Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

ANALISA SEKURITAS

ANALISA FUNDAMENTAL DAN RASIO KEUANGAN


(RASIO PASAR)

Kelas : B

1. Desy Mayangsari 1610111002

2. Dennis Ovyani 1610111043

3. Putri Nafra Berliana 1610111046

4. Tita Marliani 1610111060

5. Dewi Yuliyana Lestari 1610111094

6. Fathan Adhi Thirafi 1610111121

7. Cindy Restadila 1610111169

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA


SELATAN

Maret 2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...........................................................................................ii
KATA PENGANTAR.............................................................................iii
BiAB I PENDAHULUAN
A.....................................................................Latar Belakang
..............................................................................................1
B...................................................................................Tujuan
..............................................................................................2
BAB II KAJIAN TEORI
A. Definisi Analisis Fundamental...............................................3
B. Definisi Rasio Keuangan........................................................4
C. Definisi Rasio Pasar ..............................................................4
BAB III PEMBAHASAN
A.............................................................Analisis Fundamental
.................................................................................................6
B.........................................................................Analisis Rasio
.................................................................................................7
C.................Kelebihan dan Kekurangan Analisis Fundamental
...............................................................................................15
D.....................................................................................Kasus
...............................................................................................16
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................25
B. Saran.......................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA............................................................................26

2
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kita panjatkan ke-hadirat Allah Yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmat dan karunia-Nyalah, makalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Analisa Sekuritas ini dapat terselesaikan dengan baik dengan judul
“Analisa Fundamental dan Rasio Keuangan (Rasio Pasar)”.
Dengan membuat tugas ini kami harapkan kita semua mampu
untuk lebih mengenal tentang Pentingnya Analisa Fundamental. Dalam
makalah ini, akan dijelaskan bagaimana menganalisa secara fundamental dan
mengetahui rasio keuangan yaitu rasio pasar dalam melakukan keputusan
investasi.
Kami sadar, sebagai seorang mahasiswa yang masih dalam proses
pembelajaran, penulisan makalah tugas ini masih banyak kekurangannya.
Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang
bersifat positif, guna penulisan makalah tugas yang lebih baik lagi di
masa yang akan datang.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak akan
tuntas tanpa adanya bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, pada kesempatan ini kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
khususnya kepada Drs.Nurmatias,M.M,CFMP. selaku dosen pembimbing mata
kuliah Analisa Sekuritas.

3
Harapan kami, semoga makalah tugas ini, dapat bermanfaat bagi
penulis sendiri terlebih kepada seluruh pembaca. Kurang dan lebihnya kami
ucapkan terima kasih.
Jakarta , 13 Maret 2019

4
PenulisBAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tingkat perekonomian suatu negara akan semakin baik
apabila tingkat kemakmuran penduduknya juga semakin baik. Tingkat
kemakmuran yang lebih tinggi pada umumnya ditandai dengan adanya
kenaikan tingkat pendapatan masyarakatnya. Dengan adanya
peningkatan pendapatan tersebut, maka akan semakin banyak orang
yang memiliki kelebihan dana. Kesadaran masyarakat akan pentingnya
berinvestasi maka masyarakat yang memiliki kelebihan dana tersebut
memanfaatkan dananya untuk disimpan dalam bentuk tabungan
atau di investasikan dalam bentuk surat-surat berharga yang
diperdagangkan di pasar modal.
Pasar modal pada dasarnya adalah suatu wahana investasi bagi
masyarakat yang mempertemukan pihak yang membutuhkan dana
dan pihak yang menyediakan dana sebagai alternatif pembiayaan
dalam membangun dan mengembangkan usaha selain pendanaan dari
perbankan. Bisa dikatakan Pasar modal mampu memberikan dana dalam
jumlah besar.
Analisis Fundamental adalah metode analisis yang
didasarkan pada fundamental ekonomi suatu perusahaan dilihat dari
rasio dan kejadian-kejadian yang langsung atau tidak langsung
berpengaruh pada kinerja perusahaan. Sedangkan analisis teknikal
adalah teknik untuk memprediksi arah pergerakan harga saham dan
indikator pasar saham lainnya berdasarkan pada data historis seperti
informasi harga dan volume.
Faktor dalam menentukan nilai saham dapat dilihat dari faktor
Eksternal maupun Internal perusahaan. Namun nilai intrinsik
perusahaan dinilai lebih kuantitatif dengan adanya laporan keuangan
dalam perusahaan. Maka nilai intrinsik perusahaan dinilai lebih
memberikan informasi kepada investor untuk mengambil keputusan
dalam memilih saham perusahaan mana yang bagus dibeli untuk
Investasi jangka panjang.

