Anda di halaman 1dari 15

KEBIJAKAN MONETER DALAM ISLAM

EKONOMI SYARIAH

Dosen Pengampu : Noni Roziani,M,.Si

Oleh:

1. Jaiton Habeahan 7213540012

2. Arnol Prabowo Siagian 7213240021

3. Nur Aini Simbolon 7212240001

4. Syarifah 7213540003

PROGRAM STUDI S1 ILMU EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayahNya
kami mampu mengerjakan dan menyelesaikan Makalah mengenai Kebijakan moneter dalam
Islam dengan tepat waktu untuk memenuhi tugas pada Mata Kuliah Ekonomi Syariah. Dan
tidak lupa juga kami ucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan Penyusunan makalah ini, terutama kepada Ibu Noni Roziani, M.Si selaku
dosen pengampu mata kuliah ekonomi syariah yang telah memberikan arahan dalam
mengerjakan makalah. Kami memohon maaf apabila dalam kepenulisan makalah ini masih
banyak terdapat kesalahan, juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna
menyempurnakan makalah ini karena kami juga masih dalam tahap pembelajaran. Akhir kata
kami ucapkan terima kasih, semoga dengan adanya makalah ini dapat memberikan manfaat
serta wawasan bagi pembaca dan tentunya bagi kami sebagai penulis.
DAFTAR ISI

KEBIJAKAN MONETER DALAM ISLAM .........................................................................................1


KATA PENGANTAR .............................................................................................................................2
Daftar Isi ..................................................................................................................................................3
BAB 9 ......................................................................................................................................................4
KEBIJAKAN MONETER DALAM ISLAM .........................................................................................6
PENGERTIAN KEBIJAKAN MONETER ............................................................................................6
SISTEM MONETER ISLAM .................................................................................................................6
KEBIJAKAN MONETER.......................................................................................................................6
TUJUAN-TUJUAN KEBIJAKAN MONETER ISLAM ........................................................................7
INSTRUMEN KEBIJAKAN MONETER SYARI'AH DAN KONVENSIONAL.................................7
1. Reserve Ratio ...................................................................................................................................9
2. Moral Suassion ................................................................................................................................9
3. Lending Ratio ..................................................................................................................................9
4. Refinance Ratio ...............................................................................................................................9
5. Profit Sharing Ratio .........................................................................................................................9
6. Islamic Sukuk ..................................................................................................................................9
POSISI BANK SENTRAL DALAM ISLAM .........................................................................................9
TEORI KUANTITAS UANG TRADISIONAL ...................................................................................10
1. Teori kuantitas Uang......................................................................................................................11
2. Teori Sisa Tunai.............................................................................................................................11
3. Kelemahan-kelemahan Teori Kuantitas Uang ...............................................................................12
4. Kritik Keynes atas Teori Kuantitas................................................................................................12
KEBIJAKAN MONETER DAN MEKANISME TRANSISI ...............................................................13
Kesimpulan ............................................................................................................................................13
Daftar pustaka ........................................................................................................................................14
BAB 1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam ekonomi Islam, kebijakan moneter hanyalah representasi dari sektor
riil.Konsekuensinya, dikotomi sektor moneter menjadi tidakl relevan, sebab sektor moneter
selalu terkait langsung dengan sektor riil. Dalam ekonomi konvensional, bunga merupakan
variabel yang sangat penting sebagai instrumen dan intermediasi target dalam kebijakan
moneternya untuk menciptakan stabilitas, di mana lebih dominan dipengaruhi oleh tingkat
permintaan dan penawaran (suplay and demand) atas uang yang beredar. Padahal, sebenarnya
efektifitas interest system dalam mencapai tujuan kebijakan moneter juga menjadi pertanyaan
besar dalam dunia empiris.
Berbagai penelitian menunjukan bahwa korelasi bunga dengan tingkat tabungan nasional
dan investasi sangat jauh, tidak seperti dalam teori.2 Demikian pula hasil penelitian Khatkhate
3 tentang pengaruh bunga terhadap beberapa variabel ekonomi makro, seperti tingkat
pertumbuhan PDB riil, asset keuangan riil, saving income ratio, investment income ratio, dan
rate of return on investment, pada 64 negara berkembang selama periode 1971-1980
menunjukan kesimpulan yang tidak berbeda. Oleh karena itu, peniadaan interest based
instrument adalah suatu keniscayaan.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dapat dirumuskan suatu pokok masalah yang kemudian
disusun dalam bentuk pertanyaan berikut :

