Anda di halaman 1dari 67

PENGARUH PROFITABILITAS DAN UKURAN PERUSAHAAN

TERHADAP NILAI PERUSAHAN DENGAN KEBIJAKAN


DIVIDEN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING
(Studi Pada Perusahaan Subsektor Makanan dan Minuman yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Tahun 2018-2022)

PROPOSAL

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Akuntansi (S1) Pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
UIN Alauddin Makassar

Di Susun Oleh :

Putri Sriwahyuni
90400120087

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2023

1
DAFTAR ISI
SAMPUL
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL...........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................16
C. Tujuan Penelitian...................................................................................17
D. Manfaat Penelitian.................................................................................18
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................19
A. Signaling Theory....................................................................................19
B. Profitabilitas...........................................................................................21
C. Ukuran Perusahaan................................................................................26
D. Nilai Perusahaan....................................................................................28
E. Kebijakan Dividen..................................................................................31
F. Penelitian Terdahulu..............................................................................34
G. Rerangka Konseptual.............................................................................39
H. Hipotesis Penelitian................................................................................40
BAB III METODE PENELITIAN...............................................................................45
A. Jenis Penelitian.......................................................................................45
B. Populasi dan Sampel..............................................................................45
C. Jenis dan Sumber Data...........................................................................48
D. Teknik Analisis Data..............................................................................49
E. Definisi Operasional Variabel................................................................52
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................58

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Nilai Kapitalisasi Pasar Sektor Barang Konsumsi..............................................6


Tabel 1. 2 Data Profitabilitas (ROE), Ukuran perusahaan (Size), Kebijakan Dividen
(DPR) dan Nilai perusahaan (PBV).....................................................................................8
Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu...........................................................................................34
Tabel 3. 1 Tabel Populasi Perusahaan Subsektor Makanan Dan Minuman.......................46
Tabel 3. 2 Nama perusahaan Perusahaan Subsektor Makanan Dan Minuman yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.......................................................................................48
Tabel 3. 3 Definisi Operasional variabel............................................................................55

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Rerangka Konseptual.......................................................................................39

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan perekonomian di Indonesia tidak lepas dari perkembangan

pasar modal di Indonesia. Semakin maju dan berkembangnya pasar modal di

Indonesia maka perekonomian akan terdorong maju dan berkembang juga. Saat

ini banyak investor menanamkan modalnya untuk berinvestasi di Bursa Efek

Indonesia yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan di masa mendatang.

Berdasarkan laporan tahunan BEI, PT Bursa Efek Indonesia (BEI), mencatat

jumlah investor pada tahun 2022 di Pasar Modal Indonesia sebanyak 1.719.478

Jumlah ini mengalami pertumbuhan 2,6% dibandingkan tahun 2021 sebanyak

1.676.239 investor (idx

Namun sebelum menanamkan modalnya, calon investor harus

menganalisis terlebih dahulu perusahaan mana yang akan dipilih untuk

meminimalisir risiko. Risiko seringkali sulit di prediksikan oleh investor. Untuk

mengurangi risiko tersebut investor memerlukan berbagai macam informasi, baik

informasi yang berasal dari dalam perusahaan maupun informasi yang relevan

seperti kondisi ekonomi dan politik dalam suatu negara. Informasi yang diperoleh

dari perusahaan lazimnya didasarkan pada kinerja perusahaan yang terdapat

dalam laporan keuangan. Informasi-informasi yang diterbitkan oleh perusahaan

tersebut berhubungan dengan signaling theory.

Signaling Theory atau teori sinyal dikembangkan oleh Ros pada tahun

1997, menyatakan bahwa pihak eksekutif perusahaan memiliki informasi lebih


2

baik mengenai perusahaannya akan terdorong untuk menyampaikan informasi

tersebut kepada calon investor agar harga saham perusahaannya meningkat

(Abdullah Suardi, 2017). Suardi (2017) menyatakan bahwa hal positif dalam

signaling theory dimana perusahaan yang memberikan informasi yang bagus akan

membedakan mereka dengan perusahaan yang tidak memiliki “berita bagus”

dengan menginformasikan pada pasar tentang keadaan mereka, sinyal tentang

bagusnya kinerja masa depan yang diberikan oleh perusahaan yang kinerja

keuangan masa lalunya tidak bagus tidak akan dipercaya oleh pasar.

Memilih perusahaan yang baik dapat dilihat dari berbagai indikator, salah

satunya yaitu nilai perusahaan. Nilai perusahaan sangatlah penting karena dapat

mencerminkan keadaan suatu perusahaan, dengan nilai perusahaan yang tinggi

akan diikuti oleh tingginya kemakmuran investor atau pemegang saham. Nilai

perusahaan tinggi menunjukkan kinerja perusahaan yang baik (Sari &

Purnamasari, 2015).

Perusahaan go public cenderung selalu meningkatkan nilai perusahaan

untuk menarik perhatian investor. Nilai perusahaan adalah kinerja perusahaan

yang dicerminkan oleh harga saham yang dibentuk oleh permintaan dan

penawaran di pasar modal yang merefleksikan penilaian publik terhadap kinerja

perusahaan (Harmono, 2011). Harga saham yang tinggi membuat nilai suatu

perusahaan juga tinggi. Memaksimalkan nilai perusahaan sangat penting artinya

bagi perusahaan, karena dengan memaksimalkan nilai perusahaan berarti juga

memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang merupakan tujuan utama

perusahaan.
3

Menurut Hermuningsih, (2012) Nilai perusahaan semakin tinggi seiring

dengan harga sahamnya. Nilai yang lebih tinggi akan membuat pasar percaya

pada kinerja saat ini dan prospek masa depan perusahaan.

Nilai perusahaan dalam penelitian ini diukur menggunakan Price to Book

Value (PBV), yang merupakan perbandingan antara harga pasar per saham

dengan nilai buku per saham perusahaan, dimana nilai buku per saham

perusahaan merupakan perbandingan antara ekuitas saham biasa dengan jumlah

saham perusahaan yang beredar (Brigham dan Houston, 2018).

Nilai perusahaan yang diukur dengan Price to Book Value (PBV)

dipengaruhi oleh beberapa variabel yaitu return on equity, payout ratio, risiko,

dan pertumbuhan (Damodaran, 1996). menurut Amirya dan Atmini (2007) dan

Oktaviani (2008), Kebijakan dividen, profitabilitas, pertumbuhan penjualan, dan

ukuran perusahaan adalah semua komponen yang mempengaruhi nilai

perusahaan. Dalam penelitian ini, peneliti hanya membatasi beberapa variabel

yang akan diteliti, yang diduga berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Variabel

tersebut diantaranya adalah profitabilitas, ukuran perusahaan, dan kebijajkan

Dividen.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan diantaranya

adalah pertama, proftabilitas. Perusahaan dapat dikatakan baik apabila mampu

menghasilkan keuntungan atau profitabilitas. Profitabilitas merupakan rasio yang

menggambarkan tingkat efektivitas perusahaan untuk menghasilkan laba. Dapat

disimpulkan bahwa profitabilitas merupakan gambaran untuk mengukur sejauh

mana perusahaan tersebut mampu menghasilkan laba bagi perusahaan


4

(Kamaludin, 2011).

Perusahaan yang terus mengalami pertumbuhan secara konstanta maka

akan menjadi daya tarik tersendiri dimata investor. Semakin tinggi laba

perusahaan, maka akan semakin tinggi pula harga saham perusahaan tersebut.

Dengan profitabilitas yang optimal menunjukan bahwa kinerja perusahaan yang

cukup baik dan keinginan investor untuk bereaksi positif sehingga nilai

perusahaan mengalami peningkatan (Sujoko dan Soebiantoro, 2007).

Profitabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan keuntungan atau menghasilkan keuntungan dengan menggunakan

sumber dayanya. Arti dari profitabilitas juga sebagai mampunya sebuah

perusahaan dalam memperoleh keuntungan dan mengukur tingkat efisiensi

operasional dan efisiensi penggunaan harta yang dimilikinya (Astakoni, 2020).

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa profitabilitas perusahaan merupakan

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari aktivitas yang

dilakukan pada suatu periode akuntansi. Pendekatan Return On Equity (ROE)

merupakan rasio yang menunjukkan mampunya perusahaan dalam memperoleh

keuntungan setelah pajak dengan penggunaan modal sendiri perusahaan. Rasio

tersebut digunakan dalam penelitian ini.

Faktor kedua yaitu ukuran perusahaan. Selain itu keberhasilan sebuah

perusahaan juga dapat dilihat melalui ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan

menjadi variabel yang dipetimbangkan dalam menentukan nilai perusahaan.

Ukuran perusahaan merupakan cerminan total dari aset yang dimiliki suatu

perusahaan. Semakin tinggi ukuran perusahaan, maka akan cenderung lebih


5

banyak investor yang menaruh perhatian terhadap perusahaan tersebut, sehingga

akan meningkatkan nilai perusahaan dimata investor. Nilai perusahaan yang

meningkat ditandai dengan total aktiva perusahaan yang mengalami kenaikan dan

lebih besar dibanding dengan jumlah hutang perusahaan.

Menurut Werner R. Murhadi (2013) ukuran perusahaan diukur dengan

mentransformasikan total aset yang dimiliki perusahaan dalam bentuk logaritma

natural. Firm Size diukur menggunakan logaritma natural dari total aset. Alasan

penggunaan penggunaan ukuran perusahaan karena ukuran perusahaan dapat

menggambarkan besar kecilnya perusahaan yang dihitung berdasarkan total

asetnya dengan menggunakan logaritma natural.

Faktor ketiga yang mempengaruhi nilai perusahaan adalah kebijakan

dividen. Kebijakan dividen pada dasarnya adalah penentuan besarnya porsi

keuntungan yang akan diberikan kepada pemegang saham. Kebijakan

pembayaran dividen merupakan hal yang penting yang menyangkut apakah arus

kas akan dibayarkan kepada investor atau akan ditahan untuk diinvestasikan

kembali oleh perusahaan (Brigham, 2001). Return merupakan salah satu faktor

yang memotivasi investor dalam berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas

keberanian investor menanggung resiko atas investasi yang dilakukan (Tandelilin,

2001). Salah satu return yang dapat diperoleh investor adalah dividen, dividen

merupakan hak pemegang saham terhadap laba yang dihasilkan oleh perusahaan

atas kegiatan bisnisnya

Kebijakan dividen ini adalah mengenai apakah perusahaan akan

membayar dividen atau tidak. Proksi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
6

dividend payout ratio (DPR). DPR dihitung cara membandingkan antara dividen

yang dibagi dengan laba bersih yang didapatkan dan biasanya disajikan dalam

bentuk persentase (Rahmasari et al., 2019).

Berdasarkan penjelasan-penjelasan tersebut dapat diartikan bahwa

profitabilitas sangat berpengaruh terhadap kebijakan dividen yang pada akhirnya

kebijakan dividen dapat memaksimalkan nilai perusahaan, oleh karena adanya

hubungan tersebut, maka kebijakan dividen ditetapkan sebagai variabel

intervening yang memediasi hubungan profitabilitas dengan nilai perusahaan.

Profitabilitas dapat menjadi sebuah acuan oleh investor untuk

mendapatkan return pada saat berinvestasi. Suatu return yang besar dapat

dimiliki oleh suatu perusahaan yang memiliki kapitalisasi pasar yang tinggi. Nilai

kapitalisasi pasar dapat diketahui dengan menggunakan total saham yang beredar

dikalikan harga pasar. Kapitalisasi pasar perusahaan dikatakan tinggi maka dapat

dijadikan tujuan investor dalam berinvetasi, hal ini disebabkan dapat mempunyai

kemungkinan perkembangan perusahaan yang baik (Yusra, 2019)

Tabel 1. 1
Nilai Kapitalisasi Pasar Sektor Barang Konsumsi

Perusahaan sektor
2019 2020 2021 2022 Rata-rata
barang konsumsi
Makanan dan 360.525 345.509 596.397 670.30 493.184
minuman 4
Produsen tembakau 361.056 268.068 183.417 145.04 239.398
9
Farmasi 115.889 147.988 143.225 149.37 103.350
8
Kosmetik dan rumah 327.788 287.909 170.974 192.14 202.002
tangga 0
Peralatan rumah 4.767 5.163 8.015 4.501 3.610
tangga
7

Sumber: IDX Fact Book 2019-2022

Tabel 1.1 diatas menunjukan sektor industri barang konsumsi yang

memiliki macam-macam subsektor. Subsektor dengan rata rata nilai yang tinggi

dalam kapitalisasi pasar tertinggi yaitu pada subsektor makanan dan minuman,

nilai kapitalisasi pasar yang tinggi dapat menjadi tujuan para investor untuk

berinvestasi dalam waktu yang lama dikarenakan perusahaan tersebut memiliki

perkembangan perusahaan baik, mendapatkan keuntungan, dividen yang tinggi,

serta resiko perusahaan dimiliki tidak terlalu banyak. Untuk empat subsektor

lainnya masih memiliki kapitalisasi dibawah perusahaan subsektor makanan dan

minuman, bisa disimpulkan bahwa perusahaan tersebut memiliki nilai kapitalisasi

pasar yang tinggi dibanding perusahaan dibidang lain sehingga hal tersebut dapat

meningkatkan perekonomian nasional di Indonesia.

Industri manufaktur sektor makanan dan minuman menarik diteliti karena

sektor ini memproduksi produk kebutuhan primer manusia juga menjadi sektor

andalan industri manufaktur yang berkontribusi besar dalam mendukung

pertumbuhan ekonomi nasional karena capaian yang cenderung konsisten positif

baik dari peningkatan produktivitas, investasi, ekspor, dan penyerapan tenaga

kerja dan kondisi industri makanan dan minuman menjadi salah satu yang paling

tahan dengan krisis moneter jika dibandingkan dengan sub sektor lainnya karena

menjadi sektor yang paling dibutuhkan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan

sehari-hari, sehingga investor tertarik untuk berinvestasi pada sektor ini karena

diperkirakan dapat memberikan kontribusi yang baik dimasa depan (Kurniawati

& Safitri, 2021).


8

Sebagai data awal peneliti menyajikan Profitabilitas (ROE), Ukuran

perusahaan, Kebijakan Dividen (DPR) dan Nilai perusahaan (PBV) Pada

Subsektor Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun

2018-2022.

Tabel 1. 2
Data Profitabilitas (ROE), Ukuran perusahaan (Size), Kebijakan Dividen
(DPR) dan Nilai perusahaan (PBV)

No. Nama Perusahaan Tahun ROE Size DPR PBV

2018 21 30.50 37.66 6.86


2019 21 30.58 33.71 4.63
Pt Mayora Tbk
1 2020 19 30.62 56.52 5.38
(MYOR)
2021 11 30.62 39.62 4.02
2022 15 30.73 40.23 4.36
2018 4.4 29.11 20.73 2.55
PT Nippon Indosari 2019 7.7 29.17 19.84 2.60
2 Corpindo Tbk. 2020 5.2 29.12 71.51 2.61
(ROTI) 2021 9.9 29.06 104.32 2.93
2022 16.1 29.05 0.80 3.05
2018 9.94 32.20 49.79 1.31
PT Indofood sukses 2019 10.9 32.20 49.73 1.28
3 Makmur Tbk 2020 11 32.73 37.82 0.76
(INDF) 2021 12.9 32.82 31.84 0.64
2022 9.8 32.83 35.50 0.63
2018 7.00 27.64 28.49 2.30
PT Campina Ice 2019 8.21 27.69 32.59 2.35
4 Cream Industry Tbk 2020 4.58 27.71 89.29 1.85
(CAMP) 2021 9.67 27.77 41.49 1.36
2022 12.88 27.70 169.90 1.91
2018 9.49 27.79 64.10 0.84
PT Wilmar Cahaya 2019 19.05 27.96 27.62 0.88
5 Indonesia Tbk 2020 14.42 28.08 32.68 0.84
(CEKA) 2021 13.48 28.16 31.85 0.81
2022 14.24 28.17 26.95 0.76
2018 14.69 29.35 20 3.27
PT Ultrajaya Milk 2019 18.32 29.52 13.48 3.43
6 Industry Tbk 2020 23.21 29.80 85 3.87
(ULTJ) 2021 24.85 29.63 20.49 3.53
2022 16.58 29.63 32.61 2.93
7 PT Delta Djakarta 2018 26.41 28.05 113.27 3.43
9

2019 26.28 27.99 98.24 4.49


2020 12.20 27.83 161.29 3.45
Tbk (DLTA)
2021 18.68 27.90 127.66 2.96
2022 23.08 27.90 86.81 3.06
2018 9.4 27.34 26.47 3.06
2019 11.8 27.40 23.08 2.93
PT Sekar Laut Tbk
8 2020 10.4 27.37 24.19 2.66
(SKLT)
2021 15.7 27.51 39.02 3.08
2022 12.7 27.66 22.31 1.83
Sumber : data penelitian yang diolah, 2023

Dari tabel 1.2, di atas menunjukkan bahwa profitabilitas (ROE) PT

Mayora Tbk tahun 2022 mengalami peningkatan dari tahun 2021 sebesar 15

begitupun juga dengan nilai perusahaan (PBV) di tahun 2022 mengalami

peningkatan juga sebesar 4,36. Adanya peningkatan profitabilitas (ROE) pada PT

Mayora Tbk diikuti dengan peningkatan nilai perusahaan (PBV). Hal ini sesuai

yang dinyatakan oleh (Horne dan John, 2005). Naiknya rasio ROE dari tahun ke

tahun pada perusahaan berarti terjadi profitabilitas perusahaan juga akan

meningkatkan laba per lembar saham (EPS atau earning per share) perusahaan.

Adanya peningkatan EPS akan membuat investor tertarik untuk menanamkan

modalnya dengan membeli saham perusahaan.

Hal ini berlawanan yang dialami perusahaan PT Indofood sukses Makmur

Tbk tahun 2020 profitabilitas (ROE) mengalami peningkatan dari tahun 2019

sebesar 11 akan tetapi nilai perusahaan (PBV) pada tahun 2020 justru mengalami

penurunan yaitu sebesar 0,76. PT Campina Ice Cream Industry Tbk tahun 2021

mengalami peningkatan dari tahun 2020 sebesar 9,67 akan tetapi nilai perusahaan

(PBV) pada tahun 2021 justru mengalami penurunan yaitu sebesar 1,36. PT

Wilmar Cahaya Indonesia Tbk tahun 2022 mengalami peningkatan dari tahun

2021 sebesar 14,24 akan tetapi nilai perusahaan (PBV) pada tahun 2022 justru
10

mengalami penurunan yaitu sebesar 0,76.

Pada PT Delta Djakarta Tbk tahun 2021 mengalami peningkatan dari

tahun 2020 sebesar 18,68 akan tetapi nilai perusahaan (PBV) pada tahun 2021

justru mengalami penurunan yaitu sebesar 2,96. PT Sekar Laut Tbk tahun 2019

mengalami peningkatan dari tahun 2018 sebesar 11,8 akan tetapi nilai perusahaan

(PBV) pada tahun 2019 justru mengalami penurunan yaitu sebesar 2,93. Terdapat

beberapa fenomena dalam laporan keuangan pada perusahaan Subsektor Makanan

Dan Minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dimana profitabilitas pada

perusahaan PT Indofood sukses Makmur Tbk, PT Campina Ice Cream Industry

Tbk, PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk, PT Delta Djakarta Tbk, dan PT Sekar

Laut Tbk mengalami kenaikan akan tetapi nilai perusahaan justru mengalami

penurunan.

Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Dhani & Utama, (2017) Profitabilitas

perusahaan berhubungan positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Di

dalam mengelola aset untuk menghasilkan profit akan berdampak terhadap

penelitian nilai perusahaan. Profit yang tinggi memberikan indikasi prospek

perusahaan yang baik, sehingga dapat memicu para investor untuk meningkatkan

permintaan saham. Seharusnya jika PT Indofood sukses Makmur Tbk, PT

Campina Ice Cream Industry Tbk, PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk, PT Delta

Djakarta Tbk, dan PT Sekar Laut Tbk mengalami peningkatan maka nilai

perusahaan juga akan mengalami peningkatan.

Pada tabel 1.2, menunjukkan ukuran perusahaan bahwa PT Mayora Tbk

tahun 2019 mengalami peningkatan dari tahun 2018 sebesar 30,58 akan tetapi
11

nilai perusahaan (PBV) di tahun 2019 justru mengalami penurunan sebesar 4,63.

Pada PT Indofood sukses Makmur Tbk tahun 2020 mengalami peningkatan dari

tahun 2019 sebesar 32,73 akan tetapi nilai perusahaan (PBV) di tahun 2020 justru

mengalami penurunan sebesar 0,76. Pada PT Campina Ice Cream Industry Tbk

tahun 2020 mengalami peningkatan dari tahun 2019 sebesar 27,71 akan tetapi

nilai perusahaan (PBV) di tahun 2020 justru mengalami penurunan sebesar 1,85.

Pada PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk tahun 2020 mengalami

peningkatan dari tahun 2019 sebesar 28,08 akan tetapi nilai perusahaan (PBV) di

tahun 2020 justru mengalami penurunan sebesar 0,84. PT Delta Djakarta Tbk

tahun 2021 mengalami peningkatan dari tahun 2020 sebesar 27,90 akan tetapi

nilai perusahaan (PBV) di tahun 2021 justru mengalami penurunan sebesar 2,96.

PT Sekar Laut Tbk tahun 2019 mengalami peningkatan dari tahun 2018 sebesar

27,40 akan tetapi nilai perusahaan (PBV) di tahun 2019 justru mengalami

penurunan sebesar 2,93. Terdapat beberapa fenomena dalam laporan keuangan

pada perusahaan Subsektor Makanan Dan Minuman yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia, dimana ukuran perusahaan pada perusahaan PT Mayora Tbk, PT

Indofood sukses Makmur Tbk, PT Campina Ice Cream Industry Tbk, PT Wilmar

Cahaya Indonesia Tbk, PT Delta Djakarta Tbk, dan PT Sekar Laut Tbk

mengalami kenaikan akan tetapi nilai perusahaan justru mengalami penurunan.

Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Rachmawati dan Hanung (2007)

yang menyatakan ukuran perusahaan dinyatakan berhubungan positif dan

signifikan terhadap nilai perusahaan. Ukuran perusahaan dianggap mampu dan

mempengaruhi nilai perusahaan. Karena semakin besar ukuran perusahaan maka


12

akan semakin mudah pula perusahaan memperoleh sumber pendanaan baik yang

bersifat internal maupun eksternal. Seharusnya jika PT Mayora Tbk, PT Indofood

sukses Makmur Tbk, PT Campina Ice Cream Industry Tbk, PT Wilmar Cahaya

Indonesia Tbk, PT Delta Djakarta Tbk, dan PT Sekar Laut Tbk mengalami

peningkatan maka nilai perusahaan juga akan mengalami peningkatan.

Pada tabel 1.2, menunjukkan bahwa peningkatan presentase kebijakan

dividen (DPR) akan meningkatkan nilai perusahaan. Hal ini dibuktikan pada

perusahaan PT Mayora Tbk tahun 2020 mengalami peningkatan dari tahun 2019

sebesar 56,52 begitupun juga dengan nilai perusahaan (PBV) di tahun 2020

mengalami peningkatan juga sebesar 5,38. Adanya peningkatan kebijakan dividen

(DPR) pada PT Mayora Tbk diikuti dengan peningkatan nilai perusahaan (PBV).

