Dosen Pengampu:
Jogiyanto Hartono M, Prof., Dr., MBA., Ak., CMA., CA.
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. dan junjungan
kita Nabi Muhammad SAW. atas berkat, rahmat dan hidayah-Nya yang
senantiasa menjaga dan melindungi setiap langkah kehidupan kita. Terkhusus
atas kemurahan-Nya dalam pembuatan makalah yang berjudul “Kenaikan
Harga Saham Perusahaan Setelah IPO” sehinga penyusun dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Penyusun berharap agar makalah ini dapat berguna bagi para pembaca.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih
banyak kekurangan baik dari segi bentuk maupun isinya. Maka dari itu,
penyusun mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para
pembaca agar penyusun dapat memperbaiki kesalahan yang ada di masa
mendatang. Semoga laporan ini dapat memberikan kontribusi yang positif,
bermanfaat, dan menambah wawasan bagi semua pembaca.
i
Kelompok 12
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................................................2
BAB 2 LANDASAN TEORI.....................................................................................................3
2.1 IPO (Initial Public Offering)..........................................................................................3
2.2 Bursa Efek Indonesia......................................................................................................4
2.3 Kinerja Saham................................................................................................................6
BAB 3 METODE PENELITIAN...............................................................................................9
3.1 Pendekatan Penelitian.....................................................................................................9
3.2 Jenis Data.......................................................................................................................9
3.3 Teknik Pengumpulan Data.............................................................................................9
3.4 Obyek Penelitian............................................................................................................9
BAB 4 PEMBAHASAN..........................................................................................................10
4.1 Rata-rata Harga Saham sebelum dan sesudah IPO......................................................10
4.2 Kinerja perusahaan jangka panjang perusahaan setelah IPO di Bursa Efek Indonesia10
4.3 Perbedaan yang signifikan dalam kinerja perusahaan pada jangka pendek dan jangka
panjang setelah IPO di Bursa Efek Indonesia.....................................................................11
BAB 5 PENUTUP....................................................................................................................13
5.1 Kesimpulan...................................................................................................................13
5.2 Saran.............................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
pihak tertentu pada intern perusahaan. Sedangkan perusahaan terbuka (public
company) yaitu bahwa saham perusahaan atau kepemilikan perusahaan bukan hanya
dimiliki oleh pemilik lama (founders), tetapi juga dimiliki masyarakat. Peningkatan
perusahaan yang melakukan IPO dari tahun ke tahun terus mengalami kenaikan yang
signifikan karena banyaknya perusahaan yang mencari dana melalui IPO.
Harga saham yang dijual di pasar perdana ditentukan berdasarkan kesepakatan
antara perusahaan emiten dan penjamin emisi (underwriter), sedangkan harga di pasar
sekunder ditentukan oleh mekanisme pasar (permintaan dan penawaran). Ada dua
kemungkinan yang terjadi terhadap harga saham setelah penawaran. Pertama, harga
saham perdana lebih besar dari harga yang terjadi pada saat saham mulai
diperdagangkan. Kondisi harga saham demikian disebut sebagai overpricing. Kondisi
underpricing tidak menguntungkan bagi perusahaan yang melakukan go public,
karena dana yang diperoleh dari go public tidak maksimal. Sebaliknya bila terjadi
overpricing, maka investor akan merugi, karena mereka tidak menerima Initial
Return.
Nilai perusahaan merupakan faktor penting yang mencerminkan kemakmuran
dari para investor (pemegang saham). Jika nilai perusahaan meningkat maka
kemakmuran investor akan meningkat. Nilai pasar perusahaan adalah harga pasar
yang terjadi karena transaksi antara penjual dan pembeli yang didefinisikan sebagai
cerminan dari nilai aset perusahaan sesungguhnya.
2
2. Untuk mengetahui kinerja saham jangka panjang perusahaan setelah IPO di
Bursa Efek Indonesia.
3. Untuk mengetahui perbedaan yang signifikan dalam kinerja perusahaan pada
jangka pendek dan jangka panjang setelah IPO di Bursa Efek Indonesia.
BAB 2
LANDASAN TEORI
3
perusahaan dituntut untuk meningkatkan kinerja perusahaan agar para
investor aktif untuk memperdagangkan sahamnya di pasar sekunder
dan saham perusahaan dapat bersaing secara kompetitif dan
dikategorikan menjadi saham yang blue chip 5 (Ikhsan, 2011).
Adapun manfaat initial Public Offering (IPO) bagi perusahaan antara
lain (BEI, 2011):
1. Perusahaan akan mendapatkan sumber modal baru (eksternal).
2. Dapat memberikan copetitive advantage untuk mengembangkan usaha.
3. Memperoleh pembiyaan untuk melakukan akuisisi perusahaan lain.
4. Dapat meningkatkan citra perusahaan.
5. Meningkatkan nilai perusahaan.
6. Peningkatan kemampuan going concern.
Selain mendapatkan manfaat tersebut, perusahaan akan
memiliki kosekuensi setelah go-public yaitu berbagai kepemilikan
perusahaan dengan pihak investor, perusahaan harus mematuhi atau
taat kepada peraturan-peraturan pasar modal yang berlaku seperti
kewajiban perusahaan untuk berbagi atau terbuka dalam informasi
dan menyampaikan laporan dengan tepat waktu.
4
hutang ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public
authorities, maupun perusahaan swasta”.
Sedangkan pengertian pasar modal menurut Suhartono dan Fadlillah
(2009) “pasar modal adalah kegiatan yang berkaitan dengan penawaran
umum dan perdagangan efek perusahaan publik yang diterbitkannya serta
lembaga dan profesi yang berkitan dengan efek”.
Dari definisi-definisi diatas dapat ditarik kesimpulan, bahwa
pasar modal merupakan tempat yang terorganisir yang
mempertemukan antara pihak penawar dengan pihak pembeli
instrumen keuangan jangka panjang, baik dalam bentuk hutang
maupun modal sendiri.Pasar modal merupakan bagian dari pasar
finansial, yaitu yang berhubungan dengan supply dan demand akan
dana jangka panjang.
Dengan demikian, pasar modal juga menjalankan fungsi
ekonomi dan keuangan. Fungsi ekonomi berarti mengalokasikan dana
secara efisien dari pihak yang mempunyai dana ke pihak yang
memerlukan dana. Fungsi keuangan ditunjukkan dari kemungkinan
memperoleh imbalan bagi pemilik dana sesuai dengan karakteristik
investasi yang mereka pilih. Selain itu pasar modal juga dapat
berfungsi sebagai lembaga perantara (inter-mediares), yaitu suatu
lembaga keuangan yang berfungsi sebagai perantara pemindahan
dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kepada
pihak yang membutuhkan dana (deficit spending unit). Kegiatan di
pasar modal ini mendorong terciptanya alokasi dana yang efisien,
karena dengan adanya pasar modal, investor sebagai pihak yang
kelebihan dana dapat memilih alternatif investasi yang memberikan
returns yang paling optimal. Asumsinya, investasi yang memberikan
returns relatif besar adalah sektor-sektor yang paling produktif yang
ada di pasar. Pasar modal dapat di kategorikan sebagai 4 jenis pasar
yaitu:
1. Pasar Perdana
Pasar perdana adalah sarana untuk perusahaan yang pertama kali
menawarkan saham atau obligasi ke masyarakat umum. Dikatakan sarana,
karena pembeli dapat memesan melalui telepon dan membayar dengan
5
cara mentrensfer uang melalui bang ke rekening agen penjual. Dikatakan
pertama kali, karena sebelumnya perusahaan ini merupaka milik perorang
atau kalangan tertentu saja tetapi perusahaan menwarkan saham kepada
masyarakat umum. Penawaran umum perdana atau disebut juga Initial
Public Offering (IPO) telah mengubah status perusahaan dari perusahaan
private menjadi perusahaan go-public. Perusahaan go-public berarti
perusahaan tersebut dapat dimiliki oleh masyarakat luas dan perusahaan
berkewajiban untuk membuka semua informasi Jurnal Administrasi
Kantor Vol 3 No 2 Agustus 2015 542 perusahaan kepada pemengang
saham dan masyarakat, kecuali informasi yang bersifat rahasia untuk
menjaga dari persaingan.
2. Pasar Kedua
Pasar kedua adalah tempat transaksi jual-beli efek antar investor dan
harga yang di bentuk oleh investor melalui perantara efek. Terbentuknya
harga pasar oleh tawar-menawar antara penjual dan pembeli dari para
investor ini di sebut juga dengan order driven market. Sistem perdagangan
di bursa efek sudah terintegrasi dengan sistem penyelesaian yang ada di
central clearing, yaitu Kliring Penjamin Efek Indonesia (KPEI), dan
central depository, yaitu Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI).
Dengan sistem perdagangan tanpa warkat (scriples trading) yang sudah
berjalan di indonesia, pemindahan kepemilikan saham dapat dilakukan
dengan cara overbooking atau book-entry system.
3. Pasar Ketiga
Pasar ketiga adalah sarana transaksi jual-beli saham antara market maker
serta investor dan harga yang di bentuk oleh market maker. Investor dapat
memilih market maker yang memberi harga terbaik. Market maker adalah
anggota bursa. Para market maker ini akan bersaing dalam menentukan
harga saham, karena satu jenis saham di pasarkan oleh lebih dari satu
market maker. Misalnya, jenis saham “ABC” dipasarkan oleh 50 market
maker, sedangkan jenis saham “ASD” di psarkan oleh 30 market maker.
Setiap market maker dapat memasarkan lebih dari 1 jenis saham. Investor
dapat melihat harga yang di tawarkan oleh market maker pada komputer
informasi yang ada di bursa efek,tetapi Indonesia belum memliki pasar
ketiga.
6
4. Pasar Keempat
Pasar keempat adalah pasar yang terjadi ketika investor jual dan investor
beli tidak menggunakan perantara, tetapi langsung bertatap muka antara
penjual dan pembeli saham. Mekanisme ini dapat terlaksana asalkan para
pelaku investor memiliki central custodian, clearing house dan menjadi
anggota electronic communication network (ECN). Pasar keempat ini
dilaksanakan oleh para ivenstor agar dapat mengurangi biaya
dibandingkan dengan pasar sekunder.
7
berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang telah ditetapkan
sebelumnya. Melalui penilaian kinerja, manajer dapat
menggunakannya dalam mengambil keputusan penting dalam rangka
bisnis perusahaan, seperti menentukan tingkat gaji karyawan, dan
sebagainya, serta langkah yang akan diambil untuk masa depan.
Sedangkan bagi pihak luar, penilaian kinerja sebagai alat pendeteksi
awal dalam memilih alternatif investasi yang digunakan untuk
meramalkan kondisi perusahaan di masa yang akan datang.
Tujuan utama penilaian kinerja adalah untuk memotivasi
personel dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi
standar perilaku berupa kebijakan manajemen atau rencana formal
yang dituangkan dalam anggaran organisasi yang telah ditetapkan
sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan
oleh organisasi.
Kinerja perusahaan dapat dinilai melalui berbagai macam
indikator. Salah satu indikator yang dapat dijadikan sebagai dasar
penilaian adalah laporan keuangan. Laporan keuangan adalah suatu
produk dan komoditas informasi penting yang dihasilkan oleh proses
akuntansi suatu organisasi atau perusahaan. Tujuannya adalah untuk
menyediakan informasi menyangkut posisi keuangan, kinerja, dan
perubahan posisi keuangan perusahaan. Laporan keuangan disusun
oleh manajemen perusahaan yang bersangkutan dengan tujuan untuk
mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan oleh pemilik
perusahaan (Nasir dan Pamungkas, 2005). Bentuk-bentuk laporan
keuangan adalah:
1. Neraca
Neraca adalah suatu laporan sistematis tentang aktiva (assets), utang
(liabilities), dan modal sendiri (owners equity) dari suatu perusahaan pada
tanggal tertentu.
2. Laporan Laba/Rugi
Laporan laba-rugi merupakan ikhtisar yang disusun secara sistematis
berisikan tentang data yang mencakup seluruh pendapatan atau revenue
perusahaan dan seluruh beban perusahaan.
3. Laporan perubahan Modal
8
Laporan perubahan modal adalah laporan yang menggambarkan
mengenai perubahan modal perusahaan yang terjadi selama periode
tertentu, di mana laporan perubahan modal ini menjelaskan sebab-sebab
perubahan modal yang dalam suatu perseroan terbatas disebut laporan
laba ditahan.
Kondisi keuangan suatu perusahaan dapat diketahui dari
laporan keuangan yang disusun mengikuti kaidah-kaidah standar
penyusunan laporan keuangan (Nasir dan Pamungkas, 2005).
Berdasarkan laporan keuangan tersebut dapat dihitung sejumlah rasio
keuangan yang lazim dijadikan sebagai dasar penilaian kinerja suatu
perusahaan. Bagi perusahaan yang telah IPO, kinerja suatu
perusahaan juga dapat dinilai berdasarkan perubahan harga dan return
saham perusahaan yang bersangkutan di bursa efek.
Laporan keuangan disusun bertujuan untuk menyediakan
informasi yang menyangkut tentang posisi keuangan, kinerja, dan
perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi
sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Informasi mengenai posisi keuangan, kinerja, dan perubahan posisi
keuangan sangat diperlukan untuk dapat melakukan evaluasi atas
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas, dan waktu serta
kepastian dari hasil tersebut.
9
BAB 3
METODE PENELITIAN
10
Dalam penelitian ini menggunakan dua metode dalam
pengumpuluan data yaitu:
1. Studi Pustaka
Membaca dan mempelajari beberapa referensi jurnal, artikel ilmiah dan
literatur yang berhubungan dengan topik dalam penelitian ini.
2. Dokumenter
Menggunakan data sekunder yang dapat di akses pada website google
scholar, neliti dan GARUDA (Garba, Rujukan Digital) yang didukung oleh
Kemeterian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknoligi.
11
BAB 4
PEMBAHASAN
4.2 Kinerja perusahaan jangka panjang perusahaan setelah IPO di Bursa Efek
Indonesia
Kinerja perusahaan jangka panjang perusahaan setelah IPO di Bursa Efek
Indonesia cenderung mengalami penurunan (underperformed). Guntoro dkk (2008)
menemukan bahwa kinerja saham jangka panjang pada perusahaan setelah IPO akan
mengalami underperformed. Berdasarkan penelitian Yusniar (2016) ada sebanyak
59,09% atau 26 dari 44 perusahaan yang mengalami kinerja underperformed pada
jangka Panjang sedangkan sisanya 40,91% atau 18 dari 44 perusahaan mengalami
kinerja outperformed pada jangka Panjang. Rata-rata Abnormal return perusahaan
yang melakukan IPO pada sebesar 21,60% yang berarti bahwa kinerja jangka panjang
perusahaan yang jangka panjang (24 bulan) sebesar 21,60% dimana angka ini
menunjukkan bahwa kinerja jangka panjang perusahaan yang melakukan IPO
mengalami outperformed.
Diketahui nilai rata-rata banormal return kinerja jangka Panjang ini bernilai
positif dengan artian dari keseluruhan periode jangka Panjang nilai yang diperoleh
mempunyai nilai di atas nol pada setiap bulannya. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa kinerja saham perusahaan dalam jangka Panjang setelah IPO
12
mengalami outperformed. Setelah bulan ke 13 sampai bulan ke 21, kinerja saham
perusahaan cenderung mengalami penurunan. Pada bulan ke 22 dan ke 23, kinerja
shaam cenderung mengalami peningkatan. Namun demikian, pada bulan ke 24 kinerja
saham Kembali mengalami penurunan. Dilihat dari abnormal returnnya, dapat
disimpulkan bahwa apabila jangka waktu memegang saham IPO ini semakin lama,
maka risiko akan mengalami kerugian semakin tinggi.
Berikutnya berdasarkan perhitungan Wealth Relative dalam penelitian
Kusumawati (2017) sebagai pengukur kinerja saham. Ditemukan bahwa besarnya
rata-rata return nilai Wealth Relative dan uji one sample t test kinerja jangka Panjang
perusahaa yang melakukan IPO adalah underperformed dalam jangka waktu 24
bulan, namun tidak signifikan pada tingkat 5%. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa kinerja jangka Panjang perusahaan yang melakukan IPO tidak mengalami
underperformed secara signifikan. Faktor penyebabnya adalah rata-rata nilai
abnormal return saham jangka Panjang lebih besar dari 0. Meskpun bila ditinjau
ditemukan bahwa banyak perusahaan yang mengalami underperformed dibandingkan
dengan outperformed. Hasil penelitiannya dibuktikan oleh nilai wealth relative dari
perusahaan yang melakukan IPO pada jangka Panjang (bulan ke—24) lebih besar dari
1.
Maka dapat disimpulkan bahwa meskipun kinerja saham jangka Panjang
mengalami outperformed, rata-rata abnormal returnnya tetap cenderung mengalami
penurunan. Penurunan rata-rata abnormal return ini disebabkan oleh informasi
asimetri. Tidak hanya itu, penurunan ini juga disebabkan oleh (1) pada pasar
sekunder, harga yang terjadi (equilibrium) secara rata-rata lebih tinggi dibandingkan
harga yang mencerminkan keseluruhan informasi, (2) harga pasar berada pada kisaran
harga yang mencerminkan keseluruhan informasi (Ronni, 2003).
4.3 Perbedaan yang signifikan dalam kinerja perusahaan pada jangka pendek
dan jangka panjang setelah IPO di Bursa Efek Indonesia
Terdapat perbedaan yang signifikan dalam kinerja perusahaan pada jangka
pendek dan jangka Panjang setelah IPO. Hasil ini dibuktikan oleh Guntoro dkk (2008)
yang menemukan terdapat perbedaan yang signifikan. Perbedaan yang signifikan ini
terjadi karena terdapat informasi asimetri yang terjadi di kelompok informed investor
dan uninformed investor. Demikian dengan penelitian Yusniar (2016) yang
membuktikkan ada perbedaan kinerja yang signifikan dari saham dalam jangka
13
pendek dengan dalam jangka panjang dalam IPO Indonesia selama periode tersebut.
Pada kinerja perusahaan jangka pendek, nilai rata-rata abnormal return cenderung
berfluktuasi. Meskipun begitu, keadaan tingkat pngembalian masih tergolong baik
bila dilihat secara keseluruhan karena nilainya yang positif. Nilai yang positif ini
menunjukkan bahwa kinerja saham jangka pendek dari perusahaan mengalami
outperformed. Wealth relative jangpa pendek mempunyai nilai yang lebih dari 1 yang
artinya kinerja saham periode jangka pendek mengalami outperformed. Kinerja
saham yang meningkat ini terjadi dikarenakan pada kinerja perusahaan jangka pendek
terjadi kondisi underpricing dimana harga saham IPO mengalami underpriced
dimana ini mengakibatkan perolehan abnormal return yang positif.
Sebaliknya, pada kinerja saham jangka Panjang yang juga diukur dengan
abnormal return jangka Panjang sama seperti ukuran kinerja saham jangka pendek
yaitu dengan market-adjusted model ditemukan bahwa ada sebanyak 59,09% atau 26
dari 44 perusahaan yang mengalami kinerja underperformed pada jangka Panjang
sedangkan sisanya 40,91% atau 18 dari 44 perusahaan mengalami kinerja
outperformed pada jangka Panjang. Rata-rata Abnormal return perusahaan yang
melakukan IPO pada sebesar 21,60% yang berarti bahwa kinerja jangka panjang
perusahaan yang jangka panjang (24 bulan) sebesar 21,60% dimana angka ini
menunjukkan bahwa kinerja jangka panjang perusahaan yang melakukan IPO
mengalami outperformed.
Hasil pengujian t statistic dengan abnormal return ditemukan bahwa adanya
perbedaan yang signifikan antara abnormal return 1 bulan dengan abnormal return 24
bulan. Demikian juga halnya ditemukan pada pengujian abnormal return 3 bulan dan
6 bulan dengan abnormal return 24 bulan yang membuktikan adanya perbedaan yang
signifikan abnormal return 3 bulan dan 6 bulan bulan dengan abnormal return.
Perbedaan antara kinerja saham jangka pendek dan jangka panjang disebabkan
karena dalam jangka panjang abnormal return perusahaan cenderung mengalami
penurunan meskipun nilai abnormal returnnya positif dan wealth relativenya lebih
dari 1. Penurunan nilai abnormal return dalam jangka panjang menyebabkan adanya
perbedaan harga saham secara signifikan setelah 24 bulan perusahaan melakukan IPO
jika dibandingkan dengan harga saham pada 1 bulan,3 bulan dan 6 bulan setelah
perusahaan IPO. Investor yang menahan saham hingga 24 bulan setelah IPO tetap
mendapatkan abnormal return tetapi tidak sebesar abnormal return pada jangka
pendek.
14
15
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan diatas menunjukan bahwa:
1. Rata-rata harga saham sesudah IPO adalah melonjak level tinggi bahkan
menyentuh batas kenaikan harian yakni Auto Rejection Atas (ARA). Namun
kondisi kenaikan ini tidak akan berlangsung lama, melainkan akan harga
saham akan jatuh. Fenomana ini terjadi umumnya disebabkan oleh investor
yang sudah punya saham sejak IPO ingin merealisasikan keuntungan (profit
taking) dengan menjualnya.
2. Kinerja perusahaan jangka panjang perusahaan setelah IPO di Bursa Efek
Indonesia cenderung mengalami penurunan dibandingkan dengan awal Listing
di Bursa Efek Indonesia. Tetapi kinerja jangka Panjang ini bernilai positif
dengan artian dari keseluruhan periode jangka Panjang nilai yang diperoleh
mempunyai nilai di atas nol pada setiap bulannya. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa kinerja saham perusahaan dalam jangka Panjang setelah
IPO mengalami kenaikan dari harga awal IPO di Bursa Efek Indonesia.
3. Terdapat perbedaan yang signifikan dalam kinerja perusahaan pada jangka
pendek dan jangka Panjang setelah IPO. Dalam jangka pendek kinerja
perusahaan return cenderung berfluktuasi. Tetapi tingkat pngembalian masih
tergolong baik bila dilihat secara keseluruhan karena nilainya yang positif.
Sedangkan untuk kinerja saham jangka Panjang menunjukkan bahwa kinerja
jangka panjang perusahaan yang melakukan IPO mengalami harga yang stabil
dan menghasilkan tingkat pngembalian yang bertumbuh secara normal.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil simpulan di atas, maka penulis memberikan beberapa saran
yang mungkin dapat bermanfaat, sebagai berikut:
1. Sebaiknya pada penelitian selanjutnya dapat memperbarui data yang lebih
terbaru dalam periode penelitian dengan menggunakan data 10 tahun terkahir.
Sehingga hasil yang didapatkan dalam penilitian lebih baik dan dapat
digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan investor dalam
memilih emiten yang akan IPO di Bursa Efek Indonesia.
16
2. Untuk investor jika ingin mengambi keptususan membeli emiten yang akan
IPO lebih baik menahan emiten atau sahamnya tersebut dalam jangka waktu
pendek untuk menfaatkan kenaikan harga saham setelah IPO yang signifikan
tetapi dengan risiko fluktuasi harga yang tinggi.
3. Perusahaan yang akan melakukan IPO sebaiknya menagmbil keputusan
dengan bijak untuk menetapka offering price sehingga tingkat yang
diharapkan untuk underpricing tidak terlalu tinggi. Karena besar kecilnya
underpricing akan mempengaruhi kinerja saham setalah IPO. Underpricing
menjadi beban tidak langsung bagi perusahaan sehingga harus memperhatikan
faktor lain yang akan mempengaruhi tingkat underpricing.
17
DAFTAR PUSTAKA
18