Anda di halaman 1dari 17

KEBIJAKAN MONETER

Disusun untuk memenuhi tugas


Matakuliah : Ekonomi Makro Dan Islam

Dosen Pengampu :
Desi Nurhabibah M.E

Disusun Oleh :

Defina (2251020029)
Joko suprianto (2251020077)
Marshella sukma Kirana (2251020085)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
2022
KATA PENGHANTAR

Assalamu‟alaikum. Wr.Wb
Segala puji bagi allah kita haturkan atas kehadirat Allah SWT, sebab
berkat rahmat dan karunianya lah kelompok saya dapat menyusun makalah ini
dengan sebaik-baiknya dan tepat waktu. Adapaun kelompok saya akan membahas
mengenai “Kebijakan Moneter”. dan tentunya tidak lupa pula saya sampaikan
sholawat beserta salam kepada baginda alam kita yaitu Nabi agung Muhammad
SAW, beserta para keluarga, serta para sahabatnya, dan para tabi’in tabi’at.
Semoga rahmat dan hidayahnya selalu mengiringi kita.
Adapun tujuan daripada pembuatan makalah ini yaitu sebagai bahan
pembelajaran untuk saya khususnya dan teman-teman para penuntut ilmu. Dengan
pembuatan makalah ini diharapkan bisa bermanfaat dan bisa untuk bahan rujukan
untuk bahan pembelajaran.
Dalam pembuatan makalah ini, saya menyadari betul bahwasanya masih
banyak kekurangan. Maka dari itu saya memohonkan keritik dan saranya kepada
para pembaca agar kedepanya saya dalam pembuatan makalah bisa lebih baik dan
sempurna. Aamiin.
Wassalamu‟alaikum Wr.Wb.

Bandar Lampung, 29
September 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Depan ...................................................................................................

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
C. Tujuan ....................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 3

A. Kebijakan Moneter .................................................................................... 3


B. Tujuan dari Kebijakan Moneter Dan Instrumen Kebijakan Moneter ....... 5
C. Jenis Kebijakan Moneter Dan Implementasi Dalam Mengatasi
Masalah Ekonomi ..................................................................................... 8
D. Kebijakan Moneter Dalam Islam .............................................................. 10

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 12

A. Kesimpulan ............................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam setiap penyelenggaraan negara, pemerintah menetapkan suatu
keputusan atau kebijakan yang bertujuan untuk menjaga stabilitas ekonomi,
politik, sosial budaya, dan pertahanan yang di dalamnya tersirat supaya terwujud
kesejahteraan seluruh masyrakat. Kebijakan moneter ditetapkan dalam rencana
pembangunan otoritas moneter yang dalam hal ini adalah bank sentral yaitu
dengan cara mengubah besaran moneter dan suku bunga serta pelaksanaannya
dilakukan oleh otoritas moneter dan lembaga keuangan.1
Sasaran yang ingin dicapai adalah memelihara kestabilan nilai uang baik
terhadap faktor internal maupun eksternal. Stabilitas nilai uang mencerminkan
stabilitas harga yang pada akhirnya akan memengaruhi realisasi pencapaian tujuan
pembangunan suatu negara, seperti pemenuhan kebutuhan dasar, pemerataan
distribusi, perluasan kesempatan kerja, pertumbuhan ekonomi riil yang optimum
dan stabilitas ekonomi.2
Kebijakan moneter ini merupakan faktor penting dalam perekonomian.
Namun, perbedaan sistem ekonomi yang berlaku, akan memiliki pandangan yang
berbeda tentang kebijakan moneter. Sistem ekonomi konvensional memiliki
pandangan yang berbeda tentang kebijakan moneter dengan sistem ekonomi
Islam.3
Sistem moneter Islam merupakan sub sistem dari sistem ekonomi Islam
yang tujuan yang hendak dicapai dalam moneter Islam diantaranya adalah untuk
mewujudkan keadilan dan kemashlahatan. Maqashid Syariah menegakkan
keadilan (Iqamah al „Adl), yaitu mewujudkan keadilan dalam semua bidang
kehidupan manusia dan menghasilkan kemaslahatan (Jalb al Maslahah), yaitu

