(Makalah ini disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Filsafat
Perbankan Syariah)
Disusun Oleh :
KELOMPOK III
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Allah SWT, karena berkat limpahan Rahmat
dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat
pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas mengenai ”Sistem Moneter Islam
& Moneter Konvensional”.
Kami mengucapkan terimakasih kepada ibu Dr. Siti Fatimah, SE., MM selaku dosen
Filsafat Perbankan Syariah yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
wawasan sesuai dengan bidang studi.
Ucapan terima kasih juga kepada seluruh pihak yang telah berkontibusi dan memberi
andil dalam penyelesaian makalah ini. Kami berharap makalah ini dapat memberikan
sumbansi dalam perkembangan ilmu pengetahuan secara luas, dalam bidang filsafat
secara khusus.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………...…………………………………………………2
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………….3
ABSTRAK...……………………………………………………………………………..4
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………………………...5
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………..6
C. Tujuan……………………………………………………………………………6
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan……………………………………………………………………..15
B. Saran……………………………………………………………………………15
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………..16
ABSTRAK
Sistem berasal dari bahasa Latin dan bahasa Yunani adalah suatu kesatuan yang
terdiri atas komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan
aliran informasi, materi, atau energi untuk mencapai suatu tujuan. Sementara
kebijakan moneter adalah proses mengatur persediaan uang sebuah negara untuk
mencapai tujuan tertentu; seperti menahan inflasi, mencapai pekerja penuh atau lebih
sejahtera. Kebijakan moneter bertujuan menjaga jumlah uang beredar di masyarakat.
Sementara itu, tujuan kebijakan fiskal adalah mengelola dan menjaga kesejahteraan
sektor-sektor pelaku perputaran uang, mulai dari konsumen, pekerja, sampai pelaku
usaha. Kebijakan moneter adalah kebijakan yang dilakukan pemerintah melalui bank
sentral untuk mengontrol jumlah uang yang beredar dalam masyarakat. Sistem
moneter merupakan lembaga atau institusi yang dapat menciptakan uang kertal,uang
giral dan kuasi. Sistem moneter Indonesia terdiri dari: Autoritas Moneter yaitu
Bank Indonesia yang berperan sebagai bank sentral. Sistem moneter Indonesia adalah
lembaga-lembaga atau institusi yang dapat menciptakan uang kartal, uang giral dan
kuasi.
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian sistem moneter?
2. Apa pokok bahasan dalam sistem moneter islam dan konvensional?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian sistem moneter
2. Untuk mengetahui pokok bahasan dalam sistem moneter islam dan
konvensional
BAB II
PEMBAHASAN
Sistem Moneter yaitu sistem yang menetapkan kebijakan dan tindakantindakan yang
mempengaruhi interaksi factor moneter dalam suatu negara, termasuk pengawasan
cadangan valuta asing. Di Indonesia otoritas sistem moneter terdiri atas Bank Indonesia,
Pemerintah yang diwakili oleh Menteri Keuangan. Yang termasuk dalam sistem
moneter adalah bank-bank atau lembagalembaga yang ikut menciptakan uang giral. Di
Indonesia yang dapat digolongkan ke dalam sistem moneter adalah otoritas moneter
yaitu Bank Indonesia dan bank-bank pencipta uang giral. Oleh karena itu sistem
perbankan merupakan bagian integral dari suatu sistem moneter. Otoritas Moneter,
Pemerintah dan Bank Sentral/Bank Indonesia bertanggung jawab menciptakan dan
menawarkan uang primer berupa uang kartal (kertas dan logam) bagi masyarakat umum
dan bank reserves bagi perbankan dan lembaga keuangan lainnya.
