PEMASARAN EKSPOR
Dosen Pengampu : Aurora Elise Putriku SE.,M.Si.
Disusun Oleh :
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-
Nya makalah yang berjudul “Pemasaran Ekspor” dapat kami selesaikan. Dalam proses
penyusunan makalah ini, penulis dan teman-teman sekalian banyak menghadapi baik tantangan
dan hambatan. Namun demikian, atas berkat dari Tuhan Yang Maha Esa dan dorongan untuk
menyelesaikan makalah ini sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Manajemen Operasional
dengan dosen pengampu Ibu Aurora Elise Putriku, SE., M.Si.
Makalah ini telah disusun berdasarkan buku bacaan serta berbagai informasi yang telah
kami rangkum. Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah terlibat dalam
prose pembuatan makalah ini. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah
ini, dengan itu kami mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada para pembaca. Adanya makalah
ini diharapkan berguna bagi penulis dan pembaca dalam menerima materi dan menambah
wawasan.
Akhir kata, kami meminta maaf jika terdapat kesalahan dalam penyusunan makalah ini.
Maka dari itu, kami menerima kritik dan saran demi perbaikan makalah ini, sehingga makalah ini
menjadi lebih baik serta dapat berguna dimasa mendatang.
Maret, 2021
Kelompok 6
2
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Secara umum, Amerika Serikat, Jerman dan Jepang masih mendominasi perdagangan
dunia, baik dalam ekspor maupun impor. Yang menarik adalah RRC yang semakin menanjak
dalam aktivitas ekspor maupun impor dengan pertumbuhan yang sensasional (7%-8%).
Posisi Indonesia masih cukup jauh di belakang negara-negara berkembang lainnya, seperti
Malaysia, Meksiko dan Thailand dalam hal ekspor maupun impor, Secara umum, transaksi
ekspor dan impor Indonesia mengalami penurunan (8%-9%) selama tahun 2001. Ini mungkin
menunjukkan belum pulihnya ekonomi Indo nesia selama berlangsungnya krisis ekonomi
Asia dan akibat perubahan iklim politik dan keamanan tanah air pada periode bersangkutan.
2. Rumusan Masalah
Dari uraian diatas maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut :
3. Tujuan Penulisan
4
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.....................................................................................................................3
3. TujuanPenulisan ...........................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................6
1. Kesimpulan .................................................................................................................16
5
BAB II
PEMBAHASAN
Teori pertama mengenai ekspor yang dikemukakan ahli ialah yeori keunggulan
komparatif. Teori ini dikemukakan oleh David Ricardo. Dalam teori ini, ia menyatakan
bahwa perdagangan internasional atau ekspor dapat terjadi apabila terdapat perbedaan
keunggulan komparatid dari setiap negara. Keunggulan komparatif ini dapat dicapai apabila
sebuah negara mampu memproduksi sejumlah barang dengan volume besar namun dengan
biaya yang lebih kecil dibandingkan dengan negara lain.
Sebagai contoh, dalam kasus dimana Indonesia dan Malaysia sama-sama memproduksi
Kopi dan Timah. Indonesia dengan sumber kekayaan alam yang melimpah mampu
memproduksi kopi dengan biaya lebih rendah dari Malaysia. Namun, Indonesia tidak mampu
memproduksi timah secara efisien dan lebih murah dari Malaysia. Sebaliknya Malaysia
mampu memproduksi Timah lebih murah dari Indonesia, namun tidak mampu memproduksi
kopi yang lebih murah dan efisien simak juga penyebab ekonomi lemah.
Teori ini memandang bahwa sebuah negara dapat menghasilkan banyak keuntungan
dengan menjual keunggulan komparatif yang dimilikinya ke negara lain simak juga faktor
penghambat pertumbuhan ekonomi . Selain itu, pendapatan yang diperoleh juga dapat berasal
dari spesialisasi produksi barang atau jasa yang memiliki produktifitas dan efisiensi tinggi.