1
F X Sugiyono, Instrumen Pengendalian Moneter: Operasi Pasar Terbuka, Vol.10,
(Pusat Pendidikan Dan Studi Kebanksentralan (PPSK) Bank Indonesia, 2017).
2
Amien Wahyudi, “Kebijakan Moneter Berbasis Prinsip-Prinsip Islam”, Justicia
Islamica, Vol. 10, No. 1, (2013).
3
Azharsyah Ibrahim, “Maksimalisasi Zakat Sebagai Salah Satu Komponen Fiskal Dalam
Sistem Ekonomi Islam (Utilization of Zakat as a Fiscal Component in Islamic Economic System)”,
JURISPRUDENSI Jurnal Syari‟ah, Vol. 3, No. 1, (2011), h. 1–10.
menghasilkan kemaslahatan umum bukan kemaslahatan yang khusus untuk pihak
tertentu.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan kebijakan moneter?
2. Apakah tujuan dari kebijakan moneter dan Instrumen Kebijakan Moneter?
3. Bagaimana jenis kebijakan moneter dan implementasi dalam mengatasi
masalah ekonomi?
4. Bagaimana kebijakan moneter dalam islam?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari kebijakan moneter.
2. Untuk mengetahui tujuan dari kebihakan moneter dan Instrumen Kebijakan
Moneter.
3. Untuk mengetahui jenis kebijakan moneter dan implementasi dalam
mengatasi masalah ekonomi.
4. Untuk mengetahui Bagaimana kebijakan moneter dalam islam.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kebijakan Moneter
Kebijakan Moneter adalah suatu usaha dalam mengendalikan keadaan
ekonomi makro agar dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan melalui
pengaturan jumlah uang yang beredar dalam perekonomian.4 Usaha tersebut
dilakukan agar terjadi kestabilan harga dan inflasi serta terjadinya peningkatan
output keseimbangan. Hampir semua sektor ekonomi kapitalis terkait dengan
sistem bunga sehingga sektor moneter lebih cepat berkembang dari pada sector
riil. Hal ini disebabkan karena sektor moneter lebih cepat memberikan
keuntungan dari pada sektor rill.
Definisi lain juga menyebutkan bahwa kebijakan moneter adalah proses
mengatur persediaan uang sebuah negara. Biasanya otoritas moneter dipegang
oleh bank sentral suatu negara. Kebijakan moneter menurut konvensional
merupakan instrumen bank sentral yang sengaja dirancang sedemikian rupa untuk
mempengaruhi variabel-variabel finansial, seperti suku bunga dan tingkat
penawaran uang.5
Dalam sistem moneter konvensional, instrumen yang dijadikan alat
kebijakan moneter pada dasarnya ditunjukkan untuk mengendalikan uang beredar
di masyarakat adalah bunga. Sementara dalam Islam tidak memperkenankan
instrumen bunga eksis di pasar. Fokus kebijakan moneter Islam lebih tertuju pada
pemeliharaan berputarnya sumber daya ekonomi. Dengan demikian, secara
sederhana para regulator harus memastikan tersedianya usaha-usaha ekonomi dan
produk keuangan syariah yang mampu menyerap potensi investasi masyarakat.
Dengan begitu, waktu memegang uang oleh setiap pemilik dana akan ditekan
seminimal mungkin, di mana waktu tersebut sebenarnya menghambat velocity.
Kebijakan moneter menurut konvensional merupakan instrumen bank sentral yang

4
Fithri Azizah, “Kebijakan Moneter Persepktif Islqm”, 2022.
5
Erni Yusnita Siregar, “Kerangka Kerja Kebijakan Moneter Dalam Islam”, Jurnal Al-
Iqtishad, Vol. 17, No. 2, (2021), h. 163–175.

3
sengaja dirancang sedemikian rupa untuk mempengaruhi variabel-variabel
finansial, seperti suku bunga dan tingkat penawaran uang.6

Salah satu bentuk kebijakan moneter adalah dengan mengendalikan jumlah


uang beredar agar tidak beredar dalam jumlah yang berlebihan. Apabila jumlah
uang yang beredar banyak, akan menyebabkan terjadinya peningkatan harga-
harga (inflasi) yang nantinya di Pengaturan jumlah uang yang beredar pada
masyarakat diatur dengan cara menambah atau mengurangi jumlah uang yang
beredar.