1
B. Tujuan
1. Mengetahui Analisis Fundamental
2. Mengetahui Skema Atas bawah ( Top Down- Scheme)
3. Mengetahhui Analisis Rasio ( Rasio Likuiditas, Rasio
Solvabilitas, Rasio Profitabilitas, Rasio Aktivitas
4. Mengetahui Kelebihan dan Kekurangan Analisis Fundamental

2
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Definisi Analisis Fundamental
Analisis fundamental adalah metode analisis berdasarkan kinerja
suatu perusahaan. Analisis fundamental bertujuan untuk membantu
dalam menilai investasi saham, saham mana yang terbaik. Untuk
menilai kinerja suatu perusahaan dapat menggunakan hasil rasio
keuangan. Rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-
angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu
angka dengan angka lainnya (Kasmir, 2014, h. 104).
Teknik analisa fundamental adalah analisa yang menitikberatkan
pada dua poin penilaian, yakni pada aspek finansial yang didalamnya
mencakup pendapatan per saham atau EPS – Erning per Share, Nilai
buku Saham atau PBV – Price Book Value, serta rasio pengeluaran nilai
buku ekuitas dari saham itu sendiri. (Zulfikar.2016. Pasar Modal
dengan Pendekatan Statistik. Yogyakarta: Penerbit CV Budi Utama.)
Yang dimaksud analisis fundamental sebenarnya melakukan
penilaian atas laporan keuangan perusahaan. Adapun target analisis
fundamental ini adalah memberikan jawaban atas pertanyaan, apakah
perusahaan dalam kondisi sehat atau tidak? Jika sehat, maka perusahaan
tersebut layak untuk dijadikan tempat investasi, misalnya dengan
membeli sahamnya. (Widoarmodjo, Sawidji.2019.Pasar Modal
Indonesia: Pengantar Dan Studi Kasus.Bogor: Ghalia Indonesia)
Analisis fundamental adalah suatu analisa yang mempelajari hal-
hal yang berhubungan dengan kondisi keuangan suatu perusahaan
dengan tujuan untuk mengetahui sifat-sifat dasar dan karakteristik
operasional dari perusahaan publik. ( buku panduan harga saham bursa
efek indonesia 2008. jakarta : indonesia stock exchange)

3
B. Definisi Rasio Keuangan
Rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-
angka yang ada di dalam laporan keuangan. Perbandingan dapat
dilakukan antara satu komponen dengan komponen dalam satu laporan
keuangan atau antar komponen yang ada di antara laporan keuangan.
Kemudian, angka yang diperbandingkan dapat berupa angka-angka
dalam satu periode maupun beberapa periode. (Kasmir 2014:104 )
Rasio keuangan adalah hasil yang di peroleh dari perbandingan
jumlah, dari satu jumlah dengan jumlah lainnya. (Irham Fahmi 2013 :
106)
Rasio keuangan atau financial ratio ini sangat penting gunanya
untuk melakukan analisa terhadap kondisi keuangan perusahaan. Bagi
investor jangka pendek dan menengah pada umumnya lebih banyak
tertarik kepada kondisi keuangan jangka pendek dan kemampuan
perusahaan untuk membayar dividen yang memadai. Informasi tersebut
dapat diketahui dengan cara lebih sederhana yaitu dengan menghitung
rasiorasio keuangan yang sesuai dengan keinginan. (Irham Fahmi
2012:107)
Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil
perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang
mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti). (Sofyan
Syafri Harahap (2011:297)

C. Definisi Rasio Pasar

Rasio pasar adalah rasio yang menunjukkan sekelompok rasio


yang berhubungan dengan harga saham perusahaan yang dibandingkan
dengan laba perusahaan, nilai buku per lembar dan nilai pasar
dibandingkan dengan nilai buku.(Wastawan Wahyu Hidayat, 2018:50)

4
Rasio pasar merupakan sekumpulan rasio yang nghubungkan
harga saham dengan laba dan nilai buku per saham. Rasio ini
memberikan petunjuk mengenai apa yang dipikirkan invenstor atas
kinerja perusahaan di masa lalu serta prospek di masa mendatang
(Moeljadi, 2006:75).

Rasio pasar memberikan informasi seberapa besar masyarakat


(investor) atau para pemegang saham menghargai perusahaan, sehingga
mereka mau membeli saham perusahaan dengan harga yang lebih tinggi
disbanding dengan nilai buku saham (Sutrisno, 2003:256).

Rasio pasar mengukur harga pasar saham perusahaan, relative


terhadap nilai bukunya. Sudut pandang rasio ini lebih banyak berdasar
pada sudut pandang investor ataupun calon investor, meskipun pihak
manajemen, juga berkepentingan rasio ini. (Hanafi 2004:43)

