Anda di halaman 1dari 50

TUGAS AKHIR

ANALISIS BIAYA PRODUKSI


PADA PT. VALE INDONESIA TBK

OLEH :

KIRANA INDAH SURYA PERTIWI


182102004

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan


Pendidikan pada Program Diploma III

PROGRAM STUDI DIPLOMA III AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
ii
iii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbila’lamin , Puji syukur penulis panjatkan kehadirat

Allah SAW, atas rahmat, barokah, dan ridho-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan Laporan Tugas Akhir yang berjudul “Analisis Biaya

Produksi Pada PT. Vale Indonesia Tbk” guna memenuhi salah satu syarat

untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi Diploma III Akuntansi Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan tugas akhir ini tidak mungkin dapat penulis selesaikan

tanpa bantuan dari berbagai pihak, baik dukungan moril maupun materil. Untuk

itu penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang terlibat,

yaitu:

1. Bapak Dr. Fadli, SE., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Sumatera Utara beserta seluruh Dosen dan Staf pengajar .

2. Ibu Mutia Ismail, SE., MM., Ak., CA, selaku Ketua Program Studi

Diploma III Akuntansi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak AbdillahArifNasutionselakuSekretris Program Studi Diploma III

AkuntansiUniversitas Sumatera Utara.

4. Ibu Mutia Ismail, SE., MM., Ak., CA selaku Dosen Pembimbing yang

telah banyak meluangkan waktu dan tenaga serta memberikan petunjuk,

saran, dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

iv
5. Teristimewa kepada Orang tua, Adik, Kakak saya dan Jalasena Putra yang

telah membantu, membimimbing dan memberikan semangat kepada

penulis untuk mengerjakan Tugas Akhir ini.

6. Teman-temanseperjuangan Vania, Gres, Amani, Loi, Rusdi, Niko, Aldi,

Pojan, Andre.

7. Kak Wanda yang telah membantu saya untuk memperlancar membuat

Tugas Akhir ini.

8. Sahabat saya zerrysyafitrii, shaliza04, Denggan, Anzelly, Ruth.

9. Dan semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam penyusunan

Tugas Akhir ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Medan, Mei2021
Penulis

KIRANA INDAH SURYA PERTIWI


182102004

v
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ........................................................................................iv


DAFTAR ISI .......................................................................................................vi
DAFTAR TABEL...............................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................viii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................1


Latar Belakang...............................................................................1
Rumusan Masalah..........................................................................3
Tujuan Penelitian ...........................................................................3
Manfaat Penelitian .........................................................................4

BAB II PROFIL PERUSAHAAN ..................................................................5


Sejarah Singkat ..............................................................................5
Visi dan Misi Perusahaan .............................................................20
Logo dan Makna Perusahaan ........................................................21
Struktur Organisasi................................................................................ 23
Job Description ............................................................................. 24

BAB IIIPEMBAHASAN ...............................................................................29


Pengertian Biaya Produksi ...........................................................29
Unsur – Unsur Biaya Produksi .....................................................30
Unsur – Unsur Biaya Produksi pada PT. Vale Indonesia Tbk.... 33
Analisa Biaya Produksi ................................................................. 36
Biaya Bahan Baku Langsung. ............................................. 36
Biaya Tenaga Kerja Langsung. ........................................... 37
Biaya Overhead Pabrik. ...................................................... 38
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN..........................................................40
Kesimpulan ...................................................................................40
Saran .............................................................................................41

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................42

vi
DAFTAR TABEL

Nomor Judul Hal

Perbandingan Undang – Undang Nomor 11 Tahun 1967 dengan Undang

– Undang Nomor 4 Tahun 2009. ............................................................... 7

Perbandingan Sistem/Rezim Perizinan dan Sistem/Rezim Kontrak .. 13

Data Biaya Produksi Pada PT. Vale Indonesia Tbk ............................... 35

Perhitungan Biaya Produksi tahun 2019 ................................................ 35

Perhitungan Biaya Produksi tahun 2020… .......................................... 36

vii
DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Logo PT.Vale Indonesia Tbk. .................................... 20

2.2. Struktur Organisasi PT. Vale Indonesia Tbk. ............22

viii
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Setiap perusahaan masing-masing mempunyai suatu tujuan, dimana tujuan

umum dari suatu perusahaan adalah mencapai laba (profit), kelangsungan hidup

dan pertumbuhan. Laba yang menjadi tujuan usaha perusahaan tidak terjadi

dengan sendirinya, tetapi laba diperoleh dengan usaha yang dilakukan secara

terencana, teratur dan terus menerus. Dalam pengertian sederhana, laba

merupakan selisih antara pendapatan dan biaya.

Salah satu unsur yang mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap

kemampuan didalam menghasilkan laba tersebut adalah Biaya, karena Laba

merupakan selisih dari Pendapatan dengan Biaya. Semua perusahaan mempunyai

kebutuhan dalam informasi biaya, dan informasi biaya tersebut dapat ditemukan

dalam akuntansi biaya. Akuntansi biaya dapat digunakan untuk tujuan pelaporan

kepada pihak internal dan tujuan eskternal perusahaan.

Akuntansi biaya adalah suatu bidang akuntansi yang mempelajari

bagaimana mencatat, mengukur dan melaporkan tentang informasi biaya yang

digunakan. Akuntansi Biaya bertujuan untuk menyajikan informasi biaya yang

akurat dan tepat bagi manajemen dalam mengelola perusahaan atau divisi secara

efektif. Oleh karena itu biaya perlu dikelompokan sesuai dengan tujuan apa

informasi biaya tersebut digunakan.

1
Biaya dalam akuntansi biaya diartikan dalam dua pengertian yang berbeda,

yaitu biaya dalam artian cost dan biaya dalam artian exspense. Biaya atau cost

adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang yang telah

terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan

exspense atau beban adalah biaya yang telah memberikan manfaat dan sekarang

sudah habis.

Lebih lanjut Biaya dalam hubungan dengan produk dapat dikelompokkan

menjadi Biaya Produksi dan Biaya Non Produksi. Penentuan harga pokok produk

secara teliti hanya dapat dilakukan jika diadakan pemisahan secara tegas antara

biaya produksi dengan biaya non produksi dan penentuan harga pokok produk ini

sangat erat kaitannya dengan biaya produksi.

Dalam hal berkaitan dengan biaya dalam hubungan dengan produk, penulis

tertarik membahas tentang biaya produksi. Biaya produksi muncul sebagai salah

satu masalah yang perlu diperhatikan karena harga produksi dapat menetukan

harga pokok suatu barang yang diproduksi atau dihasilkan. Pengeluaran

perusahaan berupa biaya produksi juga diartikan sebagai pengeluaran yang pasti

dibutuhkan untuk menghasilkan barang jadi. Sifat biaya ini banyak dianggap pasti

akan dikeluarkan selama kegiatan produksi barang masih terus berlangsung.

Biaya produksi adalah biaya yang digunakan dalam proses produksi yang

terdiri dari bahan baku langsung, tenga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.