Pengaturan jumlah uang yang beredar pada masyarakat diatur dengan cara
menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan moneter dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu:

1. Kebijakan moneter ekspansif (Monetary expansive policy)


Kebijakan moneter ekspansif adalah suatu kebijakan dalam rangka
menambah jumlah uang yang beredar. Kebijakan ini dilakukan untuk
mengatasi pengangguran dan meningkatkan daya beli masyarakat
(permintaan masyarakat) pada saat perekonomian mengalami resesi
atau depresi. Kebijakan ini disebut juga kebijakan moneter longgar
(easy money policy).7
2. Kebijakan Moneter Kontraktif (Monetary contractive policy).
Kebijakan Moneter Kontraktif adalah suatu kebijakan dalam rangka
mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan ini dilakukan pada
saat perekonomian mengalami inflasi. Disebut juga dengan kebijakan
uang ketat (tight money policy).8

Banyak faktor yang mempengaruhi pemerintah dan sistem bank dalam


menentukan jumlah penawaran uang pada suatu waktu tertentu. Tingkat bunga
tidak mempunyai peranan dalam menentukan jumlah uang yang ditawarkan pada

6
Mitra Sami Gultom, “Analisis Kebijakan Moneter Islam M. Umer Chapra”, , (Pascasarjana UIN
Sumatera Utara, 2014).
7
Winda Aulya, “Kebijakan Moneter Dalam Perspektif Islam”, 2022.
8
Ahmad Tohirin, “Deregulasi Sektor Moneter Dan Kebijaksanaan Uang Ketat”, UnisiaNo. 9,
(1991), h. 34–44.

4
suatu waktu tertentu. Perubahan tingkat bunga dalam analisis parsial saat ada
pergeseran baik permintaan dan penawaran uang.

Dalam buku Introduction to Islamic Economics: Theory and Application


oleh Hossein Askari, Zamir Iqbal, Abbas menyebutkan bahwa “it‟s important to
note that monetary policy acts indirectly, in the sense that it relies on the banking
sector to increase or decrease lending to the private sector and on the private
sector to act in the way the monetary authorities hope for.” Yang artinya yaitu
penting untuk dicatat bahwa kebijakan moneter bertindak secara tidak langsung,
dalam arti kebijakan moneter bergantung pada sektor perbankan untuk menambah
atau mengurangi pinjaman ke sektor swasta dan pada sektor swasta untuk
bertindak dengan cara yang diharapkan oleh otoritas moneter.9

Kebijakan moneter merupakan instrumen penting kebijakan public dalam


sistem moneter ekonomi, baik konvensional maupun Islam. Namun, perbedaan
yang mendasar terletak pada tujuan dan larangan bunga dalam Islam.

B. Tujuan Kebijakan Moneter dan Instrumen Kebijakan Moneter


1. Kebijakan Moneter
Bank Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah. Tujuan ini sebagaimana tercantum dalam UU No. 23
Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, yang sebagaimana diubah melalui UU No. 3
Tahun 2004 dan UU No. 6 Tahun 2009 pada pasal 7. Kestabilan rupiah yang
dimaksud mempunyai dua dimensi.10 Dimensi pertama kestabilan nilai rupiah
adalah kestabilan terhadap harga-harga barang dan jasa yang tercermin dari
perkembangan laju inflasi. Sementara itu, dimensi kedua terkait dengan
perkembangan nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara lain.

Dalam konteks perkembangan nilai rupiah terhadap mata uang negara lain,
Indonesia menganut sistem nilai tukar mengambang (free floating). Peran
kestabilan nilai tukar sangat penting dalam mencapai stabilitas harga dan sistem

9
Ray Dwiki Syahputra, “KEBIJAKAN MONETER DALAM PERSPEKTIF EKONOMI
ISLAM”, 2021.
10
Bambang Murdadi, “Independensi Bank Indonesia Di Persimpangan Jalan”, Value
Added: Majalah Ekonomi Dan Bisnis, Vol. 9, No. 1, (2012).

5
keuangan. Oleh karena itu, Bank Indonesia juga menjalankan kebijakan untuk
menjaga kestabilan nilai tukar agar sesuai dengan nilai fundamentalnya dengan
tetap menjaga bekerjanya mekanisme pasar.