5
BAB III
PEMBAHASAN
A. Analisis Fundamental
1) Skema Atas-bawah (Top-down Scheme)
Pada skema ini, investor diarahkan untuk menganalisis
dengan suguhan gambaran besar (makro) terlebih dahulu, baru
kemudian hal-hal yang lebih spesifik (mikro) dari gambaran
tersebut. Gambaran yang dimaksud mencakup tiga aspek, yakni:
Sebagai aspek yang paling utama, ekonomi
mempresentasikan segala aktivitas pada suatu negara atau
wilayah. Ekonomi dijadikan acuan dikarenakan segala aktivitas
pada suatu negara/wilayah tak akan terlepas dari motif ekonomi.
Relevansinya yaitu, gambaran tersebut dapat mempengaruhi
persepsi investor. Kondisi ekonomi yang carut-marut
menggambarkan penyelenggaraan sebuah negara/wilayah yang
kurang baik, yang pada akhirnya bisa membuat investor urung
menanamkan modalnya di negara/wilayah yang bersangkutan.
Sebaliknya, kondisi ekonomi yang stabil dan terus tumbuh
menggambarkan penyelenggaraan yang baik atas suatu
negara/wilayah dan akan membuat pasar sahamnya lebih atraktif
dan bisa menarik banyak investor untuk menanamkan modalnya
disana. Sebagai contoh, krisis keuangan zona Eropa beberapa
tahun lalu mampu membuat pasar sahamnya terpuruk. Hal ini
dikarenakan investor berbondong-bondong meninggalkan pasar
zona tersebut agar tidak terkena dampak pertumbuhan ekonomi
negatif. Berbeda dengan negara-negara yang kala itu
ekonominya tumbuh stabil seperti Indonesia, investor ramai-
ramai memburu saham-saham di nusantara agar bisa meraup
untung dari pertumbuhan ekonominya tersebut.
Industri dapat diartikan sebagai kumpulan dari beberapa
entitas/perusahaan yang bergerak di bidang yang sama. Industri
dapat pula menjadi representasi dari suatu kondisi umum namun
dalam skala yang lebih kecil dan terbatas, yakni hanya pada
kondisi unit-unit usaha di dalamnya. Para investor biasanya
menilik kondisi industrinya terlebih dahulu sebelum menentukan
perusahaan apa yang akan mereka transaksikan. Industri dapat
dianggap sebagai variabel moderator karena ia rentan terhadap

6
suatu kondisi ekonomi, baik skal global, regional, maupun
nasional. Meskipun tak mutlak, kondisi ekonomi yang baik akan
berpengaruh pada kinerja ndustri yang baik, begitupun
sebaliknya.
Mengevaluasi kinerja perusahaan menjadi suatu
keharusan bagi investor agar mengetahui mana saja yang terbaik.
Dalam hal ini, rasio-rasio keuangan memiliki peran penting yang
dapat menjadi ukuran kinerja antara perusahaan yang satu
dengan yang lainnya. Pada akhirnya rasio inilah yang sering kali
menjadi pertimbangan utama para pelaku pasar dalam
menentukan keputusan investasinya.

B. Analisis Rasio

a. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas merupakan sebuah ukuran yang
menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk melunasi
semua kewajiban atau utang jangka pendeknya. Umumnya,
semakin tinggi nilai rasio ini dimiliki sebuah perusahaan,
semakin besar batas aman perusahaan tersebut dalam melunasi
semua utangnya. Dengan rasio ini investor dapat mengetahui
apakah sebuah perusahaan mampu memenuhi kewajibannya
dengan baik atau tidak.
Perhitungan rasio likuiditas perusahaan terbagi menjadi
dua tipe, yaitu rasio lancar (current ratio) dan rasio cepat (quick
ratio). Rasio lancar menjadi yang paling umum digunakan di
kalangan investor karena dianggap mampu menunjukkan kondisi
likuiditas perusahaan secara lebih relevan dan akurat karena
perhitungannya mencakup semua aset lancar (kas, setara kas,
surat berharga, piutang, dan inventarisasi) dan kewajiban lancar
(wesel bayar, utang pajak, dan tunggakan biaya lainnya).
Sementara rasio cepat dianggap lebih dinamis karena
perhitungannya hanya menggunakan aset lancar yang dianggap
benar-benar likuid (mudah diuangkan).

Rumus Rasio Lancar dan Rasio Cepat:

7
Aset Lancar
Rasio Lancar =
Kewajiban Lancar

( Aset Lancar−Persediaan)
Rasio Cepat =
Kewajiban Lancar

Meskipun disebut sebagai rasio likuiditas, rasio ini tidak


sepenuhnya menunjukkan likuiditas perusahaan yang sebetulnya.
Hal ini dikarenakan rasio ini tidak mencerminkan perputaran
yang sebenarnya dari variabel-variabel yang ada seperti kas,
piutang, dan persediaan. Setiap perusahaan memiliki tingkat
perputaran yang berbeda atas variabel-variabel tersebut.

b. Rasio Solvabilitas
Secara mendasar rasio solvabilitas tidak berbeda jauh
dari rasio likuiditas. Rasio ini sama-sama bertujuan mencari tahu
kemampuan suatu perusahaan dalam melunasi kewajibannya,
hanya saja pada solvabilitas kewajiban yang dimaksud
mencakup semua kewajiban, baik jangka pendek maupun jangka
panjang. Dengan begitu, rasio ini dapat digunakan untuk
menunjukkan sejauh mana kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban-kewajiban yang ada apabila suatu saat
terjadi pembubaran usaha atau likuidasi. Terdapat beberapa
ukuran yang umum digunakan dalam menentukan solvabilitas
perusahaan, yakni: rsio utang terhadap modal (debt to equity
ratio/DER), interest coverage ratio (ICR), dan rasio utang
terhadap aset (debt to asset ratio/DAR).