Definisi yang paling singkat dari teori moneter adalah teori mengenai bekerjanya
pasar uang. Pasar dalam teori ekonomi bukanlah suatu tempat (fisik) orang berjualan
dan menjajakan barang dagangannya. Pasar diartikan secara lebih luas dan abstrak,
namun tetap mencakup pasar dalam pengertian sehari-hari, yaitu sebagai pertemuan
antara permintaan dan penawaran. Dalam hal pasar uang, yang ditransaksikan adalah
hak untuk menggunakan uang (untuk dibelanjakan barang dan jasa) untuk jangka waktu
tertentu.[ CITATION Boe17 \l 1033 ]
Sistem moneter atau Monetary System adalah supplier seluruh kebutuhan uang bagi
masyarakat [ CITATION Boe17 \l 1033 ]. Kebijakan moneter akan memberi pengaruh yang
besar terhadap tatanan ekonomi suatu bangsa. Kebijakan yang diambil otoritas moneter
sangat mewarnai bagaimana perkembangan ekonomi makro yang terjadi. Kebijakan
moneter menjadi kendali penting dalam perekonomian. Tentunys, sektor moneter bukan
satu-satunya faktor penentu. Bukan pula faktor paling utama. Bersama-sama dengan
kebijakan makro lainnya yang saling mendukung dan terkait, kebijakan moneter
diarahkan untuk mencapai sasaran tertentu.[ CITATION Aul17 \l 1033 ]
Memahami betapa besar pengaruh moneter terhadap perekonomian, dan hal itu
menyangkut hajat hidup orang banyak, maka dalam sebuah tatanan ekonomi tertentu,
misalnya sebuah negara perlu dilakukan pengaturan di bidang moneter. Pengaturan
inilah yang biasa dikenal sebagai kebijakan moneter atau monetary policy. Sebuah
kebijakan moneter pada umumnya bertujuan untuk menjaga dan memelihara kestabilan
nilai uang dan mendorong kelancaran produksi dan pembangunan guna meningkatkan
taraf hidup rakyat. Kebijakan moneter bersinergi dengan kebijakan sektor lain ditujukan
untuk mendukung tercapainya target yang ingin dicapai dalam ekonomi makro.
[ CITATION Aul17 \l 1033 ]
Dalam kerangka kebijakan moneter dikenal tiga terminologi umum yang biasa
digunakan. Pertama yaitu target dari sebuah kebijakan moneter. Target kebijakan
moneter kerap juga disebut sebagai sasaran akhir atau target akhir (ultimate target).
Target adalah variabel-variabel yang ingin dicapai dari sebuah kebijakan moneter.
Target kebijakan moneter sendiri umumnya juga merupakan target dari kebijakan
ekonomi.
Kedua, adalah apa yang dikenal sebagai indikator. Indikator adalah variabel yang
menjadi target antara dari sebuah target akhir kebijakan moneter. Ketiga, adalah apa
yang dikenal sebagai instrumen.[ CITATION Aul17 \l 1033 ]
B. Pengendalian Moneter
Jumlah uang beredar, baik dalam standar barang (commodity standard) maupun
standar kepercayaan (fiat standard) tidak boleh terlalu berlebihan atau kurang. Kontrol
jumlah uang beredar perlu dilakukan untuk menciptakan iklim yang baik bagi stabilitas
harga dan pertumbuhan ekonomi, serta kontrol terhadap kegiatan kredit. Kontribusi
kebijakan moneter terhadap stabilitas harga sangat penting artinya untuk
mengurangi/menekan tingkat inflasi.
Md =f (Ys,S, π)
Dimana, Ys = barang dan jasa yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dan
investasi produktif yang sesuai dengan nilai-nilai Islam, S= semua nilai moral, sosial
dan institusi-institusi (termasuk zakat) yang mempengaruhi alokasi dan distribusi
sumber daya dan dapat membantu meminimalkan , tidak hanya yang untuk konsumsi
berlebihan dan investasi tidak produktif, tetapi juga yang untuk maksud berjaga-jaga
dan spekulasi, dan π = tingkat bagi hasil dalam sistem yang tidak mengizinkan
penggunaan suku bunga untuk intermediasi keuangan. Model ini belum pernah
digunakan untuk kajian empiris, kemungkinan karena karakterisasi yang normatif dan
tidak mencerminkan realitas yang ada, serta nilai S yang rumit dan kemungkinan tidak
dapat dipraktekkan.
