadilan dan tidak ada
pihak yang timpang dalam menanggung kerugian. Pada saat pemilik modal bekerja
sama dengan pengusaha untuk melakukan kegiatan usaha. Jikalau menghasilkan
keuntungan dibagi berdua, namun jika terjadi kerugian juga ditanggung bersama.
[ CITATION Nur08 \l 1033 ]

G. Kerangka Kebijakan Moneter Di Indonesia

Dalam melaksanakan kebijakan moneter, Bank Indonesia menganut sebuah


kerangka kerja yang dinamakan Inflation Targeting Framework (ITF). Kerangka
kerja ini diterapkan secara formal sejak Juli 2005, setelah sebelumnya
menggunakan kebijakan moneter yang menerapkan uang primer (base money)
sebagai sasaran kebijakan moneter. Dengan kerangka ini, Bank Indonesia secara
eksplisit mengumumkan sasaran inflasi kepada publik dan kebijakan moneter
diarahkan untuk mencapai sasaran inflasi yang ditetapkan oleh Pemerintah
tersebut.

Untuk mencapai sasaran inflasi, kebijakan moneter dilakukan secara forward


looking, artinya perubahan stance kebijakan moneter dilakukan melalui evaluasi
apakah perkembangan inflasi ke depan masih sesuai dengan sasaran inflasi yang
telah dicanangkan. Dalam kerangka kerja ini, kebijakan moneter juga ditandai oleh
transparansi dan akuntabilitas kebijakan kepada publik. Secara operasional, stance
kebijakan moneter dicerminkan oleh penetapan suku bunga kebijakan (BI Rate)
yang diharapkan akan memengaruhi suku bunga pasar uang dan suku bunga
deposito dan suku bunga kredit perbankan. Perubahan suku bunga ini pada
akhirnya akan memengaruhi output dan inflasi.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem moneter adalah bank-bank atau lembaga-lembaga yang ikut
menciptakan uang giral. Di Indonesia yang dapat digolongkan ke dalam sistem
moneter adalah otoritas moneter yaitu Bank Indonesia dan bank-bank pencipta
uang giral. Oleh karena itu sistem perbankan merupakan bagian integral dari
suatu sistem moneter.

Kebijakan moneter adalah suatu usaha dalam mengendalikan keadaan


ekonomi agar dapat berjalan sesui dengan yang diinginkan melalui pengaturan
jumlah uang yang beredar dalam perekonomian. Usaha tersebut dilakukan agar
terjadi kestabilan harga dan inflasi serta terjadinya peningkatan output
keseimbangan.

Pengertian kebijakan moneter adalah suatu kebijakan yang diambil oleh


pemerintah (Bank Sentral) untuk menambah dan mengurangi jumlah uang yang
beredar.

B. Saran

Kami menyadari bahwa dalam makalah kami masih terdapat banyak


kekurangan dan kesalahan. Olehnya itu kritik dan dukungan sangat kami
harapkan dari para pembaca sekalian. Terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA

CITATION Boe17 \l 1033 : , (Boediono, 2017),


CITATION Boe17 \l 1033 : , (Boediono, 2017),

CITATION Aul17 \l 1033 : , (Pohan, 2017),

CITATION Alf20 \l 1033 : , (Alfitria, Ray, & Cindy, 2020),

CITATION Asc07 \l 1033 : , (Ascarya, 2007),

CITATION Nur08 \l 1033 : , (Huda, 2008),

Anda mungkin juga menyukai