Biaya produksi ini disebut juga dengan biaya produk, dimana biaya ini merupakan

bagian dari persediaan. Biaya bahan baku disebut juga sebagai biaya utama (prime

2
cost), sedangkan biaya tenaga kerja dan biaya overhead digabungkan menjadi

biaya konversi.

Biaya non produksi adalah biaya yang tidak berhubungan dengan proses

produksi. Biaya non produksi ini disebut dengan biaya komersial atau biaya

operasi. Biaya komersial atau operasi ini juga digolongkan sebagai biaya periode

yaitu biaya-biaya yang dapat dihubungkan dengan interval waktu.

Agar dapat lebih memahami bagaimana menganalisis biaya produksi, maka

penulis memilih membahas tentang “Analisis Biaya Produksi Pada PT. Vale

Indonesia Tbk”. Karena biaya produksi diartikan sebagai pengeluaran yang pasti

dibutuhkan untuk menghasilkan barang jadi di PT. Vale Indonesia Tbk yang

memproduksi tambang dan pengolahan nikel. Sehingga penulis merasa penting

untuk membahas tentang biaya produksi pada PT. Vale Indonesia Tbk.

Rumusan Masalah

Untuk menggapai maksud dan tujuan dari penlitian ini, penulis mempunyai

rumusan masalah sebagai berikut :

a. Biaya-biaya apa saja yang termasuk dalam unsur biaya produksi pada PT.

Vale Indonesia Tbk.

b. Apakah penggunaan biaya produksi sudah efisien?

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan penulis pada PT.Perkebunan

Nusantara III (Persero) Medan adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui jenis biaya-biaya yang termasuk dalam biaya produksi

pada PT. Vale Indonesia Tbk.

3
2. Untuk mengetahui apakah biaya produksi pada Pt. Vale Indonesia Tbk

sudah efisien.

3. Untuk memenuhi salah satu persyaratan akademis dalam menyelesaikan

pendidikan pada program D-III Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas

Sumatera Utara.

Manfaat Penelitian

a. Bagi Perusahaan, yaitu untuk membantu pihak manajemen dalam

meningkatkan pengendalian internal terhadap siklus biaya produksi, serta

memberikan masukan atau rekomendasi kepada pihak manajemen

terhadap pengendalian internal yang sudah diterapkan.

b. Manfaat bagi Peneliti yaitu memperkaya pengetahuan dan wacana ilmiah

khususnya tentang menganalisis biaya produksi pada PT. Vale Indonesia

Tbk.

c. Manfaat bagi pihak Lain yaitu untuk dijadikan informasi dalam

membandingkan penelitian ini dengan pnelitian yang akan dilakukan di

masa yang akan datang, khususnya tentang analisis biaya produksi pada

PT. Vale Indonesia Tbk.

4
BAB II

PROFIL PERUSAHAAN

Sejarah Singkat.

Didirikan pada bulan Juni 1968, PT. Vale Indonesia, Tbk (selanjutnya

disebut PT. Vale) merupakan perusahaan asing yang memiliki lisensi dari

Pemerintah Indonesia untuk melakukan eksplorasi, penambangan, pengelolaan

dan produksi nikel.

PT. Vale adalah perusahaan dari Vale, sebuah perusahaan pertambangan

global (mncs bergerak di bidang pertambangan) yang berkantor pusat di Brasil.

Sebelumnya bernama PT. Internasional Nickel Indonesia, Tbk (PT. INCO). PT.

Vale mengoperasikan nikel open bit dan pabrik pengelolaan di Sorowako,

Sulawesi, sejak tahun 1968. Sejak 16 Mei 1990, PT Vale menjadi perusahaan

publik dengan merilis 20% saham ke publik untuk memenuhi kewajiban divestasi

saham seperti yang dipersyaratkan oleh Kontrak Karya.

Nikel adalah salah satu dari lima puluh sembilan macam yang termasuk

dalam golongan komoditas tambang Mineral Logam yang ditentukan pada Pasal 2

ayat 1 huruf b Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan

Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara.

Nikel merupakan logam serba guna dengan kombinasi sifat – sifat yang unik

sehingga cocok dipakai untuk beragam keperluan mulai dari alat yang paling

sederhana sampai peralatan dengan teknologi canggih. Seperti perkakas dapur

sampai dengan penggunaan dalam industri penerbangan dan pembuatan

5
komponen – komponen berkekuatan tinggi. Berasal dari bijih nikel, logam yang
PT
diproduksi oleh . Vale dikenal sebagai nikel primer karena berasal dari

penambangan. Secara khusus PT. Vale memproduksi produk nikel dalammatte.

Semua produksi nikel dalam matte PT. Vale terikat dalam perjanjian

penjualan jangka panjang kepada Vale Canada Limited dan Sumitomo Metal

Mining Co, Ltd, dimana perjanjian penjualan tersebut mengatur bahwa 80% dari

produksi tahunan PT. Vale dibeli oleh Vale Canada Limited dan 20% lainnya oleh

Sumitomo Metal Mining berdasarkan formula harga London Metal Exchange.

Pemegang saham PT. Vale adalah Vale Canada Limited (58.73%),

Sumitomo Metal Mining Co., Ltd (20.09%), SSB ATB1 Platinum Asia Fund –

2144604127 (1.68%),BPJS Ketenagakerjaan – JHT (0.97%), BNYM SA/NV AS

Cust of Employees Provident Fund – 2039844119 (0.73%), Hongky Harjo

(0.60)%, Vale Japan Limited (0.54%), PT. AIA Finl – UL Equity (0.47%),

Smartlink Rupiah Equity Fund (0.46%), Citibank New York S/A Dimensional

Emerging Market Value Fund (0.41%),

BBHBostonS/AVangrdEMGMKTSSTKINFD(0.37%),BPJS Ketenagakerjaan –

JKK (0.32%), SSB Q4EQ S/A Platinum International Fund – 2144606892

(0.26%), Asuransi Jiwa Manulife Indonesia, PT – 49454000 (0.25%), Reksa Dana

Schroder Dana Prestasi Dinamis (0.25%), Citybank New York S/A Emerging

Markets Core Equity Portofolio of DFA INV Dimensions GRP INC. (0.24%),

BPJS Ketenagakerjaan – BPJS (0.24%), Reksa Dana BPN Paribas Infrastruktur

Plus (0.23%), SSL 3BR7 S/A Pension Protection Fund – 2144610564 (0.21%),

dan The Notrhern Trust Co S/A Saudi Arabian Monetary Agency (0.19%).

6
Setelah disahkannya Undang – Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang

Pertambangan Mineral dan Batubara pada tanggal 12 Januari 2009, yang pada

tanggal 16 Desember 2008 telah disetujui bersama DPR, telah mengakhiri

perdebatan selama tiga setengah tahun. Undang – Undang Nomor 4 Tahun 2009

tentang Pertambangan Mineral dan Batubara menggantikan Undang – Undang

Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan – Ketentuan Pokok Pertambangan

untuk mengatur kegiatan usaha pertambangan di Indonesia.