Dalam hal ini, tentunya faktor utama penentu adalah jumlah Sumber daya alam dan sumbet
6
daya manusia yang mampu mengolah dengan biaya kecil namun menghasilkan volume yang
lebih besar ketimbang negara lain.
Kondisi ini yakni posisi dimana suatu negara dalam faktor produksi (tenaga kerja terampil,
infrastruktur dan teknologi) yang dibutuhkan untuk bersaing dengan industri tertentu. Dalam hal
ini untuk dapat memenangkan kompetisi tentu faktor produksi yang ada harus dimaksimalkan
sedemikian rupa. Karena jika terdapat nilai minus pada salah satu faktor saja maka tidak akan
mungkin anda dapat menghasilkan produk yang mampu bersaing di pasar global.
Seperti yang kita tahu bahwa, untuk dapat masuk ke pasar global tentu saja anda harus
memiliki keunggulah dibandingkan dengan perusahaan lain. Mengingay standar kompetisi
semakin tinggi, maka tentu untuk dapat memenangkannya kita harus mampu memaksimalkan
faktor produksi yang ada. Jangan sampai terdapat kekeliruan dan bahkan kesalahan yang akan
berakibat pada kalahnya kita dalam kompetisi merebut pasar internasional.
Kondisi ini merupakan kondisi dimana terdapaf sifat permintaan domestik terhadap barang
dan jasa pada industri tertentu. Artinya bahwa, sebuah produk atau jasa tidak selalu memiliki
timgkat permintaan yang tinggi dipasaran. Dalam hal ini sebelum mampu melakukan ekspor
tentu kita harus mempertimbangkan kondisi pasar domestik. Dimana jika pemenuhan produk
tersebut telah dikatakan cukup bagi pasar domestic maka tentu produk atau jasa tersebut dapat
diekspor keluar.
Dalam hal ini, terkadang barang atau jasa yang di produksi tidak cukuo diminati oleh pasar
domestic. Namun lain halnya ketika produk dan jasa tersebut dijual ke pasar global. Nyatanya
7
produk tersebut amat diminati. Tentunya dalam hal ini kemampuan dalam membaca kondisi
permintaan pasar haruslah relavan dan sesuai dengan kenyataan.
Dalam hal ini keberadaan dan ketiadaan industri pemasok dan industri terkait yang kompetitif
secara internasional di negara tersebut juga menjadi salah satu hal yang berpengaruh dalam
ekspor. Keberadaan industri pemasok dan terkait akan sangat mendukung, Apalagi jika kedua
industri tersebut mampu berkompetisi dalam pasar global. Tentunya peluang tersebut dapat
dimanfaatkan untuk menjalin kerjasama dalam memperoleh pasar yang semakin luas dan besar
dalam pasar internasional simak juga contoh tenaga kerja terampil.
Negara-negara dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tinggi akan mampu
memproduksi barang dan jasa yang lebih banyak, berkualitas, dan tentunya efisien dibandingkan
dengan negara yang lambat akan IPTEK-nya.
Hal ini bisa terjadi karena pemanfaatan teknologi sangat menghemat biaya produksi dan mampu
menghasilkan barang yang lebih banyak.
Negara dengan teknologi yang lebih maju cenderung melakukan spesialisasi dalam memproduksi
barang, sedangkan barang yang bukan produk sendiri akan dibeli dari negara lain.
8
2. Perbedaan Kekayaan Sumber Daya Alam
Setiap negara memiliki keadaan geografis yang berbeda- beda, sehingga perbedaan tersebut
menjadikan setiap negara memiliki kekayaan sumber daya alam yang berbeda-beda pula.
Pada dasarnya, sumber daya alam adalah faktor produksi negara. Oleh karena itu, setiap negara
memiliki keanekaragaman kondisi produksi.
3. Perbedaan Selera
4. Perbedaan Iklim
Perbedaan iklim setiap negara menyebabkan terbatasnya potensi sumber daya alam. Akibatnya,
tidak semua barang untuk memenuhi kebutuhan dapat dipenuhi sendiri oleh negara tersebut.
Oleh karena itu, negara akan mengimpor dari negara lain.
Ada kalanya para produsen menjalankan produksinya dengan tidak maksimal karena takut
mengakibatkan kelebihan produksi sehingga menyebabkan kerugian.
Kelebihan produk pada suatu negara (surplus) dan kekurangan kas dalam suatu negara (defisit)
adalah suatu hal yang terjadi karena adanya perbedaan sumber daya alam dan kemajuan antara
negara satu dan lainnya.
Terjadinya surplus menyebabkan negara yang bersangkutan akan menjual hasil produknya ke
negara lain, sedangkan negara yang mengalami defisit akan membeli barang dari luar negeri
melalui perdagangan Internasional.
9
3. Jenis-Jenis Ekspor
Terdapat 2 (dua) macam jenis ekspor yaitu ekspor langsung dan ekspor tidak langsung.
1. Ekspor langsung
Ekspor langsung adalah cara menjual barang atau jasa melalui perantara/eksportir yang
bertempat di negara lain atau negara tujuan ekspor. Penjualan dilakukan melalui distributor dan
perwakilan penjualan perusahaan. Keuntungannya melalukan ekspor secara langsung yaitu
produksi terpusat di negara asal dan kontrol terhadap distribusi lebih baik. Kelemahan ekspor
langsung yaitu biaya transportasi lebih tinggi untuk produk dalam skala besar dan adanya
hambatan perdagangan serta proteksionisme.
Ekspor tidak langsung adalah teknik di mana barang dijual melalui perantara/eksportir negara
asal kemudian dijual oleh perantara tersebut. Melalui, perusahaan manajemen ekspor (export
management companies) dan perusahaan pengekspor (export trading companies). Kelebihan
ekspor tidak langsung yaitu sumber daya produksi terkonsentrasi dan tidak perlu menangani
ekspor secara langsung. Kelemahan ekspor tidak langsung, yaitu kontrol terhadap distribusi
kurang dan pengetahuan terhadap operasi di negara lain kurang.
1. Usaha perusahaan
b. Kontak personal
10
e.riset pasar perusahaan
2. Individu/perusahaan lain
a. Pemasok
c. Pelanggan
3. Asosiasi Dagang
a. Dapartemen perdagangan
b. Assosiasi dagang/industri
C. Assosiasi ekspoertir
4. Organisasi jasa
a. Brokers/ freight
b. Bank komersial
c. Biro riset/konsultan
5. Penyedia informasi
a. Media massa
b. Journals/ publication
c. Computerised database
d. Public/ comersial
Berdasarkan studi terhadap 80 perusahaan manufaktur di cyprus leonidou dan adams florou
mengemukakan bahwa informasi tentang konsumen diluar negeri adalah jenis informasi yang
terpenting ini menandai bahwa pentingnya peran konsumen didalam aktivitas ekspor.
11
Mengenenai sumber informasi tentang ekpor, kedua peneliti tersebut menukan bahwa konsumen
diluar negeri adalah sumber informasi yang terpenting buat eksportir.
Determinan yang paling utama dari kinerja eskpor adalah pada kolom internal-countrablle factor.
Umumnya faktor terkendali ini menyiratkan bahwa kendali perusahaan dan manajemen. Oleh
karena itu, kinerja ekspor yang baik dapat disebut sebagai sebuah kinerja manajemen yang baik.
Tetapi kinerja yang buruk juga dibebankan kepada pihak manajemen.
Yang pertama.
Berhubungan dengan aspek strategi pemasaran ekspor perusahaan, seperti adaptasi produk,
kekutan produk, adaptasi promosi intesitas promosi, adaptasi harga intensitas promosi penetapan
harga kompetetif dan jenis jenis saluran distribusi.
Yang kedua
Metode paling populer yang digunakan oleh perusahaan untuk memasuki pasar internasional adalah
ekspor karena metode ini melibat kan risiko bisnis yang kecil, membutuhkan komitmen sumberdaya yang
kecil, serta memberikan fleksibilitas dan keleluasan untuk bergerak Namun, ada banyak pula faktor-faktor
sikap (attitudinal), struktural, prosedural, dan operasional yang menghambat perusahaan untuk memulai,
melakukan, dan mempertahankan aktivitas ekspor.
Domestik
Internal
Staf ekspor yang terbatas/tidak terlatih
12
Informasi untuk mencari/ menganalisis pasar asing terbatas
Eksternal
Asing
Internal
Sulit mencari representatif yang sesuai Risiko/biaya yang besar dengan menjual di luar negeri
Eksternal
Sementara itu, di dalam penelitian terhadap 112 perusahaan noneksportir di Cyprus, Leonidou (1995)
menyimpulkan enam faktor terpenting yang menghambat noneksportir untuk memulai kegiatan ekspor,
yaitu:
1. Persaingan yang ketat di pasar asing, baik dari pesaing domestik maupun pesaing asing.
13
2. Tidak mampu menawarkan harga yang bersaing di luar negeri.
Berdasarkan metaanalisis terhadap 100 artikel ilmiah yang mengupas kinerja ekspor, Katsikeas, et al.
(2000) memberikan petunjuk untuk meningkatkan pengukuran terhadap kinerja ekspor. Dalam mengukur
kinerja Pemasaran ukuran ekonomik adalah yang paling sering dipakai, sedangkan ukuran non ekonomik
dan generik lebih jarang dipakai.
Ukuran yang paling umum dipakai pada kategori ini adalah export sales intensity. Walaupun demikian,
ukuran ini sering dikritik karena ukuran ini dapat dipengaruhi oleh faktor yang tidak berhubungan dengan
aktivitas ekspor dan tidak menunjukkan dimensi daya saing dari kesuksesan ekspor (Kirpalani & Balcome,
1987).
Ukuran lainnya yang banyak digunakan adalah export sales growth Ukuran ini juga sering dikritik karena
sangat dipengaruhi oleh inflasi dan pertumbuhan pasar, bahkan juga cenderung membuat kinerja tampak
lebih kecil dari sesungguhnya karena adanya pengaruh experience curve dan penurunan permintaan
(Kirpalani & Balcome, 1987).
Ukuran yang tidak kalah pentingnya adalah yang berhubungan dengan laba (profit-related measures).
Menurut Aaby & Slater (1989). ukuran yang sering dipakai untuk ini adalah export profitability and
growth dan sering disebut sebagai tujuan utama perusahaan eksportir.
Ukuran yang berhubungan dengan pangsa pasar (market share. related measures), seperti export market
share and growth jarang mendapat perhatian dari peneliti di bidang pemasaran ekspor. Walaupun ukuran
ini dapat mengindikasikan kekuatan daya saing perusahaan daripada sekedar peningkatan ekspor karena
efek pertumbuhan pasar (Kirpalani & Balcome, 1987), namun ukuran ini sering dikritik karena pangsa
pasar sulit diukur, terutama pada perusahaan kecil yang bermain pada kancah ceruk pasar (niche markets).
Di antara berbagai ukuran kinerja nonekonomik untuk kinerja ekspor, ukuran yang berhubungan dengan
pasar (market-related measures) adalah yang paling sering diteliti para ahli di pemasaran ekspor. Ada
lima jenis ukuran kinerja ini, di antaranya yang paling sering dipakai adalah jumlah negara/pasar ekspor
(number of export country/market). Namun, ukuran ini sering dikritisi oleh argumen yang mengatakan
bahwa jumlah negara pasar ekspor yang diraih bukan tujuan akhir, melainkan ter gantung pada faktor-
faktor khusus.
14
Ukuran yang berhubungan dengan produk (product-related measures) tidak umum dipakai Walaupun
demikian. ukuran ini dipertahankan karena produk dan kinerja produk adalah faktor kunci dari strategi
pemasaran eskpor. Ukuran lain lainnya (miscellaneous measures) tidak umum dipakai.
Salah satu ukuran kinerja generik adalah dengan menggunakan tingkat kepuasan manajer ekspor terhadap
kinerja ekspor secara keseluruhan untuk menentukan hasil akhir dari kegiatan ekspor perusahaan.
Analisis terhadap indikator kinerja ekspor menunjukkan adanya dua kelompok penelitian, yaitu yang
menggunakan indikator tunggal (single indicator) dan indikator berganda (multiple indicators), bahkan
ada yang membuat indeks komposit terhadap suatu konstruk. Ukuran kinerja dengan multiple indicators
paling populer, karena dengan menggunakan berbagai ukuran, aneka ragam fenomena strategik dan
operasional yang terkandung di dalam aktivitas ekspor dapat terukur (Thatch & Axinn, 1994: Walters &
Samice, 1990).
Selain itu, para peneliti di bidang ini yakin bahwa indikator kinerja seringkali saling melengkapi
(complementary) daripada eksklusif secara sendiri-sendiri (mutually exclusive) (Shoham, 1998).
Penggunaan multiple measures untuk kinerja ekspor diperlukan agar keunggulan masing-masing indikator
dapat dimaksimumkan sembari memperkecil kelemahannya (Evangelista, 1994).
Pemilihan ukuran kinerja yang tepat dapat menjadi faktor kunci dalam mengusahakan adanya
pembelajaran organisasi (organisational learning) di pasar asing (Menon & Varadarajan, 1992), di mana
informasi yang diperoleh dapat memberikan umpan balik yang baik terhadap strategi pemasaran ekspor
vis a vis kinerja yang dihasilkan dari strategi tersebut, sehingga memberikan kesempatan kepada para
manajer untuk mengambil langkah-langkah perbaikan.
Pemilihan ukuran kinerja sering tergantung pada kondisi khusus perusahaan karena adanya sifat
kontingensi yang terkandung pada ukuran kinerja ekspor. Misalnya, untuk perusahaan yang berada pada
tahap tahap awal proses ekspor, sales-related measures sangat sesuai untuk digunakan. Pada perusahaan
yang berada pada tahap lanjut dalam aktivitas ekspornya dapat digunakan profit-related measures.
Pemilihan ukuran kinerja juga sering tergantung pada motif perusahaan melakukan aktivitas ekspor.
Apabila motifnya adalah untuk mencapai pertumbuhan internal (internal corporate growth), membangun
pasar yang sudah jenuh atau terbatas, dan untuk mencapai keunggulan kompetitif (competitive advantage),
maka ukuran kinerja yang digunakan juga dapat berbeda.
15
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Ekspor merupakan mode of entry yang memiliki tingkat risiko dan komitmen paling kecil.
Oleh sebab itu, maka tidaklah mengherankan jika ekspor paling banyak diterapkan oleh
banyak perusahaan-perusahaan yang sudah lebih dulu berkecimpung dalam pemasaran global.
Dalam materi ini memuat adanya berbagai sejumlah isu-isu penting yang terjadi dalam dunia
ekspor. di antaranya manfaat ekonomik dan nonekonomik ekspor, teori proses
pengembangan ekspor, faktor pendorong pemasaran ekspor, jenis dan sumber informasi
pemasaran ekspor, dan praktik pemasaran ekspor yang sukses. Selain itu, determinan dan
ukuran kinerja ekspor juga akan dibahas tersendiri. Di bagian akhir dibahas mengenai
accidental exporter yang merupakan trend tersendiri dalam pemasaran ekspor.
16
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.com/amp/s/dosenekonomi.com/ilmu-ekonomi/teori-ekspor-menurut-para-
ahli/amp
https://www.pelajaran.co.id/2019/13/pengertian-ekspor-tujuan-manfaat-jenis-dan-prosedur-
kegiatan-ekspor-menurut-para-ahli.html
https://paktanidigital.com/artikel/beberapa-faktor-pendorong-ekspor/#.YE9dGdWyTqA
17