Anda di halaman 1dari 75

PENGARUH PROFITABILITAS, LIKUIDITAS, UMUR PERUSAHAAN,

UKURAN PERUSAHAAN DAN PERTUMBUHAN PENJUALAN


TERHADAP TAX AVOIDANCE PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA
TAHUN 2019-2021

Oleh :

NAMA : IDA AYU LAKSMI SATRIA DEVI


NIM : 1902622010497
PROGRAM STUDI : AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS


MAHASARASWATI DENPASAR
DENPASAR
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang

Hyang Widhi Wasa karena berkat rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan

usulan penelitian yang berjudul “Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Umur

Perusahaan, Ukuran Perusahaan Dan Pertumbuhan Penjualan terhadap

Tax Avoidance Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek

Indonesia Tahun 2019-2021”.

Penulis menyadari bahwa usulan penelitian ini tidak akan berhasil tanpa

bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak yang telah bersedia meluangkan

waktunya dalam penyusunan usulan penelitian ini. Pada kesempatan ini, penulis

menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1) Ibu Dr. Putu Kepramareni, SE.,MM. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Mahasaraswati Denpasar.

2) Ibu Ni Nyoman Ayu Suryandari, SE., M.Si., Ak., CA selaku Ketua Program

Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mahasaraswati

Denpasar.

3) Bapak I Made Sudiartana, SE.,M.Si selaku pembimbing I atas motivasi,

bimbingan serta saran dalam penyusunan usulan penelitian ini.

4) Ibu Ni Putu Shinta Dewi, SE., Ak., M.Si selaku pembimbing II atas motivasi,

bimbingan serta saran dalam penyusunan usulan penelitian ini.

5) Keluarga tercinta dan kerabat-kerabat dekat atas dukungan dan doanya yang

tulus dan tiada hentinya untuk memotivasi penulis dalam penelitian.

6) Semua teman-teman atas dukungan, motivasi dan masukannya.

ii
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan usulan penelitian

ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan yang disebabkan karena

keterbatasan kemampuan serta pengalaman penulis. Namun demikian usulan

penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi yang berkepentingan.

Denpasar, Agustus 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL...................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................1
1.2 Pokok Permasalahan......................................................................8
1.3 Tujuan Penelitian...........................................................................9
1.4 Manfaat Penelitian.......................................................................10
BAB II KAJIAN PUSTAKA.............................................................................11
2.1 Landasan Teori.............................................................................11
2.1.1 Teori Keagenan................................................................11
2.1.2 Teori Kepatuhan...............................................................13
2.1.3 Profitabilitas.....................................................................15
2.1.4 Likuiditas..........................................................................16
2.1.5 Umur Perusahaan.............................................................18
2.1.6 Ukuran Perusahaan...........................................................19
2.1.7 Pertumbuhan Penjualan....................................................21
2.1.8 Tax Avoidance.................................................................21
2.2 Hasil Penelitian Sebelumnya.......................................................25
BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS.......................................31
3.1 Kerangka Berpikir........................................................................31
3.2 Hipotesis.......................................................................................34
3.2.1 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Tax Avoidance Pada
Perusahaan Manufaktur....................................................34
3.2.2 Pengaruh Likuiditas Terhadap Tax Avoidance Pada
Perusahaan Manufaktur....................................................35
3.2.3 Pengaruh Umur Perusahaan Terhadap Tax Avoidance
Pada Perusahaan Manufaktur..........................................37

iv
3.2.4 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Tax Avoidance
Pada Perusahaan Manufaktur..........................................38
3.2.5 Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Tax
avoidance Pada Perusahaan Manufaktur........................39
BAB IV METODE PENELITIAN......................................................................41
4.1 Lokasi Penelitian..........................................................................41
4.2 Objek Penelitian...........................................................................41
4.3 Indetifikasi Variabel.....................................................................41
4.4 Definisi Operasional Variabel......................................................42
4.5 Jenis dan Sumber Data.................................................................45
4.5.1 Jenis data..........................................................................45
4.5.2 Sumber Data.....................................................................46
4.6 Populasi Dan Metode Penentuan Sampel....................................46
4.6.1 Populasi............................................................................41
4.6.2 Metode Penentuan Sampel...............................................47
4.7 Metode Pengumpulan Data..........................................................48
4.8 Teknik Analisis Data....................................................................48
4.8.1 Statistik Deskriptif............................................................48
4.8.2 Analisis Regresi Linear Berganda....................................49
4.8.3 Uji Asumsi Klasik............................................................49
4.8.4 Uji Kelayakan Model.......................................................51
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................54

v
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Kriteria Sampel......................................................................................................

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Kerangka Berpikir Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Umur


Perusahaan, Ukuran Perusahaan Dan Pertumbuhan Penjualan
Terhadap Tax Avoidance Pada Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2019-2021...................33

Gambar 3.1 Model Penelitian Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Umur


Perusahaan, Ukuran Perusahaan Dan Pertumbuhan Penjualan
Terhadap Tax Avoidance Pada Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2019-2021...................34

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Ringkasan Hasil Penelitian Sebelumnya...................................57

viii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang paling besar. Pajak

yang dipungut oleh negara difungsikan sebagai sumber dana yang

diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran pemerintah dan difungsikan

sebagai alat untuk mengatur dan melaksanakan kebijakan di bidang sosial

da ekonomi dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.

Oleh karena itu wajib pajak badan maupun perseorangan diharapkan dapat

patuh dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya secara sukarela dan

patuh terhadap peraturan perpajakan. Ketidakpatuhan wajib pajak dapat

menimbulkan terganggunya keuangan negara (Wulandari, 2018).

Salah satu cara ketidakpatuhan tersebut dilakukan dengan tax

advoidance yaitu upaya penghindaran pajak secara legal yang tidak

melanggar peraturan perpajakan yang dilakukan wajib pajak dengan cara

mengurangi jumlah pajak terutang dengan mencari kelemahan karena

dilakukan dengan cara-cara yang tidak melanggar dan tidak bertentangan

dengan ketentuan perpajakan, dimana metode dan teknik yang digunakan

cenderung memanfaatkan kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam

ketentuan perpajakan (Yuliani, 2018).

Tax avoidance dapat dilakukan dengan memanfaatkan celah dalam

peraturan perpajakan sehingga tidak melanggar hukum yang berlaku dan

bisa membuat isu tersebut menjadi isu diskusi hingga saat ini menjadikan

1
berlarut-

2
3

larut tanpa ada titik temu. Meminimalisir praktik penghindaran pajak di

Undang-undang perpajakan sudah dikenal peraturan specific anti avoidance

rule dalam Pasal 18 Undang-undang Pajak Penghasilan, tetapi seiring

semakin kompleksnya skema penghindaran pajak yang digunakan tidak

mungkin dapat mencakup seluruh jenis transaksi penghindaran pajak.

Pemilik perusahaan akan mendorong manajemen untuk melakukan tindakan

pajak agresif untuk mengurangi beban pajak yang muncul (Permata, 2018).

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi tax avoidance adalah

profitabilitas, likuiditas, umur perusahaan, ukuran perusahaan dan

pertumbuhan penjualan. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan

memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva,

maupun modal sendiri (Sartono, 2016:122). Profitabilitas suatu perusahaan

menggambarkan kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba

selama periode tertentu pada tingkat penjualan, asset dan modal saham

tertentu. Dikarenakan profitabilitas menggambarkan laba perusahaan, maka

dapat menjadi dasar dalam pengenaan pajak pada perusahaan tersebut.

Profitabilitas terdiri dari beberapa rasio, salah satunya adalah return

on assets. Return on asset (ROA) menjadi suatu indikator yang

mencerminkan performa keuangan perusahaan, semakin tinggi nilai ROA

yang mampu diraih perusahaan maka performa keuangan perusahaan

tersebut dapat dikategorikan baik. ROA dilihat dari laba bersih perusahaan

dan pengenaan pajak penghasilan (PPh) untuk wajib pajak badan. Penelitian

Darmawan (2014), Damayanti (2015) dan Subagiastra (2016) menemukan

bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap tax avoidance. Penelitian


4

Agusti (2014), Kardiningtyas (2016), Utari (2017) dan Budiani (2018)

menemukan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif terhadap tax

avoidance sedangkan Permata (2018) dan Yuliani (2018) menemukan

bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap tax avoidance.

Faktor kedua yang mempengaruhi tax avoidance adalah likuiditas.

Likuiditas adalah seberapa besar kemampuan perusahaan dalam memenuhi

kewajiban jangka pendeknya. Likuiditas salah satunya diukur dengan rasio

utang yang merupakan rasio yang mengukur persentasi kebutuhan modal

yang dibelanjai dengan utang (Brigham dan Houston, 2015:134). Menurut

Sartono (2016:123) likuiditas perusahaan ditunjuk oleh besar kecilnya asset

lancar yaitu asset yang mudah diubah menjadi kas yang meliputi kas, surat

berharga, piutang, persediaan. Likuiditas merupakan kemampuan untuk

menjual suatu asset guna mendapatkan kas pada waktu yang singkat.

Semakin besar likuiditas perusahaan, semakin kuat kondisi keuangan

keseluruhan perusahaan dan semakin besar likuiditas perusahaan, semakin

beresiko jenis pendanaan yang dapat timbul. Penelitian Nawang (2016),

Subagiasta (2016), Nurhidalah (2016) dan Budiani (2018) menunjukkan

bahwa likuiditas berpengaruh positif terhadap tax avoidance sedangkan

penelitian Agusti (2014) menemukan bahwa likuiditas berpengaruh negatif

terhadap tax avoidance.

Faktor ketiga yang mempengaruhi tax avoidance adalah umur

perusahaan. Umur perusahaan menunjukkan seberapa lama perusahaan

untuk tetap eksis dan mampu bersaing di dalam dunia usaha. Umur

perusahaan dalam penelitian ini menggunakan umur perusahaan dari tanggal


5

perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) (Dewinta dan Setiawan,

2016). Menurut Silvia (2017), perusahaan yang telah berdiri sejak lama

tentu memiliki kemampuan penyusunan laporan keuangan yang lebih baik

dibandingkan dengan perusahaan yang belum lama didirikan. Umur

perusahaan menunjukkan perusahaan tetap eksis, mampu bersaing dan

memanfaatkan peluang bisnis dalam suatu perekonomian (Istanti, 2015).

Tujuan jangka panjang dari perusahaan yang dikaitkan dengan tujuan

keuangan yaitu keberadaan investor dan meningkatkan kinerja perusahaan.

Penelitan yang dilakukan oleh Silvia (2017) dan Istianti (2015) menyatakan

bahwa umur perusahaan berpengaruh positif terhadap tax avoidance.

Faktor keempat yang mempengaruhi tax avoidance adalah ukuran

perusahaan. Ukuran perusahaan merupakan suatu skala yang dapat

mengelompokkan perusahaan menjadi perusahaan besar dan kecil menurut

berbagai cara seperti contoh, ukuran perusahaan bisa dilihat melalui total

asset perusahaan yang dimiliki, nilai pasar saham, rata-rata tingkat

penjualan, dan jumlah penjualan Dewinta (2016). Ukuran perusahaan

ditunjukkan melalui log total asset, karena dinilai bahwa ukuran ini

memiliki tingkat kestabilan yang lebih dibandingkan proksi-proksi yang

lainnya dan cenderung berkesinambungan antar periode (Sawir, 2016:17).

Perusahaan yang memiliki total asset yang besar cenderung lebih mampu

dan stabil untuk menghasilkan laba jika dibandingkan dengan perusahaan

dengan total asset yang kecil (Silvia, 2017). Laba yang besar dan stabil akan

cenderung mendorong perusahaan untuk melakukan praktik tax avoidance.

Hasil penelitian yang terkait dilakukan oleh Silvia (2017), Darmawan


6

(2014) dan Handayani (2018) menemukan bahwa ukuran perusahaan

berpengaruh positif terhadap tax avoidance. Penelitian Wijayanti (2016)

menemukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap tax

avoidance sedangkan Pujilestari (2018) menemukan bahwa ukuran

perusahaan tidak berpengaruh terhadap tax avoidance.

Faktor kelima yang mempengaruhi tax avoidance adalah pertumbuhan

penjualan. Menurut Andriyanto (2015), sales growth adalah perubahan

penjualan pada laporan keuangan per tahun yang dapat mencerminkan

prospek perusahaan dan profitabilitas di masa yang akan datang. Menurut

Kennedy dan Suzana (2013), pertumbuhan penjualan diartikan sebagai

kenaikan jumlah penjualan dari tahun ke tahun atau dari waktu ke waktu.

Pertumbuhan penjualan mencerminkan keberhasilan investasi periode masa

lalu dan dapat dijadikan prediksi pertumbuhan masa yang akan datang

(Andriyanto, 2015). Pertumbuhan yang meningkat memungkinkan

perusahaan akan lebih dapat meningkatkan kapasitas operasi perusahaan

dan sebaliknya bila pertumbuhannya menurun perusahaan akan menemui

kendala dalam rangka meningkatkan kapasitas operasinya. Perusahaan

membutuhkan dana untuk meningkatkan kapasitas operasi perusahaan,

semakin tinggi pertumbuhan penjualan maka kapasitas operasi perusahaan

akan semakin besar dan dapat berpengaruh terhadap penghindaran pajak

(Heryuliani, 2015). Penelitian yang dilakukan oleh Silvia (2017)

menemukan pertumbuhan penjualan berpengaruh positif terhadap tax

avoidance.

Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang


7

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2019-2021 penelitian ini

sangat penting dilakukan karena pajak merupakan penerimaan Negara

cukup besar, dan kecenderungan wajib pajak yang masih melakukan

tindakan tax avoidance dapat dikatakan tinggi.

Fenomena penghindaran pajak yang terjadi di Indonesia pada tahun

2016, Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan (DJP Kemenkeu)

menyatakan sebanyak 2.000 perusahaan multinasional yang beroperasi di

Indonesia tidak membayar Pajak Penghasilan (PPh). Perusahaan asing

tersebut menggunakan tiga modus utama supaya bisa mangkir dari

kewajiban menyetor pajak di Indonesia. Sebanyak 2.000 perusahaan

multinasional menggemplang pajak PPh Badan 25 dan 29. Sebanyak 2.000

PMA tersebut, terdiri dari perusahaan di sektor perdagangan. Perusahaan

asing ini tidak membayar pajak selama 10 tahun. Praktik penghindaran

pajak ini dilakukan dengan modus transfer pricing atau mengalihkan

keuntungan atau laba kena pajak dari Indonesia ke negara lain. Modus lain

yang dilakukan oleh 2000 PMA tersebut modus pengurangan laba pun

terjadi karena pembayaran royalti dan pembelian bahan baku yang tidak

wajar dan penjualan, sebanyak 2.000 perusahaan terindikasi menghindari

pajak karena alasan merugi terus-menerus (http://bisnis.liputan6.com, 2016)

Ada tiga penyebab utama. Yang pertama perusahaan tersebut

merupakan perusahaan afiliasi yang induk perusahaannya berada di luar

negeri sehingga sangat rawan terjadi proses transfer pricing. Adanya

perbedaan tarif antara negara Indonesia dan negara partner sehingga mereka

menjual dengan harga murah. Mereka membeli bahan baku dengan harga
8

lebih tinggi. Jadi perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia mengalami

rugi, tapi perusahaan di luar negeri untung. Kedua, ribuan perusahaan

multinasional itu merugi karena banyak perusahaan tersebut mendapatkan

fasilitas insentif pajak, seperti tax holiday dan tax allowance saat pengajuan

izin ke Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Pada waktu

pengajuan pengaduan, perusahaan ini kerap meninggikan biaya pembelian

barang modalnya. Tapi saat insentif pajak habis, sudah terakumulasi

pembelian barang modal yang sangat tinggi, sehingga menyebabkan

tingginya biaya penyusutan. Akhirnya depresiasi meningkat dan yang terjadi

perusahaan itu mengalami kerugian bertambah dan terus menerus. Ketiga,

perusahaan itu sering berganti nama. Tujuannya untuk mendapatkan

kembali insentif pajak dan akhirnya perusahaan tersebut bisa menjadi rugi

lagi. Pada tahun 2014- 2015, pemeriksaan transfer pricing cukup signifikan

puluhan triliun yang menjadi dasar koreksinya. DJP Kemenkeu telah

berkoordinasi dengan BKPM dan pihak terkait untuk melakukan

pencegahan terhadap praktik transfer pricing maupun penghindaran pajak

(http://bisnis.liputan6.com, 2016).

Berdasarkan fenomena diatas dapat dijelaskan bahwa Direktorat

Jenderal Pajak Kementerian Keuangan (DJP Kemenkeu) menyatakan

sebanyak 2.000 perusahaan multinasional yang beroperasi di Indonesia tidak

membayar Pajak Penghasilan (PPh) Badan Pasal 25 dan Pasal 29 karena

alasan merugi, penghindaran pajak dilakukan dengan modus transfer

pricing atau mengalihkan keuntungan atau laba kena pajak dari Indonesia ke

negara lain dan juga ditemukan modus pengurangan laba pun terjadi karena
9

pembayaran royalti dan pembelian bahan baku yang tidak wajar dan

penjualan. Menurut Wafiroh (2015) Praktik transfer pricing mengakibatkan

pembayaran pajak menjadi lebih rendah dengan memanfaatkan tarif pajak

yang lebih rendah.

Fenomena penghindaran pajak yang terjadi pada tahun 2014 dilakukan

Astra Internasional Tbk (ASII) salah satu anak perusahaan PT Toyota

Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) menghindari pajak dengan

sengaja menjual produk tersebut ke Toyota Motor Asia Pasific Ltd di

Singapura sebelum dijual ke Filipina dan Thailand dikarenakan

memanfaatkan tax heaven country yang ada di Singapura. Syamsudin

(2014) menjelaskan bahwa penghindaran pajak (tax avoidance), sering

dimanfaatkan oleh induk dan anak hal ini dilakukan dengan cara

mentransfer laba ke perusahaan yang berada dinegara yang memiliki tarif

pajak rendah sehingga dapat meminimalisir pajak yang harus ditanggung

perusahaan.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti termotivasi melakukan

penelitian dengan judul “Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Umur

Perusahaan, Ukuran Perusahaan Dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap Tax

avoidance Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek

Indonesia Tahun 2019-2021”.

1.2 Pokok Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi pokok

permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1) Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap tax avoidance pada


10

perusahaan manufaktur?
11

2) Apakah likuiditas berpengaruh terhadap tax avoidance pada perusahaan

manufaktur?

3) Apakah umur perusahaan berpengaruh terhadap tax avoidance pada

perusahaan manufaktur?

4) Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap tax avoidance pada

perusahaan manufaktur?

5) Apakah pertumbuhan penjualan berpengaruh terhadap tax avoidance

pada perusahaan manufaktur?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka tujuan

dari penelitian ini adalah :

1.3.1 Untuk mengetahui pengaruh profitabilitas terhadap tax avoidance

pada perusahaan manufaktur.

1.3.2 Untuk mengetahui pengaruh likuiditas terhadap tax avoidance pada

perusahaan manufaktur.

1.3.3 Untuk mengetahui pengaruh umur perusahaan terhadap tax avoidance

pada perusahaan manufaktur.

1.3.4 Untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan terhadap tax

avoidance pada perusahaan manufaktur.

1.3.5 Untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan penjualan terhadap tax

avoidance pada perusahaan manufaktur.


12

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan tujuan penelitian

diatas, maka manfaat dari penelitian ini adalah

1.4.1 Bagi Akademisi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan tentang prilaku

pasar modal khususnya mengenai tax avoidance, dan diharapkan

memberikan manfaat sebagai bahan referensi bagi mahasiswa yang

akan meneliti lebih lanjut terhadap masalah terkait.

1.4.2 Bagi Mahasiswa

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memperluas pengetahuan dan

pemahaman mengenai faktor-faktor apa saja yang dapat

mempengaruhi tax avoidance pada perusahaan yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia.

1.4.3 Bagi Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan informasi dan

sebagai pertimbangan tentang pentingnya pembayaran pajak bagi

pemerintah dan dampak dari tax avoidance.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Keagenan

Teori keagenan menyatakan hubungan kontak antara agen

(manajemen suatu usaha) dan principal (pemilik usaha). Agen melakukan

tugas-tugas tertentu untuk principal, principal memiliki kewajiban untuk

memberi imbalan pada si agen. Menurut Jensen dan Meckling (1976)

menggambarkan sebuah hubungan yang timbul karena adanya kontrak

antara pihak principal dan pihak lain yang disebut sebagai pihak agen, di

mana pihak principal mendelegasikan sebuah pekerjaan kepada pihak agen.

Investor merupakan pihak principal pada perusahaan yang modalnya

berasal dari kepemilikan saham investor, sedangkan pihak manajemen

pengelola perusahaan merupakan pihak agen. Inti dari hubungan keagenan

adalah pemisahan fungsi antara pemilik perusahaan dengan manajemen.

Teori agensi menjelaskan bahwa pihak pemilik menyediakan sumber daya

bagi pihak manajemen untuk menjalankan perusahaan, sebaliknya pihak

manajemen diharuskan untuk melakukan sebuah service bagi pihak pemilik

sesuai dengan kepentingan pemilik.

Manajer sebagai pengelola perusahaan mempunyai kewajiban untuk

menjalankan dan mengoperasikan perusahaan secara bertanggung jawab.

Pengelola harus melaporkan secara berkala apa yang telah dilakukan dan

dialami kepada pemilik perusahaan secara terbuka dan dapat dipertanggung-

11
12

jawabkan. Sedangkan sebagai pihak yang menyerahkan wewenang pengelolaan

perusahaan, pemilik mempunyai kewajiban memperhatikan dan meminta laporan

pertanggungjawaban atas apa yang telah dilakukan dan dialami pengelola

perusahaan, dan pengelola juga harus mau menerima pengawasan dan

pengarahan dari pemilik perusahaan (Robbins, 2015: 24).

Hubungan agensi antara pemilik dan pengelola perusahaan ini sebenarnya

menghasilkan hubungan yang saling menguntungkan bagi semua pihak, apabila

setiap pihak menjalankan hak dan kewajiban masing-masing secara

bertanggungjawab. Namun yang terjadi sebaliknya, yaitu munculnya

permasalahan agensi antara pemilik dan pengelola perusahaan. Permasalahan ini

muncul karena ada pihak yang lebih mengutamakan kepentingan pribadi dengan

merugikan pihak lain. Bahkan dampak dari permasalahan agensi juga menjadi

permasalahan antara pengelola dengan pihak lain yang mempunyai hubungan

dengan perusahaan, yaitu calon investor, kreditur, supplier dan stakeholder

lainnya (Robbins, 2015: 25).

Teori agensi menyatakan adanya asimetri informasi antara manajer (agen)

dan pemegang saham (prinsipal) karena manajer lebih mengetahui informasi

internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan

pemegang saham dan stakeholder lainnya. Handayani (2018) menyatakan bahwa

laporan keuangan yang disampaikan kepada stakeholder dapat meminimumkan

asimetri informasi yang terjadi. Hal tersebut menjelaskan bahwa laporan

keuangan merupakan sarana komunikasi informasi keuangan kepada pihak-pihak

di luar perusahaan.
13

2.1.2 Teori Kepatuhan

Kepatuhan berasal dari kata patuh. Menurut KBBI (Kamus Besar

Bahasa Indonesia), patuh berarti suka menurut perintah, taat kepada perintah

atau aturan dan berdisiplin. Kepatuhan berarti bersifat patuh, ketaatan,

tunduk, patuh pada ajaran dan aturan. Kepatuhan adalah mengikuti suatu

spesifikasi, standar, atau hukum yang telah diatur dengan jelas yang

biasanya diterbitkan oleh lembaga atau organisasi yang berwenang dalam

suatu bidang tertentu.

Menurut Shaw (2016:25-26), kepatuhan berhubungan dengan harga

diri seseorang di mata orang lain. Orang yang telah memiliki konsep bahwa

dirinya adalah orang yang pemurah, akan menjadi malu apabila dia menolak

memberikan sesuatu ketika orang lain meminta sesuatu padanya. Kebebasan

untuk bersikap, juga seringkali mendorong orang untuk mengikuti kemauan

orang lain. Semakin orang dibebaskan untuk memilih, semakin cenderung

orang tersebut untuk patuh. Hal ini disebabkan adanya ambiguitas situasi

serta rasa aman yang dimiliki akibat kebebasan dalam memilih. Ambiguitas

situasi yang dimaksud berkaitan dengan akibat dan reaksi yang akan

diterima jika seseorang memilih pilihan tertentu. Hal ini akan menimbulkan

kecemasan jika memilih pilihan yang tidak tepat. Bersamaan dengan itu

pula, kebebasan mengakibatkan seseorang merasa bebas untuk

mengambil keputusan untuk dirinya sehingga menimbulkan rasa aman.

Rasa aman selanjutnya akan menumbuhkan rasa percaya terhadap

lingkungan sehingga orang dengan suka rela mematuhi otoritas. Kecemasan


14

maupun rasa aman akan mendorong orang untuk berlaku patuh.

Teori kepatuhan telah diteliti pada ilmu-ilmu sosial khususnya di

bidang psikologis dan sosiologi yang lebih menekankan pada pentingnya

proses sosialisasi dalam mempengaruhi perilaku kepatuhan seorang

individu. Terdapat dua perspektif dasar dalam literatur sosiologi mengenai

kepatuhan pada hukum, yaitu instrumental dan normatif. Perspektif

instrumental mengasumsikan individu secara utuh didorong oleh

kepentingan pribadi dan tanggapan-tanggapan terhadap perubahan insentif

dan penalti yang berhubungan dengan perilaku. Perspektif normatif

berhubungan dengan apa yang orang anggap sebagai moral dan berlawanan

dengan kepentingan pribadi mereka. Seorang individu cenderung mematuhi

hukum yang mereka anggap sesuai dan konsisten dengan norma-norma

internal mereka. Komitmen normatif melalui moralitas personal (normative

commitment through morality) berarti mematuhi hukum karena hukum

tersebut dianggap sebagai keharusan, sedangkan komitmen normatif melalui

legitimasi (normative commitment through legitimacy) berarti mematuhi

peraturan karena otoritas penyusun hukum tersebut memiliki hak untuk

mendikte perilaku (Saputri, 2015).

Ada dua macam kepatuhan pajak, yaitu kepatuhan formal dan

kepatuhan material. Kepatuhan formal adalah suatu keadaan di mana wajib

pajak memenuhi kewajiban secara formal sesuai dengan ketentuan dalam

Undang-Undang Perpajakan. Misalnya melaporkan SPT tepat waktu.

Kepatuhan Material adalah suatu keadaan di mana wajib pajak secara

substantif atau hakikatnya memenuhi semua ketentuan material perpajakan


15

yakni sesuai dengan isi dan jiwa Undang-Undang Perpajakan. Misalnya

mengisi SPT dengan jujur, lengkap dan benar, serta melaporkannya ke

Kantor Pelayanan Pajak tepat waktu.

2.1.3 Profitabilitas

Profitabilitas adalah kemampuan atau efektivitas suatu perusahaan

untuk menghasilkan laba selama periode tertentu (Kasmir,2016:196).

Menurut Kasmir (2016:84), rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur

tingkat imbalan atas perolehan (keuntungan) dibanding penjualan atau

aktiva mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan memperoleh laba

dalam hubungannya dengan penjualan aktiva maupun laba dan modal

sendiri. Adapun cara mengukur profitabilitas menurut Sujarweni (2017:64-

65) adalah sebagai berikut:

1) Gross Profit Margin (Margin Laba Kotor)

Gross Profit Margin (Margin Laba Kotor) merupakan perbandingan antar

penjualan bersih dikurangi dengan harga pokok penjualan dengan tingkat

penjualan, rasio ini menggambarkan laba kotor yang dapat dicapai dari

jumlah penjualan.

2) Net Profit Margin (Margin Laba Bersih)

Net Profit Margin (Margin Laba Bersih) merupakan rasio yang

digunakan untuk mengukur laba bersih sesudah pajak lalu dibandingkan

dengan volume penjualan.

3) Return on Assets (ROA)

Rasio Laba Kotor terhadap Volume Usaha (Return on Assets) Rasio ini

digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam


16

memperoleh keuntungan yang dihasilkan dari total aset yang dimiliki.

4) Rate or return for the owners (Rate of Return on net worth)

Rate or return for the owners (Rate of Return on net worth) merupakan

rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal sendiri

untuk menghasilkan keuntungan bagi seluruh pemegang saham baik

saham biasa maupun saham preferen.

2.1.4 Likuiditas

Menurut Kasmir (2015:128), rasio likuiditas merupakan suatu

indikator mengenai kemampuan perusahaan membayar semua kewajiban

finansial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva

lancar yang tersedia. Likuiditas tidak hanya berkenaan dengan keadaan

keseluruhan keuangan perusahaan, tetapi juga berkaitan dengan

kemampuannya mengubah aktiva lancar tertentu menjadi uang kas.

Menurut Darmawi (2018:59), likuiditas adalah suatu istilah yang dipakai

untuk menunjukkan persediaan uang tunai dan aset lain yang dengan mudah

dijadikan uang tunai. Rasio likuiditas adalah rasio yang mengukur

kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio-

rasio ini dapat dihitung melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu

pos-pos aktiva lancar dan hutang lancar. Dengan demikian rasio likuiditas

berpengaruh dengan kinerja keuangan perusahaan sehingga rasio ini

memiliki hubungan dengan harga saham perusahaan. Jenis-jenis rasio

likuiditas menurut Kasmir (2015:133) yaitu:


17

1) Current Ratio (Rasio Lancar)

Current ratio merupakan perbandingan antara aktiva lancar dan

kewajiban lancar dan merupakan ukuran yang paling umum digunakan

untuk mengetahui kesanggupan suatu perusahaan memenuhi kewajiban

jangka pendeknya. Current ratio menunjukkan sejauh mana akitva lancar

menutupi kewajiban-kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan

aktiva lancar dan kewajiban lancar semakin tinggi kemampuan

perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya. Current ratio yang

rendah biasanya dianggap menunjukkan terjadinya masalah dalam

likuidasi, sebaliknya current ratio yang terlalu tinggi juga kurang bagus,

karena menunjukkan banyaknya dana menganggur yang pada akhirnya

dapat mengurangi kemampuan laba perusahaan (Kasmir, 2015:134).

Apabila mengukur tingkat likuiditas dengan menggunakan current

ratio sebagai alat pengukurnya, maka tingkat likuiditas atau current ratio

suatu perusahaan dapat dipertinggi dengan cara (Kasmir, 2015:134):

a) Dengan utang lancar tertentu, diusahakan untuk menambah aktiva

lancar.

b) Dengan aktiva lancar tertentu, diusahakan untuk mengurangi jumlah

utang lancar.

c) Dengan mengurangi jumlah utang lancar sama-sama dengan

mengurangi aktiva lancar.

2) Quick Ratio (Rasio Cepat)

Rasio ini disebut juga acid test ratio yang juga digunakan untuk
18

mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban

jangka pendeknya. Penghitungan quick ratio dengan mengurangkan

aktiva lancar dengan persediaan. Hal ini dikarenakan persediaan

merupakan unsur aktiva lancar yang likuiditasnya rendah dan sering

mengalami fluktuasi harga serta menimbulkan kerugian jika terjadi

likuiditas. Jadi rasio ini merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan

aktiva lancar yang paling likuid mampu menutupi hutang lancar. Quick

ratio umumnya dianggap baik adalah semakin besar rasio ini maka

semakin baik kondisi perusahaan (Kasmir, 2015:136)

3) Cash ratio (Rasio Kas)

Rasio ini merupakan rasio yang menunjukkan posisi kas yang dapat

menutupi hutang lancar dengan kata lain cash ratio merupakan rasio

yang menggambarkan kemampuan kas yang dimiliki dalam manajemen

kewajiban lancar tahun yang bersangkutan (Kasmir, 2015:138). Menurut

Wiagustini (2015:85), likuiditas merupakan kemampuan perusahan untuk

memenuhi kewajiban finansialnya dalam jangka pendek dengan dana

lancar yang tersedia. Dimana likuiditas salah satunya diukur dengan rasio

utang yang merupakan rasio yang mengukur persentasi kebutuhan modal

yang dibelanjai dengan utang.

2.1.5 Umur Perusahaan

Umur perusahaan yang telah beroperasi untuk jangka waktu yang

lebih lama akan memiliki manajemen laba rendah dibandingkan dengan

perusahaan yang lebih baru karena perusahaan yang lebih tua ingin

menghindari reputasi buruk oleh publik (Torang, 2016:78). Semakin


19

perusahaan dapat bertahan, menunjukan bahwa perusahaan mampu

mempertahankan kelangsungan operasinya. Prima dan Keni (2016)

menyatakan bahwa umur perusahaan dapat menunjukkan kemampuan

dalam mengatasi kesulitan dan hambatan yang dapat mengancam

kehidupan perusahaan serta menunjukkan kemampuan perusahaan

mengambil kesempatan dalam lingkungannya untuk mengembangkan

usaha.

Umur perusahaan yang semakin tua menunjukan perusahaan dapat

bertahan dalam kompetisi bisnis yang ada. Keberhasilan untuk mencapai

umur yang panjang menandakan bahwa perusahaan mampu memanfaatkan

peluang dan menangani tantangan bisnis dengan baik. Umur perusahaan

menunjukan juga bahwa produk dan layanan yang diberikan diterima oleh

pasar atau masyarakat. Semakin lama umur perusahaan maka semakin

banyak pengalaman yang telah didapat sehingga semakin mampu

mengungkapkan informasi keuangan (Sawir, 2016:48).

2.1.6 Ukuran Perusahaan

Menurut Torang (2016:93), ukuran perusahaan adalah skala dimana

dapat diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan menurut berbagai cara

antara lain tota aktiva, log size, nilai pasar dan lain-lain. Sedangkan menurut

Sawir (2016:17), ukuran perusahaan adalah ukuran yang dapat menentukan

tingkat kemudahan perusahaan memperoleh dana dari pasar modal yang

dibagi menjadi 3 kategori yaitu large firm, medium firm dan small firm.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa ukuran perusahaan

menunjukkan besar kecilnya perusahaan yang dapat dilihat dari besar


20

kecilnya modal yang digunakan, total aktiva yang dimiliki, atau total

penjualan yang diperolehnya. Menurut Badan Standardisasi Nasional

mengkategorikan ukuran perusahaan sebanyak 3 kategori yaitu :

1) Perusahaan kecil apabila memiliki kekayaan bersih lebih dari 50.000.000

sampai dengan 500.000.000 tidak termasuk bangunan tempat usaha atau

memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari 300.000.000 sampai dengan

2.500.000.000.

2) Perusahaan dapat dikategorikan menengah apabila memiliki kekayaan

bersih lebih dari 500.000.000 sampai dengan 10.000.000.000 tidak

termasuk bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan

lebih dari 2.500.000.000 sampai dengan 50.000.000.000.

3) Perusahaan besar memiliki kekayaan bersih lebih dari 10.000.000.000

tidak termasuk bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan

tahunan lebih dari 50.000.000.000.

Tahap kedewasaan perusahaan ditentukan berdasarkan total aktiva,

semakin besar total aktiva menunjukkan bahwa perusahaan memiliki

prospek yang baik dalam jangka waktu yang relative panjang. Hal ini juga

menggambarkan bahwa perusahaan lebih stabil dan lebih mampu dalam

menghasilkan laba dibanding perusahaa dengan total aktiva kecil

(Indriani,2015). Silvia (2017) menyatakan bahwa ukuran perusahaan

sebagai skala atau nilai yang dapat mengklasifikasikan suatu perusahaan ke

dalam kategori besar atau kecil berdasarkan total asset, log size, dan

sebagainya. Semakin besar total asset suatu perusahaan mengidentifikasikan

semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut.


21

2.1.7 Pertumbuhan Penjualan

Pertumbuhan peruasahaan mencerminkan keberhasilan investasi

periode masa lalu dan dapat dijadikan sebagai prediksi pertumbuhan dimasa

yang akan datang. Menurut Widiayani, dkk (2019) menyatakan bahwa

pertumbuhan penjualan menunjukan sejauh mana perusahaan dapat

meningkatkan penjualannya dibandingkan dengan total penjualan

secara keseluruhan. Pertumbuhan (growth) adalah pertumbuhan total aset

dimana total aset masa lalu akan menggambarkan profitabilitas dan

pertumbuhan yang akan terjadi di masa mendatang (Taswan, 2015:18). Laba

yang besar akan cenderung mendorong perusahaan untuk melakukan praktik

penghindaran pajak (tax avoidance). Total asset berbanding dengan

penjualan. Penjualan memiliki pengaruh yang strategis terhadap perusahaan,

karena penjualan yang dilakukan oleh perusahaan harus didukung dengan

asset. Bila penjualan ditingkatkan maka asset pun harus ditambah (Weston

& Brigham, 1991).

Pertumbuhan penjualan memiliki peranan yang penting dalam

manajemen modal kerja. Denga adanya pertumbuhan penjualan ini

perusahaan dapat memprediksi seberapa besar profit yang akan diperoleh

dengan besarnya pertumbuhan penjualan perusahaan tersebut (Setiawan,

2017). Maka dari itu, dapat diartikan jikalau peningkatan pertumbuhan

penjualan yang semakin meningkat atau tinggi maka cenderung akan

membuat perusahaan mendapatkan profit yang besar, dengan profit yang


22

besar tersebut otomatis membuat perusahaan tersebut juga akan

miningkatnya beban pajak yang akan dibayarkan. Sehingga perusahaan akan

cenderung untuk melakukan tax avoidance.

2.1.8 Tax Avoidance

Menurut Soemitro dalam Resmi (2017:1), pajak merupakan iuran

rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat

dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontra prestasi) yang

langsung dapat ditunjukan dan digunakan untuk membayar pengeluaran

umum. Sedangkan Soemahamidjaja dalam Waluyo (2016:2), pajak

merupakan iuran wajib berupa uang yang dipungut penguasa berdasarkan

norma-norma hukum, guna menutupi biaya produksi barang-barang dan

jasa- jasa kolektif dalam mencapai kesehjateraan umum.

Pada umumnya, ukuran kepatuhan memenuhi kewajiban perpajakan,

biasanya diukur dan dibandingkan dengan besar kecilnya penghematan

pajak (tax saving), tax avoidance (tax avoidance) dan penyeludupan pajak

(tax evasion) yang kesemuanya itu bertujuan meminimalkan beban pajak,

melalui beberapa cara antara lain melalui pengecualian-pengecualian,

pengurangan- pengurangan insentif pajak, penghasilan yang bukan objek

pajak, penangguhan pengenaan pajak, pajak ditanggung negara sampai

kepada kerja sama dengan aparat perpajakan, suap-menyuap dan pemalsuan.

Menurut Pohan (2015:10), Tax avoidance adalah upaya

mengefisiensikan beban pajak dengan cara menghindari pengenaan pajak

dengan mengarahkannya pada transaksi yang bukan objek pajak. Menurut

Sambodo (2015:8), perlawanan terhadap pajak dapat dikelompokkan:


23

1) Perlawanan Pasif

Perlawanan pajak secara pasif berupa hambatan yang mempersulit

pemungutan pajak dan mempunyai hubungan dengan struktur ekonomi

suatu negara, perkembangan intelektual dan moral penduduk dan teknik

pemungutan pajak itu sendiri.

2) Perlawanan Aktif

Perlawanan aktif secara nyata terlihat pada semua usaha dan perbuatan

yang secara langsung ditujukan kepada pemerintah dengan tujuan untuk

menghindari pajak.

Komite urusan fiskal dari Organization for Economic Coorperation

and Development (OECD) dalam Suandy (2016:7) menyebutkan bahwa

karakteristik tax avoidance hanya mencakup tiga hal, yaitu:

1) Adanya unsur artificial arrangement, dimana berbagai pengaturan

seolah- olah terdapat di dalamnya padahal tidak, dan ini dilakukan karena

ketiadaan faktor pajak.

2) Sering kali memanfaatkan loopholes (celah) dari undang-undang atau

menerapkan ketentuan-ketentuan legal untuk berbagai tujuan, padahal

bukan itu yang sebetulnya dimaksudkan oleh pembuat undang-undang.

3) Terdapatnya unsur kerahasiaan. Biasanya konsultan yang ditunjuk

perusahaan untuk mengurus pajak perusahaan tersebut menunjukkan cara

tax avoidance yang dilakukannya dengan syarat wajib pajak harus

menjaga kerahasiaannya sedalam mungkin.

Penelitian Surbakti (2017) diungkapkan beberapa cara perusahaan

melakukan tax avoidance, yaitu sebagai berikut:


24

1) Menampakkan laba dari aktivitas operasional sebagai laba dari modal

sehingga mengurangi laba bersih dan utang pajak perusahaan tersebut.

2) Mengakui pembelanjaan modal sebagai pembelajaan operasional dan

membebankan yang sama terhadap laba bersih sehingga mengurangi

utang pajak perusahaan.

3) Membebankan biaya personal sebagai biaya bisnis sehingga mengurangi

laba bersih.

4) Membebankan depresiasi produksi yang berlebihan di bawah nilai

penutupan peralatan sehingga mengurangi laba kena pajak.

5) Mencatat pembuangan yang berlebihan dari bahan baku dalam industri

manufaktur sehingga mengurangi laba kena pajak.

Selain itu, tax avoidance dapat dilakukan dengan berbagai cara

menurut Prakosa (2016) sebagai berikut:

1) Memindahkan subjek pajak dan/atau objek pajak ke negara-negara yang

memberikan perlakuan pajak khusus atau keringanan pajak (tax haven

country) atas suatu jenis penghasilan (substantive tax planning).

2) Usaha tax avoidance dengan mempertahankan substansi ekonomi dari

transaksi melalui pemilihan formal yang memberikan beban pajak yang

paling rendah (formal tax planning).

3) Ketentuan anti avoidance atas transaksi transfer pricing, thin

capitalization, treaty shopping, dan controlled foreign corporation

(specific anti avoidance rule), serta transaksi yang tidak mempunyai

substansi bisnis (general anti avoidance rule).”

Tax avoidance bukannya bebas biaya. Beberapa biaya yang harus


25

ditanggung yaitu pengorbanan waktu dan tenaga untuk melakukan tax

avoidance, dan adanya risiko jika tax avoidance terungkap. Risiko ini mulai

dari yang dapat dilihat yaitu bunga dan denda dan yang tidak terlihat yaitu

kehilangan reputasi perusahaan yang berakibat buruk untuk kelangsungan

usaha jangka panjang perusahaan. Tax avoidance sangat mungkin terjadi

karena undang-undang mengenai pajak dapat menimbulkan berbagai

macam penafsiran yang disebabkan oleh kompleksitas hukum pajak

(Prakosa, 2016).

2.2 Hasil Penelitian Sebelumnya

Hasil penelitian sebelumnya yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

Penelitian Kartiningdyah (2016) dengan judul penelitian Pengaruh

Corporate Governance, Return On Assets Dan Kualitas Audit terhadap Tax

avoidance. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh corporate

governance, return on asset dan kualitas audit terhadap penghindaran pajak

(tax avoidance) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 3 variabel

bebas yaitu corporate governance, return on asset dan kualitas audit serta 1

variabel terikat yaitu penghindaran pajak (tax avoidance). Teknik analisis

data yang digunakan yaitu analisis regresi berganda dengan metode sampel

purposie sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa corporate

governance tidak berpengaruh terhadap tax avoidance sedangkan return on


26

aset dan kualitas audit berpengaruh negatif terhadap tax avoidance.

Penelitian Vidiyanti (2017) dengan judul penelitian Pengaruh Komite

Audit, Kualitas Audit, Kepemilikan Institusional, Return On Asset Dan

Leverage terhadap Tax avoidance. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui pengaruh komite audit, kualitas audit, kepemilikan institusional,

return on asset dan leverage terhadap penghindaran pajak (tax avoidance)

pada perusahaan properti dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 5 variabel

bebas yaitu komite audit, kualitas audit, kepemilikan institusional, return on

asset dan leverage serta 1 variabel terikat yaitu penghindaran pajak

(tax avoidance). Teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis regresi

berganda dengan metode sampel purposive sampling. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa komite audit, kualitas audit dan leverage tidak

berpengaruh terhadap tax avoidance sedangkan return on aset dan

kepemilikan institusional berpengaruh terhadap tax avoidance.

Penelitian Utari (2017) dengan judul penelitian Pengaruh Corporate

Governance, Profitabilitas Dan Koneksi Politik Terhadap Tax Avoidance.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh corporate governance,

profitabilitas dan koneksi politik terhadap penghindaran pajak (tax

avoidance) pada perusahaan properti dan real estate yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 3

variabel bebas yaitu corporate governance, profitabilitas dan koneksi politik

serta 1 variabel terikat yaitu penghindaran pajak (tax avoidance). Teknik

analisis data yang digunakan yaitu analisis regresi berganda dengan metode
27

sampel purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi

komisaris independen dan keberadaan komite audit merupakan proksi dari

corporate governance berpengaruh negatif pada tax avoidance.

Profitabilitas diukur menggunakan return on asset berpengaruh negatif

terhadap tax avoidance serta koneksi politik yang diukur dengan variabel

dummy berpengaruh positif signifikan pada tax avoidance.

Penelitian Silvia (2017) dengan judul penelitian Pengaruh Manajemen

Laba, Umur Perusahaan, Ukuran Perusahaan Dan Pertumbuhan Penjualan

Terhadap Tax Avoidance. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

pengaruh manajemen laba, umur perusahaan, ukuran perusahaan dan

pertumbuhan penjualan terhadap penghindaran pajak (tax avoidance) pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Variabel

yang digunakan dalam penelitian ini adalah 4 variabel bebas yaitu

manajemen laba, umur perusahaan, ukuran perusahaan dan pertumbuhan

penjualan serta 1 variabel terikat yaitu penghindaran pajak (tax avoidance).

Teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis regresi berganda dengan

metode sampel purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

manajemen laba, umur perusahaan, ukuran perusahaan dan pertumbuhan

penjualan berpengaruh terhadap penghindaran pajak (tax avoidance).

Penelitian Eksandy (2017) dengan judul penelitian Pengaruh

Komisaris Independen, Komite Audit Dan Kualitas Audit Terhadap

Penghindaran Pajak (Tax Avoidance). Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui pengaruh komisaris independen, komite audit dan kualitas audit

terhadap penghindaran pajak (tax avoidance) pada sektor industri barang


28

konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 3 variabel bebas yaitu

komisaris independen, komite audit dan kualitas audit serta 1 variabel

terikat yaitu penghindaran pajak (tax avoidance). Teknik analisis data yang

digunakan yaitu analisis regresi berganda dengan metode sampel purposive

sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komisaris independen dan

kualitas audit berpengaruh positif terhadap tax avoidance, komite audit

tidak berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance. Secara simultan

komisaris independen, kualitas audit dan komite audit berpengaruh

signifikan terhadap penghindaran pajak (tax avoidance).

Penelitian Janrosi (2018) dengan judul penelitian Analisis Pengaruh

Ukuran Perusahaan, Leverage Dan Profitabilitas Terhadap Tax Avoidance

Pada Bank Riau Kepri Tbk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

pengaruh ukuran perusahaan, leverage dan profitabilitas terhadap tax

avoidance. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 3 variabel

bebas yaitu ukuran perusahaan, leverage dan profitabilitas serta 1 variabel

terikat yaitu tax avoidance. Teknik analisis data yang digunakan yaitu

analisis regresi berganda dengan metode sampel purposive sampling. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, leverage dan

profitabilitas berpengaruh postif signifikan terhadap tax avoidance.

Penelitian Permata (2018) dengan judul penelitian Pengaruh Size,

Age, Profitability, Leverage Dan Sales Growth Terhadap Tax Avoidance.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh size, age, profitability,

leverage dan sales growth terhadap tax avoidance pada perusahaan


29

manufaktur sub sektor industri dasar dan kimia. Variabel yang digunakan

dalam penelitian ini adalah 5 variabel bebas yaitu size, age, profitability,

leverage dan sales growth serta 1 variabel terikat yaitu tax avoidance.

Teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis regresi logistik dengan

metode sampel purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

size, age, profitability, leverage dan sales growth tidak berpengaruh

terhadap tax avoidance.

Penelitian Budianti (2018) dengan judul penelitian Pengaruh

Profitabilitas, Likuiditas Dan Capital Intensity Terhadap Penghindaran

Pajak (Tax Avoidance). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

pengaruh profitabilitas, likuiditas dan capital intensity terhadap

penghindaran pajak (tax avoidance) pada perusahaan sub sektor manufaktur

consumer goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2016.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 3 variabel bebas yaitu

profitabilitas, likuiditas dan capital intensity serta 1 variabel terikat yaitu

penghindaran pajak (tax avoidance). Teknik analisis data yang digunakan

yaitu analisis data panel dengan metode sampel purposive sampling. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa profitabilitas dan capital intensity

berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak sedangkan likuiditas

berpengaruh positif terhadap penghindaran pajak.

Penelitian Handayani (2018) dengan judul penelitian Pengaruh Return

On Asset (ROA), Leverage Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Tax

Avoidance Pada Perusahaan Perbankan Yang Listing Di BEI Periode Tahun

2012-2015. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ROA,


30

leverage dan ukuran perusahaan terhadap tax avoidance pada perusahaan

perbankan yang lisiting di BEI periode tahun 2012-2015. Variabel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah 3 variabel bebas yaitu ROA, leverage

dan ukuran perusahaan serta 1 variabel terikat yaitu tax avoidance. Teknik

analisis data yang digunakan yaitu analisis regresi berganda dengan metode

sampel purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ROA dan

ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap tax avoidance sedangkan

leverage tidak berpengaruh terhadap tax avoidance.

Penelitian Pujilestari (2018) dengan judul penelitian Pengaruh

Karakter Eksekutif, Ukuran Perusahaan, Kualitas Audit dan Komite Audit

Terhadap Tax Avoidance. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

pengaruh karakter eksekutif, ukuran perusahaan, kualitas audit dan komite

audit terhadap tax avoidance. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah 4 variabel bebas yaitu karakter eksekutif, ukuran perusahaan, kualitas

audit dan komite audit serta 1 variabel terikat yaitu tax avoidance. Teknik

analisis data yang digunakan yaitu analisis regresi linier berganda dengan

metode sampel purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan karakter

eksekutif, ukuran perusahaan dan komite audit tidak berpengaruh terhadap

tax avoidance sedangkan kualitas audit berpengaruh positif terhadap tax

avoidance.

Penelitian Yuliani (2018) dengan judul Pengaruh Penerapan

Corporate Governance, Return On Asset Dan Leverage Terhadap Tax

Avoidance Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek

Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan


31

Corporate Governance, Return On Asset dan leverage terhadap Tax

Avoidance. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 3 variabel

bebas yaitu penerapan Corporate Governance, Return On Asset dan

leverage serta 1 variabel terikat yaitu tax avoidance. Teknik analisis data

yang digunakan yaitu analisis regresi linier berganda dengan metode sampel

purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Corporate

Governance yang diproksikan dengan komisaris independen berpengaruh

negatif terhadap tax avoidance, leverage berpengaruh positif terhadap tax

avoidance sedangkan kualitas audit dan ROA tidak berpengaruh terhadap

tax avoidance.

Adapun ringkasan hasil penelitian sebelumnya dijabarkan pada

Lampiran 1.
BAB III

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Berpikir

Teori keagenan menyatakan hubungan kontak antara agen

(manajemen suatu usaha) dan principal (pemilik usaha). Manajer sebagai

pengelola perusahaan mempunyai kewajiban untuk menjalankan dan

mengoperasikan perusahaan secara bertanggungjawab. Pengelola harus

melaporkan secara berkala apa yang telah dilakukan dan dialami kepada

pemilik perusahaan secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan.

Manajemen perusahaan wajib melakukan pembayaran pajak. Hal ini dapat

dikaitkan dengan kepatuhan pajak. Ada dua macam kepatuhan pajak, yaitu

kepatuhan formal dan kepatuhan material. Kepatuhan formal adalah suatu

keadaan di mana wajib pajak memenuhi kewajiban secara formal sesuai

dengan ketentuan dalam Undang-Undang Perpajakan. Misalnya melaporkan

SPT tepat waktu. Kepatuhan material adalah suatu keadaan di mana wajib

pajak secara substantif atau hakikatnya memenuhi semua ketentuan material

perpajakan yakni sesuai dengan isi dan jiwa Undang-Undang Perpajakan.

Misalnya mengisi SPT dengan jujur, lengkap dan benar, serta

melaporkannya ke Kantor Pelayanan Pajak tepat waktu.

Pajak merupakan sumber pendanaan bagi negara, tetapi bagi

perusahaan pajak akan dihitung sebagai beban yang dapat mengurangi lama

bersih suatu perusahaan. Maka dari itu laporan keuangan yang berkaitan

dengan pajak akan menjadi sarana komunikasi informasi keuangan bagi

32
pihak

33
32

-pihak di luar perusahaan. Bila dikaitkan dengan teori keagenan maka

perpajakan yang berlaku. Meski tax avoidance bersifat legal, dari pihak

pemeritah tetap tidak menginginkan hal tersebut

Faktor-faktor yang mempengaruhi tax avoidance adalah profitabilitas,

likuiditas, umur perusahaan, ukuran perusahaan dan pertumbuhan

penjualan. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba

dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri.

Likuiditas adalah seberapa besar kemampuan perusahaan dalam memenuhi

kewajiban jangka pendeknya.

Umur perusahaan yang telah beroperasi untuk jangka waktu yang

lebih lama akan memiliki manajemen laba rendah dibandingkan dengan

perusahaan yang lebih baru karena perusahaan yang lebih tua ingin

menghidari reputasi buruk oleh publik. Ukuran perusahaan merupakan suatu

skala yang dapat mengelompokkan perusahaan menjadi perusahaan besar

dan kecil menurut berbagai cara seperti ukuran perusahaan bisa dilihat

melalui total asset perusahaan yang dimiliki, nilai pasar saham, rata-rata

penjualan dan jumlah penjualan. Pertumbuhan penjualan adalah

Pertumbuhan penjualan merupakan kemampuan perusahaan untuk

meningkatkan tujuan perusahaan dalam meningkatkan kinerja keuangan

perusahaan. Pada saat pertumbuhan penjualan meningkat perusahaan akan

mengambil utang agar dapat meningkatkan kapasitas produksi yang akan

berdampak pada kenaikan penjualannya.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti akan menguji variabel independen

yang digunakan yaitu profitabilitas, likuiditas, umur perusahaan, ukuran


33

perusahaan dan pertumbuhan penjualan serta variabel dependen yang

digunakan yaitu tax avoidance dijabarkan dalam Gambar 3.1 berikut:


34

Gambar 3.1
Kerangka Berpikir
Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Umur Perusahaan, Ukuran Perusahaan
Dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap Tax Avoidance
Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar
Di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2019-2021

Fenomena dan Gap

Pokok Permasalahan

Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap tax avoidance pada perusahaan manufaktur?


Apakah likuiditas berpengaruh terhadap tax avoidance pada perusahaan manufaktur?
Apakah umur perusahaan berpengaruh terhadap tax avoidance pada perusahaan manufaktur?
Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap tax avoidance pada perusahaan?
Apakah pertumbuhan penjualan berpengaruh terhadap tax avoidance pada perusahaan
manufaktur?

Teori Hipotesis Kajian Penelitian


Sebelumnya
Teori Keagenan H1:Profitabilitas berpengaruh positif terhadap tax avoidance
Teori Kepatuhan pada perusahaan manufaktur Kartiningdyah (2016)
H2:Likuiditas berpengaruh positif terhadap tax avoidance Vidiyanti (2017)
pada perusahaan manufaktur Utari (2017)
H3:Umur perusahaan berpengaruh positif terhadap tax Silvia (2017)
avoidance pada perusahaan manufaktur Eksandy (2017)
H4:Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap tax Jamrosi (2018)
Permata (2018)
avoidance pada perusahaan manufaktur
Budianti (2018)
H5:Pertumbuhan penjualan berpengaruh positif terhadap tax
Handayani (2018)
avoidance pada perusahaan manufaktur Pujilestari (2018)
Yuliani (2018)

Analisis Regresi Linier Berganda

Pembahasan

Kesimpulan, Keterbatasan dan Saran

Sumber : Hasil Pemikiran Peneliti (2022)


35

Berdasarkan pada uraian kerangka berpikir di atas maka dapat dibuat

model penelitian pada Gambar 3.2 di bawah ini :

Gambar 3.2 Model Penelitian


Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Umur Perusahaan, Ukuran
Perusahaan Dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap Tax Avoidance
Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar
Di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2019-2021

Profitabilitas

Likuiditas
Tax Avoidance

Umur
Perusahaan
Ukuran
Perusahaan
Pertumbuhan
Penjualan

Sumber : Hasil Pemikiran Peneliti (2022)

3.2 Hipotesis

3.2.1 Pengaruh Profitabilitas terhadap Tax Avoidance Pada Perusahaan

Manufaktur

Profitabilitas merupakan suatu indicator kinerja manajemen dalam

mengelola kekayaan perusahaan yang ditunjukkan dengan laba yang

dihasilkan oleh perusahaan. Profitabilitas adalah kemampuan atau

efektivitas suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode

tertentu (Kasmir, 2016:196). Dikarenakan profitabilitas menggambarkan

laba perusahaan, maka dapat menjadi dasar dalam pengenaan pajak pada

perusahaan tersebut.
36

Profitabilitas terdiri dari beberapa rasio, salah satunya adalah return

on assets. Return on assets menunjukkan besarnya laba bersih yang

diperoleh dari perusahaan apabila diukur dari nilai aktiva. Semakin tinggi

nilai return on assets yang dapat diraih oleh perusahaan, maka keuangan

perusahaan tersebut dikategorikan baik (Vidayani, 2017). Teori agensi akan

mengacu pada untuk meningkatkan laba perusahaan. Ketika laba yang

diperoleh membesar, maka jumlah pajak penghasilan akan meningkat sesuai

dengan peningkatan laba perusahaan, sehingga perusahaan kemungkinan

akan melakukan tax avoidance untuk menghindari peningkatan jumlah

beban pajak (Dewita dan Setiawan, 2016).

Penelitian yang dilakukan oleh Vidayanti (2017), Handayani (2018)

serta Dewita dan Setiawan (2016) menyatakan bahwa profitabilitas

berpengaruh positif terhadap tax avoidance. Semakin tinggi tingkat

profitabilitas perusahaan maka akan diikuti dengan tingginya tax avoidance

yang dilakukan oleh perusahaan. Berdasarkan uraian penjelasan tersebut

maka rumusan hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H1: Profitabilitas berpengaruh positif terhadap tax avoidance pada

perusahaan manufaktur.

3.2.2 Pengaruh Likuiditas terhadap Tax Avoidance Pada Perusahaan

Manufaktur

Menurut Kasmir (2015:128), rasio likuiditas merupakan suatu

indikator mengenai kemampuan perusahaan membayar semua kewajiban

finansial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva
37

lancar yang tersedia. Likuiditas perusahaan ditunjuk oleh besar kecilnya

asset lancar yaitu asset yang mudah diubah menjadi kas yang meliputi kas,

surat berharga, piutang, persediaan.

Likuiditas merupakan kemampuan untuk menjual suatu asset guna

mendapatkan kas pada waktu yang singkat. Setiap industri memiliki tingkat

asset likuid yang berbeda-beda. Semakin besar likuiditas perusahaan,

semakin kuat kondisi keuangan keseluruhan perusahaan dan semakin besar

profitabilitas perusahaan, semakin beresiko jenis pendanaan yang dapat

timbul. Masalah likuiditas berhubungan dengan masalah kemampuan

perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang segera harus

dipenuhi. Perusahaan yang mampu memenuhi segala kewajiban keuangan

jangka pendeknya tepat waktu digolongkan sebagai perusahaan yang likuid.

Sebaliknya perusahaan yang tidak mampu memenuhi kewajiban keuangan

jangka pendeknya tepat waktu berarti perusahaan tersebut dalam keadaan

jatuh tempo.

Menurut Budiani (2018), analisis keuangan berupa pengukuran rasio

salah satunya dapat melalui pengukuran rasio likuiditas. Rasio likuiditas

digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi

kewajiban (liabilitas) jangka pendek. Rasio ini membandingkan kewajiban

jangka pendek dengan sumber jangka pendek untuk memenuhi kewajiban

tersebut. Semakin besar likuiditas perusahaan, semakin kuat kondisi

keuangan keseluruhan perusahaan dan semakin besar profitabilitas

perusahaan, semakin beresiko jenis pendanaan yang dapat timbul.

Penelitian yang dilakukan oleh Nawang (2016), Subagiasta (2016),


38

Nurhidalah (2016) dan Budiani (2018) menyatakan bahwa likuiditas

berpengaruh positif terhadap tax avoidance. Berdasarkan uraian penjelasan

di atas maka rumusan hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H2: Likuiditas berpengaruh positif terhadap tax avoidance pada

perusahaan manufaktur.

3.2.3 Pengaruh Umur Perusahaan Terhadap Tax Avoidance Pada

Perusahaan Manufaktur.

Umur perusahaan menunjukkan seberapa lama perusahaan untuk tetap

eksis dan mampu bersaing di dalam dunia usaha. Umur perusahaan dalam

penelitian ini menggunakan umur perusahaan dari tanggal perusahaan

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) (Dewinta dan Setiawan, 2016).

Menurut Silvia (2017), perusahaan yang telah berdiri sejak lama tentu

memiliki kemampuan penyusunan laporan keuangan yang lebih baik

dibandingkan dengan perusahaan yang belum lama didirikan. Umur

perusahaan menunjukkan perusahaan tetap eksis, mampu bersaing dan

memanfaatkan peluang bisnis dalam suatu perekonomian (Istanti, 2015).

Tujuan jangka panjang dari perusahaan yang dikaitkan dengan tujuan

keuangan yaitu keberadaan investor dan meningkatkan kinerja perusahaan.

Penelitan yang dilakukan oleh Silvia (2017) dan Istianti (2015) menyatakan

bahwa umur perusahaan berpengaruh positif terhadap tax avoidance.

Berdasarkan uraian penejelasan di atas maka rumusan hipotesis dalam

penelitian ini adalah:

H3: Umur perusahaan berpengaruh positif terhadap tax avoidance pada

perusahaan manufaktur.
39

3.2.4 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Tax Avoidance Pada

Perusahaan Manufaktur.

Menurut Sawir (2016:17), ukuran perusahaan adalah ukuran yang

dapat menentukan tingkat kemudahan perusahaan memperoleh dana dari

pasar modal. Ukuran perusahaan merupakan suatu skala yang dapat

mengelompokkan perusahaan menjadi perusahaan besar dan kecil menurut

berbagai cara seperti contoh, ukuran perusahaan bisa dilihat melalui total

asset perusahaan yang dimiliki, nilai pasar saham, rata-rata tingkat

penjualan, dan jumlah penjualan Dewinta (2016).

Perusahaan besar lebih cenderung memanfaatkan sumber daya yang

dimilikinya untuk melakukan pengolahan pajak. Perusahaan besar akan

menjadi sorotan pemerintah, sehingga akan menimbulkan kecenderungan

bagi manajer perusahaan untuk agresif atau patuh. Perusahaan yang

dikelompokkan ke dalam ukuran yang besar akan cenderung lebih mampu

dan lebih stabil untuk menghasilkan laba dibandingkan dengan perusahaan

dengan total asset yang kecil. Laba yang besar dan stabil akan mendorong

perusahaan untuk melakukan praktik penghindaran pajak karena laba yang

besar akan menyebabkan beban pajak yang besar pula.

Sawir (2016:17), menyatakan bahwa ukuran perusahaan adalah suatu

skala yang dapat mengklasifikasikan perusahaan menjadi perusahaan besar

dan kecil menurut berbagai cara seperti total aktiva atau total asset

perusahaan, nilai pasar saham, rata-rata nilai tingkat penjualan, dan jumlah

penjualan. Ukuran perusahaan umumnya dibagi menjadi 3 kategori, yaitu


40

large firm, medium firm dan small firm.

Dalam teori agensi, sumber daya yang dimiliki perusahaan dapat

digunakan oleh agen untuk memaksimalkan kompensansi kerja agen yaitu

dengan cara menekan beban pajak perusahaan untuk memaksimalkan

kinerja perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Silvia (2017),

Darmawan (2014) dan Handayani (2018) menyatakan bahwa ukuran

perusahaan berpengaruh positif terhadap tax avoidance. Berdasarkan uraian

penjelasan di atas maka rumusan hipotesis dalam penelitian ini adalah :

H4: Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap tax avoidance pada

perusahaan manufaktur.

3.2.5 Pengaruh Pertumbuhan Penjualan Terhadap Tax avoidance Pada

Perusahaan Manufaktur.

Menurut Andriyanto (2015), growth adalah perubahan penjualan pada

laporan keuangan per tahun yang dapat mencerminkan prospek perusahaan

dan profitabilitas di masa yang akan datang. Menurut Kennedy dan Suzana

(2013) Pertumbuhan penjualan diartikan sebagai kenaikan jumlah penjualan

dari tahun ke tahun atau dari waktu ke waktu. Pertumbuhan penjualan

mencerminkan keberhasilan investasi periode masa lalu dan dapat dijadikan

sebagai prediksi pertumbuhan masa yang akan datang (Andriyanto, 2015).

Pertumbuhan penjualan yang meningkat memungkinkan perusahaan

akan lebih dapat meningkatkan laba perusahaan dan sebaliknya bila

pertumbuhannya menurun perusahaan akan menemui kendala dalam rangka

meningkatkan kapasitas operasinya. Perusahaan membutuhkan dana untuk

meningkatkan kapasitas operasi perusahaan, semakin tinggi pertumbuhan


41

penjualan maka kapasitas operasi perusahaan akan semakin besar dan dapat

berpengaruh terhadap penghindaran pajak (Heryuliani, 2015). Penelitian

yang dilakukan oleh Silvia (2017) menemukan pertumbuhan penjualan

berpengaruh positif terhadap tax avoidance. Berdasarkan uraian penjelasan

di atas maka rumusan hipotesis dalam penelitian ini adalah :

H5: Pertumbuhan penjualan berpengaruh positif terhadap tax avoidance

pada perusahaan manufaktur.


BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian ini dilakukan.

(Sugiono, 2018:47). Dalam penelitian ini penulis memilih Bursa Efek

Indonesia sebagai tempat untuk melakukan riset. Lokasi penelitian ini

dipilih karena dianggap sebagai tempat yang tepat bagi peneliti untuk

memperoleh data yang diperlukan peneliti yaitu berupa laporan keuangan

perusahaan yang dijadikan sampel adalah perusahaan manufaktur yang

terdaftar di bursa Efek Indonesia periode 2019-2021.

4.2 Objek Penelitian

Objek penelitian adalah sesuatu yang berbentuk apa saja yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi

tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2016:48).

Objek penelitian ini yaitu profitabilitas, likuiditas, umur perusahaan, ukuran

perusahaan, pertumbuhan penjualan dan tax avoidance.

4.3 Indetifikasi Variabel

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi

tentang hal tersebut kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2018:38).

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel dependen

(variabel terikat) dan variabel independen (variabel bebas) yaitu :

42
43

1) Variabel Terikat (Variabel Dependen)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi

akibat karena adanya variabel-variabel bebas (Sugiyono, 2018:39).

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tax avoidance.

2) Variabel Bebas (Variabel Independen)

Variabel bebas atau independent variable merupakan variabel yang

mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel

dependen/terikat (Sugiyono, 2018:39). Variabel bebas yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu profitabilitas (X1), likuiditas (X2), umur

perusahaan (X3), ukuran perusahaan (X4), pertumbuhan penjualan (X5).

4.4 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel adalah suatu definisi yang diberikan

kepada variabel dalam bentuk istilah yang diuji secara spesifik atau dengan

pengukuran kriteria. Terminologi definisi operasional harus mempunyai

acuan empiris untuk mengukur variabel dengan cara mendapatkan informasi

yang dapat dimengerti. Berikut ini dijelaskan definisi operasional dari

masing-masing variabel yaitu :

1) Variabel Terikat (Variabel Dependen)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi

akibat karena adanya variabel-variabel bebas (Sugiyono, 2018:39).

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tax avoidance. Menurut

Pohan (2013), tax avoidance adalah upaya mengefisiensikan beban pajak

dengan cara menghindari pengenaan pajak dengan mengarahkannya pada

transaksi yang bukan objek pajak. Tax avoidance menurut Pohan


44

(2015:10) dapat dihitung dengan cara:

Beban Pajak
ETR = x 100%...............................(1)
Pendapatan Sebelum Pajak

2) Variabel Bebas (Variabel Independen)

Variabel bebas atau independent variable merupakan variabel yang

mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel

dependen/terikat (Sugiyono, 2018:39). Variabel bebas dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

a) Profitabilitas

Menurut Kasmir (2016:84), rasio profitabilitas digunakan untuk

mengukur tingkat imbalan atas perolehan (keuntungan) dibanding

penjualan atau aktiva mengukur seberapa besar kemampuan

perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan

aktiva maupun laba dan modal sendiri.Profitabiitas terdiri dari

beberapa rasio, salah satunya ROA. ROA berfungsi untuk mengukur

efektivitas perusahaan dalam menggunakan sumber daya yang

dimiliki. Ketika laba yang diperoleh membesar, maka jumlah pajak

penghasilan akan meningkat sesuai dengan peningkata laba

perusahaan sehingga cenderung untuk melakukan tax avoidance yang

dilakukan oleh perusahaan akan meningkat. ROA (Return On Assets).

Menurut Sujarweni (2017:64) dapat dihitung dengan cara:

Laba Setelah Pajak


ROA = x 100%.......................(2)
Total Asset
45

b) Likuiditas

Menurut Kasmir (2015:128), rasio likuiditas merupakan suatu

indikator mengenai kemampuan perusahaan membayar semua

kewajiban finansial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan

menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Suatu perusahaan yang

mempunyai alat-alat likuid sedemikian besarnya sehingga mampu

memenuhi segala kewajiban financialnya yang segera harus terpenuhi,

dikatakan bahwa perusahaan tersebut likuid, dan sebaliknya apabila

suatu perusahaan tidak mempunyai alat-alat likuid yang cukup untuk

memenuhi segala kewajiban financialnya yang segera harus terpenuhi

dikatakan perusahaan tersebut insolvable. Dalam penelitian ini

likuiditas diproyeksikan dengan Curent ratio. Curent ratio menurut

Kasmir (2015:133) dapat dihitung dengan :

Aktiva Lancar
Current Ratio = x 100%..........................(3)
Hutang Lancar

c) Umur Perusahaan

Umur perusahaan yang telah beroprasi untuk jangka waktu yang

lebih lama akan memiliki manajemen laba rendah dibandingkan

dengan perusahaan yang lebih baru karena perusahaan yang lebih tua

ingin menghidari reputasi buruk oleh publik (Torang, 2016:78).

Dalam penelitian ini umur perusahaan dihitung dengan menggunakan

rumus:

Umur Perusahaan = Tahun Penelitian – Tahun Perusahaan Berdiri....

(4)
46

d) Ukuran Perusahaan

Menurut Sawir (2016:17), ukuran perusahaan adalah ukuran

yang dapat menentukan tingkat kemudahan perusahaan memperoleh

dana dari pasar modal. Menurut Sawir (2016:17), ukuran perusahaan

dapat dihitung dengan :

Size = Ln (Total Asset)...................................................................(5)

e) Pertumbuhan Penjualan

Pertumbuhan penjualan dapat menggambarkan baik dan buruknya

tingkat pertumbuhan penjualan pada perusahaan yang nantinya berkaitan

dengan laba yang dihasilkan. Pertumbuhan penjualan dihitung dengan

penjualan tahun sekarang dikurangi dengan penjualan tahun lalu dan

dibagi penjualan tahun lalu (Budiman dan Setiyono, 2012 dalam

Andriyanto, 2015), pertumbuhan penjualan dapat dihitung dengan :

Penjualan t −Penjualan t−1


Pertumbuhan Penjualan = X 100 % ……….…
Penjualant −1

(2)

Keterangan :

Penjualan t : Penjualan tahun sekarang

Penjualan t-1 : Penjualan tahun lalu

4.5 Jenis dan Sumber Data

Jenis data merupakan sifat data yang digunakan dalam penelitian

sedangkan sumber data merupakan subyek dari mana data penelitian


47

tersebut diperoleh (Sugiyono, 2018:23). Jenis dan sumber data dalam

penelitian ini:

4.5.1 Jenis data

Jenis data berdasarkan sifatnya yang digunakan dalam penelitian ini

dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Adapun

uraiannya masing-masing jenis data adalah sebagai berikut:

1) Data Kuantitatif

Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka-angka yang dapat

diukur dalam satuan hitung (Sugiyono, 2018:23). Data kuantitatif dalam

penelitian ini adalah ringkasan laporan keuangan perusahaan manufaktur

yang terdaftar dibursa efek Indonesia.

2) Data Kualitatif

Data kualitatif adalah data yang bukan merupakan bilangan, tetapi berupa

ciri-ciri, sifat-sifat, keadaan atau gambaran dari kualitas objek yang

diteliti (Sugiyono,2018:23). Data kualitatif dalam penelitian ini berupa

sejarah Bursa Efek Indonesia dan penelitian sebelumnya.

4.5.2 Sumber Data

Sumber data yang digunakan adalah data sekunder. Data sekunder

merupakan data yang diperoleh dari berbagai sumber yang telah

dikumpulkan sebelumnya oleh pihak lain atau lewat dokumen (Sugiyono,

2018:225). Data sekunder dalam penelitian ini adalah laporan keuangan

yang diterbitkan oleh perusahaan manufaktur, dipublikasikan melalui situs

internet www.idx.co.id.

4.6 Populasi Dan Metode Penentuan Sampel


48

4.6.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek/objek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,

2018:80). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2019-2021 yaitu

sebanyak 212 perusahaan manufaktur yang terbagi ke dalam 3 sektor

industri.

4.6.2 Metode Penentuan Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2018:81) Teknik penentuan sampel yang

digunakan adalah purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel

dengan pertimbangan tertentu. Kriteria penentuan sampel dalam penelitian

ini adalah:

1) Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode

tahun 2019-2021.

2) Perusahaan manufaktur yang t i d a k terdaftar berturut-turut di Bursa

Efek Indonesia periode tahun 2019-2021.

3) Perusahaan manufaktur yang laporan keuangannya tidak dapat diakses

dan tidak memiliki data lengkap sesuai dengan variabel yang diteliti dari

tahun 2019-2021

4) Perusahaan manufaktur yang menghasilkan laba positif selama periode

penelitian yaitu tahun 2019-2021.

Berdasarkan kriteria tersebut di atas maka jumlah sampel yang


49

digunakan dalam penelitian ini adalah 92 perusahaan manufaktur. Data

sampel yang digunakan dalam penelitian dijabarkan sebagai berikut:

Tabel 4.1
Kriteria Sampel

No Kriteria Jumlah
1. Perusahaan manufaktur yang telah terdaftar di BEI periode 211
penelitian yaitu tahun 2019-2021
2. Perusahaan manufaktur yang tidak terdaftar berturut-turut (23)
dari tahun 2019-2021
3. Perusahaan manufaktur yang laporan keuangannya tidak (29)
dapat diakses dan tidak memiliki data lengkap sesuai dengan
variabel yang diteliti dari tahun 2019-2021
4. Perusahaan manufaktur yang tidak menghasilkan laba (77)
positif periode penelitian 2019-2021
Jumlah Sampel Perusahaan 82
Jumlah observasi 2019-2021 (3 x 131) 246
Sumber: data diolah (2022)

Berdasarkan Tabel 4.1 di atas dapat dijabarkan bahwa populasi

penelitian yaitu 211 unit perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

periode 2019-2021 dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebanyak 82 unit perusahaan dengan total observasi selama 3 (tiga) tahun

yaitu 246 pengamatan.

4.7 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode observasi non partisipasi yaitu pengamatan terhadap suatu objek

yang tidak melibatkan peneliti dalam mengumpulkan data pada kegiatan

yang diamati (Sugiyono, 2018:240). Pada penelitian ini, peneliti melakukan

pengamatan pada data laporan keuangan perusahaan manufaktur periode

2019-2021 yang bersumber dari ICMD (Indonesian Capital Market

Directory) dan telah dipublikasikan melalui situs resmi Bursa Efek


50

Indonesia, hasil-hasil penelitian sebelumnya, dan berbagai jurnal akuntansi

yang berkaitan dengan penelitian ini, baik nasional maupun internasional.

4.8 Teknik Analisis Data

4.8.1 Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis

data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah

terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang

berlalu untuk generalisasi (Sugiyono, 2018:147). Statistik deskriptif yang

digunakan dalam penelitian ini adalah rata-rata, standar deviasi, nilai

maksimum dan nilai minimum.

4.8.2 Analisis Regresi Linier Berganda.

Teknik analisis data regresi linier berganda dilakukan setelah uji

asumsi klasik. Hipotesis diuji dengan analisis regresi berganda untuk

menganalisis variabel independen terhadap variabel dependen dengan

menggunakan program SPSS (Ghozali, 2018:95). Persamaan regresi linier

berganda:

ETR = α + β1ROA + β2Lk + β3UM + β4UP + + β5PP..............................(5)

Keterangan :

ETR = Tax avoidance


α = Konstanta
β1 = Koefisien regresi untuk variabel Return On Asset (profitabilitas)
β2 = Koefisien regresi untuk variabel likuiditas
β3 = Koefisien regresi untuk variabel umur perusahaan
β4 = Koefisien regresi untuk variabel ukuran perusahaan
β5 = Koefisien regresi untuk variabel pertumbuhan penjualan
ROA = Return On Asset (profitabilitas)
Lk = Likuiditas
UM = Umur Perusahaan
UP = Ukuran Perusahaan
PP = Pertumbuhan Penjualan
51

e = Error term

4.8.3 Uji Asumsi Klasik

Sebelum model regresi digunakan untuk menguji hipotesis, maka

terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik yang meliputi uji

normalitas, uji heteroskedastisitas, uji multikolinearitas, dan uji

autokorelasi. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui bahwa penggunaan

model analisis multiple regression dalam menguji hipotesis haruslah

menghindari kemungkinan terjadinya penyimpangan-penyimpangan regresi

pada data penelitian. Persyaratan asumsi klasik yang harus dipenuhi:

1) Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Uji

normalitas yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan statistik,

yakni Kolmogorov-Smirnov Test. Untuk menguji normalitas digunakan 2

metode pengujian yaitu p-plot dan diagram histogram. Jika data

menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal,

maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Jika nilai signifikansi

dari pengujian One Sample Kolmogorov-Smirnov Test>0,05 maka data

berdistribusi normal (Ghozali, 2018:161-164).

2) Multikolinieritas

Uji mutikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model


52

regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel

independen. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas didalam

model regresi dapat dilihat dari tolerance dan VIF (Variance Inflation

Factor). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen

manakah yang menjelaskan oleh variabel independen lainnya. Jika nilai

tolerance> 0,10 atau VIF ≤ 10, menunjukkan tidak ada multikolinearitas

(Ghozali, 2018:107-108).

3) Heterokedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah model regresi terjadi

ketidakpastian variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan

yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan

lain tetap, maka dapat disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut

heteroskedasitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas

atau tidak terjadi heteroskedasitas. Cara pengujian ada tidaknya

heterokedastisitas dapat bermacam-macam diantaranya uji Glejser.

Kriteria pengujian ini jika nilai signifikan dari variabel > 0,05 maka tidak

terjadi heterokedastisitas, dan jika nilai signifikan dari variabel

independen < 0,05 maka indikasi terjadi heterokedastisitas (Ghozali,

2018:137-138).

4) Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan

kesalahan pengganggu pada periode t-1. Jika suatu model regresi

mengandung gejala autokorelasi, maka prediksi yang dilakukan dengan


53

model tersebut akan tidak baik, atau dapat memberikan hasil prediksi

yang menyimpang. Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi, maka

dapat dilakukan dengan uji Durbin-Watson (DW-test). Pengambilan

keputusan ada tidaknya korelasi yaitu du <dw<4-du (Ghozali, 2018:107-

164).

4.8.4 Uji Kelayakan Model ( Goodness of Fit Tesst)

Ketepatan fungsi regresi sample dalam menaksir nilai aktual dapat

diukur dari goodness of fitnya. Secara statistik, setidaknya ini dapat diukur

dari nilai koefisien determinasi, nilai statistik F dan nilai statistik t

(Ghozali,2018:95).

1) Uji Koefisien Determinasi (R2)

Menurut Ghozali (2018:97), koefisien determinasi (R2) pada intinya

mengukur seberapa jauh kemampuan model menerangkan variasi

variabel dependen. Nilai R2 kecil berarti kemampuan variabel-variabel

independen dalam menjelaskan variabel dependen amat terbatas. Nilai

yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan

hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi

variabel dependen.

2) Uji Simultan (Uji F)

Uji F digunakan untuk menunjukkan apakah semua variabel independen

yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-

sama terhadap variabel dependen (Ghozali,2018:98). Uji statistik F

merupakan uji model yang menunjukkan apakah model regresi fit untuk

diolah lebih lanjut. Pengujian dilakukan dengan menggunakan


54

significance level 0,05 (α = 5%). Uji F digunakan untuk menguji

ketepatan model, apakah nilai prediksi mampu menggambarkan kondisi

sesungguhnya:

Ho: Diterima jika F hitung < F tabel

Ha :Diterima jika F hitung > F tabel

3) Uji Parsial ( Uji t )

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel

independen secara individu berpengaruh terhadap variabel dependen.

Adapun ketentuan penerimaan atau penolakan pengujian ini yaitu apabila

angka signifikan kurang dari 0,05 maka hipotesis alternative diterima dan

hipotesis nol ditolak (Ghozali, 2018:98). Pengujian hipotesis juga dapat

dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara t hitung dengan t

table dengan ketentuan:

a) Berdasarkan dasar t hitung, kriterianya adalah

(1) Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak (ada pengaruh yang

signifikan).

(2) Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima (tidak ada pengaruh

yang signifikan).

b) Berdasarkan dasar signifikansi, kriterianya adalah :

(1) Jika signifikansi > 0,05 maka Ho diterima.

(2) Jika signifikansi < 0,05 maka Ho ditolak.


54

DAFTAR PUSTAKA

Agustin. 2014. Pengaruh Profitabilitas, Leverage, dan Corporate Governance


terhadap Tax Avoidance, Skripsi Universitas Negeri Padang.

Brigham, E.F dan Joel F.H. 2015. Manajemen keuangan. Buku I edisi kedelapan,
ahli bahasa Dodo Suharto, Erlangga, Jakarta.

Budianti, Shinta. 2018. Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas Dan Capital Intesity


Terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance). Jurnal Ekonomi.
Universitas Trisakti. Vol 3, No 1, Hal 23-32.