1.Jelaskan bagaimana kebijakan moneter dalam Islam?

2. Jelaskan instrumen Kebijakan moneter syariah ?

3. Jelaskan Bagaimana sistem moneter dalam islam?4. Jelaskan bagaimana posisi bank
sentral dalam Islam?

5. Jelaskan bagaimana teori kuantitas uang Tradisional dalam kebijakan moneter dalam
Islam?
Tujuan Masalah
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini , antara lain :
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah ekonomi syariah
2. Untuk mengetahui bagaimana kebijakan moneter dalam Islam
3. Untuk mengetahui bagaimana posisi bank sentral dalam Islam
4. Untuk mengetahui bagaimana Teori kuantitas uang Tradisional didalam kebijakan
moneter dalam islam
PEMBAHASAN

KEBIJAKAN MONETER DALAM ISLAM

PENGERTIAN KEBIJAKAN MONETER

Moneter menurut bahasa berasal dari kata latin yaitu moneta yang artinya uang. Sedangkan
menurut istilah moneter adalah segala aktifitas yang berkaitan dengan arus keuangan, baik
teori-teori tentang uang, pengelolaan, kebijakan, instrumen maupun institusi yang menjadikan
sang sebagai objek aktifitasnya. Kebijakan Moneter adalah kebijakan pemerintah untuk
memperbaiki keadaan perekonomian melalui sistem pengaturan jumlah uang beredar.

SISTEM MONETER ISLAM

Ekonomi moneter merupakan salah satu bidang yang dibahas dalam ekonomi Islam. Ilmu
moneter adalah bagian dari ilmu ekonomi yang mempelajari tentang sifat serta pengaruh uang
terhadap kegiatan ekonomi. Pembahasan dalam kajian moneter dalam bidang ekonomi
diantaranya peranan dan fungsi uang, sistem moneter dan pengaruhnya terhadap jumlah uang
dan kredit, struktur dan fungsi bank, pengaruh bang dan kredit dalam prekonomian, stabilitas
ekonomi, distribusi pendapatan, dan sebagainya.
Sebagaimana kita ketahui, dalam kehidupan ekonomi, uang ibarat darah dalam tubuh
manusia. Oleh karenanya, uang memiliki nilai (dalam fungsinya) pada aktivitas ekonomi.
Dalam Islam permintaan akan uang terutama dalam transaksi dan kebutuhan kebanyakan
ditentukan oleh tingkat pendapatan dan distribusinya. Permintaan spekulatif akan uang pada
dasarnya dipicu oleh fluktuasi tingkat suku bunga dalam perekonomian kapitalis. Penurunan
tingkat suku bunga yang disertai dengan harapan akan meningkat merangsang orang atau
perusahaan untuk tetap menyimpan uangnya. Karena dalam perekonomian kapitalis bunga
seringkali berfluktuasi. Dengan penghapusan bunga ini dan kewajiban akan zakat 2,5% setahun
dapat meminimalisir permintaan spekulatif akan uang.

KEBIJAKAN MONETER

Ilmu moneter merupakan bidang kajian ilmu ekonomi moneter. Ilmu ekonomi moneter adalah
bagian dari ilmu ekonomi yang mempelajari sifat serta pengaruh uang terhadap kegiatan
ekonomi. Kegiatan ekonomi pada umumnya diartikan suatu kegiatan yang mempengaruhi
tingkat pengangguran produksi, harga dan hubungan perdagangan atau pembayaran
internasional. Beberapa alasan mempelajari kebijakan moneter dalam ekonomi Islam:
1. Mengetahui lebih dalam mengenal mekanisme uang bagi hasil, lembaga
keuangan, sistem dan kebijakan moneter, serta mekanisme ekonomi bagi hasil.
2. Menganalisa fenomena moneter dalam kaitannya dengan efek kebijaksanaan
moneter terhadap kegiatan ekonomi Islam.
Sektor moneter merupakan jaringan yang penting dan mem pengaruhi sektor ekonomi
rill. Kebijakan suatu moneter merupakan instrument penting dari kebijakan publik dalam
sistem ekonomi baik modern maupun Islam. Namun perbedaan yang mendasar terletak pada
tujuan dan larangan bunga dalam Islam. Syarat tercapai dan terjamin berfungsinya sistem
moneter secara baik adalah Otoritas moneter harus melakukan pengawasan kepada keseluruhan
sistem.

TUJUAN-TUJUAN KEBIJAKAN MONETER ISLAM

Tujuan kebijakan moneter dapat diklasifikasikan menjadi:


1. Kelayakan ekonomi yang luas berlandaskan full employment dan tingkat
pertumbuhan ekonomi yang optimum.
2. Keadilan sosial ekonomi dengan pemerataan distribusi pendapatan dan
kesejahteraan.
3. Stabilitas dalam nilai uang sehingga memungkinkan medium of exchange dapat
dipergunakan sebagai satuan perhitungan, patokan yang adil dalam
penangguhan pembayaran, dan nilai tukar yang stabil.
4. Penagihan yang efektif dari semua jasa biasanya diharapkan dari sistem
perbankan.

Dari ke empat tujuan diatas penekanan dan komitmen yaitu tentang nilai-nilai spritual,
keadilan sosial ekonomi dan persaudaraan manusia. Secara prinsip, tujuan kebijakan moneter
Islam tidak berbeda dengan tujuan kebijakan moneter konvensional yaitu menjaga stabilitas
dari mata uang (baik secara internal maupun eksternal) sehingga pertumbuhan ekonomi yang
merata yang diharapkan dapat tercapai. Stabilitas dalam nilai uang tidak terlepas dari tujuan
ketulusan dan keterbukaan dalam berhubungan dengan manusia.
Hal ini disebutkan Al- Quran dalam QS.ALAn am:152

‫وأوهوا الكيل والميزان ِب ْال ِقسْطر‬

‘….Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil...."

INSTRUMEN KEBIJAKAN MONETER SYARI'AH DAN KONVENSIONAL

Kebijakan moneter konvensional dapat terbagi menjadi:


1. Kebijakan Pasar terbuka (Open Market Operation). Kebijakan membeli atau
menjual surat berharga atau obligasi di pasar terbuka. Jika bank sentral ingin
menambah suplai uang maka bank sentral akan membeli obligasi, dan
sebaliknya bila akan menurunkan jumlah uang beredar maka bank sentral akan
menjual obligasi.
2. Penentuan Cadangan Wajib Minimum. (Reserve Requirement). Bank sentral
umumnya menentukan angka rasio minimum antara uang tunal (reserve)
dengan kewajiban giral bank (demand deposits), yang bisa disebut minimum
legal reserve ratio. Apabila bank sentral menurunkan angka tersebut maka
dengan uang tunal yang sama, bank dapat menciptakan uang dengan jumlah
yang lebih banyak daripada sebelumnya.
3. Penentuan Discount Rate. Bank sentral merupakan sumber dana bag bank-bank
umum atau komersial dan sebagai sumber dana ya terakhir (the last lender
resort). Bank komersial dapat meminda bank sentral dengan tingkat suku bunga
sedikit di bawah ingat suka bunga kredit jangka pendek yang berlaku di pasar
bebas. Discount rate yang bank sentral kenakan terhadap pinjaman ke bank
komersial mempengaruhi tingkat keuntungan bank komersial tersebut dan
keinginan meminjam dari bank sentral. Ketika discount rate rela rendah
terhadap tingkat bunga pinjaman, maka bank komersial akan mempunyai
kecendrungan untuk meminjam dari bank sentral
4. Moral Suasion atau Kebijakan Bank Sentral yang bersifat persuasif berupa
himbauan/bujukan moral kepada bank.

Walaupun pencapaian tujuan akhirnya tidak berbeda, namun dalam pelaksanaannya


secara prinsip, moneter syari'ah berbeda dengan yang konvensional terutama dalam pemilihan
target dan instrumennya. Perbedaan yang mendasar antara kedua jenis instrumen tersebut
adalah prinsip syari'ah tidak membolehkan adanya jaminan terhadap nilal nominal maupun rate
return (suku bunga). Oleh karena itu, apabila dikaitkan dengan target pelaksanaan kebijakan
moneter maka secara otomatis pelaksanaan kebijakan moneter berbasis sistim syari'ah tidak
memungkinkan menetapkan suku bunga sebagai target ataupun sasaran operasionalnya.

Adapun instrumen moneter syari'ah adalah hukum syar'ah. Hampir semua instrumen
moneter pelaksanaan kebijakan moneter konvensional maupun surat berharga yang menjadi
underlying-nya mengandung unsur bunga. Oleh karena itu instrumen-instrumen konvensional
yang mengandung unsur bunga (bank rates, discount rate. open market operation dengan
sekuritas bunga yang ditetapkan didepan) tidak dapat digunakan pada pelaksanaan kebijakan
moneter berbasis Islam. Tetapi sejumlah instrument kebijakan moneter konvensional menurut
sejumlah pakar ekonomi Islam masih dapat di gunakan untuk mengontrol uang dan kredit,
seperti Reserve Requirement, wverall and selecting credit ceiling, moral suasion and change in
monetary base. Dalam ekonomi Islam, tidak ada sistem bunga sehingga bank sentral tidak dapat
menerapkan kebijakan discount rate tersebut. Bank Sentral Islam memerlukan instrumen yang
bebas bunga untuk mengontrol kebijakan ekonomi moneter dalam ekonomi Islam. Dalam hal
ini, terdapat beberapa instrumen bebas bunga yang dapat digunakan oleh bank sentral untuk
meningkatkan atau menurunkan uang beredar. Penghapusan sistem bunga, tidak menghambat
untuk mengontrol jumlah uang beredar dalam ekonomi.
Secara mendasar, terdapat beberapa instrumen kebijakan moneter dalam ekonomi Islam, antara
lain:

1. Reserve Ratio
Adalah suatu presentase tertentu dari simpanan bank yang harus dipegang oleh bank
sentral, misalnya 5%. Jika bank sentral ingin mengontrol jumlah uang beredar, dapat
menaikkan RR misalnya dari 5 persen menjadi 20 %, yang dampaknya sisa uang yang ada pada
komersial bank menjadi lebih sedikit, begitu sebaliknya.

2. Moral Suassion
Bank sentral dapat membujuk bank-bank untuk meningkatkan permintaan kredit
sebagai tanggung jawab mereka ketika ekonomi berada dalam keadaan depresi. Dampaknya,
kredit dikucurkan maka uang dapat dipompa ke dalam ekonomi.

3. Lending Ratio
Dalam ekonomi Islam, tidak ada istilah Lending (meminjamkan). lending ratio dalam
hal ini berarti Qardhul Hasan (pinjaman kebaikan).

4. Refinance Ratio
Adalah sejumlah proporsi dari pinjaman bebas bunga. Ketika refinance ratio
meningkat, pembiayaan yang diberikan meningkat, dan ketika refinanceratio turun, bank
komersial harus hati-hati karena mereka tidak di dorong untuk memberikan pinjaman.

5. Profit Sharing Ratio


Ratio bagi keuntungan (profit sharing ratio) harus ditentukan sebelum memulai suatu
bisnis. Bank sentral dapat menggunakan profit sharing ratio sebagai instrumen moneter,
dimana ketika bank sentral ingin meningkatkan jumlah uang beredar, maka ratio keuntungan
untuk nasabah akan ditingkatkan.

6. Islamic Sukuk
Adalah obligasi pemerintah, di mana ketika terjadi inflasi. pemerintah akan
mengeluarkan sukuk lebih banyak sehingga uang akan mengalir ke bank sentral dan jumlah
uang beredar akan tereduksi. Jadi sukuk memiliki kapasitas untuk menaikkan atau menurunkan
jumlah uang beredar.

POSISI BANK SENTRAL DALAM ISLAM

Dalam ekonomi konvensional, bank sentral berfungsi sebagai lembaga yang bertanggung
jawab mengatur kelancaraan proses intermediasi, penyaluran mata uang dan yang tidak kalah
pentingnya, bank sntral merupakan " lender of the last resort". Bank sentral mulai berfungsi
sebagai pengelola kebijakan moneter di mulai ketika uang kertas mulai menggantikan uang
emas dan uang yang di keluarkan oleh bank sentral tidak lagi di dukung dengan cadangan emas.
Konsep bank sentral dengan segala tanggung jawab dan fungsinya ini, sesungguhnya tidak di
kenal dalam sejarah perekonomian Islam. Keberadaan bank sentral sebagai sesuatu yang tidak
Islami, alasannya pengeluaran vi at money telah secara langsung menciptakan seignorage
kepada pemerintah dan proses ini sekaligus mentransfer property rill dari masyarakat kepada
pihak berkuasa jelas ini sangat bertentangan dengan apa yang di perintahkan oleh syari'ah,
sebagaimana firman Allah SWT:

َ‫اْلثْ ِم َوأَنت ُ ْم تَ ْعلَ ُمون‬ ِ َّ‫والنا كُلُوا أموالكم بينكم بالبطل َوتُدْلُوا ِب َها إلى النظام ِلتَأْكُلُوا ف َِريقًا م ِْن أَ ْم َوا ِل الن‬
ِ ْ ‫اس ِب‬

dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan
jalan yang bathil dan Ganganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya
kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat)
dosa, Padahal kamu mengetahui" (QS. Al-Baqoroh ayat 188).

Tidak Islaminya sistim bank sentral ini terkait dengan kegiatan pengedaran uang yang
di lakukannya di mana bank sentral sebagai ungan pemerintah, memperoleh pendapatan yang
tidak adil dari uang yang beredar, atau seignorage. Seignorage adalah pendapatan yang di
terima dari mencetak uang di mana nilai nominal uang yang di cetak jauh lebih besar dari pada
nilai kertas dan blaya pencetakannya. Fungsi bank sentral dan meninjaunya dengan perspektif
sejarah perekonomian Islam. Pertama fungsi mencetak uang atau currency yang didukung oleh
cadangan emas/logam mulia dan kedua, sebagai pengawas lembaga- lembaga keuangan yang
ada dan juga mengelola sistem keuangan negara agar senantiasa stabil dan terarah.

TEORI KUANTITAS UANG TRADISIONAL

Menurut ahli-ahli ekonomi klasik teori moneter dibedakan dalam dua bentuk. Bentuk pertama
adalah teori kuantitas uang dan bentuk kedua adalah sebagai teori sisa tunal. Kedua Teori
tersebut mempunyai persamaan pandangan tentang uang beredar dan tingkat harga. Teori
kuantitas Irving Fisher digunakan persamaan matematika yang di namakan persamaan
pertukaran. Persamaan pertukaran dinyatakan sebagai berikut:
MV-PT
Di mana:
M: adalah uang yang beredar
V: adalah kelajuan/kecepatan uang beredar
P: harga, dan
T: jumlah barang dan jasa yang diperjualbelikan di dalam suatu tahun tertentu.
Dalam persamaan di atas M diartikan dalam pengertian uang yang beredar dalam arti
sempit. M adalah sama dengan yang jumlah uang kertas, logam dan uang giral yang terdapat
dalam perekonomian. Vadalah kelajuan atau kecepatan uang beredar, ini ditentukan
berdasarkan keseringan/berapa kali uang beredar yang terdapat dalam masyarakat itu
berpindah tangan dalam satu tahun. Apabila setiap jenis uang berpindah tangan sebanyak empat
kali dalam satu tahun ini berarti Vadalah empat. Dalam menentukan nilal P yang perlu
diketahui adalah indeks harga. Dalam perekonomian terdapat berbagai macam jenis barang dan
harganya berbeda-beda. Dari waktu ke waktu harga mengalami peruba han yang berbeda-beda,
adalah tidak mungkin untuk menggambarkan semua keadaan ini dalam persaman diatas. Oleh
karena itu, untuk menunjukkan keadaan harga dan perubahannya dari waktu ke waktu harus
digunakan indeks harga, dan perubahan-perubahan dari indeks tersebut.

Dengan berkembangnya perekonomian, untuk menghitung tingkat pendapatan


nasional, ahli-ahli ekonomi mulai tertarik dengan menunjuk kan ciri-ciri hubungan antara
perubahan dalam jumlah uang yang beredar dengan pendapatan nasional dan harga-harga. Oleh
karena itu, persamaan pertukaraan dapat dinyatakan sebagai berikut.
Mvy-Y
Di mana M adalah seperti persamaan yang asli yaitu uang beredar Vy adalah kelanjutan
peredaran uang yang digunakan untuk menjalankan jual beli terhadap barang-barang jadi. Dan
Y (pendapatan nasional). Dengan demikian, V adalah lebih besar dari Vy.

1. Teori kuantitas Uang


Teori kuantitas uang dikembangkan oleh Irving Fisher, seorang ahli ekonom dari
Amerika, pada hakikatnya berpendapat bahwa perubahan jumlah uang beredar akan
menimbulkan perubahan yang sama cepatnya terhadap harga-harga. Perubahan ini juga adalah
arah yang bersamaan. Artinya, jika uang beredar bertambah banyak lima persen, maka tingkat
harga juga akan bertambah sebanyak lima persen. Atau sebaliknya apabila uang yang beredar
berkurang sebanyak lima persen, maka tingkat bunga akan berkurang untuk tingkat yang sama.

Pandangan teori kuantitas itu timbul akibat dari dua pemisalan penting teori tersebut
mengenai kenyataan yang terjadi dalam per. ekonomlan, di mana para ahli ekonomi klasik
berpendapat bahwa : (1) kelajuan peredaran uang adalah tetap dan (2) penggunaan tenaga kerja
penuh sudah dapat dicapai, kedua pemisalan tersebut mengakibatkan dalam persamaan MV=
PT. V dan T adalah tetap besarnya. T adalah tetap karena pada tingkat penggunaan tenaga kerja
penuh pendapatan nasional tidak dapat ditambah lagi, dengan demikian jumlah barang yang
diperjualbelikan tidak mengalami perubahan. Dengan adanya dua pemisalan tersebut maka
setiap perubahan dalam jumlah uang yang beredar, yaitu penawaran uang (M) akan
menimbulkan perubahan yang sama tingkatnya atas harga barang (P).

2. Teori Sisa Tunai


Teori kuantitas uang berpendapat bahwa perubahan dalam uang yang beredar akan
menimbulkan perubahan yang sama lajunya atas harga. Bentuk persamaan sisa tunal, yaitu
persamaan yang digunakan untuk menerangkan teori tersebut adalah:
M = Kpt
Di mana M. P dan T masing-masing adalah sama dengan M.P dan T dalam persamaan
pertukaran MV PT. Dalam persamaan sisa uang tunai k adalah bagian dari pendapatan yang
ingin tetap dipegang oleh masyarakat dalam bentuk tunal. Dalam teori ini dianggap bahwa
besar nya jumlah uang yang akan dipegang oleh masyarakat adalah sebanding dengan
pendapatan mereka. Misalnya dalam suatu masyarakat secara rata-rata pada umumnya
memegang uang tunai sebesar sepuluh persen dari pendapatannya, maka k adalah 1/10. Ini
berarti selalu disimpan oleh seseorang yang berpendapatan Rp 1.000.000,- maka Rp 100.000,-
akan selalu disimpan dalam bentuk uang tunai, dan apabila pendapatannya naik menjadi Rp
1.500.00,- yang disimpan adalah Rp 150.000,

3. Kelemahan-kelemahan Teori Kuantitas Uang


Kelemahan teori kuantitas terletak pada pemisalannya bahwa penggunaan tenaga kerja
penuh selalu tercapai pada perekonomian sehingga T adalah tetap besarnya. Dalam kenyataan
yang sebenarnya kebanyakan perekonomian selalu menghadapi masalah pengangguran. Oleh
karena itu, T akan dapat berubah dengan mudah apabila terdapat pertambahan permintaan atas
barang-barang. Apabila kemungkinan untuk menambah produksi pertambahan uang beredar
belum tentu akan menaikan harga. Kalaupun terjadi kenaikan harga, maka tingkat kenaikan
nya tidak akan sebesar tingkat kenaikan jumlah uang yang beredar.Maka dalam masa
pengganguran teori kuantitas lemah sekali dalam meramal kan akibat dari perubahan uang
beredar pengaruhnya atas harga maupun pendapatan nasional.

4. Kritik Keynes atas Teori Kuantitas


Kritik yang dikemukakan Keynes atas analisis ahli ekonomi klasik adalah atas
pandangannya mengenai pengaruh uang atas harga-harga dan tingkat kegiatan ekonomi.
Keynes tidak sependapat dengan pandangan dengan teori kuantitas bahwa perubahan uang
dalam peredaran akan menimbulkan perubahan yang sama atas tingkat harga, dan bahwa
perubahan jumlah uang yang beredar tidak akan menimbul kan perubahan atas pendapatan
nasional.
Keynes masih belum dapat menerima pandangan dari teori kuantitas yang
disederhanakan ini, menurut pendapatannya pengaruh dari kenalkan uang yang beredar atas
pendapatan nasional adalah lebih kompleks daripada yang dinyatakan oleh teori kuantitas,
menurut Keynes sampai di mana uang yang beredar akan menimbulkan perubahan ke atas
pendapatan nasional tergantung pada tiga faktor berikut ini:

1. Motif keinginan masyarakat memiliki uang tunai;


2. Motif keinginan para pengusaha untuk menanamkan modal;
3. 3 Kecondongan mengkonsumsi marginal pendapatan nasional.

Dalam analisis Keynes masyarakat memegang uang dalam rangka untuk memenuhi tiga
keinginan, yaitu:
a. Tujuan transaksi, memegang uang untuk tujuan transaksi merupakan tujuan yang telah
lama disadari. Di dalam perekonomian yang sudah sangat modern dan tingkat
spesialisasi yang sangat tinggi uang sangat diperlukan. Tingkat spesialisasi yang tinggi
uang sangat diperlukan.
b.Tujuan berjaga-jaga; uang diminta oleh masyarakat untuk meng hadapi masalah-
masalah yang timbul di masa yang akan datang. Setiap orang tidak dapat menduga apa
yang akan terjadi di kemudian hari. apakah keberuntungan ataukah sesuatu yang
menyulitkan yang harus diselesaikan dengan membutuhkan pengeluaran uang yang
begitu banyak.
c. Tujuan spekulasi: artinya sesorang berusaha memiliki sejumlah uang yang lebih
banyak, karena dengan memiliki uang yang cukup banyak ini seseorang dapat
melakukan transaksi yang lebih besar dan menguntungkan di masa yang akan datang,
misalnya seseorang dengan uang yang dimiliki untuk membeli surat-surat berharga
dengan harapan di kemudian hari akan mendapatkn keuntungan atas surat-surat
berharga yang dimilikinya.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa permintaan akan uang tujuan transaksi
dan berjaga-jaga sifatnya sangat berbeda dengan tujuan spekulasi. Permintaan akan uang untuk
tujuan ditentukan oleh tingkat keuntungan yang diharapkan, permintaan uang untuk tujuan
transaksi dan berjaga-jaga tidak mempunyai sifat yang demikian. Tujuan transaksi dan berjaga-
jaga ditentukan oleh pendapatan masyarakat atau pendapatan nasional. Makin besar
pendapatan masyarakat makin besar uang yang diharapkan untuk transaksi dan berjaga-jaga.