Dalam hal ini permintaan uang Islam juga ditinjau dari segi pembiayaan yang
disalurkan oleh bank syariah (PYDS). Pembiayaan atau financing adalah pendanaan
yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang
telah direncanakan baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain,
pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah
direncanakan .
Terlihat bahwa dalam perekonomian Islam, permintaan akan dana untuk investasi
yang berorientasi kepada modal sendiri, merupakan bagian dari permintaan transaksi
total dan bergantung kepada kondisi perekonomian dan laju keuntungan yang
diharapkan. Mengingat harapan keuntungan tidak mengalami fluktuasi, permintaan
agregat kebutuhan transaksi akan cenderung stabil. Stabilitas dalam permintaan uang
untuk tujuan transaksi, akan cederung mendorong stabilitas yang lebih besar bagi
kecepatan peredaran uang dalam suatu fase daur bisnis dalam sebuah perekonomian
Islam. Karena itu kebijakan moneter adalah menggunakan variabel cadangan uang dan
bukan suku bunga. bank sentral harus menggunakan kebijakan moneternya untuk
menghasilkan suatu pertumbuhan dalam sirkulasi uang yang mencukupi untuk
membiayai pertumbuhan potensial dalam kerangka harga-harga yang stabil. Tujuannya
untuk menjamin ekspansi moneter yang pas, cukup menghasilkan kesejahteraan yang
merata bagi masyarakat.
(a) Operasi Pasar Terbuka. OPT dilaksanakan untuk mempengaruhi likuiditas rupiah
di pasar uang, yang pada gilirannya akan mempengaruhi tingkat suku bunga. OPT
dilakukan melalui dua cara, yaitu melalui penjualan Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
dan Intervensi Rupiah. Penjualan SBI dilakukan melalui lelang sehingga tingkat
diskonto yang terjadi benar-benar mencerminkan kondisi likuiditas pasar uang.
Sedangkan kegiatan intervensi rupiah dilakukan oleh BI untuk menyesuaikan
kondisi pasar uang, baik likuiditas maupun tingkat suku bunga.
(b) Penetapan Cadangan Wajib Minimum. Kebijakan ini mewajibkan setiap bank
mencadangkan sejumlah aktiva lancar yang besarnya adalah persentasi tertentu dari
kewajiban segeranya. Saat ini, kebijakan ini tertuang dalam ketentuan Giro Wajib
Minimum (GWM) sebesar 5% dari dana pihak ketiga yang diterima bank, yang
wajib dipelihara dalam rekening bank yang bersangkutan di BI. Apabila BI
memandang perlu untuk mengetatkan kebijakan moneter maka cadangan wajib
tersebutdapat ditingkatkan, demikian sebaliknya
(c) Cadangan devisa merupakan posisi bersih aktiva luar negeri. Pemerintah dan
bankbank
devisa, yang harus dipelihara untuk keperluan transaksi internasional. Dalam
mengelola cadangan devisa yang optimal, Bank Indonesia menerapkan sistem
diversifikasi, baik berdasarkan jenis valuta asing maupun berdasarkan jenis
investasi surat berharga. Dengan cara tersebut diharapkan penurunan nilai dalam
salah satu mata uang dapat dikompensasi olehjenis mata uang lainnya atau
penempatan lain yang mempunyai nilai yang lebih baik.
(c) Kebijakan Nilai Tukar. Dengan diberlakukannya sistem yang terakhir ini, nilai
tukar rupiah sepenuhnya ditentukan oleh pasar sehingga kurs yang berlaku adalah
benar-benar pencerminan keseimbangan antara kekuatan penawaran dan
permintaan. Untuk menjaga stabilitas nilai tukar, BI pada waktu-waktu tertentu
melakukan sterilisasi di pasar valuta asing, khususnya pada saat terjadi gejolak kurs
yang berlebihan.
