Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN MINI RISET

ANALISIS PENGARUH INFLASI, JUMLAH UANG BEREDAR (M2) DAN BI RATE


TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG).
PERIODE 2019-2022
Dosen Pengampu: Dr.Muhammad Hasyim M.Si

KELOMPOK 4

ILMAN ASHARI (7213540009)


NAZWA FAZIRAH NASUTION (7213240001)
TRI KURNIA (7211240014)
ZAKIA HASANAH HASIBUAN (7213540032)

PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022-2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa Allah swt atas berkat
dan rahmatnya sehingga Saya masih diberikan kesempatan untuk dapat menyelesaikan Mini
Riset. Mini Riset ini saya buat guna memenuhi penyelesaian tugas pada mata kuliah Lembaga
Keuangan Perbankan, semoga Mini Riset ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan
bagi para pembaca.

Dalam penulisan Mini Riset ini, saya tentu saja tidak dapat menyelesaikannya sendiri
tanpa bantuan dari pihak lain. Oleh karena itu,saya mengucapkan terimakasih kepada:

1. Kepada Allah SWT yang telah memberikan kelancaran dalam penulisan tugas ini

2. Kepada dosen pengampu ibu Drs. Muhammad Hasyim M.Si

Saya menyadari bahwa Mini Riset ini masih jauh dari kata sempurna karena masih
banyak kekurangan.Oleh karena itu, saya dengan segala kerendahan hati meminta maaf dan
mengharapkan kritik serta saran yang membangun guna perbaikan dan penyempurnaan ke
depannya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila ada kesalahan kata – kata yang kurang
berkenan di dalam Mini Riset ini kami ucapkan terima kasih.

Medan, Mei 2023

Kelompok 4

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... 2


DAFTAR ISI ....................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang............................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................ 5
1.3 Tujuan ......................................................................................................................... 5
BAB II LANDASAN TEORI .............................................................................................. 6
2.1 Pengertian Tingkat Inflasi ............................................................................................ 6
2.2 Jumlah uang beredar .................................................................................................... 7
2.3 BI Rate ........................................................................................................................ 9
2.4 Indeks Harga Saham Gabungan( IHSG) ..................................................................... 10
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................................... 11
3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel .......................................................... 11
3.2 Jenis dan Sumber Data ............................................................................................... 12
3.3 Metode Pengumpulan Data ........................................................................................ 12
3.4 Metode Analisis Data................................................................................................. 13
BAB IV PEMBAHASAN .................................................................................................. 16
4.1 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda ..................................................................... 16
4.4 Uji Simultan (Uji F) ................................................................................................... 18
BAB V PENUTUP ............................................................................................................. 21
5.1 Kesimpulan................................................................................................................ 21
5.2 Saran ......................................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 22

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di Indonesia sebagian besar dana-dana bank pemerintah berasal dari Bank Indonesia
yang kemudian disalurkan dalam berbagai investasi. Investasi dapat dilakukan dalam
berbagai cara. Salah satunya adalah dengan berinvestasi dipasar modal. Kegiatan dari
investasi merupakan suatu kegiatan yang menempatkan dana pada satu atau lebih asset
selama dalam periode tertentu dengan harapan untuk memperoleh pendapatan atau
peningkatan atas nilai investasi awal.

Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan ketika memutuskan


untuk pendanaan perusahaan. Pada sisi yang lain, saham merupakan instrument investasi
yang banyak dipilih para investor karena saham mampu memberikan tingkat keuntungan
yang menarik.

Apabila sektor keuangan investasi berfungsi dengan baik, maka dana menganggur
pada pihak yang kelebihan dana dapat dikurangi, sedangkan kebutuhan investasi atau
konsumsi dari pihak yang kekurangan dana dapat terpenuhi. Pada dasarnya, pergerakan
indeks harga saham di Indonesia ini sangatlah berfluktuatif. Dalam hal ini, para investor
harus memahami dan meramalkan tentang suatu kondisi perekonomian terutama pada
ekonomi makro dimasa yang akan datang. Setiap para investor di pasar modal membutuhkan
informasi yang relevan terkait tentang perkembangan transaksi di bursa.

Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor
baik dari dalam negeri (internal) maupun dari ri (eksternal.

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi harga saham antara lain inflasi dan BI
rate.Definisi singkat dari inflasi adalah kecenderungan dari harga- harga untuk naik secara
umumdan terus menerus. Apabila di suatu negara sedang mengalami inflasi yang cukup
tinggi maka akan menyebabkan naiknya konsumsi masyarakat sehingga akan mempengaruhi
pola saving atau penyimpanan dan pembiayaan pada masyarakat.

"Inflasi berhubungan dengan suku bunga. Jika inflasi semakin tinggi tanpa diimbangi
oleh kenaikan suku bunga maka keuntungan dari sebuah investasi.