Rumus ICR, DER dan DAR:

Peng h asilan sebelum Pajak


ICR =
Beban Bunga

Utang Utang
DER = DAR =
Ekuitas Aset

Debt to equity ratio atau sering juga disebut leverage


ratio merupakan ukuran seberapa besar kepentingan perusahaan

8
dibiayai oleh utang dibanding dengan modal yang ada.
Begitupun dengan debt to aset ratio, rasio ini mengukur seberapa
besar peran utang terhadpa perusahaan hanya saja diukur dari sisi
total asetnya. Persentase yang rendah dari kedua rasio
menunjukkan rendahnya ketergantungan perusahaan pada utang,
sedangkan persentase yang tinggi menunjukkan tingginya
ketergantungan perusahaan pada utang. Sebuah perusahaan
dikatakan memiliki ketergantungan terhadap utang yang tinggi
(rendah) biasanya apabila persentase kedua rasionya di atas (di
bawah) 50%, meskipun tidak ada ketentuan baku akan hal ini.
Sementara itu, interest coverage ratio digunakan untuk
mengetahui seberapa mudah sebuah perusahaan dapat membayar
beban bunga atas utangnya dalam suatu periode. Rasio ini dinilai
lebih konservatif karena mempertimbangkan bunga yang muncul
dari utang yang ada. Semakin rendah rasionya semakin besar
sebuah perusahaan terbebani oleh utangnya.

c. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas (sering juga disebut rasio rentabilitas)
adalah rasio yang paling popular di kalangan investor. Rasio ini
memberikan pemahaman kepada penggunanya terkait seberapa
baik sebuah perusahaan dapat memanfaatkan sumber daya yang
ada untuk menghasilkan profit dan meningkatkan kesejahteraan
pemegang sahamnya. Semakin tinggi rasio profitabilitasnya,
semakin baik sebuah perusahaan menjalankan operasionalnya,
maka semakin baik nama perusahaan di mata investor. Meskipun
begitu, paradigma yang ada dalam penilaian rasio ini tidak hanya
sebatas seberapa besar sebuah perusahaan dapat menghasilkan
profit namun juga seberapa konsisten ia mampu
mempertahankan kinerjanya tersebut di masa yang akan datang.
Beberapa ukuran dalam perhitungan profitabilitas
perusahaan, yaitu: margin laba (profit margin), pengembalian
atas asset (return on asset / ROA), dan pengembalian atas ekuitas
(return on equity/ROE). Margin laba dibagi lagi ke dalam empat
jenis, yakni: margin laba bruto (gross profit margin/GPM),
margin laba operasi (operating profit margin/OPM), margin laba
sebelum pajak (pretax profit margin /PPM), dan margin laba
bersih (net profit margin/NPM).

9
Rumus GPM, OPM, PPM dan NPM:

Laba Bruto
GPM =
Penjualan(atau Pendapatan)

Laba Operasional
OPM= Penju alan(atau Pendapatan)

Laba Sebelum Pajak


PPM =
Penjualan(atau Pendapatan)

Laba Bersih
NPM =
Penjualan(atau Pendapatan)

Rumus ROA dan ROE:

Laba Bersi h
ROA =
Rata−rata Total Aset

Laba Bersi h
ROE =
Rata−rata Total Ekuitas

a) GPM
GPM digunakan untuk menilai seberapa efisien,
diukur dari penjualannya, sebuah perusahaan
memanfaatkan manufakturnya dengan bahan baku, tenaga
kerja, mesin, dan hal-hal terkait lainnya dalam suatu proses
produksi untuk menghasilkan profit. Pemanfaatan
manufaktur digunakan sebagai pengurang atas penjualan
untuk mendapatkan nilai laba bruto. Semakin tinggi nilai
GPMnya, semakin baik indikator keuntungannya di mata
investor.
b) OPM
Margin ini mengukur tingkat keuntungan
perusahaan dari kegiatan operasi utamanya. Variabel-
variabel yang digunakan yaitu laba operasi dan
pendapatan. Laba operasi didapat dengan cara mengurangi
laba bruto dengan beban-beban operasi, seperti beban
penjualan, beban umum dan administrasi, beban

10
penyusutan aset tetap, dan beban pajak. Selanjutnya OPM
bisa dihasilkan dengan membagi laba operasi dengan
pendapatan. Semakin besar nilai OPM didapat, semakin
baik atribut manajemen dalam pengambilan keputusan,
semakin baik pula perusahaan tersebut bagi investor.
c) PPM
Margin ini sebenarnya tidak berbeda dengan OPM,
tujuannya sama-sama melihat seberapa efisien manajemen
melaksanakan kegiatan operasionalnya diukur dari
penjualannya. Hanya saja beberapa analis lebih senang
menggunakan PPM karena margin ini mempresentasikan
nilai tambah perusahaan dari sisi perpajakannya. Laba
sebelum pajak bisa menjadi cerminan seberapa baik
perusahaan menerapkan manajemen perpajakannya dengan
mengelola beban-beban keuangan sehingga memberi nilai
tambah bagi perusahaan.
d) NPM
Margin ini menggambarkan kemampuan
perusahaan dalam mencetak laba bersih sampai laba
tingkat akhir. Laba bersih didapat setelah mengurangi laba
sebelum pajak dengan beban pajak penghasilan. Laba
bersih menjadi ukuran yang sangat penting bagi investor
karena kaitannya dengan dividen. Semakin tinggi nilai
NPMnya, semakin baik perusahaannya.
e) ROA
Rasio ini menunjukkan seberapa menguntungkan
sebuah perusahaan diukur dari total investasinya . ROA
memberikan gambaran tentang seberapa baik pengelolaan
seluruh aset oleh manajemen untuk dikonversikan ke
dalam laba perusahaan. semakin tinggi rasio ini, berarti
semakin baik efisiensi perusahaan dalam memanfaatkan
seluruh asetnya.
f)ROE
ROE mengukur kemampuan perusahaan
menghasilkan laba yang tersedia untuk pemegang saham.
Semakin tinggi rasionya, semakin efisien perusahaan
dalam memanfaatkan basis ekuitasnya, semakin baik pula
bagi investor.