Hal ini sesuai yang dinyatakan oleh Yadnyana dan Wati (2011), serta Sukirni

(2012) yang menghasilkan bahwa kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap

nilai perusahaan.

Hal ini berlawanan yang dialami perusahaan yang presentase kebijakan

dividen pada perusahaan PT Indofood sukses Makmur Tbk tahun 2022

mengalami peningkatan dari tahun 2021 sebesar 35,50 akan tetapi nilai

perusahaan (PBV) di tahun 2022 justru mengalami penurunan sebesar 0,63. PT

Campina Ice Cream Industry Tbk tahun 2020 mengalami peningkatan dari tahun

2019 sebesar 82,29 akan tetapi nilai perusahaan (PBV) di tahun 2020 justru

mengalami penurunan sebesar 1,85. PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk tahun

2019 mengalami penurunan dari tahun 2018 sebesar 27,62 akan tetapi nilai

perusahaan (PBV) di tahun 2019 justru mengalami peningkatan sebesar 0,88.


13

Perusahaan Pada PT Ultrajaya Milk Industry Tbk tahun 2022 mengalami

peningkatan dari tahun 2021 sebesar 32,61 akan tetapi nilai perusahaan (PBV) di

tahun 2022 justru mengalami penurunan sebesar 2,93. PT Delta Djakarta Tbk

tahun 2020 mengalami peningkatan dari tahun 2019 sebesar 161,29 akan tetapi

nilai perusahaan (PBV) di tahun 2020 justru mengalami penurunan sebesar 3,45.

PT Sekar Laut Tbk tahun 2020 mengalami peningkatan dari tahun 2019 sebesar

24,19 akan tetapi nilai perusahaan (PBV) di tahun 2020 justru mengalami

penurunan sebesar 2,66. Terdapat beberapa fenomena dalam laporan keuangan

pada perusahaan Subsektor Makanan Dan Minuman yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia, dimana kebijakan dividen pada perusahaan PT Indofood sukses

Makmur Tbk, PT Campina Ice Cream Industry Tbk, PT Ultrajaya Milk Industry

Tbk, PT Delta Djakarta Tbk, dan PT Sekar Laut Tbk mengalami kenaikan akan

tetapi nilai perusahaan justru mengalami penurunan.

Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Mardiyati, dkk (2012) bahwa

kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Dimana pada

dasarnya kebijakan adalah penentuan besarnya porsi keuntungan yang akan

diberikan pada pemegang saham, besarnya dividen yang dibagikan tergantung

pada kebijakan dividen masing-masing perusahaan. Proporsi Net Income After

Tax yang dibagikan sebagai dividen biasanya dipresentasikan dalam Dividen Pay

Out Ratio (DPR), inilah yang menentukan besarnya dividen per lembar saham

(Dividen Per Share). Jika dividen dibagikan besar maka hal tersebut akan

meningkatkan harga saham yang juga berakibat pada peningkatan nilai

perusahaan yang dialami perusahaan yang presentase. Seharusnya jika PT


14

Indofood sukses Makmur Tbk, PT Campina Ice Cream Industry Tbk, PT

Ultrajaya Milk Industry Tbk , PT Delta Djakarta Tbk, dan PT Sekar Laut Tbk

mengalami peningkatan maka nilai perusahaan juga akan mengalami

peningkatan.

Penelitian-penelitian sebelumnya tentang variabel-variabel yang

berpengaruh terhadap nilai perusahaan masih mengalami hasil yang berbeda

(inkonsisten). Penelitian yang dilakukan Dhani & Utama, (2017) serta

Hermuningsih (2012), menemukan hasil yaitu Profitabilitas perusahaan

berhubungan positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian

tersebut tidak sama hasilnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Thaib dan

Dewantoro (2017) serta Surantan dan Pranata (2003), Profitabilitas memiliki

pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan.

Penelitian yang dilakukan oleh Rachmawati dan Hanung (2007), Rahayu

dan Sari (2018), Prasetia dkk (2016), serta Anung dkk (2017) ukuran perusahaan

memiliki hubungan positif dan signifikan dengan nilai perusahaan. Namun,

menurut Siallagan dan Mas'ud (2006), Manoppo dan Arie (2016), serta

Purwahandoko (2017) ukuran perusahaan memiliki hubungan negatif dan

signifikan.

Kemudian penelitian yang terkait dengan pengaruh kebijakan dividen

terhadap nilai perusahaan diantaranya pernah dilakukan oleh Yadnyana dan Wati

(2011), Sukirni (2012) serta Mardiyati, dkk (2012) yang menghasilkan bahwa

kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Sedangkan

penelitian Taswan (2003), Putra dkk (2007), serta Wibowo dan Aisjah (2013)
15

menemukan bahwa kebijakan dividen berpengaruh negatif terhadap nilai

perusahaan.

Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh profitabilitas dan ukuran

perusahaan terhadap nilai perusahaan dengan kebijakan dividen sebagai variabel

intervening, yaitu sebagai kelanjutan dari penelitian sebelumnya. Penelitian ini

merupakan replikasi dari penelitian Yangs Analisa, (2011) menguji ukuran

perusahaan, leverage, profitabilitas, dan kebijakan dividen terhadap nilai

perusahaan.

Hal penting yang membedakan penilitian ini dengan penelitian

sebelumnya adalah bahwa penelitian ini menggunakan variabel intervening.

Dengan adanya faktor-faktor yang diteliti dalam penelitian ini diharapkan

dapat dijadikan pertimbangan bagi investor untuk mengambil keputusan

investasinya dan juga membantu perusahaan untuk meningkatkan nilai

perusahaan dengan meningkatkan variabel yang berpengaruh terhadap nilai

perusahaan

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti tertarik

melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Profitabilitas dan Ukuran

Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan dengan Kebijakan Dividen sebagai

Variabel Intervening pada Perusahaan Subsektor Makanan dan Minuman

yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2018-2022”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan , adapun rumusan

masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :


16

1. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap nilai perusahaan?

2. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan?

3. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan dividen?

4. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kebijakan dividen?

5. Apakah kebijakan dividen berpengaruh terhadap nilai perusahaan?

6. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap nilai perusahaan melalui

kebijakan dividen sebagai variabel intervening pada Sektor industri barang

konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2018-2022?

7. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan melalui

kebijakan dividen sebagai variabel intervening pada Sektor industri barang

konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2018-2022?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun diatas, adapun tujuan

dari penelitian ini adalah sebagai berikutt :

1. Untuk mengetahui pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan.

2. Untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan terhadap nilai

perusahaan.

3. Untuk mengetahui pengaruh profitabilitas terhadap kebijakan dividen.

4. Untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan terhadap kebijakan

dividen.

5. Untuk mengetahui pengaruh kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan.

6. Untuk mengetahui profitabilitas berpengaruh terhadap nilai perusahaan

melalui kebijakan dividen sebagai variabel intervening pada Sektor


17

industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

tahun 2018-2022.

7. Untuk mengetahui ukuran perusahaan berpengaruh terhadap nilai

perusahaan melalui kebijakan dividen sebagai variabel intervening pada

Sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(BEI) tahun 2018-2022.

D. Manfaat Penelitian

Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan akan memberikan

kegunaan dan kontribusi sebagai berikut :

1. Bagi calon investor

Dengan adanya kajian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan

pada saat melakukuan investasi.

2. Bagi perusahaan

Sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam mengaplikasikan

variabel-variabel penelitian ini untuk membantu meningkatkan nilai

perusahaan serta sebagai bahan pertimbangan emiten untuk

mengevaluasi, memperbaiki, dan meningkatkan kinerja manajemen

dimasa yang akan datang.

3. Bagi akademisi penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

dalam pengembangan teori mengenai profitabilitas, ukuran perusahaan,

kebijakan dividen yang diterapkan pada suatu perusahaan serta

pengaruhnya terhadap nilai perusahaan.

4. Bagi penelitian yang akan datang


18

Penelitian ini dapat diharapkan dapat menjadi referensi atau bahan

wacana di bidang keuangan sehingga dapat bermanfaat penelitian

selanjutnya mengenai nilai perusahaan pada masa yang akan datang.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Signaling Theory

Teori sinyal (signaling theory) pertama kali diperkenalkan oleh Spance

(1973) dalam penelitiannya yang berjudul Job Market Signaling, yang

mengemukakan bahwa isyarat atau signal memberikan suatu sinyal, pihak

pengirim (pemilik informasi) berusaha memberikan potongan informasi relevan

yang dapat dimanfaatkan oleh pihak penerima. Pihak penerima kemudian akan

menyesuaikan perilakunya sesuai dengan pemahamannya terhadap sinyal tersebut.

Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku

bisnis karena informasi pada hakikatnya menyajikan keterangan,

catatan atau gambaran, baik untuk keadaan masa lalu, saat ini

maupun keadaan masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup

suatu perusahaan dan bagaimana efeknya pada perusahaan.

Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu sangat

diperlukan oleh investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk

mengambil keputusan investasi. Informasi yang dipublikasikan

sebagai suatu pengumuman akan memberikan sinyal bagi investor

dalam pengambilan keputusan investasi.

Signaling theory mengemukakan tentang bagaimana

seharusnya sebuah perusahan memberikan sinyal kepada pengguna

laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang

sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan


20

pemilik. Signaling theory merupakan suatu perilaku manajemen

perusahaan dalam memberikan petunjuk untuk investor terkait

pandangan manajemen pada prospek perusahaan untuk masa

mendatang (Brigham dan Hosuton, 2011).

Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi

dikarenakan terdapat asimetri informasi antara perusahaan dan pihak

luar, hal ini disebabkan karena manajer perusahaan dianggap

mengetahui lebih banyak informasi daripada pihak luar (investor dan

kreditor) mengenai prospek perusahaan di masa yang akan datang.

Kurangnya informasi bagi pihak luar mengenai perusahaan

meyebabkan mereka melindungi diri mereka dengan memberikan

harga saham yang rendah untuk perusahaan. Perusahaan dapat

meningkatkan nilai perusahaan dengan mengurangi informasi

asimetri tersebut. Salah satu cara untuk mengurangi informasi

asimetri adalah dengan memberikan sinyal pada pihak luar berupa

informasi laporan keuangan yang positif dan dapat dipercaya.

Informasi yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman

akan memberikan sinyal bagi investor dalam pengambilan

keputusan investasi. Pada waktu informasi diumumkan dan semua

pelaku pasar sudah menerima informasi tersebut, pelaku pasar

terlebih dahulu menginterpretasikan dan menganalisis informasi

tersebut sebagai sinyal baik (good news) atau sinyal buruk (bad

news). Jika pengumuman informasi tersebut ditangkap sebagai


21

sinyal baik atau positif bagi investor, maka diharapkan terjadi

perubahan dalam volume perdagangan yang akan meningkatkan

harga saham.

Secara garis besar signaling theory erat kaitanya dengan

ketersedian informasi. Salah satu informasi yang dikeluarkan oleh

perusahaan yang dapat menjadi sinyal bagi pihak luar perusahaan,

terutama bagi pihak investor adalah laporan tahunan perusahaan.

Informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan dapat berupa

informasi mengenai laporan keuangan dan informasi non-akuntansi.

Contoh informasi mengenai laporan keuangan yaitu rasio

profitabilitas. Profotabilitas yang tinggi menunjukkan prospek

perusahaan baik, investor akan merespon positif sinyal tersebut

sehingga akan meningkatkan nilai perusahaan.

Hubungan teori sinyal (signaling theory) dengan penelitian

ini menunjukkan bahwa kebijakan dividen sering dianggap sebagai

sinyal bagi investor dalam menilai suatu perusahaan, hal ini

disebabkan karena kebijakan dividen dapat membawa pengaruh

terhadap harga saham suatu perusahaan. Kenaikan jumlah dividen

tunai dianggap sebagai sinyal bahwa perusahaan mempunyai

prospek yang baik di masa yang akan datang. Kenaikan dividen

tunai seringkali menyebabkan kenaikan harga saham yang artinya

bahwa nilai perusahaan meningkat, sementara pemotongan dividen


22

biasanya menyebabkan penurunan harga saham yang berarti

penurunan nilai perusahaan (Yanti dan Abundanti, 2019).

B. Profitabilitas

1. Pengertian Profitabilitas

Profitabilas merupakan gambaran dari kinerja manajemen

dalam mengelola perusahaan (Petronila dan Muklasin, 2003).

Ukuran profitabilitas dapat berbagai macam seperti : laba operasi,

laba bersih, tingkat pengembalian investasi atau aktiva, dan tingkat

pengembalian ekuitas pemilik. Angg (1997) mengungkapkan bahwa

rasio profitabilitas atau rasio rentabilitas menunjukkan keberhasilan

dalam menghasilkan keuntungan.

Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan

memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva

atau dengan modal (ekuitas). Dalam hal ini dapat dijelaskan untuk

mengetahui profitabilitas suatu perusahaan adalah sangat penting

bagi investor maupun kreditor. Menurut Sartono (2001)

profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba

dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal

sendiri. Sedangkan menurut Munawir (1995) dalam Martalina

(2011) profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba dalam periode tertentu. Dari kedua pengertian

tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan

profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan


23

laba selama periode tertentu yang dapat dihitung berdasarkan

penjualan atau aktiva atau modal sendiri.

Menurut Kusuma, dkk (2012) Profitabilitas (profitability)

adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba melalui

operasional usahanya dengan menggunakan dana aset yang dimiliki

oleh perusahaan. Profitabilitas suatu perusahaan menunjukkan

perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang

menghasilkan laba tersebut, dengan kata lain profitabilitas adalah

kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode

tertentu (Riyanto, 2011). Rasio-rasio profitabiltas digunakan untuk

mengukur seberapa jauh kemampuan perusahaan menghasilkan laba

dari aset-aset yang dimilikinya atau dari ekuitas yang dimilikinya.

Kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba bisa

berbeda untuk perusahaan dengan bisnis yang berbeda (Husnan dan

Pudjiastuti,2018).

2. Manfaat Rasio Profitabilitas

Adapun Manfaat rasio profitabilitas bagi perusahaan maupun

bagi pihak luar perusahaan (Kasmir, 2019), yaitu :

a. Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam satu

periode.

b. Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun

sekarang.

c. Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu


24

d. Mengetahui besarnya laba bersih setelah pajak dengan modal sendiri.

e. Mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan

baik modal pinjaman maupun modal sendiri.

3. Pengukuran Profitabilitas

Menurut Fauzi dan Nurmatias (2015), secara umum rasio profitabilitas

dalam perusahaan dapat dibedakan menjadi berikut :

a. Margin laba kotor atas penjualan (Gross Profit Margin – GPM)

Rasio yang mengukur seberapa besar tingkat keuntungan kotor perusahaan

dari setiap penjualannya, artinya disini belum memperhitungkan biaya

operasi perusahaan. Semakin tinggi rasio ini, menunjukkan bahwa

perusahaan mempunyai margin laba yang tinggi dari setiap penjualan

setelah memperhitungkan harga pokok penjualan barang. Rumus Untuk

margin laba kotor dengan rumus:

Laba Kotor
Gros Profit Margi n= × 100 %
Penjualan

b. Margin laba operasional/usaha atas penjualan (Operating Profit Margin –

OPM)

Rasio yang mengukur seberapa besar tingkat keuntungan

operasional/usaha perusahaan dari setiap penjualannya, artinya disini

belum memperhitungkan biaya bunga dan pajak perusahaan. Semakin

tinggi rasio ini, menunjukkan bahwa perusahaan mempunyai margin yang

tinggi dari setiap penjualan setelah memperhitungkan biaya operasi

perusahaan. Rumus :
25

Laba operasional
Operating Profit Margin= ×100 %
Penjualan

c. Pengembalian Investasi/Aset (Return on Investment/Assets - ROI/ROA),

Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba bersih

dari jumlah dana yang di investasikan perusahaan atau total aset

perusahaan. Untuk menentukan jumlah dana yang diinvestasikan, dalam

beberapa literatur jumlah investasi disamakan dengan total aset, hal ini

dapat diterima selama semua aset dioperasionalkan dalam operasi utama

perusahaan (core business). Artinya tidak ada aset yang masih belum

dioperasionalkan tetapi bukan untuk operasional utama perusahaan. Dalam

keadaan seperti itu, maka pengembalian investasi identik dengan

pengembalian aset. Pengukuran yang digunakan adalah :

Earning After Interest ∧Ta x


ROI / ROA= ×100 %
Total investment /assets

sumber

d. Pengembalian Ekuitas Biasa (Return on Equity)

Return on Equity (ROE) merupakan rasio untuk mengukur laba bersih

terhadap ekuitas saham biasa (Brigham dan Houston, 2013). Angka yang

tinggi untuk Return on Equity (ROE) menunjukkan tingkat profitabilitas

yang tinggi. Semakin tinggi Return on Equity (ROE) menunjukkan bahwa

semakin tinggi tingkat pengembalian atas modal yang diinvestasi, semakin

rendah Return on Equity (ROE) suatu perusahaan maka, tingkat


26

pengembaliannya akan semakin rendah pula. Adapun rumus untuk

menghitung ROE adalah:

Laba Bersih
ROE= ×100 %
Ekuitas

ROE sebagai salah satu rasio profitabilitas merupakan

indikator yang sangat penting bagi para investor. ROE dibutuhkan

investor untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam

memperoleh laba bersih yang berkaitan dengan dividen. Pemilihan

ROE sebagai proksi dari profitabilitas adalah karena dalam ROE

ditunjukkan, semakin tinggi ROE menunjukkan semakin efisien

perusahaan dalam menggunakan modal sendiri untuk menghasilkan

laba investor yang ditanam pada perusahaan (Horne dan John,2005).

Naiknya rasio ROE dari tahun ke tahun pada perusahaan

berarti terjadi adanya kenaikan laba bersih dari perusahaan yang

bersangkutan. Naiknya laba bersih dapat dijadikan salah satu

indikasi bahwa nilai perusahaan juga naik karena naiknya laba

bersih sebuah perusahaan yang bersangkutan akan menyebabkan

harga saham yang berarti juga kenaikan dalam nilai perusahaan.

C. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan (size) merupakan suatu indikator yang

menunjukkan kekuatan finansial perusahaan. Semakin besar aset

suatu perusahaan maka akan semakin besar pula modal yang

ditanam, semakin besar total penjualan suatu perusahaan maka akan

semakin banyak juga perputaran uang dan semakin besar kapitalisasi


27

pasar maka semakin besar pula perusahaan dikenal masyarakat

(Sudarmadji dan Sularto, 2007). Ukuran perusahaan

menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang dapat

ditujukan dengan total aset, total penjualan, rata-rata tingkat

penjualan.

Penelitian mengenai hubungan antara ukuran perusahaan

dengan nilai perusahaan sudah dilakukan oleh Desemliyanti (2003)

dan Vebrianawati (2002). Ia meneliti tiga variabel yang dianggap

mempengaruhi nilai perusahaan, yakni ukuran perusahaan (total

aset), hutang dan bunga. Penelitian ini memberikan hasil bahwa

ukuran perusahaan memiliki hubungan yang negatif dengan nilai

perusahaan, dan bunga memberikan hubungan yang positif dengan

nilai perusahaan. Investor dalam penyertakan modalnya juga perlu

untuk melihat ukuran perusahaan. Pada penelitian ini jumlah

aktivasi log untuk mempersempit perbedaan jumlah dalam skala

interval.

Menurut Sawir, (2004) ukuran perusahaan dapat ditentukan

berdasarkan laba, aset, tenaga kerja, dan lain-lain yang kesemuanya

berkorelasi tinggi. Sedangkan menurut Prasetyorini dalam buku

Hery, (2017) ukuran perusahaan adalah skala dimana ukuran

perusahaan dapat diklasifikasikan menurut berbagai cara, antara lain

total aset, nilai pasar saham, dan lain-lain. Menurut Graubner,

(2006) dalam bukunya berpendapat bahwa pendapatan tahunan, aset


28

bersih, dan jumlah karyawan biasanya digunakan untuk mengukur

ukuran dalam konteks Perusahaan.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan

bahwa untuk menentukan besar atau kecilnya suatu perusahaan

dapat menggunakan beberapa indikator yaitu total aset, total

penjualan, jumlah karyawan, dan nilai pasar saham. Proksi ukuran

perusahaan dalam penelitian ini menggunakan Logaritma Natural

Total Asset (Ln Total Asset). Total aset dianggap paling

mencerminkan ukuran perusahaan paling efektif, dan memiliki

pengaruh terhadap nilai perusahaan. Hal ini didukung oleh pendapat

beberapa ahli yang menyatakan bahwa total aset merupakan ukuran

efektif ukuran perusahaan. Menurut (Rodoni & Ali, 2010), Size

proxy (ukuran perusahaan) biasanya adalah total aset perusahaan.

Karena aset biasanya memiliki nilai yang sangat besar dan untuk

menghindari bias penskalaan, aset perlu dikompresi. Secara umum

ukuran proxy yang digunakan adalah Logaritma (log) atau

Logaritma Natural Asset (Ln Asset).

Ukuran Perusahaan (Size) = Ln Total Aset pada Akhir Tahun

Lebih lanjut Hery, (2017) mengemukakan bahwa perusahaan

yang berada pada pertumbuhan penjualan yang tinggi membutuhkan

dukungan sumber daya perusahaan yang semakin besar. Sebaliknya

pada perusahaan dengan tingkat pertumbuhan penjualan yang

rendah, kebutuhan akan sumber daya perusahaan juga semakin kecil.


29

Dengan demikian, ukuran perusahaan adalah besar kecilnya aset

yang dimiliki oleh perusahaan.

D. Nilai Perusahaan

1. Pengertian Nilai perusahaan

Nilai perusahaan merupakan kondisi tertentu yang telah

dicapai oleh suatu perusahaan sebagai gambaran dari kepercayaan

masyarakat terhadap perusahaan setelah melalui suatu proses

kegiatan selama beberapa tahun, yaitu sejak perusahaan tersebut

didirikan sampai dengan saat ini. Meningkatnya nilai perusahaan

adalah sebuah prestasi yang sesuai dengan keinginan para

pemiliknya. Nilai perusahaan sangat penting karena dengan nilai

perusahaan yang tinggi akan diikuti oleh tingginya kemakmuran

pemegang saham (Brigham dan Houston, 2010).

Menurut Weston dan Thomas (1997) dalam Lifessy (2011)

memaksimumkan nilai berarti mempertimbangkan pengaruh waktu

terhadap nilai uang, dana yang diterima tahun ini bernilai lebih

tinggi daripada dana yang diterima tahun yang akan datang dan

berarti juga mempertimbangkann berbagai resiko terhadap arus

pendapatan.

Alfredo (2011) menjelaskan bahwa nilai perusahaan

(enterprise value/firm value) merupakan konsep penting bagi

investor, karena merupakan indikator bagi pasar dalam menilai

perusahaan secara keseluruhan. Nurlela dan Ishaluddin (2008) dalam


30

Kusumadilaga (2010) menyebutkan bahwa nilai perusahaan

merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila

perusahaan tersebut dijual.

Menurut Hackel and Livnat (1996), alat ukur yang ideal

untuk menilai kinerja perusahaan (nilai perusahaan) yang setidaknya

bebas dari pengaruh kebijakan masing-masing entenitas adalah cash

flow. Mereka mengatakan suatu asumsi bahwa analisa cash flow ini

merupakan alat pengukur yang sangat penting bagi para investor

maupun auditor. Hal ini dapat saja terjadi karena pengakuan jumlah

keuntungan suatu entenitas dalam periode yang sama bisa berbeda,

meskipun angka maupun data yang diberikan sama. Hal ini

dikarenakan adanya perbedaan dalam metode akuntansi yang

digunakan, estimasi akuntasinya dan faktor lainnya. Spesifikasi

terhadap pengakuan pendapatan dan biaya yang dikeluarkan pada

masing-masing entitas diterapkan sesuai dengan kebijakan entitas

tersebut

Menurut Gultom, dkk (2013) Nilai perusahaan merupakan

sebuah nilai yang dapat digunakan untuk mengukur seberapa besar

“Tingkat Kepentingan” sebuah perusahaan dilihat dari sudut

pandang beberapa pihak seperti para investor yang mengaitkan nilai

sebuah perusahaan dari harga sahamnya. Memaksimalkan nilai

perusahaan sama dengan memaksimalkan harga saham dan itu juga


31

yang diinginkan pemilik perusahaan karena nilai perusahaan yang

tinggi mengindikasikan kemakmuran pemegang saham yang tinggi.

2. Pengukuran Nilai Perusahaan

Terdapat beberapa cara dalam mengukur nilai perusahaan, menurut

Weston dan Copelan (2004) dalam Kurniawan (2009) menjelaskan rasio

penilaian perusahaan yaitu:

a. Price Earning Ratio (PER)

Price Earning Ratio merupakan perhitungan yang dimana membandingkan

antara harga saham perusahaan dengan laba per lembar dalam saham. Jika

PER semakin bertumbuh, maka akan memunculkan semakin besar

kemungkinan meningkatnya nilai perusahaan.

Harga Pasar Per Saham


PER=
Laba Per Saham

b. Price book value

Price to Book Value merupakan gambaran seberapa besar pasar dalam

menciptakan harga nilai buku saham suatu perusahaan. Jika rasio ini

semakin tinggi, maka dapat dikatakan bahwa pasar percaya akan prospek

perusahaan tersebut. Rasio ini juga menunjukkan seberapa jauh suatu

perusahaan mampu menciptakan nilai perusahaan yang relatif dengan

jumlah modal yang diinvestasikan.

Harga Saham Per Lembar


PBV =
Nilai Buku Per Lembar Saham

c. Tobin’s Q
32

Tobin’s Q merupakan rasio dengan konsep yang berharga dikarenakan

dapat menunjukkan estimasi pasar keuangan saat ini tentang nilai hasil

pengembalian dari setiap dolar investasi inkremental. Serta Tobin’s Q

merupakan alat ukur kinerja dengan cara membandingkan dua penilaian

dari asset yang sama. Jika rasio Tobin’s Q bernilai di atas satu, maka

menunjukkan bahwa investasi dalam aktiva telah menghasilkan laba yang

memberikan nilai lebih tinggi daripada pengeluaran investasi.

EMV + D
Tobin ' s Q=
EBV + D

Dalam penelitian ini pengukuran nilai perusahaan menggunakan rasio

Price to book value (PVB). hal ini dikarenakan rasio ini merupakan pilihan

yang paling tepat jika ingin melihat prospek perusahaan. Price to book

value (PVB) merupakan rasio untuk mengukur seberapa besar harga

saham yang ada di pasar modal dibandingkan dengan nilai buku

sahamnya. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan perusahaan semakin

diminati oleh para investor untuk menanamkan modalnya, artinya nilai

perusahaan menjadi lebih tinggi, sehingga sangat penting bagi para

investor.

E. Kebijakan Dividen

1. Pengertian kebijakan Dividen

Dividen merupakan salah satu return yang paling dinanti-

nantikan oleh investor sekaligus juga merupakan sinyal bahwa

perusahaan berada pada tingkat profitabilitas tinggi. Pada dasarnya,


33

perusahaan akan meningkatkan pembayaran dividen apabila

manajemen yakin bahwa perusahaan akan mencapai tingkat

profitabilitas tinggi di masa depan dan akan menurunkan dividen

apabila tidak terdapat arus kas yang mencukupi. Signalling theory

menyatakan bahwa perusahaan melakukan penyesuaian dividen

untuk menunjukkan sinyal akan prospek perusahaan. Ada

kecenderungan harga saham akan naik jika ada pengumuman

kenaikan dividen, dan harga saham akan turun jika ada

pengumuman penurunan dividen. Terdapat argumen lain yang lebih

masuk akal, yaitu bahwa dividen itu sendiri tidak menyebabkan

kenaikan atau penurunan harga, tetapi prospek perusahaan, yang

ditunjukkan oleh meningkatnya atau menurunnya dividen yang

dibayarkan, yang menyebabkan perubahan pada harga saham. Teori

tersebut kemudian dikenal sebagai Teori Isi Informasi dari Dividen

(Information Content of Dividend). Menurut teori tersebut, dividen

mempunyai informasi, yaitu prospek perusahaan di masa yang akan

datang (Nofrita, 2013).

Menurut Purnomo dan Widianti (2017), dividen adalah laba

suatu perusahaan yang akan diberikan kepada pemegang saham

sesuai dengan lembar saham dari masing-masing pemilik.

Perusahaan yang mampu memberikan dividen tinggi akan mendapat

kepercayaan dari investor. Jika dividen tinggi akan membuat

investor tertarik, sehingga akan terjadi peningkatan terhadap


34

permintaan saham. Tingginya permintaan saham membuat para

investor menghargai nilai saham lebih besar dari yang tertera pada

neraca perusahaan, sehingga nilai perusahaan juga akan tinggi

(Azhar dkk., 2018).

Menurut Nuha (2017), Kebijakan dividen merupakan

pengembalian atas investasi dari para investor atas keuntungan yang

diperoleh perusahaan. Perusahaan yang membayarkan dividen

secara terus menerus setiap tahunnya merupakan cerminan dari

tingginya laba yang di peroleh perusahaan. Tingginya laba yang

diperoleh perusahaan sangat erat kaitannya dengan pertumbuhan

perusahaan kedepannya. Para investor di pasar modal tentunya akan

memilih perusahaan yang mengalami pertumbuhan yang baik untuk

menginvestasikan dananya ke sebuah perusahaan guna

mengharapkan return yang tinggi berupa dividen atas investasi yang

dilakukan. Menurut bird in the hand theory investor lebih menyukai

dividen ketimbang capital gain.

Kebijakan dividen sering dianggap sebagai sinyal baik bagi

para investor dalam menilai baik buruknya perusahaan, karena

kebijakan dividen dapat mempengaruhi harga saham perusahaan.

Kenaikan jumlah dividen tunai seringkali menyebabkan kenaikan

harga saham yang berarti bahwa nilai perusahaan meningkat,

sementara pemotongan dividen umumnya menyebabkan penurunan


35

harga saham yang artinya penurunan nilai perusahaan (Azhar dkk.,

2018).

Menurut Dermawan Sjahrial (2010) dalam Fauzi dan

Nurmatias (2015) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi

kebijakan dividen yaitu :

a. Posisi likuiditas perusahaan

Makin kuat posisi likuiditas perusahaan makin besar dividen yang

dibayarkan.

b. Kebutuhan dana untuk membayar utang

Apabila sebagian besar laba digunakan untuk membayar utang maka

sisanya yang digunakan untuk membayar dividen makin kecil.

c. Rencana perluasan usaha

Makin besar perluasan usaha perusahaan, makin berkurang dana yang

dapat dibayarkan untuk dividen.

d. Pengawasan terhadap perusahaan

Kebijakan pembiayaan untuk ekspansi dibiayai dengan dana dari sumber

intern antara lain laba. Pertimbangannya apabila dibiayai dengan penjualan

saham baru ini akan melemahkan kontrol dari kelompok pemegang saham

dominan karena suara pemegang saham mayoritas berkurang.

2. Pengukuran Kebijakan Dividen

Semakin tinggi Dividend Payout Ratio akan menguntungkan para investor

tetapi dari pihak perusahaan akan memperlemah internal financial karena

memperkecil laba ditahan. Sebaliknya dividend payout ratio semakin kecil


36

akan merugikan para investor tetapi internal financial perusahaan semakin

kuat. Variabel dari kebijakan dividen dapat diukur dengan menggunakan

Dividend Payout Ratio (DPR), dengan formulasi yang digunakan menurut

Hanafi dan Halim (2014) dalam Nandita dan Kusumawati (2018) adalah :

Dividend Per Share


DPR= ×100 %
Earning Per Shar e

Keterangan:

Dividend per share : Dividen per lembar saham

Earnings per share : Laba per lembar saham

F. Penelitian Terdahulu

Tabel 2. 1
Penelitian Terdahulu

No. Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian


1 M Benny Pengaruh Profitabilitas Pengaruh tidak langsung
Agung (2018) Terhadap Nilai profitabilitas ROA terhadap
Perusahaan Dengan nilai perusahaan dengan
Kebijakan Dividen kebijakan dividen sebagai
Sebagai Variabel variabel mediasi lebih baik
Intervening Pada dibandingkan dengan
Perusahaan LQ45 di pengaruh langsung ROA
Bursa Efek Indonesia terhadap nilai perusahaan.
2 Ikbal, dkk Pengaruh Profitabilitas pengaruh profitabilitas
(2011) dan Kepemilikan Insider terhadap kebijakan hutang
terhadap Nilai perusahaan bernilai negatif,
Perusahaan dengan secara statistik temuan ini
Kebijakan Hutang dan tidak signifikan, namun
Kebijakan Dividen secara arah hipotesis temuan
sebagai Variabel ini mendukung hipotesis
Intervening pada pecking order theory.
Perusahaan Manufaktur Demikian juga profitabilitas
yang Terdaftar di BEI berpengaruh positif terhadap
kebijakan dividen. Secara
statistik penelitian ini tidak
signifikan. Kemudian
37

kebijakan hutang
berpengaruh signifikan
terhadap kebijakan dividen,
profitabilitas berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap nilai perusahaan,
sejalan dengan teori yang
dikemukakan oleh MM,
sementara itu kebijakan
hutang berpengaruh secara
negatif terhadap nilai
perusahaan, kemudian
pengaruh kebijakan dividen
terhadap nilai perusahaan
tidak signifikan dan hasil
penelitian ini tidak
mendukung hipotesis
kebijakan dividen relevan
yang menyatakan bahwa
dividen yang tinggi dapat
meningkatkan nilai
perusahaan.
3 Sofyaningsih Struktur Modal, kebijakan dividen tidak 8
dan Kebijakan Dividen, berpengaruh terhadap nilai
Hardiningsih Kebijakan Hutang dan perusahaan, kebijakan
(2011) Nilai Perusahaan hutang tidak berpengaruh
terhadap nilai perusahaan.

4 Michell Suharli Study Empiris Terhadap umur perusahaan, PMA, dan


(2006) Faktor-faktor yang profitabilitas berpengaruh
Mempengaruhi Nilai secara positif dan tidak
Perusahaan Pada signifikan terhadap nilai
Perisahaan Go Public di perusahaan. skala atau
Indonesia ukuran perusahaan
berpengaruh secara positif
dan signifikan terhadap nilai
perusahaan.
5 Rachmawati dan Analisis Faktor-Faktor kepemilikan institusional,
Hanung (2007) yang Mempengaruhi ukuran perusahaan, dan
Kualitas Laba dan Nilai komisaris independen
Perusahaan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap nilai
perusahaan. • Komite audit
kepemilikan manajerial dan
38

kualitas laba berpengaruh


positif namun tidak
signifikan teradap nilai
perusahaaan.
6 Eddy Suranta Struktur Kepemilikan, Nilai perusahaan
dan Mas’ud Nilai Perusahaan, dipengaruhi oleh
Machfoeds Investasi, Dan Ukuran kepemilikan manajerial,
(2002) Dewan Direksi : Suatu kepemilikan institusional,
Analisis Persamaan dan ukuran dewan direksi
Simultan Linier

7 Sujoko dan Pengaruh Struktur Kepemilikan manajerial


Soebiantoro Kepemilikan Saham, tidak berpengaruh signifikan
(2007) Leverage, Faktor Intern terhadap nilai perusahaan. •
Dan Faktor Ekstern Kepemilikan institusional,
Terhadap Nilai tingkat suku bunga, leverage
Perusahaan (Studi berpengaruh negatif
empirik pada perusahaan terhadap nilai perusahaan.
manufaktur dan non Keadaan pasar modal,
manufaktur di Busra pertumbuhan pasar,
Efek Jakarta). profitabilitas, pembayaran
dividen, ukuran perusahaan,
pangsa pasar relatif
berpengaruh positif terhadap
nilai perusahaan.
8 Eka Purnama Kebijakan Dividen leverage dan profitabilitas
Sari , Rico Nur Sebagai Pemediasi berpengaruh signifikan
Ilham, Debi Eka Pengaruh Antara terhadap kebijakan dividen.
Putri, dan Leverage Dan Profitabilitas dan kebijakan
Anggraini Profitabilitas Terhadap dividen berpengaruh
Syahputri Nilai Perusahaan Pada signifikan terhadap nilai
(2022) Perusahaan Indeks Lq perusahaan sedangkan
45 Leverage tidak berpengaruh
signifikan terhadap nilai
perusahaan. Semakin tinggi
perusahaan memanfaatkan
dana yang berasal dari
hutang, semakin efektif pula
perusahaan dalam
menghasilkan laba yang
kemudian akan perusahaan
akan membagikan dividen
kepada investor yang akan
menyebabkan semakin
tinggi juga nilai perusahaan.
39

Begitu juga dengan semakin


besarnya. Kebijakan dividen
tidak mampu memediasi
leverage dan Profitabilitas
terhadap nilai perusahaan.
Dengan adanya kebijakan
dividen tidak dapat
mempengaruhi leverage dan
Profitabilitas dalam
meningkatkan nilai
perusahaan.
9 Yangs Analisa Pengaruh Ukuran ukuran perusahaan
(2011) Perusahaan, Leverage, berpengaruh positif dan
Profitabilitas dan signifikan terhadap nilai
Kebijakan Dividen perusahaan (PBV), leverage
Terhadap Nilai berpengaruh positif tidak
Perusahaan (Studi Pada signifikan terhadap nilai
Perusahaan Manufaktur perusahaan, profitabilitas
Yang Terdaftar Di Bursa berpengaruh positif
Efek Indonesia Tahun signifikan terhadap nilai
2006-2008). perusahaan, dan kebijakan
dividen berpengaruh negatif
tidak signifikan terhadap
nilai perusahaan.
pengaruh negatif tidak
signifikan terhadap nilai
perusahaan. Semua variabel
independen berpengaruh
signifikan secara simultan

G. Rerangka Konseptual

Kerangka pemikiran adalah model konseptual yang

mempelajari hubungan antar variabel. Kerangka berpikir dibangun

dari berbagai teori, literatur, dan temuan penelitian sebelumnya yang

telah dideskripsikan dan dianalisis secara kritis dan sistematis yang

mengarah pada hubungan antar variabel yang diteliti. Berdasarkan

rumusan masalah dan konsep teori yang telah dijelaskan


40

sebelumnya, kerangka kerja ini mengkaji hal-hal sebagai berikut:

Profitabilitas H1
(X1)

H6 ` Nilai
Perusahaan
Kebijakan
H3 (Y)
Dividen H5
(Z)
H4 H7

Ukuran H2
Perusahaan
(X₂)

Sumber: Data Diolah Penelitian, 2023

Gambar 2. 1 Rerangka Konseptual


Keterangan:
: Pengaruh Langsung
: Pengaruh Tidak Langsung
H. Hipotesis Penelitian

1. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan

Profitabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan

antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba

tersebut, dengan kata lain profitabilitas adalah kemampuan

perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu

(Riyanto, 2011). Di dalam mengelola aset untuk menghasilkan

profit akan berdampak terhadap penelitian nilai perusahaan.Profit

yang tinggi memberikan indikasi prospek perusahaan yang baik,

sehingga dapat memicu para investor untuk meningkatkan


41

permintaan saham (Dhani & Utama, 2017). Angg (1997)

menyatakan bahwa rasio profitabilitas menunjukkan keberhasilan

perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Profitabilitas

merupakan salah satu yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan.

Dengan banyaknya investor yang membeli saham perusahaan maka

akan menaikkan harga saham perusahaan tersebut sehingga akan

meningkatkan nilai perusahaan.

Menurut Sudiani dan Darmayanti (2016) profitabilitas

berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan sektor

industri barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia periode 2012-

2014, hasil tersebut membuktikan bahwa semakin tinggi nilai profit

yang didapat maka akan semakin tinggi nilai perusahaan.

Berdasarkan penjelesan teori dan penelitian terdahulu diatas, maka

hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:

H1 : Profitabilitas Berpengaruh Positif Dan Signifikan

Terhasap Nilai Perusahaan.

2. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan

Menurut Riyanto (2011) Ukuran perusahaan

menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukan

pada total aktiva, jumlah penjualan, rata-rata penjualan. Perusahaan

dengan aset yang besar maka akan menggunakan sumber daya yang

ada semaksimal mungkin untuk menghasilkan keuntungan usaha


42

dan perusahaan dengan asset yang kecil tentunya juga menghasilkan

keuntungan sesuai dengan aset yang dimilikinya yang relatif kecil

(Rifai dkk, 2013).

Hal ini sesuai dengan penelitian Rahayu dan Sari (2018),

Pramana dan Mustanda (2016) Ukuran Perusahaan secara signifikan

berpengaruh positif terhadap Nilai Perusahaan. Ini berarti setiap

peningkatan ukuran perusahaan akan mengakibatkan peningkatan

Nilai Perusahaan. Menurut Prasetia,dkk (2014) ukuran perusahaan

(Total Asset) berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai

perusahaan (PBV). Berdasarkan penjelesan teori dan penelitian

terdahulu diatas, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai

berikut:

H2 : ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap

nilai perusahaan.

3. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Kebijakan Dividen

Kebijakan dividen tidak dapat dipisahkan dari profitabilitas karena

pembagian dividen sangat tergantung terhadap perolehan laba perusahaan.

Pembagian dividen bersumber dari laba yang didapatkan perusahaan setelah

memenuhi kewajiban-kewajibannya baik berupa bunga maupun pajak. Semakin

tinggi laba bersih yang didapatkan perusahaan semakin besar pula dividen yang

akan dibayarkan. Menurut Linther dalam Smoothing Theory mengatakan bahwa

kebijakan dividen bergantung pada keuntungan sekarang dan dividen tahun

sebelumnya. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sunarya
43

(2013), Fira (2009), Suharli (2006), Attina (2011), Amidu (2006), dan Wicaksana

(2012) yang menyatakan bahwa variabel profitabilitas berpengaruh positif

signifikan terhadap kebijakan dividen. Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis

yang diajukan adalah sebagai berikut:

H3 : Profitabilitas berpengaruh positif terhadap Kebijakan

Dividen.

4. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen

Ukuran perusahaan (firm size) merupakan alat ukur terhadap besar

kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan oleh total aktiva, jumlah penjualan

dan rata – rata total aktiva yang dimiliki perusahaan (Rais & Hendra F. Santoso,

2017). Semakin besar ukuran perusahaan akan memudahkan akses perusahaan di

pasar modal dalam hal memperoleh sumber dana yang digunakan untuk

pendanaan operasional dan pengembangan perusahaan sehingga perusahaan dapat

mengupayakan pembayaran dividen lebih besar. Sedangkan perusahaan yang

memiliki aset kecil cenderung membayarkan dividen rendah karena laba

perusahaan diprioritaskan untuk investasi dan menambah aset perusahaan

(Kusumaningrum, 2018). Semakin besar ukuran perusahaan akan semakin tinggi

dividen yang dibagikan kepada investor.. Berdasarkan uraian diatas maka

hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:

H4 : ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap

Kebijakan Dividen.

5. Pengaruh Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan

Salah satu faktor yang mempengaruhi harga saham adalah


44

kemampuan perusahaan membayar dividen. (Martono dan Harjito,

2005) dalam Susanti (2010) dan Mahendra (2011). Nilai perusahaan

dapat dilihat dari kemampuan perusahaan membayar dividen.

Besarnya dividen ini dapat mempengaruhi harga saham. Apabila

dividen yang dibayarkan tinggi, maka harga saham cenderung tinggi

sehingga nilai perusahaan juga tinggi, sebaliknya, jika dividen yang

dibayarkan kecil, maka harga saham perusahaan tersebut juga

rendah. Kemampuan membayar dividen erat hubungannya dengan

kemampuan perusahaan memperoleh laba. Jika perusahaan

memperoleh laba yang besar, maka kemampuan membayar dividen

juga besar. Oleh karena itu, dengan dividen yang besar akan

meningkatkan nilai perusahaan. (Martono dan Harjito, 2005).

H5 : kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap nilai

perusahaan.

6. Pengaruh Profitabilitas terhadap nilai perusahaan melalui kebijakan

dividen sebagai variabel intervening

Semakin besar laba yang diperoleh perusahaan memungkinkan perusahaan

meningkatkan rasio pembayaran dividennya. Pembayaran dividen yang rutin

bahkan meningkat akan memberikan gambaran kepada investor mengenai

keadaan perusahaan yang baik serta dengan prospek yang baik pula, sehingga

akan meningkatkan nilai perusahaan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh

Wihandaru (2016) dan Kristianti & Foeh (2020) bahwa kebijakan dividen mampu

memediasi hubungan profitabilitas terhadap nilai perusahan


45

H6 : Profitabilitas (X₁) berpengaruh secara tidak langsung

terhadap nilai perusahaan (Y) melalui kebijakan dividen (Z) sebagai

variabel intervening.

7. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap nilai perusahaan melalui

kebijakan dividen sebagai variabel intervening

Perusahaan besar cenderung memiliki banyak pilihan sumber dana bagi

operasinya selain menggunakan laba ditahan, sehingga menyebabkan perusahaan

besar lebih berpotensi membayarkan dividen yang tinggi. Pembayaran dividen

yang tinggi akan dipandang positif dan disukai oleh pemegang saham yang

bermuara pada peningkatan nilai perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh

Sukoco (2013) menemukan bahwa kebijakan dividen mampu memediasi

pengaruh ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan.

H7 : Ukuran Perusahaan (X₂) berpengaruh secara tidak

langsung terhadap nilai perusahaan (Y) melalui kebijakan dividen

(Z) sebagai variabel intervening.

.
46
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Berdasarkan pendekatannya, jenis penelitian ini merupakan penelitian

kuantitatif. Menurut Sugiyono (2017) menjelaskan bahwa metode kuantitatif

adalah sebuah metode penelitian yang didasarkan pada filsafat positivisme,

metode penelitian kuantitatif digunakan untuk meniliti pada suatu populasi atau

sampel tertentu. Selain itu menurut Masyhuri dan Zainuddin (2011) menjelaskan

bahwa penelitian kuantitatif adalah sebuah jenis penelitian yang tidak

memfokuskan pada kedalaman data tetapi menggunakan data dalam jumlah

banyak dengan populasi yang banyak pula.

Jenis penelitian ini berdasarkan tingkat eksplanasi adalah penelitian yang

berbentuk asosiatif, yaitu bertujuan untuk menentukan bagaimana hubungan antar

variabel. Variabel yang digunakan adalah variabel independen dan variabel

dependen. Pada penelitian ini, Variabel dependennya adalah nilai perusahaan, dan

variabel independennya adalah profitabilitas serta ukuran perusahaan.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah kumpulan dari keseluruhan elemen yang menjadi pusat

objek penelitian (Supomo dan Indrianto,2002). Elemen yang dimaksud

tersebut biasanya berupa orang, barang, unit organisasi dan

perusahaan.Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan

Subsektor Makanan Dan Minuman yang tercatat di Bursa Efek Indonesia


48

(BEI) pada tahun 2018-2022.

Tabel 3. 1
Tabel Populasi Perusahaan Subsektor Makanan Dan Minuman

No. KODE NAMA PERUSAHAAN


1 ALTO PT Tri Banyan Tirta Tbk
2 CEKA PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk
3 DLTA PT Delta Djakarta Tbk
4 ICBP PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
5 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk
6 MLBI PT Multi Bintang Indonesia Tbk
7 MYOR PT Mayora Indah Tbk
8 ROTI PT Nippon Indosari Corpindo Tbk
9 SKBM PT Sekar Bumi Tbk
10 SKLT PT Sekar Laut Tbk
11 STTP PT Siantar Top Tbk
12 ULTJ PT Ultrajaya Milk Industry Tbk
13 CAMP PT Campina Ice Cream Industry Tbk
14 ADES PT Akasha Wira International Tbk
15 AISA PT FKS Food Sejahtera Tbk
16 BTEK PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk
17 BUDI PT Budi Starch & Sweetener Tbk.
18 DMND PT Diamond Food Indonesia Tbk.
19 FOOD PT Sentra Food Indonesia Tbk.
20 CLEO PT Sariguna Primatirta Tbk
21 HOKI PT Buyung Poetra Sembada Tbk.
22 IKAN PT Era Mandiri Cemerlang Tbk
23 KEJU PT Mulia Boga Raya Tbk
24 PANI PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk.
25 PSDN PT Prasidha Aneka Niaga Tbk
26 TBLA Tunas Baru Lampung Tbk
27 GOOD PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk.
Sumber : Bursa Efek Indonesia 2023

2. Sampel

Penarikan sampel berdasarkan Purposive Sampling, teknik ini

menggunakan pertimbangan tertentu untuk penentuan sampel. Menurut

Ferdinand (2014) pada teknik Purposive Sampling peneliti memilih sampel

purposif atau sampel yang bertujuan secara subyektif. Pemilihan ini


49

dilakukan karena mungkin saja peneliti telah memahami bahwa informasi

yang dibutuhkan dapat diperoleh dari satu kelompok sasaran tertentu yang

mampu memberikan informasi yang dikehendaki karena mereka memang

memiliki informasi dan memenuhi kriteria yang ditentukan oleh peneliti.

Oleh karena itu, sampel yang dipilih sengaja ditentukan berdasarkan

kriteria tertentu yang telah ditentukan oleh penulis untuk mendapatkan

sampel yang representatif.

Adapun kriteria penentuan sampel dalam penelitian ini,

yaitu:

a. Perusahaan Subsektor Makanan Dan Minuman yang terdaftar secara terus

menerus di BEI selama periode 2018 – 2022

b. Perusahaan Subsektor Makanan Dan Minuman di BEI yang

mempublikasikan Laporan keuangannya secara lengkap dan terus menerus

selama periode 2018 – 2022

c. Perusahaan Subsektor Makanan Dan Minuman yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia yang laporan keuangannya dalam mata uang rupiah tahun

2018-2022

d. Perusahaan Subsektor Makanan Dan Minuman di BEI yang tidak

mengalami kerugian selama periode 2018 -2022

e. Perusahaan Subsektor Makanan Dan Minuman yang membagikan dividen

selama tahun 2018-2022

Perusahaan Subsektor Makanan Dan Minuman yang terdaftar di Bursa

efek indonesia dan memenuhi kriteria penelitian dapat dilihat pada tabel
50

3.2

Tabel 3. 2
Nama perusahaan Perusahaan Subsektor Makanan Dan Minuman yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia
No. KODE NAMA PERUSAHAAN
1 MYOR PT Mayora Indah Tbk
2 ROTI PT Nippon Indosari Corpindo Tbk
3 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk
4 CAMP PT PT Campina Ice Cream Industry Tbk
5 CEKA PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk
6 ULTJ PT Ultrajaya Milk Industry Tbk
7 DLTA PT Delta Djakarta Tbk
8 SKLT PT Sekar Laut Tbk
Sumber : Data Penilitian yang diola 2023

C. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

Jenis data yang akan dipergunakan pada penelitian ini adalah berupa jenis

data dokumenter yang akan diperoleh peneliti menggunakan cara yang

tidak langsung atau dengan cara melalui media perantara. Maka dengan ini

peneliti mengambil sumber data yaitu berupa data sekunder. Yang

dimaksud dari data sekunder yaitu merupakan suatu data bersumber dari

laporan tahunan perusahaan yang peneliti batasi dengan kriteria yang

ditentukan dimulai dari tahun 2018-2022.

2. Sumber Data

Sumber data penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari

perusahaan Subsektor Makanan Dan Minuman yang tercatat di BEI tahun

2018-2022. Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini,

penulis menggunakan teknik dokumentasi dari data-data yang


51

dipublikasikan oleh perusahaan dari situs resmi BEI www.idx.co.id.

D. Teknik Analisis Data

Alat analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

SPSS, yang mana digunakan untuk membantu mengolah data yang

telah disiapkan. Dan dalammengelola data, dilakukan uji normalitas

dan uji asumsi klasik untuk mengawali yang kemudian dilakukan uji

analsisis regresi berganda dan selanjutnya dilakukanpath anlysis atau

analisis jalur (Ghozali, 2013).

1. Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif mempunyai tujuan untuk mengetahui gambaran

umum dari semua variabel yang digunakan dalam penelitian ini, dengan

cara melihat tabel statistik deskriptif yang menunjukkan hasil pengukuran

mean, nilai minimal dan maksimal, serta standar deviasi semua variabel

tersebut.

2. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik merupakan suatu uji prasyarat yang harus dipenuhi

sebelum menggunakan analisis regresi linear berganda. Pada penelitian ini,

uji asumsi klasik yang digunakan antara lain sebagai berikut.

a. Uji multikolinieritas

Untuk menguji apakah korelasi antar variabel independen. Adapun

dasar pengambiilan keputusannya adalah dengan mengamati nilai

Varian Inflation Factor (VIF) yang ditunjukkan di SPSS. Jika nilai VIF

kurang dari 10 maka tidak ada multikolinearitas yang terjadi, dan


52

sebaliknya jika nilai VIF lebih dari 10 maka ada multikolinearitas yang

terjadi (Ghozali, 2013).

b. Uji heteroskedastisitas

Untuk menguji apakah terdapat ketidaksamaan variance maupun

residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lainnya. Adapun dasar

pengambiilan keputusannya adalah dengan mengamati nilai

signifikansi yang ditunjukkan di SPSS. Jika nilai signifikasi lebih

besar dari 0,05 maka tidak terjadi heterokedastisitas, dan sebaliknya

jika nilai signifikasi kurang dari 0,05 maka terjadi heterokedastisitas

(Ghozali, 2013)

c. Uji autokorelasi

Untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi

antara kesalahan pengganggu pada periode uji dengan dengan

kesalahan pada periode sebelumnya. Adapun dasar pengambiilan

keputusannya adalah dengan mengamati nilai d (Durbin Watson) yang

ditunjukkan di SPSS. Jika d (Durbin Watson) lebih kecil dari dL atau

lebih besar dari (4-dL) maka terdapat autokorelasi. Jika d (Durbin

Watson) terletak diantara dU dan (4-dL) maka tidak terdapat

autokorelasi. Jika d (Durbin Watson) terletak diantara dL dan dU atau

diantara (4-dU) dan (4-dL) maka tidak bisa ditarik kesimpulan yang

pasti (Ghozali, 2013).

3. Analisis Regresi Linier Berganda

Analasis regresi linier berganda merupakan analisis yang digunakan untuk


53

menganalisis hubungan antara dua variabel berupa variabel independen

dan dependen dengan variabel independen lebih dari satu. Persamaan

regresi dalam penelitian ini adalah :

Y ₁=α + β ₁ x ₁+ β ₂ x ₂+ e
Y ₂=α + β ₁ x ₁+ β ₂ x ₂+ β ₃ x ₃+e
Keterangan:

Y1 = Nilai Perusahaan

Y2 = Kebijakan Dividen

α = Konstanta

β = Koefisien Regresi

x1 = Profitabilitas

x2 = Ukuran Perusahaan

x3 = Nilai Perusahaan

e = Error

4. Koefisien Determinasi

Untuk mengukur seberapa besar variabel bebas secara bersama-sama

berkontribusi dalam mempengaruhi variabel terikat. Adapun dasar

pengambiilan keputusannya adalah dengan mengamati nilai R² yang

ditunjukkan di SPSS. Semakin nilai R² mendekati angka 1, berati

kontribusi variabel bebas (dependen) terhadap variabel independen

semakin besar (Sugiyono, 2014).

5. Uji t

Untuk mengukur pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap

variabel terikatnya. Adapun dasar pengambiilan keputusannya adalah


54

dengan mengamati nilai signifikansi yang ditunjukkan di SPSS. Jika nilai

signifikansi kurang dari 0,05, maka variabel bebas secara parsial

berpengaruh terhadap variabel terikat, dan sebaliknya jika nilai signifikansi

lebih dari 0,05, maka variabel bebas secara parsial tidak berpengaruh

terhadap variabel terikatnya (Sugiyono, 2014).

6. Uji F

Untuk mengukur pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap

variabel terikatnya. Adapun dasar pengambiilan keputusannya adalah

dengan mengamati nilai signifikansi yang ditunjukkan di SPSS. Jika nilai

signifikansi kurang dari 0,05, maka variabel bebas secara bersama-sama

berpengaruh terhadap variabel terikat, dan sebaliknya jika nilai signifikansi

lebih dari 0,05, maka variabel bebas secara bersama-sama tidak

berpengaruh terhadap variabel terikatnya (Sugiyono, 2014).

E. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel penelitian menurut Sugiyono

(2015) adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari obyek atau

kegiatan yang memiliki variasi tertentu yang telah ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Definisi variabel-variabel penelitian harus dirumuskan untuk

meghindari kesesatan dalam mengumpulkan data. Penelitian ini

menggunakan tiga variabel indepen yaitu sebagai berikut:

1. Variabel Independen

Menurut, Sugiyono (2014) variabel independen merupakan variabel yang


55

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya

variabel dependen (terikat). Penelitian ini menggunakan tiga variabel

independen yaitu:

a. Profitabilitas (X₁) dalam penelitian ini diwakili oleh Return On

Equity (ROE) yaitu membandingkan laba operasional setelah pajak

dengan total asset, dengan rumus sebagai berikut :

Laba Bersih
ROE= ×100 %
Ekuitas

b. Ukuran Perusahaan (X₂) yang digunakan pada penilitan ini di ukur

dengan Size. Ukuran perusahaan dilihat dari total asset yang

dimiliki oleh perusahaan, yang dapat dipergunakan untuk kegiatan

operasional perusahaan. Jika perushaan memiliki total asset yang

besar, pihak manajemen akan lebih leluasa dakam mempergunakan

aset yang ada di perusahaan tersebut. rumus untuk menghitung

adalah sebagai berikut:

Ukuran Perusahaan (SIZE) = 𝐿𝑛(𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴ssets)

Keterangan :

Ln : 𝐿ogaritme 𝑛atural dari total aset

2. Variabel Dependen

Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai

perusahaan. Nilai perusahaan dapat diukur dengan PBV (price book value)

merupakan rasio pasar yang digunakan untuk mengukur kinerja harga

pasar saham terhadap nilai bukunya Jogiyanto (2000) menyatakan bahwa


56

dengan mengetahui nilai buku dan nilai pasar, pertumbuhan perusahaan

dapat diketahui. Rasio ini menunjukkan seberapa jauh suatu perusahaan

mampu menciptakan nilai perusahaan yang relatif terhadap jumlah modal

yang diinvestasikan. Semakin tinggi rasio tersebut semakin berhasil

perusahaan menciptakan nilai bagi pemegang saham (Utama dan Santosa,

1998) dan Angg (1997). Adapun rumus Price Book Value (PBV)

adalah sebagai berikut :

Harga Saham Per Lembar


PBV =
Nilai Buku Per Lembar Saham

Keterangan :

PBV : price book value

Harga Saham Per Lembar = harga saham di pasar

Nilai Buku saham Beredar = nilai ekuitas : Total saham beredar

3. Variabel Intervening

Variabel intervening merupakan variabel antara variabel dependen dengan

independen menjadi hubungan tidak langsung dan tidak dapat diamati atau

diukur (Ismail, 2018). Variabel yang digunakan adalah variabel kebijakan

dividen. Dividen Payout Ratio (DPR) merupakan presentase keuntungan

yang dibayarkan dalam bentuk keuntungan yang dibayarkan dalam bentuk

dividen, atau rasio antara keuntungan yang dibayarkan dalam bentuk

dividen dan total keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham. Rumus

perhitungan DPR yaitu:

Earning Per Shar e


DPR= ×100 %
Dividend Per Share
57

Keterangan:

DPR : Dividen Payout Ratio

Dividend per share : Dividen per lembar saham

Earnings per share : Laba per lembar saham


58
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Suardi, M. W. (2017). Pengaruh Overvalued Equities Dan Earnings


Management Terhadap Kualitas Laba Dengan Good Corporate Governance
Sebagai Variabel Moderasi. ASSETS, Juni 2017: 86-103, Volume 7, Nomor
1, 86–103.

Ang, Robert. 1997. Buku pintar pasar modal Indonesia, Mediasor Indonesia

Amirya, M., & Atmini, S. (2008). Determinan Tingkat Hutang Serta Hubungan
Tingkat Hutang Terhadap Nilai Perusahaan: Perspektif Pecking Order
Theory. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan Indonesia, 5(2), 227–244.
https://doi.org/10.21002/jaki.2008.11

Analisa, Y. (2011). Pengaruh Ukuran perusahaan, Levarage, profitabilitas dan


kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan. Eprint.Undip.Ac.Id, 7(4), 1–48.

Andri Rachmawati dan Hanung Triatmoko. 2007.”Analisis Faktor-Faktor yang


Mempengaruhi Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan”. Simposium Nasional
Akuntansi X Makassar,26-28 Juli.

Astakoni, M. (2020). Ukuran Perusahaan Dan Profitabilitas Sebagai Determinan


Nilai Perusahaan Manufaktur Dengan Struktur Modal Sebagai Variabel
Mediasi. KRISNA: Kumpulan Riset Akuntansi, 12(1), 35–49.
https://doi.org/10.22225/kr.12.1.1851.1-6

Brigham, E.F., dan Houston, J.F. 2010. Dasar-dasar Manajemen Keuangan.


Jakarta: Salemba.

Brigham, Eugene F. Dan Joul F Houston. 2001. Manajemen Keuangan. Jakarta :

Erlangga.

Brigham, Eugene F., dan Joel F.Houston. (2013). Dasar-Dasar Manajemen

Keuangan. Buku 1 Edisi 11. Jakarta: Salemba Empat.

Damodaran, Aswath. (1996). Investment Valuation. New York: John Wiley &

Sons, Inc.

Denziana, A., & Monica, W. (2016). Analisis Ukuran Perusahaan dan


Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan
Yang Tergolong LQ45 di BEI Periode 2011-2014). Jurnal Akuntansi Dan
Keuangan, 7(2).
60

Hanafi, M. M. (2004). Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.

Harmono. (2011). Manajemen Keuangan Berbasis Balanced Scorrecard

(Pendekatan Teori, Kasus, dan Riset Bisnis). Jakarta: Bumi Aksara.

Fahmi, I. (2014). Manajemen Keuangan Pasar Modal . Jakarta: Mitra Wacana


Media

Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
2.1 Update PLS Regresi. Semarang : Badan Penerbit Universitas Dipenogoro

Halsey, Robert F, dkk. 2005. Analisis Laporan Keuangan, edisi ke-8. Jakarta :
Salemba Empat.
Hermuningsih, S. (2012). Pengaruh Profitabilitas, Size Terhadap Nilai Perusahaan
Dengan Sruktur Modal Sebagai Variabel Intervening. Jurnal Siasat Bisnis,
16(2), 232–242. https://doi.org/10.20885/jsb.vol16.iss2.art8

Jamaluddin Majid, Gagaring Pagalung, & Andi Ruslan. (2022). Faktor-faktor


Menentukan Harga Saham Syariah Pada Daftar Saham Terdaftar di Index
Saham Syariah Indonesia. Al-Mashrafiyah: Jurnal Ekonomi, Keuangan, Dan
Perbankan Syariah, 6(1), 41–52. https://doi.org/10.24252/al-
mashrafiyah.v6i1.27769

Jensen, Michael C. Dan W.H. Meckling. (1976). “Theory of The Firm:


Managerial Behavior, Agency Cost and Ownership Structure”. Journal of
Financial Economics 3. hal. 305-360
Kasmir. 2019. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Pertama. Cetakan Keduabelas.
PT Raja Grafindo Persada. Jakarta
Kusumadilaga, R. (2010). Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap
Nilai Perusahaan dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Moderating (Studi
Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia). Retrieved Januari 6, 2018, from Skripsi, Universitas Diponegoro:
http://eprints.undip.ac.id/22572/1/SKRIPSI_Rimba_Kusumadilaga.PDF
Kamaludin, (2011). Manajemen Keuangan “Konsep Dasar dan Penerapannya”.
Bandung: Mandar Maju
Kusuma, G. I. suhandak, & Zainul, A. (2012). Analisis Pengaruh Profitabilitas
61

(Profitability) dan Tingkat Pertumbuhan (Growth) Terhadap Struktur Modal


dan Nilai Perusahaan. Jurnal Akuntansi Bisnis, 5(2), 1–11.
Murhadi, W.R. (2013). Analisis Laporan Keuangan Proyeksi dan Valuasi Saham.
Jakarta: Salemba Empat.

Mahendra, A., Sri artini, L. gede, & Suarjaya, A. G. (2012). Pengaruh Kinerja
Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
Jurnal Manajemen, Stategi Bisnis, Dan Kewirausahaan, 6(2), 130–138.
Martalina, Lifessy. 2011. Pengaruh Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan
Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Struktur Modal Sebagai Variabel
Intervening. Skripsi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang.

Mardiyati, dkk, 2012, Pengaruh Kebijakan Dividen, Kebijakan Hutang dan


Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) Periode 2005-2010. Jurnal Riset Manajemen Sains
Indonesia (JRMSI) Vol. 3, No. 1

Mahendra, Alfredo DJ. 2011. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai


Perusahaan (Kebijakan Dividen Sebagai Variabel Moderating) Pada
Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia. Tesis Program Pascasarjana
Universitas Udayana Denpasar.

Nurlela, & Islahuddin. (2008). Pengaruh Corporate Social Responsibility


terhadap Nilai Perusahaan dengan Persentase Kepemilikan Manajemen
sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar
di Bursa Efek Jakarta). Pontianak: Simposium Nasional Akuntansi XI.

Nur, T. (2018). Pengaruh growth opportunity, profitabilitas dan struktur modal


terhadap nilai perusahaan dengan dividen sebagai variabel intervening pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada periode 2014-2017.
Jurnal Manajemen Dan Bisnis Indonesia, 5(3), 393–411.
https://doi.org/10.31843/jmbi.v5i3.175

Nofrita, R. (2013). Pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan dengan


kebijakan dividen sebagai variabel intervening (studi empiris pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI). Jurnal Akuntansi, 1(1), 1–23.
http://ejournal.unp.ac.id/students/index.php/akt/article/view/86

Oktaviani, Weri Ningsih. 2008. Pengaruh Kebijakan Dividen, Profitabilitas,


Pertumbuhan Penjualan, Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan
Dengan Leverage Keuangan Sebagai Variabel Intervening.Skripsi Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Bung Hatta.
62

Perdana, Sukma. 2011. Pengaruh Kebijakan Utang Jangka Panjang dan Kebijakan
Dividen Terhadap Nilai Perusahaan. Artikel Ilmiah, Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi Perbanas, Surabaya.

Puspita, N. S. (2011). Analisis Pengaruh Struktur Modal, Pertumbuhan


Perusahaan, Ukuran Perusahaan, Dan Profitabilitas Terhadap Nilai
Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia Periode 2007-2009 (Studi Kasus Pada Sektor Industri Food And
Bevera. Universitas Diponegoro, 1–68.

Rahmawati. (2008). Motivasi, Batasan, Dan Peluang Manajemen Laba (Studi


Empiris Pada Industri Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta).
Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Indonesia, 23(4), 385–403.

Rahmasari, D. R., Suryani, E., & Oktaryani, S. (2019). Pengaruh Leverage Dan
Likuiditas Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kebijakan Dividen Sebagai
Variabel Intervening. Jurnal Sosial Ekonomi Dan Humaniora, 5(1), 66–83.
https://doi.org/10.29303/jseh.v5i1.34

Suharli, M. (2006). Study Empiris Terhadap Faktor-faktor yang Mempengaruhi


Nilai Perusahaan Pada Perisahaan Go Public di Indonesia. Jurnal Maksi 06.

Suharli, M. (2006). STUDI EMPIRIS MENGENAI PENGARUH


PROFITABILITAS, LEVERAGE, DAN HARGA SAHAM TERHADAP
JUMLAH DIVIDEN TUNAI (Studi pada Perusahaan yang Terdaftar di
Bursa Efek Jakarta Periode 2002-2003). Jurnal Manajemen, Akuntansi &
Sistem Informasi, 6(2), 243–256.

Siallagan, Hamonangan Machfoedz, M. (2006). Simposium nasional akuntansi 9


padang mekanisme corporate governance, kualitas laba dan nilai
perusahaan. 061, 23–26.

Sujoko, S. (2018). Pengaruh Struktur Kepemilikan, Strategi Diversifikasi,


Leverage, Faktor Intern Dan Faktor Ekstern Terhadap Nilai Perusahaan
(Studi Empirik Pada Perusahaan Manufaktur Dan Non Manufaktur Di Bursa
Efek Jakarta). EKUITAS (Jurnal Ekonomi Dan Keuangan), 11(2), 236–254.
https://doi.org/10.24034/j25485024.y2007.v11.i2.317

Sukirni, Dwi, (2012), Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional,


Kebijakan Dividen dan Kebijakan Hutang Analisis Terhadap Nilai
Perusahaan.

Sulistiono. 2010. Pengaruh Kepemilikan Manjerial, Struktur Modal Dan Ukuran


Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur di BEI.
Skripsi. Universitas Negeri Semarang. Semarang.
63

SC Myers. (1977). Determinants of corporate borrowing. Journal of Financial


Economics, 5(2), 147–175.
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/0304405X77900150

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:


Alfabeta

Tandelilin, Eduardus. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio.


Yogyakarta : PT. BPFE.

Taswan. 2003. “Analisis pengaruh Insider Ownership, Kebijakan hutang dan


Dividen terhadap nilai perusahaan serta Faktor-faktor yang
mempengaruhinya,” Jurnal bisnis dan ekonomi dipublikasikan.

Sari, K., & Purnamasari, L. (2015). Pengaruh Profitabilitas Terhadap Nilai


Perusahaan Dengan Kebijakan Dividen Sebagai Variabel Intervening Pada
Perusahaan LQ45 Di Bursa Efek Indonesia. Artikel Ilmiah Mahasiswa
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas, 1–13.

Yusra, M. (2019). Pengaruh Frekuensi Perdagangan , Trading Volume, Nilai


Kapitalisasi Pasar, Harga Saham, Dan Trading Day Terhadap Return Saham
Pada Perusahaan Kosmetik Dan Keperluan Rumah Tangga Di Bursa Efek
Indonesia. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan, 7(1), 65.
https://doi.org/10.29103/jak.v7i1.1841

Anda mungkin juga menyukai