EKONOMI SYARIAH
Oleh:
4. Syarifah 7213540003
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayahNya
kami mampu mengerjakan dan menyelesaikan Makalah mengenai Kebijakan moneter dalam
Islam dengan tepat waktu untuk memenuhi tugas pada Mata Kuliah Ekonomi Syariah. Dan
tidak lupa juga kami ucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan Penyusunan makalah ini, terutama kepada Ibu Noni Roziani, M.Si selaku
dosen pengampu mata kuliah ekonomi syariah yang telah memberikan arahan dalam
mengerjakan makalah. Kami memohon maaf apabila dalam kepenulisan makalah ini masih
banyak terdapat kesalahan, juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna
menyempurnakan makalah ini karena kami juga masih dalam tahap pembelajaran. Akhir kata
kami ucapkan terima kasih, semoga dengan adanya makalah ini dapat memberikan manfaat
serta wawasan bagi pembaca dan tentunya bagi kami sebagai penulis.
DAFTAR ISI
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dapat dirumuskan suatu pokok masalah yang kemudian
disusun dalam bentuk pertanyaan berikut :
3. Jelaskan Bagaimana sistem moneter dalam islam?4. Jelaskan bagaimana posisi bank
sentral dalam Islam?
5. Jelaskan bagaimana teori kuantitas uang Tradisional dalam kebijakan moneter dalam
Islam?
Tujuan Masalah
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini , antara lain :
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah ekonomi syariah
2. Untuk mengetahui bagaimana kebijakan moneter dalam Islam
3. Untuk mengetahui bagaimana posisi bank sentral dalam Islam
4. Untuk mengetahui bagaimana Teori kuantitas uang Tradisional didalam kebijakan
moneter dalam islam
PEMBAHASAN
Moneter menurut bahasa berasal dari kata latin yaitu moneta yang artinya uang. Sedangkan
menurut istilah moneter adalah segala aktifitas yang berkaitan dengan arus keuangan, baik
teori-teori tentang uang, pengelolaan, kebijakan, instrumen maupun institusi yang menjadikan
sang sebagai objek aktifitasnya. Kebijakan Moneter adalah kebijakan pemerintah untuk
memperbaiki keadaan perekonomian melalui sistem pengaturan jumlah uang beredar.
Ekonomi moneter merupakan salah satu bidang yang dibahas dalam ekonomi Islam. Ilmu
moneter adalah bagian dari ilmu ekonomi yang mempelajari tentang sifat serta pengaruh uang
terhadap kegiatan ekonomi. Pembahasan dalam kajian moneter dalam bidang ekonomi
diantaranya peranan dan fungsi uang, sistem moneter dan pengaruhnya terhadap jumlah uang
dan kredit, struktur dan fungsi bank, pengaruh bang dan kredit dalam prekonomian, stabilitas
ekonomi, distribusi pendapatan, dan sebagainya.
Sebagaimana kita ketahui, dalam kehidupan ekonomi, uang ibarat darah dalam tubuh
manusia. Oleh karenanya, uang memiliki nilai (dalam fungsinya) pada aktivitas ekonomi.
Dalam Islam permintaan akan uang terutama dalam transaksi dan kebutuhan kebanyakan
ditentukan oleh tingkat pendapatan dan distribusinya. Permintaan spekulatif akan uang pada
dasarnya dipicu oleh fluktuasi tingkat suku bunga dalam perekonomian kapitalis. Penurunan
tingkat suku bunga yang disertai dengan harapan akan meningkat merangsang orang atau
perusahaan untuk tetap menyimpan uangnya. Karena dalam perekonomian kapitalis bunga
seringkali berfluktuasi. Dengan penghapusan bunga ini dan kewajiban akan zakat 2,5% setahun
dapat meminimalisir permintaan spekulatif akan uang.
KEBIJAKAN MONETER
Ilmu moneter merupakan bidang kajian ilmu ekonomi moneter. Ilmu ekonomi moneter adalah
bagian dari ilmu ekonomi yang mempelajari sifat serta pengaruh uang terhadap kegiatan
ekonomi. Kegiatan ekonomi pada umumnya diartikan suatu kegiatan yang mempengaruhi
tingkat pengangguran produksi, harga dan hubungan perdagangan atau pembayaran
internasional. Beberapa alasan mempelajari kebijakan moneter dalam ekonomi Islam:
1. Mengetahui lebih dalam mengenal mekanisme uang bagi hasil, lembaga
keuangan, sistem dan kebijakan moneter, serta mekanisme ekonomi bagi hasil.
2. Menganalisa fenomena moneter dalam kaitannya dengan efek kebijaksanaan
moneter terhadap kegiatan ekonomi Islam.
Sektor moneter merupakan jaringan yang penting dan mem pengaruhi sektor ekonomi
rill. Kebijakan suatu moneter merupakan instrument penting dari kebijakan publik dalam
sistem ekonomi baik modern maupun Islam. Namun perbedaan yang mendasar terletak pada
tujuan dan larangan bunga dalam Islam. Syarat tercapai dan terjamin berfungsinya sistem
moneter secara baik adalah Otoritas moneter harus melakukan pengawasan kepada keseluruhan
sistem.
Dari ke empat tujuan diatas penekanan dan komitmen yaitu tentang nilai-nilai spritual,
keadilan sosial ekonomi dan persaudaraan manusia. Secara prinsip, tujuan kebijakan moneter
Islam tidak berbeda dengan tujuan kebijakan moneter konvensional yaitu menjaga stabilitas
dari mata uang (baik secara internal maupun eksternal) sehingga pertumbuhan ekonomi yang
merata yang diharapkan dapat tercapai. Stabilitas dalam nilai uang tidak terlepas dari tujuan
ketulusan dan keterbukaan dalam berhubungan dengan manusia.
Hal ini disebutkan Al- Quran dalam QS.ALAn am:152
Adapun instrumen moneter syari'ah adalah hukum syar'ah. Hampir semua instrumen
moneter pelaksanaan kebijakan moneter konvensional maupun surat berharga yang menjadi
underlying-nya mengandung unsur bunga. Oleh karena itu instrumen-instrumen konvensional
yang mengandung unsur bunga (bank rates, discount rate. open market operation dengan
sekuritas bunga yang ditetapkan didepan) tidak dapat digunakan pada pelaksanaan kebijakan
moneter berbasis Islam. Tetapi sejumlah instrument kebijakan moneter konvensional menurut
sejumlah pakar ekonomi Islam masih dapat di gunakan untuk mengontrol uang dan kredit,
seperti Reserve Requirement, wverall and selecting credit ceiling, moral suasion and change in
monetary base. Dalam ekonomi Islam, tidak ada sistem bunga sehingga bank sentral tidak dapat
menerapkan kebijakan discount rate tersebut. Bank Sentral Islam memerlukan instrumen yang
bebas bunga untuk mengontrol kebijakan ekonomi moneter dalam ekonomi Islam. Dalam hal
ini, terdapat beberapa instrumen bebas bunga yang dapat digunakan oleh bank sentral untuk
meningkatkan atau menurunkan uang beredar. Penghapusan sistem bunga, tidak menghambat
untuk mengontrol jumlah uang beredar dalam ekonomi.
Secara mendasar, terdapat beberapa instrumen kebijakan moneter dalam ekonomi Islam, antara
lain:
1. Reserve Ratio
Adalah suatu presentase tertentu dari simpanan bank yang harus dipegang oleh bank
sentral, misalnya 5%. Jika bank sentral ingin mengontrol jumlah uang beredar, dapat
menaikkan RR misalnya dari 5 persen menjadi 20 %, yang dampaknya sisa uang yang ada pada
komersial bank menjadi lebih sedikit, begitu sebaliknya.
2. Moral Suassion
Bank sentral dapat membujuk bank-bank untuk meningkatkan permintaan kredit
sebagai tanggung jawab mereka ketika ekonomi berada dalam keadaan depresi. Dampaknya,
kredit dikucurkan maka uang dapat dipompa ke dalam ekonomi.
3. Lending Ratio
Dalam ekonomi Islam, tidak ada istilah Lending (meminjamkan). lending ratio dalam
hal ini berarti Qardhul Hasan (pinjaman kebaikan).
4. Refinance Ratio
Adalah sejumlah proporsi dari pinjaman bebas bunga. Ketika refinance ratio
meningkat, pembiayaan yang diberikan meningkat, dan ketika refinanceratio turun, bank
komersial harus hati-hati karena mereka tidak di dorong untuk memberikan pinjaman.
6. Islamic Sukuk
Adalah obligasi pemerintah, di mana ketika terjadi inflasi. pemerintah akan
mengeluarkan sukuk lebih banyak sehingga uang akan mengalir ke bank sentral dan jumlah
uang beredar akan tereduksi. Jadi sukuk memiliki kapasitas untuk menaikkan atau menurunkan
jumlah uang beredar.
Dalam ekonomi konvensional, bank sentral berfungsi sebagai lembaga yang bertanggung
jawab mengatur kelancaraan proses intermediasi, penyaluran mata uang dan yang tidak kalah
pentingnya, bank sntral merupakan " lender of the last resort". Bank sentral mulai berfungsi
sebagai pengelola kebijakan moneter di mulai ketika uang kertas mulai menggantikan uang
emas dan uang yang di keluarkan oleh bank sentral tidak lagi di dukung dengan cadangan emas.
Konsep bank sentral dengan segala tanggung jawab dan fungsinya ini, sesungguhnya tidak di
kenal dalam sejarah perekonomian Islam. Keberadaan bank sentral sebagai sesuatu yang tidak
Islami, alasannya pengeluaran vi at money telah secara langsung menciptakan seignorage
kepada pemerintah dan proses ini sekaligus mentransfer property rill dari masyarakat kepada
pihak berkuasa jelas ini sangat bertentangan dengan apa yang di perintahkan oleh syari'ah,
sebagaimana firman Allah SWT:
َاْلثْ ِم َوأَنت ُ ْم تَ ْعلَ ُمون ِ َّوالنا كُلُوا أموالكم بينكم بالبطل َوتُدْلُوا ِب َها إلى النظام ِلتَأْكُلُوا ف َِريقًا م ِْن أَ ْم َوا ِل الن
ِ ْ اس ِب
dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan
jalan yang bathil dan Ganganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya
kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat)
dosa, Padahal kamu mengetahui" (QS. Al-Baqoroh ayat 188).
Tidak Islaminya sistim bank sentral ini terkait dengan kegiatan pengedaran uang yang
di lakukannya di mana bank sentral sebagai ungan pemerintah, memperoleh pendapatan yang
tidak adil dari uang yang beredar, atau seignorage. Seignorage adalah pendapatan yang di
terima dari mencetak uang di mana nilai nominal uang yang di cetak jauh lebih besar dari pada
nilai kertas dan blaya pencetakannya. Fungsi bank sentral dan meninjaunya dengan perspektif
sejarah perekonomian Islam. Pertama fungsi mencetak uang atau currency yang didukung oleh
cadangan emas/logam mulia dan kedua, sebagai pengawas lembaga- lembaga keuangan yang
ada dan juga mengelola sistem keuangan negara agar senantiasa stabil dan terarah.
Menurut ahli-ahli ekonomi klasik teori moneter dibedakan dalam dua bentuk. Bentuk pertama
adalah teori kuantitas uang dan bentuk kedua adalah sebagai teori sisa tunal. Kedua Teori
tersebut mempunyai persamaan pandangan tentang uang beredar dan tingkat harga. Teori
kuantitas Irving Fisher digunakan persamaan matematika yang di namakan persamaan
pertukaran. Persamaan pertukaran dinyatakan sebagai berikut:
MV-PT
Di mana:
M: adalah uang yang beredar
V: adalah kelajuan/kecepatan uang beredar
P: harga, dan
T: jumlah barang dan jasa yang diperjualbelikan di dalam suatu tahun tertentu.
Dalam persamaan di atas M diartikan dalam pengertian uang yang beredar dalam arti
sempit. M adalah sama dengan yang jumlah uang kertas, logam dan uang giral yang terdapat
dalam perekonomian. Vadalah kelajuan atau kecepatan uang beredar, ini ditentukan
berdasarkan keseringan/berapa kali uang beredar yang terdapat dalam masyarakat itu
berpindah tangan dalam satu tahun. Apabila setiap jenis uang berpindah tangan sebanyak empat
kali dalam satu tahun ini berarti Vadalah empat. Dalam menentukan nilal P yang perlu
diketahui adalah indeks harga. Dalam perekonomian terdapat berbagai macam jenis barang dan
harganya berbeda-beda. Dari waktu ke waktu harga mengalami peruba han yang berbeda-beda,
adalah tidak mungkin untuk menggambarkan semua keadaan ini dalam persaman diatas. Oleh
karena itu, untuk menunjukkan keadaan harga dan perubahannya dari waktu ke waktu harus
digunakan indeks harga, dan perubahan-perubahan dari indeks tersebut.