11
g) EPS
Selain rasio-rasio di atas, ada pula laba per saham
(earning per share/EPS) dapat dikategorikan sebagai rasio
profitabilitas. EPS mengukur porsi dari laba perusahaan
yang dapat dialokasikan ke setiap lembar saham yang
beredar.

Laba Bersi h−Dividen Preferen


EPS =
Rata−rata Jumla h S a h am Beredar

Secara mendasar, mencari EPS bisa dilakukan dengan


membandingkan laba bersih dengan jumlah saham yang
beredar. Namun, karena perusahaan pada umumnya
memiliki dua jenis saham yang beredar, maka pembagian
dividen salah satu jenis saham tadi harus diutamakan,
yakni saham preferen. Saham preferen harus diutamakan
karena ini adalah jenis saham istimewa yang pembagian
hasil kepada pemegangnya selalu dijamin. EPS bisa
digunakan untuk mencari price-earnings ratio atau PER.
PER adalah rasio harga dibagi laba per saham:

Harga Sa h am
PER =
EPS

PER (Price Earning Ratio) umumnya digunakan


untuk mengukur seberapa besar kesediaan investor
membayar suatu saham untuk setiap laba saham yang
dihasilkan. PER menunjukan seberapa cepat suatu
perusahaan dapat mengembalikan modal
investasinya.investor bisa memakai PER sebagai
perbandingan perusahaan-perusahaan yang akan dibelinya.
PER yang lebih kecil berarti pengembalian modal yang
lebih cepat, dan ini lebih disukai. Perbandingan seperti ini
akan lebih cocok apabila diterapkan pada perusahaan-
perusahaan dalam satu industri yang sama.

Perusahaan mempunyai pertumbuhan tinggi, PER-


nya juga tinggi, sebaliknya jika pertumbuhan rendah PER-

12
nya juga rendah.Tetapi hal ini tidak menarik investor
karena kemungkinan cpital gain yang lebih kecil.

Dividen Yield

Dividen yield merupakan sebagian total return yang


akn diperoleh investor.Perusahaan yang pertumbuhannya
tinggi memberikan dividen yield kecil, sebaliknya jika
pertumbuhannya rendah memberikan dividen yield
tinggi.Penghitungannya sebagai berikut:

Dividen Yield = Dividen perlembar / Harga


pasar saham perlembar

Dividen Pay-out Ratio (Rasio Pembayaran Dividen)

Rasio ini melihat bagian earning (pendapatan) yang


dibayarkan sebagai dividen kepada investor.Perusahaan
yang pertumbuhannya tinggi rasionya rendah,sebaliknya
perusahaan yang pertumbuhannya rendah rasionya
tinggi.Dihitung sebagai berikut:

Dividen Pay-out Ratio = Dividen Perlembar /


Earning Perlembar

d. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas atau rasio operasi ini memberikan
pemahaman terkait kemampuan perusahaan dalam merubah
akun-akun tertentu yang ada dalam neracanya menjadi uang atau
pendapatan. Rasio ini tidak hanya digunakan untuk mengukur
tingkat tingkat efisiensi, melainkan pula tingkat efektivitas suatu
perusahaan dalam memanfaatkan asetnya untuk menghasilkan
pendapatan. Hasil dari pengukuran rasio ini dapat digunakan
untuk melihat kondisi keuangan perusahaan pada suatu periode
apakah mampu atau tidak untuk memenuhi target yang
ditentukan.
Tiga rasio aktivitas yang biasa digunakan investor untuk
melengkapi analisis fundamentalnya:

13
1. Rasio Perputara Aset (Asset Turnover/ATO)

Adalah rasio yang digunakan untuk mengukur


perputaran semua aset yang dimiliki perusahaan dan
dan mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh
dari setiap rupiah asetnya.

Penjualan(atau Pendapatan)
ATO =
Total Aset

Dalam rasio ini, semakin tinggi rasionya semakin


baik perusahaannya. Poinnya pada penggunaan rasio
ini adalah, perbandingan perusahaan pada industri
yang berbeda alangkah baiknya tidak dilakukan
secara apple to apple karena karakteristiknya yang
jelas berbeda. Rasio perputaran aset akan lebih
efektif dilakukan pada perusahaan-perusahaan di
industri atau sektor yang sama.

2. Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turnover/ITO)

Rasio ini digunakan untuk mengukur berapa kali


dana yang ditanam dalam persediaan berputar dalam
satu periode. Adapun bisa diartikan, rasio yang
menunjukkan berapa kali persediaan sebuah
perusahaan terjual dalam satu periode.

Penjualan(atau Pendapatan)
ATO =
Persediaan

Atau

Harga Pokok Produksi ( HPP)


ITO =
Rata−rata Persediaan

Pandangan umum yang ada yaitu, semakin kecil


rasionya, semakin buruk perusahaannya atau
kelebihan persediaan, dan semakin tinggi rasionya,
semakin baik perusahaannya atau penjualannya
efektif. Hanya saja yang seharusnya menjadi tolok

14
ukur bukanlah perusahaan pesaingnya melainkan
industri si perusahaan itu sendiri.

3. Rasio Perputaran Piutang (Receivable Turnover/RTO)

Rasio ini digunakan untuk mengukur berapa lama


penagihan piutang selama satu periode atau berapa
kali dana yang tertanam dalam piutang berputar
dalam satu periode. Singkatnya, rasio ini
menunjukkan apakah sebuah perusahaan dapat
menagih piutang atau penjualannya (yang dilakukan
secara kredit) secara efektif atau tidak.

Penjualan Kredit Neto


RTO =
Rata−rata Piutang

Penagihan piutang sangat penting karena


berkaitan dengan kas perusahaan. lebih jauh, hal ini
juga akan berpengaruh pada solvabilitas perusahaan.
semakin tinggi rasionya menunjukkan bahwa modal
kerja yang ditanamkan dalam piutang semakin
rendah, dan kondisi ini baik bagi perusahaan.
Sebaliknya, jika rasio semakin rendah, berarti ada
kelebihan investasi dalam piutang, dan kondisi ini
beresiko buruk bagi perusahaan tatkala piutang
tersebut gagal tertagih.

C. Kelebihan dan Kekurangan Analisis Fundamental

a. Kelebihan
 Analisis fundamental amat berguna dalam menentukan
arah jangka panjang
 Lebih mencerminkan keadaan yang sebenarnya
 Bisa menjelaskan lebih tepat mengenai alasan mengapa
harga naik atau turun
 Mampu memberikan dasar yang logis dalam
pengambilan keputusan investasi
b. Kekurangan
 Memakan banyak waktu

15
 Sulit berfungsi pada pasar modal tidak efisien karena
asumsi dasarnya adalah pasar efisien
 Asumsi pasar efisien sulit diterapkan karena informasi
dapat sempurna berdasarkan atas kualitas dan waktu, tetapi
tidak mungkin sama dalam persepsi. Fully effisien tidak
mungkin terjadi, hanya economically effisien (weak-for,
semi-strong form, dan strong-form).
 Tidak dapat menggambarkan psikologi pasar dan
investor saat itu
 Tidak fleksibel untuk menentukan periode waktu yang
diinginkan

D. Contoh Kasus
1. ANALISIS FUNDAMENTAL
Yang dimaksud analisis fundamental sebenarnya melakukan
penilaian atas laporan keuangan perusahaan. Adapun target analisis
fundamental ini adalah memberikan jawaban atas pertanyaan,
apakah perusahaan dalam kondisi sehat atau tidak? Jika sehat, maka
perusahaan tersebut layak untuk dijadikan tempat investasi,
misalnya dengan membeli sahamnya.
Apakah kriteria sebuah perusahaan dapat dinyatakan sehat?
Ukuran yang biasa digunakan adalah RLS (Rentabilitas, Likuiditas,
dan Solvabilitas). RLS adalah rasio-rasio yang dihitung dari angka-
angka yang di dapat dari laporan keuangan. Ada tiga laporan
keuangan penting yang harus dimiliki oleh perusahaan, dan kita juga
amat berkepentingan atas ketiga laporan keuangan tersebut, yaitu
neraca, laporan laba rugi, dan laporan perubahan modal. Contoh
neraca dan laporan laba /rugi seperti disajikan ketika kita membahas
prospektus. Sebenarnya, menganalisis prospektus hampir sama
dengan melakukan analisis fundamnental. Bedanya,pada analisis
fundamental, rasio keuangan yang dihitung lebih banyak lagi.

16
Prinsipnya, semakin banyak rasio yang dihitung, semakin baik.
Berikut disajikan contoh analisis fundamental (lihat tabel 15.2).
Secara legkap, analisis fundamental melalui enam langkah, yaitu:
1. Searching
2. Counting
3. Comparing
4. Calculating
5. Concluding
6. Recomending
Searching adalah langkah-langkah mencari data atau
informasi. Seperti telah dikatakan sebelumnya, ada tiga laporan
keuangan perusahaan yang diperlukan, tetapi yang paling
penting dan akan banyak digunakan hanya dua, yaitu neraca
keuangan dan laporan laba rugi. Langkah mencari laporan
keuangan atau prospektus inilah yang dimaksud searching.
Counting adalah menghitung rasio-rasio keuangan, seperti
current asset ratio, debt to equity ratio, dan lain sebagainya
sebagaimana tersaji pada tabel 15.2. Pada perhitungan rasio ini,
banyak sekali variasinya, masing-masing analisis mempunyai
prioritas sendiri-sendiri atas suatu rasio. Karena itu, sangat
mungkin terjadi suatu rasio muncul dalam analisis seorang
analis, tetapi tidak muncul—tidak dihitung—pada hasil
perhitungan analisis lain , tetapi kaidahnya adalah, semakin
banyak ratio yang dihitung, semakin baik hasil analisisnya.
Comparing adalah membandingkan rasio RLS dari perusahaan
yang kita analisis dengan pembandingnya. Pembanding ini
seyogyanya terdiri atas:
a) Teori
b) Data historis
c) Rata-rata industri
d) Perusahaan sejenis dan berskala sama

17
Perbandingan dengan teori adalah membanding hasil
ratio RLS perusahaan yang dianalisis dengan teori-teori yang
ada di text book. Untuk perhitungan current ratio, misalnya
sebagai text book setuju kalau nilainya adalah 2 kali. Nah, jika
hasil perhitungan perusahaan hanya 1,5 kali, berarti kondisi
kesehatan perushaan tidak baik—menurut teori. Kondisi yang
lebih jelek dari teori ini kita beri tanda negatif. Sebaiknya, jika
nilai perusahaan lebih baik dari standar teori, kita bisa
memberinya tanda positif.
Sayangnya, tidak semua rasio yang ada dalam teori
memiliki patokan seperti current ratio tadi. Lalu bagaimana?
Itulah gunanya pembanding yang lain. Jika kita tidak bisa
menemukan angka standar dalam teori, kita bisa menggunakan
data rata-rata industri. Terakhir, jika kita tidak bisa menemukan
data rata-rata industri, kita masih bisa menggunakan data
perusahaan sejenis yang memiliki skala yang tidak jauh beda.
Dalam kasus kita memiliki beberapa perusahaan yang disajaikan
pembanding, yaitu Sari Husada, Sekar Laut, dan Cahaya Kalbar.
Semua pembanding itu merupakan perusahaan-perusahaan yag
bergerak di bidang industri makanan. Calculating adalah
menjumlahkan masing-masing penilaian tersebut. Dalam kasus
kita, nilai positif berjumlah 33, sedangkan nilai negatif hanya 16.
Concluding adalah menyimpulkan hasil perhitungan rasio.
Dengan 33 penilain positif dan 16 penilaian negatif, kesimpulan
apa yang dapat ditarik? Perusahaan yang kita analisis—Indofood
Sukses Makmur Tbk.—memiliki kinerja yang baik dibanding
rata-rata industri perusahaan sejenis. Oleh kalrena itu, kita tidak
perlu ragu untuk memberikan penilaian sehat kepada perusahaan
ini Recomending adalah memberikan rekomendasi. Jika analisis

18
ini hanya untuk kita sendiri, tentu rekomendasi kita tunjukan
untuk diri kita sendiri, tetapi jika ada teman atau saudara
meminta tolong kepada kita untuk melukan analisis, maka
rkomendasi ini kita berikan kepada sahabat dan handai tolan
yang meminta tolong tersebut. Sebagai contoh rekomendasi kita
kalo ini adalah saham atau obligasi Indofood Sukses Makmur
Tbk. bisa menjadi instrumen investasi yang layak diinves.
Analisis fundamental dilakukan untuk memutuskan investasi
jangka panjang.

19
Contoh perhitungan rasio keuangan suatu perusahaan dan juga
cara menghitung current ratio dari neraca. Dan adapun contoh
perhitungan rasio keuangan :

Perhitungan Likuiditas, Solvabilitas dan profitabilitas

20
a. Contoh Perhitungan Likuiditas

Likuiditas merupakan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk


memenuhi kewajiban finansialnya yang harus cepat terpenuhi. Untuk
masalah likuiditas sendiri bisa dihitung melalui dua cara yakni dengan
cara perhitungan memakai rasio (quick ratio, current ratio dan cash ratio
dengan dengan menghitung periode penagihan rata-rata (average
collection period).

Dan pada contoh laporan keuangan yang berada diatas saya memakai
pendekatan yang pertama yakni dengan perhitung rasio (Current ratio,
quick ratio dan cash ratio).
Contoh Soal:

a) Current ratio = (aktiva lancar : hutang lancar) x


100%

Tahun 2010 = (Rp 227.819.168.461 : Rp 123.450.557.939) x


100% = 184,54%
Tahun 2011 = (Rp 185.436.645.162 : Rp 96.911.386.652) x
100% = 191,34%
Biasanya Current ratio yang rendah akan dianggap
memperlihatkan terjadinya masalah dalam likuidasi sebaliknya

21
current ratio yang sangat tinggi justru kurang bagus, sebab hal
tersebut memperlihatkan banyaknya dana menganggur yang
kedepanya bisa mengurangi kemampuan laba perusahaan.

b) Quick ratio = (aktiva lancar – persediaan) / hutang


lancar) x 100%

Tahun 2010 = (227.819.168.461 – 82.424.270.814) /


123.450.557.939) x 100% = 117,77%
Tahun 2011 = (185.436.645.162 – 68.458.457.208) /
96.911.386.652) x 100% = 120,706%
Pada rasio ini adalah rasio yang memperlihatkan kemampuan
aktiva lancar yang begitu likuid dan dapat menutupi hutang
lancar.
Dengan quick ratio yang semakin besar maka akan semakin
baik juga kondisi perusahaan tersebut. Akan tetapi jika quick
ratio mempunyai perbandingan 1:1 atau 100% maka
perusahaan tersebut di anggap kurang baik.

c) Cash ratio = (kas / hutang lancar) x 100%

Tahun 2010 = (9.435.631.304 / 123.450.557.939) x 100% =


7,64%
Tahun 2011 = (5.398.758.478 / 96.911.386.652) x 100% =
5,57%
Maka rasio diatas memperlihatkan kemampuan kas untuk
menutupi hutang lancar perusahaan.