Adapun perubahan – perubahan yang mendasar antara ketentuan –

ketentuan Undang – Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan –

Ketentuan Pokok Pertambangandengan Undang – Undang Nomor 4 Tahun 2009

tentang Pertambangan Mineral dan Batubara dapat dilihat sebagai berikut.

Tabel 2.1

Perbandingan Undang – Undang Nomor 11 Tahun 1967 dengan

Undang – Undang Nomor 4 Tahun 2009

Materi Pokok UU No. 11 Tahun 1967 UU No. 4 Tahun 2009

Ketentuan – Ketentuan Pertambangan Mineral


Judul
Pokok Pertambangan danBatubara

Prinsip Hak Penguasaan Bahan a. Penguasaan Minerba

Penguasaan Negara Galian diselenggarakan oleh Negara,

Negara (Pasal1) diselenggarakan oleh

Pemerintah dan/atau

Pemda (Pasal4)

b. Pemerintah dan DPR

7
menetapkan kebijakan

pengutamaan

minerbabagi

kepentingan nasional

(Pasal5)

Penggolongan/Pe- Penggolongan bahan a. Pengelompokan usaha

ngelompokan galian strategis, vital, pertambangan: mineral

bukan strategis bukan danbatubara

vital (Pasal 3) b. Penggolongan tambang

mineral: radioaktif,

logam, bukan logam,

batuan (Pasal34)

Kewenangan a) Bahan galian a. 21 kewenangan berada

Pengelolaan strategis (gol A) dan di tanganPusat

vital(gol b. 14 kewenangan berada

b) B) oleh Pemerintah di tanganprovinsi

c) Bahan galian c. 12 kewenangan berada

non di tangan

strategis non d. Kabupaten/kota (Pasal6

vital(gol e. – 8)

d) C) oleh Pemda

tingkat I/Provinsi

(Pasal 4)

8
Wilayah Secara terinci tidak a. Wilayah pertambangan

Pertambangan diatur, kecuali bahwa adalah bagian dari tata

usaha pertambangan ruang nasional,

tidak berlokasi di tempat ditetapkan pemerintah

suci, kuburan, setelah koordinasi

bangunan, dll (Pasal 16 dengan Pemda dan

ayat3) DPR (Pasal10).

b. Wilayah pertambangan:

wilayah usaha

Pertambangan (WUP),

c. Wilayah pertambangan

rakyat (WPR) dan

wilayah pencadangan

nasional (WPN) (Pasal

14 s/d 33).

Sistem/Rezim Kontrak Sistem/Rezim Perizinan


Legalitas Usaha.
(Pasal 10, 15), terdiri (Pasal 35), terdiriatas:

atas:
a. Izin Usaha

a) Kontrak Karya (KK) Pertambangan (IUP)

b) Kuasa Pertambangan b. Izin Pertambangan

(KP) Rakyat(IPR)

c) Surat Izin c. Izin Usaha

9
Pertambangan Daerah Pertambangan Khusus

(SIPD) (IUPK).

d) Surat Izin

e) Pertambangan

Rakyat (SIPR).

Tahapan Usaha. Terdiri 6 tahapan yang Terdiri 2 tahapan yang

berkonsekuensipada berkonsekuensi pada

adanya 6 jenis kuasa adanya 2 tingkatan

pertambangan: perizinan:

penyelidikan umum,
• Eksplorasi yang
eksplorasi,eksploitasi,
meliputi: penyelidikan
pengolahan
umum, eksplorasi, studi
&pemurnian,
kelayakan.
pengangkutan,
• Operasi produksi, yang
penjualan (Pasal14).
meliputi: konstruksi,

penambangan,

pengolahan&pemurnian,

pengangkutan dan

penjualan (Pasal36).

Klasifikasi Investor • Investor • IUP bagi badan usaha

& Jenis Legalitas Nasional/Domestik (PMA/PMDN), koperasi,

Usaha. (PMDN), berupa: KP, perseorangan (Pasal38)

10
SIPD,PKP2B • IPR bagi penduduk

• Investor Asing (PMA), lokal, koperasi (Pasal 67)

berupa : KK,PKP2B. • IUPK, bagi badan usaha

berbadanhukum

Indonesia dengan Prioritas

pada BUMN/BUMD (Pasal

75).

Pembinaan & Terpusat di tangan a. Pusat: terhadap

Pengawasan. pemerintah atas provinsi dan

pemegang KK, KP, kabupaten/kota terkait

PKP2B. penyelenggaraan

pengelolaan

pertambangan

b. Pusat, provinsi,

kabupaten/kota sesuai

kewenangan terhadap

pemegang IUP

dilakukan

c. Kabupaten/Kota

terhadap IPR (Pasal

139 – 142).

11
Ketentuan Peralihan Pasal 35: “Semua hak Pasal 169, pada saat UU

(terkait status hukum pertambangan dan KP ini mulai berlaku :

investasi existing). perusahaan Negara,


a. KK & PKP2B yang
swasta, badan lain atau
telah ada sebelum
perseorangan
berlakunya UU ini tetap
berdasarkan peraturan
diberlakukan sampai
yang ada sebelum saat
jangka waktu berakhirnya
berlakunya UU ini, tetap
kontrak/perjanjian.
dijalankan sampai
b. Ketentuanyang
sejauh masa berlakunya,
tercantum dalam pasal KK
kecuali ada penetapan
dan PKP2B dimaksud
lain menurut PP yang
disesuaikan selambat –
dikeluarkan berdasarkan
lambatnya 1 tahun sejak
UU ini.”
UU ini diundangkan,

kecuali mengenai

penerimaan Negara.

Berdasarkan sejumlah perbedaan di atas, tampak substansi Undang –

Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara

berusaha menggunakan arah baru kebijakan pertambangan yang

mengakomodasikan prinsip kepentingan nasional (national interest), kemanfaatan

untuk masyarakat, jaminan berusaha, desentralisasi pengelolaan dan pengelolaan

pertambangan yang baik (good mining practies). Menguatnya Hak Penguasaan

Negara, termasuk penguasaan sumber daya alam, Pemerintah Indonesia

12
menyelenggarakan asas tersebut lewat kewenangan mengatur, mengurus dan

mengawasi pengelolaan usaha tambang. Untuk itu dimulai dari perubahan

sistem/rezim kontrak menjadi sistem/rezim perizinan.

Dalam sistem/rezim kontrak berdasarkan Undang – Undang Nomor 11

Tahun 1967 tentang Ketentuan – Ketentuan Pokok Pertambangan, para pihak

dalam kontrak karya dan perjanjian karya pengusahaan pertambangan batubara

yaitu Pemerintah Indonesia dan Perusahaan Pertambangan adalah seimbang.

Negara sebagai badan hukum publik yang dapat melakukan hubungan

keperdataan bertindak sebagai subjek hukum perdata. Hubungan dengan lawan

kontraknya, terkadang sebagai pihak dan terkadang juga sebagai regulator.

