Anda di halaman 1dari 18

ILMU ALAMIAH DASAR

“ ISU LINGKUNGAN “

Dosen Pengampu : Prof.Dr.Murniaty Simorangkir

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 9

• ANISA SANAS NALAMJRA / 7212540009


• SASMI EBIGAEL SINAGA / 7211240007
• NUR AINI SIMBOLON / 7212240001
• MUHAMMAD BAGAS ARDHANA / 7213540016

PROGRAM STUDI S1 ILMU EKONOMI


FAKULTAS EKONOM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2023/2024
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan karunianya.
Salah satu karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah mata kuliah ilmu alamiah dasar
dosen pengampu ibu . Kami menyadari banyak kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan ini,
untuk itu dalam penyempurnaan Laporan ini, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca sebagai sumber
informasi bagi mahasiswa lainnya. Jika ada kata yang salah kami sebagai penulis makalah ini
memohon maaf. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Medan, 15 April 2023

Tim Penyusun

Kelompok 9
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................

DAFTAR ISI............................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................

1) Latar Belakang..............................................................................................................
2) Rumusan Masalah.........................................................................................................
3) Tujuan Makalah............................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................

1) Batasan Pengertian…………………………………………………………………….
2) Isu Lingkungan Global………………………………………………………………...
3) Pemanasan Global dan Efek Rumah Kaca…………………………………………….
4) Pinipisan Lapisan Ozon………………………………………………………………..
5) Hujan Asam ( Acid Rain )…………………………………………………………….
6) El-Nino dan La-Nina.....................................................................................................
7) Dampak Pencemaran Lingkungan.................................................................................
8) Isu Lingkungan Nasional dan Lokal..............................................................................

BAB III PENUTUP.................................................................................................................

1) Kesimpulan
2) Saran

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1) Latar Belakang
Isu lingkungan merupakan suatu isu yang menjadi perhatian dalam penelitian
hubungan internasional saat ini. Isu lingkungan hidup pertama kali diangkat sebagai agenda
dalam hubungan internasional pada tahun 1970an dan kini kepedulian terhadap lingkungan
hidup menjadi isu global karena proses yang menyebabkan terjadinya eksploitasi yang
berlebihan. Asia Tenggara merupakan kawasan yang berada di daerah tropis sehingga
memiliki musim kemarau yang panjang. Hutan-hutan akan mengalami kekeringan dan
mudah sekali terjadi kebakaran.
Fenomena kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di dunia khususnya yang sering
terjadi di Indonesia, semakin menjadi perhatian internasional sebagai isu ekonomi dan
lingkungan, karena dianggap sebagai ancaman potensial dalam pembangunan
berkelanjutan dan harus ditindaklanjutin. Perhatian tersebut semakin besar karena efek
langsung yang ditimbulkan dari kebakaran hutan terhadap ekosistem dan keanekaragaman
hayati, serta kontribusinya yang tinggi dalam pemanasan global. Kebakaran hutan skala
besar di Indonesia terjadi pada tahun 1997 hal ini merupakan kebakaran hutan terparah
dengan luas wilayah terbakar 11,69 juta hektar dan luas terjadi di Pulau Sumatera dengan
luas area terbakar mencapai 2,07 juta hektar, dengan jumlah kerugian hingga US$ 3 milyar.

2) Rumusan Masalah
Dengan latarbelakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka permasalahan yang akan
diteliti didalam penelitian ini adalah “Seberapa besar pengaruh isu lingkungan dan
dampaknya bagi kehidupan di negara Indonesia”

3) Tujuan Makalah
Tujuan dari makalah ini adalah agar mengetahui aspek-aspek apa saja yang terdapat dalam
isu lingkungan, dan melihat seberapa isu lingkungan ini berkembang lalu apa dampak yang
ditimbulkan dari hal itu. Semua dengan harapan untuk menjadi bahan pertimbangan dalam
berkehidupan dengan baik tanpa menimbulkan kerusakan alam.
BAB II

PEMBAHASAN

1) Batasan Pengertian

Permasalahan lingkungan hidup saat ini memang menjadi problem yang paling sering terjadi di
dunia internasional, khususnya lingkungan Indonesia. Permasalahan lingkungan ini bisa
disebabkan oleh ciri-ciri manusia sebagai makhluk ekonomi dari beberapa hal, mulai dari faktor
alam atau faktor dari manusia nya sendiri. Kebanyakan dari permasalahan ini terkadang belum
memiliki solusi untuk mengatasinya, sehingga menyebabkan kerusakan-kerusakan alam dan
lingkungan akan terus terjadi. Munculnya permasalahan ini terkait dengan hubungan manusia dan
lingkungannya yang bersifat eksploitasi secara berlebihan terhadap lingkungan. Kerusakan
lingkungan dan degradasi/penurunan kualitas sumber daya alam menjadi dasar mengapa isu
lingkungan hidup menjadi isu penting dalam permasalahan global. Degradasi lingkungan
dikarenakan konsumsi manusia terhadap sumber daya alam yang berlebihan serta banyak aktivitas
manusia yang mengeksploitasi sumber daya alam yang mengakibatkan kerusakan lingkungan yang
akhirnya menyebabkan adanya pemanasan global diikuti perubahan iklim atau climate change.
Permasalahan lingkungan dapat dikategorikan masalah lingkungan lokal, nasional, regional dan
global. Pengkategorian tersebut berdasarkan pada dampak dari permasalahan lingkungan, apakah
dampaknya hanya lokal, nasional, regional atau global. Bila kita melihat bumi secara utuh maka
bumi merupakan satu sistem yang utuh dan tidak bisa dipisah-pisahkan. Hal tersebut sesuai dengan
teori Gaia bahwa bumi merupakan kumpulan sistem-sistem hidup yang menjadi satu kesatuan.
Dalam sistem tersebut ada subsistem, akan tetapi apabila ada perubahan sekecil apapun dalam
subsistem bumi maka akan memberikan dampak bagi bumi sebagai satu sistem (Teori Chaos).

2) Isu Lingkungan

Masalah lingkungan yang kita hadapi dari tahun ke tahun semakin meningkat baik yang berasal
dari pencemaran air maupun pencemaran udara. Hal ini bukan hanya disebabkan oleh kegiatan
industri, tetapi juga oleh aktivitas manusia dalam rumah tangga. Banyak orang kurang menyadari
akan terjadinya pencemaran udara, padahal sekitar 15% kematian disebabkan pencemaran udara.
Pencemaran udara di kota-kota besar seperti Jakarta telah cukup memprihatinkan. Jakarta sebagai
kota metropolitan dibebani oleh kegiatan transportasi yang cukup padat yang memberi sumbangan
bahan pencemar udara yang cukup signifikan, demikian halnya untuk kota-kota besar lainnya,
Pencemaran udara akibat gas buang kendaraan bermotor kurang disadari oleh masyarakat pada
umumnya, padahal dampak dari pembakaran bahan bakar ini sungguh luar biasa dalam jangka
panjang, seperti yang sedang dialami oleh penduduk seluruh dunia yaitu terjadinya pemanasan
global (global warming). Di samping pemanasan global, terjadinya hujan asam (acid rain) dan
penipisan lapisan ozon merupakan masalah lingkungan masa kini yang juga menjadi masalah
global karena dapat terjadi di seluruh dunia.

3) Pemanasan Global dan Efek Rumah Kaca

Perubahan akhir akibat terjadinya pemanasan global sudah menjadi kosakata umum dalam
percakapan masyarakat sehari-hari terutama di kalangan ilmuwan. Namun, fenomena ini masih
belum dipahami secara tepat oleh masyarakat sehingga tidak jarang terjadi kesalahpahaman atau
kesulitan dalam membedakan antara perubahan iklim dengan variasi iklim yang kadang-kadang
terjadi dengan gejala yang agak ekstrem. Seperti yang sudah sering kita alami adanya musim
kemarau atau musim penghujan yang sangat panjang. Perubahan iklim bisa merujuk pada lokasi
tertentu atau planet secara keseluruhan. Perubahan iklim dapat menyebabkan pola cuaca menjadi
kurang dapat diprediksi, dan perubahan terkait terjadi dari skala waktu puluhan tahun atau lebih.

Menghangatnya isu pemanasan global ini, mengingat timbulnya dampak yang sangat besar
terhadap kehidupan di dunia yang diduga menjadi penyebab terjadinya perubahan iklim dunia
dengan berbagai akibat yang ditimbulkannya. Pemanasan global suatu fenomena global yang
dipicu oleh kegiatan manusia terutama yang berkaitan dengan penggunaan bahan fosil dan kegiatan
alih guna lahan. Kegiatan ini menghasilkan gas-gas yang semakin lama semakin banyak jumlahnya
di atmosfer, terutama gas karbon dioksida (CO₂). Gas CO₂ ini yang menjadi biang keladi dari
terjadinya pemanasan global melalui proses yang disebut efek rumah kaca.

• Efek Rumah Kaca

Pernahkah Anda mendengar istilah efek rumah kaca? Rumah kaca ini sudah lama dikenal dalam
bidang pertanian, seperti pertanian sayuran, bunga-bungaan. Tanaman tadi ditanam dalam suatu
bangunan dengan semua dinding dan atapnya terbuat dari kaca Biasanya di dalamnya dipasang alat
pemanas bila diperlukan, dimaksudkan untuk menjaga agar suhu di dalam rumah kaca tetap dalam
keadaan panas meskipun suhu di luar dingin. Dengan demikian, petani dapat menanam tanaman
sepanjang tahun, baik pada musim panas maupun pada musim dingin. Bagaimana halnya dengan
efek rumah kaca? Sebagian matahari yang dapat mencapai bumi yaitu radiasi dengan panjang
gelombang panjang, yaitu sinar infra merah (14.000 24.000 mm) menembus masuk atap dan
dinding rumah kaca. Di dalam rumah kaca sinar ini dipantulkan oleh benda-benda yang ada di
rumah kaca, tetapi tertahan oleh atap atau dinding kaca. Oleh karena itu, udara di dalam rumah
kaca suhunya meningkat. lebih tinggi dari pada suhu di luar rumah kaca. Meningkatnya suhu di
dalam rumah kaca ini disebut efek rumah kaca (green house effect). Elek rumah kaca ini bisa juga
terjadi di dalam ruangan rumah dengan jendela kaca lebar atau terkena sinar matahari atau di dalam
mobil dengan jendela tertutup apabila diparkir di tempat yang panas.

Di alam terbuka, di atas permukaan bumi, efek rumah kaca juga bisa terjadi, dapat diterangkan
sebagai berikut. Energi matahari yang masuk ke bumi mengalami: 25% dipantulkan oleh awan
atau partikel lain di atmosfer; 25% diserap awan: 45% diabsorpsi permukaan bumi; dan 5%
dipantulkan kembali oleh permukaan bumi. Energi yang diabsorpsi dipantulkan kembali dalam
bentuk radiasi infra merah oleh awan dan permukaan bumi. Namun, sebagian besar infra merah
yang dipancarkan bumi tertahan oleh awan dan gas CO₂ dan gas-gas lainnya untuk dikembalikan
ke permukaan bumi. Selain gas CO2, yang dapat menimbulkan efek rumah kaca sesuai dengan
kesepakatan Protokol Kyoto adalah: gas Metana (CH.). gas Nitrooksida (N:O), gas
Perfluorocarbon (PFC), gas Hidrofluorocarbon (HFC), dan gas Sulfurheksafluorida (SF). Gas-gas
tersebut memegang peranan penting dalam meningkatkan efek rumah kaca dan disebut gas rumah
kaca. Dalam keadaan normal efek rumah kaca dibutuhkan. Dengan adanya efek rumah kaca
perbedaan suhu antara siang dan malam di bumi tidak jauh berbeda, artinya pada waktu malam
suhu rata-rata di permukaan bumi yang tidak terkena sinar matahari sangat rendah apabila tidak
terjadi efek rumah kaca. Dalam Tabel 10.1 tampak kontribusi gas-gas tersebut pada efek rumah
kaca yang akhirnya akan menimbulkan kontribusi terhadap terjadinya pemanasan global (global
warming). Dari Tabel 10.1 tampak bahwa gas CO2 merupakan penyumbang terbesar bagi
terjadinya efek rumah kaca. Sebetulnya udara kita hanya mengandung sekitar 0,03 % gas CO2,
namun banyak hal yang menyebabkan kadar gas CO₂ meningkat. Pembakaran bahan bakar fosil
sebagai sumber energi untuk berbagai kegiatan, seperti transportasi, industri, dan kegiatan dalam
rumah tangga dengan meningkatnya populasi penduduk dunia akan menghasilkan gas CO₂
meningkat pula. Juga kebakaran hutan secara alamiah dan pembakaran hutan yang dilakukan untuk
pembukaan lahan pertanian/ perkebunan juga menghasilkan gas CO₂ yang cukup banyak karena
semua perubahan senyawa organik akan menghasilkan gas CO₂, seperti reaksi berikut:

(CH₂O) n + nO2 (g) →n CO2 (g) + H₂O (g)

Di samping itu, pengolahan sampah dengan cara dibakar, yang banyak dilakukan masyarakat akan
memberikan kontribusi terhadap peningkatan gas CO₂ di atmosfer. Dapatkah Anda menyebutkan
kegiatan-kegiatan manusia lainnya yang dapat menaikkan efek rumah kaca? Sebetulnya, gas CO₂
di atmosfer ini akan diserap oleh tumbuhan berhijau daun melalui proses fotosintesis, namun
jumlah CO₂ yang tersedia dengan yang digunakan oleh tumbuhan di muka bumi sudah tidak
seimbang lagi. nCO (g)+nH2O (I) → (CHO) n (ag)+ n O2 (g) Semakin banyak gas CO₂ dan gas
rumah kaca lainnya di atmosfer, semakin banyak pula radiasi infra merah yang diserap maka
semakin tinggi intensitas rumah kaca dan akibatnya suhu di permukaan bumi semakin tinggi pula.
• Pemanasan Global

Apakah Anda sudah merasakan suhu udara saat ini semakin panas? Apakah Anda telah
mengamati sekarang ini penggantian musim yang tidak bisa diprediksi lagi? Apakah Anda
mengalami atau mengetahui bahwa bencana alam akibat angin puting beliung sering terjadi?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut hanya sebagian dari dampak yang diakibatkan oleh terjadinya
Pemanasan Global (Global Warming), kalau demikian apa itu pemanasan global, apa
penyebabnya dan apa dampaknya? Pemanasan global sesungguhnya merupakan gejala
naiknya suhu di seluruh permukaan bumi yang terjadi di seluruh dunia yang diduga
disebabkan oleh naiknya intensitas efek rumah kaca. Dalam agenda Rio Summit 1992, isu
meningkatnya efek rumah kaca sebagai penyebab dari terjadinya pemanasan global masih
terus diperdebatkan. Pada tahun 1997, masyarakat dunia melanjutkan fenomena tersebut.
perbanyak polutan, spora mold dan tepung sari dari tumbuhan; dan (3) mengakibatkan
penyakit-penyakit tropis lainnya, seperti demam kuning.

4) Penipisan Lapisan Ozon


a. Lapisan Ozen

Ozon adalah suatu bentuk oksigen dengan tiga atom (03). Secara alamiah ozon tersebar dalam
stratosfer membentuk lapisan yang tebalnya kurang lebih 35 km. Di lapisan stratosfer oksigen yang
merupakan gas penyusun atmosfer selain dalam bentuk molekul 02 juga atom O, ion positif O+,
radikal O dan radikal 02. Hal ini disebabkan terjadinya reaksi fotokimia oleh sinar ultraviolet yang
berasal dari matahari sampai ke lapisan atmosfer.

O₂ + UV

O+UV

0+0

0° +1

O₂ + UV-0₂+1

O₂ + UV → 0₂+0

Dari reaksi tersebut, ozon (Os) yang terdapat dalam lapisan stratosfer akan di rusak oleh
sinar ultraviolet. Konsentrasi ozon di lapisan stratosfer bervariasi menurut ketinggian.
Lapisan ozon yang tipis ini apabila dibandingkan dengan tebalnya seluruh atmosfer bumi
cukup efisien dalam menyaring semua sinar ultraviolet matahari yang berbahaya bagi
makhluk hidup di bumi. Oleh karena itu, ozon penting sekali bagi kehidupan di muka bumi
dari bahaya sengatan ultraviolet. Semakin pendek panjang gelombang radiasi ultraviolet
semakin besar pula bahayanya terhadap kehidupan, tetapi semakin baik ia diabsorpsi oleh
lapisan ozon. Radiasi dengan panjang gelombang pendek ini dikenal sebagai ultaviolet-
C(UV-C) yang dapat mematikan makhluk hidup. Ultraviolet dengan panjang gelombang
lebih panjang, yaitu UV-A relatif kurang berbahaya dan lainnya, yaitu UV-B meskipun
masih tetap berbahaya, tetapi tidak sehebat UV-C bahayanya. AMITALASHTANDAAR.

b. Penipisan Lapisan Ozon dan Penyebabnya

Lebih dari setengah abad lamanya telah dirasakan adanya kerusakan lapisan ozon sehingga
terjadi penipisan lapisan di stratosfer. Hal ini teramati pada setiap musim semi di wilayah
selatan bumi, sebuah lubang terbuka pada lapisan bagian atas ozon. Pada ketinggian 15-20
km di atas Antartika, 95% lapisan ozon telah lenyap. Lubang ini bertambah besar sejak
tahun 1979 dan sepuluh tahun kemudian semakin besar pula. Penipisan lapisan ozon ini
juga telah dibuktikan oleh data satelit cuaca Nimbus 7 milik NASA dan terdapat banyak
bukti yang menyatakan bahwa penipisan lapisan ozon telah terjadi di seluruh dunia. Belum
lama hasil penelitian menemukan bahwa gas CFC (chlorofluorocarbon) yang bertanggung
jawab atas terjadinya lubang di lapisan ozon. CFC merupakan gas yang berwama biru tua,
stabil, tidak mudah terbakar, mudah disimpan, dan murah harganya.

Oleh karena sifat-sifat itulah penggunaan CFC meluas di mana-mana. CFC pertama kali
digunakan pada lemari es kemudian digunakan sebagai pendorong aerosol dalam kaleng
atas butol penyemprot, joga digunakan untuk membersihkan sirkuit komputer yang halos
Sifat stabil dan CFC yang sangat bermanfaat di bumi ini memberi peluang baginya untuk
merusak lapisan onco CTC yang terdifusi ke stratosfer akan mengalami pemutusan ikatan
Kimianya oleh radiasi UV-C menghasilkan khlor-khler bebas yang sangat reaktid,
kemudian mengikat sebuah atom oksigen biasa (0₂). Senyawa lainnya yang sekerabat
dengan CFC adalah Halon dan ternyata lebih merusak lapisan ozon. Halon yang digunakan
sebagai pemadam kebakaran ternyata merusak ozon sepuluh kali lebih efektif dari CFC.
Beberapa senyawa CFC ini sangat membahayakan karena berumur panjang. Di bawah ini
tabel yang berisi rata-rata umur dari beberapa senyawa CFC dan halon. Beberapa senyawa
kimia lainnya yang berperan dalam merusak lapisan ozon adalah CCl4 (karbon
tetraklorida), CHCI; (metil kloroform). Selain itu, NO₂ (nitrogen dioksida) dan uap air yang
dihasilkan dari pembakaran bahan bakar pesawat supersonik dapat juga merusak lapisan
ozon.

c. Dampak Rusaknya Lapisan Ozon

Radiasi ultraviolet sangat berbahaya karena dapat merusak sel hidup dengan berbagai efek
yang ditimbulkannya. Radiasi UV-B yang dapat menembus lapisan ozon dapat merusak
materi genetik DNA dan penyebab utama kanker kulit. Selain menimbulkan kanker kulit,
radiasi ultraviolet juga melemahkan kemampuan tubuh untuk mengatasinya dengan jalan
menekan efisiensi sistem kekebalan sehingga memudahkan kanker menyebar luas. Untuk
setiap penipisan 1% lapisan ozon diperkasakan sebanyak 2% radiasi ultraviolet sampai di
permukaan bumi dan akan menyebabkan peningkatan terjadinya kanker kulit 2% sampai
5%. Selain itu, diketahui pula bahwa peningkatan kadar gas CO2 di atmosfer dapat
menyebabkan reaksi pembentukan ozon di stratosfer menurun, hal ini dapat menyebabkan
kerusakan ozon tidak teratasi.

Radiasi ultraviolet dapat juga menyebabkan penyakit katarak mata. Sekitar 12-15 juta
orang di seluruh dunia menderita kebutaan akibat katarak dan 18-30 juta lainnya
mengalami gangguan penglihatan dan diperkirakan semakin lama jumlahnya akan semakin
meningkat bila kerusakan lapisan ozon tidak cepat ditanggulangi Rusaknya lapisan ozon
berpengaruh pada bentuk kehidupan lainnya. Dari 300 jenis tanaman pertanian dan spesies
tumbuhan lain lebih dari setengahnya sangat peka terhadap ultraviolet, seperti kacang,
melon, kubis. Peningkatan radiasi UV-B dapat menurunkan kualitas tomat, kentang, kubis
dan kedelai serta menurunkan produksi pertanian dan kehutanan. Radiasi UV-B juga dapat
menimbulkan kerusakan sampai 20 meter di bawah permukaan air yang jernih, terutama
berbahaya bagi plankton, benih ikan, udang, dan kepiting, serta tumbuhan yang memegang
peranan penting dalam rantai makanan di laut.

d. Penanggulangan Kerusakan Lapisan Ozon

Termasuk dalam salah satu pencemaran lingkungan global, penipisan lapisan ozon tidak
dapat ditanggulangi tanpa kerja sarna internasional. Upaya perlindungan terhadap lapisan
ozon dilakukan melalui Konvensi Wina pada tahun 1985 dan tahun 1987 Amerika Serikat
melarang penggunaan CFC yang digunakan pada aerosol. Dua tahun kemudian sejumlah
peraturan selesai disusun dalam Protokol Montreal dan diberlakukan mulai Januari 1989.
Protokol ini diratifikasi 36 negara yang menjadi 80% konsumen CFC dunia, mengusulkan
agar diturunkan produksi dan penggunaan lima bahan CFC dan tiga jenis halon secara
bertahap sampai tuntas tahun 2005. Indonesia, meskipun agak terlambat juga meratifikasi
Konvensi Wina dan Protokol Montreal pada tahun 1992. Indonesia sepakat menghentikan
pembuatan dan penggunaan bahan perusak ozon tersebut dan di awal tahun 1997 telah
dilakukan larangan impor CFC. Sebagai penggantinya adalah Hidroklorofluorokarbon
(HCFC) yang mendapat subsidi dari pemerintah dalam bentuk bea masuk yang lebih kecil.
Dengan berlakunya ketentuan tersebut, Indonesia akan mengeluarkan sanksi bagi importir
produk yang mengandung zat perusak lapisan ozon (Ozon Depletion Subtances/ODS),
antara lain dengan jalan mengembalikan produk impor tersebut ke negara asal. Badan
Perlindungan Lingkungan Dunia mengemukakan apabila Indonesia tidak melakukan hal
tersebut diperkirakan penggunaan ODS akan meningkat dan pada tahun 2010 sudah hampir
4 kali lipat dari penggunaan tahun 1998.

5) Hujan Asam (Acid Rain)


a. Pengertian dan Proses Terjadinya Hujan Asam

Pandangan bahwa pencemaran udara semata-mata merupakan masalah urban saat ini mulai
kembali, dengan adanya fakta hujan yang bersifat asam turun di daerah pedesaan,
perkebunan dan wilayah hutan. Hujan asam merupakan karakteristik dari polusi regional.
Hal ini disebabkan atmosfer dapat mengangkat berbagai zat pencemar ratusan kilometer
jauhnya sebelum menjatuhkannya ke permukaan bumi. Zat-zat kimia yang merupakan
senyawa asam, seperti asam nitrat (HNO3) dan asam sulfat (H.SO.) bercampur dengan
partikel-partikel udara lainnya yang kemudian jatuh ke permukaan bumi dalam bentuk
deposisi kering dan deposisi basah. Deposisi kering terjadi apabila partikel-partikel asam
yang ada di udara mengenai langsung benda-benda atau makhluk hidup yang ada di
permukaan buni, ini biasanya terjadi di daerah perkotaan yang kondisi lalu lintasnya cukup
padat dan banyak industri, sedangkan deposisi basah terjadi bila partikel-partikel asam ini
kemudian turun bersama-sama dengan air hujan. Deposisi basah inilah yang lebih tepat
disebut bujan asam.

Terjadinya hujan asam, terutama disebabkan oleh pencemaran udara baik yang berasal dari
hasil pembakaran bahan bakar fosil, seperti minyak bum, batu bara, dan gas alam dalam
kegiatan industri dan transportasi dengan kendaraan bermotor, yaitugas-gas oksidanitrogen
(NO dan NO₂), serta oksida belerang (SO) atau SO). Gas-gas ini juga dihasilkan dari letusan
gunung berapi. Gas-gas pencemar ini masuk ke atmosfer terendah yaitu di lapisan troposfer
yang kemudian mengalami reaksi fotokimia dan selanjutnya bereaksi dengan air sebagai
berikut:

NO +0₁ →NO₂+O₂

NO+O

NO₂ +0₂

NO₂ + NO3-N₂Os

N₂O3 + H₂O →→ 2HNO,

Untuk gas SO₂ akan membentuk H₂SO4 melalui reaksi sebagai berikut:

2SO₂ + O₂ + 2H₂O → 2H₂SO4

Dari kedua jenis oksida tersebut, sulfur oksida yang cukup signifikan penyebab terjadinya
hujan asam.

b. Dampak Hujan Asam

Hujan asam telah menimbulkan masalah besar terutama di daratan Eropa dan Amerika serta
di negara Asia termasuk Indonesia. Dampak negatif dari hujan asam selain rusaknya
bangunan dan berkaratnya benda-benda yang terbuat dari logam juga terjadinya kerusakan
lingkungan terutama pengasaman (acidification) badan-badan air, seperti danau dan sungai.
Ribuan danau airnya telah bersifat asam sehingga tidak ada lagi kehidupan akuatik atau
dikenal dengan "danau mati". Di samping merusak ekosistem perairan, hujan asam
mengancam komoditi pertanian serta menimbulkan kerusakan hutan.

Sejak tahun 1986 kerusakan hutan di 15 negara Eropa telah mencapai 30,7 Ha. Kerusakan
hutan akibat hujan asam akan semakin meluas dan meningkat kerusakannya seiring dengan
[08.21, 13/4/2023] anisa: jalan mengurangi emisi gas NOx dan SO₂ dari sumber
antropogenik, seperti yang dilakukan melalui Clean Air Act Amendments 1990 berdedikasi
mengurangi emisi NOx dan SO₂. EPA (Environment Protection Agency). Emisi NOx
direduksi sebesar 2 juta ton dari tingkat emisi tahun 1980 dan untuk SO₂ peraturan
menentukan kapasitas 8,95 juta ton emisi per tahun yang berasal dari pembangkit listrik
dan 5,6 juta ton yang berasal dari industri.

6) El-Nino dan La-Nina


La Nina dan El Nino merupakan satu gejala yang menunjukkan adanya perubahan pada iklim
Bumi. El Nino adalah kejadian di mana suhu air laut yang ada di Samudra Pasifik memanas di
atas rata-rata suhu normal. Sedangkan La Nina adalah peristiwa turunnya suhu air laut di
Samudera Pasifik di bawah suhu rata rata sekitarnya. Berdasarkan acuan sejarah, El Nino
merupakan sebuah peristiwa yang terjadi dan diamati oleh penduduk dan nelayan dari Peru dan
Ekuador yang bermukim di sekitar pantai Samudera Pasifik bagian timur, yang basanya terjadi
pada bulan Desember. Peristiwa yang diamati oleh masyarakat tersebut adalah peristiwa
meningkatnya suhu air laut. Setelah lama meneliti, para ahli ternyata juga menemukan
peristiwa kebalikan dari El Nino yaitu peristiwa di mana suhu air laut menghangat, yang
dinamakan La Nina.

Dimana fenomena ini memiliki rentang waktu 2-7 tahun. Terjadinya El Nino disebabkan oleh
meningkatnya suhu perairan di Pasifik timur dan tengah yang mengakibatkan meningkatnya
suhu dan kelembaban pada atmosfer yang berada diatasnya. Dimana peristiwa ini
menyebabkan pembentukan awan yang juga meningkatkan curah hujan pada kawasan tersebut.
Dan juga mengakibatkan tekanan udara pada barat Samudera Pasifik yang menghambat
pertumbuhan awan di laut Indonesia bagian timur yang membuat curah hujan menurun secara
tidak normal di beberapa wilayah di Indonesia. Sedangkan La Nina, disebabkan oleh subu
permukaan laut pada bagian barat dan timur Pasifik yang menjadi lebih tinggi daripada
biasanya. Kejadian tersebut menyebabkan tekanan udara pada ekuator Pasifik barat menurun
yang mendorong pembentukkan awan berlebihan dan menyebabkan curah hujan tinggi pada
daerah yang terdampak. Kejadian El-Nino tidak terjadi secara tunggal tetapi secara berurutan
setelah atau sebelum La-Nina.

Hasil kajian dari tahun 1900 sampai tahun 1998 mengungkapkan bahwa El-Nino telah terjadi
sebanyak 23 kali (rata-rata 4 tahun sekali). La-Nina hanya 15 kali (rata-rata 6 tahun sekali).
Dari 15 kali kejadian La-Nina, sekitar 12 kali (80%) terjadi berurutan dengan tahun El-Nino.
La-Nina mengikuti El-Nino hanya terjadi 4 kali dari 15 kali kejadian sedangkan yang
mendahului El-Nino 8 kali dari 15 kali kejadian. Hal ini menunjukkan bahwa peluang
terjadinya La-Nina setelah El-Nino tidak begitu besar, Kejadian El-Nino 1982/83 yang
dikategorikan sebagai tahun kejadian El-Nino yang kuat tidak diikuti oleh La-Nina. Pengaruh
El Nino terhadap Indonesia pada umumnya adalah membuat subu permukaan air laut di sekitar
Indonesia menurun yang berakibat pada berkurangnya perubentukan awan yang membuat
curah hujan menurun, namun kandungan klorofil-a pada lautan Indonesia meningkat.
Kandungan klorofil-a yang meningkat berarti meningkatnya pasokan makanan di lautan
Indonesia yang tentunya meningkatkan jumlah ikan yang ada di sekitar perairan Indonesia
Sementara dampak La Nina adalah meningkatnya curah hujan di wilayah Pasifik Ekuatorial
Barat, yang di mana Indonesia termasuk di dalamnya. La Nina membuat coaca cenderung
menjadi hangat dan lebih lembab. Fenomena La Nina yang meningkatkan curah hujan,
membuat cuaca pada musim kemarau Indonesia, menjadi lebih basah. La Nina akan sangat
terasa dampaknya bagi kota dan daerah yang tidak mempunyai resapan air yang bagus,
contohnya Medan.

Di mana hujan yang terjadi selama beberapa jam sudah cukup untuk membuat Jakarta
tergenang banjir. Dampak La Nina juga berpengaruh terhadap permasalahan-permasalahan
kesehatan yang meningkat seiring dengan tingginya potensi bencana alam seperti banjir dan
tanah longsor. Banyaknya penyakit-penyakit menular Water-borne disease (penyakit yang
terbawa air), seperti diare, demam tipus, kolera, disentri, leptospirosis, dan hepatitis A perlu
diwaspadai terutama pada daerah-daerah yang rawan banjir. Sementara dampak dari La Nina
terhadap nelayan adalah berkurangnya tangkapan ikan yang dikarenakan kurangnya
kandungan klorofil-a tumbuhan; dan (2) Non-degradable, yaitu polutan yang tidak dapat
diuraikan oleh kemampuan proses alam itu sendiri. Contohnya merkuri, timah hitam, arsenik,
dan lain-lain.

7) Dampak Pencemaran Lingkungan


a. Menganggu Keseimbangan Lingkungan

Pencemaran lingkungan yang terjadi tanpa disadari akan menimbulkan ketidakseimbangan


lingkungan atau ekosistem yang ada. Sebab pencemaran akan merusak keadaan yang
mulanya baik menjadi tidak baik. Ketika terjadi pencemaran akan banyak yang terganggu,
bukan hanya manusia, tetapi hewan dan juga tumbuhan. Pencemaran lingkungan bisa
terjadi di mana saja salah satunya sungai. Kondisi sungai yang tercemar akibat limbah dan
sampah dapat menyebabkan banyaknya sampahsampah yang menumpuk di bantaran
sungai dan airnya yang berwarna eruh serta berbau amis. Limbah dan sampah berpotensi
besar dalam pencemaran lingkungan karena menyebabkan menurunnya kualitas
lingkungan hidup serta merusak ekosistem alaminya.

Dampak negatif dari menurunnya kualitas lingkungan hidup, baik karena terjadinya
pencemaran atau kerusakannya sumber daya alam adalah timbulnya ancaman atau dampak
negatif terhadap kesehatan, menurunnya nilai estetika, kerugian ekonomi (economic cost)
dan terganggunya sistem alami (natural system). Dampak negatif terhadap kesehatan
masyarakat akan dirasakan dalam kurun waktu jangka panjang. Dengan tercemarnya
lingkungan hidup oleh limbah dan sampah nilai estetika dari lingkungan tersebut akan
menurun, lingkungan yang tercemar tersebut akan terlihat kumuh dan tidak dapat
digunakan untuk kepentingan sehari-hari. Tercemarnya lingkungan juga akan mengganggu
sistem alami dari lingkungan tersebut.

b. Menyebabkan Terjadinya Lubang Ozon

Pencemaran lingkungan akan menyebabkan kerusakan pada lingkungan tersebut. Salah


satunya berupa menipisnya lubang ozon. Ketika lubang ozon sudah semakin menipis, maka
hal ini lama kelamaan akan menjadi berlubang. Kita semua mengetahui bahwasanya
lapisan ozon sangat membantu untuk melindungi Bumi dari paparan sinar ultraviolet secara
langsung. Apabila lapisan ozon ini berlubang maka otomatis hal ini akan menyebabkan
sinar ultraviolet menyinari Bumi secara langsung. Sinar ultraviolet ini sangat berbahaya
karena dapat menimbulkan berbagai macam penyakit, seperti kanker kulit, mematikan
binatang- binatang laut, dan sebagainya. Panipisan lapisan ozon ini terjadi karena adanya
penumpukan gas-gas rumah kaca yang terdiri dari gas-gas karbonmonoksida (CO),
karbondioksida (CO), dan lain sebagainya.

c. Punahnya Berbagai Spesies Flora dan Fauna

Pencemaran lingkungan sangat berpengaruh terhadap flora dan fauna. Ketika polutan sudah
masuk ke dalam lingkungan hidup, maka akan mematikan beberapa jonis tora dan fauna
yang telah hidup. insektisida DDT mengakibatkan penurunan populasi hewanhewan jenis
lainnya yang bukan hewan target akibat adanya akumulasi DDT yang mengikuti rantai
makanan.

8) Isu Lingkungan Nasional dan Lokal

Isu lingkungan nasional merupakan permasalahan lingkungan yang akibatnya dapat dirasakan
cukup luas. Permasalahan lingkungan yang merupakan isu lingkungn nasional dapat berasal
dari kegiatan manusia atau dapat juga berasal dari aktivitas alam itu sendiri. Permasalahan
lingkungan nasional juga bukan merupakan aktivitas langsung dari manusia atau alam yang
mengakibatkan gangguan kepada alam dan manusia tetapi dampak dari aktivitas tersebut yang
akan mempengaruhi alam dan manusia. Adapun beberapa contoh isu lingkungan nasional
yaitu: deforestasi; pencemaran limbah industri; kebakaran hutan, dan pencemaran minyak
lepas pantai. Isu lingkungan lokal merupakan efek dari kegiatan yang ada di permukaan bumi
baik yang alami maupun akibat perbuatan manusia. Dalam isu lingkungan lokal biasanya
terkait dengan masalah pencemaran udara, pencemaran air, tanah dan pencemaran suara.
Adapun beberapa contoh isu lingkungan lokal yaitu: kekeringan, banjir; longsor; erosi pantai;
dan instrusi air laut.
BAB III

PENUTUP

1) Kesimpulan

Jakarta sebagai kota metropolitan dibebani oleh kegiatan transportasi yang cukup padat
yang memberi sumbangan bahan pencemar udara yang cukup signifikan, demikian halnya
untuk kota-kota besar lainnya, Pencemaran udara akibat gas buang kendaraan bermotor
kurang disadari oleh masyarakat pada umumnya, padahal dampak dari pembakaran bahan
bakar ini sungguh luar biasa dalam jangka panjang, seperti yang sedang dialami oleh
penduduk seluruh dunia yaitu terjadinya pemanasan global (global warming).Juga
kebakaran hutan secara alamiah dan pembakaran hutan yang dilakukan untuk pembukaan
lahan pertanian/ perkebunan juga menghasilkan gas CO₂ yang cukup banyak karena semua
perubahan senyawa organik akan menghasilkan gas CO₂, seperti reaksi berikut: (CH₂O) n
+ nO2 (g) →n CO2 (g) + H₂O (g) Di samping itu, pengolahan sampah dengan cara dibakar,
yang banyak dilakukan masyarakat akan memberikan kontribusi terhadap peningkatan gas
CO₂ di atmosfer. CFC pertama kali digunakan pada lemari es kemudian digunakan sebagai
pendorong aerosol dalam kaleng atas butol penyemprot, joga digunakan untuk
membersihkan sirkuit komputer yang halos Sifat stabil dan CFC yang sangat bermanfaat
di bumi ini memberi peluang baginya untuk merusak lapisan onco CTC yang terdifusi ke
stratosfer akan mengalami pemutusan ikatan Kimianya oleh radiasi UV-C menghasilkan
khlor-khler bebas yang sangat reaktid, kemudian mengikat sebuah atom oksigen biasa (0₂).
Berdasarkan acuan sejarah, El Nino merupakan sebuah peristiwa yang terjadi dan diamati
oleh penduduk dan nelayan dari Peru dan Ekuador yang bermukim di sekitar pantai
Samudera Pasifik bagian timur, yang basanya terjadi pada bulan Desember. Sementara
dampak La Nina adalah meningkatnya curah hujan di wilayah Pasifik Ekuatorial Barat,
yang di mana Indonesia termasuk di dalamnya.

2) Saran

Untuk hal ini pemerintah diharapkan agar melakukan penyuluhan secara ketat, baik itu
dengan membentuk tim khusus dalam mengatasi masalah iklim dan memberikan
pembekalan kepada masyarakat seberapa besar pentingnya kita dalam menjaga iklim agar
tetap stabil tanpa ada fenomena perubahan iklim secara drastis, yang mana fenomena ini
akan merugikan seluruh umat manusia.
DAFTAR PUSTAKA

SidabutarHudson (2023) Ilmu Alamiah Dasar, Edisi Revisi. Unimed Press. Medan.

Anda mungkin juga menyukai