Anda di halaman 1dari 48

PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE DAN

MARKET VALUE TERHADAP ABNORMAL


RETURN PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

PROPOSAL SKRIPSI

ELISABETH YULINTAN CINTYA


NIM. B1032191050

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
(2022)
DAFTAR ISI
BAB I.......................................................................................................................3
PENDAHULUAN...................................................................................................3
1.1. Latar Belakang..........................................................................................3
1.2. Rumusan Masalah...................................................................................12
1.2.2 Pertanyaan Penelitian.............................................................................12
1.3. Tujuan Masalah...........................................................................................12
1.4. Kontribusi Penelitian..................................................................................13
1.4.1. Kontribusi Teoritis................................................................................13
1.4.2. Kontribusi Praktis.................................................................................13
1.5. Gambaran Kontekstual Penelitian...............................................................13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................16
2.1. Landasan Teori............................................................................................16
2.1.1. Abnormal Return Saham......................................................................16
2.1.2. Debt to Equity Ratio (DER).................................................................20
2.1.3. Return On Equity (ROE)......................................................................21
2.1.4. Return On Assets (ROA)......................................................................22
2.1.5. Earning Per Share (EPS).......................................................................23
2.1.6. Price Earning Ratio (PER)....................................................................23
2.1.7. Profitabilitas..........................................................................................24
2.1.8. Leverage...............................................................................................25
2.1.9. Market Value Ratio (Rasio Nilai Pasar)...............................................26
2.2. Kajian Empiris.............................................................................................27
2.3. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian..........................................29
2.3.1. Hubungan Profitabilitas terhadap Abnormal Return Saham................29
2.3.2. Hubungan Leverage terhadap Abnormal Return Saham......................30
2.3.3. Hubungan Market Value terhadap Abnormal Return Saham...............30
2.3.4. Kerangka Konseptual Penelitian...........................................................31
................................................................................................................................31
BAB III..................................................................................................................32
METODE PENELITIAN....................................................................................32
3.1. Bentuk Penelitian........................................................................................32
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian.....................................................................32
3.3. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data..................................................32
3.4. Populasi dan Sampel...................................................................................33
3.5. Varibel Penelitian....................................................................................34
3.6. Metode Analisis Data..................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................42
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pasar modal memiliki peranan yang penting bagi perekonomian suatu negara.
Hal ini dikarenakan pasar modal memiliki dua fungsi, yaitu sebagai alternatif
pembiayaan jangka panjang bagi perusahaan dan sebagai sarana berinvestasi bagi
para investor. Dengan adanya pasar modal, investor sebagai pihak yang memiliki
kelebihan dana dapat menginvestasikan dananya pada berbagai sekuritas dengan
harapan memperoleh return yang optimal. Sementara itu, perusahaan sebagai
pihak yang memerlukan dana dapat menggunakan dana tersebut untuk membiayai
dan mengembangkan proyek-proyeknya sehingga meningkatkan kegiatan
perekonomian negara dan kemakmuran masyarakat. Pasar modal telah menjadi
alternatif penempatan dana bagi perusahaan selain perbankan atau investasi
langsung lainnya. Dua unsur yang melekat pada setiap modal atau dana yang
diinvestasikan adalah hasil dan risiko. Jadi investor dalam mengalokasikan
dananya perlu melakukan perencanaan investasi yang efektif untuk mendapatkan
keuntungan atau hasil yang diharapkan.

Kinerja pasar modal merupakan salah satu indikator untuk menilai


perekonomian suatu negara berjalan dengan baik atau tidak. Hal ini disebabkan
perusahaan yang masuk ke pasar modal adalah perusahaan-perusahaan besar dan
kredibel di negara yang bersangkutan, bila terjadi penurunan kinerja pasar modal
bisa dikatakan telah terjadi pula penurunan kinerja di sektor riil. Dan kondisi
tersebut merupakan sinyal telah terjadinya penurunan perekonomian suatu negara
(Sustrisno: 1999). Salah satu instrumen utama dalam pasar modal adalah saham.
Saham mendorong perkembangan pasar modal di Indonesia yaitu dengan
meningkatnya jumlah transaksi perdagangan saham. Harga saham di bursa efek
ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran. Untuk melakukan investasi
dalam bentuk saham diperlukan analisis untuk mengukur nilai saham, yaitu
analisis fundamental dan analisis teknikal. Analisis fundamental digunakan para

4
investor untuk mengetahui keamanan suatu nilai saham dengan menggunakan data
kinerja keuangan perusahaan dan pangsa pasar untuk menentukan nilai saham
berada pada posisi undervalued atau overvalued. Sedangkan analisis teknikal
digunakan untuk menganalisis harga berdasar data harga masa lalu dengan
mengamati pola-pola seperti data pasar, harga saham, volume transaksi saham,
indeks harga saham individual maupun gabungan untuk mengakses permintaan
dan penawaran saham. Dengan data tersebut analis mencoba untuk melihat adanya
suatu trend atau pola harga yang terjadi.

Analisis laporan keuangan pada dasarnya menunjukkan angka dalam rupiah


yang kelihatannya bersifat pasti dan tepat, tetapi sebenarnya dari penyusunannya
dengan standar nilai yang mungkin berbeda atau berubah-ubah. Laporan keuangan
dibuat berdasarkan konsep going concern atau anggapan bahwa perusahaan akan
berjalan terus sehingga aktiva tetap dinilai berdasarkan nilai-nilai historis atau
harga perolehannya dan pengurangannya dilakukan terhadap aktiva tetap tersebut
sebesar akumulasi depresiasinya. Analisis laporan keuangan penting dilakukan
untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan informasi ini diperlukan untuk
mengevaluasi kinerja yang dicapai manajemen perusahaan di masa yang lalu, dan
juga untuk bahan pertimbangan dalam menyusun rencana perusahaan ke depan.
Prospek perusahaan bisa dilihat dari tingkat keuntungan (profitabilitas) dan risiko
bisa dilihat dari kemungkinan perusahaan mengalami kesulitan keuangan. Analisis
keuangan yang umumnya digunakan adalah analisis rasio keuangan. Analisis rasio
keuangan merupakan suatu alternatif untuk menguji informasi keuangan yang
dihasilkan oleh akuntansi keuangan yang bermanfaat untuk melakukan klasifikasi
atau prediksi terhadap return saham di pasar modal. Analisis rasio keuangan
sebuah perusahaan mampu menunjukkan apa yang terjadi dalam aktivitas
perusahaan manufaktur tersebut. Investor juga dapat melihat bagaimana
kemampuan perusahaan tersebut dalam menghasilkan laba yang diterima, apakah
lebih banyak dihasilkan oleh kegiatan operasi utama atau lebih banyak didukung
oleh kegiatan investasi dan pendanaan perusahaan.
Investor memerlukan transparansi dan akuntabilitas informasi yang diberikan
untuk dasar dalam mengambil keputusan berinvestasinya. Investor juga

5
membutuhkan informasi yang tepat dan relevan agar dana yang diinvestasikan
mendapatkan return sesuai dengan yang diharapkan. Investor lebih menyukai alat
ukur yang sederhana dan mudah untuk digunakan dalam menilai suatu
perusahaan. Akan tetapi banyak investor yang juga menyukai alat ukur yang dapat
melihat kinerja operasional perusahaan dengan lebih detail atau kompleks
sehingga dapat memperlihatkan keadaan perusahaan yang sesungguhnya dengan
menyediakan informasi yang lebih banyak agar dapat digunakan untuk melakukan
analisis. Kegunaan maupun fungsi alat ukur tersebut sangat berpengaruh terhadap
keinginan investor serta tujuannya dalam melakukan analisis. Perusahaan
manufaktur merupakan salah satu sektor perusahaan yang diharapkan mempunyai
prospek cerah dimasa yang akan datang. Semakin pesatnya pertumbuhan
penduduk dan perkembangan ekonomi di negara Indonesia menjadikan sektor
perusahaan manufaktur sebagai lahan yang paling strategis untuk mendapatkan
keuntungan yang tinggi dalam berinvestasi (Kementrian Perindustrian). Sektor
industri diharapkan dapat menjadi penggerak bagi perekonomian nasional dan
telah menempatkan industri manufaktur sebagai penghela sektor rill. Hal ini dapat
dipahami mengingat Indonesia memilik kekayaan sumber daya alam yang unggul
berupa produk primer, perlu diolah menjadi produk industri untuk mendapatkan
nilai tambah yang lebih tinggi. Perusahaan manufaktur yang sudah go public
memiliki tujuan yaitu meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang
saham. Perusahaan dituntut bukan hanya untuk menghasilkan produk-produk
berkualitas tetapi harus mampu mengelola keuangan dengan baik demi
keberlangsungan perusahaan manufaktur itu sendiri.
Penelitian ini berfokus pada sektor industri manufaktur, yaitu perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Ini dikarenakan kegiatan
industri manufaktur merupakan kegiatan yang lebih mengandalkan peran faktor
produksi sebagai aktivitas utama bisnis perusahaan. Akibatnya, upaya perbaikan
alat dan sistem produksi menjadi krusial. Penambahan aset investasi juga menjadi
penting mengingat mereka membutuhkan optimalisasi kegiatan produksi. Menurut
data yang dirilis oleh Kementrian Perindustrian pada tahun 2018, sektor
manufaktur merupakan sektor dengan kontribusi terbesar terhadap penerimaan

6
negara dalam bentuk pajak. Total penerimaan pajak sektor manufaktur pada tahun
2018 adalah sebesar RP363,60 triliun atau sebesar 30%. Jumlah ini meningkat
11,12% dari tahun sebelumnya, yaitu sebesar Rp323,18 triliun. Data sepuluh
tahunan atau selama satu dekade terakhir juga dari tahun 2011-2020 menunjukan
betapa besar peranan sektor industri manufaktur terhadap perkembangan ekonomi
nasional. Hal ini dibuktikan dengan nilai tambah industri manufaktur yang secara
agregat berada di angka 20% terhadap GDP (BPS, 2020). Nilai tambah industri
manufaktur merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan dari
proses produksi (BPS, 2020). Sementara secara makro ekonomi, nilai tambah
industri manufaktur menggambarkan seberapa besar kontribusi dari faktor
produksi seperti modal termasuk tenaga kerja, terhadap peningkatan nilai produk
dan pengaruhnya terhadap pendapatan per kapita. Disamping itu, sektor
manufaktur mampu menyerap tenaga kerja dengan rata-rata 677 orang untuk
setiap tahunnya. Data lain menunjukan bahwa Indonesia industry 4.0 Readiness
Index (INDI 4.0) berada di level 2,14 (Kemenperin RI, 2019). Angka ini
menunjukan bahwa industri manufaktur Indonesia dinilai cukup siap dalam
menerapkan industri 4.0. Survei yang dilakukan IHS Markit juga menunjukan
bahwa purchasing managers index (PMI) manufacturing Indonesia pada Januari
2021 adalah sebesar 52,2. Angka ini menunjukan bahwa kinerja sektor industri
manufaktur di Indonesia sedang dalam tren eksapansif (IHS Markit, 2021). Tren
ekspansif ini menunjukan adanya peningkatan volume produksi, pesanan barang
input, penyerapan tenaga kerja, volume persediaan barang jadi dan peningkatan
volume total pesanan. Hal ini tentu menjadi sinyal positif bagi perusahaan
manufaktur, agar terus berupaya memperbaiki dan meningkatkan sistem
produksinya. Upaya ini tercermin dari setiap keputusan manajerial baik dalam hal
riset and development maupun keputusan investasi masa depan. Tujuannya adalah
agar perusahaan dapat bersaing dan terus meningkatkan nilainya.

7
Tabel 1.1
Perkembangan Perusahaan Manufaktur yang tercatat di Bursa Efek
Indonesi periode 2016-2020

Tahun
No Sub Sektor 2016 2017 2018 2019 2020
1 Industri Dasar dan Kimia 66 68 69 77 80
2 Aneka Industri 42 43 46 51 53
3 Industri Barang dan Konsumsi 39 47 48 56 63
Jumlah Perusahaan 147 158 163 184 196
Sumber: BEI

Sub Sektor Dasar dan Kimia Sub Sektor Aneka Industri


Sub Sektor Industri Barang dan Konsumsi Sektor Manufaktur
25.00%

21%
20.00%
17%

15.00%
13% 13%
12%
11%
10.00%
7% 7% 7%

5.00% 4% 4%
3% 3% 3% 3%
2% 2% 2%
1%
0%
0.00%
2016 2017 2018 2019 2020

Sumber: Data diolah penulis, 2021


Gambar 1.1
Persentase Pertumbuhan Jumlah Perusahaan Sektor Manufaktur
Periode 2016-2020

Tabel 1.1 dan gambar 1.1 menunjukan peningkatan perusahaan sektor


manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Data tersebut menjelasakan

8
bahwa terjadi peningkatan emiten secara konsisten untuk setiap tahunya yaitu dari
tahun 2016-2020. Sub sektor industri dasar dan kimia sejak tahun 2016
mengalami petumbuhan yang positif, dan pada tahun 2019 merupakan yang yang
tertinggi yaitu sebesar 12%. Sub sektor industri barang konsumsi sejak tahun 2016
hingga tahun 2020 mengalami pertumbuhan yang positif, dan pada tahun 2019
merupakan yang tertinggi yaitu mencapai 11%. Sub sektor aneka industri selama
tahun 2016-2020 mengalami pertumbuhan yang positif dan pada tahun 2017
merupakan yang tertinggi yaitu mencapai 21%. Dengan demikian, secara agregat
sektor manufaktur mampu bertumbuh positif untuk setiap tahunnya, dan tahun
2019 merupakan yang tertinggi yaitu sebesar 13%.

Hingga saat ini industri manufaktur dalam memproduksi barangnya (baik


kualitas maupun kuantitas) untuk memenuhi tuntutan pasar belum memperhatikan
secara optimal masalah pengelolaan lingkungan hidup, sehingga berbagai kasus
pencemaran yang merugikan bermunculan. Dalam proses produksi, semua
industri akan menghasilkan produk sampingan yang tidak kurang nilai
ekonomisnya. Ini dilakukan melalui keberlangsungan proses produksi. Industri
yang kinerjanya efektif akan mampu menjaga stabilitas investasi para investor.
Oleh karena itu Investor dapat menginvestasikan modal atau uangnya dengan
tujuan memeroleh keuntungan yang besar atau maksimal, terlepas dari risiko yang
ada. Umumnya investor membutuhkan informasi yang berasal dari kondisi
internal maupun eksternal perusahaan (emiten). Dalam pasar modal yang efisien,
pasar akan bereaksi dengan cepat dan akurat untuk mencapai harga keseimbangan
baru yang sepenuhnya mencerminkan informasi yang tersedia (Jogiyanto,
1998:283). Pasar modal efisien yang diterima secara luas adalah pasar modal yang
apabila terdapat informasi baru, maka informasi tersebut tersebar luas, cepat dan
mudah didapat secara murah oleh investor. Informasi ini meliputi hal yang
diketahui dan relevan untuk mempertimbangkan harga saham dan tercermin
secara cepat dalam harga saham. Hal ini ditunjukkan oleh perubahan harga saham
melebihi kondisi normal, sehingga menimbulkan abnormal return. Informasi yang
dimiliki oleh investor akan tertransformasi dalam bentuk naik-turunnya volume
transaksi harian dan frekuensi transaksinya. Informasi yang telah diberikan

9
kepada investor harus dikaji oleh pihak perusahaan. Pengujian kandungan
informasi dimaksudkan untuk melihat reaksi dari suatu pengumuman. Jika
pengumuman mengandung informasi, pasar diharapkan akan bereaksi pada waktu
pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar tersebut ditunjukkan
dengan adanya perubahan harga dari sekuritas yang bersangkutan. Reaksi ini
dapat diukur dengan menggunakan abnormal return (Jogiyanto 2013:586). Reaksi
pasar dapat diukur dengan menggunakan abnormal return sebagai nilai perubahan
harga saham.

Abnormal return atau return tidak normal adalah selisih antara return atau
tingkat keuntungan yang sebenarnya (actual return) dengan tingkat keuntungan
yang diharapkan (expected return). Abnormal return sering digunakan untuk
melakukan penilaian kinerja, yang juga dapat dijadikan sebagai dasar pengujian
efisiensi pasar. Pasar akan dikatakan efisien apabila tidak ada satu pun pelaku
pasar yang mengalami abnormal return dalam kurun waktu yang cukup panjang.
Abnormal return biasanya terjadi sekitar pengumuman sebuah peristiwa.
Peristiwa ini misalnya mencakup merger dan akuisisi, pengumuman dividen,
pengumuman perusahaan produktif, tuntutan hukum, peningkatan suku bunga dan
lainnya. Fenomena ini juga sering terjadi pada saat penutupan pasar (market on
close) BEI, juga akibat peningkatan aktivitas perdagangan yang signifikan.
Banyak studi telah melaporkan bahwa rasio-rasio keuangan seperti return on
asset (ROA), earning to price, assets turnover dan sebagainya adalah nilai-nilai
yang relevan terkait dengan stock return.

Selain informasi tentang abnormal return, investor juga dapat menganalisis


nilai perusahaan melalui informasi profitabilitas dan leverage. Dari informasi
profitabilitas investor dapat mengetahui secara pasti laba/keuntungan dari
perusahaan dalam periode tertentu. Sebagai tolak ukur dalam penilaian kepada
perusahaan untuk memahami efisiensi dari sebuah bisnis. Leverage berfungsi
untuk mengukur atau menilai sejauh mana perusahaan telah dibelanjai oleh pihak
kreditur, yaitu dengan membandingkan nilai total hutang dengan total aset.
Leverage menunjukkan proporsi dana perusahaan yang bersumber dari hutang dan

10
hal ini membawa konsekuensi peningkatan risiko finansial bagi perusahaan.
Penggunaan hutang sebagai sumber pendanaan bagi perusahaan dapat digunakan
untuk meningkatkan kinerja perusahaan tersebut.

Untuk mengukur kinerja keuangan, perusahaan memerlukan analisis market


value untuk menggambarkan nilai perusahaan atau aset bisnis di pasar keuangan.
Nilai pasar (market value) adalah harga saham yang terjadi di pasar bursa yang
ditentukan oleh pelaku pasar. Nilai pasar ini ditentukan oleh permintaan dan
penawaran saham bersangkutan di pasar bursa. Market value suatu perusahaan
merupakan indikasi yang baik dari presepsi investor tentang prospek bisnisnya.
Pasalnya, nilai pasar ditentukan oleh valuasi atau kelipatan harga/nilai yang
investor berikan kepada perusahaan.

Ada beberapa penelitian yang berupaya menemukan faktor-faktor variabel


spesifik perusahaan yang dapat menjelaskan terjadinya abnormal return yaitu
variabel pertumbuhan perusahaan (growth), risiko perusahaan (risk) dan nilai
pasar. Dalam pengukuran growth banyak menggunakan pertumbuhan laba,
pertumbuhan penjualan atau bisa juga menggunakan nilai pasar dibagi dengan
nilai buku. Sedangkan dalam pengukuran risk umumnya menggunakan leverage
(Jogiyanto, 2003:473) serta untuk mengukur nilai pasar ditentukan oleh valuasi
atau kelipatan harga/nilai.

Siska Rahmawati (2020) dalam penelitiannya diperoleh hasil secara simultan


ROA, ROE, dan EPS berpengaruh signifikan terhadap Abnormal Return.
Sedangkan secara parsial ROA tidak berpengaruh signifikan terhadap Abnormal
Return sedangkan ROE dan EPS berpengaruh signifikan terhadap Abnormal
Return.

Sidiq Jati Permana (2017) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa


Profitabilitas yang diukur dengan ROE berpengaruh positif dan signifikan
terhadap abnormal return saham. Sedangkan Leverage yang diukur dengan DER
berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap abnormal return saham.

11
Gunawan dan Devita Olivia (2020) meneliti bahwa profitabilitas berpengaruh
positif terhadap abnormal return sedangkan leverage tidak berpengaruh terhadap
abnormal return.

Agustyani Putri dan Devy (2021) menunjukkan hasil penelitian bahwa


profitabilitas dan rasio leverage berpengaruh terhadap abnormal return secara
simultan. Sedangkan secara parsial profitabilitas dan rasio leverage tidak
berpengaruh terhadap abnormal return

Dion Antonio, Nelson Hamonangan dan Siti Ruhana Dara (2022) dalam
penelitian menunjukan hasil bahwa secara parsial market value berpengaruh
terhadap abnormal return.

Penelitian ini melakukan pengujian Kembali terhadap penelitian yang


dilakukan Siska Rahmawati (2022) yang membuktikan bahwa ROE dan EPS
berpengaruh signifikan terhadap Abnormal Return. Dan Sidiq Jati Permana (2017)
menunjukkan bahwa Profitabilitas (ROE) berpengaruh positif dan signifikan
terhadap abnormal return saham. Sedangkan Bagus dan Satria (2020)
menunjukkan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap abnormal return.
Agustyani Putri dan Devy (2021) juga menunjukkan hasil penelitian bahwa
Secara simultan profitabilitas dan rasio leverage berpengaruh terhadap abnormal
return dan secara parsial profitabilitas dan rasio leverage tidak berpengaruh
terhadap abnormal return. Sedangkan Gunawan dan Devita Olivia (2020)
meneliti bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap abnormal return
sedangkan leverage tidak berpengaruh terhadap abnormal return. Dan Dion
Antonio, Nelson Hamonangan dan Siti Ruhana Dara (2022) dalam penelitian
menunjukan hasil bahwa secara parsial market value berpengaruh terhadap
abnormal return. Oleh karena itu, perlu penelitian lebih lanjut untuk menguji
adanya hasil yang tidak konsisten tersebut.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti bermaksud melakukan


penelitian dengan mengambil judul Pengaruh Profitabilitas, Leverage, dan Market

12
Value Terhadap Abnormal Return Saham (Studi Empiris Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2016 – 2020.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah diatas, kajian ini hanya
memfokuskan permasalahan mengenai variabel Profitabilitas, leverage, dan
market value terhadap abnormal return pada perusahaan manufakur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1.2.2 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang penelitian dan pernyataan masalah


yang telah dikemukakan, mka dapat disampaikan pertanyaan penelitian ini
sebagai berikut:

1. Apakah Profitabilitas berpengaruh terhadap abnormal return perusahaan


manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

2. Apakah Leverage berpengaruh terhadap abnormal return perusahaan


manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

3. Apakah Market Value berpengaruh terhadap abnormal return perusahaan


manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

1.3. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Profitabilitas terhadap


abnormal return perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Leverage terhadap


abnormal return perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.

13
3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Market Value terhadap
abnormal return perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.

1.4. Kontribusi Penelitian

1.4.1. Kontribusi Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi bagi pengayaan atau


referensi kajian ilmiah dalam ilmu manajemen khususnya bidang ilmu
manajemen keuangan dalam penelitian berkaitan dengan pengaruh
profitability, leverage, dan market value terhadap abnormal return. Penelitian
ini diharapkan dapat menambah wawasan pustaka sebagai pengetahuan di
bidang investasi pasar modal khususnya pada abnormal return perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, serta dapat menjadi bahan
rujukan dalam melakukan penelitian selanjutnya.

1.4.2. Kontribusi Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi bagi


investor dalam merumuskan dan menerapkan strategi dalam mengetahui
besarnya tingkat laba dan melihat besarnya nilai asset perusahaan atau untuk
mempermudah saat menjual dan memebeli saham berbagai kegiatan di pasar
modal. Investor dan calon investor dapat memperoleh informasi terkait
hubungan profitabilitas, leverage dan market value terhadap abnormal return.

1.5. Gambaran Kontekstual Penelitian

Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah bursa efek yang beroperasi di


Indonesia. Bursa Efek Indonesia merupakan bursa hasil penggabungan dari
Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan Bursa Efek Surabaya (BES). Demi
efektivitas operasional dan transaksi, Pemerintah memutuskan untuk
menggabung Bursa Efek Jakarta sebagai pasar saham dengan Bursa Efek
Surabaya sebagai pasar obligasi dan derivatif menjadi BEI. Bursa hasil
penggabungan ini mulai beroperasi pada 1 Desember 2007. Bursa Efek

14
adalah badan hukum yang mempunyai tugas sebagai sarana dalam
melaksanakan dan mengatur jalannya kegiatan perdagangan Efek yang ada di
Pasar Modal. Bursa Efek Indonesia didirikan dalam rangka menunjang
kebijakan negara dalam pengembangan Pasar Modal serta menyelenggarakan
perdagangan Efek yang teratur, wajar, dan efisien. Secara rinci, maksud,
tujuan dan kegiatan BEI telah diatur dalam Agggaran Dasar perusahaan.
Fungsi Bursa Efek untuk menjaga kontinuitas pasar dan menciptakan harga
efek yang wajar melalui mekanisme permintaan dan penawaran dan juga
menyediakan semua sarana perdagangan efek (fasilitator) serta membuat
peraturan yang berkaitan dengan kegiatan bursa. Salah satu transaksi efek
yang diselenggarakan BEI adalah saham. BEI bukanlah perusahaan yang
berorientasi pada keuntungan, tetapi tujuan dari perusahaan ini adalah murni
untuk menyediakan infrastruktur terbaik untuk perdagangan efek. Untuk
informasi lengkap mengenai Bursa Efek Indonesia, dapat dikunjungi pada
situs resmi BEI www.idx.co.id.

Perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang terdaftar di BEI dan bisa


menjual belikkan saham perusahaanya kepada masyarakat. Perusahaan
manufaktur adalah sebuah badan usaha yang mengubah barang mentah
menjadi barang setengah jadi atau barang jadi yang memiliki nilai jual.
Dalam proses pengolahannya, perusahaan mengoperasikan mesin, peralatan,
dan tenaga kerja dalam satu medium. Semua proses dan tahapan yang
dilakukan dalam kegiatan manufaktur mengacu pada Standar Operasional
Prosedur atau SOP yang dimiliki masing-masing satuan kerja. Di Indonesia,
perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur sering disebut dengan
pabrik.

Berikut ini adalah beberapa ciri-ciri dari perusahaan manufaktur:

1. Pendapatannya Berasal dari Penjualan


2. Memiliki Persediaan Fisik
3. Aktivitas Perusahaan Manufaktur

15
Abnormal return atau return tidak normal adalah selisih antara return atau
tingkat keuntungan yang sebenarnya (actual return) dengan tingkat
keuntungan yang diharapkan (expected return). Menurut Jogiyanto (2010:94),
abnormal return merupakan kelebihan dari imbal hasil yang sesungguhnya
terjadi (actual return) terhadap imbal hasil normal. Imbal hasil normal
merupakan imbal hasil ekspektasi (expected return) atau imbal hasil yang
diharapkan oleh investor. Abnormal return positif terjadi ketika actual return
memiliki selisih lebih dibandingkan dengan expected return, begitu juga
sebaliknya yang terjadi pada abnormal return negatif. Investor menanggapi
abnormal return positif dengan cara membeli sekuritas tersebut dengan
harapan mendapatkan keuntungan di kemudian hari. Perbandingan abnormal
return antara selisih harga saham periode sekarang dengan periode
sebelumnya. Return yang tidak normal yang positif menunjukkan tingkat
keuntungan yang diperoleh lebih besar yaitu antara actual return dan
expected return. Abnormal return merupakan kelebihan dari return yang
sesungguhnya terjadi terhadap return normal. Studi peristiwa merupakan
analisis return tidak normal (abnormal return) dari sekuritas yang mungkin
terjadi disekitar pengumuman dari suatu peristiwa. Dengan demikian return
tidak normal (abnormal return) adalah selisih antara return sesungguhnya
yang terjadi dengan return ekspektasi.

16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Abnormal Return Saham

Menurut Jogiyanto (2010) Abnormal Return adalah kelebihan dari return


yang sesungguhnya terjadi (return realisasi) terhadap return normal. Return
normal merupakan return ekspektasi atau return harapan investor. Dengan
demikian, return tidak normal (abnormal return) adalah selisih antara return
sesungguhnya yang terjadi dengan return ekspektasian. Abnormal return sering
digunakan untuk melakukan penilaian kinerja surat berharga, yang juga dapat
dijadikan sebagai dasar pengujian efisiensi pasar. Bentuk abnormal return
dibagi menjadi dua yaitu abnormal return positif dan abnormal return negatif.
Abnormal return positif terjadi ketika actual return memiliki selisih lebih
dibandingkan dengan expected return, begitu juga sebaliknya yang terjadi pada
abnormal return negatif. Investor menanggapi abnormal return positif dengan
cara membeli sekuritas tersebut dengan harapan mendapatkan keuntungan di
kemudian hari. Hal yang berbeda terjadi ketika abnormal return negatif, maka
investor lebih cenderng menjual kepemilikan sekuritasnya. Cara
menghitung abnormal return adalah menghitung selisih
antara return sebenarnya dengan return ekspektasian, dengan rumus:

RTNi.t  = Ri.t  – E [Ri.t]

Keterangan:

 RTNi.t: abnormal return untuk saham i pada peristiwa ke-t (atau pada hari


ke t)

 Ri.t    :return realisasi (actual return) atas saham i yang terjadi pada hari
ke t

 E [Ri.t]: return ekspektasian (expected return) untuk saham i pada hari ke t

17
Return sesungguhnya merupakan return yang terjadi karena adanya selisih
harga sekarang dan harga sebelumnya, untuk menghitung return sesungguhnya
digunakan rumus:

(Pi . t – Pi .t−1)
Ri.t    ¿
Pi . t−1

Keterangan:

 Ri.t  : return realisasi (actual return) atas saham i yang terjadi pada hari ke
t

 Pi.t-1 : harga saham i pada waktu t-1

 Pi.t  : harga saham i pada waktu t

Return ekspektasi merupakan return yang harus diestimasi. Brown dan Warner
dalam Jogiyanto (2010) mengestimasi return ekspektasi dengan 3 model yaitu:

1) Mean Adjusted Model

Model disesuaikan rata-rata (Mean Adjusted Model) ini menganggap bahwa


return ekspektasi bernilai konstan yang sama dengan return realisasi sebelumnya
selama periode estimasi (estimation period) dan dapat dirumuskan sebagai
berikut:

Ri . j
E ¿i.t¿ ]
T

Keterangan:

 E ¿i.t¿ : Return ekspektasi sekuritas ke i untuk periode peristiwa ke-t


 Ri.j : Return realisasi sekuritas ke I pada periode estimasi ke j
 T : Lamanya periode estimasi yaitu dari t1 sampai dengan t2

2) Market Model

18
Perhitungan return ekspektasi dengan menggunakan model pasar (market
model) dilakukan dengan dua tahap yaitu (1) membentuk model ekspektasi
dengan menggunakan data realisasi selama periode estimasi dan (2) menggunakan
model ekspektasi dapat dibentuk menggunakan teknik regresi OLS (ordinary
least square).

R i.j ¿ α i + βi . R mj + ɛi.j

Keterangan:

R i.j : Return realisasi sekuritas ke I pada periode estimasi ke j.

α i : Intercept untuk sekuritas ke i.

βi : Koefisien slope yang merupakan Beta dari sekuritas ke i.

R mj: Return indeks pasar pada periode estimasi ke j yang dapat dihitung dengan
rumus = ¿t −IHSG t – 1¿ / IHSG t – 1 dengan IHSG adalah Indeks Harga Saham
Gabungan.

ɛi.j : Kesalahan residu sekuritas ke I pada periode estimasi ke j.

3) Market Adjusted Model

Model ini beranggapan bahwa penduga yang terbaik untuk mengestimasi


return suatu sekuritas adalah return indeks pasar pada saat tersebut. Dengan
menggunakan model ini, maka tidak perlu menggunakan periode estimasi untuk
membentuk model estimasi, karena return sekuritas yang diestimasi adalah sama
dengan return indeks pasar. Misalnya pada hari pengumuman peristiwa, return
indeks pasar adalah sebesar 18%, dengan model disesuaikan pasar (market
adjusted model) ini, maka return ekspektasi semua sekuritas di hari yang sama
tersebut adalah sama dengan return indeks pasarnya, yaitu sebesar 18% tersebut.
Jika return suatu sekuritas pada hari pengumuman peristiwa adalah 35%, maka
besarnya abnormal return yang terjadi adalah 17% (35% - 18%) (Jogiyanto,
2010). Cara perhitungannya dapat dirumuskan sebagai berikut:

E ¿i.t¿ ¿ R mt

19
Keterangan:

E ¿i.t¿ : Return ekspektasi sekuritas ke i untuk periode peristiwa ke t

R mt : Return indeks pasar pada periode peristiwa ke t yang dapat dihitung


dengan rumus = ¿t −IHSG t – 1¿ / IHSG t – 1 dengan IHSG adalah Indeks Harga
Saham Gabungan.

b. Jenis-jenis Abnormal Return

Menurut Samsul, (2006) dalam Hatmoko (2016) menyatakan bahwa jenis-jenis


abnormal return dapat diklasifikasikan kedalam 4 kelompok, yaitu:

1)Abnormal Return (AR)

Abnormal return terjadi pada setiap jenis saham seperti selisih antara
return aktual dan return ekspektasi yang dihitung secara harian. Dengan
dihitung per hari, maka dalam suatu window period dapat diketahui abnormal
return tertinggi atau terendah dan dapat juga diketahui pada hari ke berapa
reaksi paling kuat terjadi pada masing-masing jenis saham. Kebocoran
informasi yang mengakibatkan abnorma return yang muncul pada masa
sebelum suatu peristiwa terjadi akan tampak dalam grafik abnormal return
setiap jenis saham.

2) Average Abnormal Return (AAR)

Average abnormal return adalah rata-rata abnormal return dari semua jenis
saham yang sedang dianalisis secara harian. Jadi ada AAR hari-1, AAR hari-2.
dan seterusnya. AAR mampu menunjukkan reaksi dan hasil yang sangat kuat,
baik secara positif maupun secara negatif dari keseluruhan jenis saham pada
hari tertentu selama window period.

3) Cummulative Abnormal Return (CAR)

20
Cummulative Abnormal Return merupakan kumulatif harian abnormal
return dari hari pertama sampai dengan hari-hari berikutnya untuk setiap jenis
saham. Cumulative abnormal return periode sebelum dari suatu peristiwa
terjadi akan dibandingkan dengan cummulative abnormal return selama
periode sesudah peristiwa terjadi. Dengan melakukan perbandingan tersebut
kita dapat mengetahui jenis saham yang paling berpengaruh baik positif
maupun negatif selama suatu periode.

4) Cummulative Average Abnormal Return (CAAR)

Cummulative abnormal return adalh kumulatif harian average abnormal


return mulai dari hari pertama sampai dengan hari-hari berikutnya. Dari grafik
average abnormal return harian ini dapat diketahui kecenderungan kenaikan
atau penurunan yang terjadi selama window period, sehingga dampak positif
atau negatif dari peristiwa tersebut terhadap keseluruhan jenis saham yang
diteliti juga dapat diketahui.

2.1.2. Debt to Equity Ratio (DER)

Menurut Hary (2016) Rasio hutang terhadap modal (Debt to Equity Ratio)
merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur besarnya proporsi utang
terhadap modal. Rasio ini dihitung sebagai hasil pembagi antara total hutang
dengan modal. Rasio ini berguna untuk mengetahui besarnya perbandingan antara
jumlah dana yang disediakan oleh kreditor dengan jumlah dana yang berasal dari
pemilik perusahaan. Dengan kata lain rasio ini berfungsi untuk mengetahui berapa
bagian dari setiap rupiah modal yang dijadikan sebagai jaminan utang. Rasio ini
memberikan petunjuk umum tentang kelayakan kredit dan resiko keuangan
debitur. Jadi DER (Debt to Equity Ratio) adalah rasio yang membandingkan
antara total utang dengan total ekuitas. Semakin tinggi DER menunjukkan
struktur permodalan lebih banyak dibiayai oleh pinjaman sehingga
ketergantungan perusahaan terhadap kreditur semakin meningkat. Dengan
meningkatnya DER maka beban perusahaan kepada pihak luar (kreditur) juga
semakin meningkat sehingga harapan tingkat kembalian (return) para pemegang

21
saham semakin kecil, sebaliknya semakin kecil rasio ini menunjukkan semakin
baik perusahaan tersebut. Sehingga hal tersebut menyebabkan suatu saham
menarik dan menyebabkan harga saham menjadi naik.

Jadi dengan demikian memberikan pinjaman kepada debitur yang memiliki


tingkat DER yang tinggi menimbulkan konsekuensi bagi kreditur untuk
mrnanggung resiko yang yang lebih besar pada saat debitur mengalami kegagalan
keuangan. Hal ini tentu saja sangat tidak menguntungkan bagi kreditur.
Sebaliknya apabbila kreditur memberikan pinjaman kepada debitur yang memiliki
tingkat DER rendah maka hal ini dapat megurangi resiko kreditur ketika debitur
mengalami kegagaln keuangan. Dapat disimpulkan bahwa lebih aman bagi
kreditur apabila memberkan pinjamnan kepada debitur yang memiliki tingkat
DER yang rendah dikarenakan hal ini berarti bahwa akan semakin besar jumlah
modal pemilik yang dapat dijadikan sebagai jaminan utang.

Berikut adalah rumus yang digunakan untuk menghitung Debt to Equity Ratio
(DER):

Total Utang
DER =
Total Modal

Jadi kesimpulannya adalah perusahaan yang baik dalam kinerjanya adalah


perusahaan yang tingkat DERnya rendah karena para investor dalam melihat nilai
DER yang tinggi cenderung akan tidak tertarik terhadap perusahaan karena
besarnya tingkat utang yang dimiliki perusahaan dan risikonya akan tinggi jika
investor menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut.

2.1.3. Return On Equity (ROE)

Return On Equity adalah ratio yang akan menggambarkan apakah


penggunaan ekuitas pada sebuah perusahaan berhasil menghasilkan laba bersih
yang meningkat karena apabila laba bersih yang dihasilkan meningkat maka
tingkat pengembalian atau return yang akan diberikan kepada setiap pemegang
saham sesuai dengan ekspektasi yang diharapkan para pemegang saham. Artinya
Semakin tinggi hasil pengembalian atas ekuitas berarti semakin tinggi pula jumlah

22
laba bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam ekuitas.
Sebaliknya semakin rendah hasil pengembalian atas ekuitas berarti semakin
rendah pula jumlah laba bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah dana tertanam
dalam ekuitas yang pasti akan berdampak juga terhadap tingkat return yang akan
diberikan kepada pemegang saham. Apabila sebuah perusahaan dapat memanfaat
tingkat ekuitas dengan sebaik mungkin maka perusahaan tersebut dapat
mengahsilakn laba yang baik juga sehingga dengan kata lain perusahaan tersebut
dapat mewujudkan tujuan dari perusahaan tersebut yaitu menhasikan laba yng
tinggi dan tentu akan memberikan hasil tingkat return yang sesuai ekspektasi para
pemegang saham.

Hasil pengembalian ekuitas atau Return On Equity atau rentabilitas modal


sendiri merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal
sendiri. Rasio ini juga menunjukan efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin
tinggi rasio ini maka akan semakin baik. Artinya posisi pemilik perusaan semakin
kuat demikian sebaliknya. Berikut ini adalah rumus yang digunakan untuk
menghitung hasil pengembalian atas ekuitas:

lababersih
ROE=
total ekuitas

2.1.4. Return On Assets (ROA)

Menurut Hanafi (2016:81), Return On Assets (ROA) “mengukur


kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat asset
tertentu”. Return On Assets (ROA) juga sering disebut sebagai Return On
Investment (ROI). Menurut Hery (2017:193), Return On Assets “merupakan rasio
yang menunjukkan seberapa besar konstribusi asset dalam menciptakan laba
bersih”. Semakin tinggi hasil pengembalian atas aset berarti semakin tinggi pula
jumlah laba bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam
total aset. Sebaliknya, semakin rendah hasil pengembalian atas aset berarti
semakin rendah pula jumlah laba bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah dana
yang tertanam dalam total aset.

23
Berdasarkan definisi-definisi tersebut diatas, maka dapat ditarik simpulan
bahwa Return On Asset merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar
konstribusi aset dalam menciptakan laba bersih berdasarkan tingkat aset tertentu.
Semakin tinggi hasil pengembalian asset berarti semakin tinggi pula jumlah laba
bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total asset.
Sebaliknya, semakin rendah hasil pengembalian atas asset berarti semakin rendah
pula jumlah laba bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam
dalam total asset.

Return On Assets dapat diformulakan sebagai berikut:

Laba Bersih
Return On Assets= × 100 %
Total Asset

2.1.5. Earning Per Share (EPS)

Menurut Hary (2016) Laba per lembar saham (Earning Per Sahre)
merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen perusahaan dalam
memberikan keuntungan bagi pemegang saham biasa. Rasio ini menunjukkan
keterkaitan antara jumlah laba bersih dengan bagian kepemilikan pemegang
saham dalam perusahaan investasi. Calon investor potensial akan menggunakan
figure laba per lembar saham biasa ini untuk menetapkan keputusan investasi
diantara bebagai alternative yang ada.

Berikut ini adalah rumus dari EPS:

lababersih
EPS=
jumlah saham beredar

Biasanya angka atau nilai EPS menjadi ketertarikan sendiri bagi para
investor. Pada prinsipnya jika perusahaan memiliki kemampuan utnuk
menghasilkan laba yang meningkat maka akan meningkatkan harga saham. Pada
prinsipnya apabila harga saham pada perusahaan tersebut meningkat maka return
saham yang akan dibagikan kepada para pemegang saham pasti juga akan
meningkat. Return saham nya juga akan mengalami kenaikan. Pendapatan per

24
saham perusahaan umumnya menjadi perhatian pemegang saham atau calon
pemegang saham dan manajemen.

2.1.6. Price Earning Ratio (PER)

Menurut Hary (2016) ratio Price Earning Ratio adalah ratio yang
menunjukaan hasil perbandingan antra harga pasar perlembar saham dengan laba
perlembar saham. Melalui ratio PER ini harga perlembar sebuah perusahaan akan
dibandingkan dengan laba yang didapatkan dari perlembar saham dalam waktu
satu tahun dengan melihat hasil PER para investor dapat menilai kewajaran harga
perlembar saham sebuah perusahaan dengan laba yang mereka hasilkan. Dan
dengan mengetahui nilai PER maka investor dapat memperkirakan harga saham
sebuah perusahaan apakah sesuai dengan perkiraan dimasa mendatang. Berikut
adalah rumus dari PER:

harga per lembar saham biasa


PER=
laba per lembar saham

Menurut Jogiyanto (2009) dalam penelitian yang dilakukan oleh Nining Puji
Astuti (2013) informasi PER mengindikasi besarnya biaya rupiah yang harus
dibayarkan investor untuk memperoleh satu rupiah earning perusahaan. Dengan
kata lain PER menunjukan besarnya harga setiap satu rupiah earning perusahaan.
Disamping itu PER juga merupakan ukuran harga relative dan sebuah saham
perusahaan. Semakin tinggi pertumbuhan dari pendapatan yang diharapkan maka
semakin tinggi pula PER. PER secara teoritis merupakan indikator yang mampu
digunakan untuk menentukan apakah harga saham tertentu dinilai terlalu tinggi
atau terlalu rendah sehingga para investor dapat menentukan kapan sebaiknya
saham dibeli atau dijual.

2.1.7. Profitabilitas

Menurut Sukamulja (2019), rasio profitabilitas mengukur kemampuan


perusahaan dalam menghasilkan laba dan mengukur tingkat pengembalian atas
investasi yang dilakukan. Rasio profitabilitas juga mencerminkan kinerja
manajemen dalam menjaga efektivitas kegiatan operasi perusahaan. Profitabilitas

25
merupakan kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba selama
periode tertentu pada tingkat penjualan, asset dan modal saham tertentu.
Profitabilitas suatu perusahaan dapat dinilai melalui berbagai cara tergantung pada
laba dan aktiva atau modal yang akan diperbandingkan satu dengan lainya. Rasio
yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur profitabilitas perusahaan
adalah Return on Assets (ROA). ROA mengukur kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba bersih dari aset yang dimiliki sekaligus mengukur tingkat
pengembalian atas investasi perusahaan. Semakin tinggi ROA maka semakin
tinggi pula profitabilitas suatu perusahaan. Rumus ROA adalah sebagai berikut:

Net Income
ROA=
Total Assets

2.1.8. Leverage

Rasio hutang atau leverage ratio menunjukkan kemampuan perusahaan


dalam melunasi hutang-hutangnnya. Rasio leverage menunjukkan seberapa besar
kebutuhan dana perusahaan yang di biayai oleh hutang. Menurut Agnes Sawir
(2009) rasio leverage mengukur tingkat solvabilitas suatu perusahaan. Rasio ini
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban
finansialnya seandainya perusahaan pada saat itu dilikuidasi. Dengan demikian
solvabilitas berarti kemampuan perusahaan untuk membayar utang– utangnya,
baik jangka pendek maupun jangka panjang. Jadi, leverage merupakan
penggunaan dana pinjaman yang dapat meningkatkan hasil sebuah trading
maupun investasi. Dalam sejumlah kasus, leverage biasanya juga bisa
menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menggunakan dana tetap
memaksimalkan kekayaan usaha.

Fungsi leverage ratio selain berguna untuk investor untuk memahami struktur


modal perusahaan, leverage ratio juga memiliki fungsi lainnya, dikutip dari
berbagai sumber berikut:

26
1. Leverage ratio akan berfungsi untuk menilai kemampuan keuangan suatu
perusahaan dalam jangka waktu panjang atau pendek. Leverage ratio bisa
berguna untuk melihat elemen yang berasal dari utang atau pinjaman.

2. Tidak hanya melihat utang dan pinjaman seperti yang disebutkan di


atas, leverage ratio  juga bisa digunakan untuk melihat pergerakan modal
yang digunakan sebuah perusahaan.

3. Dengan bisa melakukan tracking modal, utang, dna pinjaman, leverage


ratio mampu memberikan analisis terkait keuangan perusahaan untuk
melunasi utang.

4. Dalam keuangan perusahaan, leverage ratio berguna sebagai bahan


evaluasi performa keuangan yang nantinya bisa dijadikan patokan investor
untuk melakukan pendanaan atau memutusnya.

5. Selain investor, leverage ratio juga bisa dijadikan acuan oleh kreditur


untuk mempertimbangkan dalam hal pemberian keputusan terkait
pinjaman yang biasanya diajukan oleh perusahaan untuk mengembangkan
bisnisnya.

6. Leverage ratio juga bisa menjadi alat ukur seberapa banyak modal yang
bisa dijadikan jaminan dalam pelunasan utang.

7. Yang terakhir dengan adanya leverage ratio juga perusahaan bisa


mengetahui tangal jatuh tempo pekusana utang.

Rasio yang digunakan dalam peneltian ini untuk mengukur tingkat leverage
perusahaan yaitu menggunakan Debt to Equity Ratio (DER), dengan rumus:

Total Utang
DER =
Total Modal

2.1.9. Market Value Ratio (Rasio Nilai Pasar)

Market Value merupakan sekumpulan ratio yang menghubungkan harga


saham perusahaan dengan laba dan nilai buku per saham. Menurut Ratnasari dan

27
Astuti (2014) Market value merupakan nilai keseluruhan yang terjadi di pasar
saham pada periode tertentu. Sedangkan menurut Lubis (2008:125) Jika
pertimbangan harga di pasar bursa (market price) merupakan suatu kesepakatan
marginal, maka harga saham berhak dikatakan dapat mewakili market value.
Rasio ini memberikan petunjuk tentang apa yang dipikirkan investor atas kinerja
masa lalu dan propsek perusahaan masa depan. Rasio ini merupakan rasio yang
khusus dipergunakan di pasar modal yang menggambarkan situasi perusahaan di
pasar modal. Jika rasio profitabilitas dan manajemen utang baik, maka rasio nilai
pasar juga ajan meningkat dan harga saham akan setinggi yang diharapkan. Rasio
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Price Earning Ratio (PER). Rumus
PER yaitu :

harga per lembar saham biasa


PER=
laba per lembar saham

2.2. Kajian Empiris

Beberapa temuan penelitian terdahulu yang menjadi dasar rujukan hubungan


antar variabel dalam penelitian ini dikemukakan dalam
No Peneliti dan Judul Variabel Metode Hasil Penelitian
Tahun Penelitian Penelitian
1 Siska Analisis Pengaruh ROA, ROE, EPS, Purposive Secara simultan
Rahmawati ROA, ROE, EPS, dan dan PBV sampling ROA, ROE, EPS,
(2020) PBV Terhadap Abnormal Return dan PBV
Abnormal Return dan Trading Volume berpengaruh
Trading Volume Activity Saham signifikan terhadap
Activity Saham Abnormal Return,
namun tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
Trading Volume
Activity. Secara
parsial ROA tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
Abnormal Return
sedangkan ROE,

28
EPS dan PBV
berpengaruh
signifikan terhadap
Abnormal Return.
Namun secara
parsial ROA, ROE,
EPS, maupun PBV
tidak berpengaruh
signifikan terhadap
Trading Volume
Activity.
2 Sidiq Jati Analisis Faktor-faktor Profitabilitas Purposive ROE berpengaruh
Permana yang Mempengaruhi (NPM dan ROE) sampling positif dan
(2017) Abnormal Return Leverage (DER signifikan terhadap
dan DR) abnormal return
Abnormal return saham pada DER
saham berpengaruh negatif
namun tidak
signifikan terhadap
abnormal return
DR berpengaruh
positif namun tidak
signifikan terhadap
abnormal return
saham dan ada
perbedaan
profitabilitas (NPM
dan ROE) dan
leverage (DER dan
DR) terhadap
abnormal return
saham
3 Gunawan Pengaruh Corporate Social Purposive Pengungkapan
dan Devita Pengungkapan Responsibility, sampling Corporate Social
Olivia Corporate Social Profitabilitas Responsibility tidak
(2020) Responsibility, Leverage berpengaruh
Profitabilitas dan Abnormal Return terhadap abnormal
Leverage Terhadap return.
Abnormal Return Profitabilitas
berpengaruh positif
terhadap abnormal
return.
Leverage tidak
berpengaruh
terhadap abnormal
return.

29
4 Bagus dan Pengaruh Internet Internet Financial Regresi Laba dan kebijakan
Satria (2020) Financial Reporting, Reporting Linier dividen
Laba Akuntansi, Laba Akuntansi, Berganda berpengaruh
Kebijakan Dividen, Kebijakan terhadap abnormal
dan Profitabilitas Dividen, return.
terhadap Abnormal Profitabilitas Pelaporan keuangan
Return Abnormal Return internet dan
profitabilitas tidak
berpengaruh
terhadap abnormal
return.
5 Agustyani Pengaruh Kandungan Purposive Secara simultan
Putri dan Akuntansi Laba, Arus Informasi Laba sampling akuntansi laba, arus
Devy (2021) Kas, Profitabilitas dan Arus Kas kas, profitabilitas
Rasio Leverage Profitabilitas dan rasio leverage
terhadap Abnormal Rasio Leverage berpengaruh
Return Saham Abnormal Return terhadap abnormal
Saham return saham
Secara parsial
akuntansi laba, arus
kas, profitabilitas
dan rasio leverage
tidak berpengaruh
terhadap abnormal
return saham.
6 Dion Faktor yang Abnormal Return Purposive Secara simultan
Antonio, Mempengaruhi Benchmark sampling Benchmark,
Nelson Abnormal Return Magnitude of Magnitude of
Hamonanga Saham Pada Kinerja Underpricing Underpricing,
n dan Siti Jangka Panjang Money Raised Money Raised,
Ruhana Dara Penawaran Umum Market Value Market Value,
(2022) Perdana Ukuran Ukuran Perusahaan,
Perusahaan dan
Umur Perusahaan Umur Perusahaan
berpengaruh
terhadap abnormal
return.
Secara parsial
Benchmark, Ukuran
Perusahaan, dan
Umur Perusahaan
tidak berpengaruh
terhadap abnormal
return.
Sumber: Studi Literatur Peneliti, 2022

30
2.3. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian

2.3.1. Hubungan Profitabilitas terhadap Abnormal Return Saham

ROE adalah proksi yang digunakan untuk mengukur profitabiltas. ROE


digunakan melihat kemampuan dari modal sendiri untuk menghasilkan
keuntungan bagi seluruh kepentingan pemegang saham baik saham biasa dan
saham preferen. Besarnya nilai ROE akan menarik minat investor untuk
menanamkan modalnya pada perusahaan karena dapat mengindikasikan
perusahaan memiliki kinerja yang baik dan akibatnya akan meningkatkan
pengembalian abnormal return. Menurut (Ratri, 2011) profitabilitas berpengaruh
signifikan dan positif terhadap abnormal return, sesuai dengan pendapat
(Saleh,2015), (Kohansal et al,2013), (Wang et al,2013). Terkait penelitian diatas
ROE dengan Abnormal return, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
adalah:

H1: Profitabilitas berpengaruh terhadap Abnormal return

2.3.2. Hubungan Leverage terhadap Abnormal Return Saham

Pengaruh Leverage (DER) terhadap Abnormal Return Saham Informasi


leverage menjelaskan tentang seberapa besar kegiatan perusahaan didanai oleh
struktur hutang, yaitu dengan membandingkan total hutang dengan total ekuitas.
Apabila kondisi baik, yang tercermin dari peningkatan penjualan dan biaya relatif
stabil, maka penggunaan hutang dapat memperbesar penerimaan perusahaan
sehingga laba perusahaan dapat ditingkatkan. Ketika laba perusahaan naik maka
permintaan dan penawaran atas saham perusahaan tersebut juga meningkat, yang
mengakibatkan meningkatnya harga saham.Setelah investor menanamkan
modalnya, maka investor dapat memantau perkembangan sahamnya melalui
indeks harga saham. Dalam penanaman modal tersebut investor akan
mendapatkan return berupa dividen dan capital gain. Dividen yaitu keuntungan
yang diperoleh pemegang saham atas keuntungan perusahaan, sedangkan capital
gain merupakan keuntungan yang diperoleh investor karena selisih harga beli dan

31
harga jual saham. Return yang diterima investor dapat dihitung menggunakan
return realisasi dikurangi dengan return ekspektasi. Selisih tersebut akan
menghasilkan abnormal return saham. Semakin meningkatnya penggunaan
hutang yang dicerminkan oleh debt ratio yang semakin besar, pada perolehan laba
sebelum bunga dan pajak (EBIT) yang sama akan menghasilkan laba per saham
yang lebih besar. Jika laba perusahaan meningkat, maka akan berdampak pada
meningkatnya dividen yang diterima investor yang berdampak pada
meningkatnya tingkat harapan pengembalian (return) yang akan didapat oleh para
investor. Dengan demikian leverage memberikan sinyal positif terhadap return
saham yang akan diterima oleh investor, sehingga variabel Leverage mempunyai
pengaruh positif terhadap Abnormal Return Saham. Terkait penelitian diatas maka
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

Ha2 : Variabel Leverage berpengaruh positif terhadap Abnormal Return Saham

2.3.3. Hubungan Market Value terhadap Abnormal Return Saham

Sunariyah (2006) menyatakan bahwa nilai pasar saham (market value)


adalah harga suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung dibursa efek.
Apabila bursa efek telah tutup maka harga pasar adalah harga penutupannya
(closing price). Untuk mendapatkan jumlah nilai pasar (market value) suatu
saham yaitu harga pasar dikalikan dengan jumlah saham yang diterbitkan
(outstanding shares). Bessler dan Thies (2007) menyatakan bahwa semakin besar
perusahaan maka semakin negatif keuntungan abnormalnya. Berdasarkan uraian
diatas maka dapat disimpulkan sebuah hipotesis:

H3 : Market Value berpengaruh negatif terhadap Abnormal Return saham

2.3.4. Kerangka Konseptual Penelitian

Berdasarkan uraian kerangka konseptual penelitian dan rumusan hipotesis


yang telah dikemukakan di atas, dapat disampaikan gambar kerangka konseptual
penelitian ini sebagai berikut:

32
Profitabilitas
H1
(X1)
Abnormal Return
H2 Saham
(Y)
Leverage
(X2)
H3

Market Value
(X3)

Gambar 3. 1
Kerangka Konseptual Penelitia

BAB III

METODE PENELITIAN
3.1. Bentuk Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian asosiatif kausal karena bermaksud untuk


mengetahui hubungan (pengaruh) sebab-akibat variabel indepenen (X) terhadap
variabel dependen (Y) (Sugiyono, 2009). Penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif, artinya semua informasi atau data diwujudkan dalam angka dan
analisisnya berdasarkan analisis statistik. Penelitian kuantitatif selanjutnya diteliti
dengan uji hipotesis statistik yang mengambil sampel dari beberapa populasi yang
ada untuk digunakan penelitian. Penelitian ini meneliti pengaruh Profitabilitas,
Leverage, dan Market Value terhadap Abnormal Return Saham pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

33
Penelitian ini dilakukan di situs resmi Bursa Efek Indonesia dengan
mengumpulkan data keuangan akhir tahun (annual report) yang didapat dari
database Bursa Efek Indonesia yang tersedia online pada situs resmi Bursa Efek
Indonesia http://www.idx.co.id.

Penelitian ini dilakukan pada tahun 2022 dengan data yang digunakan dari
Januari 2016 – Januari 2020. Penelitian akan dilaksanakan selama 4 bulan, mulai
dari penyusunan proposal penelitian hingga penyusunan laporan hasil penelitian.

3.3. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data

1. Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang
diperoleh dari pihak lain yang telah terkumpul dan diterbitkan yang dapat diakses
secara umum. Data tersebut bersumber dari laporan keuangan akhir tahun (annual
report) yang didapat dari database Bursa Efek Indonesia yang tersedia online pada
situs resmi Bursa Efek Indonesia

https://www.idx.co.id.

2.Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi,


yaitu metode pengumpulan data yang berasal dari catatan atau data tertulis yang
berhubungan dengan objek yang diteliti. Teknik dokumentasi dilakukan dengan
mengumpulkan data dari http://www.idx.co.id. Data sekunder dari penelitian ini
berupa laporan keuangan pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia
selam periode waktu yaitu 2016- 2020.

3.4. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi yang diteliti dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan


manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode waktu yaitu

34
2016-2020, serta melaporkan laporan keuangan secara lengkap dan dipubikasikan
di situs resmi Bursa Efek Indonesia.

2.Sampel

Pengambilan sempel menggunakan teknik purposive sampling, yaitu sampel


yang diambil adalah sampel yang memiliki kriteria-kriteria tertentu. Pengambilan
sampel menggunakan purposive sampling dengan kriteria sebagai berikut:

a. Perusahaan termasuk dalam sektor industri manufaktur yang terdaftar sebagai


anggota di Bursa Efek Indonesia yang mempublikasikan laporan yang
dibutuhkan selama periode penelitian.

b. Perusahaan yang sudah dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode
penelitian.

c. Memiliki kelengkapan data yang diperlukan dalam penelitian ini.

Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 35 sample yaitu data laporan
keuangan tahun 2016 – 2020 untuk dijadikan sampel penelitian dikarenakan
adanya keterbatasan waktu penelitian.

3.5. Varibel Penelitian

Dalam penelitian ini, variabel penelitian berupa variabel bebas yaitu


Profitabilitas, Leverage dan Market Value sedangkan variabel terikat yaitu
Abnormal Return Saham .

Operasionalisasi variabel dalam penelitian ini dikemukakan dalam


tabel sebagai berikut:

Tabel 1.1

Operasionalisasi Variabel Penelitian

35
No Definisi Definisi
Variabael Teoritik Operasional
Indikator
Penelitian Variabel Variabel
Penelitian Penelitian
1 Abnormal Abnormal Selisih antara ARi.t = Ri.t  – E [Ri.t]
Return Return adalah return atau
Saham selisih antara tingkat Sumber: Siska Rahmawati (2020)
return aktual keuntungan yang
dan return yang sebenarnya
diharapkan yang (actual return)
dapat terjadi dengan tingkat
sebelum keuntungan yang
informasi diharapkan
diterbitkan atau (expected return).
telah terjadi Abnormal return
kebocoran sering digunakan
informasi untuk melakukan
sesudah penilaian kinerja
informasi resmi surat berharga.
diterbitkan
(Samsul 2006)
2 Profitabilitas Profitabilitas Profitabilitas Net Income
ROA=
merupakan rasio digunakan Total Assets
yang digunakan untuk
untuk melihat menunjukkan Sumber: Bagus dan Satria (2020)
kemampuan besarnya laba
perusahaan yang diperoleh
memperoleh untuk setiap
laba dalam penjualan yang
hubungannya dilakukan
dengan sebuah
penjualan, total perusahaan
aktiva maupun dalam periode
modal sendiri. tertentu.
(Ulfah dan
Paramu, 2017)
3 Leverage Leverage ratio Leverage Total Utang
DER =
merupakan rasio digunakan Total Modal
untuk melihat untuk mengukur
dan mengukur kemampuan Sumber: Agustyani Putri dan
kemampuan perusahaan Devi (2021)
perusahaan dalam
dalam melunasi menggunakan
kewajibannya hutang untuk
(Ulfah & kegiatan
Paramu 2017) perusahaan

36
dalam suatu
periode.
4 Market Market value Market value
Value adalah memberikan harga per lembar saham biasa
PER=
keputusan pasar petunjuk laba per lembar saham
mengenai tentang apa
bagaimana yang dipikirkan Sumber: Dion Antonio, Nelson
manajer yang investor atas Hamonangan dan Siti Ruhana
sukses telah kinerja masa Dara (2022
menginvestasika lalu dan propsek
n modal yang perusahaan
sudah masa depan.
dipercayakan
kepadanya,
dalam
mengubahnya
menjadi lebih
besar
(Sari dan
Wijayantini
2018)
Sumber : Studi literatur peneliti, 2022

3.6. Metode Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan untuk menganalisis tingkat pengaruh


variabel independen (Profitabilitas, Leverage, dan Market Value) terhadap
variabel dependen (Abnormal Return Saham) adalah analisis yang menggunakan
model regresi berganda. Untuk pengolahan semua data atau analisis data penulis
menggunakan bantuan software SPSS Statistics 21. Terdapat beberapa langkah
untuk melakukan analisis data diantaranya sebagai berikut:

1. Uji Asumsi Klasik

Agar model dapat dianalisis dan memberikan hasil yang representatif, maka
model tersebut harus memenuhi pengujian asumsi-asumsi klasik. Model regresi

37
akan menghasilkan estimator yang baik jika terpenuhi asumsi klasik, yaitu
Normalitas (data berdistribusi normal), Multikolinearitas, Heteroskedastisitas, dan
Autokorelasi. Berikut ini akan dibahas secara lebih rinci mengenai asumsi klasik
yang telah disebut di atas:

a. Uji Normalitas
Uji normalitas data dilakukan dengan maksud untuk menguji apakah
dalam model regresi, variabel dependen dan variabel independen
mempunyai distribusi normal atau tidak (Ghozali, 2011). Model regresi
yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal.
Untuk mengetahuinya digunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Hipotesis yang
digunakan adalah:
Ho: data residual berdistribusi normal
Ha: data residual tidak berdistribusi normal
Pengujian normalitas dilakukan dengan melihat nilai 2-tailed significant.
Jika data memiliki tingkat signifikansi lebih besar dari 0,05 atau 5%, maka
dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan data dikatakan berdistribusi
normal (Ghozali, 2011).
b. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independent). Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas.
Jika variabel bebas saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak
orthogonal. Variabel orthogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi
antar sesama variabel bebas sama dengan nol. Untuk mengetahui ada
tidaknya multikolinearitas antar variabel, dapat dilihat dari Variance
Inflation Factor (VIF) dan tolerance value dari masing-masing variabel
bebas terhadap variabel terikat. Batas nilai VIF adalah 10 dengan tolerance
value adalah 0,1. Apabila nilai tolerance kurang dari 0,1 dan VIF lebih
besar dari 10, maka menunjukkan adanya gejala multikolinearitas.
Sebaliknya jika nilai tolerance lebih dari 0,1 dan VIF kurang dari 10 dapat
dinyatakan tidak terjadi multikolinearitas (Gujarati, 2003).

38
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain. Jika varian dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan
yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas. Jika varian berbeda
disebut heteroskedasitas (Santoso, 2002). Model regresi yang baik adalah
yang homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Dalam
penelitian ini menggunakan uji Glejser yaitu meregresi masing-masing
variabel independen dengan absolut residual sebagai variabel dependen.
Hipotesis yang digunakan dalam pengujian heteroskedastisitas adalah
sebagai berikut: Ho: tidak terdapat heteroskedastisitas
Ha: terdapat heteroskedastisitas
Dasar pengambilan keputusan jika signifikansi < 0,05, maka Ha ditolak
(terdapat heteroskedastisitas). Jika signifikansi > 0,05, maka Ho diterima
(tidak terdapat heteroskedastisitas) (Usman, 2000).
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi merupakan pengujian hubungan antara kesalahankesalahan
yang biasanya muncul pada data runtun waktu (time series). Konsekuensi
adanya autokorelasi dalam suatu model regresi adalah varians sampel tidak
dapat menggambarkan varians populasinya. Lebih jauh lagi model regresi
yang dihasilkan tidak dapat digunakan untuk menaksir nilai variabel
dependen pada nilai variabel independent tertentu. Model regresi yang baik
adalah yang terbebas dari autokeralasi. Ada tidaknya gejala autokorelasi
dapat dideteksi dengan uji DurbinWatson (DW test). Hipotesis yang akan
diuji dalam penelitian ini adalah:
Ho: tidak terdapat autokorelasi 𝑟 = 0
Ha: terdapat autokorelasi 𝑟 ≠ 0
Berdasarkan tes Durbin Watson, pengambilan keputusan ada tidaknya
autokorelasi berdasarkan pada ketentuan:
Tabel 2. Pengambilan Keputusan Autokorelasi

39
H0 (hiotesis nol) Keputusan Jika
Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0< d< dl
Tidak ada autokorelasi positif No decision dl ≤ d ≤ du
Tidak ada autokorelasi negatif Tolak 4−dl≪ 4
Tidak ada autokorelasi negatif No decision 4−du ≤ d ≤ 4 dl
Tidak ada autokorelasi positif Terima Du <d <4−du
atau negatif
Sumber: Ghozali (2011)
2. Uji Regresi Linear Berganda
Model analisis statistik yang dipakai adalah model regresi linear berganda.
Model analisis ini dipilih karena penelitian ini dirancang untuk meneliti
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap variabel dependen, dimana variabel
independen yang digunakan dalam penelitian ini lebih dari satu.
Model persamaan regresi berganda adalah:
𝑌 = ∝ + ( β 1. Profit ) + ( β 2. Lev ) + ( β 3. MV ) + e
Keterangan:
𝑌 : variabel Abnormal Return Saham
∝ : konstanta
β1 : Koefisien Profitabilitas

β 2 : Koefisien Leverage
β 3 : Koefisien Market Value
Profit : Profitabilitas
Lev : Leverage
MV : Market Value
𝑒 : error term
3. Uji Hipotesis (Uji Statistik t)
Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh satu variabel indipenden dalam
menjelaskan variabel dependen secara individual. Koefisien regresi digunakan
untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara parsial terhadap variabel
terikat.

40
Hipotesis yang digunakan penelitian ini adalah:
a. Pengaruh Profitabilitas (X1) terhadap Abnormal Return Saham (Y)
Ho1 ∶ β1 ≥ 0 artinya, variabel Profitabilitas (X 1) berpengaruh positif
terhadap Abnormal Return Saham (Y).
Ha1 ∶ β1 > 0 artinya, (X1) berpengaruh positif terhadap Abnormal Return
Saham (Y)
b. Pengaruh Leverage (X2) terhadap Abnormal Return Saham (Y)
Ho2∶ β2 ≤ 0 artinya, variabel Leverage (X2) tidak berpengaruh positif
terhadap Abnormal Return Saham (Y).
Ha2∶ β2 > 0 artinya, variabel Leverage (X2) berpengaruh positif terhadap
Abnormal Return Saham (Y).
c. Pengaruh Market Value (X3) terhadap Abnormal Return Saham (Y)
Ho3: β3 ≥ 0 artinya, variabel Market Value (X3) berpengaruh positif
terhadap Abnormal Return Saham (Y).
Ha3 ∶ β3 > 0 artinya, variabel Market Value (X3) berpengaruh positif
terhadap Abnormal Return Saham (Y).
Uji parsial dapat digunakan untuk menguji pengaruh variabel
independent terhadap variabel dependen yakni Abnormal Return Saham.
Apabila tingkat signifikansi lebih besar dari 5%, maka dapat disimpulkan
bahwa Ho diterima dan Ha ditolak. Sebaliknya apabila tingkat signifikansi
lebih kecil dari 5%, maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha
diterima.
4. Uji Kesesuaian Model (Goodness of Fit Model)

a. Uji Signifikansi Simultan (Uji statistik F)

Uji statistik F digunakan untuk menguji model regresi


pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara
simultan atau keseluruhan. Uji ini dapat dilihat pada nilai F-test.
a) Menentukan hipotesis nilai nihil (Ho) dan hipotesis
alternatif (Ha).
Ho : β1 = β2 = β3 = 0

41
Ha : β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ 0
b) Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis:
(1) Ho diterima, Ha ditolak apabila p≥0,05 yang berarti
bahwa variabel independent secara simultan tidak
berpengaruh terhadap variabel dependen / model regresi
tidak signifikan.
(2) Ho ditolak, Ha diterima apabila p≤0,05 yang berarti
bahwa variabel independen secara simultan
berpengaruh terhadap variabel dependen dan dikatakan
model regresi signifikan.

b. Pengujian Koefisien Determinasi Majemuk (Uji R2)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui berapa besarnya


pengaruh dari seluruh variabel, independen yang ada dan besarnya
pengaruh yang disebabkan oleh variabel lain yang tidak jelaskan.
Tingkat ketepatan regresi dinyatakan dalam koefisien determinasi
majemuk (R2) yang nilainya 0 sampai 1 atau 0≤ R2 ≤1. Koefisien
determinasi = 1 berarti bahwa variabel independen berpengaruh
sempurna terhadap variabel dependen dan jika koefisien determinasi
majemuk = 0 berarti variabel independen tidak berpengaruh terhadap
variabel dependen.

∑ ei2
Rumus: R 2 ¿1
∑ yi2

Keterangan:

R = Koefisien determinasi

ei = Nilai kuadrat residual

yi = Nilai kuadrat variabel dependen

42
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, N. (2013). Pengaruh Profitabilitas, Struktur Aktiva, Dan


Pertumbuhan Penjualan Terhadap Harga Saham Dengan Struktur Modal
Sebagai Variabel Intervening Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek
Indonesia. Jurnal Nominal No 1, II.

Abid, Muhammad Talkhisul & Harjum Muharam. (2013). Analisis Faktor –


Faktor yang Mempengaruhi Abnormal Return Saham Pada Kinerja Jangka

43
Panjang Penawaran Umum Perdana (IPO). Jurnal Studi Manajemen &
Organisasi. Vol (10). No (2).

Azhari, Darsono. (2005). Pedoman Praktis Memahami laporan Keuangan.


Yogyakarta: Andi.

Astutik, E.P. 2005. Pengaruh Earning Per Share, Price Earning Ratio, dan
Debt to Equity Ratio Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Property di
BEJ. Skripsi UNNES.

Antonio Dion, Nelson Hamonangan & Siti Ruhana Dara (2022). Faktor yang
Mempengaruhi Abnormal Return Saham Pada Kinerja Jangka Panjang
Penawaran Umum Perdana. STREAMING Jurnal Manajemen, Volume (1)
No. (2).

Astuti, Nining Puji (2013). Pengaruh Earning Per Share (EPS), Price Earning
Ratio (PER) dan Debit To Equity Ratio (DER) Terhadap Returna Saham
Pada Perusahaan Asuransi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Skripsi UNHAS.

Agnes, Sawir. 2009. Analisa Kinerja Keuangan dan Perencanaan keauangan


Perusahaan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Bagus, Satria (2020). Pengaruh Internet Financial Reporting, Laba Akuntansi,


Kebijakan Dividen dan Profitabilitas Terhadap Abnormal Return Pada
Perusahaan Manufaktur Tahun 2019. Surabaya: Skripsi STIE Perbanas.

Bessler, Wolfgang. and Thies, Stefan. 2007. The Long-run Performance of Initial
Public Offerings in Germany. Managerial Finance, Vol. 33, Iss: 3, pp. 420-
441.

Chien, Mario Sudianto. (2021). Pengaruh Keputusan Investasi, Profitabilitas,


Pertumbuhan Penjualan dan Struktur Modal Terhadap Nilai Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2020. S1
thesis, UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA.

44
Chendrawan, Tony S. (2012). Pengaruh Likuiditas, Earnings Growth, Leverage
dan Ukuran Perusahaan Terhadap Abnormal Return Saham Indeks LQ 45.
Manajerial. Vol (11). No (21).

Christophorus, Heni Kurniawan. (2001). Pengaruh Karakteristik Perusahaan


Terhadap Abnormal Return Saham Perdana di Bursa Efek Jakarta,
Simposium Nasional Akuntansi IV.

Darmadji & Fakhruddin. (2011). Pasar Modal Indoensia. Edisisi Ketiga. Jakarta:
Salemba Empat.

Devy, Agustyani Putri. (2021) Pengaruh Kandungan Informasi Laba, Arus Kas,


Profitabiltas dan Leverage Ratio Terhadap Abnormal Return Saham
Perusahaan Industri Dasar dan Kimia yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Skripsi (S1) thesis, Universitas Muhammadiyah Ponorogo.

Deriyarso, Irvan. (2014). Pengaruh Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan


dengan CSR sebagai Variabel Mediasi, Semarang: Skripsi Fakultas
Ekonomika dan Bisnis.

Ghozali, Imam. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.


Semarang: Badan Penerbit Universitas Dipenogoro.

Gujarati, Damodar (2003). Ekonometri Dasar. Terjemahan: Sumarno Zain,


Jakarta: Erlangga.

Gunawan, Devita Olivia. (2022). Pengaruh Pengungkapan Corporate Social


Responsibility, Profitabilitas dan Leverage Terhadap Abnormal Return
Pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2018-2021. Banjarmasin: Skripsi thesis, STIE INDONESIA.

Hery. (2016). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT Grasindo.

Hanafi, M.M & Halim. (2000). Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: AMP
YKPN.

45
Hanafi, Mamduh M. dan Halim, Abdul. 2016. Analisis Laporan Keuangan. UPP
STIM YKPN, Yogyakarta.

Husnan, Squad. (1996). Dasar – Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas.
Edisi Kedua. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

http://www.bapepam.Ik.go.id

http://www.idx.co.id

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). (2009). Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta:


Salemba Empat.

Iskandar, Alwi Z. (2003). Pasar Modal dan Aplikasi Edisi Pertama. Jakarta:
Yayasan Pancur Siwah.

Hartono, Jogiyanto. (2003). Teori Portofollio dan Analisis Investasi, Edisi ketiga.
Yogyakarta: BPEE.

Hery, (2016). Financial Ratio For Busniess. Gasindo. Jakarta.

Hery. (2017). Analisis Laporan Keuangan, Grasindo, Cetakan Kedua, Jakarta.

Jogiyanto. 2010. Studi Peristiwa: Menguji Reaksi Pasar Modal Akibat Suatu
Peristiwa (edisi pertama). Yogyakarta: Yogyakarta.

Jogiyanto, Hartono. (2013). Teori Portofolio dan Analisis investasi. Edisi


Kedelapan.Yogyakarta: BPFE

Kohansal et.,al. (2013). Relationship between Financial Ratios and Stock Prices
for the Food Industry Firms in Stock Exchange of Iran. World Applied
Programming, 1(3): 512-521.

Lubis, Fatma. (2008). Pasar Modal: Sebuah Pendekatan Pasar Modal


Terintegrasi. Jakarta: Fakultas Ekonomi UI.

Mujiani, Sari, Elly Soraya & Sasmita Yuliawati. (2020). Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Abnormal Return Saham pada Perusahaan Sektor

46
Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. JABISI Vol (1) No
(1).

Permana, Sidik Jati. (2017). Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Abnormal


Return Saham pada Perusahaan Perbankan dan Asuransi yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan Manajemen Vol (11) No (1).

Sari, Devi Ratna. (2020). Pengaruh Return On Assets (ROA), Return On Equity
(ROE), Debt To Equity Ratio (DER) Terhadap Harga Saham Perusahaan
Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Surabaya: Universitas Bhayangkara.

Sari, Y. (2013). Pengaruh Profitabilitas, Kecukupan Modal, dan Likuiditas


terhadap Harga Saham. Jurnal Akuntansi Universitas Negeri Padang.

Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Bisnis. IKAPI: Bandung.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Bisnis. edisi pertama. cetakan kedelapan.


Bandung: CV Alfabeta.

Sukamulja. (2019). Analisa Laporan Keuangan Sebagai Dasar Pengambilan


Keputusan Investasi. Yogyakarta: Andi. 978-623-010-163-2

Sunariyah. (2004). Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, Edisi Keempat. UPP


AMP YKPN, Yogyakarta.

Sunariyah. (2006). Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Yogyakarta: UPP


STIM YKPN

Ulupui, I G K. A. (2013), Analisis Pengaruh Rasio Likuiditas, Leverage,


Aktivitas, dan Profitabilitas Terhadap Return Saham (Studi Pada
Perusahaan Makanan dan Minuman Dengan Kateori Industri Barang
Konsumsi di BEJ), Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis

Umdiana, Nana. (2014). Pengaruh kandungan Informai laba, Arus Kas Operasi,
Dividen, Ukuran Perusahaan dan Tingkat Inflasi Terhadap Abnormal
Return. Jurnal Akuntansi.Vol.1 No. 1.

47
Yulinartati, dkk. 2019. Effect of Net Income, CSR Disclosure, Corporate
Profitability Against Abnormal Return on the Indonesia Stock Exchange.
Journal of Physics: Conf. Series 1175 (2019) 012289

48

Anda mungkin juga menyukai