Konsekuensinya adalah kontrak yang lahir dalam rangka Penanaman Modal Asing

tidak hanya berlaku hukum perjanjian saja, tetapi juga berlaku perjanjian hukum

internasional.Oleh karena itu, hubungan kesederajatan tersebut menunjukkan

bahwa Pemerintah tidak dalam kedudukan istimewa. Hubungan yang ada hanya

hubungankontraktual.

Oleh sebab itu implikasi hukum perubahan sistem/rezim dalam Undang –

Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara adalah

mengembalikan asas Hak Penguasaan Negara pada posisinya secara

ketatanegaraan. Hal ini bisa dilihat sebagai berikut:

13
Tabel 2.2.

Perbandingan Sistem/Rezim Perizinan dan Sistem/Rezim Kontrak

Subjek Sistem/Rezim Sistem/Rezim Kontrak

Perizinan

Hubungan Hukum. Bersifat publik, Bersifat perdata.

instrumen hukum

administrasi negara.

Penerapan Hukum. Oleh Pemerintah. Oleh kedua belah

pihak.

Tidak berlaku pilihan


Pilihan Hukum. Berlaku pilihan hukum.
hukum

Kesepakatan kedua
Akibat Hukum. Sepihak..
belah pihak.

Penyelesaian Sengketa PTUN. Negosiasi dan

Arbitrase.

Kesepakatan kedua
Kepastian Hukum. Lebih terjamin.
belah pihak.

Hak dan kewajiban Hak dan kewajiban


Hak dan Kewajiban.
Pemerintah lebih relatif setara antar pihak

besar.

Sumber Hukum.
Peraturan Perundang – Kontrak/Perjanjian itu

Undangan. sendiri.

14
Berdasarkan ketentuan Undang – Undang Minerba di atas. Penerimaan

negara melalui pajak dan royalti setelah berlakunya Undang – Undang Minerba,

PT. Vale seharusnya membayar Iuran Produksi untuk Pemerintah sebesar 4%

(empat persen) dan untuk Pemerintah Daerah sebesar 6% (enam persen). Namun

dalam perjanjian Amandemen Kontrak Karya 2014 PT. Vale, royalti yang dibayar

PT. Vale disepakati sebesar 2% dari penjualan dan naik menjadi 3% dari

penjualan jika harga rata – rata nikel London Metal Exchange bulan sebelumnya

sama atau lebih besar dari US$ 21.000/ton.

Hal ini berarti pembayaran pajak dan royalty PT. Vale kepada Pemerintah

Indonesia belum sesuai dengan ketentuan penerimaan negara dan besaran

penerimaan negara dari PT. Vale bergantung pada mekanisme harga pasar dalam

hal ini London Metal Exchange, bukannya berdasarkan Undang _ Undang

Minerba. Kewajiban divestasi saham diatur pada Pasal 112 ayat 1 dan 2 Undang –

Undang Minerba, disebutkanbahwa:

(1) Setelah 5 (lima) tahun berproduksi, badan usaha pemegang IUP dan IUPK

yang sahamnya dimiliki oleh asing wajib melakukan divestasi saham pada

Pemerintah, pemerintah daerah, badan usaha milik negara, badan usaha

milik daerah, atau badan usaha swastanasional.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai divestasi saham sebagaimana dimaksud

ayat (1) diatur dengan peraturanpemerintah.

Berdasarkan Pasal 1 angka 8 Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010

tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara,

divestasi saham adalah jumlah saham asing yang harus ditawarkan untuk dijual

15
kepada peserta Indonesia. Sejak terbitnya Undang – Undang Minerba, telah terjadi

3 (tiga) kali perubahan peraturan pemerintah mengenai divestasi yang mengatur

mengenai komposisi saham asing yang wajib didivestasikan kepada

pesertaIndonesia.

Yang pertama diatur pada Pasal 97 ayat 1 dan 2 Peraturan Pemerintah

Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan

Mineral dan Batubara yang menyebutkan bahwa:

(1) Modal asing pemegang IUP dan IUPK setelah 5 (lima) tahun sejak

berproduksi wajib melakukan divestasi sahamnya, sehingga sahamnya

paling sedikit 20% (dua puluh persen) dimiliki pesertaIndonesia.

(2) Divestasi saham sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara

langsung kepada peserta Indonesia yang terdiri atas Pemerintah,

pemerintah daerah provinsi, atau pemerintah daerah kabupaten/kota,

BUMN, BUMD, atau badan usaha swasta nasional.

Kemudian pada Pasal 97 ayat 1 dan 2 Peraturan Pemerintah Nomor 24

Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010

tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara

menentukan bahwa:

(1) Pemegang IUP dan IUPK dalam rangka penanaman modal asing, setelah 5

(lima) tahun sejak berproduksi wajib melakukan divestasi sahamnya secara

bertahap, sehingga pada tahun kesepuluh sahamnya paling sedikit 51%

(lima puluh satu persen) dimiliki pesertaIndonesia.

16
(1a)Kepemilikan peserta Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

dalam setiap tahun setelah akhir tahun kelima sejak produksi tidak boleh

kurang dari presentase sebagaiberikut:

a. Tahun keenam 20% (dua puluhpersen);

b. Tahun ketujuh 30% (tiga puluhpersen)

c. Tahun kedelapan 37% (tiga puluh tujuh persen);

d. Tahun kesembilan 44% (empat puluh empat persen);

e. Tahun kesepuluh 51% (lima puluh satu persen), dari jumlah

keseluruhansaham.

(2) Divestasi saham sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan kepada

peserta Indonesia yang terdiri atas Pemerintah, pemerintah daerah

provinsi, atau pemerintah daerah kabupaten/kota, BUMN, BUMD, atau

badan usaha swastanasional.

Dan perubahan terakhir mengenai kewajiban divestasi saham bagi

perusahaan asing diatur dalam Pasal 97 ayat 1 dan 2 Peraturan Pemerintah Nomor

77 Tahun 2014 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Pemerintah Nomor 23

Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan

Batubara yang menyebutkan bahwa:

(1) Pemegang IUP Operasi Produksi dan IUPK Operasi Produksi dalam

rangka penanaman modal asing, setelah 5 (lima) tahun sejak berproduksi

wajib melakukan divestasi saham secarabertahap.

(1a) Kewajiban divestasi saham sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi

pemegang IUP Operasi Produksi dan IUPK Operasi Produksi yang tidak

17
melakukan sendiri kegiatan pengolahan dan/atau pemurnian, setelah akhir

tahun kelima sejak berproduksi paling sedikit sebagaiberikut:

a. Tahun keenam 20% (dua puluhpersen);

b. Tahun ketujuh 30% (tiga puluhpersen);

c. Tahun kedelapan 37% (tiga puluh tujuh persen);

d. Tahun kesembilan 44% (empat puluh empat persen);dan

e. Tahun kesepuluh 51% (lima puluh satu persen), dari jumlah seluruhsaham.

