Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN TUGAS AKHIR PRAKTIKUM EKONOMETRIKA

ANALISIS PENGARUH VARIABEL MAKRO EKONOMI DAN KINERJA


KEUANGAN TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN
PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Dosen Pengampu:
Dr. Idah Zuhroh, M.M.

Disusun oleh:
Fita Suryani
201410180311220
A1

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2021
LAPORAN TUGAS AKHIR PRAKTIKUM EKONOMETRIKA

ANALISIS PENGARUH VARIABEL MAKRO EKONOMI DAN KINERJA


KEUANGAN TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN
PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Dosen Pengampu:
Dr. Idah Zuhroh, M.M.

Disusun oleh:
Fita Suryani
201410180311220
A1

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2021

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-
Nya tentunya penulis tidak akan sanggup untuk menyelesaikan laporan ini dengan
baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta
kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di yaumul
akhir nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikir, sehingga penulis mampu
untuk menyelesaikan pembuatan laporan sebagai salah satu tugas akhir dari
Praktikum Ekonometrika dengan judul “Analisis Pengaruh Variabel Makro
Ekonomi dan Kinerja Keuangan terhadap Harga Saham Perusahaan
Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
Penulis tentu menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk laporan ini, supaya
laporan ini nantinya dapat menjadi laporan akhir yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada laporan ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya
kepada Dosen Ekonometrika ibu Dr. Idah Zuhroh, M.M., dan bapak Faizal Amir,
S.E., M.Si., selaku instruktur di kelas praktikum.
Demikian, semoga Laporan Akhir Praktikum Ekonometrika ini dapat
bermanfaat. Terima kasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Malang, 7 Januari 2021
Penulis

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER...............................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS...................................................5
A. Saham...........................................................................................................5
B. Harga Saham................................................................................................5
C. Analisis terhadap Harga Saham...................................................................6
D. Keuntungan Membeli Saham di Pasar Modal..............................................7
E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham.......................................8
F. Suku Bunga..................................................................................................8
G. Nilai Tukar...................................................................................................9
H. Tingkat Bunga terhadap Harga Saham........................................................9
I. Nilai tukar terhadap harga saham.................................................................9
J. Earning Per Share (EPS) terhadap harga saham.......................................10
K. Price Earning Ratio (PER) terhadap harga saham.....................................10
L. Debt to Equity Ratio (DER) terhadap harga saham...................................10
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................12
A. Analisis Regresi Berganda.........................................................................12
B. Uji Model Data Panel.................................................................................12
C. Pemilihan Model Terbaik...........................................................................13
D. Uji Hipotesis ..............................................................................................14
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................17
A. Hasil Regresi Panel....................................................................................17
B. Pembahasan................................................................................................24
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................27
A. Kesimpulan................................................................................................27
B. Saran...........................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................31
LAMPIRAN

iii
BAB I
PENDAHULUAN
Faktor pendukung dalam berjalannya suatu industri salah satunya adalah
tersedianya dana. Sumber dana yang mudah diperoleh suatu
perusahaan/industry adalah dengan menjual saham perusahaan ke publik.
Tempat untuk bertransaksi saham adalah di pasar modal. Dengan kata lain
pasar modal adalah sarana untuk mempertemukan antara pihak yang kelebihan
dana (investor) dan pihak yang kekurangan dana (emiten). Dengan adanya
aktifitas transaksi di pasar modal maka secara langsung akan mempengaruhi
permintaan dan penawaran saham yang pada akhirnya akan terjadi perubahan
harga saham dari waktu ke waktu. Sehingga hal ini menjadi hal yang menarik
bagi investor.
Pasar modal merupakan pasar yang memperjual belikan surat berharga
berjangka panjang, yang investasinya lebih dari satu tahun. Peranan pasar
modal begitu penting dalam kegiatan perekonomian karena disamping
sebagai sarana pendanaan bagi perusahaan, pasar modal juga menjadi sarana
bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrumen keuangan (Asih dan
Akbar, 2016). Kinerja pasar modal di Indonesia yang semakin baik akan
menciptakanepeluang yang tinggi bagi para investor dalam negeri maupun
luar negeri untuk berinvestasi.
Kehadiran pasar modal di Indonesia menambah banyak alternatif
instrument investasi berupa surat berharga (efek) kepada investor untuk
menanamkan kelebihan dana yang dimiliki. Salah satu surat berharga tersebut
adalah saham. Saham memiliki risiko fluktuasi harga yang lebih tinggi bila
dibandingkan dengan surat berharga lainnya. Hal tersebut terjadi karena harga
saham yang dipengaruhi oleh berbagai perubahan, baik kondisi makro dan
kinerja perusahaan. Fluktuasi harga dalam saham merupakan hal yang harus
diperhatikan oleh pemodal (investor) sebagai salah satu upaya untuk
meminimalisir kerugian. Ditambah lagi bahwa investasi saham memiliki sifat
high risk high return (Rohmanda, 2014).
Informasi harga saham banyak digunakan para investor sebagai tolak ukur
kinerja perusahaan. Harga saham merupakan harga suatu saham yang terjadi

1
dipasar bursa yang ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang
bersangkutan di pasar modal (Jogiyanto, 2010:167). Harga saham juga
digunakan sebagai indikator oleh investor untuk menentukan kapan harus
membeli dan menjual saham. Dengan dijualnya saham perusahaan berarti
masyarakat diberi kesempatan untuk mendapatkan keuntungan. Tujuan dari
perusahaan menjual sahamnya adalah untuk mendapatkan dana yang nantinya
dana tersebut akan digunakan untuk mengembangkan usahanya. Harga saham
sangat penting bagi investor karena tinggi rendahnya harga saham
menunjukkan suatu prestasi dari emiten.
Investor tidak akan bisa memutuskan akan membeli atau menjual saham
hanya dengan melihat fluktuasi harganya saja, namun investor perlu melihat
faktor apa saja yang mempengaruhi perubahan harga saham tersebut (Purnama
dkk, 2017). Faktor yang mempengaruhi perubahan harga saham dapat dilihat
dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal disebut juga sebagai analisis
fundamental, analisis fundamental adalah faktor yang berasal dari dalam
perusahaan dan dapat dikendalian oleh manajemen perusahaan. Faktor
eksternal merupakan faktor yang bersifat makro seperti situasi politik dan
keamanan, perubahan nilai tukar dan naik turunnya suku bunga bank.
Menurut Samsul, harga saham akan terpengaruh oleh perubahan makro
ekonomi karena para investor lebih cepat beraksi. Ketika terjadi perubahan
makro ekonomi, maka akan berdampak positif atau negatif terhadap kinerja
perusahaan untuk beberapa tahun kedepan, hal tersebut membuat investor
dapat mengambil keputusan untuk membeli atau menjual saham.
Kenaikan tingkat bunga pinjaman sangat berdampak negatif bagi setiap
emiten, karena akan meningkatkan beban bunga kredit dan menurunkan laba
bersih. Penurunan laba bersih berarti penurunan laba per saham dan akhirnya
akan berakibat turunnya harga saham di pasar. Disisi lain naiknya tingkat
bunga deposito akan mendorong investor untuk menjual saham kemudian
menabung dalam deposito (Samsul, 2015:211). Penelitian yang dilakukan oleh
Gumilang dkk (2014) dan Asih dan Akbar (2016) menemukan bahwa suku
bunga berpengaruh negatif dan signifikan terhadap harga saham. Berbeda

