Anda di halaman 1dari 25

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Puji beserta syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kesehatan dan rahmat-Nya kepada penulis, sehingga penulis bisa
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga
tercurah limpahkan kepada Nabi besar yakni Nabi Muhammad SAW beserta
keluarga dan sahabatnya.

Dengan nikmat dan hidayah-Nya pula kami dapat menyelesaikan


penulisan makalah ini yang merupakan tugas mata kuliah Pasar Modal dan
Portoflio yang berjudul “Analisis Fundamental”

Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat


kekurangan karena penulis masih dalam tahap pembelajaran. Namun, penulis
tetap berharap agar makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca
khususnya dan umumnya kepada kami semua. Kritik dan saran sangat penulis
harapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan pada makalah penulis berikutnya.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Dan sebelumnya kami mohon maaf
apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan. Untuk itu penulis
ucapkan terima kasih.

Tangerang Selatan, 18 November 2019

Penulis

2
Daftar Isi
KATA PENGANTAR................................................................................................................................. 2

BAB I
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................2
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................................4
2.1 Pengertian Analisis Fundamental...................................................................................................4
2.2 Kerangka Analisis Fundamental..............................................................................................5
2.2.1 Analisis Ekonomi/Pasar.....................................................................................................6
2.2.2 Analisis Industry..............................................................................................................10
2.2.3 Analisis Perusahaan.........................................................................................................14
BAB III PENUTUP.................................................................................................................................22
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................................22
3.2 Saran.........................................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................24

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada dasarnya, hal palig mempengaruhi perubahan harga saham adalah kekuatan
permintaan dan penawaran. Sesuai dengan hukum nya, harga akan naik jika permintaan
naik dan harga akan turun jika terjadi sebaliknya. Jadi volume yang terjadi sangat
mempengaruhi pergerakan harga saham.
Untuk mengetahui perubahan tersebut, apakah harga akan naik atau turun
diperlukan suatu analisis yang dapat memprediksinya. Salah satunya adalah analisis
fundamental. Analisis ini berhubungan dengan fundamental perusahaan, posisi keuangan
suatu perusahaan. Selain itu juga analisis fundamental melihat kondisi perekonomian dan
politik suatu Negara. Seperti inflasi, ekonomi makro ataupun stabilitas nasional.
Analisis fundamental memperkirakan pergerakan dimasa yang akan datang
dengan melihat laporan keuangan serta kondisi perekonomian suatu Negara. Dalam
membuat model peramalan harga saham, langkah yang penting adalah
mengidentifikasikan faktor-faktor fundamental (seperti penjualan, pertumbuhan
penjualan, biaya, kebijakan dividen, dan sebagainya) yang diperkirakan akan
mempengaruhi harga saham. Setelah itu, bagaimana membuat suatu model dengan
memasukkan faktor-faktor tersebut dalam analisis. Para praktisi cenderung menyukai
penggunaan model yang tidak terlalu rumit, mudah dipahami, dan mendasarkan diri atas
informasi akuntansi.
Menyaring informasi Bursa Belajar Investasi mencakup mempelajari bagaimana
cara menganalisa instrument investasi melalui informasi yang ada. Hal ini juga berlaku
dalam berinvestasi saham. Informasi amat sangatlah penting bagi para calon investor.
Investor yang ingin menanamkan modal atau berinevstasi dalam jangka panjang wajib
melakukan analisis fundamental dengan mencari tahu terlebih dahulu mengenai apa saja
yang berkaitan dengan saham dan perusahaan yang menerbitkannya dan informasi lain
yang sensitive terhadap saham sebagai bahan analisa fundamental saham.

3
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud analisis fundamental?
2. Bagaimana kerangka analisis fundamental?
3. Analisis apa saja yang ada didalam kerangka analisis fundamental?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud analisis fundamental?
2. Untuk mengetahui bagaimana kerangka analisis fundamental?
3. Untuk menganalisis apa saja yang ada didalam kerangka analisis fundamental?

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Analisis Fundamental

Analisis fundamental merupakan sebuah analisi sekuritas dengan memakai data-data


fundamental serta beberapa factor eksternal yang mempunyai hubungan dengan sebuah
perusahaan atau badan usaha terkait. Maksud dari data disni adalah data keuangan, siklus bisnis,
data pangsa pasar, dan sejenisnya. Sementara yang dimaksud dengan data eksternal yang
memiliki hubungan dengan perusahaan adalah suatu kebijakan pemerintah, tingkat dari suku
bunga, inflasi, dan sejenisnya. Menurut Jogiyanto, (2003;89) menjelaskan bahwa Analisis
fundamental dapat didefinisikan sebagai suatu analisis untuk menghitung nilai intrinsic dari
suatu saham dengan menggunakan data keuangan perusahaan. Dengan mempertimbangan data-
data tertentu dalam analisis fundamental ini, maka menghasilkan berupa analisis penilaian badan
usaha dengan kesimpulan apakah perusahaan tersebut sahamnya layak dibeli atau tidak. Jika
nilainya mahal atau overvalued, saham tersebut nilainya lebih tinggi berdasarkan analisis
fundamental, melalui perbandingan harga yang berlaku dipasar, dengan kata lain bahwa harga
yang ditawarkan terlalu malah sehingga para investor sebaiknya mengurungkan niatnya untuk
membeli saham perusahaan tersebut. Sementara jika sebaliknya, maka saham itu layak dibeli
dengan alasan harga yang ditawarkan sesuai dengan analisis fundamental atau cenderung lebih
murah.

Analisis ini memiliki horizon jangka panjang, karena selain menggunakan data historis
berupa laporan keuangan perusahaan, analiis ini juga menggunakan data masa depan berupa
estimasi pertumbuhan perusahaan, estimasi perubahan ekonomi dimasa mendatang dan berbagai
jenis estimasi lainnya yang dianggap akan mempengaruhi kinerja dan kelangsungan usaha.
meskipun menggunakan pendekatan kuantitatif dalam proses analisisnya, banyak variable yang
ditentukan berdasarkan judgement. Misalnya, tingkat pertumbuhan perusahaan dimasa
mendatang. Akibatnya, meskipun beberapa orang menggunakan metode analisis fundamental
dengan cara yang sama, hasilnya bisa jadi berbeda. Tetapi permasalahannya yang sering kali

5
dihadapi oleh investor adalah timing dan informasi. Karena tidak semua investor mendapatkan
informasi yang lengkap sehingga jika hanya mengandalkan analisis fundamental, dapat terjadi
kesahalan investasi akibat kurangnya informasi dan kesalahan timing sehingga bisa jadi saham
yang dibeli harganya sudah mahal.

Analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham dimasa yang akan datang
dengan cara ;

1. Mengestimasi nilai-nilai factor fundamental yang mempengaruhi harga saham dimasa


yang akan datang
2. Menerapkan hubungan variable-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga
saham. Model ini sering disebut sebagai share price forecasting model dan sering
dipergunakan dalam berbagai pelatihan analisis sekuritas

2.2 Kerangka Analisis Fundamental

Jika kita kembali ke pendekatan berdasar atas present value, maka nilai instrinsik suatu
saham merupakan present value dari dividen-dividen yang akan diterima oleh pemodal
dikemudian hari. Dengan demikian, maka dapat diajukan dua pertanyaan, yang pertaa,
berapa tingkat bunga yang akan dipakai untuk menghitung present value dividen-dividen
yang diharapkan, hal ini menyangkut penentuan atau estimasi r. semakin tinggi resiko suatu
saham, semakin besar r yang digunakan. Dan yang kedua, bagaimana menaksir dividen yang
diharapkan akan diterima oleh pemodal yang berarti analis harus memperkirakan
kemampuan perusahaan memperoleh laba.

Karena banyak factor yang mempengaruhi harga saham, maka untuk melakukan analisis
fundamental diperlukan beberapa tahapan analisis, tahapan yang dimulai dengan analisis
dari:

1. Kondisi makro ekonomi atau kondisi pasar


2. Diikuti dengan analisis industry
3. Dan akhirnya analisis kondisi spesifik perusahaan

2.2.1 Analisis Ekonomi/Pasar

6
Dalam analisis fundamental, penilaian terhadap kondisi ekonomi dan keadaan berbagai
variable utama seperti laba yang diperoleh oleh perusahaan dan tingkat suku bunga.
Variable-variabel tersebut sangat mempengaruhi keputusan-keputusan investasi yang akan
diambil oleh para pemodal. Apabila resesi diperkirakan akan terjadi, atau perekonomian
sedang menuju kesituasi resesi, harga saham-saham akan sangat terpengaruh oleh situasi
tersebut. Kasus gejolak moneter pada semester II tahun 1997 di Indonesia mengilustrasikan
situasi tersebut :

Analisis Fundamental

Penilaian

1. Manfaat yang diharapkan, baik dalam bentuk dividen maupun


laba
2. Risiko investasi yang akan mempengaruhi tingkat keuntungan
yang layak atau PER
Dilakukan dengan

Lakukan analisa terhadapi :


1. Ekonomi pasar
2. Industry
3. Perusahaan

Gunakan model valuasi dividen


Atau
Gunakan model PER

Para pemodal haruslah melakukan penilaian terhadap kondisi perekonomian dan


implikasinya pada pasar modal. Untuk mengetahui kondisi pasar dipergunakan indeks
pasar sebagai indikatornya. Dengan demikian keadaan pasar modal di Indonesia mngkin
diwakili oleh IHSG atau indeks LQ45. Idealnya indeks pasar tersebut juga mencerminkan
kondisi perkonomian. Sayangnya untuk kondisi di Indonesia keadaan ini sulit dipenuhi
karena komposisi perusahaan yang go public dan komposisi Gross Domestic Bruto
(GDP) Indonesia sangat berlainan. Apabila kondisi perekonomian mempengaruhi kondisi

7
pasar, maka pada gilirannya kondisi pasar akan mempengaruhi para pemodal. Sulit bagi
pemodal untuk mempeoleh hasil investasi yang berkebalikan dengan kecenderungan
pasar. Apaila pasar membaik atau memburuk, umumnya saham juga akan terpengaruh
dengan arah yang sama.

Selain terhadap tingkat keuntungan yang diperoleh oleh pemodal, kondisi pasar
juga mernpengaruhi kemampuan memperoleh laba dari perusahaan. Foster (1986)
menunjukkan bahwa faktor ekonomi mampu menjelaskan sekitar 17 persen perubahan
laba perusahaan. Sedangkan penelitian di Indonesia menunjukkan pengaruh tersebut
tidaklah terlalu signifikan, tetapi positif (Miswanto, 1997).

Memprakirakan Perubahan Di dalam Perekonomian/Pasar

Sebagian besar pernodal ingin memprakirakan (to forecast) perubahan di pasar


keuangan. Tidak hanya mereka ingin mengetahui bagaimana kondisi pasar saat ini,
tetapi mereka juga ingin mengetahui bagaimana arah perkembangan pasar di masa yang
akan datang. Meskipun demikian, tidaklah tepat kalau pemodal berharap dapat
memperkirakan secara tepat kondisi pasar di masa yang akan datang. Hal tersebut tidak
mungkin dilakukan secara konsisten. Yang lebih mungkin dilakukan adalah
memperkirakan gejala-gejala perekonomian di masa yang akan datang untuk
memperkirakan arah gerakan pasar, dan berapa lama perubahan tersebut mungkin akan
terjadi. Arah gerakan kondisi perekonomian dan pasar tersebut berguna bagi pemodal
untuk memutuskan apakah sebaiknya mereka "keluar" dulu dari pasar modal, ataukah
tetap bertahan. Juga berguna untuk memutuskan apakah sudah saatnya untuk "masuk"
kembali, ataukah lebih baik sementara tetap di luar.

Prakiraan perubahan jumlah uang yang beredar juga diharapkan akan


mempengaruhi kegiatan ekonomi. Berbagai teori ekonomi makro menjelaskan adanya
hubungan antara jumlah uang dengan kegiatan ekonomi di masa yang akan datang, dan
hubungan tersebut akan tergantung pada apakah perubahan dalam jumlah uang yang
beredar akan menyebabkan perubahan dalarn money supply ataukah money demand.
Sebagai misal, peningkatan money supply akan cenderung meningkatkan kegiatan
ekonomi, sedangkan peningkatan money demand akan mengurangi kegiatan ekonomi.

8
Kondisi ekonomi dan kondisi pasar

Karena kondisi pasar merefleksikan kondisi ekonomi, maka perubahan kondisi


ekonomi tentunya akan tercermin pada kondisi pasar. Masalahnya adalah bahwa kondisi
pasar saat ini mencerminkan harapan para pemodal terhadap kondisi ekonomi di masa
yang akan datang. Dengan kata lain, pasar mer-present value-kan kondisi dimasa yang
akan datang. Ilustrasi di atas menunjukkan bahwa pasar mungkin mengantisipasi
perkembangan tingkat bunga, sehingga analisis seri data secara synchronous
menunjukkan hasil yang tidak sesuai harapan. Tentu saja sifat antisipatif pasar tersebut
dapat terbukti tidak benar, sehingga menunjukkan sinyal yang salah tentang kondisi
ekonomi, tetapi secara umum pasar nampaknya selalu bersifat antisipatif terhadap
kondisi perekonomian.

Kondisi cyclicality sering dijumpai dalam perekonornian. Artinya, dalam suatu


periode tertentu, kegiatan ekenomi terlihat mempunyai pola, dari kondisi yang buruk,
membaik, dan mencapai puncak, setelah itu memburuk, mencapai kondisi paling buruk,
membaik lagi (recovery), dan kembali ke puncak. lagi. Demikian seterusnya. Siklus
tersebut mempunyai mungkin mempunyai periode sekitar 5-7 tahun.

Pengenalan pola cyclical dan pasar modal yang bersifat antisipatif akan
membantu dalam rnelakukan perarnalan terhadap kondisi pasar. Harga saharn akan turun
pada saat kondisi ekonomi mengalami resesi. Meskipun demikian, para analis atau
pemodal, perlu memperkirakan kapan resesi tersebut akan berakhir, dan berbalik ke
kondisi yang membaik, sehingga dapat memperairakan kapan harga saham-saham akan
membaik. Dengan demikian tidak mengherankan kalau teramati pola sebagai berikut.
Kondisi perekonomian masih dikatakan resesi, tetapi harga saham mulai meningkat. Hal
tersebut sebenarnya hanya mencerminkan harapan para pemodal bahwa kondisi
ekonomi akan segera membaik.

9
Penggunaan Model-Model Valuasi Untuk Memprakirakan Kondisi Pasar
Berdasarkan atas model-model valuasi yang telah dijelaskan di atas, salah satu
pendekatan berikut ini dapat dipergunakan :

1. Menggunakan rumus constant growth model, yaitu Po= D1/(r-g)


2. Menggunakan model PER, yaitu PER=(1-b)/(r-g)

Dengan demikian, apabila kita ingin memprakirakan kondisi pasar, kita perlu
melakukan judgement terhadap kemungkinan perubahan variabel-variabel tersebut.
Karena prakiraan akan dilakukan terhadap kondisi pasar, penggunaan model PER akan
lebih mudah diterapkan dan diinterpretasikan.

Misalkan kita memperoleh data dari sejumlah perusahaan yang bekerja pada
sektor manufaktur pada bulan Oktober 1997 sebagai berikut. Rata-rata PER untuk tahun
1997 adalah sebesar 7,1x, rata-rata pembayaran dividen adalah 40%, dan pertumbuhan
laba sebesar 15%. Dengan demikian maka kita dapat menaksir r sebagai berikut.

PER1997 = (1-b)/(r-g)

7,1 = (1-0,60)/r-0,15

r = 0,207 atau 20,7 %

Untuk tahun 1998 misalkan kita memperkirakan bahwa proporsi laba yang
dibagikan sebagai dividen akan berkurang menjadi hanya 0,30 sebagai akibat
diperlukannya pendanaan internal yang makin besar. Apabila kita perkirakan bahwa r
tidak berubah, sedangkan g sedikit mengalami penurunan menjadi 14,5% sebagai refleksi
kondisi perekonomian yang memburuk, maka PER tahun 1998 ditaksir akan sebagai
berikut.

PER1998 = (1-0,7)/(0,207-0,145)

= 4,8x

Diperkirakan PER pada tahun 1998 akan menurun cukup signifikan sebagai
akibat memburuknya kondisi perekonomian, sehingga kemampuan perusahaan.
perusahaan dalam industri tersebut untuk memperoleh laba juga berkurang,

10
Di Indonesia, informasi untuk memprakirakan kondisi pasar dengan
menggunakan model- model valuasi rnungkin harus dikumpulkan sendiri atau paling
tidak diolah lagi dari informasi yang dipublikasikan oleh media bisnis, karena beberapa
perusahaan sekuritas yang menerbitkan informasi tentang kondisi pasar umumnya tidak
mencakup data yang diperlukan untuk menerapkan model-model valuasi tersebut.
Sebagai misal, taksiran tentang pertumbuhan laba untuk suatu sektor ekonomi umumnya
tidak disajikan. Beberapa perusahaan sekuritas, seperti Bahana Securities, BNI Securities,
Exim Securities, termasuk juga PEFINDO, menerbitkan informasi tentang perusahaan-
perusahaan yang terdaftar di BEl, tetapi mungkin informasi tentang pasar secara
keseluruhan, atau suatu industri tertentu, tidak dipublikasikan secara luas. di Amerika
Serikat, lembaga seperti Value Line menerbitkan publikasi, seperti The Value Line
Investment Survey, yang dapat dipergunakan oleh para pemodal dan analisa untuk
melakukan analisis yang diperlukan.

2.2.2 Analisis Industry

Terlepas dari permasalahan yang dihadapi, analis dan pemodal perlu cara
pengklasifikasian industri. Cara yang sering dipergunakan adalah dengan mendasarkan diri
pada International Standard Industrial Classification (ISIC) system. Sistem ini
menggunakan kode dengan jumlah digit tertentu. Jumlah digit yang sedikit menunjukkan
klasifikasi dengan dasar yang lebih luas, dan makin banyak digitnya makin terinci klasifikasi
yang dilakukan.

Tidak semua klasifikasi industri dilakukan berdasarkan sistem ISIC. Ada juga yang
menggunakan klasifikasi berdasarkan atas mata dagangan (SITC), atau mempergunakan
klasifikasi yang disesuaikan dengan kondisi pasar modal. Contoh yang terakhir dilakukan di
BEl, dimana perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bel diklasifikasikan menjadi sektor-
sektor; (1) pertanian, (2) pertambangan, (3) industry dasar, (4) aneka industri, (5) industri
barang-barang konsumsi, (6) properti, (7) infrastruktur, (8) keuangan, dan (9) perdagangan
dan jasa. Sedangkan di Amerika Serikat, ValueLine Investment Survey mencakup sekitar
1.700 perusahaan dan mengklasifikasikannya ke dalam sekitar 90 industri.

11
Sebelum melakukan analisis industri atau sektor tertentu, kita perlu melihat
perkembangan atau kinerja industri/sektor tersebut, sehingga dapat memberikan gambaran
arah perkembangan industri/sektor tersebut. Seharusnya pengamatan perlu dilakukan untuk
periode yang cukup panjang sehingga barangkali dapat dideteksi pola perkembangannya atau
pengaruh akibat kondisi ekonomi. Sebagai misal, suatu industry mungkin mengalarni
perkembangan yang cukup tinggi pada dua dasawarsa yang lalu, tetapi sekarang mungkin
menunjukkan kondisi yang relatif stabil.

Industri yang lain mungkin nampak sangat erat perkembangannya apabila dibandingkan
dengan siklus perekonomian, sedangkan lainnya lagi mungkin tidak. Suatu industri yang
mempunyai kepekaan lebih tinggi dari pasar mengindikasikan bahwa industri tersebut
mempunyai risiko pasar yang tinggi (artinya lebih tinggi dari rata-rata). Meskipun demikian,
risiko tersebut akan bergerak dalam dua arah, yaitu menjadi lebih buruk dari pasar, atau
sebaliknya. Dengan kata lain, kalau kondisi pasar membaik, maka sektor/industri yang
mempunyai kepekaan tinggi juga akan membaik lebih besar dari pasar.

Untuk melakukan analisis industri, Iangkah pertama yang dapat dilakukan adalah dengan
mengidentifikasikan tahap kehidupan produknya. Tahap ini bermaksud untuk mengenali
apakah industri tempat perusahaan beroperasi merupakan industri yang masih akan
berkembang cepat, sudah stabil, ataukah sudah menurun. Langkah berikutnya adalah
menganalisis industri dalam kaitannya dengan kondisi perekonomian. Langkah ketiga adalah
analisis kualitatif terhadap industri tersebut, yang dimaksudkan untuk membantu pemodal
menilai prospek industri di masa yang akan datang.

Siklus Kehidupan Industri

Banyak pengamat yang percaya bahwa industri menempuh sikIus kehidupan, yaitu tahap
perkenalan, pertumbuhan, kedewasaan, dan penurunan. Siklus kehidupan tersebut
ditunjukkan pada Gambar Karena umurnnya perusahaan baru go public setelah melewati
masa perkenalan, dalam analisis industri umumnya dikelompokkan menjadi tiga tahap, yaitu

1. tahap pertumbuhan,
2. tahap kedewasaan, dan
3. tahap penurunan.

12
Perlu diperhatikan dalam analisis bahwa hendaknya kita tidak mencampurkan
antara penjualan yang dicapai oleh perusahaan dan yang dicapai oleh industri. Sebab
dapat saja terjadi perusahaan menghasilkan produk yang sudah berada dalam tahap
kedewasaan, tetapi penjualan perusahaan mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi.
Hal tersebut terjadi karena perusahaan mampu merebut pangsa pasar perusahaan-
perusahaan pesaing. Apabila hal ini terjadi untuk jangka waktu yang lama, maka
diperkirakan akan terjadi perubahan dalam struktur industri, yaitu menjadi ke arah
oligopoli (hanya terdapat beberapa perusahaan yang menghasilkan produk tersebut).
Kalaupun terjadi situasi tersebut, bagaimanapun juga akhimya pertumbuhan penjualan
suatu perusahaan akan menurun apabila permintaan pasar, secara keseluruhan, hanya
meningkat dalam persentase yang tidak terlalu besar. Sesuai dengan konsep siklus
kehidupan produk, maka perusahaan yang menghasilkan produk dengan pertumbuhan
yang masih cukup tinggi (berada pada tahap pertumbuhan) akan mempunyai PER yang
lebih besar daripada yang berada pada tahap kedewasaan. Hal tersebut dapat
dihubungkan dengan rumus yang menyatakan bahwa,

PER = (1-b)/(r-g)

Apabila pertumbuhan penjualan cukup tinggi, maka pada akhirnya pertumbuhan


laba (dan juga dividen) akan meningkat cukup tinggi pula. Sebagai akibatnya, g akan
tinggi. Apabila kita pegang konstan faktor-faktor yang lain, rnaka semakin besar g akan
menghasilkan PER yang makin tinggi pula.

Pemodal yang lebih berminat untuk memperoleh capital gains sebaiknya


menghindari saham dari perusahaan-perusahaan yang berada pada tahap kedewasaan.
Perusahaan-perusahaan tersebut lebih sesuai untuk pemodal yang menginginkan dividen
dalam jumIah yang cukup besar. Perusahaan yang berada dalam tahap pertumbuhan
menunjukkan bahwa daya tarik bidang tersebut diharapkan masih akan cukup lama,
dividen yang dibagikan relatif rendah, tetapi akan dikompensir oleh kenaikan harga
saham yang cukup tinggi.

Analisis Siklus Bisnis

13
Cara kedua untuk melakukan analisis industri adalah dengan menganalisis
hubungan antara kemampuan operasi dengan kondisi perekonornian makro. Beberapa
industry mampu beroperasi cukup baik pada waktu resesi, sedangkan yang lain sangat
jelek kinerjanya. Beberapa industri terkait erat dengan siklus bisnis. Pada saat kondisi
ekonomi membaik, industri-industri tersebut menunjukkan kinerja yang jauh lebih baik
daripada kondisi perekonomian, sebaliknya pada saat kondisi ekonorni memburuk,
industri-industri tersebut juga menunjukkan kinerja yang sangat buruk, jauh lebih buruk
dari pada kondisi perekonomian.

Karena itu para analis industri mengelompokkan industri menjadi growth


industry, defensive industry dan cyclical industry. Growth industry menunjukkan industri
yang mempunyai pertumbuhan laba jauh lebih tinggi dari rata-rata industri. Industri
telekomunikasi nampaknya merupakan industri yang terrnasuk growth industry.
Defensive industry menunjukkan industri yang tidak banyak terpengaruh oleh kondisi
ekonomi. Industri makanan dan minuman biasanya merupakan contoh defensive industry.
Sedangkan cycli- cal industry menunjukkan industri yang sangat peka terhadap
perubahan kondisi perekonornian. Contohnya seperti industri otomotif, Dan barang
konsumsi elektronika tahan lama. Ada juga yang menambahkan interestrate sensitive
industry, seperti industri perbankan dan property.

Berbagai aspek kualitatif dalam analisis industry

Beberapa aspek kualitatif akan membantu analis dalam melakukan analisis


industri. Aspek- aspek tersebut seperti kinerja historis, persaingan, kebijakan pemerintah,
dan perubahan struktural, perlu mendapat perhatian dalam analisis. Meskipun kinerja di
masa yang akan datang tidak selalu konsisten dengan kinerja di waktu yang lalu,
beberapa jenis industri menunjukkan kinerja yang terus menerus baik di waktu yang lalu.
Kinerja seperti ini tentu saja tidak dapat diabaikan dalam analisis. Indikator yang dapat
dilihat adalah pertumbuhan penjualan dan laba, dan perkembangan harga.

Menilai prospek industri di masa yang akan datang

Akhimya, semua analisis yang dilakukan akan mengarah pada pertanyaan


"bagaimana prospek suatu industri di masa yang akan datang?". Idealnya, analis

14
hendaknya dapat melakukan estimasi sebagaimana yang dilakukan dalam analisis pasar,
yaitu menaksir berapa laba yang diharapkan dalam suatu industri, dan berapa PER untuk
industri tersebut, sehingga dapat memperkirakannilai industritersebut. Karena cara ini
sering sulit dilakukan, maka beberapa cara lainmungkin ditempuh,yaitu dengan mencoba
menjawab serangkaian pertanyaan sebagai berikut.

1. Berdasarkan atas kondisi dan situasi perekonomian saat ini dan di masa yang
akan datang, industri apa yang diharapkan akan menunjukkanpeningkatan
laba?
2. Industri apa yang kemungkinan akan menunjukkan peningkatan PER; atau
bagaimana arah perkembangan tingkat bunga dan industri apa yang
kemungkinan besar paling terpengaruh oleh perubahan tersebut? Perubahan
dalam suku bunga akan mengaki- batkan perubahan dalam discount rate (dan
karenanya, perubahan daIam PER).
3. Industri apa yang kemungkinan besar akan terpengaruh oleh kejadian-
kejadian politik, seperti pergantian pemerintahan, rneningkatnya inflasi,
perkembangan teknologi baru, dan faktor-faktor lain yang dipandang relevan?

Untuk memperkirakan kinerja industri dalamjangka panjang, pertanyaan-


pertanyaan berikut ini perlu diperhatikan :

1. Industri apa yang jelas akan merupakan (calon) industri yang akan
berkembang dan berhasil pada masa, misalnya, dasawarsa yang akan datang?
2. Industri apa yang akan mengalami kesulitan pada saat suatu Negara
mengalami peru bahan lingkungan perekonomian secara struktural? Misal,
perubahan dari masyarakat pertanian ke masyarakat industri, dari kondisi
yang relatif tertutup ke kondisi yang lebih terbuka terhadap persaingan asing.

2.2.3 Analisis Perusahaan

Untuk melakukan analisis yang bersifat fundamental, analis perlu memahami


variabel- variabel yang mempengarnhi nilai intrinsik saham, Untuk menaksir nilai intrinsik
saham, dua metode yang kita bicarakan adalah dengan menggunakan:

15
1. dividend discount model, dan
2. multiplier laba (yaitu PER).

Apabila diasumsikan bahwa pertumbuhan laba (dan juga dividen) bersifat


konstan, maka dividend discount model dapat dinyatakan sebagai berikut:

Nilai intrinsik = Po = D1/(r-g)

Dalam hal ini,

Po = Taksiran harga saham saat ini

D1 = Dividen yang diharapkan akan diterima pada tahun 1

r = Discount rate yang dipandang relevan'

g = Pertumbuhan dividen di rnasa yang akan datang

Penggunaan multiplier laba (yaitu PER) dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Nilai intrinsik = Taksiran EPS x PER yang ditaksir Apabila harga di bursa lebih
rendah dari nilai intrinsik yang kita taksir, maka saham tersebut merupakan saham
yang sebaiknya dibeli, dan sebaliknya.

Apabila harga di bursa lebih rendah dari nilai intrinsik yang kita taksir, maka
saham tersebut merupakan saham yang sebaiknya dibeli, dan sebaliknya.

Untuk keperluan pembahasan, dalam Sub Bab ini kita akan berkonsentrasi pada
laba dan PER. Ada dua alasan mengapa dua variabel tersebut yang menjadi perhatian
kita. Pertama, untuk dapat meningkatkan pembayaran dividen, perusahaan harus
mampu meningkatkan laba yang diperoleh. Kedua, umumnya terdapat korelasi yang
kuat antara pertumbuhan laba (EPS) dengan pertumbuhan harga saham (Jones,
p.377).

Memahami laba yang diperoleh perusahaan, Pemodal seringkali memusatkan


perhatian pada Laba Per Lembar Saham (Earnings Per Share, EPS) dalam
melakukan analisis. Karena itu kita perlu memahami bagaimana EPS diperoleh dan
menunjukkan apa angka tersebut. Angka EPS biasanya disajikan paling bawah

16
dalam Iaporan rugi laba, dan karenanya sering disebut sebagai bottom line. Angka
EPS diperoleh dari laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan.

Berdasarkan atas prinsip-prinsip akuntansi yang umum diterima (generally


accepted accounting principles). Karena itu langkah pertama yang perlu dilakukan
adalah memahami laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan. Ada dua
laporan keuangan yang utama, yaitu Neraca dan Laporan Rugi Laba. Neraca
menunjukkan posisi kekayaan, kewajiban finansial, dan modal sendiri pada waktu
tertentu (biasanya pada akhir Desember). Sedangkan Laporan Rugi Laba
menunjukkan berapa penjualan yang diperoleh, berapa biaya yang ditanggung, dan
berapa laba yang diperoleh perusahaan pada periode waktu tertentu (biasanya selama
satu tahun).

Faktor-faktor yang mempengaruhi laba

Pada level perusahaan, EPS mencerminkan kombinasi dari berbagai faktor yang
mempengaruhinya. Analisis faktor-faktor tersebut dapat dilakukan dengan analisis
rasio keuangan. Untuk itu kita akan menggunakan data PT. Gudang Garam tahun
1995 sebagai ilustrasi.

Langkah 1. Apa yang menentukan EPS ?

EPS = ROE X Nilai buku per saham

Dalam hal ini ROE adalah tingkat keuntungan ekuitas.

EPS = Laba setelah pajak/Jumlah saham =Rp366 miliar/481 juta = Rp761

ROE = Laba setelah pajak/Ekuitas = Rp366 miliar/Rp2.036 miliar = 0,180

Nilai buku per saham = Ekuitas/Jumlah saham= Rp2.036 miliar/481 juta =


Rp4.233

Dengan demikian maka,

EPS = 0,180 x Rp4.233 = Rp761 (perbedaan terjadi karena pembulatan)

Langkah 2. Apa yang menentukan ROE ?

17
ROE merupakan perkalian antara profitabilitas atas aset yang dirniliki perusahaan
dengan keputusan pendanaannya. Dinyatakan dalam bentuk persamaan, ROE = ROA
x Leverage. Dalam hal ini ROA adalah tingkat keuntungan yang diperoleh dari
penggunaan aset, sedangkan leverage menunjukkan seberapa banyak hutang
dipergunakan oleh perusahaan.

ROE = Laba setelah pajak/Ekuitas = Rp366 miliar/Rp2.036 miliar = 0,180

ROA = Laba setelah pajak/Total aktiva = Rp366 miliar/Rp3.915 miliar =0,093

Leverage = Total Aktiva/Ekuitas = Rp3.915 miliar/Rp2.036 miliar = 1,923

Dengan demikian maka,

ROE = 0,093 x 1,923 = 0,179 (perbedaan terjadi karena pembulatan)

Persamaan tersebut juga menunjukkan bahwa perusahaan akan mampu


meningkatkan ROE- nya apabila ROA-nya meningkat sedangkan leverage-nya
konstan. Leverage konstan berarti proporsi modal pinjaman tidak berubah. Apabila
ROA-nya meningkat maka berarti profitabilitas perusahaan meningkat, sehingga
dampak akhirnya adalah peningkatan profitabilitas yang dinikmati oleh pemegang
saham.

Hal yang sarna juga berlaku apabila perusahaan marnpu mempertahankan ROA
dengan rnenggunakan hutang yang makin besar (leverage-nya meningkat). Kalau
perusahaan mampu mempertahankan ROA dengan penggunaan hutang yang makin
besar, maka hal tersebut berarti bahwa penggunaan hutang tersebut mampu
memberikan keuntungan yang lebih besar dari biayanya. Sebagai akibatnya ROE
meningkat.

Langkah 3. Apa yang menentukan ROA?

ROA merupakan perkalian antara dua faktor berikut ini.

ROA = Net income margin x Perputaran aktiva

Net income margin = Laba setelah pajak/Penjualan bersih

= Rp 366 miliar/Rp 5.594 miliar =0,0654


18
Perputaran aktiva = Penjualan bersih/Total aktiva

= Rp 5.594 miliar/Rp3.915 miliar

= 1,429

Net income margin menunjukkan kemampuan memperoleh laba dari setiap


penjualan yang diciptakan oleh perusahaan, sedangkan perputaran aktiva
menunjukkan seberapa jauh perusahaan mampu menciptakan penjualan dari aktiva
yang dimilikinya. Apabila salah satu dari kedua faktor tersebut meningkat (atau
keduanya), maka ROA juga akan meningkat. Dalam contoh ini, ROA = 0,0654 x
1,429 = 0,0934 (perbedaan karena pembulatan)

Langkah 4 Apa yang menentukan net income margin?

Net income margin merupakan fungsi dari dua rasio keuangan, yaitu:

Laba setelah pajak Laba operasi


Net Income Margin= x
Laba operasi Penjualan

Sisi kanan persamaan tersebut berturut-turut disebut sebagai income ratio dan
operating efficiency.

Income ratio = Laba setelah pajak/Laba operasi

= Rp366 miliar/Rp670 miliar = 0,546

Operating efficiency = Laba operasi/Penjualan bersih

= Rp670 miliar/Rp5.594miliar = 0,1198

Income ratio menunjukkan darnpak pembayaran bunga dan pajak pada laba bersih
setelah pajak. Sedangkan operating efficiency menunjukkan kemampuan
menghasilkan laba operasi dari setiap rupiah penjualan (beberapa analis
menggunakan istilah profit margin). Dalarn contoh ini,

Net income margin = 0,546 x 0,1198 = 0,0654

Dengan melakukan analisis tersebut kita dapat mengidentifikasikan kekuatan dan


kelemahan perusahaan yang sedang kita analisis. Perbandingan dengan perusahaan

19
yang berada dalarn industri yang sarna akan memperjelas kekuatan dan kelemahan
tersebut. Untuk keperluan analisis, kita perlu memperhatikan EPS di masa yang akan
datang, bukan EPS yang telah diperoleh. Hal tersebut disebabkan karena harga saham
hari ini merupakan present value dari penghasilan-penghasilan yang akan diterima
oleh pemodal di masa yang akan datang, dan penghasilan-penghasilan tersebut akan
dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan mernperoleh laba di masa yang akan
datang,

Memahami factor-faktor yang mempengaruhi EPS di waktu yang lalu memang


baik dilakukan, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana faktor-faktor tersebut
dapat dipergunakan untuk memperkirakan EPS di masa yang akan datang. Karena
EPS1 = EPS0 (1+g), rnaka pertanyaan yang wajar diajukan adalah bagaimana
memperkirakan pertumbuhan EPS di masa yang akan datang. apabila diasumsikan
tidak terdapat penambahan dana dan luar perusahaan, pertumbuhan laba (=g) akan
merupakan perkalian antara proporsi laba yang ditahan dengan ROE.

Dengan kata lain, g = b(ROE). Dengan demikian apabila diharapkan bahwa pada
tahun depan PT. Gudang Garam akan menghasilkan ROE sebesar 30%, sedangkan
laba yang dibagi sebesar 40%, maka g akan diperkirakan sebesar (0,6) x 24 % = 18%.
Dengan EPS1995 = Rp761, maka taksiran EPS1996 = Rp761 (l+0,18) = Rp898.

Apabila 40% laba dibagikan sebagai dividen, maka D1996 = 0,4 x Rp898 =
Rp359. Dengan menggunakan model pertumbuhan konstan, maka taksiran harga
untuk awal tahun 1996 adalah, P1996 = 359/ r-0,18

Tergantung pada taksiran kita akan r, maka taksiran harga pada tahun 1996 dapat
diperoleh. Perhatikan juga bahwa penggunaan rumus dengan pertumbuhan konstan
akan menghasilkan harga saham yang sangat peka terhadap taksiran r dan/atau g.

Penggunaan PER

Teknik analisis lainnya adalah dengan menggunakan model kelipatan laba (atau
PER). Teknik ini mungkin dipilih apabila perusahaan tidak mengadopsi kebijakan
payout ratio yang konstan dan/atau analis mengalami kesulitan untuk menggunakan
model berdasar atas cashflow, terutama model dengan pertumbuhan konstan. Sarna

20
seperti analisis dengan menggunakan EPS, analis perlu memahami terlebih dulu
faktor-faktor yang mempengaruhi PER.

Faktor-faktor yang mempengaruhi PER

Apabila dipergunakan model pertumbuhan konstan, PER yang didefinisikan


sebagai P0 /E1, dapat dinyatakan dalam rumus sebagai berikut.

PER = (1-b)/(r-g)

Dalam hal ini b adalah proporsi laba yang ditahan. Dengan demikian (1-b) tidak
lain merupakan dividend payout ratio. Sedangkan r dan g berturut-turut adalah
discount rate yang dipandang relevan dan pertumbuhan dividen. Sesuai dengan model
tersebut maka dapat diidentifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi PER, yaitu:

1. Dividend payout ratio. Apabila faktor-faktor lain dipegang konstan, maka


meningkatnya payout ratio akan meningkatkan PER
2. Tingkat keuntungan yang dipandang layak (discount rate). Apabila faktor-
faktor lain dipegang konstan, maka meningkatnyadiscount rate akan
menurunkan PER
3. Pertumbuhan dividen. Apabilafaktor-faktor lain dipegang konstan, maka
meningkatnya pertumbuhan dividen akan meningkatkan PER.

Analisis PER dapat dilakukan secara individual saham, maupun secara


crosssectional untuk menentukan apakah PER suatu saham sudah terlalu tinggi
ataukah tidak.

Analisis dengan menggunakan faktor-faktor yang dipandang relevan

Analis mungkin saja melakukan analisis langsung terhadap faktor-faktor yang


dipandang akan mempengaruhi harga saham. Cara semacam ini pada dasarnya
merupakan penerapan teknik analisis fundamental.

Berikut ini diberikan suatu contoh model peramalan harga saham yang sederhana,
dengan mengandalkan atas variabel-variabel:

1. Pertumbuhan penjualan

21
2. Nilai penjualan
3. Penghasilan di luar operasi (kalau ada)
4. Net profit margin (yaitu rasio antara laba bersih setelah pajak dengan total
penghasilan)
5. Price Earnings Ratio (PER)

Model diterapkan untuk peramalan harga saham per triwulan (di Bursa
Efek-pun perusahaan yang terdaftar di bursa diharuskan memberikan laporan
keuangan per triwulan). Misalkan laba bersih per lembar saham (EPS) pada
triwulan terakhir (Q0) = Rp310.

