PROPOSAL SKRIPSI
PENDAHULUAN
Pasar modal memiliki peranan yang penting bagi perekonomian suatu negara.
Hal ini dikarenakan pasar modal memiliki dua fungsi, yaitu sebagai alternatif
pembiayaan jangka panjang bagi perusahaan dan sebagai sarana berinvestasi bagi
para investor. Dengan adanya pasar modal, investor sebagai pihak yang memiliki
kelebihan dana dapat menginvestasikan dananya pada berbagai sekuritas dengan
harapan memperoleh return yang optimal. Sementara itu, perusahaan sebagai
pihak yang memerlukan dana dapat menggunakan dana tersebut untuk membiayai
dan mengembangkan proyek-proyeknya sehingga meningkatkan kegiatan
perekonomian negara dan kemakmuran masyarakat. Pasar modal telah menjadi
alternatif penempatan dana bagi perusahaan selain perbankan atau investasi
langsung lainnya. Dua unsur yang melekat pada setiap modal atau dana yang
diinvestasikan adalah hasil dan risiko. Jadi investor dalam mengalokasikan
dananya perlu melakukan perencanaan investasi yang efektif untuk mendapatkan
keuntungan atau hasil yang diharapkan.
4
investor untuk mengetahui keamanan suatu nilai saham dengan menggunakan data
kinerja keuangan perusahaan dan pangsa pasar untuk menentukan nilai saham
berada pada posisi undervalued atau overvalued. Sedangkan analisis teknikal
digunakan untuk menganalisis harga berdasar data harga masa lalu dengan
mengamati pola-pola seperti data pasar, harga saham, volume transaksi saham,
indeks harga saham individual maupun gabungan untuk mengakses permintaan
dan penawaran saham. Dengan data tersebut analis mencoba untuk melihat adanya
suatu trend atau pola harga yang terjadi.
5
membutuhkan informasi yang tepat dan relevan agar dana yang diinvestasikan
mendapatkan return sesuai dengan yang diharapkan. Investor lebih menyukai alat
ukur yang sederhana dan mudah untuk digunakan dalam menilai suatu
perusahaan. Akan tetapi banyak investor yang juga menyukai alat ukur yang dapat
melihat kinerja operasional perusahaan dengan lebih detail atau kompleks
sehingga dapat memperlihatkan keadaan perusahaan yang sesungguhnya dengan
menyediakan informasi yang lebih banyak agar dapat digunakan untuk melakukan
analisis. Kegunaan maupun fungsi alat ukur tersebut sangat berpengaruh terhadap
keinginan investor serta tujuannya dalam melakukan analisis. Perusahaan
manufaktur merupakan salah satu sektor perusahaan yang diharapkan mempunyai
prospek cerah dimasa yang akan datang. Semakin pesatnya pertumbuhan
penduduk dan perkembangan ekonomi di negara Indonesia menjadikan sektor
perusahaan manufaktur sebagai lahan yang paling strategis untuk mendapatkan
keuntungan yang tinggi dalam berinvestasi (Kementrian Perindustrian). Sektor
industri diharapkan dapat menjadi penggerak bagi perekonomian nasional dan
telah menempatkan industri manufaktur sebagai penghela sektor rill. Hal ini dapat
dipahami mengingat Indonesia memilik kekayaan sumber daya alam yang unggul
berupa produk primer, perlu diolah menjadi produk industri untuk mendapatkan
nilai tambah yang lebih tinggi. Perusahaan manufaktur yang sudah go public
memiliki tujuan yaitu meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang
saham. Perusahaan dituntut bukan hanya untuk menghasilkan produk-produk
berkualitas tetapi harus mampu mengelola keuangan dengan baik demi
keberlangsungan perusahaan manufaktur itu sendiri.
Penelitian ini berfokus pada sektor industri manufaktur, yaitu perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Ini dikarenakan kegiatan
industri manufaktur merupakan kegiatan yang lebih mengandalkan peran faktor
produksi sebagai aktivitas utama bisnis perusahaan. Akibatnya, upaya perbaikan
alat dan sistem produksi menjadi krusial. Penambahan aset investasi juga menjadi
penting mengingat mereka membutuhkan optimalisasi kegiatan produksi. Menurut
data yang dirilis oleh Kementrian Perindustrian pada tahun 2018, sektor
manufaktur merupakan sektor dengan kontribusi terbesar terhadap penerimaan
6
negara dalam bentuk pajak. Total penerimaan pajak sektor manufaktur pada tahun
2018 adalah sebesar RP363,60 triliun atau sebesar 30%. Jumlah ini meningkat
11,12% dari tahun sebelumnya, yaitu sebesar Rp323,18 triliun. Data sepuluh
tahunan atau selama satu dekade terakhir juga dari tahun 2011-2020 menunjukan
betapa besar peranan sektor industri manufaktur terhadap perkembangan ekonomi
nasional. Hal ini dibuktikan dengan nilai tambah industri manufaktur yang secara
agregat berada di angka 20% terhadap GDP (BPS, 2020). Nilai tambah industri
manufaktur merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan dari
proses produksi (BPS, 2020). Sementara secara makro ekonomi, nilai tambah
industri manufaktur menggambarkan seberapa besar kontribusi dari faktor
produksi seperti modal termasuk tenaga kerja, terhadap peningkatan nilai produk
dan pengaruhnya terhadap pendapatan per kapita. Disamping itu, sektor
manufaktur mampu menyerap tenaga kerja dengan rata-rata 677 orang untuk
setiap tahunnya. Data lain menunjukan bahwa Indonesia industry 4.0 Readiness
Index (INDI 4.0) berada di level 2,14 (Kemenperin RI, 2019). Angka ini
menunjukan bahwa industri manufaktur Indonesia dinilai cukup siap dalam
menerapkan industri 4.0. Survei yang dilakukan IHS Markit juga menunjukan
bahwa purchasing managers index (PMI) manufacturing Indonesia pada Januari
2021 adalah sebesar 52,2. Angka ini menunjukan bahwa kinerja sektor industri
manufaktur di Indonesia sedang dalam tren eksapansif (IHS Markit, 2021). Tren
ekspansif ini menunjukan adanya peningkatan volume produksi, pesanan barang
input, penyerapan tenaga kerja, volume persediaan barang jadi dan peningkatan
volume total pesanan. Hal ini tentu menjadi sinyal positif bagi perusahaan
manufaktur, agar terus berupaya memperbaiki dan meningkatkan sistem
produksinya. Upaya ini tercermin dari setiap keputusan manajerial baik dalam hal
riset and development maupun keputusan investasi masa depan. Tujuannya adalah
agar perusahaan dapat bersaing dan terus meningkatkan nilainya.