2
dengan Purnama (2017) dan Rohmanda (2015) yang menyatakan bahwa suku
bunga tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
Nilai tukar rupiah merupakan nilai mata uang di mana mata uang
domestik di tukar menjadi mata uang asing. Meningkatnya volume ekspor
maka laba yang diperoleh juga akan meningkat pula. Peningkatan laba
perusahaan akan berdampak pada harga saham perusahaan. Namun hal
tersebut tidak berlaku pada kondisi dimana emiten memiliki utang dalam mata
uang asing karena menjual produknya ke luar negeri. Hal tersebut akan
menurunkan harga saham emiten di bursa efek. (Samsul, 2015:212). Hal in
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rohmanda dkk (2014) dan Asih
Akbar (2016) yang menemukan bahwa nilai tukar rupiah berpengaruh negatif
signifikan terhadap harga saham.
Selain menganalisis terhadap variabel makro ekonomi harga saham
investor dapat menganalisis harga saham melalui kinerja keuangan
perusahaan. Investor umumnya menghindari membeli saham perusahaan yang
kinerja keuangannya buruk. Kinerja kuangan yang biasa dianalisis adalah EPS
(Earning Per Share), DER (Debt to Equity Ratio) dan PER (Price Earning
Ratio).
EPS (Earning Per Share) merupakan informasi perusahaan yang
menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan kesemua
pemegang saham perusahaan (Tandelilin, 2001:241). Semakin tinggi nilai EPS
maka dapar menarik investor untuk melakukan investasi, karena EPS tinggi
mencerminkan bahwa laba yang per lembar saham juga akan naik (Purnama
dkk, 2017). Peneilitian Suselo dkk (2015) dan Supraningsih (2017)
menyatakan bahwa EPS memiliki pengaruh positif terhadap harga saham.
Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio yang mengukur sejauh mana
perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Semakin tinggi
ratio DER menandakan tingginya ketergantungan modal perusahaan terhadap
pihak luar sehingga beban perusahaan semakin berat (Suselo dkk, 2015).
Penelitian Diyani (2015) dan Purnama (2017) menyatakan bahwa DER
berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Namun penelitian yang

3
dilakukan Suselo dkk (2015) menyatakan bahwa DER tidak berpengaruh
signifikan terhadap harga saham.
PER (Price Earning Ratio) merupakan perbandingan antara harga saham
terhadap earning saham perusahaan (Tandelilin, 2001:191). Semakin rendah
nilai PER maka semakin murah dan semakin baik pula kinerja perlembar
saham dalam menghasilkan laba bersih perusahaan, semakin baik kinerja per
lembar saham akan mempengaruhi banyak investor untuk membeli saham
tersebut. Penelitian Suselo dkk (2015) dan Diyani dan Julia (2015)
menyatakan bahwa PER berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham.
Sedangkan penelitian Supraningsih (2017) menyatakan PER tidak memiliki
pengaruh terhadap harga saham.
Aktifitas harga saham perusahaan dapat dilihat melalui Bursa Efek
Indonesia. Ada banyak sektor perusahaan yang telah terdaftar pada Bursa Efek
Indonesia salah satunya adalah perusahaan pertambangan. Perusahaan
pertambangan merupakan salah satu pilar pembangunan ekonomi nasional,
karena mengingat bahwa Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber
daya alam yang melimpah salah satunya adalah hasil tambang. Sebagian hasil
pertambangan tersebut diekspor ke luar negeri. Dilihat dari data Kemenkue
sektor pertambangan termasuk penyumbang terbesar Pemasukan Negara
Bukan Pajak (PNBP) sumber daya alam. Kontribusi yang dihasilkan mencapai
Rp. 90 Triliun atau 90 % dari pendapatan SDA yang dihasilkan dari minyak
bumi, gas bumi, mineral serta batu baru (katadata.co.id).
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti ini dimaksudkan untuk
menganalisis pengaruh variabel makro ekonomi dan kinerja keuangan
terhadap harga saham perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Variabel makro ekonomi dalam hal ini adalah suku bunga dan nilai
tukar rupiah. Kinerja keuangan yang diukur menggunakan EPS (Earning Per
Share), DER (Debt to Equity Ratio) dan PER (Price Earning Ratio).

4
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Saham
Menurut Samsul (2015:59) Saham adalah tanda bukti kepemilikan
perusahaan. Pemilik saham disebut juga pemegang saham (stockholder). Bukti
bahwa suatu pihak dapat dikaitkan sebagai pemegang saham adalah apabila
suatu pihak sudah teratat sebagai pemegang saham dalam buku yang disebut
daftar pemegang saham (DPS).
Menurut Tandelilin (200:18) Saham adalah surat bukti bahwa kepemilikan
atas asset-aset perusahaan yang menerbitkan saham. Dengan memiliki saham
suatu perusahaan, maka investor akan mempunyai hak terhadap pendapatan dan
kekayaan perusahaan, setelah dikurangi kewajiban-kewajiban perusahaan.
Tanda kepimilikan dapat dilihat pada lembaran saham di halaman belakang
saham dimana namanya sudah diregistrasi oleh perusahaan (emiten).
B. Harga Saham
Harga saham merupakan nilai yang harus dibayarkan investor untuk
mendapatkan setiap lembar saham dari suatu perusahaan. Menurut Jogiyanto,
harga saham merupakan harga yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu
yang ditentukan oleh pelaku pasar dan ditentukan oleh permintaan dan
penawaran saham perusahaan yang bersangkutan di pasar modal. Sedangkan
menurut Panji mendefinisikan harga saham sebagai harga jual saham sebagai
konsekuensi dai posisi tawar antara penjual dan pembeli saham, sehingga nilai
pasar menunjukkan fluktuasi dari harga saham.
Harga saham yang tinggi akan memberikan keuntungan bagi investor
berupa capital gain dan menguntungkan bagi perusahaan karena citra yang lebih
baik bagi perusahaan sehingga memudahkan untuk mendapatkan dana dari luar
perusahaan. Harga saham selalu mengalami perubahan naik turun dari waktu ke
waktu. Perubahan tersebut menyesuaikan dengan permintaan dan penawaran
yang terjadi. Apabila permintaan lebih besar dari penawaran maka harga saham
akan cenderung naik.

5
C. Analisis terhadap Harga Saham

Penilaian atas saham merupakan suatu mekanisme untuk merubah


serangkaian variabel ekonomi atau variabel perusahaan yang diamati menjadi
perkiraan tentang harga saham. Hal ini perlu diperhatikan oleh investor untuk
melihat tinggi rendahnya harga saham dan untuk membantu dalam mengambil
keputusan dalam menjual atau membeli saham. Secara umum ada dua analisis
yang dapat dilakukan dalam menganalisis saham, yaitu analisis analisis
teknikal dan fundamental.
1. Analisis teknikal
Analisis ini merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham
(kondisi pasar) dengan mengamati perubahan harga saham tersebut di
waktu lalu. Analisis ini tidak memperhatikan faktor-faktor
fundamental seperti kebijaksanaan pemerintah, pertumbuhan
ekonomi, pertumbuhan penjualan perusahaan, laba perusahaan,
perkembangan tingkat bunga. Alat utama jika menggunakan alat
analisis ini menggunakan informasi harga dan volume perdagangan
(Husnan, 2003:337). Analisis ini mengansumsikan bahwa perubahan
harga saham mempunyai pola tertentu dan pola tersebut akan
berulang. Menurut Samsul, analisis teknikal disebut juga analisis
chartist karena analisisnya menggunakan gambar atau kurva atas
pergerakan harga saham.
2. Analisis Fundamental
Menurut Darmadji (2006:189), analisis fundamental merupakan
salah satu cara melakukan penilaian saham dengan mempelajari atau
mengamati berbagai indicator terkait kondisi makro ekonomi dan
kondisi industry suatu perusahaan. Sedangkan menurut Tandelilin
(2001:231), analisis fundamental secara top-down dapat digunakan
investor dalam menilai prospek suatu perusahaan. Langkah pertama
adalah analisis terhadap faktor-faktor makro ekonomi yang dapat
mempengaruhi kinerja seluruh perusahaan. Langkah kedua adalah
melakukan analisis industry, untuk menentukan industri-industri mana
yang menawarkan prospek yang paling menguntungkan. Selanjutnya

6
yang terakhir adalah melakukan analisis terhadap perusahaan yang
mengeluarkan sekuritas bersangkutan untuk menilai apakah sekuritas
tersebut mampu memberikan keuntungan bagi investor atau tidak.
Analisis fundamental dapat memperkirakan harga saham dimasa yang
akan datang yaitu sebagai berikut (Husnan, 2003:303) :
a) Dengan mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang
mempengaruhi harga saham di masa mendatang.
b) Dengan menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut
sehingga diperoleh taksiran harga saham.
Analisis fundamental diperlukan melakukan beberapa tahapan analisis
yang diawali dengan menganalisis kondisi makro ekonomi atau
kondisi pasar kemudian diikuti dengan menganalisis industri dan
terakhir menganalisis perusahaan yang menerbitan saham tersebut.
D. Keuntungan Membeli Saham di Pasar Modal
Harapan setiap investor melakukan pembelian saham pada suatu
perusahaan adalah untuk mendapatkan keuntungan dari transaksi investasi
yang mereka lakukan.
Berikut adalah beberapa keuntungan berinvestasi saham di pasar modal
menurut Darmadji (2006:11):
1. Dividen
Dividen adalah pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan
penerbit saham atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen
diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dan
RUPS. Dividen yang dibagikan dapat berupa deviden tunai yaitu
dividen dalam bentuk rupiah tertentu untuk setiap saham dengan
dibayar secara tunai atau dapat berupa dividen saham yaitu diberikan
dividen dalam bentuk saham sehingga jumlah saham yang dimiliki
seorang investor akan bertambah.
2. Capital Gain
Capital Gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual
saham. Capital gain terbentuk karena adanya aktivitas perdagangan
pada pasar sekunder.

7
E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham
Harga saham selalu mengalami fluktuasi setiap harinya, bahkan setiap
detik setiap menit harga saham dapat berubah dengan begitu cepat. Oleh karena
itu investor diharapkan mampu untuk memperhatikan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi perubahan harga saham. Faktor-faktor yang mempengaruhi
perubahan harga saham dapat berasal dari faktor eksternal dan internal.
1. Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor yang berkaitan dengan kinerja
keuangan perusahaan. Kondisi kinerja keuangan perusahaan dapat
dilihat dari laporan keuangan perusahaan yang dipublikasikan setiap
tahunnya. Dengan melihat kinerja keuangan perusahaan maka dapat
membantu investor dalam mengantisipasi resiko yang akan terjadi.
Faktor internal antara lain laba perusahaan, pertumbuhan aktiva, total
penjualan perusahaan dan likuiditas.
2. Faktor Ekternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang tidak berkaitan langsung
dengan kondisi perusahaan. Faktor ini lebih mengarah kepada kebijakan
pemerintah, pergerakan suku bunga dan fluktuasi nilai tukar rupiah.
F. Suku Bunga
Menurut Mankiw (2003), suku bunga merupakan variabel yang paling
penting antara variable-variabel makroekonomi lainnya. Tingkat bunga ada dua
yaitu tingkat bunga nominal dan tingkat bunga riil. Tingkat bunga nominal
adalah tingkat bunga yang dibayar bank sedangkan tingkat bunga riil adalah
kenaikan dalam daya beli terhadap uang. Menurut Darmadji, suku bunga
adalah harga dari asset financial.
Menurut teori suku bunga klasik, suku bunga menentukan besarnya
tabungan maupun investasi yang akan dilakukan dalam perekonomian yang
menyebabkan tabungan tercipta pada penggunaan tenaga kerja penuh akan
selalu sama yang dilakukan oleh pengusaha. Intinya dalam teori ini stok barang
di campuradukkan dengan uang.

8
Sedangkan menurut teori suku bunga Keynes bahwa tingkat bunga
merupakan suatu fenomena moneter, yang artinya tingkat bunga di tentukan
oleh penawaran dan permintaan uang (ditentukan dalam pasar uang).
G. Nilai Tukar
Nilai tukar atau kurs adalah harga satu unit mata uang asing dalam mata
uang domestik atau harga mata uang domestik terhadap mata uang asing
(Rahardjo, 172:2009). Nilai tukar yang meningkat maka berarti rupiah
mengalami depresiasi, nilai tukar menurun maka rupiah mengalami apresiasi.
Perubahan nilai tukar dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran suatu mata
uang. Faktor permintaan valuta asing, pertama faktor pembayaran impor, kedua
capital out flow seperti pembayaran utang luar negeri dan penarikan kembali
modal asing.
H. Tingkat Bunga terhadap Harga Saham
Tingkat suku bunga merupakan nilai yang sangat menentukan besarnya
nilai sekrang dari endpatn dividen dimasa yang akan datang. Meningkatnya
tingkat bunga akan menurunkan nilai sekarang dari pendapatan dividen dimasa
datang, sehingga kondisi ini akan mempengaruhi menurunkan harga saham di
pasar modal. Investor lebih suka menanamkan modalnya dalam bentuk
investasi lain, misalnya menyiman modalnya di bank. Hal tersebut akan
medorong investor melepaskan saham yang dimiliki sehingga jumlah yang
ditawarkan akan meningkat sehingga harga akan tertekan. Menurunnya tingkat
bunga akan mendorong investasi dan aktifitas ekonomi sehingga meningkatkan
harga saham. Kinerja pasar modal yang menurun ditandai dengn harga saham
yang semakin turun secara terus menerus hal tersebut akan mengundang
peluang dari sektor perbankan ke masyarakat, sehingga tawaran tingkat suku
bunga yang tinggi akan merealisasikan kegiatan penghimpunan dana dari
masyaratakat. (Setyastuti, 2015).
I. Nilai tukar terhadap harga saham.
Perubahan satu variabel makroekonomi memiliki dampak yang berbeda
terhadap setiap jenis saham, artinya suatu saham dapat terkena dampak positif
sedangkan saham lainnya terkena dampak negatif. Nilai kurs rupiah yang
mengalami depresiasi maka akan berdampak negatif terhadap emiten yang

9
memiliki utang dollar, namun emiten yang berorientasi ekspor akan menerima
dampak positif. Hal ini berarti harga saham dari emiten yang terkena dampak
negatif akan mengalami penurunan di bursa efek (Samsul, 2015:212)
J. Earning Per Share (EPS) terhadap harga saham
Komponen penting pertama yang harus diperhatian dalam analisis
perusahaan adalah laba per saham atau EPS. Informasi EPS suatu perusahaan
menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan bagi semua
pemegang saham perusahaan (Tandelilin, 2001:241). Infromasi EPS ini dapat
memberikan gambaran mengenai prospek laba perusahaan di masa datang.
Semakin tinggi nilai EPS maka dapat menarik investor untuk melakukan
investasi, karena laba yang dapat diperoleh per lembar saham mampu
dicerminkan oleh EPS (Purnama dkk, 2017).
K. Price Earning Ratio (PER) terhadap harga saham
Price Earning Ratio (PER) merupakan salah satu analisis fundamental
dalam menilai saham. Price Earning Ratio (PER) menggambarkan rasio atau
perbandingan antara harga saham terhadap laba per lembar saham perusahaan
(Darmadji, 2001:139). Menurut Arifin (2002:87) dikutip dalam Novasari
bahwa jika nilai PER suatu perusahaan tinggi hal ini menunjukkan bahwa
tingkat pertumbuhan tinggi, sebaliknya jika nilai PER perusahaan rendah maka
tingkat pertumbuhan yang dimiliki perusahaan rendah, semakin rendah nilai
PER suatu saham maka semakin baik atau murah untuk diinvestasikan. PER
rendah karena harga saham yang cenderung turun atau karena peningkatan laba
bersih perusahaan. Semakin rendah nilai PER maka semakin murah harga
saham tersebut untuk dibeli dan semakin baik pula kinerja perlembar saham
dalam menghasilkan laba perusahaan. Jika kinerja perlembar saham semakin
baik maka banyak investor yang ingin membeli saham perusahaan tersebut.
L. Debt to Equity Ratio (DER) terhadap harga saham
Debt to Equity Ratio (DER) masuk kedalam kelompok rasio leverage.
Rasio ini merupakan total hutang dengan modal sendiri. DER menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban baik jangka pendek
maupun jangka panjang. Semakin tinggi DER maka ratio yang di tanggung
investor semaki tinggi. DER yang tinggi menunjukkan jumlah modal sendiri

10
yang rendah untuk membiayai aktiva. Namun pada umumnya investor lebih
memilih DER yang rendah. Semakin kecil rasio DER ini berarti makin bear
jumlah aktiva yang didanai oleh pemilik perusahaan dan makin besar
penyangga resiko kreditor (Daniel, 2015).
Tingkat hutang perusahaan yang tinggi akan membuat beban perusahaan
juga akan besar maka hal tersebut akan menurunkan kepercayaan investor
terhadap perusahaan tersebut. Tentunya para investor menghindari saham
perusahaan dengan memiliki nilai DER yang tergolong tinggi. (Purnama dkk,
2017). Maka dapat disimpulan bahwa nilai DER yang tinggi maka harga saham
akan turun, sedangkan nilai DER yang rendah maka harga saham akan naik.
M. Hipotesis
1. Diduga suku bunga, nilai tukar, EPS, PER, dan DER berpengaruh secara

simultan terhadap harga saham perusahaan pertambangan tahun 2012 -

2016.

2. Diduga suku bunga, nilai tukar, EPS, PER, dan DER berpengaruh secara

parsial terhadap harga saham perusahaan pertambangan tahun 2012 - 2016.

11
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi berganda dengan menggunakan data panel yaitu gabungan
antara data time series dengan cross section. Analisis regresi berganda dalam
penelitian ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel makro dan kinerja
keuangan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan pertambangan.
Pengolahan dan analisa data statistik dilakukan dengan program E-Views versi
9.
Manfaat dari garis regresi adalah untuk memperkirakan nilai variabel
terikat dari variabel bebas jika variabel bebas tersebut telah diketahui.
Pengujian dilakukan dengan asumsi adanya hubunga diantara variabel yang
akan diteliti, yang dapat dilakukan meliputi uji hipotesis. Besarnya ldpha yang
digunakan adalah 5%.
Bentuk persamaan dari regresi berganda dalam penelitian ini adalah:
Log( Y )=β 0+ β 1 X 1+ β2 log X 2 + β 3 log X 3 + β 4 log X 4 + β 5 X 5 +e
Dimana:
β0 = Intersep
β 1 , β 2 , β 3 , β 4 , β5 = Koefisien
Y = Harga Saham (Rp)
X1 = Suku Bunga (%)
X2 = Nilai Tukar (Rp)
X3 = EPS (Rp)
X4 = PER (X)
X5 = DER (%)
e = Kesalahan pengganggu (standar error)
B. Uji Model Data Panel
Ada tiga teknik yang bisa digunakan dalam regresi data panel yaitu teknik
Common Effect, eixed Effect dan Random Effect. Untuk menentukan model
yang paling tepat maka ditentukan dengan mengestimasi regresi data panel
melalui uji chow, uji hauman dan uji LM.
1. Common Effect Model

12
Model ini mengkombinasikan data time series dan cross section
tanpa memperhatikan dimensi individu maupun waktu, perilaku antar
individu diasumsuikan sama. Model commen effect adalah:
Y ¿ =β 1+ β2 X 2¿+β 3 X 3¿+ …..+ β X nit + u¿ ¿ ¿
n

2. Fixed Effect Model


Model ini menambahkan variabel dummy untuk mengizinkan
adanya perubahan intercept antar individu dan waktu sedang slope
diasumsikan tetap. Model fixed effect adalah:
Y ¿ =α 1+ α 2 D2+ …+α n Dn + β 2 X 2¿+….. +β n X nit +u¿ ¿

3. Random Effect Model


Teknik yang estimasi data panel yang memperhatikan perbedaan
antar individu dan waktu melalui intercept yang diakomodasi dengan
error yang mungkin berkorelasi sepanjang time series dan cross
section. Model random effect adalah:
Y ¿ =β 1+ β2 X 2¿+β 3 X 3¿+ …..+ β X+ u¿ + ε¿ ¿ ¿
n

C. Pemilihan Model Terbaik


Pemilihan model terbaik antara model common effect, fixed effect dan
random effect memerlukan alat pengujian. Alat pengujian yang digunakan ada
tiga yaitu:
1. Uji Chow
Uji chow dilakukan untuk memilih diantara model common effect
dan fixed effect. Hipotesis dalam pengujian ini adalah:
H0 = Model Common Effect
H1 = Model Fixed Effect
Pengambilan keputusan dalam pengujian ini kika nilai probabilitas
F dalam FEM < α 5% maka H0 di tolak sehingga model common
effect kurang tepat untuk digunakan.
2. Uji Hausman
Uji hausman adalah pengujian sebagai dasar pertimbangan dalam
memilih model yang cocok antara model fixed effect dan random
effect. Hipotesis dalam pengujian adalah:
H0 = Model Random Effect

13
H1 = Model Fixed Effect
Pengambilan keputusn dalam uji adalah jika nilai probabilitas chi
square hitung < chi square tabel dan nilai p value signifikan maka H0
di tolak dan model fixed effect lebih tepat digunakan.
3. Uji Breush Pagan (LM)
Pengujian ini dilakukan untuk memilih model antara model
common effect dengan model random effect. Hipotesis pengujian
adalah:
H0 = Model Common Effect
H1 = Model Random Effect
Pengambilan keputusan dalam uji ini adalah jika probabilitas < α
5% maka H0 ditolak sehingga model yang dirasa tepat adalah random
effect.
D. Uji Hipotesis
1. Uji F (F Test)
Untuk menguji hipotesis secara simultan, alat uji yang
dipergunakan adalah koefisien korelasi (R) dan koefisien determinasi (
2
R ). Koefisien korelasi dan koefisien determinasi merupakan uji yang
digunakan untuk mengetahui keeratan pengaruh antara variabel bebas
(X) dengan variabel terikat (Y). Untuk mengetahui apakah variabel
bebas secara serentak atau bersama-sama mempengaruhi terhadap
variabel bebas.
R2
k
F hitung=
( 1−R 2 )
( n−k −1 )
Dimana:
2
R = Koefisien Determinasi
k = Jumlah variabel yang digunakan
n = Jumlah sampel
Rumusan hipotesa:
H0: b 1 = b 2 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh yang serentak antara
semua variabel bebas terhadap variabel terikat.

14
H0: b 1 ≠ b 2 ≠ 0, artinya terdapat pengaruh secara serentak antara semua
variabel bebas terhadap variabel terikat.
Adapun kriteria penilainnya adalah sebagai berikut:
1) Ho diterima bila F hitung < F tabel atau tidak signifikan.
2) Ho ditolak bila F hitung > F table atau signifikan.
2. Uji t (T Test)
Untuk menguji hipotesis secara parsial, merupakan uji yang
digunakan untuk mengetahui dan mengukur variabel-variabel mana
yang mempunyai keeratan pengaruh yang paling tinggi atau kuat, dan
mana yang mempunyai keeratan pengaruh yang paling rendah atau
lemah terhadap variabel terikat (Y).
bi
t hitung =
sbi
Dimana:
bi = Koefisien regresi
sbi = standar deviasi
Besarnya α yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 5%
sedangkan hipotesismya adalah sebagai berikut:
H0 : b 1 = b 2 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara
semua variabel bebas terhadap variabel terikat.
H0: b 1 ≠ b 2 ≠ 0, artinya terdapat pengaruh secara signifikan antara
semua variabel bebas terhadap variabel terikat.
Adapun kriteria penilaiannya adalah :
1) Ho diterima jika t hitung < t table atau tidak signifikan.
2) Ho ditolak jika t hitung > t table atau signifikan.
3. Uji Koefisien Determinasi ( R2)
Koefisien determinasi merupakan ukuran ringkasan yang
menginformasikan seberapa baik sebuah regresi sampel sesuai dengan
datanya. Nilai R2 menunjukkan besarnya variabel-variabel independen
dalam mempengaruhi variabel dependen. Nilai R2 berkisar antara (0≤
R2 ≤ 1). Semakin besar R2 maka semakin besar variasi variabel
dependen yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel-variabel

15
independen. Sebaliknya, semakin kecil nilai R2, maka semakin kecil
variasi variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel
independen.

16
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Regresi Panel
Berikut ini akan dijelaskan hasil analisis regresi panel. Beberapa langkah
dilakukan untuk mencari hubungan antar variabel independendan variabel
dependen melalui pengarruh variabel makro dan kinerja keuangan terhadap
harga saham perusahaan pertambangan tahun 2012-2016 dengan menggunakan
3 pendekatan Common Effect, Fixed Effect dan Random Effect.
1. Common Effect
Persamaan regresi data panel model Common Effect:
Y ¿ =β 1+ β2 X 2¿+β 3 X 3¿+ β X 4¿ +β ¿ ¿
4 X ¿
5 5¿ +u ¿ ¿

Berikut ini hasil estimasi regresi data panel dengan menggunakan model
common effect maka hasilnya sebagai berikut:

LY = 17.93327 + 0.207395X1 - 1.983467LOG(X2) + 0.803859X3 +


0.941407X4- 9.009529X5
2. Fixed Effect
Berikut ini hasil estimasi regresi data panel dengan menggunakan model fixed
effect diperole persamaan sebagai berikut:

LY = 16.76843 - 0.050433X1 - 1.226736X2 + 0.2789303X3 + 0.244923X4 +


0.001088X5
3. Random Effect
Berikut adalah hasil estimasi regresi data panel dengan menggunakan model
Random Effect maka diperoleh hasil sebagai berikut:
LY = 17.11023 + 0.010384X1 - 1.414748X2 + 0.415291X3+ 0.398934X4 +
0.000792X5
1. Pemilihan Model Regresi Data Panel
a. Likelihood Ratio Test (Uji Chow)
Likelihood ratio test dilakukan untuk memilih model terbaik antara
fixed effect model atau common effect dengan melihat probabilitas

17
cross section F-Statistic dengan kriteria H0 ditolak jika probabilitas
< (α=0,05) dengan hipotesis:
H0 : Common Effect Model lebih sesuai dari Fixed Effect Model
H1 : Fixed Effect Model lebih sesuai dari Common Effect Model
Tabel 6. Hasil Pemilihan Model Dengan Uji Chow
Effects Test Statistic   d.f.  Prob. 

Cross-section F 21.133567 (11,43) 0.0000


Cross-section Chi-square 111.436550 11 0.0000
Sumber : Eviews 9 Data Diolah, 2018
Berdasarkan hasil uji chow, diperoleh hasil probabilitas F
sebesar 0.0000 yang artinya nilai tersebut kurang dari α=0,05,
sehingga dapat diputuskan untuk menolak H0 dan menerima H1.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model Fixed Effect
Model lebih sesuai dari Common Effect Model.
b. Hausman Test
Hausman test dilakukan untuk memilih model terbaik antara fixed
effect model atau random effect model dengan melihat nilai
probabilitas cross section random dengan hipotesis:
H0 : Random Effect Model lebih sesuai dari Fixed Effect Model
H1 : Fixed Effect Model lebih sesuai dari Random Effect Model
Dengan kriteria H0 ditolak jika Probabilitas < α=0,05.
Hasil uji hausman diperoleh sebagai berikut:
Tabel 7. Hasil Pemilihan Model Dengan Huasman Test
Chi-Sq.
Test Summary Statistic Chi-Sq. d.f. Prob. 

Cross-section random 27.118477 5 0.0001

Sumber : Eviews 9 Data Diolah, 2018


Berdasarkan uji Hausman, diperoleh Probabilitas sebesar
0.0001 yang artinya nilai tersebut lebih kecil dari α=0,05, sehingga
dapat diputuskan untuk menolak H0 dan menerima H1. Dengan

18
demikian dapat disimpulkan bahwa model Fixed Effect Model lebih
sesuai dari Random Effect Model.
Interpretasi Hasil Regresi Panel
Dari data uji signifkansi regresi data panel, terpilih model Fixed
Effect sebagai model yang tepat dan diperoleh model persamaan regres
linier berganda sebagai berikut:
Tabel 8. Hasil Uji Regresi Fixed Effect

Variabel Terikat dan Bebas Koefisien Regresi Pobabilitas

C 16.76844 3.847666
X1 -0.050433 0.082517
LOG(X2) -1.226736 0.433079
DER 0.001088 0.001360
LOG(EPS) 0.278930 0.082381
LOG(PER) 0.244923 0.091601
R_Square 0.956334  
Adjusted R_Square 0.940086
F-statistic 58.85911
Prob (F-statistic) 0.000000  
Sumber : Eviews 9 Data Diolah, 2018

Interpretasi dari estimasi model regresi data panel dijelaskan sebagai


berikut:
Konstanta (α) sebesar 16.78 dengan tingkat signifikansi 0.0001
menjelaskan bahwa ketika suku bunga, nilai tukar, EPS, PER dan DER
sama dengan nol atau konstan maka harga saham akan mengalami kenaikan
sebesar 16.78%.
β 1 (Suku Bunga) = -0.050433, koefisien regresi variabel suku bunga
sebesar -0.050433. Hal ini menunjukkan adanya
pengaruh yang negative antara suku bunga terhadap
harga saham (Y) sebesar -0.050433. Jika suku bunga
(X1) naik sebesar1% maka harga saham akan turun
sebesar 0.05% sedangkan jika suku bunga (X1) turun

19
sebesar 1% maka harga saham akan naik sebesar 0.05%
dengan asumsi variabel lainnya konstan.
β 2 (Nilai Tukar) = -1.226736, koefisien regresi variabel nilai tukar (X2)
sebesar -1.226736. Hal ini menunjukkan adanya
pengaruh yang negative antara nilai tukar terhadap harga
saham (Y) sebesar -1.226736. Jika nilai tukar (X2) naik
sebesar1% maka harga saham akan turun sebesar 1.23%
sedangkan jika nilai tukar (X2) turun sebesar 1% maka
harga saham akan naik sebesar 1.23% dengan asumsi
variabel lainnya konstan.
β 3 (EPS) = 0.278930, koefisien regresi variabel EPS (X3) sebesar
0.278930. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh yang positif
antara EPS terhadap harga saham (Y) sebesar 0.278930. Jika
EPS (X3) naik sebesar1% maka harga saham akan naik sebesar
0.28% sedangkan jika EPS (X3) turun sebesar 1% maka harga
saham akan rurun sebesar 0.28% dengan asumsi variabel
lainnya konstan.
β 4 (PER) = 0.244923, koefisien regresi variabel PER (X4) sebesar
0.244923. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh yang positif
antara PER (X4) terhadap harga saham (Y) sebesar 0.244923.
Jika PER (X4) naik sebesar1% maka harga saham akan naik
sebesar 0.24% sedangkan jika PER (X4) turun sebesar 1% maka
harga saham akan rurun sebesar 0.24% dengan asumsi variabel
lainnya konstan.
β 5 (DER) = 0.001088, koefisien regresi variabel DER (X5) sebesar
0.001088. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh yang positif
antara DER (X5) terhadap harga saham (Y) sebesar 0.001088.
Jika DER (X5) naik sebesar1% maka harga saham akan naik
sebesar 0.001% sedangkan jika DER (X5) turun sebesar 1%
maka harga saham akan turun sebesar 0.001% dengan asumsi
variabel lainnya konstan.

20
Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya
pengaruh secara nyata hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat
baik secara simultan maupun parsial. Pengujian hipotesis ada dua macam
yaitu uji parsial (uji t) dan uji simultan (uji F).
1. Uji F (Simultan)
Pengujian dengan uji F bertujuan untuk mengetahui ada atau
tidaknya pengaruh secara simultan (serentak) antara seluruh variabel
bebas yaitu Suku Bunga (X1), Nilai Tukar (X2), EPS (X3), PER (X4)
dan DER (X5) terhadap variabel terikat yaitu perubahan Harga Saham
(Y). Pengambilan keputusan dalam uji f ini adalah dengan melihat nilai
F-statistic.
Nilai df1 = 5 dan df2= n-k-1=54 atau df (2.39) pada α=0.05
diperoleh nilai F-tabel 2.39 dan hasil F-hitung diperoleh nilai sebesar
58.85, jadi nilai F-hitung (58.85) ≥ F-tabel (2.39) maka dapat
disimpulkan bahwa Ho ditolak dan H1 diterima, yang berarti bahwa
variabel bebas yaitu Suku bunga, nilai tukar, EPS, PER dan DER
berpengaruh secara serentak dan bersama-sama terhadap variabel
terikat yaitu harga saham perusahaan pertambangan tahun 2012-2016.
2. Uji Parsial (Uji t)
Uji t bertujuan untuk mengetahui pengaruh masing-masing
variabel independen, yaitu Suku Bunga, Nilai Tukar, EPS, PER dan
DER terhadap variabel dependen yaitu Harga Saham dengan cara
membandingkan Prob (t-statistic) masing-masing variabel dengan
derajat kebebasan (degree of freedom) sebesar 95 % (α=0.05) atau
dengan cara, membandingkan t-hitung dan t-tabel.
Berdasarkan hasil analisis data menggunakan regresi dengan
Fixed Effect Model menunjukkan:
a. Variabel Suku Bunga Hipotesis ke-1
1) Menerima Ho apabila t-hitung ≤ t-tabel, artinya tidak terdapat
pengaruh yang signifikan antara suku bunga terhadap harga
saham.

21
2) Menolak H0 apabila t-hitung ≥ t-tabel, artinya terdapat
pengaruh yang signifikan antara suku bunga terhadap harga
saham.
Nilai t-hitung dari suku bunga -0.611 sementara t-tabel 2.0048, jadi
niai t-hitung ≤ nilai t-tabel. Dengan demikian Ho diterima, artinya
variabel suku bunga berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap
harga saham. Dari hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa
semakin tinggi suku bunga maka harga saham akan semakin turun.
Hal ini menunjukkan bahwa suku bunga mempunyai arah yang
berlawanan dengan harga saham dan dapat digunakan oleh investor
sebagai tolak ukur dalam mengambil keputusan dalam investasi.
Hasil analisis yang diperoleh menandakan bahwa hipotesis pertama
(H1) yang menyatakan Suku Bunga berpengaruh terhadap harga
saham ditolak.
b. Variabel Nilai Tukar Hipotesis ke-2
1) Menerima Ho apabila t-hitung ≤ t-tabel, artinya tidak terdapat
pengaruh yang signifikan antara nilai tukar terhadap harga
saham.
2) Menolak Ho apabila t-hitung ≥ t-tabel, artinya terdapat
pengaruh yang signifikan antara nilai tukar terhadap harga
saham.

Nilai t-hitung dari nilai tukar -2.8325 sementara t-tabel 2.0048, jadi
niai t-hitung ≤ nilai t-tabel dan nilai probabilitas (0.0070). Dengan
demikian Ho ditolak, artinya variabel nilai tukar berpengaruh
negatif signifikan terhadap harga saham. Dari hasil yang diperoleh
menunjukkan bahwa nilai tukar yang terdepresiasi maka harga
saham akan semakin turun. Hal ini menunjukkan bahwa nilai tukar
mempunyai arah yang berlawanan dengan harga saham dan dapat
digunakan oleh investor sebagai tolak ukur dalam mengambil
keputusan dalam investasi yang dilihat dari aspek ekonomi makro.
Hasil analisis yang diperoleh menandakan bahwa hipotesis kedua

22
(H2) yang menyatakan Nilai Tukar berpengaruh terhadap harga
saham dapat diterima.
c. Variabel Earning Per Share (EPS) Hipotesis ke-3
1) Menerima Ho apabila t-hitung ≤ t-tabel, artinya tidak terdapat
pengaruh yang signifikan antara EPS terhadap harga saham.
2) Menolak Ho apabila t-hitung ≥ t-tabel, artinya terdapat
pengaruh yang signifikan antara EPS terhadap harga saham.

Nilai t hitung dari variabel EPS sebesar 3.3858, sedangkan t-tabel


2.0048, jadi nilai t-hitung ≥ t-tabel dan nilai probabilitas 0.0015 <
α=0.05, dengan demikian H1 diterima dan menolak H0 yang artinya
variabel EPS berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga
saham. Dari hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa semakin
tinggi nilai EPS maka harga saham akan semakin tinggi. Hal ini
menunjukkan bahwa EPS mempunyai arah yang searah dengan
harga saham dan dapat digunakan oleh investor sebagai tolak ukur
atas kinerja perusahaan pertambangan yagn dapat mempengaruhi
perubahan harga saham. Hasil analisis yang diperoleh menandakan
bahwa hipotesis ketiga (H3) yang menyatakan EPS berpengaruh
terhadap harga saham dapat diterima.
d. Variabel Price Earning Ratio (PER) Hipotesis ke-4
1) Menerima Ho apabila t-hitung ≤ t-tabel, artinya tidak terdapat
pengaruh yang signifikan antara PER terhadap harga saham.
2) Menolak Ho apabila t-hitung ≥ t-tabel, artinya terdapat
pengaruh yang signifikan antara PER terhadap harga saham.

Nilai t-hitung dari variabel PER sebesar 2.6738,sedangkan t-tabel


sebesar 2.0048, jadi nilai t-hitung ≥ nilai t-tabel dan nilai
probabilitas 0.0106 < α=0.05, dengan demikian H1 diterima dan
menolak H0 yang artinya variabel PER berpengaruh positif dan
signifikan terhadap harga saham. Dari hasil yang diperoleh
menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai PER maka harga saham
akan semakin tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa PER mempunyai

23
arah yang searah dengan harga saham dan dapat digunakan oleh
investor sebagai tolak ukur atas kinerja perusahaan pertambangan
yagn dapat mempengaruhi perubahan harga saham. Hasil analisis
yang diperoleh menandakan bahwa hipotesis keempat (H4) yang
menyatakan DER berpengaruh terhadap harga saham dapat
diterima.
e. Variabel Debt to Equity Ratio (DER) Hipotesis ke-5
1) Menerima Ho apabila t-hitung ≤ t-tabel, artinya tidak terdapat
pengaruh yang signifikan antara DER terhadap harga saham.
2) Menolak Ho apabila t-hitung ≥ t-tabel, artinya terdapat
pengaruh yang signifikan antara DER terhadap harga saham.

Nilai t-hitung dari variabel DER sebesar 0.8003, sedangkan t-tabel


sebesar 2.0048, jadi nilai t-hitung ≤ nilai t-tabel dan nilai
probabilitas 0.4279 > α=0.05, dengan demikian H1 diterima dan
menolak H0 yang artinya variabel DER berpengaruh positif dan
tidak signifikan terhadap harga saham. Dari hasil yang diperoleh
menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai DER maka harga saham
akan semakin tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa DER mempunyai
arah yang searah dengan harga saham dan dapat digunakan oleh
investor sebagai tolak ukur atas kinerja perusahaan pertambangan
yagn dapat mempengaruhi perubahan harga saham. Hasil analisis
yang diperoleh menandakan bahwa hipotesis kelima (H5) yang
menyatakan DER berpengaruh terhadap harga saham ditolak.
3. Koefisien Determinasi ( R2)
Koefisien Determinasi ( R2) sebesar 0.956334 atau 95.63 %. Hal ini
menunjukkan bahwa kemapuan variabel bebas yaitu Suku Bunga, Nilai
Tukar, EPS, PER dan DER menjelaskan variabel terikat harga saham
sebesar 95.63% dan sisanya sebesar 4.37% dapat dijelaskan oleh
variabel lain.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil perhitungan secara simultan menunjukkan bahwa Suku
Bunga, Nilai Tukar, EPS, PER dan DER memiliki pengaruh simultan atau

24
serentak terhadap harga saham. Hasil penelitian ini searah dengan penelitian
yang dilakukan oleh Julia dan Diyani (2017) yang menyatakan PER, DER,
ROE, kurs, suku bunga dan inflasi secara simultan berpengaruh terhadap harga
saham sektor keuangan. Penelitian lain ang mendukung adalah penelitian yang
dilakukan oleh Hermawanti dan Hidayat (2016) yang menyatakan bahwa
secara simultan EPS, PER, DER, ROA dan ROE berpengaruh terhadap harga
saham sektor property dan real estate yang terdaftar di BEI.
Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa variabel suku bunga
mempunyai pengaruh negative dan tidak signifikan terhadap harga saham, hasil
tersebut menandakan bahwa perubahan suku bunga tidak terlalu mempengaruhi
pergerakan harga saham.
Hal ini didukung penelitian yang dilakukan oleh Purnama dan
Purbawangsa (2017) yang menyatakan bahwa suku bunga tidak mempengaruhi
harga saham secara signifikan karena dengan investasi pada saham dapat
memberikan imbal hasil yang lebih tinggi daripada investasi di deposito,
obligasi dan instrument yang lainnya. Hasil ini juga didukung penelitian yang
dilakukan oleh Kewal (2012) yang menyatakan bahwa suku bunga tidak
berpengaruh terhadap harga saham.
Dari hasil penelitian ini bahwa nilai tukar berpengaruh negative terhadap
harga saham. Artinya ketika nilai tukar rupiah terhadap dollar mengalami
depresiasi maka harga saham akan turun. Hal tersebut terjadi karena laba
perusahaan akan berkurang yang akan berdampak pada turunnya harga saham
perusahaan. Hasil penelitian ini didukung dari penelitian yang dilakukan Kewal
(2012) yang menyatakan adanya pengaruh nilai tukar terhadap harga saham.
Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara kurs rupiah dan harga saham
berlawanan arah, artinya semkain juat kurs rupiah terhadap dollar Amerika
maka akan meningkatkan harga saham.
Hasil penelitian ini bahwa EPS berpengaruh positif terhadap harga saham.
Artinya semakin tinggi nilai EPS maka harga saham akan tinggi. EPS
meruapakan ratio yang dilihat dari laba per lembar sahamnya. Laba per lembar
saham menjadi tolak ukur yang sering digunakan oleh investor dalam melihat
kinerja perusahaan. Ketika nilai EPS suatu perusahaan itu tinggi maka kinerja

25
perusahaan tersebut dapat dikatakan baik. Hasil ini didukung penelitian yang
dilakukan oleh Suselo dkk (2011) yang menyatakan bahwa EPS memiliki
pengaruh positif terhadap harga saham.
Hasil penelitian dari variabel PER menyatakan bahwa berpengaruh positif
terhadap harga saham. Artinya semakin tinggi nilai PER perusahaan maka
harga saham semakin tinggi. PER merupakan perbandingan antara harga saham
dan EPS. PER yang tinggi menandakan bahwa investor memiliki harapan yang
baik tentang perkembangan perusahaan di masa mendatang.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Suselo
yang menyatakan bahwa PER berpengaruh positif terhadap harga saham. Hasil
ini memberikan penjelasan bahwa semakin tinggi nilai PER menunjukkan
eskpesktasi investor terhadap perusahaan dimasa mendatang cukup tinggi.
Hasil ini juga sejalan dengan taori signlaing bahwa setiap infromasi yang
disampaikan perusahaan kepada investor akan langsung direspon oleh investor.
Hasil penelitian dengan variable DER menunjukan bahwa berpengaruh
positif tidak signifikan terhadap harga saham. Artinya perubahan dari nilai
DER tidak mempengaruhi minat investor untuk menanamkan modalnya yang
nantinya akan berdampak kepada pergerakan harga saham. Tinggi atau
rendahnya hutang belum tentu mempengaruhi minat investor untuk
menanamkan sahamnya, karena investor melihat dari seberapa besar
perusahaan mampu memanfaatkan hutangnya untuk biaya operasional
perusahaan, jika perusahaan mampu memanfaatkan hutangnya untuk biaya
operasional maka akan memberikan sinyal positif bagi investor untuk
menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut dan harga saham akan naik,
begitu sebaliknya jika perusahaan gagal memanfaat hutang akan memberikan
signal negative dari investor.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Purnama dan
Perbawangsa yang menyatakan bahwa DER berpengaruh positif terhadap harga
saham. Hal tersebut dikarenakan perusahaan mampu memanfaatkan hutang
yang dimiliki guna mengembangkan usahanya yang juga membawa efek pada
penghematan pajak yang akhirnya dapat memaksimalkan laba perusahaan.

26
27
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat di tarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Perkembangan variabel harga saham, suku bunga, nilai tukar, Earning per
Share, Price Earning Ratio, Debt to Equity Ratio.
Perkembangan harga saham pada rata-rata tiap tahunnya mengalami
fluktuasi dari tahun 2012-2016. Rata- rata harga saham selama lima tahun
sebesar 19,09 %. Perusahaan yang memiliki rata-rata harga saham tertinggi
selama lima tahun adalah Resources Alam Indonesia Tbk sebesar 74% dan
perusahaan yang memiliki perkembangan harga saham terendah adalah
Surya Esa Perkasa Tbk sebesar -0.11% hal ini terjadi karena harga saham
mengalami penurunan yang banyak di tahun 2015.
Perkembangan suku bunga diatas dapat dijelaskan bahwa
perkembangan suku bunga dari tahun 2013 – 2016 mengalami penurunan
setiap tahunnya. Suku bunga pada tahun 2013 berada di 0.30% hingga
terakhir turun menjadi -0.03%. Melihat kondisi tersebut maka akan semakin
banyak masyarakat yang berinvestasi di pasar saham.
Perkembangan nilai tukar terhadap dollar dari tahun ke tahun. Pada
tahun 2012-2015 nilai tukar terdepresi, hal ini disebabkan karena pada
tahun tersebut Indonesia mengalami inflasi. Namun di tahun 2016 nilai
tukar terapresiasi 0.63%.
Perkambangan PER pada rata-rata tiap tahunnya mengalami fluktuasi
dari tahun 2012-2016. Rata- rata PER selama lima tahun sebesar 104 %.
Perusahaan yang memiliki PER tertinggi selama lima tahun adalah Surya
Esa Perkasa Tbk sebesar 490% dan perusahaan yang memiliki
perkembangan PER terendah adalah Adaro Energy Tbk sebesar -3%.
Perkembangan EPS pada rata-rata tiap tahunnya mengalami fluktuasi
dari tahun 2012-2016. Rata- rata EPS selama lima tahun sebesar 266 %.
Perusahaan yang memiliki EPS tertinggi selama lima tahun adalah Radiant
Utama Interinsco Tbk sebesar 1636% hal ini terjadi karena pada tahun 2015