KEBIJAKAN MONETER DAN MEKANISME TRANSISI

Untuk menganalisis peranan kebijakan moneter dalam mengendalikan kegiatan ekonomi ke


arah yang diinginkan, yaitu mencapai kegiatan ekonomi yang tinggi dan tingkat
penggangguran yang rendah tanpa inflasi. Kebijakan moneter merupakan salah satu langkah
penting yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah-masalah makro ekonomi yang
dihadapi.

Apabila kebijakan suatu moneter dijalankan akan menimbulkan beberapa rangkaian


perubahan-perubahan dalam perekonomian yang pada akhirnya menyebabkan perubahan
dalam pendapatan nasional dan penggunaan tenaga kerja dan mengurangi pengganguran.
Rangkaian perubahan-perubahan yang terjadi itu dinamakan mekanisme tranmisi. Mekanisme
transmisi menggambarkan rangkaian perubahan yang akan berlaku sebagai akibat dari
kebijakan moneter yang dijalankan. Secara ringkas dapat diformulakan :
Ar-> Al-> AAE-> AY
Yang artinya, perubahan-perubahan yang dinamakan sebagai suatu mekanisme transmisi
meliputi perubahan berikut:
1. Kebijakan moneter akan mengubah tingkat bunga (Ar) 2. Perubahan tingkat
bunga akan mengubah investasi (Al)
2. Perubahan investasi akan mengubah perbelanjaan negara (AAE)
3. Perubahan perbelanjaan agregat akan mengubah nilai pendapatan nasional (AY)
dan penggunaan tenaga kerja dalam perekonomian.

Berdasarkan pada rangkaian perubahan-perubahan dalam sistim perekonomian seperti


digambarkan di atas dapat disimpulkan bahwa efektivitas kebijakan moneter tergantung kepada
sifat perubahan tiga variabel, yaitu: tingkat bunga, tingkat investasi, dan pengeluaran agregat.

Kesimpulan

Kebijakan Moneter adalah kebijakan yang dikeluarkan oleh bank sentral atau otoritas moneter
yang meliputi bentuk pengendalian besaran moneter dan atau suku bunga untuk mencapai
tujuan perekonomian yang diinginkan. Tujuan kebijakan moneter yaitu untuk mencapai dan
memelihara kestabilan nilai rupiah. Tujuan ini sebagaimana tercantum dalam UU No. 23 Tahun
1999 tentang Bank Indonesia, yang sebagaimana diubah melalui UU No. 3 Tahun 2004 dan
UU No. 6 Tahun 2009 pada pasal 7. Kebijakan moneter dalam islam berpijak pada prinsip-
prinsip dasar ekonomi islam sebagai yaitu: Kekuasaan tertinggi adalah milik Allah dan Allah
lah pemilik yang absolut.

Daftar pustaka

Churiyah, H. M. (2011). EKONOMI SYARIAH. Surya Pena Gemilang.


Abdul Azim Islahi. (2013). Economic Concepts of Zakat and Their Implications. Journal of

King Abdulaziz University: Islamic Economics, 26(2), 29-48.

Syed Nawab Haider Naqvi. (2006). Ethics and Economics: An Islamic Synthesis.

Leicester: The Islamic Foundation.

Mohammed Obaidullah. (2005). Islamic Financial Services. Jeddah: Islamic Research and
Training Institute.

Anda mungkin juga menyukai