Dalam upaya mencapai tujuan rersebut, Bank Indonesia sejak 1 Juli 2005
menerapkan kerangka kebijakan moneter Inflation Targeting Framework (ITF).
Kerangka kebijakan tersebut dipandang sesuai dengan mandat dan aspek
kelembagaan yang diamanatkan oleh Undang-Undang. Dalam kerangka ini,
inflasi merupakan sasaran yang diutamakan (overriding objective).11 Bank
Indonesia secara konsisten terus melakukan berbagai penyempurnaan kerangka
kebijakan moneter, sesuai dengan perubahan dinamika dan tantangan
perekonomian yang terjadi, guna memperkuat efektivitasnya.

Peran kestabilan nilai tukar sangat penting dalam mencapai stabilitas harga
dan sistem keuangan. Oleh karenanya, Bank Indonesia juga menjalankan
kebijakan nilai tukar untuk mengurangi volatilitas nilai tukar yang berlebihan,
bukan untuk mengarahkan nilai tukar pada level tertentu. Dalam pelaksanaannya,
Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk melakukan kebijakan moneter
melalui penetapan sasaran-sasaran moneter (seperti uang beredar atau suku bunga)
dengan tujuan utama menjaga sasaran laju inflasi yang ditetapkan oleh
Pemerintah.12 Secara operasional, pengendalian sasaran-sasaran moneter tersebut
menggunakan instrumen-instrumen, antara lain operasi pasar terbuka di pasar
uang baik rupiah maupun valuta asing, penetapan tingkat diskonto, penetapan
cadangan wajib minimum, dan pengaturan kredit atau pembiayaan. Bank
Indonesia juga dapat melakukan cara-cara pengendalian moneter berdasarkan
Prinsip Syariah.

11
Triwahyuni Triwahyuni, “Pengendalian Inflasi, Moneter, Dan Fiskal Dalam Perspektif
Ekonomi Makro Islam”, Ekonomica Sharia: Jurnal Pemikiran Dan Pengembangan Ekonomi
Syariah, Vol. 6, No. 2, (2021), h. 199–210.
12
Jul Fahmi Salim, “Pengaruh Kebijakan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di
Indonesia”, EKOMBIS: JURNAL FAKULTAS EKONOMI, Vol. 3, No. 2, (2018).

6
2. Instrumen Kebijakan Moneter
a. Kebijakan Diskonto (Discount Rate)
Kebijakan diskonto adalah sebuah instrumen kebijakan moneter yang
diukur dengan melalui tingkat suku bunga bank. Kondisi di mana bank-
bank umum meminjamkan dana kepada bank Indonesia selaku bank
sentral dengan tujuan untuk membuat peredaran jumlah uang teratur.
b. Operasi Pasar Terbuka
Saat pemerintah mengontrol peredaran uang dengan melalui penjualan
atau pembelian surat-surat berharga yang dimiliki oleh pemerintah, maka
yang dijadikan instrumen kebijakan moneter ialah operasi terbuka.
c. Kebijakan Rasio Cadangan Wajib
instrumen kebijakan moneter yakni rasio cadangan wajib. Rasio
cadangan wajib merupakan kebijakan bank sentral untuk menaikkan
maupun menurunkan cadangan kas bank umum.
d. Penetapan Suku Bunga Acuan
Untuk mencapai tujuan kebijakan moneter, maka bank Indonesia
mempunyai wewenang dalam mengendalikan peredaran uang dengan
melalui suku bunga. Besaran suku bunga yang telah ditetapkan oleh bank
Indonesia akan dijadikan sebagai acuan bank umum di seluruh Indonesia
untuk menjalankan kegiatannya. Dengan demikian, jumlah uang yang
beredar bisa ditingkatkan.

e. Imbauan Moral
Terakhir instrumen kebijakan moneter yakni imbauan moral. Dalam hal
ini, Bank Indonesia sebagai bank sentral menghimbau seluruh bank
umum untuk menjalankan kebijakan penurunan maupun peningkatan
suku bunga pinjaman Kebijakan moneter merupakan keputusan yang
diambil oleh pemerintah guna untuk menunjang kegiatan ekonomi
melalui berbagai hal yang berkaitan dengan penetapan jumlah peredaran
uang dalam masyarakat. Tujuan utama dari adanya kebijakan moneter
ialah untuk menjaga kestabilan ketersediaan uang dari suatu negara.
Kebijakan moneter harus dilakukan karena persediaan uang negara akan

7
mempengaruhi berbagai kegiatan ekonomi, seperti inflasi, suku bunga
bank, dan lain sebagainya.