Pandangan teori kuantitas itu timbul akibat dari dua pemisalan penting teori tersebut
mengenai kenyataan yang terjadi dalam per. ekonomlan, di mana para ahli ekonomi klasik
berpendapat bahwa : (1) kelajuan peredaran uang adalah tetap dan (2) penggunaan tenaga kerja
penuh sudah dapat dicapai, kedua pemisalan tersebut mengakibatkan dalam persamaan MV=
PT. V dan T adalah tetap besarnya. T adalah tetap karena pada tingkat penggunaan tenaga kerja
penuh pendapatan nasional tidak dapat ditambah lagi, dengan demikian jumlah barang yang
diperjualbelikan tidak mengalami perubahan. Dengan adanya dua pemisalan tersebut maka
setiap perubahan dalam jumlah uang yang beredar, yaitu penawaran uang (M) akan
menimbulkan perubahan yang sama tingkatnya atas harga barang (P).
Dalam analisis Keynes masyarakat memegang uang dalam rangka untuk memenuhi tiga
keinginan, yaitu:
a. Tujuan transaksi, memegang uang untuk tujuan transaksi merupakan tujuan yang telah
lama disadari. Di dalam perekonomian yang sudah sangat modern dan tingkat
spesialisasi yang sangat tinggi uang sangat diperlukan. Tingkat spesialisasi yang tinggi
uang sangat diperlukan.
b.Tujuan berjaga-jaga; uang diminta oleh masyarakat untuk meng hadapi masalah-
masalah yang timbul di masa yang akan datang. Setiap orang tidak dapat menduga apa
yang akan terjadi di kemudian hari. apakah keberuntungan ataukah sesuatu yang
menyulitkan yang harus diselesaikan dengan membutuhkan pengeluaran uang yang
begitu banyak.
c. Tujuan spekulasi: artinya sesorang berusaha memiliki sejumlah uang yang lebih
banyak, karena dengan memiliki uang yang cukup banyak ini seseorang dapat
melakukan transaksi yang lebih besar dan menguntungkan di masa yang akan datang,
misalnya seseorang dengan uang yang dimiliki untuk membeli surat-surat berharga
dengan harapan di kemudian hari akan mendapatkn keuntungan atas surat-surat
berharga yang dimilikinya.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa permintaan akan uang tujuan transaksi
dan berjaga-jaga sifatnya sangat berbeda dengan tujuan spekulasi. Permintaan akan uang untuk
tujuan ditentukan oleh tingkat keuntungan yang diharapkan, permintaan uang untuk tujuan
transaksi dan berjaga-jaga tidak mempunyai sifat yang demikian. Tujuan transaksi dan berjaga-
jaga ditentukan oleh pendapatan masyarakat atau pendapatan nasional. Makin besar
pendapatan masyarakat makin besar uang yang diharapkan untuk transaksi dan berjaga-jaga.
Kesimpulan
Kebijakan Moneter adalah kebijakan yang dikeluarkan oleh bank sentral atau otoritas moneter
yang meliputi bentuk pengendalian besaran moneter dan atau suku bunga untuk mencapai
tujuan perekonomian yang diinginkan. Tujuan kebijakan moneter yaitu untuk mencapai dan
memelihara kestabilan nilai rupiah. Tujuan ini sebagaimana tercantum dalam UU No. 23 Tahun
1999 tentang Bank Indonesia, yang sebagaimana diubah melalui UU No. 3 Tahun 2004 dan
UU No. 6 Tahun 2009 pada pasal 7. Kebijakan moneter dalam islam berpijak pada prinsip-
prinsip dasar ekonomi islam sebagai yaitu: Kekuasaan tertinggi adalah milik Allah dan Allah
lah pemilik yang absolut.
Daftar pustaka
Syed Nawab Haider Naqvi. (2006). Ethics and Economics: An Islamic Synthesis.
Mohammed Obaidullah. (2005). Islamic Financial Services. Jeddah: Islamic Research and
Training Institute.