4
Kenaikan atau penurunan BI rate akan mempengaruhi tingkat suku bunga antar bank
dan tingkat suku bunga deposito juga akan menjadi isyarat bagi pasar akan arah pergerakan
tingkat suku bunga terutama suku bunga pinjaman yang akan mempengaruhi sektor riil.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan di bahas

1. Bagaimana pengaruh infalsi terhadap harga saham?


2. Bagaiman pengaruh BI Rate terhadap terhadap indeks harga saham gabungan
(IHSG)?
3. Bagaimana pengaruh jumlah uang beredar terhadap harga saham ?
4. Bagaimana pengaruh inflasi , Jumlah Uang Beredardan BI Rate terhadap harga saham
gabungan (IHSG)?

1.3 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui komponen yang mempengaruhi
perubahan Indeks Harga Saham Gabungan(IHSG) dan seberapa penting komponen dalam
pengukuran Indeks Harga Saham Gabungan(IHSG).Berdasarkan pokok permasalah yang
telah disebutkan pada bagian sebelumnya, maka tujuan dalam penelitian ini yaitu Untuk
menganalisis pengaruh langsung BI Rate,jumlah uang beredar dan inflasi terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan(IHSG) di Indonesia tahun 2019-2022.

5
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Tingkat Inflasi

Inflasi adalah suatu keadaan perekonomian tingkat harga dan biaya - biaya umum
naik, misalnya naik harga beras, bahan bakar, tanah, dan lain-lain selamasuatu periode waktu
tertentu.Definisi inflasi oleh para ekonomi modern adalah kenaikan yang menyeluruhdari
jumlah uang yang harus dibayarkan (nilai unit perhitungan moneter) terhadapbarang-barang
atau komoditas jasa.

Tingkat inflasi adalah berubahnya presentase harga secara keseluruhan yang sangat
bervariasi sepanjang waktu dan antar negara. Indikator yang sering digunakan untuk
mengukur tingkat inflasi yaitu indeks harga konsumen (IHK). Perubahan IKH dari waktu ke
waktu menunjukkan pergerakan harga dari barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat.
IHK adalah suatu ukuran atas keseluruhan biaya pembelian barang dan jasa oleh rata-rata
konsumen.

Dalam ilmu ekonomi inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara
umum dan terus-menerus berkaitan dengan mekanisme pasar yang dpat disebabkan oleh
berbagai faktor antara lain: konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di
pasar yang memicu konsumen atau bahkan spekulasi sampai termasuk juga akibat adanya
ketidak lancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses
menurunnya nilai matauang secara terus menerus (continue).

1. Penyebab inflasi

Berdasarkan alasan penyebabnya, inflasi dapat dibedakan menjadibeberapa macam, yaitu


sebagai berikut:

 Demand pull inflation yaitu inflasi sebagai dari tarikan permintaan yang sering
disebut juga dengan kelebihan permintaan. Kenaikan permintaan masyarakat akan
barang konsumsi yang mendorong pemerintah dan parapengusaha untuk menambah
investasi melalui kredit.
 Cost push inflation yaitu inflasi yang disebabkan oleh adanya kenaikan biaya
produksi. Harga-harga dan upah naik sebelum tercapainya tingkat penggunaan sumber
daya secara penuh. Buruh memaksa menuntut kenaikkan upah, walaupun masih

6
banyak tenaga yang tidak bekerja. Pemerintah banyak mencetak uang yaitu
pemerintah melalui bank sentral terlalu banyak menciptakan uang, karena ingin
melayani permintaan kredit dari masyarakat umum dan dari dunia uasaha pada
khususnya.

Menurut penganut teori kuantitas menyatakan bahwa terjadinya inflasi hanya


disebabkan oleh satu faktor yaitu pemerintah terlalu banyak mencetak uang baru sehingga
jumlah uang yang beredar akan bertambah.

2. Dampak inflasi

Menurut para ekonomi islam, inflasi berakibat sangat buruk bagi perekonomian
karena: menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, terutama terhadap fungsi tabungan
(nilai simpanan), fungsi dari pembayaran dimuka dan fungsi dari unit perhitungan,
melemahkan semangat menabung dan sikap terhadap menabung dari masyarakat,
meningkatnya kecendrungan untuk berbelanja terutama untuk non-primer dan barang-barang
mewah, mengarahkan investasi pada hal-hal yang non-produktif yaitu penumpukan kekayaan
seperti, tanah, bangunan, logam mulia, mata uang asing denganmengorbankan investasi
kearah produktif.

Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif tergantung parah atau tidaknya
inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat
mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat
orang bergairah bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa
inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hyper inflation) keadaan
perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Secara umum, inflasi dapat
mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu negara, mendorong kenaikan suku bunga,
mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan pembangunan,
ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran, dan merosotnya tingkat kehidupan
dankesejahteraan masyarakat.

2.2 Jumlah uang beredar

Uang yang terdapat dalam perekonomian, adalah penting untuk membedakan di


antara mata uang dalam peredaran dan uang beredar. Jumlah merupakan seluruh jumlah mata
uang yang telah dikeluarkan dan diedarkan oleh bank sentral. Mata uang tersebut terdiri dari
dua jenis, yaitu uang logam dan uang kertas. Dengan demikian mata uang dalam peredaran

7
adalah sama dengan uang kartal. Sedangkan jumlah uang beredar adalah semua jenis uang
yang berada didalam perekonomian, yaitu jumlah dari mata uang dalam peredaran ditambah
dengan uang giral dalam bank bank umum. Pengertian uang beredar atau money supply perlu
dibedakan pula menjadi dua pengertian, yaitu pengertian yang terbatas dan pengertian yang
luas. Dalam pengertian yang terbatas uang beredar adalah mata uang dalam peredaran
ditambah dengan uang giral yang dimiliki perseorangan-perseorangan, perusahaan
perusahaan,dan badan-badan pemerintah.

Penawaran uang atau jumlah uang beredar (JUB). Para ahli ekonomi mendefinisikan
penawaran uang ini danmemeriksa komponen atau unsur yang membentuknya. Pada
umumnya, mereka melihat jumlah uang yang beredar itu secara bertahap. Mula- mula mereka
melihat unsur- unsur yang paling mudah dipakai sebagai alat pembayaran, sesudah itu lalu
melangkah ke yang lebih sulit lagi.

Jumlah uang beredar adalah perubahan jumlah uang beredar ditentukan oleh hasil
interaksi antara masyarakat, lembaga keuangan serta bank sentral.

Proses bagaimana interaksi ini berjalan, di bawah ini akan dijelaskan mulai dari
proses sederhana hingga yang lebih kompleks (lebih realistis). Proses sederhana guna
mengetahui proses yang sederhana tentang penciptaan kredit (dan juga proses perubahan
jumlah uang beredar) maka perlu dilakukan penyederhanaan keadaan yang nyata terjadi
melalui penggunaan beberapa anggaran anggapan. Anggapan ini tentu saja tidak realistis.
Namun, apabila proses yang sederhana ini sudah dipahami, dengan meninggalkan atau
mengubah anggapan-anggapan tersebut bisa dipahami proses yang lebih kompleks tanpa
kehilangan jejak.

Yang dimaksud dengan jumlah uang beredar adalah nilai keseluruhan uang yang
berada di tangan masyarakat. Jumlah uang beredar dalam arti sempit (narrow money)adalah
jumlah uang beredar yang terdiri atas uang kartal dan uang giral. Secara teknis, yang dihitung
sebagai jumlah uang beredar adalah uang yang benar-benar berada di tangan masyarakat.
Uang yang berada di tangan bank (bank umum dan bank sentral), serta uang kertas dan logam
(uang kartal) milik pemerintah tidak dihitung sebagai uang beredar. Perkembangan jumlah
uang beredar mencerminkan atau seiring dengan perkembangan ekonomi. Biasanya bila
perekonomian bertambah dan berkembang, jumlah uang beredar juga bertambah, sedang
komposisinya berubah. Bila perekonomian makin maju, porsi penggunaan uang kartal (kertas
dan logam) makin sedikit, digantikan uang giral atau near money. Biasanya juga bila

8
perekonomian makin menigkat, komposisi M1 dalam peredaran uang makin kecil, sebab
porsi uang kuasi makin besar. Gejala tersebut diatas juga terjadi di indonesia, dilihat dari
pertambahan jumlah uang beredar dan perubahan komposisinya.

2.3 BI Rate

A.Teori BI rate menurut para ahli

Menurut Dahlan Siamat dalam bukunya yang berjudul “Manajemen Lembaga

Keuangan Kebijakan moneter dan perbanakan” menyebutkan bahwa “BI Rate adalah suku

bunga dengan tenor satu bulan yang diumumkan oleh Bank Indonesia secara priodik untuk

jangka waktu tertentu yang berfungsi sebagai sinyal (stance) kebijakan moneter”. Suku bunga

acuan atau yang biasa disebut degan BI Rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank
Indonesia setiap bulan pada rapat Dewan Gubernur. Besaran suku bunga yang telah
ditetapkan akan di implementasikan pada operasi moneter yang dilakukan oleh Bank
Indonesia.

Melalui pengelolaan Ekuiditas di pasar uang. Adanya mekanisme suku bunga acuan
(BI rate) ini menjadi lebih penting bagi Indonesia sejak dilepaskannya sistem nilai
tukarmengambang terkendali dan diganti dengan sistem nilai tukar mengambang bebas. Ada
beberapa pengertian mengenai suku bunga acuan (BI Rate) ini, diantaranya adalah:

Menurut Suhandi, “ suku bunga adalah sebuah harga yang menghubungkan masa kini

dengan masa depan, sebagaimana harga lainnya maka tingkat suku bunga ditentukan oleh

interaksi antara permintaan dan penawaran uang”.

Menurut Puspopranoto,“ tingkat bunga adalah biaya peminjam atau harta yang

dibayar untuk meminjam sejumlah dana”.

Dari defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa suku bunga adalah biaya yang harus
dibayarkan peminjam dan imbalan yang diterima pemberi pinjaman. Adapun Fungsi dan
peran suku bunga yaitu untuk mempengaruhi investasi surat berharga luar negeri sehingga
akan berpengaruh terhadap permintaan dan penawaran mata uang asing investor
yangbertransaksi secara global. Apabila tingkat suku bunga domestic (Indonesia) naik dan

9
tingkat suku bunga luar negeri relatif tidak berubah maka Investor yang ada di Indonesia akan
mengurangi permintaan terhadap US Dollar dan suku bunga di Indonesia akan menawarkan
pengembalian yang menarik, dan investor asing akan menawarkan US dollar untuk
ditukarkan dengan mata uang domestic (Indonesia). Penjelasan ini menggambarkan bahwa
kenaikan suku bunga akan mendorong nilai tukar mata uang suatu negara. Sasaran
operasional kebijakan moneter dicerminkan pada perkembangan suku bunga Pasar Uang
Antar Bank Overnight (PUAB O/N).

2.4 Indeks Harga Saham Gabungan( IHSG)

IHSG merupakan untuk mengukur nilai kinerja seluruh saham yang tercatat di suatu
bursa efek dengan menggunakan semua saham yang tercatat di bursa efek sebagai komponen
penghitungan indeks. IHSG digunakan untuk mengetahui perkembangan dan situasi umum
pasar modal, bukan situasi perusahaan tertentu. Indeks ini mencakup pergerakan harga
seluruh saham biasa dan saham preferen yang tercatat di BEI.

Menurut Anoraga dan Pakarti (2001 : 101) IHSG merupakan indeks yang
menunjukkan pergerakan harga saham secara umum yang tercatat di bursa efek yang menjadi
acuan tentang perkembangan kegiatan di pasar modal. IHSG ini bisa digunakan untuk menilai
situasi pasar secara umum atau mengukur apakah harga saham mengalami kenaikan atau
penurunan. IHSG juga melibatkan seluruh harga saham yang tercatat di bursa.

Agar IHSG dapat menggambarkan keadaan pasar yang wajar, Bursa Efek Indonesia
berwenang mengeluarkan atau tidak memasukkan satu atau beberapa Perusahaan Tercatat dari
perhitungan IHSG.

Menurut Samsul (2006 : 185), IHSG berubah setiap hari karena (1) perubahan harga
pasar yang terjadi setiap hari dan (2) adanya saham tambahan. Pertambahan jumlah saham
beredar berasal dari emisi baru, yaitu masuknya emiten baru yang tercatat di Bursa Efek, atau
terjadi tindakan corporate action berupa split, right, waran, dividen saham, saham bonus, dan
saham konversi. Perubahan harga saham individu di pasar terjadi karena faktor permintaan
dan penawaran. Terdapat berbagai variabel yang mempengaruhi permintaan dan penawaran,
baik yang rasional maupun yang irrasional. Pengaruh yang sifatnya rasional mencakup kinerja
perusahaan, tingkat bunga, tingkat inflasi, tingkat pertumbuhan, kurs valuta asing, atau indeks
harga saham dari negara lain.

10
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional variabel adalah penjabaran masing-masing variabel terhadap


indikator-indikator yang membentuknya. Dalam definisi operasional penelitian menggunakan
Variabel Bebas (Independent Variable) dan Variabel terikat (Dependent Variable).

Variabel Bebas (Independent Variable) Variabel yang menjadi sebab perubahan atau
timbulnya variabel dependen (terikat). Dikenal sebagai variabel bebas, artinya memengaruhi
variabel lain. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini meliputi inflasi, jub BI rate,
PDB.

1. Inflasi

Inflasi secara umum dapat didefinisikan sebagai kenaikan harga barang-barang yang
ditunjukkan oleh kenaikan indeks harga dari barang-barang yang menjadi acuan oleh Badan
Pusat Statistik (BPS). Kenaikan harga barang-barang tersebut secara langsung akan
menyebabkan tingkat penghasilan riil yang digunakan oleh masyarakat untuk melakukan
konsumsi menjadi menurun. Semakin tinggi tingkat inflasi akan menurunkan daya beli
masyarakat terhadap barang dan jasa.

2. Jumlah Uang Beredar

uang yang beredar adalah seluruh uang kartal dan uang giral yang tersedia untuk
digunakan masyarakat. Uang kartal adalah uang tunai (yang dikeluarkan oleh pemerintah atau
bank sentral) yang langsung dibawah kekuasaan masyarakat (umum) untuk
menggunakannya. Menurut Ozbay (2009) dalam KusumaBadjra (2016), “kelebihan Jumlah
uang beredar dapat mengakibatkan inflasi yang lebih tinggi”

3. BI Rate

BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan
moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. Bila suku
bunga Rupiah lebih tinggi dari suku bunga US$, rupiah akan melemah. Sebaliknya, bila suku
bunga rupiah lebih suku bunga US$, maka rupiah cenderung tertekan menguat.

11
Variabel Terikat (Dependent Variable) Variabel yang dipengaruhi variabel
independen (bebas) dikenal sebagai variabel terikat, variabel efek, hasil outcome. Variabel
terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga saham.

1. Harga Saham

Harga saham adalah harga saham di bursa saham pada saat tertentu yang ditentukan
oleh pelaku pasar dan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan di pasar
modal. Harga Saham merupakan harga yang dibentuk dari interaksi para penjual dan pembeli
saham yang dilatar belakangi oleh harapanterhadap profit perusahaan.

3.2 Jenis dan Sumber Data

A. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data kuantitatif
adalah penelitian yang menggunakan angka dalam penyajian data dan analisis yang
menggunakan uji statistika. Dalam melakukan pengumpulan data, penelitian ini dilakukan
dengan penelusuran yang menggunakan sebuah perangkat komputer serta dapat diakses
melalui internet.

B. Sumber Data

Sumber data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu data yang sudah diolah
sebelumnya dan diperoleh oleh peneliti dari sumber yang lainnya sebagai informasi
tambahan. Data sekunder ini diambil berdasarkan periode waktu atau dengan runtun waktu
tertentu (time series).

Untuk data sekunder yang digunakan adalah sebagai berikut:

1) Data indeks Indonesia (PDB Indonesia) pada periode 2019 sampai periode 2022, yang
dihasilkan dengan data tahunan dari BPS (Badan Pusat Statistik) Indonesia.
2) Data inflasi pada periode 2019 sampai periode 2022, yang dihasilkan dengan data
tahunan dari BPS (Badan Pusat Statistik) Indonesia.
3) Data jumlah uang beredarpada periode 2019 sampai periode 2022, yang dihasilkan
dengan data tahunan dari BPS (Badan Pusat Statistik) Indonesia.
4) Data BI ratepada periode 2019 sampai periode 2022, yang dihasilkan dengan data
tahunan dari BPS (Badan Pusat Statistik) Indonesia.

3.3 Metode Pengumpulan Data

12
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
observasi, dokumentasi dan studi kepustakaan. Variabel-Variabel Penelitian Penelitian ini
menggunakan beberapa indikator variabel faktor-faktor makro ekonomi diantaranya : inflasi
jub dan BI rate sebagai variabel independen (X) dan harga saham sebagai variabel dependen
(Y). Pada penelitian ini ada dua metode pengumpulan data, yaitu:

1. Dokumentasi

Dokumentasi ini bisa disebut sebagai data sekunder, yang dimana peniliti
memperolhe data melalui pencatatan sumber serta publikasi melalui media. Data tersebut
yaitu PDB, Ekspor, dan Investasi yang didapatkan dari publikasi BPS (Badan Pusat Statistik)
Indonesia.

2. Studi pustaka

Metode studi pustaka adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan
menggunakan literatur yang berupa buku, catatan ataupun laporan hasil penelitian dari
penelitian terdahulu.

3.4 Metode Analisis Data

Dalam pengolahan data, digunakan model regresi linear berganda untuk mendapatkan
hasil yang jelas mengenai keterkaitan antara variabel bebeas dan variabel terikat dalam
penelitian ini. Alat bantu ekonometrika (sotware) yang digunakan peneliti dalam penelitian
ini adalah Eviews 12.

A.Analisis Regresi Linear Berganda

Metode analisis yang dipakai menentukan perkiraan dari pengaruh yang terdapat
pada variabel bebas (X) dan varibale terikat (Y) adalah Analisis regresi
berganda.Persamaan regresi linear berganda dalam penelitian ini sebagai berikut:

Y = α + b1X1+ b2X2 + b3X3 + ε

Dimana:

Y : Indeks Harga Saham (IHSG)

α:Konstanta

X1 :Inflation

13
β:Koefisien regresi parsial

X2: Jumlah uang beredar

X3 : BI Rate

ε :Faktor di luar model

Dalam penggunaan regresi linear berganda dilakukan dengan berbagai macam uji, yaitu:

1. Uji Hipotesis

Untuk menguji secara linear berganda dirumuskan, maka analisis selanjutnya adalah
dilakukan uji hipotesisi. Uji hipotesis tersebut untuk menguji pengaruh secara parsial dan
simultan variable independen terhadap variabel dependen.

a. Uji Parsial

Untuk menguji secara parsial pengaruh variabel independen terhadap variable dependen
digunakan uji t. Cara pengujian dengan membandingkan antara t hitung dengan t tabel pada
tingkat kepercayaan 95 %. Kaidah pengambilan keputusannya adalah:

 Apabila t hitung lebih besar dari t tabel pada tingkat kepercayaan 95 % maka Ho
ditolak dan diterima Ha.
 Apabila t hitung lebih kecil dari t tabel pada tingkat kepercayaan 95 % maka Ho
diterima dan tolak Ha.

Dalam penelitian ini, Ha adalah hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, dan Ho adalah
penolakan pada hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini. Variabel independen terdiri
inflasi, JUB, dan BI rate (suku bunga BI). Variabel dependen adalah IHSG

b. Uji Simultan

Untuk menguji pengaruh X1 dan X2 secara simultan terhadap Y, digunakan uji F,


caranya adalah membandingkan antara F hitung dengan F tabel pada tingkat kepercayaan 95
%. Kaidah pengambilan keputusannya adalah:

 Bila F hitung lebih besar dari F tabel pada tingkat kepercayaan 95 % maka Ha
diterima dan Ho ditolak.
 Bila F hitung lebih kecil dari F tabel pada tingkat kepercayaan 95 % maka Ha ditolak
dan Ho diterima.

14
c. Koefisien Determinasi (R-Square)

Koefisien detrminasi mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan


variasi variabel dependennya. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu, nilai R2
yang kecilberartikemampuanvariabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel
dependen sangat terbatas dan nilai yang mendekati satu berarti variabel- variabel
independent.

15
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh Jumlah Uang
Beredar, BI Rate dan Inflasi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Analisis ini
diolah menggunakan bantuan aplikasi Eviews 12. Hasil analisis linear berganda pada
penelitian ini bisa dilihat melalui tabel dibawah ini:

Dependent Variable: IHSG


Method: Least Squares
Date: 05/06/23 Time: 09:09
Sample: 2019M01 2022M12
Included observations: 48

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 7542768. 610667.5 12.35168 0.0000


JUB 269.4825 93.25337 2.889788 0.0060
BIR -742599.9 64175.12 -11.57146 0.0000
INF 339119.0 54649.78 6.205313 0.0000

R-squared 0.814342 Mean dependent var 6892029.


Adjusted R-squared 0.801684 S.D. dependent var 816727.5
S.E. of regression 363710.8 Akaike info criterion 28.52576
Sum squared resid 5.82E+12 Schwarz criterion 28.68169
Log likelihood -680.6183 Hannan-Quinn criter. 28.58469
F-statistic 64.33178 Durbin-Watson stat 1.850705
Prob(F-statistic) 0.000000

Berdasarkan tabel maka dapat disusun persamaan regresi berikut:

HSG = 7542767.88982 + 269.482507201*JUB - 742599.933239*BIR + 339119.023291*INF

Persamaan regresi tersebut menjelaskan besar dan arah pengaruh dari masing-masing
variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Jika koefisien regresi memiliki tanda positif hal
ini berarti bahwa variabel bebas memiliki pengaruh yang searah dengan variabel terikatnya,
sedangkan koefisien regresi yang memiliki tanda negatif berarti bahwa variabel bebas
memiliki pengaruh yang berlawanan arah dengan variabel terikatnya. Berdasarkan persamaan
tersebut, maka dapat dijelaskan arti dari masing-masing koefisien tersebut sebagai berikut:

β1 : - 742599.933239 berarti bahwa apabila BI rate naik sebesar 1 persen, maka Indeks
Harga Saham Gabungan akan menurun sebesar - 742599.933239 poin dengan syarat
variabel bebas lainnya konstan.

16
β 2: 339119.023291 berarti bahwa apabila tingkat inflasi meningkat sebesar sebesar 1
persen , maka Indeks Harga Saham Gabungan meningkat 339119.023291 poin dengan
syarat variabel bebas lainnya konstan.

β3 : 269.482507201 berarti bahwa apabila Jumlah Uang Beredar meningkat sebesar


sebesar 1 triliun rupiah, maka Indeks Harga Saham Gabungan meningkat
269.482507201poin dengan syarat variabel bebas lainnya konstan.

4.2 Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R2 ) mengukur sejauh mana kemampuan model yang dibentuk
dalam menerangkan variasi variabel terikatnya. Berdasarkan pada tabel tersebut
menunjukkan bahwa besarnya koefisien determinasi adalah sebesar 0.80 . Hal ini berarti
bahwa sebesar 80 persen variasi Indeks Harga Saham Gabungan dapat dijelaskan oleh ketiga
variabel bebas yaitu inflasi , jumlah uang beredar , BI rate sedangkan sisanya sebesar 20
persen dijelaskan oleh variabel lain di luar model penelitian.

4.3 Uji Hipotesis

Uji Parsial (Uji-t) Pengujian terhadap hasil regresi dilakukan dengan menggunakan
Uji-t dilakukan untuk menentukan apakah masing-masing variabel bebas yang digunakan
dalam penelitian ini dapat mempengaruhi variabel Indeks Harga Saham Gabungan yaitu
sebagai variabel terikat (depedent variable) secara signifikan. Untuk variabel yang signifikan
akan diinterpretasikan masing-masing dan bandingkan dengan hipotesis penelitian.

Hipotesis 1 : Pengaruh BI Rate terhadap Indeks Harga Saham Gabungan

Berdasarkan uji-t menunjukan bahwa variabel BI rate dengan koefisien regresi β1 = -


742599.933239 (negatif) dengan probabilitas sebesar 0.0000 lebih kecil dari 0.05 maka jika
nilai signifikan lebih kecil dari 0.05 atau 5% maka hipotesis yang diajukan diterima atau
dikatakan signifikan terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG) yang tercatat di Bursa
Efek Indonesia (BEI) selama periode 2019-2022 maka hasil penenlitian ini menunjukan
negatif dan signifikan.

Hipotesis 2 : Pengaruh inflasi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan

Berdasarkan uji-t menunjukan bahwa variabel inflasi dengan koefisien regresi β1 =


339119.023291 (Positif ) dengan probabilitas sebesar 0.0000 lebih kecil dari 0.05 maka jika
nilai signifikan lebih kecil dari 0.05 atau 5% maka hipotesis yang diajukan diterima atau

17
dikatakan signifikan terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG) yang tercatat di Bursa
Efek Indonesia (BEI) selama periode 2019-2022 maka hasil penenlitian ini menunjukan
positif dan signifikan .

Hipotesis 3 : Pengaruh Jumlah uang beredar terhadap Indeks Harga Saham Gabungan

Berdasarkan uji-t menunjukan bahwa variabel jumlah uang berdar dengan koefisien
regresi β1 = 269.482507201 (Positif ) dengan probabilitas sebesar 0.0060 lebih kecil dari
0.05 maka jika nilai signifikan lebih kecil dari 0.05 atau 5% maka hipotesis yang diajukan
diterima atau dikatakan signifikan terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG) yang
tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2019-2022 maka hasil penenlitian ini
menunjukan positif dan signifikan .

4.4 Uji Simultan (Uji F)

Hipotesis 4 : Pengaruh BI rate, inflasi dan jumlah uang beredar secara bersama-sama
terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG).

Pada pengujian untuk keseluruhan variabel dalam model dilakukan menggunakan


ujiF. Hasil pengujian F menunjukan nilai F-statistic sebesar 64,331178 dengan nilai
probabilitasnya sebesar 0.0000 lebih kecil dari α = 0.05 yang berarti H0 positif dan
signifikan. Hal ini berarti bahwa variabel BI rate, inflasi dan kurs diproaksikan secara
bersama-sama (simultan) berpengaruh positif dan signifikan terhadap indeks harga saham
gabunga (IHSG) dengan tingkat keyakinan sebesar 64,33 persen.

4.5 Uji Asumsi Klasik

Uji Multikolinearitas

Variance Inflation Factors


Date: 05/06/23 Time: 10:28
Sample: 2019M01 2022M12
Included observations: 48

Coefficient Uncentered Centered


Variable Variance VIF VIF

C 3.73E+11 135.3127 NA
JUB 8696.191 121.2985 1.484592
BIR 4.12E+09 29.49658 1.232632
INF 2.99E+09 9.678995 1.733709

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel independen (Ghozali, 2011:150). Jika ada korelasi yang tinggi

18
antara variabel independen tersebut, maka hubungan antara variabel dependen dan
independen menjadi terganggu. Pada penelitian ini, hasil pengujian multikolinieritas dengan
bantuan Software Eviews 12 dapat dilihat pada tabel Centered VIF sehingga diperoleh nilai
VIF untuk variabel BI rate sebesar 1,232632 , variabel Jumlah uang beredar 1,484592 dan
variabel inflasi sebesar 1,733709. Nilai variabel BI rate, inflasi dan kurs tidak ada yang lebih
besar dari 10 atau 5 (banyak buku yang menyaratkan tidak lebih dari 10, tapi ada juga yang
menyaratkan tidak lebih dari 5) maka dari itu H0 diterima dan dapat disimpulkan tidak terjadi
multikolinieritas pada ketiga variabel bebas tersebut.

Uji Autokorelasi

Autokorelasi sering dikenal dengan nama korelasi serial dan sering ditemukan pada
data serial waktu (time series). Uji autokorelasi bertujuan mengujiapakah dalam model
regresi ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik adalah regresi yang
bebas dari autokorelasi. Alat ukur yang digunakan untuk mendeteksi adanya autokorelasi
dalam penelitian ini menggunakan metode Breusch-Godfrey atau LM (Lagrange Multiplier)
Test dan tes Durbin-Watson (D-W).

Menggunakan LM Test, penelitian ini menggunakan Durbin- Watson. Hasil pengujian


autokorelasi metode Durbin Watson dengan bantuan bantuan Software Eviews 12 diperoleh
nilai (DW) sebesar 1.850705. Berdasarkan tabel Durbin-Watson maka dinytakan tidak
adanya autokorelasi dalam penelitian ini.

Uji Heterokedastisitas (Heterocedasticity)

Heteroskedastisitas merupakan ketidaksamaan variasi variabel pada semua


pengamatan dan kesalahan yang terjadi yang memperlihatkan hubungan sistematis sesuai
dengan besarnya satu atau lebih variable bebas sehingga kesalahan tersebut tidak random.
Keputusan terjadi atau tidaknya heteroskedastisitas pada model regresi linier adalah dengan
melihat Nilai Prob. F-statistic (F hitung). Apabila nilai Prob. F hitung lebih besar dari tingkat
alpha 0,05 (5%) maka H0 diterima yang artinya tidak terjadi heteroskedastisitas, sedangkan
apabila nilai Prob. F hitung lebih kecil dari dari tingkat alpha 0,05 (5%) maka H0 ditolak
yang artinya terjadi heteroskedastisitas. Oleh karena itu ada beberapa metode uji
heteroskedastisitas pada penelitian ini yang akan dilakukan yaitu diantaranya Breusch-Pagan-
Godfrey, Harvey, Glejser, ARCH, dan White agar kita yakin bahwa tidak terjadi
heteroskedastisitas dalam model regresi linier pada penenlitian ini.

19
Heteroskedasticity Test: Glejser
Null hypothesis: Homoskedasticity

F-statistic 6.146563 Prob. F(3,44) 0.7014


Obs*R-squared 14.17536 Prob. Chi-Square(3) 0.9027
Scaled explained SS 17.09405 Prob. Chi-Square(3) 0.8007

Nilai Prob. Chi-Square sebesar 0.9027 yang lebih besar dari 0,05, maka Ho diterima dan Ha
ditolak. Artinya tidak terdapat gejala Heteroskedastisitas atau lulus Uji Heteroskedastisitas.

Uji Normalitas

Uji normalitas yang dimaksud dalam asumsi klasik pendekatan OLS adalah (data)
residual yang dibentuk model regresi linier terdistribusi normal, bukan variabel bebas
ataupun variabel terikatnya. Keputusan terdistribusi normal tidaknya residual secara
sederhana dengan membandingkan nilai Probabilitas JB (Jarque-Bera) hitung dengan tingkat
alpha 0,05 (5%). Apabila Prob. JB hitung lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan
bahwa residual terdistribusi normal dan sebaliknya, apabila nilainya lebih kecil maka tidak
cukup bukti untuk menyatakan bahwa residual terdistribusi normal.

Pada penelitian ini hasil pengujian normalitas dengan bantuan Software Eviews 12
diperoleh nilai JB hitung sebesar 0.882444, dengan taraf signifikasi α sebesar 0.05, maka JB
hitung 0.882444 > 0.05, artinya H0 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa residual
terdistribusi normal yang artinya asumsi klasik tentang kenormalan telah dipenuhi.

20
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan berdasarkan estimasi dan analisis


pengaruh BI rate, inflasi dan jumlah uang beredar terhadap indeks harga saham gabungan
(IHSG) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2019-2022 secara lebih
spesifik, sesuai dengan rumusan masalah, tujuan penelitian dan hipotesis penelitian, maka
dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. BI rate berpengaruh negatif dan siginfikan terhadap indeks harga saham gabungan
(IHSG). Dengan nilai probabilitas sebesar 0.0000 .
2. Inflasi berpengaruh Positif dan siginfikan terhadap indeks harga saham gabungan
(IHSG). Dengan nilai probabilitas sebesar 0.0000.
3. Jumlah uang beredar berpengaruh positif dan siginfikan terhadap indeks harga saham
gabungan (IHSG). Dengan nilai probabilitas sebesar 0.0000 .
4. BI rate, inflasi dan Jumlah uang beredar secara bersama-sama (simultan) berpengaruh
positif dan signifikan terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG). Dengan nilai
probabilitas sebesar 0.0000.
5. Setelah dilakukan berbagai uji asumsi klasik, penelitian ini dinyatakan lolos dari
semua uji asumsi klasik.

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini menggunakan variabel BI rate, inflasi dan Jumlah uang beredar sebagai
variabel independent terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG) yang merupakan
variabel dependent. Pengembangan penelitian ini disarankan dengan menambahkan variabel
atau mengganti variabel independen yang dapat mempengaruhi indeks harga saham
gabungan (IHSG), sebagai contoh variabel produk domestik bruto, tingkat penggangguran,
dan lain-lain.
2. Penelitian selanjutnya sebaiknya memperpanjang periode penelitian serta menambah jumlah
data periode waktu , sehingga akan diperoleh gambaran yang lebih baik tentang kondisi
pasar modal di Indonesia.

21
DAFTAR PUSTAKA

Boediono. Ekonomi Moneter edisi 3. Jakarta, 206.


Kusuma, Putu Marta Edi. “PENGARUH INFLASI, JUB, NILAI KURS DOLLAR DAN
PERTUMBUHAN GDPTERHADAP IHSG DI BURSA EFEK INDONESIA.” E-
Jurnal Manajemen Unud, Vol.5, No. 3, 2016: 1829-1858 (2016): 1829-1858.
Langi, Theodores Manuela, Vecky Masinambow, dan Hanly Siwu. “ANALISIS
PENGARUH SUKU BUNGA , BI, JUMLAH UANG BEEDAR, DAN TINGKAT
KURS TERHADAP INFLASI DI INDONESIA.” Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi
(Jurnl Berkala Ilmiah Efisiensi), 2014: 44-58.
Mahendra, A. “ANALISIS PENGARUH JUMLAH UANG BEREDAR , SUKU BUNGA
SBI DAN NILAI TUKAR TERHADAP INFLASI DI INDONESIA.” JRAK Vol.2
No.1, Maret 2016 (2016): 1-12.
Sunardi, Nardi. “PENGARUH BI RATE, INFLASI DAN KURS TERHADAP INDEKS
HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG).” Jurnal Sekuritas Vol.1, No.2 , Desember
2017 (2017): 27-41.
Wahyudi, Eko. “PENGARUH SUKU BUNGA BANK INONESIA DAN PRODUK
DOMESTIK BRUTO TERHADAP LAJU INFLASI DI INDONESIA PERIODE
TAHUN 2000.1-2013.4.” Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 2014: 1-24.

22

Anda mungkin juga menyukai