C. Jenis Kebijakan Moneter Dan Implementasi Dalam Mengatasi Masalah


Ekonomi
Dua jenis kebijakan moneter yang dapat diambil sebagai langkah untuk
mempengaruhi jumlah uang yang beredar. Kebijakan tersebut adalah kebijakan
moneter ekspansif dan kebijakan moneter kontraktif, berikut penjelasannya:
1. Kebijakan Moneter Ekspansif
Kebijakan Moneter Ekspansif sering disebut kebijakan uang Longgar
(easy money policy) ialah kebijakan yang mengatur jumlah uang yang
dipasok dalam perekonomian. Caranya dengan menurunkan suku bunga,
membeli sekuritas pemerintah oleh bank sentral, dan menurunkan
persyaratan cadangan untuk bank. Kebijakan ekspansif juga akan
menurunkan tingkat pengangguran dan merangsang aktivitas bisnis atau
kegiatan belanja konsumen.
Secara keseluruhan di seluruh negara, tujuan kebijakan moneter
ekspansif adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan risiko
inflasi akan semakin tinggi. Kebijakan moneter ekspansif (monetary
expansive policy) utamanya melakukan penambahan uang yang beredar
dalam masyarakat agar roda perekonomian semakin berjalan cepat.
Kebijakan ini mampu meningkatkan daya beli (permintaan) masyarakat
dan mengurangi jumlah pengangguran pada saat perekonomian mengalami
resesi atau depresi. Kebijakan moneter ekspansif juga mempengaruhi
tingkat pengangguran di suatu negara.
Contohnya, kebijakan ekspansif biasa diterapkan untuk mengurangi
angka pengangguran karena ketersediaan uang dalam jumlah banyak akan
merangsang kegiatan bisnis sehingga pasar tenaga kerja semakin besar.
Dengan otoritas fiskal, bank sentral mengontrol nilai tukar mata uang
dalam negeri (Rupiah) terhadap mata uang asing. Contoh konkretnya,
yaitu bank Indonesia menambah jumlah uang beredar dengan

8
mengeluarkan lebih banyak uang cetak. Mata uang Rupiah menjadi lebih
murah daripada mata uang negara lain.
2. Kebijakan Moneter Kontraktif
Kebijakan Moneter Kontraktif adalah suatu kebijakan dalam rangka
mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan ini dilakukan pada saat
perekonomian mengalami inflasi. Disebut juga dengan kebijakan uang
ketat (tight money policy). Kebijakan moneter kontraktif (monetary
contractive policy) yang disebut kebijakan uang ketat (tight money policy)
ialah kebijakan mengurangi jumlah uang yang beredar.
Tujuan utama dari kebijakan ini adalah menurunkan tingkat inflasi.
Tujuan kebijakan moneter kontraktif adalah mengurangi jumlah uang
beredar dalam perekonomian. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan
meningkatkan suku bunga, menjual obligasi pemerintah, dan menaikkan
persyaratan cadangan untuk bank.
Contoh Kebijakan Moneter di Indonesia Beberapa contoh monetary
policy yang telah diterapkan di Indonesia, adalah sebagai berikut: Bank
Indonesia (BI ) melakukan lelang sertifikatnya, atau bisa juga melalui
pembelian surat berharga di pasar modal. UBI dapat menurunkan suku
bunga jika kondisi ekonomi sesuai dengan ekspektasi. Sebaliknya, BI bisa
menaikkan suku bunga bila ingin membatasi aktivitas ekonomi sehingga
aliran uang berkurang.
Ketika perekonomian mengalami resesi maka peredaran uang akan
meningkat sehingga aktivitas perekonomian meningkat. Contohnya adalah
membeli sekuritas (surat-surat berharga) Saat terjadi inflasi, BI akan
mengurangi aliran uang ke masyarakat dengan menjual surat berharga
untuk mengurangi aktivitas ekonomi yang berlebihan.