28
perubahan EPS melonjak naik dan perusahaan yang memiliki
perkembangan EPS terendah adalah Surya Esa Perkasa Tbk sebesar –
26.63% hal ini karena dibeberapa tahun EPS mengalami penurunan yang
sangat tajam.
Perkembangan DER pada rata-rata tiap tahunnya mengalami fluktuasi
dari tahun 2012-2016. Rata- rata DER selama lima tahun sebesar 36.4 %.
Perusahaan yang memiliki DER tertinggi selama lima tahun adalah Adaro
Energy Tbk sebesar 312% dan perusahaan yang memiliki perkembangan
DER terendah adalah Resources Alam Indonesia Tbk sebesar -0.20%.
2. Pengaruh Suku Bunga, Nilai Tukar, Earning Per Ratio, Price Earning Ratio
dan Debt to Equity Ratio terhadap Harga Saham Perusahaan Pertambangan.
Dari hasil analisis melalui persamaan regresi panel yang telah
dilakukan, hasil yang pertama variabel suku bunga sebesar 0.5443 yang
artinya variabel tersebut secara parsial berpengaruh negatif dan tidak
signifikan terhadap harga saham, hasil yang kedua variabel nilai tukar
sebesar 0.0070 yang artinya variabel tersebut secara parsial berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap harga saham, hasil yang ketiga variabel EPS
sebesar 0.0015 yang artinya variabel tersebut secara parsial berpengaruh
positif dan signifikan terhadap harga saham, hasil yang keempat variabel
PER sebesar 0.0106 yang artinya variabel tersebut secara parsial
berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham, dan hasil yang
terakhir variabel DER sebesar 0.4279 yang artinya variabel tersebut secara
parsial berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap harga saham.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dari hasil analisis data yang dilakukan maka
diajukan beberapa saran yaitu sebagai berikut:
1. Bagi Investor
Investor sebaiknya selalu berusaha mengamati faktor-faktor makro
ekonomi dan kinerja keuangan perusahaan yang mempengaruhi
perubahan harga saham sebelum mengambil keputusan (membeli atau
menjual saham).
2. Bagi Perusahaan (Emiten)

29
Bagi pihak perusahaan pertambangan yang sahamnya
diperdagangkan di pasar modal agar lebih meningkatkan kinerja
keuangan serta dapat memprediksi atau meramalkan mengenai kondisi
keadaan ekonomi makro. Hal tersebut dimaksudkan agar pihak
manajemen perusahaan dapat mengambil tindakan yang tepat bila
terjadi perubahan terhadap kondisi ekonomi makro.
3. Bagi Pemerintah
Pemerintah diharapkan lebih hati-hati dalam mengambil kebijakan
baik itu fiskal maupun moneter. Hal tersebut dilakukan agar tidak
terjadi goncangan ekonomi makro yang akan berdampak pada pasar
modal.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya.
a. Untuk peneliti selanjutnya perlu mengkaji kembali dampak
perubahan variabel ekonomi terhadap kelompok saham disektor
lainnya.
b. Disarankan untuk menambah variabel ekonomi makro dinegara
lain mengingat bahwa pasar modal semakin berkembang dengan
baik.

30
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Faisyal. 2013. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. UMM Press.
Malang.
Anoraga, P., dan Piji Pakarti, 2006, Pengantar pasar Modal (Edisi Revisi).
Cetakan Kelima, PT Rineka Cipta: Jakarta.
Asih Ni Wayan Sri dan Akbar Masithah. 2016. Analisis Pengaruh Inflasi, Suku
Bunga, Nilai Tukar (Kurs) dan PDB terhadap IHSG Studi Kasus Pada
Perusahaan Properti Yang Terdaftar di BEI. Jurnal Manajemen dan
Akuntansi, 17(1): 43-52.
Daniel. 2015. Pengaruh Faktor Internal Terhadap Harga Saham Perusahaan LQ 45
Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal EMBA, 3,(3):863-876.
Darmadji, Fakhruddin, (2006), “Pasar Modal Di Indonesia, Pendekatan Tanya
Jawab”. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.
Diyani Ari Luci, Tan Thrie Julia. 2015. Pengaruh Faktor Fundamental Keuangan
dan Makroekonomi terhadap Harga Saham. Kalbisocio, 2(2):109-119.
Eduardus, Tandelilin.2001. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio Edisi
Pertama. BPFE – Yogyakarta.Yogyakarta.
Novasari Ema. 2013. Pengaruh PER, EPS, ROA dan DER terhadap Harga Saham
Perusahaan Sub Sektor Industri Textile Yang Go Publik Di BEI Tahun
2009-2011. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.
Gujarati, Damodaran, (1995). “Ekonometrika Dasar”. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Gumilang Reshinta Candra, Hidayat R Rustam. 2014. Pengaruh Variabel Makro
Ekonomi, Harga Saham dan Harga Minyak Dunia terjadap IHSG (Studi
pada BEI periode 2009-2013). Jurnal dministrasi Bisnis, 14(2):1-9.
https://katadata.co.id/ifografik/2017/04/24/ndustri-tambang-penopang-
perekonomian. Husnan, Suad, (2001). Dasar-Dasar Teori Portofolio dan
Analisis Investasi”, Edisi Kedua, UPP AMP YKPN Jogiyanto. 2000. Teori
portofolio dan Analisis Investasi, Edisi 2. Yogyakarta.
Mankiw, N. Gregory.2003. Teori Makroekonomi, Edisi Kelima. Penerbit
Erlangga. Jakarta.

31
Purnama Ida Bagus Adytiem, Purbanwangsa Ida Bagus Anom. 2017. Pengaruh
Kinerja Keuangan dan Variabel Makro Ekonomi Terhadap Harga Saham
Perusahaan Pertambangan. Jurnal Manajemen Unud, 16(4): 1729-1760.
Rahardjo, Mugi. 2009. Ekonomi Moneter. Penerbit LPP UNS dan UNS Press.
Surakarta, Jawa Tengah.
Setyastuti Rini. 2015. Keterkaitan Antara Nilai Tukar, Tingkat Suku Bunga dan
Indeks Harga Saham di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Studi
Pembangunan, 16(1): 14-25.
Rohmanda Deny, Suhadak, Topowijono. 2014. Pengaruh Kurs Rupiah, Inflasi dan
BI Rate terhadap Harga Saham (Studi pada Indeks Sektoral Bursa Efek
Indonesia Periode 2005-2013). Jurnal Adminstrasi dan Bisnis, 13(1):1-10.
Samsul, Mohammad. 2015. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio. Edisi 2.
Penerbit Erlangga. Jakarta.
Samuelson, 2004, Ilmu Makro Ekonomi. Jakarta:Media Global Edukasi.
Sugiyono, Dr. 1999. Metode Penelitian Bisni CV Alfabeta Bandung.
Sukardi. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta:Bumi Akasara.
Supraningsih. 2017. Effect of DER, PER, NPM, ROI, EPS in Influence Exchange
Rates and Indonesia Interest Rates (SBI) share price in Textile and
Garment Industry Indonesia Stock Exchange.
Suselo Dedi, Djazuli Atim, Indrawati Nur Khusniyah. 2015. Pengaruh Variabel
Fundamental dan Makro Ekonomi terhadap Harga Saham (Studi pada
perusahaan yang masuk dalam Indeks LQ45). Jurnal Aplikasi Manajemen,
13,(1):104-116.
Tandelilin, Dr. Eduardus. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio,
Edisi Pertama. Penerbit BPFE Yogyakarta. Yogyakarta.

32
LAMPIRAN
Untuk lampiran silahkan masukkan:
1. Hasil output dari software EViews.
2. Screenshoot data asli yang diambil dari website-website terkait. Seperti:
Badan Pusat Statistik (BPS), Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan
(OJK), Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (DJPK), World Bank,
IMF, dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai