Anda di halaman 1dari 56

PENGARUH KUALITAS AUDIT, KONDISI KEUANGAN DAN AUDIT

TENURE TERHADAP OPINI AUDIT GOING CONCERN


(Studi Empiris Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia (BEI) Tahun 2015-2019)

Proposal Penelitian
Program Studi Akuntansi

Disusun Oleh:
Nama : JHONY ANDREA
Nim : 17230021

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI


KEUANGAN, PERBANKAN DAN PEMBANGUNAN
(STIE”KBP”) PADANG
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur hanya bagi tuhan yang maha esa, oleh karena

anugerah nya yang melimpah, kemurahan dan kasih setia yang besar akhirnya

penulis dapat menyelesaikan penulisan proposal dengan judul “Pengaruh

Ukuran Perusahaan, Profitabilitas dan Good Corporate Governance (GCG)

terhadap Corporate Social Responsibility (CSR) (Studi Empiris Pada

Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun

2015-2019)”. Dalam menyelesaikan proposal ini, penulis banyak menemui

hambatan dan kesulitan. Penulisan menyadari penulisan proposal ini banyak

mendapatkan bimbingan dan arahan dari barbagai pihak. Pada kesempatan ini

dengan ketulusan dan keiklasan hati penulis mengungkapkan terimakasih kepada:

1. Kepada kedua orangtua yang selalu memberikan semangat dan doa serta

dorongan dalam penyelesaian proposal ini.

2. Ibu Aminar Stradewi, SE, M.Si selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Ekonomi Keuangan, Perbankan dan Pembangunan Padang.

3. Bapak Muhammad Rivandi, SE, M.Si selaku Ketua Program Studi

Akuntansi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Ekonomi Keuangan Perbankan

dan Pembangunan Padang.

4. Bapak Febryandhie Ananda, SE, M.Si selaku Dosen pengampu yang

banyak memberikan bimbingan, pengarahan dan motovasi kepada penulis

dalam menyelesaikan proposal ini.

5. Seluruh dosen yang telah mengajar dan memberikan ilmu sehingga dapat

terselesaikannya penulisan proposal ini.

i
6. Serta semua pihak yang telah memberikan dukungan secara langsung

maupun tidak langsung membantu penulisan dalam menyusun dan

menyelesaikan proposal ini.

Semoga amal dan kebaikan yang telah diberikan mendapatkan balasan

yang setimpal dari tuhan yang maha Esa. Akhirnya penulis berharap semoga

proposal ini dapat bermanfaat bagi pembaca bagi pembaca semua khususnya bagi

penulis sendiri.

Padang, Agustus 2020

Ridho Juanda Putra

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................i

DAFTAR ISI .......................................................................................................iii

DAFTAR TABEL ...............................................................................................v

DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ...............................................................1

1.2 Rumusan Masalah .........................................................................8

1.3 Tujuan Penelitian ..........................................................................9

1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................10

1.5 Sistematika Penulisan ...................................................................10

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1 Ukuran Perusahaan........................................................................11

2.2 Profibilitas......................................................................................13

2.3 Good Corporate Governance........................................................16

2.4 Corporate Social Responsibility ...................................................18

2.5 Pengembangan Hipotesis ..............................................................21

2.5.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Corporate

Social Responsibility..........................................................

2.5.2 Pengaruh Profibilitas terhadap Corporate Social

Responsibility.....................................................................

2.5.3 Pengaruh Good Corporate Governance terhadap

Corporate Social Responsibility........................................

iii
2.5.4 Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas dan Good

Corporate Governance (GCG) terhadap Corporate

Social Responsibility (CSR) ..............................................

2.6 Kerangka Konseptual ....................................................................29

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian .............................................................................30

3.2 Jenis dan Sumber Data ..................................................................30

3.2.1 Jenis Data ..........................................................................30

3.2.2 Sumber Data ......................................................................31

3.3 Populasi dan Sampel .....................................................................31

3.3.1 Populasi .............................................................................31

3.3.2 Sampel ...............................................................................32

3.4 Teknik Pengumpulan Data ............................................................33

3.5 Definisi Operasional Variabel ......................................................33

3.5.1 Variabel Dependen ............................................................33

3.5.2 Variabel Independen .........................................................33

3.6 Teknik Analisis Data ....................................................................36

3.6.1 Uji Pemilihan Model..........................................................36

3.6.2 Uji Kecocokan Model........................................................37

3.6.3 Uji Normalitas....................................................................39

3.6.4 Model Regresi Data Panel..................................................39

3.6.5 Uji Hipotesis .....................................................................40

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel ..............................................................34

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual.......................................................................29

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Seperti yang kita ketahui pada era globalisasi saat ini dalam dunia

bisnis setiap perusahaan di tuntut untuk bersaing dalam persaingan yang ketat

bukan semata-mata hanya mencari keuntungan. Dalam perkembangan pasar

modal di indonesia saat ini mengalami kemajuan yang sangat pesat.

Kemajuan ini menumbuhkan minat bagi para investor untuk melakukan

investasi dipasar modal. Alat ukur yang dijadikan investor untuk mengukur

kondisi keuangan dari perusahaan adalah melalui laporan keungan

perusahaan yang berisi informasi berupa posisi keuangan, kinerja keuangan

dan arus kas entitas. Laporan keuangan perusahaan agar dapat dipercaya oleh

investor, maka di butuhkan auditor yang menjembatani kebutuhan para

pengguna laporan keuangan dan penyedia laporan keuangan. Pernyataan

auditor melalui opininya akan membuat data-data yang ada dalam laporan

keuangan perusahaan tersebut dapat dipercaya oleh pengguna laporan

keuangan perusahaan juga harus mampu untuk bersaing dengan perusahaan

sejenis atau kompetitor agar perusahaan dapat bertahan dan tidak tersingkir

dari persaingan bisnis yang ada. Hal ini berhubungan dengan salah satu

tujuan yang dimiliki oleh perusahaan dalam semua jenis usaha yaitu

mempertahankan dan menunjukkan keberadaanya di dalam lingkungan

ekonomi dengan cara mempertahankan kelangsungan hidup yang dimiliki

oleh perusahaan dalam jangka waktu yang lama (Ajikusuma, 2016).

1
Setiap perusahaan go public pasti akan melaporkan dan menerbitkan

laporan keuangan sebagai pertanggungjawaban kepada pihak yang

berkepentingan.Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang

berkaitan dengan posisi keuangan dan kinerja perusahaan yang bermanfaat

bagi pemakai laporan keuangan yang sangat membantu perusahaan adalah

investor. Investor menggunakan laporan keuangan sebagai dasar dalam

pengambilan keputusan untuk berinvestasi (Lensiana & Wandestarido, 2015).

Mulai dari perusahaan kecil hingga perusahaan besar, diperlukan

adanya pengendalian manajemen untuk bersaing demi keberlangsungan

usahanya dimasa yang akan datang. Serta untuk memberikan kepercayaan

kepada pihak investor sebagai penanam modal di perusahaan tersebut.

Kelangsungan usaha (going concern) suatu perusahaan merupakan salah satu

hal yang penting bagi para pemangku kepentingan (stakeholders), terutama

investor. Perkembangan ini mengakibatkan permintaan akan laporan

keuangan perusahaan semakin meningkat (Andyny, 2017).

Pihak manajemen berkepentingan untuk menyajikan laporan keuangan

sebagai suatu gambaran prestasi kerja mereka. Laporan ini berpotensi

dipengaruhi oleh kepentingan pribadi. Sementara pihak ketiga yaitu pihak

eksternal selaku pemakai laporan keuangan sangat berkepentingan untuk

mendapatkan laporan keuangan yang dapat dipercaya. Dibutuhkan pihak

ketiga yang independen sebagai mediator pada hubungan prinsipal dengan

agen. Pihak ketiga ini berfungsi untuk memonitor perilaku manajer (agen)

apakah sudah bertindak sesuai dengan keinginan prinsipal. Auditor adalah

pihak ketiga yang dianggap mampu menjebatani kepentingan pihak prinsipal

2
dengan pihak manajemen dalam mengelola keuangan perusahaan. Auditor

melakukan fungsi monitoring pekerjaan manajer melalui sebuah sarana yaitu

laporan tahunan (Widyawati, 2011).

Keberlangsungan hidup suatu entitas selalu dikaitkan dengan

kemampuan manajemen dalam mengelola perusahaan untuk survive selama

mungkin. Maka dari itu, kepala manajemen selalu menjadi tudingan pertama

atas apapun yang terjadi pada perusahaan. Selain manajemen, auditor juga

diharapkan dapat memberikan early warning kepada para investor akan

kegagalan keuangan perusahaan dengan memberikan opininya yang

terangkum dalam laporan audit. Para pemakai laporan keuangan pada

umumnya sangat memperhatikan pernyataan yang diberikan oleh auditor,

dimana pernyataan audit merupakan salah satu gambaran atau penilaian

auditor terhadap kondisi perusahaan apakah dapat bertahan hidup atau tidak

untuk masa depan (Jalil, 2019).

Informasi ini merupakan kebutuhan mendasar bagi para investor

dalam pengambilan keputusan investasi. Salah satu informasi yang

diharapkan mampu memberi bantuan kepada pemakai dalam membuat

keputusan ekonomi yang bersifat finansial adalah laporan keuangan. Laporan

keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi yang disajikan dalam bentuk

kuantitatif yang mana informasi-informasi yang disajikan di dalamnya dapat

membantu berbagai pihak dalam pengambilan keputusan yang berpengaruh

bagi kelangsungan hidup perusahaan. Sebagaimana yang dikemukakan

dengan jelas oleh Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dalam Kerangka Dasar

Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan adalah sebagai berikut ini:

3
”Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang

menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu

perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam

pengambilan keputusan ekonomi” (IAI, 2004: par 12).

Opini audit going concern merupakan pendapat yang diterbitkan oleh

auditor untuk menilai mengenai keraguan perusahaan untuk mempertahankan

kelangsungan hidupnya (IAI, 2011). Tugas dan tanggung jawab auditor

adalah menilai dan mengevaluasi kewajaran dalam penyajian laporan

keuangan. Tetapi pihak eksternal, berkeinginan agar tugas dan tanggung

jawab auditor dapat menginformasikan kondisi perusahaan yang

sesungguhnya dan meminimalkan kondisi yang sifatnya tidak pasti.

International International Federation of Accountants (IFAC) telah

mengeluarkan International Standart on Auditing (ISA) No. 570 tentang

“going concern” yang menegaskan bahwa tanggung jawab auditor

independen hanya melakukan pertimbangan atas ketetapan asumsi going

concern yang digunakan oleh manajemen dalam menyusun laporan keuangan.

Going concern entitas yang diaudit harus dapat dipertahankan paling tidak

dua belas bulan setelah tanggal neraca. ISA 570 telah menjadi pedoman bagi

para auditor terkait dengan tanggung jawab auditor dengan penggunaan

asumsi “usaha kesinambungan” dan penilaian manajemen mengenai

kemampuan entitas untuk melanjutkan usahanya sebagai usaha yang

berkesinambungan (Egziabher & Edwards, 2013).

Menurut Arista, (2013) Opini audit going concern digunakan oleh

pemakai laporan keuangan sebagai prediksi kebangkrutan suatu perusahaan.

4
Opini atas kelayakan laporan keuangan suatu perusahaan diterbitkan oleh

auditor pada Kantor Akuntan Publik (KAP). Oleh karena itu, auditor harus

mampu mempertanggungjawabkan hasil opininya. Masalah timbul ketika

banyak terjadi kesalahan opini yang dibuat oleh auditor menyangkut opini

audit going concern. Melihat pentingnya pertanyaan going concern bagi

perusahaan, hal ini harus sesuai dengan pemeriksaan auditor yang tidak

terlepas dari data laporan keuangan yang dilakukan selama periode tertentu.

Going concern adalah kelangsungan hidup suatu entitas. Dengan

adanya going concern maka suatu entitas dianggap akan mampu

mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka panjang, tidak akan

dilikuidasi dalam jangka waktu pendek. Going concern dipakai sebagai

asumsi dalam pelaporan keuangan sepanjang tidak terbukti adanya informasi

yang menunjukkan hal berlawanan. Biasanya informasi yang secara

signifikan dianggap berlawanan dengan asumsi kelangsungan hidup satuan

usaha adalah berhubungan dengan ketidakmampuan satuan usaha dalam

memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo tanpa melakukan penjualan

sebagian besar aktiva kepada pihak luar melalui bisnis biasa, restrukturisasi

utang, perbaikan operasi yang dipaksakan dari luar, dan kegiatan serupa yang

lain (PSA No. 30) (Widyawati, 2011).

Menurut Tandungan & Mertha, (2016), Opini audit going concern

merupakan bad news bagi pemakai laporan keuangan. Sulitnya memprediksi

kelangsungan hidup sebuah perusahaan merupakan masalah yang sering

muncul sehingga banyak auditor yang mengalami dilema antara moral dan

etika dalam memberikan opini going concern. Penyebabnya adalah adanya

5
hipotesis self-fulfilling prophecy yang menyatakan bahwa apabila auditor

memberikan opini going concern, maka perusahaan akan menjadi lebih cepat

bangkrut karena banyak investor yang membatalkan investasinya atau

kreditor yang menarik dananya. Penyebab yang lain adalah tidak terdapatnya

prosedur penetapan status going concern yang terstruktur.

Going concern merupakan kelangsungan hidup suatu entitas

Nainggolan, (2016). opini audit going concern melambangkan sinyal negatif

bagi kelangsungan hidup perusahaan sehingga seharusnya dapat berguna bagi

investor, sedangkan opini non going concern melambangkan sinyal positif

sebagai penanda bahwa perusahaan dalam kondisi yang baik. Pengeluaran

opini audit going concern adalah hal yang tidak diharapkan oleh perusahaan

karena akan berdampak pada kemunduran harga saham, ketidakpercayaan

investor, kreditor, pelanggan dan karyawan terhadap manajemen perusahaan,

serta perusahaan kesulitan dalam meningkatkan modal pinjaman. Namun

fenomena yang terjadi di lapangan menunjukkan banyak dari perusahaan

yang go public dimana yang seharusnya menerima opini audit going concern

malah menerima opini audit wajar tanpa pengecualian.

Fakta/fenomena yang terjadi pada artikel Ervina & Purba, (2020)

adalah PT Sekawan Intipratama Tbk terevaluasi tidak bisa mempertahankan

kelangsungan bisnisnya sehingga di-delisting dari Bursa Efek Indonesia pada

tanggal 17 Juni 2019. Alasannya dikarenakan perusahaan tidak menunjukan

perubahan kinerja yang baik meskipun telah diberikan kesempatan dan

pemerintah sudah mencabut izin bisnis pertambangannya. Sebelumya, PT

Sekawan Intipratama Tbk. juga terdeteksi beberapa kasus yang kurang baik.

6
Otoritas Jasa Keuangan mengungkapkan harus melaksanakan pemeriksaan

terhadap perkara pidana atas transaksi semu saham yang diperbuat oleh SIAP.

Selain itu, SIAP juga terindikasi adanya perubahan standar penyajian laporan

keuangan tanpa pemberitahuan sehingga menurut Samsul Hidayat selaku

Direktur Penilaian Perusahaan BEI, perbedaan laporan keuangan itu perlu

diadakan audit karena perubahan yang terjadi memiliki sisi kejanggalan.

Tanggung jawab auditor harus mengungkapkan salah saji maupun

kecurangan yang material dan mengeluarkan opini sepantasnya atas laporan

keuangan entitas agar reputasi KAP tidak tercemar.

Selain itu terdapat fakta fenomena lain dalam kasus Disuspen 7 Kali

& Nasib Tak Jelas, BEI Panggil Bakrie Telecom. Bursa Efek Indonesia

menyatakan akan memanggil manajemen emiten telekomunikasi grup Bakrie,

PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) menindaklanjuti penghentian perdagangan

saham (suspensi) perseroan yang dilakukan berkali-kali dan sudah

berlangsung lama serta opini disclaimer selama 2 tahun berturut-turut.

Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia I Gede Nyoman Yetna

Setia menyampaikan, BEI melakukan suspensi di seluruh pasar atas saham

PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) sejak tanggal 27 Mei 2019 dikarenakan

BTEL telah memperoleh opini disclaimer selama 2 tahun berturut-turut.

Sebelumnya, pada 17 Juni 2019, otoritas buursa telah meminta BTEL untuk

menyelenggarakan Public Expose (PE) Insidentil, merujuk pada

SE-008/BEJ/08-2006, namun hingga saat ini, BTEL belum juga

menyelenggarakan paparan publik tersebut. Selanjutnya, mengenai

keberlangsungan usaha (going concern) Bakrie Telecom ke depan, mengacu

7
laporan keuangan perseroan pada 31 Desember 2018, Kantor Akuntan Publik

BTEL berpendapat bahwa Perseroan belum memiliki kemampuan untuk

memenuhi kewajiban penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU),

sebab saat ini kegiatan operasional BTEL telah terhenti. Dikatakan Nyoman,

terkait kegiatan operasional, perseroan membukukan penurunan drastis pada

pendapatan sejak tahun 2016. Nilai pendapatan usaha pada tahun 2016, 2017,

dan 2018 berturut-turut adalah sebesar Rp172 miliar, Rp7,87 miliar, dan

Rp8,53 miliar.

Pada 27 Mei 2019, saham BTEL kembali disuspensi BEI. Alasannya,

menurut BEI, perseroan memperoleh Opini Tidak Memberikan Pendapatan

(disclaimer) selama 2 tahun berturut-turut yakni periode 31 Desember 2018

dan 31 Desember 2017. Mengacu pada peraturan BEI, jika perusahaan

mendapat opini 'disclaimer' 3 tahun berturut-turut, maka bursa dapat

membatalkan pencatatan efek perusahaan. Sebelumnya Bakrie Telecom fokus

pada sektor telekomunikasi dengan merek Esia, tapi sejak 2016 perusahaan

Grup Bakrie itu mengumumkan melakukan perombakan besar-besaran

dengan menganti layanan bisnis dari operator seluler berbasis code division

multiple access (CDMA) menjadi bisnis lebih ke korporasi (Business-to-

Business/B2B). Saham BTEL diperdagangkan terakhir di level Rp 50/saham,

dengan kapitalisasi pasar Rp 1,84 triliun dan 5 tahun terakhir, data

perdagangan mencatat saham ini 'tidur'. (www.cnbcindonesia.com).

Dari penelitian sebelumnya Kualitas Audit adalah probabilitas dimana

seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu

pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya. Bukti empiris menemukan

8
bahwa ada hubungan positif antara kualitas audit dengan penerimaan opini

audit going concern. KAP yang besar akan berusaha untuk menyajikan

kualitas audit yang lebih besar dibandingkan dengan KAP yang kecil, KAP

yang besar masuk kategori Big-4 dan KAP yang kecil masuk kategori non

Big-4. Beberapa peneliti terdahulu terkait Kualitas Audit yaitu penelitian dari

Effendi, (2019), Kesumojati et al., (2017), Melania et al., (2019), Minerva et

al., (2020) dan Melistiari et al., (2021) maka terdapat pengaruh postitif

kualitas audit terhadap Opini Audit Going Cocern.

Kondisi keuangan perusahaan yang terganggu, maka besar

kemungkinan perusahaan tersebut akan menerima opini audit going concern.

Opini going concern yang tidak di inginkan ini mengakibatkan jatuhnya harga

saham. Hal ini akan menunjukkan gejala kebangkrutan dan menyebabkan

perusahaan sulit untuk mendapatkan modal. Beberapa penelitian terdahulu

terkait Kondisi Keuangan yaitu penelitian dari Kusumawardhani, (2018),

Fadli & Triyanto, (2020), Imani et al., (2017), Rahim, (2017) dan Nurharjanti,

(2019) maka terdapat pengaruh Kondisi Keuangan terhadap Opini Audit

Going Cocern.

Audit tenure merupakan jangka waktu perikatan yang terjalin antara

kantor akuntan publik (KAP) dengan auditee yang sama. Semakin lama

hubungan auditor dengan klien, maka dikhawatirkan semakin rendah

pengungkapan atas ketidakmampuan perusahaan dalam menjaga

kelangsungan usahanya. Hal tersebut akan mempengaruhi penerimaan opini

audit going concern terhadap perusahaan. Ketika hubungan antara auditor

dengan klien suatu KAP telah berlangsung bertahun- tahun klien dapat

9
dipandang sebagai sumber pendapatan yang sudah biasa berlangsung terus,

yang secara potensial dapat mengurangi independensi KAP. Beberapa peneliti

terdahulu terkait Audit tenure yaitu penelitian dari Hasanuddin et al., (2019),

Syahputra & Yahya, (2017), Oktaviani & Challen, (2020), Sari, Yustina

Triyani, (2018) dan Nurhayati et al., (2018) maka terdapat pengaruh Audit

tenure terhadap Opini Audit Going Cocern.

Keunikan atau kelebihan penelitian ini dari penelitian sebelumnya

yaitu Effendi, (2019) penulis beranggapan bahwa penelitian mengenai opini

audit going concern di Indonesia masih menjadi objek penelitian yang

penting dan menarik dilakukan karena mengingat bahwa opini audit going

concern suatu badan usaha merupakan salah satu hal yang mendasari para

investor dalam pengambilan keputusan investasi dan juga para kreditor dalam

meminjamkan dananya dengan tujuan untuk memperoleh laba dari aktivitas

perusahaan tersebut. Selain itu, opini audit going concern sering dihubungkan

dengan kelangsungan hidup usahanya. Kelebihan selanjutnya adalah penulis

menggunakan jurnal atau referensi terbaru pula yaitu jurnal atau artikel tahun

2020 dan 2021.

Berdasarkan penjelasan diatas serta didukung oleh penelitian

sebelumnya, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian kembali dengan

judul “Pengaruh Kualitas audit, Kondisi Keuangan dan Audit Tenure

terhadap Opini Audit Going Concern”

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah terdapat pengaruh Kualitas Audit terhadap Opini Audit Going

Concern pada Kantor Akuntan Publik di Kota Padang?

10
2. Apakah terdapat pengaruh Kondisi Keungan terhadap Opini Audit Going

Concern pada Kantor Akuntan Publik di Kota Padang?

3. Apakah terdapat pengaruh Audit Tenure terhadap Opini Audit Going

Concern pada Kantor Akuntan Publik di Kota Padang?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh Kualitas Audit terhadap Opini Audit Going

Concern pada Kantor Akuntan Publik di Kota Padang.

2. Untuk mengetahui pengaruh Kondisi Keungan terhadap Opini Audit

Going Concern pada Kantor Akuntan Publik di Kota Padang.

3. Untuk mengetahui pengaruh Audit Tenure terhadap Opini Audit Going

Concern pada Kantor Akuntan Publik di Kota Padang.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pandangan,

pemikiran dan wawasan terhadap pengembangan ilmu pengetahuan mengenai

Opini Audit Going Concern serta, studi ini diharapkan juga bahwa penelitian

ini akan berkontribusi dan mengembangkan teori evaluasi Opini Audit Going

Concern. Studi ini juga dapat digunakan sebagai informasi dan referensi

untuk membantu Anda menerapkan rencana audit yang lebih baik, dan Anda

dapat menggunakan faktor-faktor yang membuat keputusan audit Anda untuk

membuat audit Anda lebih efisien dan efektif.

1.5 Sistematika Penulisan

11
Sistematika ini disusun untuk memudahkan penulisan dan

pembahasan, dimana antara setiap bagian saling berhubungan antara yang

satu dengan yang lainnya sehingga menjadi kesatuan yaitu sebagai berikut:

BAB I: PENDAHULUAN

Dalam bab pendahuluan diuraikan tentang latar belakang, rumusan

masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian bagi penulis atau penelitian

selanjutnya, serta sistematika penulisan yang merupakan uraian singkat

menganai bab-bab yang terdapat dalam penelitian ini.

BAB II: LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Dalam bab ini (tinjauan pustaka dan hipotesis) akan dibahas mengenai

penelitian-penelitian sebelumnya, apakah teori relevan dengan penelitian ini,

dan kerangka berfikir yang dapat membantu dalam memecahkan masalah

yang dibahas, serta hipotesis apa yang akan dipakai dalam penelitian ini.

BAB III: METODE PENELITIAN

Dalam bab ini akan diuraikan tentang jenis penelitian, obyek

penelitian, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, dan teknik

analisis data.

12
BAB II

LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1 Kualitas Audit

Kualitas audit merupakan kemampuan seorang auditor untuk menilai

dan memberikan opini yang tepat sesuai dengan keadaan perusahaan

sesungguhnya sehingga para pemakai informasi tersebut tepat dalam

pengambilan keputusan. Di lingkungan ekonomi sekarang ini, penilaian

auditor mengenai kemampuan perusahaaan untuk going concern telah

menjadi lebih sulit. Auditor berada pada posisi antara dilema moral dan etika,

yakni apakah sebaiknya mengeluarkan opini going concern dengan risiko

meningkatkan kesulitan keuangan perusahaan atau mengeluarkan opini non

going concern dengan risiko tidak menginformasikan kemungkinan

kegagalan perusahaan pada pihak-pihak yang berkepentingan. Kualitas audit

yang merupakan bagian dari non keuangan pun bisa menjadi bahan

pertimbangan dalam pemberian opini audit going concern. Masalah opini

going concern ini merupakan masalah yang akan terus ada dan opini ini

memberikan salah satu pilihan buat para investor untuk memutuskan

berinvestasi atau tidaknya (Yusriwarti & Mariyani, 2019).

Kualitas Audit merupakan probabilitas seorang auditor dapat

menemukan dan melaporkan penyelewengan dalam sistem akuntansi klien.

13
Reputasi auditor sering digunakan sebagai proksi dari kualitas audit. Lensiana

& Wandestarido, (2015), menyatakan bahwa auditor skala besar memilki

insentif yang lebih untuk menghindari kritikan kerusakan reputasi

dibandingkan pada auditor skala kecil. Auditor skala besar juga lebih

cenderung untuk mengungkapkan masalah-masalah yang ada karena mereka

lebih kuat menghadapi risiko proses pengadilan.

Menurut Arista, (2013), kualitas audit didefinisikan sebagai

probabilitas gabungan dari kemampuan seorang auditor untuk menemukan

suatu pelanggaran dalam pelaporan keuangan klien dan melaporkan

pelaporan tersebut ( De Angelo, 1981). Kualitas audit merupakan suatu hal

yang penting untuk pengguna laporan keuangan dan reputasi auditor. Kualitas

audit yang baik akan meyakinkan para pengguna laporan keuangan atas

keandalan dan relevansi dari laporn keuangan. Kualitas audit yang baik juga

akan meingkatkan reputasi auditor sebagai pihak yang memiliki integritas.

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menyatakan bahwa audit yang

dilakukan auditor dikatakan berkualitas, apabila memenuhi standar auditing

dan standar pengendalian mutu:

1. Standar Auditing Standar auditing yang telah ditetapkan oleh

Ikatan Akuntansi Indonesia adalah:

a. Standar Umum

1) Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih

yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang

cukup sebagai auditor.

14
2) Dalam semua hal yang berhubungan dengan

perikatan, independensi dalam sikap mental harus

dipertahankan oleh auditor.

3) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporan,

auditor wajib menggunakan kemahiran

profesionalnya dengan cermat dan seksama.

b. Standar Pekerjaan Lapangan

1) Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya, dan

jika digunakan asisten harus disupervisi dengan

semestinya.

2) Pemahaman memadai atas pengendalian intern

harus diperoleh untuk merencanakan audit dan

menentukan sifat dan lingkungan pegujian yang

akan dilakukan.

3) Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh

melalui inspeksi, pengamatan, permintaan,

keterangan dan konfirmasi sebagai dasar memadai

untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan

yang diaudit.

c. Standar Pelaporan

1) Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan

keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip

akuntansi yang berlaku umum di indonesia.

15
2) Laporan auditor harus menunjukan jika ada ketidak

konsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam

penyusunan laporan keuangan periode berjalan

dibandingkan dengan prinsip akuntansi dalam

periode sebelumnya.

3) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan

harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain

dalam laporan auditor.

4) Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan

pendapat mengenai laporan keuangan secara

keseluruhan atau asersi bahwa pernyataan demikian

tidak dapat diberikan.

2. Standar Pengendalian Mutu Dalam menetapkan kebijakan dan

prosedur pengendalian mutu KAP wajib mempertimbangkan setiap

unsur pengendalian mutunya. Unsur-unsur pegendalian mutu

berhubungan satu dengan yang lainnya. Oleh sebab itu praktik

pemekerjaan KAP mempengaruhi kebijakan pelatihannya. Untuk

memenuhi ketentuan yang dimaksud, KAP wajib membuat

kebijakan dan prosedur pengendalian mutu mengenai :

a. Independensi

b. b. Penugasan personel

c. Konsultasi

d. Supervisi

e. Pemekerjaan

16
f. Pengembangan profesional

g. Promosi

h. Penerimaan dan keberlanjutan klien

i. Inspeksi

KAP dapat menetapkan tanggung jawabnya kepada

personelnya agardapat melaksanakan kebijakan dan prosedur

pengendalian utunya secara efektif (IAI, 2001).

2.2 Kondisi Keuangan

Kondisi keuangan adalah suatu tampilan atau gambaran kondisi

keuangan perusahaan dalam kurun waktu tertentu . Kondisi keuangan dapat

dilihat dari laporan keuangan yang dibuat oleh pihak manajemen perusahaan

sehingga dapat mencerminkan keadaan perusahaan. Menurut Arista, (2013)

laporan keuangan adalah laporan yang menunjukan kondisi keuangan

perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu.

Kondisi keuangan perusahaan dapat dilihat dari berbagai rasio-rasio

keuangan yang terdapat dalam perusahaan tersebut. Kondisi keuangan dapat

dilihat pada rasio – rasio sebagai berikut dalam Ashadi, (2009):

a. Cash to Current Libilities Ratio, cash to current ratio adalah

cash on hand dan in bank perusahaan dibagi oleh total current

liabilities perusahaan. Dalam current liabilities ini termasuk

pula, sesuai pengertian akuntasi, hutang jangka panjang yang

dikelompokkan ke dalam current liabilities karena akan jatuh

tempo pada tahun buku berjalan.

17
b. Cash Flow to Current Liabilities, cash flow to current

liabilities adalah total arus kas yang dimiliki perusahaan dibagi

oleh total current liabilities perusahaan. Dalam current

liabilities ini termasuk pula, sesuai pengertian akuntasi, hutang

jangka panjang yang dikelompokan kedalam current liabilities

karena akan jatuh tempo pada tahun buku berjalan.

c. Cash flow to total assets, cash flow to total assets adalah total

arus kas yang dimiliki perusahaan dibagi oleh total aset

perusahaan pada tahun buku berjalan.

d. Cash flow to total debt, cash flow to total debt adalah total arus

kas yang dimiliki perusahaan dibagi oleh total liabilities

perusahaan, baik yang berjangka waktu pendek maupun yang

berjangka waktu panjang.

e. Cash to net sales, cash to net sales adalah cash on hand dan in

bank perusahaan dibagi oleh net sales perusahaan.

f. Cash to total assets, cash to total assets adalah cash on hand

dan in bank perusahaan dibagi oleh total assets perusahaan.

g. Current assets to current liabilities, rasio ini sering disebut

sebagai current ratio. Current assets to current liabilities adalah

current asset dibagi

h. oleh current liabilities. Biasanya current assets

i. mencakup kas, marketable securities, account receivable, dan

inventaris. Sedangkan current liabilities merupakan kewajiban

18
jangka pendek yang pada saat likuidasi membutuhkan dana

yang berasal dari asset lancar (jangka pendek).

j. Current assets/net sales, adalah current asset dibagi dengan net

sales. Net sales merupakan penjualan bersih yang sudah

dikurangi sales discount, sales return and allowances.

k. Current assets/total assets, adalah current assets dibagi dengan

total aset.

l. Current liabilities/equity, adalah current liabilities dibagi

dengan equity. Equity merupakan hak pemilik atas net asset

perusahaan.

m. Equity/fixed asset, adalah equity dibagi dengan fixed asset.

Fixed asset adalah harta tetap perusahaan berupa tanah,

gedung dan bangunan.

n. Equity/net sales, adalah equity dibagi dengan net sales.

o. Inventory/net sales, adalah inventory dibagi dengan net sales.

Inventory merupakan barang persediaan yang disimpan untuk

dijual sebagai bagian siklus bisnis perusahaan atau barang

yang disimpan untuk kemudian diproses lebih dahulu sebelum

dijual.

p. Longterm debt/equity, adalah longterm debt dibagi dengan

equity. Longterm debt merupakan hutang jangka panjang

perusahaan baik dari bank maupun pasar modal.

19
q. Total debt/equity, adalah total debt dibagi dengan equity. Total

debt adalah total hutang perusahaan baik yang berjangka

waktu pendek maupun berjangka waktu panjang.

r. Net Income/total aset, adalah net income dibagi dengan total

aset. Net income merupakan pendapatan bersih setelah

dikurangi interest dan pajak.

Menurut Yusriwarti & Mariyani,( 2019) Kondisi keuangan adalah

gambaran keadaan yang terjadi dalam aktifitas perusahaan, yang dapat

dilihat dari laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan ini sangat

dibutuhkan oleh pihak internal dan ekternal untuk mengambil keputusan

ekonomi. Jika dalam suatu periode laba perusahaan mendapatkan peningkatan

laba maka kondisi keuangan perusahaan dalam keadaan baik sehingga

keberlangsungan hidup perusahaan terjamin, dalam hal ini kecil kemungkinan

perusahaan mendapatkan opini audit going concern, dan jika sebaliknya laba

perusahaan mengalami penurunan maka hal terburuk yaitu perusahaan

mengalami kesulitan keuangan atau financial distress, maka besar

kemungkinan perusahaan mendapatkan opini going concern.

2.3 Audit Tenure

Menurut Nainggolan, (2016), Audit tenure adalah lamanya

hubungan yang terjalin antara KAP dengan auditee yang sama. Perikatan

audit yang lama akan menjadikan auditor kehilangan independensinya,

sehingga kemungkinan untuk memberikan opini going concern akan sulit,

atau justru akan membuat KAP lebih memahami kondisi keuangan dan akan

lebih mudah mendeteksi masalah going concern. Sehingga Auditor haruslah

20
menjadi pihak yang tidak terpengaruh terhadap audit tenure, karena auditor

merupakan pihak yang menjembatani perusahaan dan pihak yang

berkepentingan lainnya seperti investor, agar setiap hasil yang diberikan

terutama dalam masalah going concern atas suatu perusahaan adalah keadaan

yang sesungguhnya.

Audit Tenure merupakan jangka waktu perikatan yang terjalin antara

Kantor Akuntan Publik (KAP) dengan klien yang sama. Kecemasan akan

kehilangan fee yang cukup besar akan menimbulkan keraguan bagi auditor

untuk menyatakan opini audit going concern, karena antara auditor dengan

klien sudah terikat hubungan yang nyaman dan saling menguntungkan

sehingga kualitas menjadi rendah. Hilangnya independensi auditor dapat di

lihat dari kesulitan auditor dalam memberikan opini going concern untuk

klien (Lensiana & Wandestarido, 2015).

Audit tenure dapat diproksikan dengan menjumlahkan tahun dimana

AP melakukan perikatan audit dengan audit yang sama Paramitha, (2017).

Perikatan antara auditor dengan auditee yang lama akan berakibatkan

hilangnya independensi auditor atau mudah mendekteksi opini audit going

concern. Untuk menjaga independensinya, beberapa negara menetapakan

peraturan mengenai rotasi AP. Di Indonesia peraturan mengenai rotasi AP

diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) No.13 Pasal 16 (1)

tahun 2017 yang menyatakan bahwa pihak yang Melaksanakan Kegiatan Jasa

Keuangan wajib membatasi penggunaan jasa audit atas informasi keuangan

historis tahunan dari AP yang sama paling lama untuk periode audit selama 3

(tiga) tahun buku pelaporan secara berturut-turut.

21
Audit tenure adalah lama hubungan atau keterikatan antara auditor

dengan kliennya. Semakin lama hubungan klien dengan auditor

dikhawatirkan akan mempengaruhi tingkat independensi auditor dalam

memberikan pendapatnya. Ketika auditor telah berhubungan bertahun-tahun

dengan klien, klien dipandang sebagai sumber penghasilan untuk auditor

yang secara potensial dapat mengurangi independensi. Seorang auditor harus

memiliki sikap independen dalam mengaudit laporan keuangan suatu

perusahaan, agar opini yang terbitkan mampu dipertanggung jawabkan.

Independensi salah satunya dapat diukur melalui audit tenure (Pratiwi & Lim,

2013).

2.4 Opini Audit Going Concern

Going concern diartikan sebagai kelangsunagn hidup suatu badan

usaha. Going concern juga merupakan asumsi dasar dalam menyusun suatu

laporan keuangan, perusahaan tidak bermaksud atau berkeinginan melikuidasi

atau mengurangi secara material skala usahanya (Standar Akuntansi

Keuangan, 2012). Afnan et al., (2020) menyatakan dalam penelitiannya

terdahulu bahwa Going concern merupakan kelangsungan hidup suatu

perusahaan dimana dengan adanya going concern maka suatu entitas

dianggap akan mampu mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka

panjang atau tidak akan dilikuidasi dalam jangka pendek. Suatu entitas

dianggap going concern apabila perusahaan dapat melanjutkan operasinya

dan memenuhi kewajibannya.

Berdasarkan SPAP (2011) opini audit going oncern adalah opini audit

yang dikeluarkan oleh auditor karena terdapat keraguan besar mengenai

22
kemamppuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya.

Auditor bertanggung jawab untuk mengevaluasi apakah terdapat keraguan

besar terhadap kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan

hidupnya dalam periode waktu yang pantas yang mana tidak lebih dari satu

tahun sejak tanggal alporan keuangan yang sedang diaudit.

Going concern (keberlanjutan usaha) merupakan asumsi akuntansi

yang mengharapkan sebuah usaha dapat berlanjut terus dalam waktu yang tak

terbatas; juga disebut continuity. Menurut Andini & Mulya, (2015), going

concern adalah dalil yang menyatakan bahwa suatu entitas akan menjalankan

terus operasinya dalam jangka waktu yang cukup lama untuk mewujudkan

proyeknya, tanggung jawab, serta aktivitas- aktivitasnya yang tiada henti.

Dalil ini memberi gambaran bahwa entitas diharapkan untuk beroperasi

dalam jangka waktu yang tidak terbatas atau tidak diarahkan menuju arah

likuidasi. Suatu operasi yang berlanjut dan berkesinambungan diperlukan

untuk menciptakan suatu konsekuensi bahwalaporan keuangan yang terbit

pada suatu perioda mempunyai sifat sementara, sebab masih merupakan suatu

rangkaian laporan keuangan yang berkelanjutan.

Going concern adalah kemampuan suatu usaha dalam

mempertahankan kelangsungan hidupnya. Dengan adanya going concern ini

maka suatu badan usaha dianggap mampu mempertahankan kegiatan

usahanya dalam jangka waktu panjang dan tidak akan dilikuidasi dalam

jangka waktu pendek. Laporan audit dengan modifikasi mengenai going

concern merupakan suatu indikasi bahwa dalam penilaian auditor terhadap

audit tidak dapat bertahan dalam bisnis. Auditor harus mempertimbangkan

23
hasil operasi, kondisi ekonomi yang mempengaruhi perusahaan, kemampuan

membayar hutang, dan kebutuhan likuiditas di masa yang akan datang

Yusriwarti & Mariyani, (2019). Going concern juga merupakan asumsi dasar

dalam penyusunan laporan keuangan, suatu perusahaan tidak bermaksud atau

berkeinginan melikuidasi atau mengurangi secara material skala usahanya.

Opini audit going concern ini merupakan salah satu pendapat auditor dalam

pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraph penjelas. Opini ini

merupakan pengidentifikasian auditor bahwa terdapat kesangsian besar

terhadap kemampuan perusahaan untuk bertahan dalam bisnisnya. Dengan

adanya opini tersebut hal ini menjadi acuan untuk investor dalam memilih

perusahaan untuk diinvestasikan dananya.

Menurut Widyawati, (2011) pada penelitiannya terdahulu mengatakan

bwahwa Going concern adalah kelangsungan hidup suatu entitas. Dengan

adanya going concern maka suatu entitas dianggap akan mampu

mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka panjang, tidak akan

dilikuidasi dalam jangka waktu pendek. Going concern dipakai sebagai

asumsi dalam pelaporan keuangan sepanjang tidak terbukti adanya informasi

yang menunjukkan hal berlawanan. Biasanya informasi yang secara

signifikan dianggap berlawanan dengan asumsi kelangsungan hidup satuan

usaha adalah berhubungan dengan ketidakmampuan satuan usaha dalam

memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo tanpa melakukan penjualan

sebagian besar aktiva kepada pihak luar melalui bisnis biasa, restrukturisasi

utang, perbaikan operasi yang dipaksakan dari luar, dan kegiatan serupa yang

lain (PSA No. 30). Arens (1997) mengemukakan beberapa faktor yang

24
menimbulkan ketidakpastian mengenai kelangsungan hidup yaitu (1)

Kerugian usaha yang besar secara berulang atau kekurangan modal kerja, (2)

Ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya pada saat jatuh

tempo dalam jangka pendek, (3) Kehilangan pelanggan utama, terjadinya

bencana yang tidak diasuransikan sepertin gempa bumi, banjir atau masalah

perburuan yang tidak biasa, (4) Perkara pengadilan, gugatan hukum atau

masalah serupa yang sudah terjadi yang dapat membahayakan kemampuan

perusahaan untuk beroperasi.

Going concern adalah kelangsungan hidup suatu badan entitas atau

badan usaha. Dengan adanya going concern maka suatu badan usaha

dianggap mampu mempertahankan usahanya dalam jangka waktu panjang

dan tidak akan dilikuidasi dalam jangka waktu pendek. Going concern

digunakan sebagai asumsi dalam pelaporan keuangan sepanjang tidak terbukti

adanya informasi yang menunjukkan hal berlawanan (contrary information).

Biasanya informasi yang secara signifikan dianggap berlawanan dengan

asumsi kelangsungan hidup satuan usaha adalah berhubungan dengan

ketidakmampuan satuan usaha dalam memenuhi kewajiban pada saat jatuh

tempo tanpa melakukan penjualan sebagian besar aktiva kepada pihak luar

melalui bisnis biasa, restrukturisasi utang, perbaikan operasi yang dipaksakan

dari luar dan kegiatan serupa yang lain (PSAK NO.30) (Wahyuni, 2014).

2.5 Pengembangan Hipotesis

2.5.1 Pengaruh Kualitas Audit terhadap Opini Audit Going Concern

Penelitian dari Effendi, (2019) memberikan hasil yang mana

adanya pengaruh positif antara kualitas audit terhadap Opini Audit

25
Going Concern. Secara teoritis menunjukkan bahwa kualitas audit

yang baik dan tetap bersifat independen dalam memberikan opini

audit going concern. Kualitas audit yang baik akan menghasilkan

informasi yang sangat berguna bagi para pemakai laporan keuangan

dalam hal pengambilan keputusan, oleh karena itu, auditor

bertanggung jawab untuk menyediakan jasa audit yang berkualitas.

Penelitian dari Kesumojati et al., (2017) memberikan hasil

yang mana adanya pengaruh positif dari kualitas audit terhadap Opini

Audit Going Concern. kualitas pelayanan jasa auditor yang diberikan

terhadap klien merupakan dasar pertimbangan utama dalam

menyeleksi auditor. Konsisten dengan teori agensi, manejemen

perusahaan senantiasa mencoba untuk memuaskan keinginan investor

dengan memilih auditor yang dapat merefleksikan citra manajer yang

baik di mata investor.

Penelitian dari Melania et al., (2019) memberikan hasil yang

mana adanya pengaruh positif dari kualitas audit terhadap Opini Audit

Going Concern. Secara teoritis menunjukkan bahwa dimana

peningkatan kualitas dari auditan akan berpengaruh dari para klien

untuk memilih Kantor Akuntan Publik yang bisa dipercaya

kemampuan dalam kinerjanya. Tentunyasalah satu faktor yang bisa

memberikan kepercayaan dari klien yaitu adanyapengakuan

internasional, pelatian para auditor.

Penelitian dari Melistiari et al., (2021) memberikan hasil yang

mana adanya pengaruh positif dari kualitas audit terhadap Opini Audit

26
Going Concern. Secara teoritis menunjukkan bahwa kualiatas audit

yang baik akan menghasilkan informasi yang sangat berguna bagi

para pemakai laporan keuangan dalam hal pengambilan keputusan.

Oleh karena itu auditor bertanggung jawab untuk menyediakan jasa

audit yang berkualitas. Auditor yang mempunyai kualitas audit yang

baik lebih cenderung akan mengeluarkan opini audit going concern

apabila klien mengalami masalah going concern.

Penelitian dari Minerva et al., (2020) memberikan hasil yang

mana adanya pengaruh positif dari kualitas audit terhadap Opini Audit

Going Concern. Secara teoritis menunjukkan bahwa Maka dapat

disimpulkan bahwa KAP yang berafiliasi Big 4 lebih mampu

mengungkapkan tingkat kelangsungan hidup perusahaan

dibandingkan dengan KAP skala kecil karena tingkat independensi

KAP berafiliasi Big 4 lebih tinggi dibanding KAP berskala kecil

terlebih setelah kasus Enron. KAP berafiliasi Big 4 akan lebih berhati-

hati untuk mengungkapkan tingkat kelangsungan hidup suatu

perusahaan untuk mempertahankan nama baik KAP tersebut.

H1 : Adanya Pengaruh Positif pada Kualitas Audit terhadap Opini

Audit Going Concern

2.5.2 Pengaruh Kondisi Keuangan terhadap Opini Audit Going

Concern

Penelitian dari Fadli & Triyanto, (2020) memberikan hasil

yang mana adanya pengaruh positif dari Kondisi Keuangan terhadap

Opini Audit Going Concern . Dengan artian semakin tinggi kondisi

27
keuangan maka peluang auditor memberikan opini going concern

kecil, sedangkan semakin kecil kondisi keuangan maka peluang

auditor memberikan opini audit going concernaakan semakin besar.

Penelitian dari Imani et al., (2017) memberikan hasil yang

mana adanya pengaruh positif dari Kondisi Keuangan terhadap Opini

Audit Going Concern. Kondisi keuangan perusahaan juga

mencerminkan kelangsungan kinerja suatu perusahaan kedepannya.

Melalui laporan keuangan, para pengguna laporan keuangan dapat

mengetahui kondisi keuangan suatu perusahaan dan dapat

memprediksi apakah perusahaan tersebut akan tetap bertahan

kedepannya.

Penelitian dari Rahim, (2017) memberikan hasil yang mana

adanya pengaruh positif dari Kondisi Keuangan terhadap Opini Audit

Going Concern. Kondisi keuangan yang baik dapat mempengaruhi

kelangsungan hidup suatu usaha dimana kelangsungan hidup suatu

usaha selalu dihubungkan dengan kemampuan manajemen dalam

mengelola perusahaan agar dapat bertahan. Ketika suatu perusahaan

mengalami permasalahan keuangan (financial distress), kegiatan

operasional perusahaan akan terganggu yang akhirnya dapat

berdampak pada tingginya risiko yang dihadapi perusahaan dalam

mempertahankan kelangsungan hidup usahanya di masa mendatang,

hal ini akan berpengaruh terhadap opini audit yang diberikan oleh

auditor. Jika perusahaan tidak mengalami permasalahan keuangan

28
maka auditor akan cenderung tidak mengeluarkan opini audit going

concern.

Penelitian dari Kusumawardhani, (2018) memberikan hasil

yang mana adanya pengaruh positif dari kondisi keuangan terhadap

Opini Audit Going Concern. Secara teoritis menunjukkan bahwa

Kondisi keuangan perusahaan sendiri merupakan suatu gambaran

secara utuh mengenai keadaan keuangan perusahaan dalam satu

periode tertentu. Auditor hampir tidak pernah memberikan opini audit

Going concern pada perusahaan yang tidak mengalami kesulitan

keuangan, semakin buruk kondisi keuangan perusahaan maka semakin

besar probabilitas perusahaan menerima opini audit going concern.

Opini audit going concern merupakan opini audit yang dikeluarkan

oleh auditor untuk memastikan apakah perusahaan dapat

mempertahankan kelangsungan hidupnya. Seorang auditor

memberikan opini audit going concern ini dikarenakan auditor

tersebut beranggapan bahwa entitas yang mereka audit tersebut

disangsikan keberlangsungan hidup entitas nya tersebut. Sehingga

ketika kondisi keuangan pada suatu entitas sedang berada di posisi

yang tidak baik atau buruk, maka semakin besar kemungkinan seorang

auditor akan memberikan opini audit going concern kepada entitas

tersebut, begitu pula sebaliknya.

H2 : Adanya Pengaruh Positif Pada Kondisi Keuangan Terhadap

Opini Audit Going Concern

29
2.5.3 Pengaruh Audit Tenure terhadap Opini Audit Going

Concern

Penelitian dari Hasanuddin et al., (2019) memberikan hasil

yang mana adanya pengaruh positif dari Audit Tenure terhadap Opini

Audit Going Concern. Ini menunjukkan bahwa lamanya hubungan

yang terjadi antara KAP dengan perusahaan tidak akan mengganggu

independensi dari seorang auditor, namun kualitas audit yang

diberikan oleh KAP tersebut akan meningkat, dan hal inilah yang

diinginkan oleh perusahaan.

Penelitian dari Oktaviani & Challen, (2020) memberikan hasil

yang mana adanya pengaruh positif dari Audit Tenure terhadap Opini

Audit Going Concern. Semakin lama perikatan audit antara auditor

dengan klien menyebabkan independensi auditor berkurang sehingga

auditor segan atau lebih sulit untuk memberikan opini going concern

kepada kliennya. Ketika hubungan antara auditor dengan klien suatu

KAP telah berlangsung bertahun- tahun klien dapat dipandang sebagai

sumber pendapatan yang sudah biasa berlangsung terus, yang secara

potensial dapat mengurangi independensi KAP.

Penelitian dari (Nurhayati et al., 2018) memberikan hasil yang

mana adanya pengaruh positif dari Audit Tenure terhadap Opini Audit

Going Concern. Kedekatan antara pengaudit dengan nasabah sangat

mungkin mempengaruhi independensi seorang pengaudit terutama

kaitannya dengan ketidakrelaan pengaudit kehilangan fee yang tinggi

30
ketika dihadapkan dengan tanggung jawab menerbitkan opini audit

dengan modifikasi going concern.

Penelitian dari Syahputra & Yahya, (2017) memberikan hasil

yang mana adanya pengaruh positif dari Audit Tenure terhadap Opini

Audit Going Concern. Ini mengkonfirmasi bahwa lamanya kerjasama

antara KAP (kantor akuntan publik) dan perusahaan cukup

menentukan perusahaan untuk menerima opini audit going concern.

Penelitian dari Sari, Yustina Triyani, (2018) memberikan hasil

yang mana adanya pengaruh negatif dari Audit Tenure terhadap Opini

Audit Going Concern. Ini mengkonfirmasi bahwa manajer pasti

mengharapkan hubungan antara perusahaan dengan auditor

berlangsung lama karena sudah merasa nyaman dan pengetahuan

auditor terhadap perusahaan tersebut sudah semakin tinggi, sehingga

hubungan yang lama tersebut dapat menciptakan insentif ekonomi

bagi auditor sehingga menjadi kurang mandiri. Adanya hubungan

antara auditor dan klien dalam jangka waktu yang lama dikhawatirkan

akan menimbulkan hilangnya independensi auditor. Hilangnya

independensi dapat dilihat dari semakin sulitnya auditor untuk

memberikan opini audit going concern.

H3: Adanya pengaruh positif pada Audit Tenure Terhadap Opini

Audit oing Concern

2.6 Kerangka Konseptual

Kualitas Audit
31
H1
(+)

Kondisi Keuangan H2 Opini Audit Going


(+) Concern

H3
(+)
Audit Tenure

Gambar 2.1
Kerangka Konseptual

Keterangan :

 Kualitas Audit (X1) berpengaruh positif terhadap Opini Audit

Going Concern

 Kondisi Keuangan (X2) berpengaruh positif terhadap Opini Audit

Going Concern

 Audit Tenure (X3) berpengaruh positif terhadap Opini Audit Going

Concern

32
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini ialah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif

merupakan sebuah cara atau metode penelitian di mana ia berpedoman

kepada filsafat positivisme, biasanya diperlukan untuk meneliti sampel

ataupun populasi tertentu, menggunakan instrumen penelitian dalam

pengumpulan data, analisis data nan bersifat kuantitatif/statistik, yang mana

33
tujuannya untuk menguji hipotesis yang telah ditentukan. Pengujian hipotesis

adalah praduga tidak mutlak bersifat sementara terhadap isu dalam penelitian

yang tingkat kebenarannya belum kuat (masih diragukan) sehingga akan

dilakukan pengujian secara observasi ataupun percobaan Sugiyono (2017).

Penelitian ini bertujuan agar dapat menguji hipotesis kualitas audit, kondisi

keungan dan audit tenure sebagai variabel independen terhadap opini audit

going concern di KAP kota Padang

3.2 Jenis dan Sumber Data

3.2.1 Jenis Data

Adapun jenis data yang dipergunakan adalah rasio. Menurut

Radjab & Jam’an (2017), data rasio ialah data yang menggabungkan

semua karakter yang dipunyai oleh data interval, data ordinal, serta

data nominal. Data rasio ialah data dengan berupa angka dalam bentul

arti yang sesungguhnya, karena data ini dilengkapi dengan adanya

titik Nol absolut (mutlak) sehingga semua bentuk operasi matematika

bisa diterapkan ( -, + , :, x ).

Alat analisis yang dipakai yakni analisis regresi data panel.

Analisis Data Panel ini merupakan analisis yang mengombinasikan

data cross section dan time series yaitu data yang hanya terdiri dari

beberapa unit objek dalam berapa periode waktu (Winarno, 2017).

3.2.2 Sumber Data

Dipenelitian ini data yang digunakan termasuk dalam data

sekunder. Data sekunder atau disebut juga dengan data dokumentasi

berupa data hasil penelitian yang telah diuji coba oleh orang lain

34
(Sugiyono 2017). Data sekunder ialah data yang didapatkan secara

tidak langsung oleh pengumpul data, melainkan memperoleh data

dari pihak lain atau lewat dokumen yang ada, data di peroleh melalui

situs www.idx.co.iddan web.idx.id.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah jumlah keseluruhan atau kuantitas serta

karakteristik pada objek atau subjek tertentu yang dipilih peneliti agar

dipelajari lalu ditarik kesimpulan dari objek / subjek tersebut

(Sugiyono 2017). Dengan demikian bisa dikatakan bahwa populasi

ialah keseluruhan subjek (orang) ataupun objek (tempat) yang

mempunyai karakteristik berbeda dan bisa diteliti atau diamati.

Dipenelitian ini yang menjadi populasi yaitu Pada Perusahaan

Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada akhir

periode observasi, yaitu dari tahun 2015-2019. Dengan jumlah

perusahaan sebanyak 93 perusahaan.

3.3.2 Sampel

Pada penelitian kuantitatif, sampel ialah bagian dari total dan

karakteristik yang dipunyai oleh populasi tersebut. Adanya

keterbatasan biaya, tenaga dan waktu, peneliti dapat memakai sampel

dari populasi apabila populasi tersebut besar. Karena peneliti tidak

35
mungkin bisa membahas semua yang ada pada populasi (Sugiyono

2017).

Dengan demikian, sampel harus bisa mewakili keseluruhan

subjek ataupun objek yang dijadikan populasi di penelitian. Di

penelitian ini memakai teknik pengambilan sampel dengan purposive

sampling method. Adapun pengertian dari purposive sampling ialah

teknik menentuan sampel serta pertimbangan tertentu atau

menetapkan kriteria dalam sampel, (Sugiyono 2017) yang mana dari

penjelasan diatasbisa disimpulkan bahwa Purposive Sampling adalah

teknik penentuan sampel serta menentukan, menetapkan kriteria di

sampel yang untuk diselidiki. Purposive sampling method dipakai

untuk menetapkan sampel serta jenis-jenisnya sebagai berikut:

1. Perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

untuk tahun periode 2013-2017.

2. Menerbitkan laporan tahunan lengkap selama tahun 2013-2017.

3. Memiliki data yang lengkap terkait dengan variabel-variabel yang

digunakan dalam penelitian.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Cara mendapatkan data-data dalam penelitian ini ialah menggunakan

teknik pengumpulan data yang dikenal dengan sebutan teknik dokumentasi.

Menurut Sugiyono (2017), dokumen adalah catatan-catatan dari peristiwa

atau fenomena yang telah berlalu.Teknik pengumpulan data adalah obsevasi

36
non partisipan, yaitu : menghimpun, mencatat, dan mengkaji laporan

keuangan perusahaan sampel yang keluarkan oleh perusahaan Perbankan

yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia periode Tahun 2015-2019.

3.5 Defenisi Operasional Variabel

3.5.1 Variabel Dependen

Menurut Sugiyono (2017), variabel dependen ialah variabel

yang dipengaruhi oleh adanya variabel independen/bebas. Variabel

dependen pada penelitian ini adalah Corporate Social Responsibility

(CSR).

3.5.2 Variabel Independen

Menurut Sugiyono (2017), variabel ini disebut sebagai

variabel stimulus, antecedent,dan predictor. Yang mana variabel ini

juga sering diartikan dengan variabel bebas. Variabel bebas ialah

variabel yang menyebabkan munculnya perubahan pada variabel

dependen (terikat). Variabel independen pada penelitian ini adalah

Ukuran Perusahaan, Profitabilitas dan Good Corporate Governance

(GCG).

Tabel 3.1
Defenisi Operasional Variabel
No Variabel Pengertian Pengukuran Sumber
1. Corporate Corporate Rumus yang digunakan untuk (Susilowati
Social Social Responsibility adalah membandingkan jumlah item & Zulfa,
Responsibilit mekanisme untuk suatu organisasi adalah sebagai berikut : 2018)
y (CSR) (Y) yang secara sukarela
CSRI =
∑ Xij
mengintegrasikan perhatian terhadap Nj
lingkungan dan sosial ke dalam

37
operasinya dan interaksinya dengan
para stakeholders, yang melebihi
tanggung jawab organisasi terhadap
hukum.
2. Ukuran Ukuran perusahaan adalah penilaian Ukuran perusahaan dapat diukur (Agus Dwi
Perusahaan oleh masyarakat terkait besar melalui komposisi dan jumlah Santoso,
(X1) kecilnya perusahaan saat beroperasi asset bersih yang dimiliki ataupun Supri
dan kemampuan perusahaan dalam tingkat penjualan yang terjadi di wahyu
melakukan produktivitas atau perusahaan. Utomo,
kegiatan usahanya. Rumus ukuran perusahaan adalah 2017)
Size= Ln (Total asset)
3. Profitabilitas Profitabilitas ialah aspek keuangan Untuk menghitung Return On (Karina
(X2) untuk mengukur efesiensi dan Asset dapat memakai rumus Ries
efektivitas dalam menghasilkan sebagai berikut: Jayanti,
keuntungan. 2018)
Laba bersih Setelah Pajak
1. ROA (Return of Assets) Return ROA = X100%
of Assets adalah rasio untuk Total Aset
mengukur keefektivitas kinerja
perusahaan dengan dasar
penghasilan dan total aktiva yang
dimiliki. Rumus untuk menghitung ROE
2. ROE (Return of Equity) Rasio adalah sebagai berikut:
ROE digunakan sebagai ROE= Laba bersih Setelah Pajak
X 100%
pengukuran atas pemasukan yang Modal Sendiri
diterima, yang diperoleh dari
modal yang sudah diinvestasikan
sebelumnya.
4 Good GCG ialah suatu sistem dan 1. Mengukur Kepemilikan (Karina
Corporate peraturan tentang hubungan antar institusional dengan Ries
Governance pihak dalam perusahaan, yaitu menggunakan indikator Jayanti,
(GCG) (X3) pemegang saham dan dewan persentase jumlah saham yang 2018)
komisaris, beserta peran dewan dimiliki oleh institusi dari (Oktabila,
direksi untuk mencapai tujuan seluruh modal saham yang 2019)
perusahaan. beredar. Dengan rumus
Indikator Good corporate governace sebagai berikut:
dalam penelitian ini adalah KpInst = Jumlah Saham
kepemilikan institusional, komite Institusional : Total Saham
audit, dan ukuran dewan komisaris yang Beredar
Kepemilikan. 2. komite audit diukur dengan
1. Kepemilikan Institusional adalah cara menghitung jumlah total
saham yang dimiliki oleh institusi anggota komite audit daam
atau lembaga seperti bank, suatu perusahaan yang terdapat
perusahaan investasi, perusahaan
dalam laporan tahunan
asuransi dan kepemilikan lainnya

38
dalam suatu perusahaan. perusahaan. Dengan rumus
Pemegang saham institusional sebagai berikut:
juga memiliki sumber daya, KOMA : SUM_KOMA
kemampuan, pengalaman, dan
3. Ukuran dewan komisaris
kesempatan untuk menganalisis
kinerja dan tindakan manajemen. diukur denagn menghitung
Kepemilikan institusional yang jumlah dari seluruh anggota
besar akan berdampak dan dewan komisaris di dalam
berpengaruh pada keputusan perusahaan yang terdapat
manajemen yang akan diambil. dalam laporan tahunan
2. Komite Audit adalah komite yang perusahaan, dengan rumus
membantu dewan pengawas atau
sebagai berikut:
komisaris dalam memastikan
sistem pengendalian internal UDK = ∑D_KOM
terlaksana dengan efektif dan
memantau efektivitas pelaksanaan
tugas auditor eksternal dan
internal, serta menjadi
penghubung komunikasi antara
dewan komisaris dengan auditor
eksternal.
3. Ukuran dewan komisaris menjadi
faktor selanjutnya dalam
pengungkapan CSR. Dewan
Komisaris adalah badan
perusahaan yang bertugas dan
bertanggung jawab secara
kolektif dalam mengawasi dan
memberikan nasihat kepada
dewan direksi serta memantau
perusahaan telah melaksanakan
GCG.

3.6 Teknik Analisis Data

3.6.1 Uji Pemilihan Model

MenurutWinarno (2017), dalam mengestimasi persamaan

dengan data panel dapat menggunakan salah satu dari pendekatan

yaitu Common Effect Model (Pooled Least Squeres/PLS), Efek Tetap

(Fixed Effect Model/FEM), dan Random Effect Model (REM).

39
1. Common Effect Model (Pooled Least Squeres/PLS)

Common Effect Model (Pooled Least Squeres/PLS) adalah

pendekatan dengan intercept maupun slope dari model sama

sehingga tidak terlihat perbedaan antara individu dan perbedaan

waktu. Penggunaan metode ini ialah dengan melakukan

penggabungan datacross section dan time seriess tanpa

dilakukannya melihat perbedaan antar series dan unit cross

section. Pendekatan ini adalah teknik yang sangat simpel

mengasumsikan bahwa data gabungan yang ada, memperlihatkan

keadaan yang sesungguhnya. Hasil analisis regresi diasumsikan

berlaku untuk semua objek pada semua waktu (Winarno, 2017).

2. Efek Tetap (Fixes Effect Model/FEM)

Efek tetap (Fixed Effect Model/FEM) adalah suatu

pendekatan yang bisa memperlihatkan perbedaan antar objek

walaupun dengan menggunakan koefisien regresor yang sama.

Menurut Winarno(2017), efek tetap yang dimaksud ialah bahwa

satu objek memiliki konstanta yang tetap ukurannya untuk

diberbagai periode waktu,begitu pun koefisien regresinya juga

memiliki besar yang tetap dari waktu ke waktu.

3. Random Effect Model (REM)

Random Effect Model (REM) menggunakan residual yang

diduga mempunyai hubungan antar waktu dan antar objek. Dalam

REM, parameter–parameter yang tidak sama antar daerah maupun

antar waktu dimasukkan ke dalam error. Model ini diketahui

40
sebagai model efek acak yang disebut dengan error component

model. Dengan menggunakan model ini, kita dapat menghemat

penggunaan derajat kebebasan serta tidak mengurangi totalnya

seperti yang dikerjakan pada FEM. Hal ini berhubunga pada

patokan yang merupakan hasil dari estimasi sehingga akan

menjadi semakin efisien.

3.6.2 Uji Kecocokan Model

Uji kecocokan model ini dilakukan guna menentukan dan

memilih model yang tepat untuk digunakan dalam analisis regresi data

panel. Dalam pengujian model ini kita dapat melakukan dua pengujian

diantaranya adalah :

1. Uji Chow

Uji Chow (Statistik F) adalah pengujian yang digunakan

untuk memahami apakah model common effect atau model fixed

effect yang pas dilakukan pada penelitian ini. Persamaan yang

digunakan untuk pengujian ini ialah :

N −1
Chow=
NT −N −K

Dimana :

N = Jumlah data cross section

T = Jumlah data time series

Hipotesis dalam pengujian ini yaitu :

H0 : Model menggunakan pendekatan common effect model

41
Ha : Model menggunakan pendekatan fixed effect model

Jika probabilitas < 0,005 maka H0 ditolak

Jika probabilitas > 0,005 maka H0 diterima

Ho ditolak jika F statistik lebih besar dari F tabel. Nilai

chow menunjukkan nilai F statistik di mana nilai chow lebih besar

dari F tabel. Berarti model yang digunakan ialah model fixed

effect. Ketika model yang dipakai adalah fixed effect maka perlu

dilakukan uji lagi, yaitu uji Haussman untuk melihat apakah

sebaiknya memakai Fixed Effect Model (FEM) atau Random

Effect Modell (REM) (Winarno, 2017).

2. Uji Haussman

Uji Haussman digunakan agar dapat menentukan mana

yang lebih tepat untuk digunakan sebagai model regresi data

panel, apakah model fixed effect ataukah model random effect.

Hipotesis dalam pengujian ini yaitu :

H0 : model menggunakan pendekatan random effect model

Ha : model menggunakan pendekatan fixed effect model

Uji haussman mengikuti distribusi Chi Square dengan

degree of freedom sebanyak k, k adalah jumlah variabel

independen. Jika nilai statistik Haussman lebih besar dari nilai

kritisnya, maka H0 ditolak dan model yang lebih tepat digunakan

adalah fixed effect model. Sebaliknya, jika nilai statistik

Haussman lebih kecil dari nilai kritis, maka model yang tepat

digunakan adalah model random effect.

42
Jika probabilitas < 0,05 maka tolak H0

Jika probabilitas > 0,05 maka terima H0

3.6.3 Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menilai bagaimana data yang

dikumpul dari setiap variabel Y dan variabel X atau keduanya

memiliki data berdistribusi normal(Winarno, 2017). Data terdistribusi

normal bisa dilihat bila nilai Probabilty Jarque-Bera > tingkat alpha

5% berarti data terdistribusi secara normal, dan sebaliknya apabila

nilai Probability Jarque-Bera < tingkat alpha 5% berarti data tidak

terdistribusi secara normal.

3.6.4 Model Regresi Data Panel

Persamaan regresi data panel adalah sebagai berikut :

Y = α+ β1X1+ β2X2+β3X3 e
Y = Variabel terikat (Financial Distress)
β0 = Konstanta
β1β2 β3= Koefisien Variabel
X1 = Kepemilikan Manajerial
X2 = Ukuran Perusahaan
X3 = Leverage
e = Error / Residual
3.6.5 Uji Hipotesis

1. Uji T

Menurut Mansuri(2016), uji t dipakai untuk menguji

konstanta yang diduga untuk mengestimasi persamaan dapat

menjelaskan pengaruh variabel dependen terhadap variabel

43
independen. Dasar pengambilan keputusan dipakai dalam uji t

yaitu:

a. Jika nilai probabilitas signifikansi > 0,05, maka hipotesis

tidak diterima atau ditolak. Hipotesis yang ditolak memiliki

arti bahwa variabel X tidak berpengaruh signifikan terhadap

variabel Y.

b. Jika nilai probabilitas signifikansi < 0,05, maka hipotesis

diterima. Hipotesis tidak bisa dibantah kalau memiliki arti

yang mana variabel X berpengaruh signifikan terhadap

variabel Y.

2. Uji F

Menurut Mansuri(2016), uji statistik F inmemiliki tujuan

untuk menjelaskan apakah semua variabel Y yang dimasukkan

memiliki pengaruh secara simultan terhadap variabel X. H0

diterima jika nilai signifikansi > 0,05 yang artinya tidak

berpengaruh variabel X secara simultan terhadap variabel Y dan

Ha diterima jika nilai signifikansi < 0,05 yang berarti terdapat

pengaruh secara simultan variabel X terhadap variabel Y.s

3. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi ialah menghitung seberapa jauh

kemampuan bentuk dalam mempengaruhi variasi variabel Y.

Nilai koefisien determinan ialah diantara satu dengan nol. Nilai

R2 rendah maksudnya kesanggupan variabel-variabel X dalam

memberitahukan variasi variabel yang sangat terbatas.

44
Mansuri(2016) mengemukakan bahwa apabila dalam uji empiris

didapat angka adjusted R2 negatif, berarti angka adjusted R2

sama serta bernilai nol.