9
D. Kebijakan Moneter Dalam Islam
Praktik moneter yang digunakan pada masa Nabi Muhammad SAW yaitu
standar bimetal dengan emas dan perak (dinar dan dirham) dalam peredaran
konstan. (Nur Fadhilla,2022) Pada masa Kekhalifahan Umayyah Kedua, rasio
dinar/dirham adalah 1:12, tetapi pada masa pemerintahan Abbasiyah rasionya di
bawah 1:15. Antara dinar dan dirham nilai tukar saling naik turun di berbagai
periode dan wilayah negara Islam karena penurunan secara bertahap dari dinar ke
dirham.
Praktik moneter telah banyak mendapatkan berbagai perubahan, dan
konsep keuangan merupakan yang paling sering dipelajari dalam berbagai studi
yang berbeda dengan bidang ekonomi lainnya. Praktik keuangan di zaman Nabi
menggunakan standar bimetal emas dan perak, hal itu karena emas maupun
perakadalah alat yang digunakan dalam pembelian ataupun pembayaran yang sah
di masyarakat. Diantara emas ataupun perak sama sama memiliki nilai tukarnya
tetap yaitu nilai tukar antara dinar dan dirham adalah 1:10.
Namun, ketidak seimbangan antara penawaran dan permintaan
mengguncang stabilitas nilai tukar. Nilai pertukaran antara kedua pemerintah juga
mengalami perubahan variabel dari waktu ke waktu, dengan nilai tukar dinar-
dirham bervariasi antara 1:35 dan 1:50. Volatilitas nilai tukar ini mencegah yang
baik menggantikan uang mainan yang bagus dalam kondisi normal, yang dikenal
sebagai Hukum Gresham.
Moneter dalam ekonomi islam juga tidak hanya menekankan pada
equilibrium atau antara permintan dan penawaran uang, akan tetapi juga untuk
mengupayakan terjadinya pemerataan dengan prinsip keadilan. Dalam ekonomi
Islam, Islam mengambil sikap yang sangat kuat pada reformasi kemanusiaan,
pembangunan ekonomi yang seimbang atau pengaturan sistem perbankan, yang
menciptakan ekonomi yang sehat dan menstabilkan nilai nilai internal. Namun,
untuk mempertahankan sikap rasional dan universal terhadap isu-isu ini, umat
islam juga mmeberlakukan pembatasan konsumsi secara kualitatif, yang mana
sesuai dengan fitah nya umat islam.
ada sistem moneter yang ada, bunga merupakan sarana yang digunakan
sebagai sarana kebijakan moneter untuk mengatur peredaran uang dalam

10
masyarakat. Dan Islam tidak memperkenalkan alat suku bunga ke pasar. Tujuan
utama kebijakan moneter syariah di sini lebih terfokus pada menjaga agar sumber
daya ekonomi tetap beredar. Jadi singkatnya, regulator perlu memastikan adanya
badan usaha ekonomi dan instrumen keuangan syariah yang dapat menyerap
potensi investasi masyarakat.
Jadi kebijakan moneter dalam islam ini dapat diartikan sebagai
pengelolaan mata uang berdasarkan nilai-nilai islam harus menciptakan ekonomi
yang stabil dan menguntungkan yang memfasilitasi pencapaian tujuan
pembangunan ekonomi Negara.
Adapun tujuan dari kebijakan moneter dalam Islam ini tidak berbeda
dengan tujuan kebijakan moneter konvensional, yaitu untuk menjaga stabilitas
mata uang, penciptaan instrumen keuangan yang terdiversifikasi, likuiditas,
transparansi sistem keuangan, dan mekanisme pasar yang efektf sehingga
pertumbuhan ekonomi di suatu negara yang diharapkan dapat tercapai. Stabilitas
dalam nilai uang ini tidak terlepas dari tujuan ketulusan dan keterbukaan dalam
berhubungan dengan manusia.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kebijakan Moneter adalah kebijakan yang dikeluarkan oleh bank sentral
atau otoritas moneter yang meliputi bentuk pengendalian besaran moneter dan
atau suku bunga untuk mencapai tujuan perekonomian yang diinginkan.
Tujuan kebijakan moneter yaitu untuk mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah. Tujuan ini sebagaimana tercantum dalam UU No. 23
Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, yang sebagaimana diubah melalui UU No.
3 Tahun 2004 dan UU No. 6 Tahun 2009 pada pasal 7.
Kebijakan moneter dalam islam berpijak pada prinsip-prinsip dasar
ekonomi islam sebagai yaitu: Kekuasaan tertinggi adalah milik Allah dan Allah
lah pemilik yang absolut, Manusia merupakan pemimpin (kholifah) di bumi,
tetapi bukan pemilik yang sebenarnya, Semua yang dimiliki dan didapatkan oleh
manusia adalah karena seizin Allah, dan oleh karena itu saudara-saudaranya
yang kurang beruntung memiliki hak atas sebagian kekayaan yang dimiliki
saudara-saudaranya yang lebih beruntung, Kekayaan tidak boleh ditumpuk terus
atau ditimbun, Kekayaan harus diputar, Menghilangkan jurang perbedaan antara
individu dalam perekonomian, dapat menghapus konflik antar golongan, dan
Menetapkan kewajiban yang sifatnya wajib dan sukarela bagi semua individu,
termasuk bagi anggota masyarakat yang miskin.