Damayanti, Fitri dan Thidatus Susanto. 2015. Pengaruh Komite Audit,


Kepemilikan Institusional, Risiko Perusahaan dan Return On Asets
Terhadap Tax Avoidance. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Vol.5, No.2,
Hal 12-21.

Darmawan, I Gede Hendy & I Made Sukarta. 2014. Pengaruh Penerapan


Corporate Governance, Leverage, Return On Asset, dan Ukuran Perusahaan
pada Tax avoidance. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. Vol 9, No 1,
Hal 76-85.

Dewi, N. N., & Jati, I. K. 2014. Pengaruh Karakter Eksekutif, Karakteristik


Perusahaan dan Dimensi Tata Kelola Perusahaan yang baik pada Tax
Avoidance Di Bursa Efek Indonesia. E-Jurnal Akuntansi Universitas
Udayana, Vol 3, No 1, Hal 249-260

Dewi, N. Kristiana dan Jati K. 2016. Pengaruh karakter eksekutif, karakteristik


perusahaan, dan dimensi tata kelola perusahaan yang baik pada tax
avoidance di bursa efek indonesia. E-Jurnal Akuntansi Universitas
Udayana.Vol 6, No 2, Hal 249-260.

Dewinta, I. A. R. dan Setiawan, P. E. 2016. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Umur


Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap
Tax Avoidance. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, Vol.14, No 3, Hal
1584 1613.

Ekaputra, Taufianto dan Widyasari. 2019. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


Penghindaran Pajak Perusahaan Properti dan Real Estate. Jurnal Paradigma
Akuntansi. Universitas Tarumanegara Jakarta. Vol 1, No 3, Hal 937-945.

Eksandy. 2017. Pengaruh Komisaris Independen, Komite Audit, dan Kualitas


Audit terhadap Penghindaran Pajak (Tax avoidance). E-Jurnal Akuntansi
Universitas Muhammadyah Tangerang. Vol 1, No 1, Hal 1-20

Fadhilah, Rahmi. 2014. Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Tax


Avoidance (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia 2009-2011). Jurnal Akuntansi. UNPAD Padang, Vol
55

2, No 1, Hal 112- 126.


56

Ghozali, Imam. 2018. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS.


Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponogoro.

Handayani, Rini. 2018. Pengaruh Return On Asset (ROA), Leverage Dan Ukuran
Perusahaan Terhadap Tax Avoidance Pada Perusahaan Perbankan Yang
Listing Di BEI Periode Tahun 2012-2015. Jurnal Ekonomi. Universitas
Kristen Maranatha. Vol 10, No 1, Hal 72-84.

Jensen, M. C and Meckling, W.H. (1976). Theory of the Firm : Managerial


Behavior, Agency Costs and Ownership Structure . Journal of Financial
Economics. Oktober, 1976, V. 3, No. 4, pp. 305-360.

Kartiningdyah, Ely. 2016. Pengaruh Corporate Governance, Return On Assets


Dan Kualitas Audit Terhadap Tax Avoidance. Jurnal Ekonomi. Politeknik
Negeri Batam. Vol 1, No 9, Hal 139-148

Kasmir. 2015. Manajemen Perbankan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.


______. 2016. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Nurhidayah, 2016. Pengaruh Leverage, Ukuran Perusahaan, dan Kualitas Audit


terhadap Tax avoidance. Jurnal Akuntansi Universitas Udayana

Permata, A. D., Nurlaela, S., & Wahyuningsih, E. M. 2018. Pengaruh Size, Age,
Profitability, Leverage dan Sales Growth Terhadap Tax Avoidance. Jurnal
Akuntansi Dan Pajak, Vol 19, No 1, Hal 10.

Pohan, Hotman Tohir. 2015. Pengaruh Corporate Governace, Rasio Tobin Q,


Perata Laba Terhadap Tax avoidance Pada Perusahaan Publik. Fakultas
Ekonomi, Universitas Trisakti. Vol 2, No 2, Hal 99-117.

Pujilestari, Retno. 2018. Pengaruh Karakter Eksekutif, Ukuran Perusahaan,


kualitas Audit Dan Komite Audit Terhadap Tax Avoidance. Jurnal
Ekonomi. Universitas Dr Soetomo Surabaya. Vol 15, No 2, Hal 204-220

Rozak, Tresna Syah, Arief Tri Hardiyanto dan Haqi Fadilah. 2019. Pengaruh
Profitabilitas, Likuiditas dan Leverage Terhadap Tax Avoidance. Jurnal
Akuntansi. Universitas Pakuan. Vol1, No 3, Hal 1-20.

Sentosa, Iman dan Ning Rahayu. 2015. Corporate Tax Management. Jakarta:
Observation & Research Of Taxation.

Sartono, Agus. 2016. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Edisi 4.


Yogyakarta: BPFE.

Sawir, Agnes. 2016. Analisis Kinerja Keuangan Dan Perencanaan Keuangan


Perusahaan. Jakarta : Gramedia Pustaka.
57

Silvia, Yeanulita Selly. 2017. Pengaruh Manajemen Laba, Umur Perusahaan,


Ukuran Perusahaan Dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap Tax Avoidance.
Jurnal Ekonomi. Universitas Negeri Surabaya. Vol 3, No 4, Hal 1-14.

Subagiasta. 2016. Pengaruh Profitabilitas, Kepemilikan Keluarga, Likuiditas, dan


good corporate governance terhadap Tax avoidance. Jurnal Akuntansi.
Universitas Udayana. Vol 3, No 2, Hal 56-72.

Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Sujarweni, V. Wiratna. 2017. Analisis Laporan Keuangan Teori, Aplikasi, Hasil


Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Swingly, Calvin, dan Sukartha. 2015. Pengaruh Karakter Eksekutif, Komite


Audit, Ukuran Perusahaan, Leverage dan Sales Growth pada Tax
Avoidance. ISSN: 2302-8556. E-Jurnal Akuntansi Uiversitas Udayana. Vol
1, No 2, Hal 23-34.

Torang, Syamsir. 2016. Metode Riset Struktur Dan Perilaku Organisasi.


Bandung: Alfabeta.

Utari, Ni Kadek Yuliani. 2017. Pengaruh Corporate Governance, Profitabilitas


Dan Koneksi Politik Pada Tax Avoidance.Jurnal Akuntansi. Universitas
Udayana Vol 18, No 3, Hal 2202-2230.

Wijayanti, Ajeng, Anita, dan Samrotum, Yuli Chomsatu. 2016. Pengaruh


Karakter perusahaan, GCG, dan CSR Terhadap Tax avoidance. Jurnal
Akuntansi Universitas Islam Batik Surakarta. Vol 3, No 2, Hal 121-135.

Wulandari, A. A. A. I., & Sudana, I. P. (2018). Pengaruh Profitabilitas,


Kepemilikan Asing, Kepemilikan Manajemen, dan Leverage Pada Intensitas
Pengungkapan Corporate Social Responsibility. E-Jurnal Akuntansi, Vol 1,
No 22, Hal 1445-1462.

Vidiyanti, Evi. 2017. Pengaruh Komite Audit, Kualitas Audit, Kepemilikan


Institusional, Return On Assets Dan Leverage Terhadap Tax Avoidance.
Jurnal Ilmiah. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi. Vol 10, No 4, Hal 221-235.

Yuliani, V. (2018). Pengaruh penerapan corporate governance, return on asset,


dan leverage terhadap tax avoidance pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di bursa efek indonesia. Jurnal Ekobis Dewantara, Vol 1, No 12,
31–53.
58

Lampiran 1

Ringkasan Hasil Penetian Terdahulu

No. Peneliti Variabel Teknik Hasil Penelitian


(Tahun) Penelitian Analisis Data
1 Kartiningdyah Variabel Analisis 1. Corporate governance
(2016) independen : regresi linier tidak berpengaruh
1. Corporate berganda terhadap tax
Governanc avoidance
e 2. Return on aset dan
2. Return On Asset kualitas audit
3. Kualitas audit berpengaruh negatif
terhadap tax avoidance.
Variabel dependen:
Tax avoidance
2 Vidayanti Variabel Analisis 1. Komite audit, kualitas
(2017) independen : regresi linier audit dan leverage
1. Komite Audit berganda tidak berpengaruh
2. Kualitas Audit terhadap tax avoidance.
3. Kepemilikan 2. Return on aset dan
Institusional kepemilikan
4. Return On Asset institusional
5. Leverage berpengaruh
terhadap tax
Variabel avoidance
dependen Tax
avoidance
3 Utari Variabel Analisis 1. Proporsi komisaris
(2017) independen: regresi linier independen dan
1. Corporate berganda keberadaan komite
Governanc audit merupakan proksi
e dari corporate
2. Profitabilitas governance
3. Koneksi Politik
59

berpengaruh negatif
Variabel
pada tax avoidance.
dependen Tax
2. Profitabilitas diukur
avoidance
menggunakan return
on asset berpengaruh
negatif terhadap tax
avoidance
3. Koneksi politik yang
diukur dengan variabel
dummy berpengaruh
positif signifikan pada
tax avoidance
60

4 Silvia (2017) Variabel Analisis regresi Manajemen laba, umur


independen : linier berganda perusahaan, ukuran
1. Manajemen Laba perusahaan dan
2. Umur Perusahaan pertumbuhan penjualan
3. Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap
4. Pertumbuhan penghindaran pajak (tax
Penjualan avoidance).

Variabel dependen:
Tax avoidance
5 Eksandy Variabel Analisis regresi 1. Komisaris independen
(2017) independen : linier berganda dan kualitas audit
1. Komisaris berpengaruh positif
Independen terhadap tax avoidance
2. Komite Audit 2. Komite audit tidak
3. Kualitas Audit berpengaruh signifikan
terhadap tax avoidance
Variabel dependen:
Tax avoidance
6 Jamrosi Variabel Analisis regresi Ukuran perusahaan,
(2018) independen : linier berganda leverage dan
1. Ukuran profitabilitas
Oerusahaan berpengaruh postif
2. Leverage signifikan terhadap tax
3. Profitabilitas avoidance

Variabel dependen :
Tax avoidance
7 Permata Variabel Analisis regresi Size, age, profitability,
(2018) independen : logistik leverage dan sales
1. Size growth tidak
2. Age berpengaruh terhadap
3. Profitability tax avoidance
4. Leverage
5. Sales Growth

Variabel dependen
Tax avoidance
61

8 Budianti Variabel Analisis data 1. Profitabilitas dan


(2018) independen : panel capital intensity
1. Profitabilitas berpengaruh negatif
2. Likuiditas terhadap penghindaran
3. Capital Intensity pajak
2. Likuiditas berpengaruh
Variabel positif terhadap
dependen Tax penghindaran pajak
avoidance
9 Handayani Variabel Analisis 1. Return On Asset dan
(2018) independen : regresi linier ukuran perusahaan
1. Return on Asset berganda berpengaruh positif
2. leverage terhadap tax avoidance
3. Ukuran 2. Leverage tidak
Perusahaan berpengaruh terhadap
tax avoidance.
Variabel .
dependen Tax
avoidance
10 Pujilestari Variabel Analisis 1. Karakter eksekutif,
(2018) independen : regresi ukuran perusahaan dan
1. Karakteristik berganda komite audit tidak
Eksekutif berpengaruh terhadap
2. Ukuran tax avoidance
Perusahaan 2. Kualitas audit
3. Kualitas Audit berpengaruh positif
4. Komite Audit terhadap tax
avoidance
Variabel
dependen Tax
avoidance
11 Yuliani Variabel Analisis 1. Corporate
(2018) independen : regresi Governance yang
1. Penerapan berganda diproksikan dengan
Corporate komisaris independen
Governanc berpengaruh negatif
e terhadap tax
2. Return On Asset avoidance
3. Leverage
62

2. Leverage berpengaruh
Variabel
positif terhadap tax
dependen Tax
avoidance
avoidance
3. Kualitas audit dan
ROA tidak
berpengaruh
terhadap tax
avoidance.
.
Sumber : Data diolah (2022)

Anda mungkin juga menyukai