b. Contoh Perhitungan Solvabilitas Perusahaan

Solvabiliitas merupakan kemampuan sebuah perusahaan untuk


memenuhi kewajiban financialnya ketika perusahaan tersebut dilikuidasi.
Dan untuk mengukur solvabilitas bisa dengan cara membandingkan
jumlah aktiva dengan jumlah hutang. Pada contoh laporan keuangan yang
ada di atas perhitungan sebagai berikut.
Contoh Soal:

22
DAR = (total hutang / total aktiva) x 100%

Tahun 2010 = (140.879.700.667 / 275.390.730.449) x 100% = 51,51%

Tahun 2009 = (103.889.967.660 / 219.198.880.369) x 100% = 47,395%

Teentunya kelikuidan sebuah perusahaan tidak bisa ditentukan oleh


solvabilitas perusahaan tersebut. Namun perusahaan yang belum
mengalami solvabe belum tentu likuid begiutpun sebaliknya

c. Contoh Perhitungan Profitabilitas

Contoh Soal:

a. Gross Profit Margin = (laba kotor / pernjualan netto) x 100%

Tahun 2010 = (62.009.766.595 / 516.581.827.788) x 100% = 12,003%

Tahun 2009 = (68.153.669.345 / 447.956.185.580) x 100% =15,214%

b. Net Profit Margin = (laba setelah pajak / penjualan netto) x


100%

Tahun 2010 = (28.443.539.773 / 516.581.827.788) x 100% = 5,506%

Tahun 2009 = ( 30.909.406.991 / 447.956.185.580) x 100% = 6,9%

Contoh Soal :

Harga saham per lembar PT “KYUYOUNG” Rp. 12.000. PT


“KYUYOUNG” mendapatkan laba bersih sebesar Rp. 6.000/lembar

23
dan dibagikan kepada pemegang saham sebesar Rp. 2.000/lembar
Berapakah :
a.PER (Price Earning Ratio) ?
b.Dividen Yield?
c.Dividen Payout Ratio?
Jawaban :
a.PER = 12.000/6.000 = 2
Jadi Investor mau membayar sahamnya 2x lebih besar dari labanya

b.Dividen Yield = 2.000/12.000 = 0,17 ,atau 17 %


Jadi Perusahaan mampu menahan laba sebesar 17 %

c. Dividen Payout Ratio = 2.000/6.000 = 0,33 atau 33 %


Jadi dividen yang akan dibagikan ke pemegang saham sebesar 33 %

BAB IV
PENUTUPAN

24
A. Kesimpulan
Dengan menggunakan analisis fundamental dapat membantu
dalam menilai investasi saham, saham mana yang terbaik dan dapat
menilai bahwa perusahaan tersebut layak untuk dijadikan tempat
investasi, misalnya dengan membeli sahamnya. Analisa fundamental,
analisa yang menitikberatkan pada dua poin penilaian, yakni pada aspek
finansial yang didalamnya mencakup pendapatan per saham atau EPS –
Erning per Share, Nilai buku Saham atau PBV – Price Book Value, serta
rasio pengeluaran nilai buku ekuitas dari saham itu sendiri.
Dalam melakukan analisis fundamental melakukan juga analisis
rasio yaitu analisis rasio keuangan dan analisis rasio pasar . Rasio
keuangan atau financial ratio ini sangat penting gunanya untuk
melakukan analisa terhadap kondisi keuangan perusahaan. Sedangkan
Rasio pasar memberikan informasi seberapa besar masyarakat (investor)
atau para pemegang saham menghargai perusahaan, sehingga mereka
mau membeli saham perusahaan dengan harga yang lebih tinggi
disbanding dengan nilai buku saham. Dalam menggunakan analisis
fundamental memiliki kelebihan dan kekurangan, kelebihannya Analisis
fundamental amat berguna dalam menentukan arah jangka panjang
sedangkan kekurangannya analisis fundamental memakan banyak
waktu.
B. Saran
Pentingnya perusahaan untuk melakukan analisis fundamental
dalam menjalankan bisnis merupakan cara perusahaan untuk
memperoleh keuntungan dengan melihat peluang besar yang terdapat
pada berbagai perusahaan yang layak dijadikan tempat investasi.
DAFTAR PUSTAKA

25
Hidayat, Wastam Wahyu. 2018. Dasar-dasar Analisa Laporan Keuangan.
Ponorogo: Penerbit Uwais Inspirasi Indonesia
Martalena, Malinda Maya. 2011. Pengantar Pasar Modal. Yogyakarta: ANDI.
Sawidji,Widoatmodjo.2015. Pengetahuan Pasar Modal Untuk Konteks
Indonesia. Jakarta: Penerbit Efek media komputindo.
Sawidji, Widoatmodjo (2009) Pasar Modal Indonesia Pengantar & Studi
Kasus. Bogor Selatan: Ghalia Indonesia
Zulfikar.2016. Pasar Modal dengan Pendekatan Statistik. Yogyakarta: Penerbit
CV Budi Utama.
https://khanfarkhan.com/contoh-analisis-rasio-keuangan-perusahaan/
http://rikiarka.blogspot.com/2014/06/rasio-pasar-dan-rasio-profitabilitas.html

26

Anda mungkin juga menyukai