12
DAFTAR PUSTAKA

Agusmianata, Nuri, Theresia Militina, and Diana Lestari, “Pengaruh Jumlah Uang
Beredar Dan Tingkat Suku Bunga Serta Pengeluaran Pemerintah Terhadap
Inflasi Di Indonesia”, In Forum Ekonomi, Vol.192017.
Aulya, Winda, “Kebijakan Moneter Dalam Perspektif Islam”, 2022.
Azizah, Fithri, “Kebijakan Moneter Persepktif Islqm”, 2022.
Dela, Marysa Widya Fita, “Penerapan Giro Wajib Minimum Yang Ditetapkan
Bank Indonesia Pada Perbankan Syariah Di Indonesia”, Universitas Islam
Negeri Sumatera Utara Meddan, 2018.
Gultom, Mitra Sami, “Analisis Kebijakan Moneter Islam M. Umer Chapra”,
Pascasarjana UIN Sumatera Utara, 2014.
Ibrahim, Azharsyah, “Maksimalisasi Zakat Sebagai Salah Satu Komponen Fiskal
Dalam Sistem Ekonomi Islam (Utilization of Zakat as a Fiscal Component in
Islamic Economic System)”, JURISPRUDENSI Jurnal Syari‟ahVol. 3, No.
1(2011), h. 1–10.
Murdadi, Bambang, “Independensi Bank Indonesia Di Persimpangan Jalan”,
Value Added: Majalah Ekonomi Dan BisnisVol. 9, No. 1(2012).
Parera, Jolyne Myrell, Aglomerasi Perekonomian Di IndonesiaIRDH, 2017.
Salim, Jul Fahmi, “Pengaruh Kebijakan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Di Indonesia”, EKOMBIS: JURNAL FAKULTAS EKONOMIVol. 3, No.
2(2018).
Siregar, Erni Yusnita, “Kerangka Kerja Kebijakan Moneter Dalam Islam”, Jurnal
Al-IqtishadVol. 17, No. 2(2021), h. 163–175.
Sugiyono, F X, Instrumen Pengendalian Moneter: Operasi Pasar Terbuka,
Vol.10Pusat Pendidikan Dan Studi Kebanksentralan (PPSK) Bank Indonesia,
2017.
Sutrasno, S Andi, “Studi Pasal 45 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999
Tentang Bank Indonesia Juncto Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004
Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23
Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia Kaitannya Dengan Upaya Mewujudkan
Good Corpo”, UNS (Sebelas Maret University), 2009.
Syahputra, Ray Dwiki, “KEBIJAKAN MONETER DALAM PERSPEKTIF
EKONOMI ISLAM”, 2021.
Tohirin, Ahmad, “Deregulasi Sektor Moneter Dan Kebijaksanaan Uang Ketat”,
Unisia, No. 9 (1991), h. 34–44.
Triwahyuni, Triwahyuni, “Pengendalian Inflasi, Moneter, Dan Fiskal Dalam
Perspektif Ekonomi Makro Islam”, Ekonomica Sharia: Jurnal Pemikiran
Dan Pengembangan Ekonomi SyariahVol. 6, No. 2(2021), h. 199–210.
Wahyudi, Amien, “Kebijakan Moneter Berbasis Prinsip-Prinsip Islam”, Justicia
IslamicaVol. 10, No. 1(2013).
Zubair, Muhammad Kamal, “Obligasi Dan Sukuk Dalam Perspektif Keuangan
Islam (Suatu Kajian Perbandingan)”, Asy-Syir‟ah: Jurnal Ilmu Syari‟ah Dan
HukumVol. 46, No. 1(2012).

Anda mungkin juga menyukai