Perbedaan pertama: pada sisi konvensional adalah uang fiat (biasanya dalam bentuk
kertas atau koin) yang diakui sebagai alat tukar yang sah di suatu negara setelah
ditetapkan oleh pemerintahnya yang tidak memiliki nilai cadangan sesuai nilai
nominalnya. Diterbitkannya uang fiat memunculkan daya beli baru dari sesuatu
yang tidak ada. Hal ini memberikan keuntungan yang tidak adil (seigniorage) bagi
pihak yang diberi kuasa untuk menerbitkannya dan dapat dikategorikan riba.
Sedangkan uang dalam Islam adalah uang (emas dan perak) yang mempunyai
nilai intrinsik sama dengan nilai nominalnya atau sejumlah dengan cadangan emas
yang disimpan oleh pihak yang menerbitkannya. Karena tidak ada daya beli baru
yang diciptakan (tidak ada seigniorage), sehingga tidak mengandung unsur riba.
Karena Indonesia masih menggunakan sistem moneter dan perbankan ganda, maka
yang menjadi perbedaan utama antara sistem moneter Islam dan konvensional
adalah adanya konsep bagi hasil dalam Islam yang meniadakan bunga.
Perbedaan yang kedua, pada sisi konvensional ada sistem fractional reserve
banking dimana bank hanya diwajibkan untuk menyimpan cadangan dalam
persentase tertentu dari dana simpanan yang dihimpun. Dengan sistem ini
perbankan memiliki kemampuan menciptakan jenis lain dari fiat money, yaitu uang
bank (demand deposits, termasuk uang elektronik), dan hal ini terjadi juga ketika
bank memberikan pinjaman.[ CITATION Asc07 \l 1033 ]
Dengan demikian sistem ini juga memberikan keuntungan seigniorage yang tidak
adil bagi pihak bank yang melalui sistem ini diberi kuasa untuk menciptakan uang
baru.
Sedangkan pada sistem ekonomi Islam ada seratus persen reserve banking
system, dimana sistem ini tidak memberikan peluang bagi bank untuk menciptakan
uang baru, karena seluruh cadangan harus disimpan ke bank sentral. Bank
maksimum hanya dapat menyalurkan pembiayaan sampai sebesar simpanan awal
saja. Hal ini menyebabkan tidak ada daya beli baru yang diciptakan (tidak ada
seigniorage), maka tidak mengandung unsur riba dan tidak ada pihak yang
dirugikan.
Sedangkan pada sistem ekonomi Islam ada seratus persen reserve banking
system, dimana sistem ini tidak memberikan peluang bagi bank untuk menciptakan
uang baru, karena seluruh cadangan harus disimpan ke bank sentral. Bank
maksimum hanya dapat menyalurkan pembiayaan sampai sebesar simpanan awal
saja. Hal ini menyebabkan tidak ada daya beli baru yang diciptakan (tidak ada
seigniorage), maka tidak mengandung unsur riba dan tidak ada pihak yang
dirugikan.
Perbedaan yang terakhir dan paling mendasar adalah sistem bunga dalam
ekonomi konvensional sedangkan ekonomi Islam menawarkan sistem bagi hasil
(profit and loss sharing), sistem bagi hasil menjamin adanya keadilan dan tidak ada
pihak yang timpang dalam menanggung kerugian. Pada saat pemilik modal bekerja
sama dengan pengusaha untuk melakukan kegiatan usaha. Jikalau menghasilkan
keuntungan dibagi berdua, namun jika terjadi kerugian juga ditanggung bersama.
[ CITATION Nur08 \l 1033 ]
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem moneter adalah bank-bank atau lembaga-lembaga yang ikut
menciptakan uang giral. Di Indonesia yang dapat digolongkan ke dalam sistem
moneter adalah otoritas moneter yaitu Bank Indonesia dan bank-bank pencipta
uang giral. Oleh karena itu sistem perbankan merupakan bagian integral dari
suatu sistem moneter.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA