ANALISIS FUNDAMENTAL
Disusun Oleh :
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik
dan Hinayahnya sehingga kita dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah
satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam memahami karakteristik filter.
Harapan kita semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, sehingga kita dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kita akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kita miliki sangatlah
kurang. Oleh karena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Tim Penyus
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................. ii
ANALISIS FUNDAMENTAL...............................................................................................................1
I. Pengertian Analisis Fundamental.........................................................................................1
II. Fungsi Analisis Fundamental................................................................................................2
III. Metoda Analisis Fundamental...............................................................................................3
IV. Analisis Makro.........................................................................................................................4
1. Produk Domestik Bruto (PDB).............................................................................................4
2. Tingkat Inflasi..........................................................................................................................4
3. Tingkat Pengangguran...........................................................................................................5
4. Tingkat Suku Bunga...............................................................................................................5
5. Nilai Tukar Rupiah..................................................................................................................5
V. Analisis Industri.......................................................................................................................6
Siklus Kehidupan Industri (Industry Life Cycle)........................................................................6
Macam-macam Industri.................................................................................................................8
VI. Porter’s Five Forces.................................................................................................................13
1. Persaingan Antar Perusahaan dalam Industri...................................................................14
2. Ancaman dari Pendatang Baru (Threat of New Entrants)................................................15
3. Ancaman dari Produk Substitusi..........................................................................................15
4. Kekuatan Tawar Menawar Pembeli (Bargaining Power of Buyers)...............................16
5. Daya Tawar Menawar Pemasok (Bargaining Power of Suppliers)..................................16
VII. Analisis Perusahaan................................................................................................................17
Analisis Kualitatif Mengenal Perusahaan................................................................................17
Analisis Kuantitatif Mengenal Perusahaan..............................................................................18
Macam-macam Rasio Keuangan................................................................................................23
1. Liquidity Ratio............................................................................................................................23
3. Debt Ratio................................................................................................................................25
4. Profitability Ratio...................................................................................................................27
5. Market Ratio...........................................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................32
ANALISIS FUNDAMENTAL
3. Tingkat Pengangguran
Tingkat pengangguran (unemployment rate) adalah pengangguran yang dinyatakan
sebagai persentase dari angkatan kerja. Meningkatnya tingkat pengangguran tidak hanya
disebabkan oleh penurunan kesempatan kerja, namun juga akibat meningkatnya jumlah
angkatan kerja. Penggunaan tenaga kerja penuh (full employment) akan terjadi hanya
bila pengangguran yang ada bersifat friksional (pengangguran yang disebabkan keluar
masuknya tenaga kerja). Tingkat pengangguran yang diukur pada saat perekonomian
berada pada keadaan penggunaan tenaga kerja penuh seringkali disebut tingkat
pengangguran alamiah. Pengangguran mengakibatkan pemborosan ekonomi dan
penderitaan manusia (Lipsey, 1991).
3. Mining
Terdiri dari :
Batu bara : Adaro Energy Tbk (ADRO)
Migas : Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX)
Batu-batuan : Citatah Tbk (CTTH)
Lainnya : Vale Indonesia Tbk (INCO)
Logam & Mineral lainnya : ANTM (Aneka Tambang Persero)
Karakteristik:
Dominan Batu bara, 70% hasil produksi di ekspor
Karena sebagian besar bahan tambang diekspor, maka sekktor ini termasuk sensitif
pada fluktuasi rupiah.
Sangat terpengaruh oleh permintaan dari pertumbuhan ekonomi dunia. Bila
ekonomi meningkat, permintaan komoditas dan energy naik, harga ikut naik.
Risiko Kebijakan Pemerintah. Pemerintah dapat membatasi ekspor atau
membebankan pajak ekspor yang bisa mengakibatkan supply berkurang dan harga
mineral menjadi naik.
Sangat dipengaruhi harga minyak dunia. Jika harga minyak dunia naik, harga
komoditas lain seperti nikel, timah, batu bara cenderung ikut menanjak. Pengaruh
paling banyak ada di batubara sebagai subsituti minyak.
4. Miscellaneous
Terdiri dari :
Mesin dan Alat Berat :UNTR (United Tractors)
Otomotif & Komponennya : Astra International Tbk (ASII)
Tekstil & Garmen : Nusantara Inti Corpora Tbk (UNIT)
Alas Kaki : Sepatu Bata Tbk (BATA)
Kabel : Sumi Indo Kabel Tbk (IKBI)
Elektronika : Sat Nusapersada Tbk (PTSN)
Karakteristik :
Identik dengan Otomotif
Rasio kepemilikan mobil di Indonesia hanya 1:35 sedangkan Thailand 1:5 dan Malaysia
1:9 (data 2009). Hal ini menunjukkan bahwa industri otomotif masih bisa bertumbuh.
Sektor ini sangat tergantung pada suku bunga bank atau inflasi untuk melakukan
ekspansi. Semakin tinggi inflasi, suku bunga tinggi, biaya juga meningkat. Hal ini
karena sektor ini termasuk sektor padat modal.
Penjualan otomotif sangat dipengaruhi oleh tingkat suku bunga. Menurut data 2011,
sekitar 85% penjualan kendaraan bermotor dibiayai oleh kredit.
Sangat terpengaruh pada fluktuasi rupiah. Sekitar 80% komponen otomotif masih
diimpor dari luar negeri, sehingga pelemahan rupiah akan meningkatkan biaya
produksi.
Terpengaruh kebijakan pemerintah. Misalnya kebijakan BBM subsidi, aturan uang
menjanjikan karena jumlah perokok yang sangat besar. Aturan rokok di Indonesia
juga relatif masih longgar dibandingkan negara lain.
6. Properti
Terdiri dari:
Property & Real Estate : Alam Sutera Realty Tbk (mall,perumahan)
Konstruksi dan Bangunan : Adhi Karya (Persero) Tbk (jembatan,tol)
Karakteristik:
Sangat tergantung pada kondisi ekonomi. Bila inflasi tinggi, suku bunga kredit naik,
penjualan perumahan juga menurun.
Sektor ini juga paling pertama terkena pengaruh bila suku bunga naik, setelah bank.
Pelemahan nilai tukar rupiah bisa menghambat laju perusahaan sector properti
karena harga bangunan akan naik sehingga menaikkan ongkos produksi.
Untuk mengatasi penjualan yang fluktuatif, emiten properti melakukan beberapa
7. Insfrastructur
e Terdiri dari:
Energi : Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGAS)
Telekomunikasi : XL Axiata Tbk (EXCL)
Transportasi : Blue Bird Tbk (BIRD)
Konstruksi Non Bangunan : Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG)
Jalan Tol, Pelabuhan, Bandara & Sejenisnya: Jasa Marga (Persero) Tbk
(JSMR) Karakteristik:
Emiten di bidang energi sangat terpengaruh oleh harga gas dunia dan fluktuasi
nilai rupiah. Saham emiten ini juga terpengaruh kebijakan pemerintah tentang
energi misalnya pemberlakuan Open Access pada jaringan distribusi gas
dikhawatirkan mempengaruhi pemasuka perseroan.
Bisa juga menjadi pilihan jangka pnajang karena termasuk sector industry yang
sudah matang.
Permintaan untuk jalan tol masih cukup besar. Data 2009, Indonesia hanya
8. Finance
Terdiri dari:
1.Bank : Bank Central Asia Tbk (BBCA)
2.Lembaga Pembiayaan : Buana Finance Tbk (BBLD)
3.Perusahaan Efek : Trimegah Securities Tbk (TRIM)
4.Asuransi : Lippo General Insurance Tbk (LPGI)
5.Lainnya : Sinarmas Multiartha Tbk (SMMA)
Karakteristik:
Sensitif pada isu ekonomi, suku bunga dan inflasi. Inflasi tinggi akan menyebabkan
daya beli turun, suku bunga dinaikkan, NPL (non performing loan) naik dan
penyaluran kredit terhambat. Padahal sektor ini hidup dari penyaluran kredit.
Kinerja perbankan banyak dipengaruhi kebijakan BI, mulai dari BI rate, aturan
LDR (loan to deposit ratio), hingga peraturan LTV (loan to value).
Khusus perusahaan pembiayaaa, sangat terkait dengan industri otomotif.
Pembiayaan produk otomotif mendominasi 90% aktivitas perusahaan pembiayaan
di Indonesia. Jika penjualan otomotif meningkat, perusahaan pembiayaan juga
membaik kinerjanya.
Model Bisnis
Anda dapat mengetahui model bisnis suatu perusahaan dari berbagai informasi,
seperti website perusahaan, bagian penjelasan dari laporan keuangan, atau dari ulasan
koran atau media lain. Kadang model bisnis suatu perusahaan mudah dimengerti,
misalnya GIAA (Garuda Indonesia, Tbk), yaitu menerbangkan penumpang dari satu
tempat ke tempat lain dengan memungut bayaran, atau ROTI (Nippon Indosari
Corpindo, Tbk) yang memproduksi dan menjual roti. Orang awam pun mudah
memahami suatu model bisnis seperti itu, apalagi jika ia juga menggunakan produk atau
jasa perusahaan tersebut. Namun ada juga model bisnis yang kompleks. Ambil contoh
BRMS (Bumi Resources Minerals, Tbk). Pada waktu pertama kali IPO banyak investor
mengira perusahaan ini adalah perusahaan pertambangan. Mungkin mereka hanya
melihat namanya. Tapi sebenarnya perusahaan ini tergolong perusahaan investasi yang
memiliki beberapa anak perusahaan pertambangan. Penghasilan BRMS didapat dari
dividen anak perusahaannya. Pada prinsipnya Anda harus mengetahui dan memahami
model bisnis setiap ingin berinvestasi di perusahaan tertentu.
Keunggulan Kompetitif
Beberapa hal yang bisa menjadi keunggulan kompetitif suatu bisnis antara lain:
1) Sumber daya, biasanya berupa asset yang berwujud dan tidak berwujud. Kepemilikan
asset ini bisa membuat perusahaan bergerak lebih efisien dan profit tinggi.
Paten, misalnya teknologi produksi
terkini. Basis konsumen yang kuat
Reputasi perusahaan yang
baik Kekuatan merek
Monopoli
Aset sumber daya alam
2) Lainnya adalah kemampuan perusahaan untuk mengoptimalkan sumber daya yang
dimilikinya.
Manajemen
Sangat penting untuk mengenali jajaran direksi suatu perusahaan. Jajaran
direksi sangat menentukan kinerja suatu perusaan. Oleh karena itu, sebaiknya kita
kenali jajaran direksi tersebut termasuk pada pengalaman dan track recordnya.
Sebaik apapun model bisnisnya, perusahaan bisa gagal karena manajemen yang
tidak mampu menerjemaahkannya pada rencana kerja dan operasi.
Strategi Perusahaan
Suatu perusahaan boleh saja memiliki model bisnis yang baik, memimpin
pasar, keunggulan kompetitif, manajemen dan tata kelola perusahaan yang baik, tapi
yang paling penting adalah kondisi terkini di lapangan. Anda perlu mengetahui
jawaban dari pertanyaan di bawah ini:
Apakah produk atau jasa perusahaan tersebut masih diminati atau tidak
Apakah ada tantangan baru, dan bagaimana perusahaan menyikapinya
Apakah ada produk atau jasa baru yang diluncurkan perusahaan dan bagaimana
respon konsumen?
Apakah produk atau jasa baru tersebut memiliki potensi untukberkembang di
masa depan?
b. Quick ratio
Quick ratio disebut juga acid test ratio, merupakan perimbangan antara
jumlah aktiva lancar dikurangi persediaan, dengan jumlah hutang lancar.
Persediaan tidak dimasukkan dalam perhitungan quick ratio karena persediaan
merupakan komponen aktiva lancar yang paling kecil tingkat likuiditasnya.
Quick ratio memfokuskan komponen-komponen aktiva lancar yang lebih
likuid yaitu: kas, surat-surat berharga, dan piutang dihubungkan dengan
hutang lancar atau hutang jangka pendek (Martono, 2003:56). Jadi rumusnya:
Jika terjadi perbedaan yang sangat besar antara quick ratio dengan current
ratio, dimana current ratio meningkat sedangkan quick ratio menurun, berarti
terjadi investasi yang besar pada persediaan.
Rasio ini menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid mampu
menutupi hutang lancar. Semakin besar rasio ini semakin baik. Angka rasio ini
tidak harus 100% atau 1:1. Walaupun rasionya tidak mencapai 100% tapi
mendekati 100% juga sudah dikatakan sehat (Harahap, 2002:302).
c. Current ratio
Rasio ini membandingkan aktiva lancar dengan hutang lancar. Current
Ratio memberikan informasi tentang kemampuan aktiva lancar untuk
menutup hutang lancar. Aktiva lancar meliputi kas, piutang dagang, efek,
persediaan, dan aktiva lainnya. Sedangkan hutang lancar meliputi hutang
dagang, hutang wesel, hutang bank, hutang gaji, dan hutang lainnya yang
segera harus dibayar (Sutrisno, 2001:247). Rumus current ratio adalah:
2. Activity Ratio
a. Account receivable turnover
Rasio ini mengukur berapa kali, secara rata-rata piutang yang dikumpulkan
dalam satu tahun. Rasio ini mengukur kualitas piutang dan efisiensi perusahaan
dalam pengumpulan piutang dan kebijakan kreditnya. Rasio ini biasanya
digunakan dalam hubungan dengan analisis terhadap modal kerja, karena
memberi ukuran seberapa cepat piutang perusahaan berputar menjadi kas. Angka
jumlah hari piutang, menggambarkan lamanya suat u piutang bisa ditagih
(jangka waktu pelunasan). Semakin lama jangka waktu pelunasannya,semakin
besar pula resiko kemungkinan tidak tertagihnya piutang (Prastowo dan Juliaty,
2003:82). Rasio ini dapat dihitung dengan rumus:
ATAU
c. Inventory turnover
Seperti halnya perputaran piutang, rasio ini juga menggambarkan
likuiditas perusahaan, yaitu dengan cara mengukur efisiensi perusahaan
dalam mengelola dan menjual persediaan yang dimiliki oleh perusahaan.
Perputaran persediaan yang tinggi menandakan semakin tingginya
persediaan berputar dalam satu tahun. Hal ini menandakan efektivitas
manajemen persediaaan. Sebaliknya, jika perputaran persediaan rendah
menunjukkan pengendalian atas persediaan kurang efektif (Hanafi dan
Halim, 2000:80). Rumus perhitungannya adalah:
3. Debt Ratio
a. Debt to assets ratio (DAR)
Ratio yang biasa disebut dengan rasio hutang (debt ratio) ini mengukur
presentase besarnya dana yang berasal dari hutang. Hutang yang dimaksud
adalah semua hutang yang dimiliki oleh perusahaan baik yang berjangka pendek
maupun yang berjangka panjang. Kreditor lebih menyukai debt ratio yang
rendah sebab tingkat keamanan dananya menjadi semakin baik (Sutrisno,
2001:249). Untuk mengukur besarnya rasio hutang ini digunakan rumus:
Rasio ini menunjukkan sejauh mana hutang dapat ditutupi oleh aktiva.
Semakin kecil rasionya semakin aman (solvable). Porsi hutang terhadap
aktiva harus lebih kecil (Harahap, 2002:304).
b. Debt to equity (DER)
Rasio hutang dengan modal sendiri (debt to equity ratio) adalah imbangan
antara hutang yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri. Semakin tinggi
rasio ini berarti modal sendiri semakin sedikit dibanding dengan hutangnya. Bagi
perusahaan sebaiknya, besarnya hutang tidak boleh melebihi modal sendiri agar
beban tetapnya tidak terlalu tinggi. Semakin kecil rasio ini semakin baik.
Maksudnya, semakin kecil porsi hutang terhadap modal, semakin aman.
Rumusnya:
4. Profitability Ratio
a. Return on asset (ROA)
Rasio ini disebut juga rentabilitas ekonomis, merupakan kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba dengan semua aktiva yang dimiliki oleh
perusahaan. Dalam hal ini laba yang dihasilkan adalah laba sebelum bunga dan
pajak atau EBIT (Sutrisno, 2001:254).Rasio ini dihitung dengan rumus:
Rasio ini mengukur tingkat keuntungan (EBIT) dari aktiva yang digunakan.
Semakin besar rasionya semakin baik (Sutrisno, 2001:254).
b. Return on investment (ROI)
Return on Investment merupakan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan keuntungan yang akan digunakan untuk menutup investasi yang
dikeluarkan. Laba yang digunakan untuk mengukur rasio ini adalah laba bersih
setelah pajak atau EAT (Sutrisno, 2001:255). Rasio ini dihitung dengan rumus:
Rasio ini mengukur jumlah rupiah laba bersih (setelah pajak) yang
dihasilkan oleh setiap satu rupiah investasi yang dikeluarkan. Semakin besar
rasionya semakin baik (Sutrisno, 2001:255).
c. Gross profit margin
Gross Profit Margin merupakan perbandingan antara laba kotor yang
diperoleh perusahaan dengan tingkat penjualan yang dicapai pada periode yang
sama. Rasio ini mencerminkan atau menggambarkan laba kotor yang dapat
dicapai setiap rupiahpenjualan. Semakin besar rasionya berarti semakin baik
kondisi keuangan perusahaan (Munawir, 2001:89). Rasio ini dirumuskan
sebagai berikut:
5. Market Ratio
a. Earning per share (EPS)
Menurut Alwi (2003:77), Earning Per Share (EPS) biasanya menjadi
perhatian pemegang saham pada umumnya atau calon pemegang saham dan
manajmeen. EPS menunjukan jumlah uang yang dihasilkan (return) dari
setiap lembar saham. Semakin besar nilai EPS semakin besar keuntungan
yang diterima pemegang saham.
Seorang investor membeli dan mempertahankan saham suatu perusahaan
dengan harapan akan memperoleh deviden atau capital gain. Laba biasanya
menjadi dasar penentuan pembayaran deviden dan kenaikan harga saham di
masa mendatang. Oleh karena itu, para pemegang saham biasanya tertarik
dengan angka EPS yang dilaporkan perusahaan. EPS hanya dihitung untuk
saham biasa (Prastowo, 2005:93).
d. Market/Book ratio
Rasio ini menunjukan berapa besar nilai perusahaan dari apa yang telah
atau sedang ditanamkan oleh pemilik perusahaan, semakin tinggi rasio ini,
semakin besar tambahan wealth (kekayaan) yang dinikmati oleh pemilik
perusahaan (Husnan, 2006:76)
Menurut prastowo (2005:99),jika harga pasar berada di bawah nilai
bukunya, investor memandang bahwa perusahaan tidak cukup potensial. Bila
seorang investor pesimistik atau prospek suatu saham, banyak saham dijual
pada harga di bawah nilai bukunya. Sebaliknya jika investor optimistic maka
saham dijual dengan harga di atas nilai bukunya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ayo Berinvestasi. Mengenal Istilah-istilah dalam Perdagangan Saham. [ONLINE] Available at:
http://ayoberinvestasi.com/istilah-dalam-perdagangan-saham/. [Accessed 14 February 2017].
2. Ayo Berinvestasi. 2016. Tiga Fase Trend Pergerakan Saham. [ONLINE] Available at:
http://ayoberinvestasi.com/tiga-fase-trend-pergerakan-saham/. [Accessed 16 February
2017].
3. Bursa Efek Indonesia. Sekolah Pasar Modal Level 1.
4. Bursa Efek Indonesia. Sekolah Pasar Modal Level 2.
5. Dinus. Contoh Soal Indeks Harga Saham Gabungan. [ONLINE] Available at:
http://dinus.ac.id/repository/docs/ajar/contoh_Indek_Harga_saham.ppt. [Accessed 20
February 2017].
6. Divisi Edukasi FMC. 2015. Modul Training 2015.
7. Divisi Edukasi FMC. 2016. Modul TRPM.
8. Hauwtan, Pegeen. 2010. Tesis Analisis Fundamental dan Teknikal Saham PT PP
London Sumatra Indonesia Tbk. Jakarta.
9. Stockbit. Teknikal Analisis Untuk Pemula.
10. Wira, Desmond. 2015. Analisis Teknikal untuk Profit Maksimal. Jakarta: Exceed.
11. Nadira Nasyiffa. 2011. Rasio Pasar. [ONLINE] Available at:
http://nadiranasyiffa.blogspot.co.id/2011/10/rasio-pasar.html. [Accessed 25 February
2017].
12. TipsSerbaSerbi. 2016. Macam-macam Rasio Keuangan dan Rumusnya. [ONLINE]
Available at: http://tipsserbaserbi.blogspot.co.id/2016/03/macam-macam-rasio-
keuangan-dan-rumusnya.html. [Accessed 25 February 2017].
13. Gopublicidx. 2016. Proses Go Public. [ONLINE] Available at:
https://gopublic.idx.co.id/2016/06/22/proses-go-public/.[Accessed 29 February 2017].
14. Sahamok. Jenis Aksi Korporasi Perusahaan Publik. [ONLINE] Available at:
http://www.sahamok.com/jenis-aksi-korporasi-perusahaan-publik/. [Accessed 29
February 2017].
15. Fariska, Nadia. 2016. Corporate Action. [ONLINE] Available at:
http://www.edukasisaham.co.id/corporate-action/. [Accessed 29 February 2017].
16. Sanda Wibowo. 2015. Bandarmology, Haruskah Kita Ikut? [ONLINE] Available at:
http://www.bdanp.com/2015/08/bandarmology-haruskah-kita-ikut.html. [Accessed 29
February 2017].
17. Filbert, Ryan. 2016. Bandarmology. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
18. Stockbit. Bandarmology.
19. Wira, Desmond. 4 Indikator Analisis Teknikal Paling Populer. [ONLINE] Available at:
http://juruscuan.com/trading/492-4-indikator-analisis-teknikal-paling-populer.
[Accessed 3 March 2017].
20. Wira, Desmond. 2015. Analisis Fundamental Saham. 2nd ed. Jakarta: Exceed.
21. Wira, Desmond. Analisis Fundamental. [ONLINE] Available at:
http://www.juruscuan.com/investasi/444-analisis-fundamental. [Accessed 3 March 2017].
22. Investidx. 2015. Psikologi Trading Emosi yang Mempengaruhi Investor. [ONLINE]
Available at: http://investidx.blogspot.co.id/2015/11/psikologi-trading-emosi-yang.html.
[Accessed 13 March 2017].