DAFTAR PUSTAKA

Afnan, Y., Hernawati, E., & Nugraheni, R. (2020). Pengaruh Kualitas Audit, Debt
Default, Audit Lag, Dan Disclosure Pada Opini Audit Going Concern.
Business Management, Economic, and Accounting National Seminar, 1(1),
1059–1076.
Agus Dwi Santoso, Supri wahyu Utomo, E. A. (2017). Pengaruh kepemilikan
saham publik, ukuran perusahaan dan profitabilitas terhadap corporate
social responsibility disclosure (studi pada perusahaan perbankan yang
terdaftar di bei periode 2012-2015. September, 836–854.
Ajikusuma, V. (2016). Analisis Pengaruh Kualitas Auditor, Likuiditas,

45
Profitabilitas, Dan Solvabilitas Terhadap Opini Audit Going Concern Pada
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. 31–48.
Andini, P., & Mulya, A. A. (2015). Pengaruh Opini Audit Tahun Sebelumnya,
Pertumbuhan Perusahaan, Proporsi Komisaris Independen, Ukuran Komite
Audit dan Debt Default Terhadap Opini Audit Going Concern (Studi Empiris
pada Perusahan Manufaktur yang terdaftar pada BEI Periode 2010-2014).
Jurnal Akuntansi Dan Keuangan, 4(2), 202–219.
Andyny, R. D. (2017). Pengaruh Ukuran Perusahaan , Audit Tenure Dan Reputasi
Kap Terhadap Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur
Sektor Barang Konsumsi Periode 2014-2015. Simki-Economic, 01(02), 12.
Arista, S. C. (2013). Pengaruh Kondisi Keuangan, Leverage, Cash Flow Dan
Kualitas Audit Terhadap Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan
Manufaktur Sub Sektor Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia Periode 2015-2018. In Africa’s potential for the ecological
intensification of agriculture (Vol. 53, Issue 9).
Ashadi, Y. R. (2009). Pengaruh Kondisi Keuangan Perusahaan Pertumbuhan
Perusahaan Terhadap Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Go
Public.
Effendi, B. (2019). Kualitas Audit, Kondisi Keuangan, Ukuran Perusahaan dan
Penerimaan Opini Audit Going Concern. Owner, 3(1), 9.
https://doi.org/10.33395/owner.v3i1.80
Egziabher, T. B. G., & Edwards, S. (2013). 済無 No Title No Title. Africa’s
Potential for the Ecological Intensification of Agriculture, 53(9), 1689–1699.
Enny Arita, rishendri M. (2019). PENGARUH PROFITABILITAS , LEVERAGE
DAN LIKUIDITAS TERHADAP CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (
CSR ) PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN YANG
TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2014 – 2018. XIII(10), 13–21.
Ervina, S., & Purba, N. M. B. (2020). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Opini
Audit Going Concern Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal EMBA: Jurnal Riset
Ekonomi, Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi, 8(1).
https://doi.org/10.35794/emba.v8i1.28053
Fadli, A. F., & Triyanto, D. N. (2020). Pengaruh Kondisi Keuangan, Debt
Default , Opinion Shopping Terhadap Opini Audit Going Concern ( Studi
Pada Perusahaan Infrastruktur , Utilitas , dan Transportasi Subsektor
Transportasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2016-2018 ).
7(1), 827–835.
Hasanuddin, A. B., Wawo, A., & Anwar, P. H. (2019). Pengaruh Company
Growth Dan Audit Tenure Terhadap Opini Audit Going Concern Dengan
Aduit Delay Sebagai Pemoderasi Pada Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar Di Bei 2014 - 2018. Jurnal Ilmiah Akuntansi Peradaban, 5(2),
176–196.
Imani, G. K., Nazar, M. R., & Budiono, E. (2017). Pengaruh Debt Default, Audit
Lag, Kondisi Keuangan, dan Opini Audit Tahun Sebelumnya Terhadap
Penerimaan Opini Audit Going Concern. 11(2), 2017.
Jalil, M. (2019). Pengaruh Kondisi Keuangan dan Solvabilitas terhadap Opini
Audit Going Concern (Studi Kasus pada perusahaan Manufaktur yang
terdaftar di BEI). Jurnal Akuntnasi Dan Keuangan, 8(1), 52–62.
Karina Ries Jayanti, achmad H. (2018). PENGARUH GOOD CORPORATE

46
GOVERNANCE DAN PROFITABILITAS TERHADAP PENGUNGKAPAN
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY ( Studi pada Perusahaan Sektor
Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2015-2016 ).
59(1), administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id.
Kesumojati, S. C. I., Widyastuti, T., & Darmansyah, D. (2017). Pengaruh Kualitas
Audit, Financial Distress, Debt Default Terhadap Penerimaan Opini Audit
Going Concern. JIAFE (Jurnal Ilmiah Akuntansi Fakultas Ekonomi), 3(1),
62–76. https://doi.org/10.34204/jiafe.v3i1.434
Kusumawardhani, I. (2018). Pengaruh Kondisi Keuangan, Financial Distres,
Profitabilitas Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Opini Audit Going Concern.
Buletin Ekonomi, 16(1), 1–136.
Lensiana, & Wandestarido. (2015). Pengaruh Audit Tenure , Kualitas Audit dan
Profitabilitas terhadap Opini Audit Going Concern Perusahaan Jasa Pada
Bursa Efek Indonesia. 27–39.
Mansuri. (2016). Modul Praktikum Eviews. Modul Praktikum Eviews, 54.
Melania, S., Andini, R., & Arifati, R. (2019). Analisis Pengaruh Kualitas Auditor,
Likuiditas, Profitabilitas, Solvabilitas dan Ukuran Perusahaan terhadap Opini
Audit Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9),
1689–1699.
Melistiari, N. K. M., Suryandari, N. N. A., & Putra, G. B. B. (2021). Pengaruh
Ukuran Perusahaan, Kondisi Keuangan, Kualitas Audit, Manajemen Laba
Dan Opini Audit Tahun Sebelumnya Terhadap Opini …. Kumpulan Hasil
Riset …, 3(1), 1–10.
https://e-journal.unmas.ac.id/index.php/kharisma/article/view/1664
Minerva, L., Sumeisey, V. S., Stefani, S., Wijaya, S., & Lim, C. A. (2020).
Pengaruh Kualitas Audit, Debt Ratio, Ukuran Perusahaan dan Audit Lag
terhadap Opini Audit Going Concern. Owner, 4(1), 254.
https://doi.org/10.33395/owner.v4i1.180
Nainggolan, P. (2016). Analisis Pengaruh Audit Tenure, Ukuran Perusahaan,
Opini Audit Tahun Sebelumnya, Kualitas Audit Terhadap Penerimaan Opini
Audit Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur. Jurnal Lentera
Akuntansi, 2(2), 80–100.
Nurharjanti, N. N. (2019). Pengaruh Kondisi Keuangan, Non Keuangan, Dan
Kondisi Perekonomian Terhadap Opini Audit (Going Concern). The 9th
University Research Colloqium 2019.
Nurhayati, F., Astuti, D. S. P., & Fadjar, H. (2018). Pengaruh Opinion Shopping
dan Audit Tenure Terhadap Opini Audit Going Concern dengan Ukuran
Perusahaan sebagai Variabel Moderasi. Jurnal Akuntansi Dan Sistem
Teknologi Informasi, 14(1), 115–124.
Oktabila, E. N. (2019). Pengaruh kapitalisasi pasar dan good corporate
governance terhadap pengungkapan corporate social responsibility. 1(3),
ISSN : 2656-3649 online.
Oktaviani, & Challen, A. E. (2020). Pengaruh Kualitas Auditor , Audit Tenure
Dan Debt Default Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern. Jurnal
Akuntansi Dan Keuangan, 8(2), 83–90.
Paramitha, D. N. (2017). Pengaruh Opini Audit Tahun Sebelumnya, Karakteristik
Komite Audit Dan Audit Tenure Terhadap Opini Audit Going Concern. 1–24.

47
Pratiwi, L., & Lim, T. H. (2013). Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan, Audit
Tenure Dan Opini Audit Tahun Sebelumnya Terhadap Opini Audit Going
Concern. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
Radjab, E., & Jam’an, A. (2017). Metodologi Penelitian Bisnis. Lembaga
Perpustakaan dan Penerbitan Universitas Muhammadiyah Makassar.
Rahim, S. (2017). Pengaruh Kondisi Keuangan Perusahaan, Kualitas Audit dan
Opinion Shopping Terhadap Penerimaan Opini Going Concern. Jurnal
Ilmiah Akuntansi Dan Bisnis, 75.
https://doi.org/10.24843/jiab.2016.v11.i02.p02
Sari, Yustina Triyani, N. (2018). Pengaruh Audit Tenure, Debt Default, Kualitas
Audit Dan Opini Audit Terhadap Opini Audit Going Concern Pada
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal
Akuntansi, 7(1), 71–84. https://doi.org/10.46806/ja.v7i1.456
Sugiyono. (2017a). Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta.
Sugiyono. (2017b). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R Dan D.
Alfabeta.
Susilowati, F., & Zulfa, K. (2018). PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN,
PROFITABILITAS, LEVERAGE, TIPE INDUSTRI, DAN UKURAN DEWAN
KOMISARIS TERHADAP CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
DISCLOSURE. 2(1), 15–25.
Syahputra, F., & Yahya, M. R. (2017). Pengaruh Audit Tenure, Audit Delay,
Opini Audit Tahun Sebelumnya dan Opinion Shopping Terhadap
Penerimaan Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2015. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Ekonomi Akuntansi (JIMEKA), 2(3), 39–47.
Tandungan, D., & Mertha, I. M. (2016). Pengaruh Komite Audit, Ukuran
Perusahaan, Audit Tenure, dan Reputasi KAP terhadap Opini Audit Going
Concern. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 16(1), 45–71.
Wahyuni, D. R. S. dan S. (2014). Pengaruh Kualitas Audit, Pertumbuhan
Perusahaan, Likuiditas Dan Solvabilitas Terhadap Opini Audit Going
Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bei Periode 2011-
2013. Kompartemen, XII(1), 69–80.
Wardhani, R. A., & Muid, D. (2017). PENGARUH AGRESIVITAS PAJAK ,
UKURAN PERUSAHAAN DAN PROFITABILITAS TERHADAP
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY. 6, 1–10.
Widyawati, D. P. (2011). Pengaruh Kualitas Audit, Likuiditas, Profitabilitas Dan
Auditor Changes Terhadap Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan
Manufaktur Dan Non Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007.
Winarno, W. W. (2017). Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews (5th
ed.). Unit Penerbit.
Yusran, I. A. R., Kristanti, F. T., Si, M., & Aminah, W. (2018). PENGARUH
INDIKATOR GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP ( Studi
pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2011- THE IMPACT OF GOOD CORPORATE GOVERNANCE
INDICATOR ON CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DISCLOSURE
( Study of Manufa. 5(1), 621–627.
Yusriwarti, & Mariyani. (2019). Pengaruh Kondisi Keuangan Dan Kualitas Audit
Terhadap Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang

48
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. ペインクリニック学会治療指針2,
126(1), 1–7.

49

Anda mungkin juga menyukai