Sedangkan pada triwulan sebelumnya (Q1) = Rp290, dan pada Q2 dan Q1


berturut-turutadalah Rp280 dan Rp260. Dengan dernikian maka EPS selarna
empat triwulan terakhir (atau EPS dalam tahun terakhir) adalah Rp1.140.
Dengan harga saham saat ini sebesar Rp 13.625, maka PER berkisar 12,00x.
Untuk mengestimasi harga saham pacta triwulan-triwulan yang akan datang,
dikumpulkan informasi sebagai berikut.

1. Pertumbuhan penjualan per triwulan diperkirakan sebesar 5%


2. Penjualan bersih pada triwulan terakhir (saat ini) sebesar Rpl00
miliar.
3. Penghasilan di luar operasi (other income) pada triwulan terakhir
sebesar Rp2 miliar. Jurn1ah ini diperkirakan konstan untuk triwulan-
triwulan yang akan datang.
4. Net profit margin sebesar 9%, dan diperkirakan tidak akan berubah.
5. Jumlah lembar saham yang beredar sebesar 30 juta lembar.
6. Dividend payout ratio (yaitu proporsi laba yang dibagikan sebagai
dividen) sebesar 40%.

Berdasarkan atas informasi tersebut maka dapat dibuat model


peramalannya sebagaimana dicantumkan pada berikut. Dengan rnenggunakan
input di atas, maka diperkirakan bahwa harga saham akan mencapai Rp 16.575
pada tahun depan (atau empat triwulan lagi). Dengan harga saat ini sebesar
Rp13.625, dan perkiraan penerirnaan dividen sebesar Rp550 (= 130 + 130 + 140

22
+ 150), rnaka diharapkan dalam satu tahun tingkat keuntungan yang akan
diperoleh adalah sebesar, r = [(550 + 16.575) - 13.625] / 13.625 = 25,69%

Tentu saja kita dapat memberikan kritik pada model tersebut. Salah satu
kritik yang dengan segera dapat dikemukakan adalah bahwa dengan memegang
konstan nilai PER, maka peningkatan harga saharn akan proporsional dengan
pertumbuhan penjualan.Dalam jangka panjang rnungkin PER rnengalami
perubahan. Karena pertirnbangan itu pulalah yang menyebabkan peramalan hanya
dibatasi selarna empat triwulan.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham di masa yang
akan datang dengan (i) mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang
mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang, dan (ii) menerapkan
hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham.
Dengan demikian, karena dipergunakan nilai-nilai estimasi, maka taksiran harga
saham dapat saja berbeda antara satu analis dengan analis yang lain, apabila
estimasi yang dipergunakan berbeda. Konsep efisiensi pasar modal diterapkan
dalam analisis ini dalam aspek bahwa informasi yang diterima oleh para analis
akan mempengaruhi estimasi mereka. Dengan kata lain, apabila diperoleh
informasi baru, maka dapat saja informasi tersebut merubah estimasi nilai-nilai
yang dipergunakan untuk memperkirakanharga saham.
Analisis fundamental umumnya dilakukan dengan tahapan melakukan
analisis ekonomi terlebih dulu, diikuti dengan analisis industri dan akhimya
analisis perusahaan yang menerbitkan saham tersebut. Penggunaan pendekatan ini
didasarkan atas pemikiran bahwa kondisi perusahaan tidak hanya dipengaruhi
oleh faktor-faktor internal perusahaan, tetapi faktor-faktor eksternal (yaitu kondisi

23
ekonomi/pasardan industri) juga ikut mempengaruhi kondisi perusahaan.
Karenaitu seringkalidalamanalisisdipergunakanberbagai ahli,seperti ahli ekonomi
makro/moneter, dan ahli industn, bukan hanya ahli keuangan perusahaan saja,

3.2 Saran

Dalam melakukan investasi, memang setiap perusahaan sangat memerlukan


sebuah analisis dalam penilaian invetasi sebelum menjatuhkan pilihannya kepada suatu
perusahaan dalam menanamkan modalnya. Karena tentu saja harapan dari investasi ini
memberikan return yang sesuai dengan yang diharapkan. Analisis fundamental ini
menjadi salah satu indicator penting sebelum perusahaan melakukan investasi sehingga
investor dapat mengetahui keadaan yang sedang dijalani baik dari sisi internal perusahaan
maupun eksternal perusahaan.

Adapun saran kami berikan kepada pembaca adalah bawha dalam mempelajari
Analisis Fundamental ini, maka dibutuhkan pemahaman secara mendalam tentang aturan-
aturan atau hukum yang mengatur pasar modal dan portofolio. Kemudian lebih dari itu,
bahwa setiap dari kita dituntut menjadi seorang yang kritis terhadap sebuah ilmu, oleh
kami selaku penulis berharap ada kritik dan saran yang membangun yang dapat
diberikan, demi perbaikan pembuatan makalah kami selanjutnya.

24
DAFTAR PUSTAKA

Jogiyanto Hartono, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi Kedelapan, BPFE
Yogyakarta, September 2013

Suad Husnan, Dasar-Dasar Teori Portofolio & Analisis Sekuritas, Edisi Keempat, UPP
STIM YKPN, Agustus 2005

Tandelilin, Eduardus. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. BPFE


Yogyakarta. Yogyakarta

William F. Sharpe, Gordon J. Alexander, Jeffrey V. Bailey, Investasi, Jilid I,


PT.INDEKS Kelompok Gramedia, 2005

Zvi Bodie, Alex Kane, Alan J. Marcus, Manajemen Portofolio dan Investasi, Edisi 9
Buku 1, Mc Graw Hill Education/Penerbit Salemba Empat, 2014

25

Anda mungkin juga menyukai