Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH ANALISIS INVESTASI DAN MANAJEMEN FORTOFOLIO

GARIS PASAR MODAL DAN CAMP

DISUSUN OLEH :

Nurjannah

UNIVERSITAS SEMBILANBELAS NOVEMBER KOLAKA


2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah. Puji syukur kehadirat Allah SWT senantiasa kita ucapkan. Atas karunia-

Nya berupa nikmat iman dan kesehatan ini akhirnya penulis bisa menyelesaikan makalah. Tidak

lupa shawalat serta salam tercurahkan bagi Baginda Agung Rasulullah SAW yang syafaatnya

akan kita nantikan kelak.

Makalah berjudul “GARIS PASAR MODAL DAN CAMP”. Adapun penulisan makalah

ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Analisis Investasi dan Manajemen Fortofolio.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah mendukung serta membantu

penyelesaian makalah. Harapannya, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi

pembaca.

Dengan kerendahan hati, penulis memohon maaf apabila ada ketidaksesuaian kalimat dan

kesalahan. Meskipun demikian, penulis terbuka pada kritik dan saran dari pembaca demi

kesempurnaan makalah.

Wassalamualaikum wr.wb
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.........................................................................................................
KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG..............................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH..........................................................................................1
C. TUJUAN...................................................................................................................2
BAB II : PEMBAHASAN ...................................................................................................3
A. PASAR MODAL......................................................................................................3
B. CAMP.......................................................................................................................6
BAB III :PENUTUP............................................................................................................10
A. KESIMPULAN........................................................................................................10
B. SARAN....................................................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perkembangan ekonomi global saat ini telah mendorong para investor untuk
berinvestasi di pasar modal. Keberadaan pasar modal di suatu negara bisa menjadi acuan
untuk melihat tentang bagaimana kegairahan atau dinamisnya bisnis negara yang
bersangkutan dalam menggerakkan berbagai kebijakan ekonominya seperti kebijakan fiskal
dan moneter (Fahmi, 2013). Pasar modal menjalankan dua fungsi utama, yaitu pertama
sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana
dari masyarakat pemodal (investor), kedua sebagai sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi
pada instrumen keuangan seperti saham, obligasi, reksadana, dan instrumen-instrumen
lainnya (Martalena & Malinda, 2011).
Salah satu jenis investasi yang dilakukan investor di pasar modal adalah investasi
pada saham. Saham adalah tanda bukti penyertaan kepemilikan modal atau dana pada suatu
perusahaan (Fahmi, 2013). Saham merupakan sekuritas yang cukup populer yang
diperjualbelikan di pasar modal. Investor yang melakukan investasi saham akan
mengharapkan keuntungan berupa capital gain maupun pembagian deviden oleh perusahaan.
Capital gain adalah keuntungan pada saat saham yang dimiliki dijual kembali dengan harga
yang lebih mahal (Fahmi, 2012). Sedangkan dividen merupakan pembagian dari laba yang
dibagikan kepada pemegang saham (Halim, 2005).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pengaruh leverage operasi terhadap risiko sistematik saham perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
2. Bagaimana pengaruh leverage finansial terhadap risiko sistematik saham perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
3. Bagaimana pengaruh leverage operasi dan leverage finansial secara simultan terhadap
risiko sistematik saham perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
4. Bagaimanakah prediksi return saham pada perusahaan sektor Aneka Industri yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan model Capital Asset Pricing
Model (CAPM)?
5. Bagaimanakah prediksi return saham pada perusahaan sektor Aneka Industri yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan model Arbitrage Pricing Theory
(APT)?
6. Model manakah yang lebih akurat dalam memprediksi return saham pada perusahaan
sektor Aneka Industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ?
C. TUJUAN
1. pengaruh leverage operasi terhadap risiko sistematik saham perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia
2. pengaruh leverage finansial terhadap risiko sistematik saham perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia
3. pengaruh leverage operasi dan leverage finansial secara simultanterhadap risiko
sistematik saham perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
4. prediksi return saham pada perusahaan sektor Aneka Industri yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia dengan menggunakan model Capital Asset Pricing Model (CAPM)
5. prediksi return saham pada perusahaan sektor Aneka Industri yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia dengan menggunakan model Arbitrage Pricing Theory (APT)
6. lebih akurat dalam memprediksi return saham pada perusahaan sektor Aneka Industri
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
A. PASAR MODAL
Pasar modal merupakassn kegiatan yang berhubungan dengan penawaran umum dan
perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta
lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.
Sementara menurut Bruce Lliyd, pasar modal bertindak sebagai penghubung antara para investor
dengan perusahaan maupun instansi pemerintah melalui perdagangan instrumen melalui jangka
panjang seperti obligasi, saham, dan lainnya.
Instrumen Investasi Pasar Modal
Pasar modal juga dikenal dengan istilah bursa efek. Di dalamnya, kamu bisa menemukan
berbagai jenis surat berharga yang setiap hari diperdagangkan. Jenis-jenis surat berharga tersebut
di antaranya adalah:
 Saham
Saham merupakan surat berharga yang menjadi bukti kepemilikan atas sebuah perusahaan.
Investor yang memiliki saham di sebuah perusahaan, berhak untuk mendapatkan dividen atau
pembagian laba.
 Reksadana
Reksadana dikenal sebagai instrumen investasi yang menjadi wadah untuk pengumpulan serta
pengelolaan dana beberapa investor. Dana tersebut kemudian dikelola manajer investasi menjadi
berbagai instrumen, seperti pasar uang, obligasi, saham, atau efek lainnya.
 Surat utang atau obligasi
Kamu juga bisa mendapatkan surat berharga berupa obligasi di pasar modal. Kepemilikan surat
utang dapat dipindahtangankan, dan pemegangnya memiliki hak untuk memperoleh bunga serta
pelunasan utang pada jangka yang telah ditentukan.
 Exchange traded fund (ETF)
Surat berharga yang satu ini sebenarnya memiliki kemiripan dengan reksadana, sama-sama
dikumpulkan secara kolektif. Hanya saja, EFT bisa diperdagangkan di bursa efek layaknya
saham.
 Derivatif
Selanjutnya, ada pula surat berharga dalam bentuk derivatif. Surat berharga ini dikenal sebagai
bentuk turunan dari saham. Terdapat 2 jenis derivatif yang bisa kamu temukan di pasar modal
Indonesia, yaitu warrant dan right.
Manfaat Pasar Modal
Pasar modal memiliki manfaat bagi emiten (Pihak yang melakukan Penawaran Umum, yaitu
penawaran Efek yang dilakukan oleh Emiten untuk menjual Efek kepada masyarakat
berdasarkan tata cara yang diatur dalam peraturan Undang-undang yang berlaku), maupun untuk
para investor.
Manfaat Pasar Modal untuk Emiten
 Jumlah dana yang dapat dihimpun berjumlah besar
 Dana tersebut dapat diterima sekaligus pada saat pasar perdana selesai
 Tidak ada convenant sehingga manajemen dapat lebih bebas dalam pengelolaan
dana/perusahaan
 Solvabilitas perusahaan tinggi sehingga memperbaiki citra perusahaan
 Ketergantungan emiten terhadap bank menjadi lebih kecil
Manfaat Pasar Modal untuk Investor
 Nilai investasi berkembang mengikuti pertumbuhan ekonomi. Peningkatan tersebut
tercermin pada meningkatnya harga saham yang mencapai capital gain
 Memperoleh dividen bagi mereka yang memiliki atau memegang saham dan juga bunga
yang mengambang bagi pemegang obligasi
 Dapat sekaligus melakukan investasi dalam beberapa instrumen yang mengurangi risiko

1. Bagaimana pengaruh leverage operasi terhadap risiko sistematik saham perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Pengaruh operating leverage dan financial leverage terhadap risiko sistematis pada
perusahaan infrastruktur, utilitas, dan transportasi yang go public di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Operating leverage diukur dengan degree of operating leverage (DOL), financial leverage diukur
dengan degree of financial leverage (DFL) dan risiko sistematis diukur dengan beta. Penelitian
ini menggunakan data panel 17 perusahaan infrastruktur, utilitas, dan transportasi yang go public
di BEI selama periode 2015-2019 dan dianalisis menggunakan metode analisis linear berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) operating leverage berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap risiko sistematis saham perusahaan infrastruktur, utilitas, dan transportasi; (2) financial
leverage berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap risiko sistematis saham perusahaan
infrastruktur, utilitas, dan transportasi; (3) operating leverage dan financial leverage berpengaruh
secara simultan terhadap risiko sistematis pada perusahaan infrastruktur, utilitas, dan
transportasi. Kata Kunci: Operating leverage; financial leverage; risiko sistematis.
2. Pengaruh leverage finansial terhadap risiko sistematik saham perusahaan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia
Perusahaan membutuhkan modal untuk perluasan perusahaan. Modal dapat diperoleh dari
dua macam sumber, sumber internal yaitu laba ditahan dan sumber eksternal salah satunya
adalah pasar modal. Melalui pasar modal perusahaan yang membutuhkan modal dapat
memperjualbelikan saham kepada investor. Investasi akan memberikan return, namun juga akan
menimbulkan risiko. Risiko timbul karena adanya ketidakpastian pengembalian yang akan
diterima. Risiko dibedakan menjadi dua yaitu, risiko sistematis dan risiko tidak sistematis. Risiko
sistematis adalah risiko yang tidak dapat dihindari. Informasi mengenai risiko sistematis
dibutuhkan oleh perusahaan maupun investor untuk pengambilan keputusan. Operating leverage
dan financial leverage merupakan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi besarnya risiko
sistematis saham. Penggunaan operating leverage dan financial leverage tinggi dapat
memperbesar risiko pada perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat
pengaruh antara operating leverage dan financial leverage terhadap risiko sistematis saham.
Penelitian dilakukan pada perusahaan sektor keuangan yang terdaftar di BEI periode 2012-2015.
Analisis dilakukan dengan analisis statistik regresi linear berganda. Berdasarkan hasil penelitian
dan analisis data dapat diketahui bahwa teerdaapat pengaruh signifikan secara simultan antara
operating leverage dan financial leverage terhadap risiko sistematis saham (0,011<0,05). Secara
parsial operating leverage berpengaruh positif terhadap risiko sistematis saham ditunjukkan
dengan nilai signifikansi sebesar (0,045<0,05), financial leverage juga berpengaruh positif
terhadap risiko sistematis saham ditunjukkan dengan nila signifikansi sebesar (0,020<0,05).
Sebaiknya calon investor melakukan analisis mengenai kondisi internal perusahaan seperti
operating leverage dan financial leverage karena dapat mempengaruhi risiko sistematis saham.
Bagi perusahaan dapat lebih memperhatikan proporsi pendanaan perusahaan dengan
mempertimbangkan perekonomian karena ketidakpastiannya tingkat penjualan dapat
mempengaruhi laba dan pengembalian kepada pemegang saham.
3. Pengaruh leverage operasi dan leverage finansial secara simultan terhadap risiko
sistematik saham perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Tentang pengaruh tingkat leverage operasi dan leverage finansial pada tingkat risiko
sistematik perusahaan publik Indonesia. Studi ini mengembangkan lebih lanjut studi mengenai
gabungan leverage operasi dan leverage finansial dengan tingkat risiko sistematik yang telah
banyak dilakukan di lingkungan pasar modal yang sudah mapan seperti New York Stock
Exchange (NYSE), yang hasilnya tidak konsisten (misalnya, studi oleh Lev 1974, Mandelker dan
Rhee 1984, dan Huffman 1987). Studi inijuga mengembangkan studi tentang masalah risiko
saham di Indonesia yang sebelumnya telah diteliti misalnya oleh Budiarti (1996) dan Tandelilin
(1997). Penelitian ini juga mempertimbangkan pengaruh ukuran dan jenis industri perusahaan,
dan peneliti keseimbangan antara leverage operasi dan leverage finansial. analisis data terhadap
60 perusahaan publik di Bursa Efek Jakarta (BEJ) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan
merupakan variabel yang secara konsisten berpengaruh secara positif terhadap risiko beta.
Sedangkan variabel industri tidak berpengaruh, dan variabel leverage operasi dan leverage
finansial memberikan hasil yang tidak konsisten antara satu skenario metode pengukuran dengan
skenario metode pengukuran yang lain. Dalam beberapa skenario pengaruh leverage operasi dan
finansial juga tidak konsisten dengan penelitian sebelumnya. Faktor-faktor yang mungkin
menyebabkan ketidak konsistenan ini meliputi metode penelitian yang berbeda, sampel, dan car
a pengukuran variabel.
B. CAMP (CAPITAL ASSET PRICING MODEL)
CAPM adalah suatu metode atau cara yang dikembangkan agar setiap investor atau
pebisnis bisa membuat perkiraan kondisi keseimbangan dari risiko yang terdapat di dalam setiap
aset seimbang. CAPM mampu menjelaskan keterkaitan risiko dengan return yang memang
diperlukan oleh perusahaan.
Artinya, sebagai suatu metode keseimbangan harga aset modal, CAPM adalah salah satu
indikator yang berguna untuk membuat prediksi hasil yang diinginkan dari suatu aset berharga.
Di dalam metode ini juga dikenal sebutan risiko sistematik dan risiko spesifik atau risiko yang
tidak sistematik.
Dalam pelaksanaannya, CAPM adalah satu metode pendekatan asset pricing yang sangat
simple. CAPM juga bisa dijadikan sebagai suatu dasar acuan bagi para investor untuk
mengetahui gambaran berbagai kejadian di pasar aset berharga yang memang cukup kompleks
dan sangat sulit untuk dipahami.
Sehingga, ada banyak investor yang lebih memilih metode CAPM agar bisa menghitung
return dari aset berharga yang dimilikinya.
Manfaat CAPM
CAPM adalah suatu cara atau metode dari asset pricing yang saat ini sudah banyak digunakan
oleh investor. CAPM bisa merefleksikan seluruh hal yang berhubungan dengan aset berharga
dan juga risiko serta hubungannya.
1. Melihat Hubungan Risiko Tiap Aset
CAPM digunakan agar bisa melihat gambaran risiko dari setiap aset. Lebih tepatnya, dengan
menggunakan CAPM, maka akan tergambar suatu keadaan yang mana hubungan dari risiko
untuk setiap aset bisa terlihat dalam kondisi yang seimbang.
Dengan melihat hal tersebut, nantinya para investor bisa membuat pertimbangan dalam
kepemilikan risiko dan asetnya.
2. Memperkirakan Hubungan Risiko dengan Return
CAPM adalah salah satu cara yang sangat efisien dalam mengetahui risiko dan juga return.
Artinya, CAPM bisa merefleksikan secara jelas keterkaitan risiko dengan return yang
diharapkan. Dengan menggunakan CAPM, maka para investor bisa melihat risiko hasil berupa
risiko sistematis saham atau surat berharga.
Istilah dalam CAPM
1. Risk Free Rate
Risk free rate adalah return ataupun hasil dengan tanpa adanya risiko. Dalam pelaksanaanya,
instrumen dari risk free rate memiliki bentuk surat berharga pemerintah, seperti surat utang,
obligasi, atau investasi model lainnya. Notasi risk free rate yang ada di dalam CAPM adalah Rf.
2. Expected Return
Expected return adalah return yang diinginkan oleh para investor pada aset berharga yang
dimilikinya. Notasi expected yang ada di dalam CAPM adalah Re.
3. Return Market
Return market atau tingkat pengembalian pasar di dalam CAPM adalah tingkat pengembalian
dengan berdasarkan tingkat fluktuasi indeks harga saham yang ada. Notasi dari return market
pada CAPM adalah Rm.
4. Beta
Karena metode CAPM adalah suatu pendekatan yang bisa memperkirakan hasil, maka di
dalamnya dikenal istilah beta. Beta adalah suatu cara mengukur tingkat keuntungan dari aset
berharga atas return market. Jika nilai beta adalah 1, setiap 1% perubahan return pasar maka nilai
return sahamnya akan sama dengan return saham yang ada.
Bila perhitungan beta ternyata menunjukkan saham dengan nilai beta lebih dari 1, maka saham
tersebut mempunyai risiko yang lebih besar daripada risiko rata-rata yang ada di pasar.
Sebaliknya, bila suatu saham mempunyai nilai beta lebih kecil dari 1, maka saham tersebut
mempunyai risiko yang berada di bawah rata-rata pasar.
1. Prediksi return saham pada perusahaan sektor Aneka Industri yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia dengan menggunakan model Capital Asset Pricing Model (CAPM)
Para investor dalam pembelian saham pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu
mengharapkan pengembalian (return) yang maksimal dan risiko seminimal mungkin. Untuk
mengambil keputusan dalam investasi tersebut dengan memperhatikan harapan investor maka
diperlukan prediksi yang akurat. Untuk memilih saham dari Pasar Modal, investor menilai dari
expected return yang dihitung dari saham tersebut. Para investor dalam memilih portofolio
saham sering dihadapkan dengan berbagai faktor yang relevan dalam mengestimasi expected
return. Model yang sering digunakan dalam mengestimasi expected return saham berdasarkan
faktor-faktor yang dianggap memengaruhi return saham adalah Capital Asset Pricing Model
(CAPM) dan Arbitrage Pricing Theory (APT). CAPM merupakan model untuk menentukan
expected return saham pada keadaan equilibrium. APT mengasumsikan bahwa expected return
saham dipengaruhi oleh berbagai faktor dalam perekonomian dan industri. Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui perbandingan tingkat keakuratan CAPM dan APT dalam mengestimasi
expected return pada saham-saham yang terdaftar pada LQ45. Penelitian ini menggunakan data
close price bulanan saham dengan periode Juni 2011-Juni 2016. Dari hasil penelitian ini,
menunjukkan bahwa perbandingan keakuratan dari CAPM dan APT yang dilihat dari nilai Mean
Absolute Deviation (MAD) yang memiliki selisih yang sangat kecil. Berdasarkan hasil uji-t Dua
Sampel Independen dapat diambil kesimpulan yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara keakuratan CAPM dan APT dalam mengestimasi expected return saham
yang terdaftar pada LQ45.

2. prediksi return saham pada perusahaan sektor Aneka Industri yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia dengan menggunakan model Arbitrage Pricing Theory (APT)
Terdapat dua model yang dapat digunakan para investor untuk memprediksi return saham
perusahaan dan sampai saat ini masih menjadi perdebatan para ahli manajemen keuangan tentang
ketepatannya dalam memprediksi return saham perusahaan, yaitu Capital Asset Pricing Model
(CAPM) dan Arbitrage Pricing Theory (APT). Penelitian ini untuk mengakui keakuratan model
CAPM dan model APT dalam memprediksi return saham LQ45 di Bursa Efek Indonesia.
Keakuratan model CAPM dan Model APT diukur dengan Mean Absolute Deviation (MAD),
sementara itu uji t student digunakan untuk membandingkan keakuratan antara model CAPM
dan model APT. Populasi penelitian ini adalah seluruh return saham perbulan
perusahaanperusahaan LQ-45 yang sudah go-publik Di Bursa Efek Indonesia. Adapun sampel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah return saham perbulan 14 perusahaan LQ-45 tahun
2001-2007. Terdapat dua periode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu periode estimasi
yang digunakan untuk mengestimasi parameter alpha dan beta tiap-tiap saham dari Januari 2001
sampai dengan Desember 2003 dan periode uji yang digunakan untuk membandingkan
keakuratan model CAPM dan model APT dalam memprediksi return saham LQ45 dari Januari
2004 sampai dengan Desember 2007. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (a) Terdapat
perbedaan yang siginifikan antara keakuratan Capital Asset Pricing Model (CAPM) dengan
Arbitrage Pricing Theory (APT) dalam memprediksi return saham LQ-45; dan (b) model CAPM
lebih akurat dibandingkan model APT dalam memprediksi return saham perusahaan-perusahaan
LQ-45. Kekurangakuratan model APT dibandingkan model CAPM pada penelitian ini dapat
disebabkan oleh: (a) Ketidaksesuaian variabel pembentuk model APT yang digunakan dalam
penelitian ini; (b) Tidak semua investor menggunakan metode ARIMA dalam mengestimasi
variabel makroekonomi; dan (c) Ketidakmampuan model APT yang dibentuk dalam penelitian
ini menjelaskan variasi return yang disebabkan oleh faktor nonekonomi serta coorporate actions.
Selain itu model APT juga menghasilkan MAD dan standar deviasi yang tinggi 3. Model
manakah yang lebih akurat dalam memprediksi return saham pada
perusahaan sektor Aneka Industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Perbandingan Keakuratan Capital Asset Pricing Model (CAPM) Dan Arbitrage Pricing
Theory (APT) Dalam Memprediksi Return Saham” menyatakan bahwa model CAPM lebih
akurat dibandingkan model APT dalam memprediksi return saham perusahaan industri barang
konsumsi periode 2013-2015 Perbandingan Keakuratan Metode Capital Asset Pricing Model dan
Arbitrage Pricing Theory Dalam Memprediksi Return Saham (Studi Pada Perusahaan Sektor
Barang Konsumsi dan Sektor Pertambangan yang Terdaftar di Indeks Saham Syariah Indonesia
(ISSI) Periode 2013-2016) Oleh Dwi Ayu Putri, NIM 1316140321. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui metode yang lebih baik dalam memprediksi return saham pada perusahaan
sektor barang konsumsi dan sektor pertambangan yang terdaftar di indeks saham syariah
indonesia (ISSI) periode 2013-2016 dimasa yang akan datang. Ada dua model peramalan return
saham yang hingga hari ini masih menjadi perdebatan antar ahli manajemen keuangan, yaitu
model Capital Asset Pricing Model (CAPM) dan Arbitrage Pricing Theory (APT). Untuk
mengungkap persoalan tersebut secara medalam dan menyuluruh, peneliti menggunakan
pendekatan kuantitatif dengan teknik pengumpulan data sekunder berupa data perusahaan yang
tercatat dalam Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI), data Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG), data Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), data inflasi, data kurs mata uang asing,
dan data jumlah uang beredar. Teknik analisis yang digunakan adalah uji beda dua sampel
independen. Keakuratan model CAPM dan APT terhadap return saham yang sesungguhnya
diukur dengan menggunakan Mean Absolute Deviation (MAD). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa metode Capital Asset Pricing Model (CAPM) lebih tepat atau akurat dibandingkan
metode Arbitrage Pricing Theory (APT) dalam memprediksi return saham ISSI, dikarenakan
nilai MADCAPM (0,0835) lebih kecil dibandingkan nilai MADAPT (0,5070). Selanjutnya pada
hasil uji Mann-Whitney menunjukkan bahwa H0 ditolak, dalam arti terdapat perbedaan akurasi
yang signifikan antara Capital Asset Pricing Model (CAPM) dengan Arbitrage Pricing Theory
(APT) dalam memprediksi return saham ISSI. Hal ini dibuktikan dengan nilai signifikansi (Sig)
(0,002) lebih kecil dari (α) 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan akurasi
yang signifikan antara CAPM dan APT dalam menghitung return saham ISSI pada perusahaan
sektor barang konsumsi dan sektor pertambangan periode 2013-2016. Kata Kunci: CAPM, APT,
return saham ISSI
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dapat ditarik kesimpulan bahwa apabila beta suatu saham semakin sensitif, maka
semakin besar resiko yang dimiliki saham tersebut. Beta secara individu mempengaruhi return
saham. Dengan adanya portofolio , dapat mengurangi resiko tanpa harus mengurangi return yang
diterima. Pilihan investasi yang layak terdapat pada saham – saham optimal yang terdiri atas
saham Unilever Indonesia Tbk ( UNVR), London Sumatra Indonesia Tbk ( LSIP ), Astra Agro
Lestari Tbk (AALI), dan Kalbe Farma Tbk ( KLBF )
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan penelitian, maka penulis merekomendasikan berupa saran-saran sebagai
berikut :
1. Metode CAPM dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan untuk melakukan investasi di
Pasar Modal.
2. Untuk memiliki investasi yang efisien, investor harus memiliki beberapa alternatif asset yang
dapat menunjang pengurangan resiko.
3. Penelitian ini hanya menghitung kinerja saham dengan satu metode saja, yaitu CAPM. Besar
harapan penulis adanya penelitian berikutnya yang menggunakan pendekatan model lainnya.

Anda mungkin juga menyukai