(1b) Kewajiban divestasi saham sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi

pemegang IUP Operasi Produksi dan IUPK Operasi Produksi yang

melakukan sendiri kegiatan pengolahan dan/atau pemurnian, setelah akhir

tahun kelima sejak berproduksi paling sedikit sebagaiberikut:

a. Tahun keenam 20% (dua puluhpersen);

b. Tahun kesepuluh 30% (tiga puluh persen);dan

c. Tahun kelimabelas 40% (empat puluh persen); dari jumlah seluruhsaham.

(1c) Kewajiban divestasi saham sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi

pemegang IUP Operasi Produksi dan IUPK Operasi Produksi yang

melakukan kegiatan penambangan dengan menggunakan metode

penambangan bawah tanah, setelah akhir tahun kelima sejak berproduksi

paling sedikit sebagaiberikut:

a. Tahun keenam 20% (dua puluhpersen);

b. Tahun kesepuluh 25% (dua puluh lima persen);dan

c. Tahun kelimabelas 30% (tiga puluh persen); dari jumlah seluruhsaham.

(1d) Kewajiban divestasi saham sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi

18
pemegang IUP Operasi Produksi dan IUPK Operasi Produksi yang

melakukan kegiatan penambangan dengan menggunakan metode

penambangan bawah tanah dan penambangan terbuka, setelah akhir tahun

kelima sejak berproduksi paling sedikit sebagaiberikut:

a. Tahun keenam 20% (dua puluhpersen);

b. Tahun kedelapan 25% (dua puluh lima persen);dan

c. Tahun kesepuluh 30% (tiga puluh persen); dari jumlah seluruhsaham.

(1e) Pemegang IUP Operasi Produksi khusus untuk pengolahan dan/atau

pemurnian dalam rangka penanaman modal asing tidak wajib

melaksanakan divestasisaham.

Terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2014 tentang Perubahan

Ketiga Atas Peraturan PemerintahNomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan

Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (selanjutnya disebut PP

Nomor 77 Tahun 2014), merombak kewajiban divestasi saham perusahaan

pertambangan asing. Semula pada Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2012

tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang

Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (selanjutnya

disebut PP 24 Tahun 2012), pemerintah mewajibkan seluruh perusahaan

pertambangan asing untuk mendivestasikan sahamnya paling sedikit 51% (lima

puluh satu persen) pada tahun ke 10 (sepuluh) setelah 5 (lima) tahun berproduksi

kepada peserta Indonesia. Kini dalam PP Nomor 77 Tahun 2014, kewajiban

PT. Vale selaku perusahaan pertambangan yang melakukan sendiri kegiatan

pengolahan dan/atau pemurnian nikel, hanya wajib melakukan divestasi sahamnya

19
sebesar 40% (empat puluh persen) saja.

Turunnya persentase kewajiban divestasi saham PT. Vale dari 51% (lima

puluh satu persen) menjadi 40% (empat puluh persen) pada akhirnya menjadi

salah satu poin kesepakatan antara Pemerintah Indonesia dan PT. Vale dalam

Perjanjian Amandemen Kontrak Karya 2014 PT. Vale terkait kewajiban divestasi

saham. Alhasil, meskipun PT. Vale masih dikenakan kewajiban divestasi saham,

namun niat Pemerintah Indonesia dalam PP Nomor 24 Tahun 2012 untuk

menjadikan peserta Indonesia menjadi pemilik mayoritas saham PT. Vale tidak

dapat terealisasi.

Visi dan Misi Perusahaan

Visi

Menjadi perusahaan sumber daya alam nomor satu di Indonesia yang

menggunakan standar global dalam menciptakan nilai jangka panjang, melalui

keunggulan kinerja dan kepedulian terhadap manusia dan alam.

Misi

Mengubah sumber daya alam menjadi kemakmuran dan pembangunan yang

berkelanjutan.

Nilai-Nilai

1. Kehidupan adalah yang terpenting

2. Menghargai karyawan

3. Menjaga kelestarian bumi

4. Melakukan hal yang benar

20
5. Bersama-sama menjadi lebih baik

6. Mewujudkan tujuan

Logo dan Makna Perusahaan

Gambar 2.1.
Logo PT. Vale Indonesia Tbk

Makna

1. Warna

Logo Vale terdiri dari warna hijau dan kuning. Warna hijau melambangkan

alam dan lembah. Kuning melambangkan pengolahan kekayaan mineral menjadi

komponen penting dalam kehidupan sehari-hari

2. V

Bentuk V mengacu pada huruf “V” seperi dalam Vale, kemenangan dan nilai)

3. Hati

Hati adalah sintesis dari gambar. Perusahaan merupakan sebuah organisasi

global yang unik di dorong oleh semangat karyawannya.

4. Infinity

Kurva pada bagian atas simbol adalah infinity, sebagai ekspresi dari upaya

berkelanjutan perusahaan mengejar cara yang sempurna untuk menyelesaikan

sesuatu.

21
5. Penemuan

Ujung emas di dalam logo melambangkan semangat penemuan yang

mendorong perusahaan untuk terus mencari mineral dan mengubahnya menjadi

hal esensial untuk kebutuhan hidup masyarakat.

22
Struktur Organisasi

Gambar 2.2
Struktur Organisasi PT. Vale Indonesia Tbk.

23
Job Description

Direktur eksekutif

1. Menyusun program kerja dan rancangan anggaran tahunan.

2. Mengelola operasional organisasi sehari-hari dan melaksanakan program

kerja yang telah ditetapkan dalam rapat umum anggota.

3. Mengembangkan kapasitas organisasi melalui penggalangan dana,

berbagai sumberdaya lainnya, promosi, perluasan jaringan, dengan dibantu

oleh anggota perkumpulan.

4. Merekrut, mengangkat, mengembangkan kapasitas, dan mengevaluasi

kinerja staf badan pengurus.

5. Memfasilitasi anggota perkumpulan, dewan penasihat, dan dewan etik

dalam melaksanakan tugasnya.

Wakil direktur eksekutif.

1. Menjabarkan tugas-tugas yang telah diberikan oleh direksi untuk

mencapaitarget perusahaaan sesuai dengan visi dan misi.

2. Membuat program kerja terutama yang berhubungan dengan urusan

umumdan sumber daya manusia.

3. Mengevaluasi dan menilai kinerja karyawan untuk memberikan job

description pada level tertentu sesuai dengan struktur organisasi.

4. Membantu direktur dalam hal memasarkan hasil produksi untuk

kelancaranfinansial dan operasional di lapangan.

5. Memberikan keputusan yang bersifat umum untuk efektivitas dan

24
efisiensitugas pekerjaan di lapangan.

Direktur wakil kepala eksekutif

1. Mengarahkan atau mengkoordinasikan kegiatan keuangan atau anggaran

organisasi untuk membiayai operasional, memaksimalkan investasi, atau

meningkatkan efisiensi.

2. Menunjuk kepala departemen atau manajer dan menetapkan atau

mendelegasikan tanggung jawab kepada mereka.

3. Menganalisis kegiatan untuk mengevaluasi kinerja suatu perusahaan atau

staf nya dalam mencapai tujuan atau untuk menentukan bidang

pengurangan biaya potensial, perbaikan program, atau perubahan

kebijakan.

4. Mengarahkan, merencanakan, atau menerapkan kebijakan, tujuan, atau

kegiatan organisasi atau perusahaan untuk memastikan kegiatan yang akan

dilanjutkan, untuk memaksimalkan pengembalian investasi, atau untuk

meningkatkan produktivitas.

5. Mempersiapkan anggaran untuk persetujuan, termasuk untuk pendanaan

atau pelaksanaan program.

Direktur kepala keuangan

1. Bertanggung jawab terhadap kinerja keuangan sebuah perusahaan

2. Bertanggung jawab membuat laporan keuangan perusahaan

3. Mengawasi laporan keuangan perusahaan

25
4. Menyusun strategi dan meningkatkan pertumbuhan keuangan perusahaan

5. Meminimalisir resiko keuangan yang mungkin merugikan perusahaan

6. Melihat secara jeli peluang perusahaan

Direktur kepala operasi

1. Membantu tugas-tugas direktur utama

2. Bertanggung jawab terhadap seluruh proses operasional, produksi, proyek

hingga kualitas hasil produksi

3. Bertanggung jawab terhadap pengembangan kualitas produk maupun

karyawan yang terlibat

4. Menyusun stategi dalam pemenuhan target perusahaan, dan cara mencapai

target tersebut

5. Mengecek, mengawasi dan menentukan semua kebutuhan dalam proses

operasional perusahaan

6. Merencanakan, menentukan, mengawasi, mengambil keputusan serta

melakukan koordinasi dalam hal keuangan untuk kebutuhan operasional

perusahaan

7. Mengawasi seluruh karyawan dan memastikan mereka menjalankan tugas

sesuai dengan yang diperintahkan

8. Membuat laporan kegiatan untuk diberikan kepada direktur utama

26
Direktur SDM

1. Melakukan perencanaan, mengembangkan dan implementasi strategi pada

bidang pengelolaan dan juga pengembangan sdm, seperti merekrut

karyawan, kebijakan, kontrak kerja, konsultasi, penggajian, peraturan,

pelatihan, membangun motivasi, evaluasi dan lain sebagainya.

2. Penetapan dan pemeliharaan sistem yang ada dengan tujuan untuk

mengukur aspek penting dari pengembangan sumberdaya manusia.

3. Monitoring, mengukur dan melakukan pelaporan mengenai masalah,

strategi dalam mengembangkan sdm dan pencapaiannya sesuai

kesepakatan.

4. Bertugas dalam pengembangan dan mengatur staf.

5. Mengendalikan anggaran belanja sdm setiap departement yang disesuaikan

dengan anggaran yang telah disepakati dan disetujui.

6. Menghubungkan antar manajer setiap departement agar dapat memahami

semua aspek dalam mengembangkan sdm dan juga memastikan bahwa

para manajer tersebut telah mendapat informasi yang cukup mengenai

tujuan, sasaran dan pencapaian dari hasil mengembangkan sdm.

7. Meningkatkan pengetahuan mengenai pengembangan sdm yang mengikuti

perkembangan zaman dan metode penafsiran yang sesuai untuk para

manajer, direktur dan staf dalam suatu perusahaan.

8. Bertugas mengevaluasi dan memberi penilaian terhadap kinerja para

karyawan yang bekerja sama dengan tim eksekutif.

27
9. Memastikan bahwa setiap aktivitas memiliki inti dan tujuan serta

terintegrasi dengan persyaratan perusahaan untuk manajemen keselamatan

kerja, mutu, kesehatan, hukum, dan kebijakan.

28
BAB III

PEMBAHASAN

Pengertian Biaya Produksi

Biaya produksi dapat dicerminkan oleh keseluruhan jumlah uang yang

dikeluarkan untuk mendapatkan sejumlah input atau keuntungan dalam setiap

usaha produksinya. Masalah yang sering timbul dalam suatu perusahaan adalah

perencanaan biaya oleh suatu perusahaan tidak sesuai dengan apa yang terjadi

sesungguhnya (Realisasi Biaya). Oleh sebab itu untuk dapat mencapai produksi

yang efisien, diperlukan suatu pemahaman tentang teori-teori biaya produksi agar

suatu perusahaan dapat memperhitungkan dan mengendalikan biaya produksi

yang akan dikeluarkan untuk menghasilkan suatu output barang. Ada beberapa

pengertian yang dapat kita lihat dari pendapat para penulis berikut ini :

Secara umum biaya produksi merupakan biaya yang digunakan dalam

proses produksi yang terdiri dari bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan

biaya overhead pabrik. Biaya produksi ini disebut juga dengan biaya produk,

dimana biaya ini merupakan bagian dari persediaan.

“Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan

baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Secara garis besar biaya

produksi ini dibagi menjadi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan

biaya overhead”. (Mulyadi, 2015).

“Biaya produksi adalah biaya – biaya yang dianggap melekat pada produk,

meliputi biaya, baik langsung maupun tidak langsung dapat diidentifikasikan

dengan kegiatan pengolahan bahan baku menjadi produk jadi”. (Harnanto 2017).

29
“Biaya produksi (manufacturing cost) adalah biaya yang berhubungan

fungsi produksi. Biaya produksi terdiri dari biaya bahan baku langsung, biaya

tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik”. (Riwayadi 2014).

Unsur – Unsur Biaya Produksi.

Dalam beberapa pengertian yang sudah dijelaskan, terlihat bahwa biaya

produksi mempunyai beberapa faktor penting yang harus diperhatikan. Adapun

faktor – faktor penting yang harus dijelaskan sebagai berikut :

1. Biaya Bahan Baku Langsung

Biaya bahan baku langsung adalah bahan baku yang merupakan bagian

yang tidak dapat dipisahkan dari produk selesai dan dapat ditelusuri langsung

kepada produk selesai. Atau bisa dibilang dengan bahan baku yang bersentuhan

langsung dengan produk.

Contohnya :

a. Kayu dalam pembuatan ,mabel

b. Kain dalam pembuatan pakaian

c. Karet dalam pembuatan ban

d. Minyak mentah dalam pembuatan bensin

e. Kulit dalam pembutan sepatu

f. Tepung dalam pembuatan kue, dll

30
2. Tenaga Kerja Langsung

Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang digunakan dalam

mengubah atau mengkonversi bahan baku menjadi produk selesai dan dapat

ditelusuri secara langsung kepada produk selesai.

Contohnya :

a. Upah koki kue

b. Upah tukang serut dan potong kayu dalam pembuatan mabel

c. Tukang jahit, bordir, pembuatan pola dalam pembuatan pakaian

d. Tukang linting rokok dalam pabrik rokok

e. Oprator mesin jika menggunakan mesin, dll

3. Biaya overhead pabrik

Biaya overhead pabrik adalah biaya selain bahan baku langsung dan tenaga

kerja langsung tetapi membantu dalam merubah bahan menjadi produk selesai.

Biaya ini tidak dapat ditelusuri secara langsung kepada produk selesai. Biaya

overhead dapat dikelompokan menjadi :

a. Bahan tidak langsung (bahan pembantu atau penolong)

Bahan tidak langsung adalah bahan yang digunakan dalam penyelesaian

produk tetapi pemakaiannya relatif lebih kecil dan biaya ini dapat ditelusuri secara

langsung kepada produk selesai.

Contohnya : amplas, pola kertas, oil dan minyak pelumas, paku, skrup dan

mur, staples, asesoris pakaian, dll.

31
b. Tenaga kerja tidak langsung

Tenaga tidak langsung adalah tenaga kerja yang membantu dalam

pengolahan produk selesai, tetapi tidak dapat ditelusuri kepada produk selesai.

Contohnya : gaji satpam parbrik, gaji pengawas pabrik, pekerja bagian

pemeliharaan, penyimpanan dokumen pabrik, gaji operator telpon pabrik, pegawai

pabrik, dll

c. Biaya Tidak Langsung Lainnya.

Biaya tidak langsung lain adalah biaya selain bahan tidak langsung dan

tenaga kerja tidak langsung yang membantu dalam pengolahan produk selesai.

Contoh : Pajak bumi dan bangunan pabrik, listrik pabrik, air dan telpon pabrik,

sewa pabrik, asuransi pabrik, penyusutan pabrik, peralatan pabrik, pemeliharaan

mesin, gaji akuntan pabrik, reparasi mesin dan peralatan pabrik.

Dua dari tiga unsur utama biaya produksi dapat digolongkan secara

terminologi biaya sebagai berikut :

1. Biaya Utama

Biaya utama adalah gabungan antara biaya bahan baku langsung dan biaya

tenaga kerja langsung.

2. Biaya konversi.

Biaya yang digunakan untuk merubah bahan baku langsung menjadi produk

selesai. Biaya ini merupakan gabungan antara biaya tenaga kerja langsung dan

biaya overhead pabrik.

32
Unsur – Unsur Biaya Produksi terhadap seluruh produksi pada PT. Vale

Indonesia Tbk.

Biaya Produksi yang terdapat di dalam laporan keuangan PT. Vale

Indonesia Tbk ialah gabungan dari keseluruhan biaya produksi perusahaan

Pertambangan. Biaya produksi yang dimaksud digunakan untuk memproduksi :

1. Bijih Besih dan Pellet

2. Nikel

3. Mangan dan Campuran Besi

4. Batubara

5. Tembaga

6. Pembuatan Baja

Biaya bahan baku langsung

a. Biaya Bahan Bakar Minyak dan Pelumas.

HSFO dan HSD atau Minyak Diesel, HSFO digunakan untuk

pengoperasian pabrik pengolahan. HSD digunakan untuk pengoperasian armada

tambang dan pembangkit listrik termal.

a. Biaya Bahan Bakar Batubara.

Biaya tenaga kerja langsung

Biaya tenaga kerja langsung dari PT. Vale Indonesia Tbk yaitu:

a. Biaya Karyawan

Biaya overhead pabrik .

A. Bahan Baku tidak langsung

Adapun bahan baku tidak langsung dari PT. Vale Indonesia Tbk, yaitu:

33
1. Depresiasi dan Amortisasi

2. Bahan Pembantu

B. Tenaga Kerja Tidak Langsung.

Adapun tenga kerja tidak langsung dari PT. Vale Indonesia Tbk yaitu:

1. Jasa Kontraktor

C. Biaya Tidak Langsung Lainnya.

1. Pajak dan Asuransi

2. Royalty

3. Persediaan Dalam Proses

4. Lainnya

Secara garis besar dalam bentuk pelaporan, adapun Biaya – Biaya Produksi yang

terdapat pada PT. Vale Indonesia Tbk, antara lain :

1. Bahan Bakar Minyak dan Pelumas

2. Depresiasi dan Amortisasi

3. Bahan Pembantu

4. Biaya Karyawan

5. Jasa Kontraktor

6. Bahan Bakar Batubara

7. Pajak dan Asuransi

8. Royalty

9. Lainnya

10. Persediaan Dalam Proses

34
Tabel 3.1
Data Biaya Produksi Pada PT. Vale Indonesia Tbk
Uraian 2019 2020

Bahan Bakar Minyak dan 146,376 87,932

Pelumas

Depresiasi dan Amortisasi 132,184 148,747

Bahan Pembantu 120,849 128,810

Biaya Karyawan 79,691 74,503

Jasa Kontraktor 92,897 104,008

Bahan Bakar Batubara 44,383 42,144

Pajak dan Asuransi 29,838 31,517

Royalty 15,862 15,505

Lainnya 9,341 7,440

Persediaan Dalam Proses (6,490) 5,959

Jumlah Biaya Produksi 664,931 646,565

Sumber: Http://www.vale.com (2020).

Adapun rumus perhitungan biaya produksi antara lain adalah : (Biaya

Bahan Baku + Biaya Tenaga Kerja Langsung + Biaya Overhead pabrik)

(Witjaksono dan Armanto, 2006).

Berikut adalah perhitungan biaya produksi perusahaan pertambangan

tahun 2019 – 2020 pada PT. Vale Indonesia Tbk.

2019 : (Rp)

35
Tabel 3.2
Perhitungan Biaya Produksi Tahun 2019
Biaya bahan Baku 190,759,000
Biaya Tenaga Kerja Langsung 79,691,000
Biaya Overhead Pabrik 394,481,000
Jumlah Biaya Produksi 664,931,000

2020 : (Rp)

Tabel 3.3
Perhitungan Biaya Produksi Tahun 2020
Biaya Bahan Baku 130,076,000
Biaya Tenaga Kerja Langsung 74,503, 000
Biaya Overhead Pabrik 441,986,000
Jumlah Biaya Produksi 646,565,000

Biaya Pokok Produksi tahun 2020 turun dibanding tahun 2019. Kondisi ini

terutama dipengaruhi oleh turunnya konsumsi dan biaya bahan bakar dan

pelumas.

ANALISA BIAYA PRODUKSI

Biaya Bahan Baku Langsung

1. Bakar Minyak dan Pelumas

Konsumsi bahan bakar tahun 2020 mencapai 14% dari total Beban Pokok

Produksi. Persentase tersebut lebih rendah dibanding tahun 2019 yang mencapai

22% dari total Beban Pokok Produksi. Jenis bahan bakar yang digunakan adalah

HSFO dan High Speed Diesel (“HSD”). Secara keseluruhan jumlah pemakaian

36
bahan bakar tahun 2020 turun dibanding tahun 2019. Hal ini disebabkan

rendahnya penggunaan bahan bakar minyak HSFO dan HSD.

HSFO digunakan untuk pengoperasian pabrik pengolahan. Biaya HSFO

tahun 2020 mencapai 63% dari total biaya bahan bakar, berkurang dibanding

tahun 2019. Penyebabnya konsumsi dan harga HSFO yang lebih rendah. HSD

atau Minyak Diesel digunakan untuk pengoperasian armada tambang dan

pembangkit listrik termal. Biaya pemakaian HSD tahun 2020 berkurang dibanding

tahun 2019 disebabkan konsumsi dan harga HSD yang lebih rendah.

2. Batubara

Batubara digunakan untuk proses pembakaran di tanur pengering dan tanur

pereduksi. Biaya konsumsi batubara tahun 2020 mencapai 6% dari total Beban

Pokok Produksi. Persentase tersebut turun dibanding tahun 2019 sebesar 7% dari

total Beban Pokok Produksi. Hal ini disebabkan harga batubara yang lebih rendah

di tahun 2020 dibandingkan tahun 2019.

Biaya Tenaga Kerja Langsung

1. Gaji Karyawan

Biaya Karyawan menyumbang 12% dari total Beban Pokok Produksi tahun

2020. Persentase tersebut sama dengan tahun 2019 yang mencapai 12% dari total

Beban Pokok Produksi.

Biaya overhead pabrik

1. Bahan Baku tidak langsung

a. Depresiasi dan Amortisasi

37
Depresiasi dan Amortisasi berkontribusi 23% dari total Beban Pokok

Produksi tahun 2020. Persentase tersebut lebih tinggi dibanding tahun 2019

sebesar 20%. Hal ini sejalan dengan penambahan kapitalisasi aset tetap di tahun

2020.

b. Bahan Pembantu

Porsi Biaya Bahan Pembantu mencapai 20% dari total Beban Pokok

Produksi tahun 2020. Persentase tersebut naik dibanding tahun 2019 yang

mencapai 18% dari total Beban Pokok Produksi. Kenaikan bahan pembantu ini

disebabkan oleh lebih tingginya biaya pemeliharaan peralatan pabrik dan

tambang.

2. Tenaga Kerja Tidak Langsung

a. Jasa Kontraktor

Biaya Jasa Kontraktor mencakup 16% dari total Beban Pokok Produksi

tahun 2020. Persentase tersebut lebih tinggi dibanding tahun 2019 yang mencapai

14% dari total Beban Pokok Produksi. Kenaikan ini disebabkan oleh lebih

tingginya biaya pemeliharaan peralatan pabrik dan tambang.

3. Biaya Tidak Langsung Lainnya

a. Pajak dan Asuransi

Biaya Pajak dan Asuransi tahun 2020 mengalami kenaikan dibanding tahun

2019. Biaya Pajak dan asuransi berkontribusi sebesar 5% dari total beban pokok

produksi di tahun 2020, lebih besar dibandingkan tahun 2019 yang mencapai 4%,

terutama dari peningkatan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan dari

peningkatan penggunaan quarry.

38
b. Royalti

Biaya Royalti berkontribusi 2% dari total Beban Pokok Produksi tahun

2020. Persentase tersebut kurang lebih sama dengan Biaya Royalti tahun 2019

yang mencapai 2% dari total Beban Pokok Produksi.

c. Lainnya

Biaya Lainnya tahun 2020 menurun sebesar AS$1,9 juta terutama

disebabkan oleh berkurangnya aktivitas komunitas, sponsorship, dan

aktivitas lainnya selama pandemi COVID-19 di tahun 2020.

39
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari uraian diatas penulis menarik beberapa kesimpulan dan memberikan

beberapasaran atas penelitian yang telah dilakukan di PT. Vale Indonesia Tbk.

Kesimpulan

1. Berdasarkan pengertian dan contoh yang sudah dijabarkan di atas, jelas

bahwa perbedaan dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya

overhead terletak pada peruntukan dari biaya itu sendiri. Biaya bahan baku

dikeluarkan untuk pembelian atau pembuatan bahan baku produksi, biaya

tenaga kerja dikeluarkan untuk gaji tenaga kerja, sedangkan biaya

overhead dikeluarkan untuk biaya-biaya lain yang tidak bersinggungan

langsung dengan proses produksi termasuk biaya yang bersifat tidak

terduga.

2. Pengendalian Produksi sudah berjalan cukup baik. Terlepas dari situasi

COVID-19, Dewan Komisaris menilai Perseroan telah berhasil

mempertahankan kinerja yang baik. Perseroan melanjutkan operasi dengan

aman dan mampu mencapai produksi sedikit lebih tinggi dari tahun 2019.

3. Biaya Produksi yang dikeluarkan PT. Vale Indonesia Tbk pada dasarnya

berpengaruh terhadap jumlah produksi bijih nikel.

40
Saran

Berdasarkan dari pengamatan yang penulis lakukan pada PT. Vale

Indonesia Tbk data yang didapatkan, maka dikemukakan beberapa saran yang

mungkin berguna bagi pihak-pihak yang terkait, yaitu :

1. Pihak perusahaan harus lebih mempertimbangkan biaya-biaya yang akan

dikeluarkan pada masa yang akan datang sehubungan dengan pilihan

alternatif yang akan diputuskan, sehingga kerugian perusahaan akibat

kesalahan keputusan dapat dihindari.

2. Sebaiknya PT. Vale Indonesia Tbk lebih menggolongkan Biaya Produksi

lebih spesifik lagi, sehingga akan lebih mudah untuk mendeteksi dimana

letak penyimpangan yang terjadi pada Realisasi Biaya Produksi.

3. Dengan melihat situasi COVID-19 yang masih terus tersebar diseluruh

dunia sampai saat sekarang ini, sebaiknya PT. Vale Indonesia Tbk lebih

memperketat dan mematuhi protokol kesehatan agar karyawan yang

bekerja tidak terkena virus COVID-19.

41
DAFTAR PUSTAKA

Aripin, E. A. 2019. Biaya Produksi Dan Biaya Operasional Yang Berpengaruh

Terhadap Laba Bersih (Survey Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri

Dasar & Kimia Yang Terdaftar Di BEI Periode 2015-2018) (Doctoral

dissertation, Universitas Komputer Indonesia).

Awaliya, Y. R. 2021. Pengaruh Kinerja Keuangan Berdasarkan Pendekatan

Metode Eva Pada Pt. Vale Indonesia (Doctoral Dissertation, Universitas

Muhammadiyah Palopo).

Bustami, B. dan Nurlela. 2006. Akuntansi Biaya. Edisi Pertama. Graha Ilmu,

Yogyakarta.

Harnanto., 2017. Akuntansi Biaya : Sistem Biaya Historis. Yogyakarta: CV Andi

Offset.

Http://www.vale.com/indonesia/EN/Pages/default.aspx.

Ningsih, W. A. 2017. Analisis Anggaran Biaya Produksi pada PT Perkebunan

Nusantara III (Persero) Medan.

Mulyadi., 2005, Akuntansi Biaya, Aditya Media, Edisi ke-5, Yogyakarta.

Riwayadi, 2014. Akuntansi Biaya : Pendekatan Tradisional dan Kontemporer.

Jakarta: Salemba Empat.

Witjaksono, Armanto, 2006, Akuntansi Biaya, Edisi Pertama, Penerbit Graha

Ilmu, Yogyakarta.

42

Anda mungkin juga menyukai