Anda di halaman 1dari 5

Perbandingan Aspek Perpajakan PT. Eastparc Hotel Tbk.

Tahun 2020 dan


tahun 2019 (EAST)
disusun oleh :
Abdul Zaky 120104180019
Muh Aga 120104180044
Naufal Ridho 120104180008
Akuntansi Perpajakan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Padjajaran.

I. Profil Perusahaan

PT Eastparc Hotel Tbk didirikan di Yogyakarta pada tanggal 26 Juli 2011 yang bertujuan
untuk menjalankan usaha dalam bidang perhotelan. Perseroan memulai pembangunan sebuah
hotel dengan nama Eastparc Hotel, yang beralamat di Jalan Kapas No. 1, Kledokan,
Caturtunggal, Sleman Yogyakarta dengan luas tanah sekitar 1 hektar dan luas bangunan
25.000 m2. Eastparc Hotel Yogyakarta mulai beroperasi pada 4 Oktober 2013 dan diresmikan
pada Grand Opening tanggal 26 April 2014.

1
Pada tahun 2014, Eastparc Hotel Yogyakarta diklasifikasi sebagai hotel berbintang lima oleh
Lembaga Sertifikasi Usaha (LSU) Adi Karya Wisata bersama dengan Komite Akreditasi
Nasional (KAN). Oleh karena itu, Eastparc Hotel Yogyakarta menjadi hotel pertama di
Indonesia yang diklasifikasi oleh LSU dan KAN dimana pada tahun sebelumnya klasifikasi
bintang dilakukan oleh Kementerian Pariwisata RI. Tiga tahun berlalu, pada tahun 2017
Eastparc Hotel Yogyakarta kembali melakukan proses reklasifikasi bintang yang kemudian
berhasil ditetapkan kembali sebagai hotel berbintang 5.

II. Pendahuluan
Seperti yang diketahui bersama bahwa pada tahun 2020 terjadi pandemi COVID-19 yang
turut berpengaruh pada dunia bisnis. Bisnis yang dijalankan oleh PT Eastparc Hotel Tbk
(“Perseroan”) juga terkena dampak akibat pandemi ini. Hotel yang dikelola Perseroan,
Eastparc Hotel Yogyakarta, sempat tidak menerima tamu selama dua bulan berturut turut,
yaitu pada tanggal 29 Maret sampai dengan 31 Mei 2020. Namun seiring berjalannya waktu,
keadaan tersebut mampu diatasi Perseroan sedikit demi sedikit.

III. Aspek Perpajakan Perusahaan


Dalam menyajikan aspek perpajakan perusahaan, kami menggunakan data yang diperoleh
dari Laporan Tahunan EAST 2020. Beberapa aspek perpajakan yang akan dianalisis antara
lain : beban pajak penghasilan, PPh 21, PPh 23, PPh 29, dan Pajak Pembangunan 1 (PB1)

A. Manfaat (Beban) Pajak Penghasilan 2020


Beban Pajak Penghasilan adalah pajak yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan
dan pajak kini dikenakan atas penghasilan kena pajak perusahaan (PSAK 46)
Rekonsiliasi antara laba sebelum pajak menurut laporan laba rugi dan penghasilan
komprehensif lain dan laba (rugi) fiskal dan estimasi penghasilan kena pajak Perusahaan
adalah sebagai berikut :
Laba (rugi) sebelum pajak 4.419.686.351
Perbedaan temporer :
Penyisihan imbalan pasca kerja 515.613.361

Pembayaran imbala kerja (385.740.000)

Penyusutan aset tetap (8.143.095.290)


Jumlah beda Waktu (8.013.221.929)

Perbedaan tetap :
Pendapatan yang dikenakan pajak final (5.217.193.526)

2
Amortisasi biaya emisi (2.059.547.917)
Beban yang tidak boleh dikurangkan ke pajak 433.219.762
Jumlah beda tetap (6.843.521.681)
Jumlah laba (rugi) fiskal (10.437.057.258)
Jumlah beban pajak kini 0

Laba (rugi) sebelum pajak 4.419.686.351


Pajak yang dihitung dengan tarif pajak yang berlaku (972.330.997)
Dampak pajak atas beban yang tidak dapat
dikurangkan menurut fiskal (95.308.348)

Pendapatan yang dikenakan pajak final 1.147.782.576


Amortisasi biaya emisi 453.100.542
Efek penyesuaian tarif pajak penghasilan 230.615.380
Manfaat (beban) pajak penghasilan 2020 763.859.152
Manfaat (beban) pajak penghasilan 2019 (1.253.803.498)

Dengan demikian, telah diketahui bahwa Manfaat pajak penghasilan perusahaan pada
tahun 2020 adalah Rp. 763.859.152, sedangkan di tahun sebelumnya beban pajak
penghasilan adalah Rp. 1.253.803.498.

B. Pajak Pembangunan 1 (PB 1) 2020


PB1 atau Pajak Pembangunan Satu yang besarannya 10%, merupakan Pajak yang
nantinya disetorkan ke Pemda setempat. PB 1 ini biasanya dikenakan ke industri hotel,
restoran, wisata, hiburan ataupun tempat-tempat lainnya
Rumus Perhitungan PB 1 : Harga Kamar + ( Harga Kamar x 21%)
Di perusahaan ini sendiri, tidak tercantum perhitungan PB 1 secara terperinci, namun
hasil perhitungan PB 1 nya tertera yaitu sebesar Rp. 1.140.833.097
Di tahun sebelumnya, jumlah PB 1 hanya Rp. 618.453.317, sehingga dalam hal ini, PB
mengalami peningkatan.
Penurunan pertumbuhan ekonomi global maupun domestik merupakan dampak dari krisis
kesehatan akibat pandemi COVID-19.
Pelemahan kondisi ekonomi tersebut turut memengaruhi bisnis yang dijalankan
Perseroan. Jumlah tamu yang datang ke hotel yang dikelola Perseroan mulai menurun
drastis pada bulan Maret 2020, sehingga pada tanggal 29 Maret 2020, Perseroan

3
memutuskan untuk tidak menerima tamu bagi hotel yang kami kelola, yaitu Eastparc
Hotel Yogyakarta
Pada tahun 2020, Perseroan mencatatkan pendapatan sebesar Rp37,1 miliar dan laba
tahun berjalan sebesar Rp5,2 miliar. Pendapatan pada tahun 2020 tersebut menurun
sebesar 42% dibandingkan tahun 2019 dan laba menurun sebesar 42% dari tahun 2019.
Tingkat hunian pada Hotel yang dikelola Perseroan pada tahun 2020 berada pada angka
54,96% yang menurun sebesar 33%

C. PPh 23 tahun 2020


PPh Pasal 23 adalah PPh yang harus dipotong atas penghasilan yang dibayarkan oleh
badan pemerintah, subjek pajak badan dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk
usaha tetap (BUT), atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya kepada wajib pajak
dalam negeri atau BUT. Jadi, pemberi penghasilan harus memotong sebagian dari jumlah
yang dibayarkan kepada penerima penghasilan.
Jenis penghasilan yang dipotong dan tarif yang digunakannya pun diatur. Untuk yang
menggunakan tarif 15%, jenis penghasilannya mencakup dividen, bunga, serta royalti,
hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya selain yang telah dipotong PPh Pasal 21.
Kemudian, jenis penghasilan yang dikenakan tarif 2% antara lain sewa selain sewa tanah
dan/atau bangunan serta imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa
konstruksi, jasa konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah dipotong PPh Pasal 21.
Di dalam laporan keuangan perusahaan, terdapat utang pajak PPh 23 sebesar Rp.
1.745.792
Dapat diasumsikan, hotel mendapat penghasilan berupa dividen, bunga, atau royalti
sehingga terdapat utang pajak PPh 23.
Jumlah utang pajak PPh 23 meningkat dari tahun sebelumnya, yang hanya sebesar Rp.
1.588.416

D. PPh 21 tahun 2020


Utang PPh Pasal 21 terjadi karena PPh yang terutang atas pegawai/karyawan,
pelunasannya dilakukan dengan cara dipotong oleh pemberi kerja, dan kemudian akan
dibayarkan paling lambat pada tanggal 10 bulan berikutnya sejak saat terjadinya
pemotongan PPh (Pasal 2 PMK-242/PMK.03/2014).
Besarnya potongan PPh Pasal 21 yang akan diakui sebagai utang oleh pemberi kerja
harus dihitung oleh pemberi kerja dengan memperhatikan keseluruhan penghasilan yang
diberikan kepada karyawan pada bulan bersangkutan dan pada bulan-bulan sebelumnya,
yang dalam perhitungannya harus disetahunkan.

4
Pada laporan keuangan perusahaan, terdapat utang pajak PPh 21 sebesar Rp.
199.184.670, yang meningkat dari tahun sebelumnya, yakni hanya sebesar Rp.
72.705.059.
Per tanggal 31 Desember 2020, perseroan memiliki 103 orang karyawan secara
keseluruhan dengan pembagian masing-masing 41 karyawan tetap dan 62 karyawan
kontrak. Jumlah tersebut menurun sebesar 44% jika dibandingkan dengan jumlah
karyawan per 31 Desember 2019. Penyebab menurunnya jumlah karyawan tersebut
antara lain adalah adanya karyawan yang mengundurkan diri dan yang paling berdampak
pada penurunan jumlah karyawan tersebut adalah pengurangan jumlah karyawan sebagai
akibat dari Pandemi COVID-19.
Hal tersebut diindikasikan yang menyebabkan berkurangnya utang pajak PPh 21 di tahun
2020.

E. PPh 29 tahun 2020


Pajak Penghasilan Pasal 29 (PPh Pasal 29) merupakan PPh Kurang Bayar (KB) yang
tercantum dalam SPT Tahunan PPh. PPh Kurang Bayar yaitu sisa dari PPh yang terutang
dalam tahun pajak yang bersangkutan dikurangi PPh (PPh Pasal 21, Pasal 23, dan Pasal
24) dan PPh Pasal 25. Hal tersebut tercantum dalam UU No. 26 Tahun 2008 Tentang
Pajak Penghasilan.
PPh Pasal 29 yang harus dilunasi = PPh yang terutang - angsuran PPh Pasal 25.
Pada laporan keuangan perusahaan terdapat utang pajak PPh 29 sebesar 106.818.524,
sedangkan di tahun sebelumnya sebesar 513.922.025. Dalam hal ini, terdapat penurunan
utang pajak PPh 29.

IV. Kesimpulan
Di tahun 2020, Manfaat pajak penghasilan perusahaan mengalami peningkatan menjadi
sebesar Rp. 763.859.152
Sedangkan utang pajak perusahaan meningkat di tahun 2020 menjadi sebesar Rp.
1.448.582.083

Anda mungkin juga menyukai