7
Tabel 1.1
Perkembangan Perusahaan Manufaktur yang tercatat di Bursa Efek
Indonesi periode 2016-2020
Tahun
No Sub Sektor 2016 2017 2018 2019 2020
1 Industri Dasar dan Kimia 66 68 69 77 80
2 Aneka Industri 42 43 46 51 53
3 Industri Barang dan Konsumsi 39 47 48 56 63
Jumlah Perusahaan 147 158 163 184 196
Sumber: BEI
21%
20.00%
17%
15.00%
13% 13%
12%
11%
10.00%
7% 7% 7%
5.00% 4% 4%
3% 3% 3% 3%
2% 2% 2%
1%
0%
0.00%
2016 2017 2018 2019 2020
8
bahwa terjadi peningkatan emiten secara konsisten untuk setiap tahunya yaitu dari
tahun 2016-2020. Sub sektor industri dasar dan kimia sejak tahun 2016
mengalami petumbuhan yang positif, dan pada tahun 2019 merupakan yang yang
tertinggi yaitu sebesar 12%. Sub sektor industri barang konsumsi sejak tahun 2016
hingga tahun 2020 mengalami pertumbuhan yang positif, dan pada tahun 2019
merupakan yang tertinggi yaitu mencapai 11%. Sub sektor aneka industri selama
tahun 2016-2020 mengalami pertumbuhan yang positif dan pada tahun 2017
merupakan yang tertinggi yaitu mencapai 21%. Dengan demikian, secara agregat
sektor manufaktur mampu bertumbuh positif untuk setiap tahunnya, dan tahun
2019 merupakan yang tertinggi yaitu sebesar 13%.
9
kepada investor harus dikaji oleh pihak perusahaan. Pengujian kandungan
informasi dimaksudkan untuk melihat reaksi dari suatu pengumuman. Jika
pengumuman mengandung informasi, pasar diharapkan akan bereaksi pada waktu
pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar tersebut ditunjukkan
dengan adanya perubahan harga dari sekuritas yang bersangkutan. Reaksi ini
dapat diukur dengan menggunakan abnormal return (Jogiyanto 2013:586). Reaksi
pasar dapat diukur dengan menggunakan abnormal return sebagai nilai perubahan
harga saham.
Abnormal return atau return tidak normal adalah selisih antara return atau
tingkat keuntungan yang sebenarnya (actual return) dengan tingkat keuntungan
yang diharapkan (expected return). Abnormal return sering digunakan untuk
melakukan penilaian kinerja, yang juga dapat dijadikan sebagai dasar pengujian
efisiensi pasar. Pasar akan dikatakan efisien apabila tidak ada satu pun pelaku
pasar yang mengalami abnormal return dalam kurun waktu yang cukup panjang.
Abnormal return biasanya terjadi sekitar pengumuman sebuah peristiwa.
Peristiwa ini misalnya mencakup merger dan akuisisi, pengumuman dividen,
pengumuman perusahaan produktif, tuntutan hukum, peningkatan suku bunga dan
lainnya. Fenomena ini juga sering terjadi pada saat penutupan pasar (market on
close) BEI, juga akibat peningkatan aktivitas perdagangan yang signifikan.
Banyak studi telah melaporkan bahwa rasio-rasio keuangan seperti return on
asset (ROA), earning to price, assets turnover dan sebagainya adalah nilai-nilai
yang relevan terkait dengan stock return.
10
hal ini membawa konsekuensi peningkatan risiko finansial bagi perusahaan.
Penggunaan hutang sebagai sumber pendanaan bagi perusahaan dapat digunakan
untuk meningkatkan kinerja perusahaan tersebut.
11
Gunawan dan Devita Olivia (2020) meneliti bahwa profitabilitas berpengaruh
positif terhadap abnormal return sedangkan leverage tidak berpengaruh terhadap
abnormal return.
Dion Antonio, Nelson Hamonangan dan Siti Ruhana Dara (2022) dalam
penelitian menunjukan hasil bahwa secara parsial market value berpengaruh
terhadap abnormal return.
12
Value Terhadap Abnormal Return Saham (Studi Empiris Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2016 – 2020.
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah diatas, kajian ini hanya
memfokuskan permasalahan mengenai variabel Profitabilitas, leverage, dan
market value terhadap abnormal return pada perusahaan manufakur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia
13
3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Market Value terhadap
abnormal return perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
14
adalah badan hukum yang mempunyai tugas sebagai sarana dalam
melaksanakan dan mengatur jalannya kegiatan perdagangan Efek yang ada di
Pasar Modal. Bursa Efek Indonesia didirikan dalam rangka menunjang
kebijakan negara dalam pengembangan Pasar Modal serta menyelenggarakan
perdagangan Efek yang teratur, wajar, dan efisien. Secara rinci, maksud,
tujuan dan kegiatan BEI telah diatur dalam Agggaran Dasar perusahaan.
Fungsi Bursa Efek untuk menjaga kontinuitas pasar dan menciptakan harga
efek yang wajar melalui mekanisme permintaan dan penawaran dan juga
menyediakan semua sarana perdagangan efek (fasilitator) serta membuat
peraturan yang berkaitan dengan kegiatan bursa. Salah satu transaksi efek
yang diselenggarakan BEI adalah saham. BEI bukanlah perusahaan yang
berorientasi pada keuntungan, tetapi tujuan dari perusahaan ini adalah murni
untuk menyediakan infrastruktur terbaik untuk perdagangan efek. Untuk
informasi lengkap mengenai Bursa Efek Indonesia, dapat dikunjungi pada
situs resmi BEI www.idx.co.id.
15
Abnormal return atau return tidak normal adalah selisih antara return atau
tingkat keuntungan yang sebenarnya (actual return) dengan tingkat
keuntungan yang diharapkan (expected return). Menurut Jogiyanto (2010:94),
abnormal return merupakan kelebihan dari imbal hasil yang sesungguhnya
terjadi (actual return) terhadap imbal hasil normal. Imbal hasil normal
merupakan imbal hasil ekspektasi (expected return) atau imbal hasil yang
diharapkan oleh investor. Abnormal return positif terjadi ketika actual return
memiliki selisih lebih dibandingkan dengan expected return, begitu juga
sebaliknya yang terjadi pada abnormal return negatif. Investor menanggapi
abnormal return positif dengan cara membeli sekuritas tersebut dengan
harapan mendapatkan keuntungan di kemudian hari. Perbandingan abnormal
return antara selisih harga saham periode sekarang dengan periode
sebelumnya. Return yang tidak normal yang positif menunjukkan tingkat
keuntungan yang diperoleh lebih besar yaitu antara actual return dan
expected return. Abnormal return merupakan kelebihan dari return yang
sesungguhnya terjadi terhadap return normal. Studi peristiwa merupakan
analisis return tidak normal (abnormal return) dari sekuritas yang mungkin
terjadi disekitar pengumuman dari suatu peristiwa. Dengan demikian return
tidak normal (abnormal return) adalah selisih antara return sesungguhnya
yang terjadi dengan return ekspektasi.
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Keterangan:
Ri.t :return realisasi (actual return) atas saham i yang terjadi pada hari
ke t
17
Return sesungguhnya merupakan return yang terjadi karena adanya selisih
harga sekarang dan harga sebelumnya, untuk menghitung return sesungguhnya
digunakan rumus:
(Pi . t – Pi .t−1)
Ri.t ¿
Pi . t−1
Keterangan:
Ri.t : return realisasi (actual return) atas saham i yang terjadi pada hari ke
t
Return ekspektasi merupakan return yang harus diestimasi. Brown dan Warner
dalam Jogiyanto (2010) mengestimasi return ekspektasi dengan 3 model yaitu:
Ri . j
E ¿i.t¿ ]
T
Keterangan:
2) Market Model
18
Perhitungan return ekspektasi dengan menggunakan model pasar (market
model) dilakukan dengan dua tahap yaitu (1) membentuk model ekspektasi
dengan menggunakan data realisasi selama periode estimasi dan (2) menggunakan
model ekspektasi dapat dibentuk menggunakan teknik regresi OLS (ordinary
least square).
R i.j ¿ α i + βi . R mj + ɛi.j
Keterangan:
R mj: Return indeks pasar pada periode estimasi ke j yang dapat dihitung dengan
rumus = ¿t −IHSG t – 1¿ / IHSG t – 1 dengan IHSG adalah Indeks Harga Saham
Gabungan.
E ¿i.t¿ ¿ R mt
19
Keterangan:
Abnormal return terjadi pada setiap jenis saham seperti selisih antara
return aktual dan return ekspektasi yang dihitung secara harian. Dengan
dihitung per hari, maka dalam suatu window period dapat diketahui abnormal
return tertinggi atau terendah dan dapat juga diketahui pada hari ke berapa
reaksi paling kuat terjadi pada masing-masing jenis saham. Kebocoran
informasi yang mengakibatkan abnorma return yang muncul pada masa
sebelum suatu peristiwa terjadi akan tampak dalam grafik abnormal return
setiap jenis saham.
Average abnormal return adalah rata-rata abnormal return dari semua jenis
saham yang sedang dianalisis secara harian. Jadi ada AAR hari-1, AAR hari-2.
dan seterusnya. AAR mampu menunjukkan reaksi dan hasil yang sangat kuat,
baik secara positif maupun secara negatif dari keseluruhan jenis saham pada
hari tertentu selama window period.
20
Cummulative Abnormal Return merupakan kumulatif harian abnormal
return dari hari pertama sampai dengan hari-hari berikutnya untuk setiap jenis
saham. Cumulative abnormal return periode sebelum dari suatu peristiwa
terjadi akan dibandingkan dengan cummulative abnormal return selama
periode sesudah peristiwa terjadi. Dengan melakukan perbandingan tersebut
kita dapat mengetahui jenis saham yang paling berpengaruh baik positif
maupun negatif selama suatu periode.
Menurut Hary (2016) Rasio hutang terhadap modal (Debt to Equity Ratio)
merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur besarnya proporsi utang
terhadap modal. Rasio ini dihitung sebagai hasil pembagi antara total hutang
dengan modal. Rasio ini berguna untuk mengetahui besarnya perbandingan antara
jumlah dana yang disediakan oleh kreditor dengan jumlah dana yang berasal dari
pemilik perusahaan. Dengan kata lain rasio ini berfungsi untuk mengetahui berapa
bagian dari setiap rupiah modal yang dijadikan sebagai jaminan utang. Rasio ini
memberikan petunjuk umum tentang kelayakan kredit dan resiko keuangan
debitur. Jadi DER (Debt to Equity Ratio) adalah rasio yang membandingkan
antara total utang dengan total ekuitas. Semakin tinggi DER menunjukkan
struktur permodalan lebih banyak dibiayai oleh pinjaman sehingga
ketergantungan perusahaan terhadap kreditur semakin meningkat. Dengan
meningkatnya DER maka beban perusahaan kepada pihak luar (kreditur) juga
semakin meningkat sehingga harapan tingkat kembalian (return) para pemegang
21
saham semakin kecil, sebaliknya semakin kecil rasio ini menunjukkan semakin
baik perusahaan tersebut. Sehingga hal tersebut menyebabkan suatu saham
menarik dan menyebabkan harga saham menjadi naik.
Berikut adalah rumus yang digunakan untuk menghitung Debt to Equity Ratio
(DER):
Total Utang
DER =
Total Modal
22
laba bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam ekuitas.
Sebaliknya semakin rendah hasil pengembalian atas ekuitas berarti semakin
rendah pula jumlah laba bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah dana tertanam
dalam ekuitas yang pasti akan berdampak juga terhadap tingkat return yang akan
diberikan kepada pemegang saham. Apabila sebuah perusahaan dapat memanfaat
tingkat ekuitas dengan sebaik mungkin maka perusahaan tersebut dapat
mengahsilakn laba yang baik juga sehingga dengan kata lain perusahaan tersebut
dapat mewujudkan tujuan dari perusahaan tersebut yaitu menhasikan laba yng
tinggi dan tentu akan memberikan hasil tingkat return yang sesuai ekspektasi para
pemegang saham.
lababersih
ROE=
total ekuitas
23
Berdasarkan definisi-definisi tersebut diatas, maka dapat ditarik simpulan
bahwa Return On Asset merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar
konstribusi aset dalam menciptakan laba bersih berdasarkan tingkat aset tertentu.
Semakin tinggi hasil pengembalian asset berarti semakin tinggi pula jumlah laba
bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total asset.
Sebaliknya, semakin rendah hasil pengembalian atas asset berarti semakin rendah
pula jumlah laba bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam
dalam total asset.
Laba Bersih
Return On Assets= × 100 %
Total Asset
Menurut Hary (2016) Laba per lembar saham (Earning Per Sahre)
merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen perusahaan dalam
memberikan keuntungan bagi pemegang saham biasa. Rasio ini menunjukkan
keterkaitan antara jumlah laba bersih dengan bagian kepemilikan pemegang
saham dalam perusahaan investasi. Calon investor potensial akan menggunakan
figure laba per lembar saham biasa ini untuk menetapkan keputusan investasi
diantara bebagai alternative yang ada.
lababersih
EPS=
jumlah saham beredar
Biasanya angka atau nilai EPS menjadi ketertarikan sendiri bagi para
investor. Pada prinsipnya jika perusahaan memiliki kemampuan utnuk
menghasilkan laba yang meningkat maka akan meningkatkan harga saham. Pada
prinsipnya apabila harga saham pada perusahaan tersebut meningkat maka return
saham yang akan dibagikan kepada para pemegang saham pasti juga akan
meningkat. Return saham nya juga akan mengalami kenaikan. Pendapatan per
24
saham perusahaan umumnya menjadi perhatian pemegang saham atau calon
pemegang saham dan manajemen.
Menurut Hary (2016) ratio Price Earning Ratio adalah ratio yang
menunjukaan hasil perbandingan antra harga pasar perlembar saham dengan laba
perlembar saham. Melalui ratio PER ini harga perlembar sebuah perusahaan akan
dibandingkan dengan laba yang didapatkan dari perlembar saham dalam waktu
satu tahun dengan melihat hasil PER para investor dapat menilai kewajaran harga
perlembar saham sebuah perusahaan dengan laba yang mereka hasilkan. Dan
dengan mengetahui nilai PER maka investor dapat memperkirakan harga saham
sebuah perusahaan apakah sesuai dengan perkiraan dimasa mendatang. Berikut
adalah rumus dari PER:
Menurut Jogiyanto (2009) dalam penelitian yang dilakukan oleh Nining Puji
Astuti (2013) informasi PER mengindikasi besarnya biaya rupiah yang harus
dibayarkan investor untuk memperoleh satu rupiah earning perusahaan. Dengan
kata lain PER menunjukan besarnya harga setiap satu rupiah earning perusahaan.
Disamping itu PER juga merupakan ukuran harga relative dan sebuah saham
perusahaan. Semakin tinggi pertumbuhan dari pendapatan yang diharapkan maka
semakin tinggi pula PER. PER secara teoritis merupakan indikator yang mampu
digunakan untuk menentukan apakah harga saham tertentu dinilai terlalu tinggi
atau terlalu rendah sehingga para investor dapat menentukan kapan sebaiknya
saham dibeli atau dijual.
2.1.7. Profitabilitas
25
merupakan kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba selama
periode tertentu pada tingkat penjualan, asset dan modal saham tertentu.
Profitabilitas suatu perusahaan dapat dinilai melalui berbagai cara tergantung pada
laba dan aktiva atau modal yang akan diperbandingkan satu dengan lainya. Rasio
yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur profitabilitas perusahaan
adalah Return on Assets (ROA). ROA mengukur kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba bersih dari aset yang dimiliki sekaligus mengukur tingkat
pengembalian atas investasi perusahaan. Semakin tinggi ROA maka semakin
tinggi pula profitabilitas suatu perusahaan. Rumus ROA adalah sebagai berikut:
Net Income
ROA=
Total Assets
2.1.8. Leverage
26
1. Leverage ratio akan berfungsi untuk menilai kemampuan keuangan suatu
perusahaan dalam jangka waktu panjang atau pendek. Leverage ratio bisa
berguna untuk melihat elemen yang berasal dari utang atau pinjaman.
6. Leverage ratio juga bisa menjadi alat ukur seberapa banyak modal yang
bisa dijadikan jaminan dalam pelunasan utang.
Rasio yang digunakan dalam peneltian ini untuk mengukur tingkat leverage
perusahaan yaitu menggunakan Debt to Equity Ratio (DER), dengan rumus:
Total Utang
DER =
Total Modal
27
Astuti (2014) Market value merupakan nilai keseluruhan yang terjadi di pasar
saham pada periode tertentu. Sedangkan menurut Lubis (2008:125) Jika
pertimbangan harga di pasar bursa (market price) merupakan suatu kesepakatan
marginal, maka harga saham berhak dikatakan dapat mewakili market value.
Rasio ini memberikan petunjuk tentang apa yang dipikirkan investor atas kinerja
masa lalu dan propsek perusahaan masa depan. Rasio ini merupakan rasio yang
khusus dipergunakan di pasar modal yang menggambarkan situasi perusahaan di
pasar modal. Jika rasio profitabilitas dan manajemen utang baik, maka rasio nilai
pasar juga ajan meningkat dan harga saham akan setinggi yang diharapkan. Rasio
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Price Earning Ratio (PER). Rumus
PER yaitu :
28
EPS dan PBV
berpengaruh
signifikan terhadap
Abnormal Return.
Namun secara
parsial ROA, ROE,
EPS, maupun PBV
tidak berpengaruh
signifikan terhadap
Trading Volume
Activity.
2 Sidiq Jati Analisis Faktor-faktor Profitabilitas Purposive ROE berpengaruh
Permana yang Mempengaruhi (NPM dan ROE) sampling positif dan
(2017) Abnormal Return Leverage (DER signifikan terhadap
dan DR) abnormal return
Abnormal return saham pada DER
saham berpengaruh negatif
namun tidak
signifikan terhadap
abnormal return
DR berpengaruh
positif namun tidak
signifikan terhadap
abnormal return
saham dan ada
perbedaan
profitabilitas (NPM
dan ROE) dan
leverage (DER dan
DR) terhadap
abnormal return
saham
3 Gunawan Pengaruh Corporate Social Purposive Pengungkapan
dan Devita Pengungkapan Responsibility, sampling Corporate Social
Olivia Corporate Social Profitabilitas Responsibility tidak
(2020) Responsibility, Leverage berpengaruh
Profitabilitas dan Abnormal Return terhadap abnormal
Leverage Terhadap return.
Abnormal Return Profitabilitas
berpengaruh positif
terhadap abnormal
return.
Leverage tidak
berpengaruh
terhadap abnormal
return.
29
4 Bagus dan Pengaruh Internet Internet Financial Regresi Laba dan kebijakan
Satria (2020) Financial Reporting, Reporting Linier dividen
Laba Akuntansi, Laba Akuntansi, Berganda berpengaruh
Kebijakan Dividen, Kebijakan terhadap abnormal
dan Profitabilitas Dividen, return.
terhadap Abnormal Profitabilitas Pelaporan keuangan
Return Abnormal Return internet dan
profitabilitas tidak
berpengaruh
terhadap abnormal
return.
5 Agustyani Pengaruh Kandungan Purposive Secara simultan
Putri dan Akuntansi Laba, Arus Informasi Laba sampling akuntansi laba, arus
Devy (2021) Kas, Profitabilitas dan Arus Kas kas, profitabilitas
Rasio Leverage Profitabilitas dan rasio leverage
terhadap Abnormal Rasio Leverage berpengaruh
Return Saham Abnormal Return terhadap abnormal
Saham return saham
Secara parsial
akuntansi laba, arus
kas, profitabilitas
dan rasio leverage
tidak berpengaruh
terhadap abnormal
return saham.
6 Dion Faktor yang Abnormal Return Purposive Secara simultan
Antonio, Mempengaruhi Benchmark sampling Benchmark,
Nelson Abnormal Return Magnitude of Magnitude of
Hamonanga Saham Pada Kinerja Underpricing Underpricing,
n dan Siti Jangka Panjang Money Raised Money Raised,
Ruhana Dara Penawaran Umum Market Value Market Value,
(2022) Perdana Ukuran Ukuran Perusahaan,
Perusahaan dan
Umur Perusahaan Umur Perusahaan
berpengaruh
terhadap abnormal
return.
Secara parsial
Benchmark, Ukuran
Perusahaan, dan
Umur Perusahaan
tidak berpengaruh
terhadap abnormal
return.
Sumber: Studi Literatur Peneliti, 2022
30
2.3. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian
31
harga jual saham. Return yang diterima investor dapat dihitung menggunakan
return realisasi dikurangi dengan return ekspektasi. Selisih tersebut akan
menghasilkan abnormal return saham. Semakin meningkatnya penggunaan
hutang yang dicerminkan oleh debt ratio yang semakin besar, pada perolehan laba
sebelum bunga dan pajak (EBIT) yang sama akan menghasilkan laba per saham
yang lebih besar. Jika laba perusahaan meningkat, maka akan berdampak pada
meningkatnya dividen yang diterima investor yang berdampak pada
meningkatnya tingkat harapan pengembalian (return) yang akan didapat oleh para
investor. Dengan demikian leverage memberikan sinyal positif terhadap return
saham yang akan diterima oleh investor, sehingga variabel Leverage mempunyai
pengaruh positif terhadap Abnormal Return Saham. Terkait penelitian diatas maka
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
32
Profitabilitas
H1
(X1)
Abnormal Return
H2 Saham
(Y)
Leverage
(X2)
H3
Market Value
(X3)
Gambar 3. 1
Kerangka Konseptual Penelitia
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Bentuk Penelitian
33
Penelitian ini dilakukan di situs resmi Bursa Efek Indonesia dengan
mengumpulkan data keuangan akhir tahun (annual report) yang didapat dari
database Bursa Efek Indonesia yang tersedia online pada situs resmi Bursa Efek
Indonesia http://www.idx.co.id.
Penelitian ini dilakukan pada tahun 2022 dengan data yang digunakan dari
Januari 2016 – Januari 2020. Penelitian akan dilaksanakan selama 4 bulan, mulai
dari penyusunan proposal penelitian hingga penyusunan laporan hasil penelitian.
1. Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang
diperoleh dari pihak lain yang telah terkumpul dan diterbitkan yang dapat diakses
secara umum. Data tersebut bersumber dari laporan keuangan akhir tahun (annual
report) yang didapat dari database Bursa Efek Indonesia yang tersedia online pada
situs resmi Bursa Efek Indonesia
https://www.idx.co.id.
1. Populasi
34
2016-2020, serta melaporkan laporan keuangan secara lengkap dan dipubikasikan
di situs resmi Bursa Efek Indonesia.
2.Sampel
b. Perusahaan yang sudah dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode
penelitian.
Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 35 sample yaitu data laporan
keuangan tahun 2016 – 2020 untuk dijadikan sampel penelitian dikarenakan
adanya keterbatasan waktu penelitian.
Tabel 1.1
35
No Definisi Definisi
Variabael Teoritik Operasional
Indikator
Penelitian Variabel Variabel
Penelitian Penelitian
1 Abnormal Abnormal Selisih antara ARi.t = Ri.t – E [Ri.t]
Return Return adalah return atau
Saham selisih antara tingkat Sumber: Siska Rahmawati (2020)
return aktual keuntungan yang
dan return yang sebenarnya
diharapkan yang (actual return)
dapat terjadi dengan tingkat
sebelum keuntungan yang
informasi diharapkan
diterbitkan atau (expected return).
telah terjadi Abnormal return
kebocoran sering digunakan
informasi untuk melakukan
sesudah penilaian kinerja
informasi resmi surat berharga.
diterbitkan
(Samsul 2006)
2 Profitabilitas Profitabilitas Profitabilitas Net Income
ROA=
merupakan rasio digunakan Total Assets
yang digunakan untuk
untuk melihat menunjukkan Sumber: Bagus dan Satria (2020)
kemampuan besarnya laba
perusahaan yang diperoleh
memperoleh untuk setiap
laba dalam penjualan yang
hubungannya dilakukan
dengan sebuah
penjualan, total perusahaan
aktiva maupun dalam periode
modal sendiri. tertentu.
(Ulfah dan
Paramu, 2017)
3 Leverage Leverage ratio Leverage Total Utang
DER =
merupakan rasio digunakan Total Modal
untuk melihat untuk mengukur
dan mengukur kemampuan Sumber: Agustyani Putri dan
kemampuan perusahaan Devi (2021)
perusahaan dalam
dalam melunasi menggunakan
kewajibannya hutang untuk
(Ulfah & kegiatan
Paramu 2017) perusahaan
36
dalam suatu
periode.
4 Market Market value Market value
Value adalah memberikan harga per lembar saham biasa
PER=
keputusan pasar petunjuk laba per lembar saham
mengenai tentang apa
bagaimana yang dipikirkan Sumber: Dion Antonio, Nelson
manajer yang investor atas Hamonangan dan Siti Ruhana
sukses telah kinerja masa Dara (2022
menginvestasika lalu dan propsek
n modal yang perusahaan
sudah masa depan.
dipercayakan
kepadanya,
dalam
mengubahnya
menjadi lebih
besar
(Sari dan
Wijayantini
2018)
Sumber : Studi literatur peneliti, 2022
Agar model dapat dianalisis dan memberikan hasil yang representatif, maka
model tersebut harus memenuhi pengujian asumsi-asumsi klasik. Model regresi
37
akan menghasilkan estimator yang baik jika terpenuhi asumsi klasik, yaitu
Normalitas (data berdistribusi normal), Multikolinearitas, Heteroskedastisitas, dan
Autokorelasi. Berikut ini akan dibahas secara lebih rinci mengenai asumsi klasik
yang telah disebut di atas:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas data dilakukan dengan maksud untuk menguji apakah
dalam model regresi, variabel dependen dan variabel independen
mempunyai distribusi normal atau tidak (Ghozali, 2011). Model regresi
yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal.
Untuk mengetahuinya digunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Hipotesis yang
digunakan adalah:
Ho: data residual berdistribusi normal
Ha: data residual tidak berdistribusi normal
Pengujian normalitas dilakukan dengan melihat nilai 2-tailed significant.
Jika data memiliki tingkat signifikansi lebih besar dari 0,05 atau 5%, maka
dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan data dikatakan berdistribusi
normal (Ghozali, 2011).
b. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independent). Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas.
Jika variabel bebas saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak
orthogonal. Variabel orthogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi
antar sesama variabel bebas sama dengan nol. Untuk mengetahui ada
tidaknya multikolinearitas antar variabel, dapat dilihat dari Variance
Inflation Factor (VIF) dan tolerance value dari masing-masing variabel
bebas terhadap variabel terikat. Batas nilai VIF adalah 10 dengan tolerance
value adalah 0,1. Apabila nilai tolerance kurang dari 0,1 dan VIF lebih
besar dari 10, maka menunjukkan adanya gejala multikolinearitas.
Sebaliknya jika nilai tolerance lebih dari 0,1 dan VIF kurang dari 10 dapat
dinyatakan tidak terjadi multikolinearitas (Gujarati, 2003).
38
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain. Jika varian dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan
yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas. Jika varian berbeda
disebut heteroskedasitas (Santoso, 2002). Model regresi yang baik adalah
yang homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Dalam
penelitian ini menggunakan uji Glejser yaitu meregresi masing-masing
variabel independen dengan absolut residual sebagai variabel dependen.
Hipotesis yang digunakan dalam pengujian heteroskedastisitas adalah
sebagai berikut: Ho: tidak terdapat heteroskedastisitas
Ha: terdapat heteroskedastisitas
Dasar pengambilan keputusan jika signifikansi < 0,05, maka Ha ditolak
(terdapat heteroskedastisitas). Jika signifikansi > 0,05, maka Ho diterima
(tidak terdapat heteroskedastisitas) (Usman, 2000).
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi merupakan pengujian hubungan antara kesalahankesalahan
yang biasanya muncul pada data runtun waktu (time series). Konsekuensi
adanya autokorelasi dalam suatu model regresi adalah varians sampel tidak
dapat menggambarkan varians populasinya. Lebih jauh lagi model regresi
yang dihasilkan tidak dapat digunakan untuk menaksir nilai variabel
dependen pada nilai variabel independent tertentu. Model regresi yang baik
adalah yang terbebas dari autokeralasi. Ada tidaknya gejala autokorelasi
dapat dideteksi dengan uji DurbinWatson (DW test). Hipotesis yang akan
diuji dalam penelitian ini adalah:
Ho: tidak terdapat autokorelasi 𝑟 = 0
Ha: terdapat autokorelasi 𝑟 ≠ 0
Berdasarkan tes Durbin Watson, pengambilan keputusan ada tidaknya
autokorelasi berdasarkan pada ketentuan:
Tabel 2. Pengambilan Keputusan Autokorelasi
39
H0 (hiotesis nol) Keputusan Jika
Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0< d< dl
Tidak ada autokorelasi positif No decision dl ≤ d ≤ du
Tidak ada autokorelasi negatif Tolak 4−dl≪ 4
Tidak ada autokorelasi negatif No decision 4−du ≤ d ≤ 4 dl
Tidak ada autokorelasi positif Terima Du <d <4−du
atau negatif
Sumber: Ghozali (2011)
2. Uji Regresi Linear Berganda
Model analisis statistik yang dipakai adalah model regresi linear berganda.
Model analisis ini dipilih karena penelitian ini dirancang untuk meneliti
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap variabel dependen, dimana variabel
independen yang digunakan dalam penelitian ini lebih dari satu.
Model persamaan regresi berganda adalah:
𝑌 = ∝ + ( β 1. Profit ) + ( β 2. Lev ) + ( β 3. MV ) + e
Keterangan:
𝑌 : variabel Abnormal Return Saham
∝ : konstanta
β1 : Koefisien Profitabilitas
β 2 : Koefisien Leverage
β 3 : Koefisien Market Value
Profit : Profitabilitas
Lev : Leverage
MV : Market Value
𝑒 : error term
3. Uji Hipotesis (Uji Statistik t)
Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh satu variabel indipenden dalam
menjelaskan variabel dependen secara individual. Koefisien regresi digunakan
untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara parsial terhadap variabel
terikat.
40
Hipotesis yang digunakan penelitian ini adalah:
a. Pengaruh Profitabilitas (X1) terhadap Abnormal Return Saham (Y)
Ho1 ∶ β1 ≥ 0 artinya, variabel Profitabilitas (X 1) berpengaruh positif
terhadap Abnormal Return Saham (Y).
Ha1 ∶ β1 > 0 artinya, (X1) berpengaruh positif terhadap Abnormal Return
Saham (Y)
b. Pengaruh Leverage (X2) terhadap Abnormal Return Saham (Y)
Ho2∶ β2 ≤ 0 artinya, variabel Leverage (X2) tidak berpengaruh positif
terhadap Abnormal Return Saham (Y).
Ha2∶ β2 > 0 artinya, variabel Leverage (X2) berpengaruh positif terhadap
Abnormal Return Saham (Y).
c. Pengaruh Market Value (X3) terhadap Abnormal Return Saham (Y)
Ho3: β3 ≥ 0 artinya, variabel Market Value (X3) berpengaruh positif
terhadap Abnormal Return Saham (Y).
Ha3 ∶ β3 > 0 artinya, variabel Market Value (X3) berpengaruh positif
terhadap Abnormal Return Saham (Y).
Uji parsial dapat digunakan untuk menguji pengaruh variabel
independent terhadap variabel dependen yakni Abnormal Return Saham.
Apabila tingkat signifikansi lebih besar dari 5%, maka dapat disimpulkan
bahwa Ho diterima dan Ha ditolak. Sebaliknya apabila tingkat signifikansi
lebih kecil dari 5%, maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha
diterima.
4. Uji Kesesuaian Model (Goodness of Fit Model)
41
Ha : β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ 0
b) Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis:
(1) Ho diterima, Ha ditolak apabila p≥0,05 yang berarti
bahwa variabel independent secara simultan tidak
berpengaruh terhadap variabel dependen / model regresi
tidak signifikan.
(2) Ho ditolak, Ha diterima apabila p≤0,05 yang berarti
bahwa variabel independen secara simultan
berpengaruh terhadap variabel dependen dan dikatakan
model regresi signifikan.
∑ ei2
Rumus: R 2 ¿1
∑ yi2
Keterangan:
R = Koefisien determinasi
42
DAFTAR PUSTAKA
43
Panjang Penawaran Umum Perdana (IPO). Jurnal Studi Manajemen &
Organisasi. Vol (10). No (2).
Astutik, E.P. 2005. Pengaruh Earning Per Share, Price Earning Ratio, dan
Debt to Equity Ratio Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Property di
BEJ. Skripsi UNNES.
Antonio Dion, Nelson Hamonangan & Siti Ruhana Dara (2022). Faktor yang
Mempengaruhi Abnormal Return Saham Pada Kinerja Jangka Panjang
Penawaran Umum Perdana. STREAMING Jurnal Manajemen, Volume (1)
No. (2).
Astuti, Nining Puji (2013). Pengaruh Earning Per Share (EPS), Price Earning
Ratio (PER) dan Debit To Equity Ratio (DER) Terhadap Returna Saham
Pada Perusahaan Asuransi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Skripsi UNHAS.
Bessler, Wolfgang. and Thies, Stefan. 2007. The Long-run Performance of Initial
Public Offerings in Germany. Managerial Finance, Vol. 33, Iss: 3, pp. 420-
441.
44
Chendrawan, Tony S. (2012). Pengaruh Likuiditas, Earnings Growth, Leverage
dan Ukuran Perusahaan Terhadap Abnormal Return Saham Indeks LQ 45.
Manajerial. Vol (11). No (21).
Darmadji & Fakhruddin. (2011). Pasar Modal Indoensia. Edisisi Ketiga. Jakarta:
Salemba Empat.
Hanafi, M.M & Halim. (2000). Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: AMP
YKPN.
45
Hanafi, Mamduh M. dan Halim, Abdul. 2016. Analisis Laporan Keuangan. UPP
STIM YKPN, Yogyakarta.
Husnan, Squad. (1996). Dasar – Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas.
Edisi Kedua. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
http://www.bapepam.Ik.go.id
http://www.idx.co.id
Iskandar, Alwi Z. (2003). Pasar Modal dan Aplikasi Edisi Pertama. Jakarta:
Yayasan Pancur Siwah.
Hartono, Jogiyanto. (2003). Teori Portofollio dan Analisis Investasi, Edisi ketiga.
Yogyakarta: BPEE.
Jogiyanto. 2010. Studi Peristiwa: Menguji Reaksi Pasar Modal Akibat Suatu
Peristiwa (edisi pertama). Yogyakarta: Yogyakarta.
Kohansal et.,al. (2013). Relationship between Financial Ratios and Stock Prices
for the Food Industry Firms in Stock Exchange of Iran. World Applied
Programming, 1(3): 512-521.
Mujiani, Sari, Elly Soraya & Sasmita Yuliawati. (2020). Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Abnormal Return Saham pada Perusahaan Sektor
46
Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. JABISI Vol (1) No
(1).
Sari, Devi Ratna. (2020). Pengaruh Return On Assets (ROA), Return On Equity
(ROE), Debt To Equity Ratio (DER) Terhadap Harga Saham Perusahaan
Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Surabaya: Universitas Bhayangkara.
Umdiana, Nana. (2014). Pengaruh kandungan Informai laba, Arus Kas Operasi,
Dividen, Ukuran Perusahaan dan Tingkat Inflasi Terhadap Abnormal
Return. Jurnal Akuntansi.Vol.1 No. 1.
47
Yulinartati, dkk. 2019. Effect of Net Income, CSR Disclosure, Corporate
Profitability Against Abnormal Return on the Indonesia Stock Exchange.
Journal of Physics: Conf. Series 1175 (2019) 012289
48