Nim : 200263
PRODI MANAJEMEN
UNIVERSITAS PRIMAGRAHA
2022
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang Maha Pemurah dan lagi
Maha Penyayang, puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta'ala, yang
telah melimpahkan Hidayah, Inayah dan Rahmat-Nya sehingga saya mampu menyelesaikan
penyusunan makalah mini penelitian Pendidikan Anti Korupsi dengan judul "Analisis Kasus
Korupsi Asabri" tepat pada waktunya.
Tetapi tidak lepas dari semua itu, saya sadar sepenuhnya bahwa dalam makalah ini
masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa serta aspek-aspek
lainnya. Maka dari itu, dengan senang hati saya menginzinkan untuk para pembaca yang
ingin memberikan kritik ataupun sarannya demi penyempurnaan makalah ini.
Nadratul Uyun
Penyusun
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Kasus PT Asabri ini berawal ada tahun 2012 sampai 2019 Direktur Utama, Direktur
Investasi dan Keuangan, serta Kadiv Investasi PT. Asabri bersama-sama telah melakukan
kesepakatan dengan pihak di luar PT Asabri yang bukan merupakan konsultan investasi
ataupun MI (Manajer Investasi) yaitu HH, BTS, dan LP, untuk membeli atau menukar
saham dalam portofolio PT. Asabri dengan saham-saham milik HH, BTS, dan LP dengan
harga yang telah dimanipulasi menjadi tinggi, dengan tujuan agar kinerja portofolio PT.
Asabri terlihat seolah-olah baik.
Jadi singkatnya dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2019 seluruh kegiatan
investasi di PT Asabri tidak dikendalikan oleh PT Asabri, namun seluruhnya dikendalikan
oleh HH, BTS dan LP.
PEMBAHASAN
Jaksa Penuntut Umum (JPU) tindak pidana korupsi PT Asabri telah melakukan
pembacaan tuntutan terhadap terdakwa Heru Hidayat, Senin (6/12) malam. Adapun, JPU
menuntut terdakwa untuk mendapat hukuman mati.
Pakar hukum perbankan sekaligus bekas Kepala Pusat pelaporan dan Analisis
Transaksi Keuangan (PPATK) Yunus Husein pun mengatakan bahwa sejatinya terdakwa
Heru memang bisa dikenakan pasal 2 ayat (2) UU Tipikor sehingga bisa mendapat tuntutan
pidana mati.
Dalam hal ini, Yunus menyebut terdakwa Heru ini memenuhi syarat “Keadaan
Tertentu” terkait pengulangan tindak pidana korupsi. Mengingat, Heru sebelumnya telah
divonis seumur hidup dalam kasus korupsi di Jiwasraya. “Mungkin yang mendekati itu ada
pengulangan tindak pidana korupsi, kemarin Jiwasraya sekarang Asabri,” ujar Yunus kepada
KONTAN, Selasa (7/12). Namun, Yunus juga bilang bahwa sejatinya tuntutan tersebut harus
sesuai dakwaan yang diberikan sebelumnya. Hal ini mengingat terdakwa Heru didakwa
dengan Pasal 2 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Tindak Pidana
Korupsi sebagaimana diubah dalam UU Nomor 20 Tahun 2001.
Sebenarnya memang harus ada dasarnya. Tapi kadang-kadang hakim bisa juga nanti
memutus misalnya nanti diminta seumur hidup tapi yang ada jadi hukuman mati menjadi
lebih berat. Tapi kalau untuk hukuman mati jarang seperti itu, ujar Yunus.
Terlepas dari itu semua, Yunus pun mengingatkan bahwa seharusnya ke depan jaksa
bisa lebih konsisten dalam memberikan tuntutan terlebih terkait hukuman mati. Menurutnya,
saat ini jaksa terlihat belum konsisten memberi hukuman mati dengan mencontohkan kasus
lain yang sejatinya memenuhi keadaan tertentu di pasal 2 ayat (2) namun tidak diberikan.
Pengadilan Negeri (PN) Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) menggelar sidang vonis
enam terdakwa perkara Korupsi pengelolaan dana PT. Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata
Republik Indonesia (Asabri) Persero. Sidang diagendakan pukul 10.00 Wib, namun hingga
pukul 12.00 Wib sidang belum juga dimulai.
Enam orang terdakwa yang akan menjalani vonis yaitu pertama, Direktur Utama
(Dirut) PT Asabri Maret 2016-Juli 2020 Letjen Purn Sonny Widjaja dituntut 10 tahun penjara
ditambah denda Rp750 juta subsider 6 bulan kurungan.
Sonny Widjaja juga dibebankan untuk membayarkan uang pengganti sebesar Rp64,5 miliar
yang bila tidak dibayar harta bendanya akan disita dan bila tidak mencukupi akan dipidana
dengan penjara 5 tahun.
Kedua, Dirut PT Asabri 2012-Maret 2016 Mayjen Purn Adam Rachmat Damiri yang dituntut
hukuman 10 tahun penjara ditambah denda Rp750 juta subsider 6 bulan kurungan.
Adam Rachmat Damiri juga dituntut untuk membayar uang pengganti sebesar Rp17,972
miliar yang bila tidak dibayar harta bendanya akan disita dan bila tidak mencukupi akan
dipidana dengan penjara 5 tahun.
Ketiga, Direktur Investasi dan Keuangan PT. Asabri 2012 - Juni 2014 Bachtiar Effendi
dituntut 12 tahun penjara ditambah denda Rp750 juta subsider 6 bulan kurungan.
Bachtiar Effendi juga dituntut untuk membayar uang pengganti sebesar Rp453,783 juta yang
bila tidak dibayar harta bendanya akan disita dan bila tidak mencukupi akan dipidana dengan
penjara selama 6 tahun.
Keempat, Dirut PT Eureka Prima Jakarta Tbk (LCGP) Lukman Purnomosidi dituntut 13
tahun penjara ditambah denda Rp750 juta subsider 6 bulan kurungan.
Lukman Purnomosidi juga dituntut membayar uang pengganti sebesar Rp1,341 triliun yang
bila tidak dibayar harta bendanya akan disita dan bila tidak mencukupi akan dipidana dengan
penjara selama 6,5 tahun.
Kelima, Direktur Investasi dan Keuangan PT Asabri Juli 2014-Agustus 2019 Hari Setianto
dituntut 14 tahun penjara ditambah denda Rp750 juta subsider 6 bulan kurungan.
Hari Setianto juga dituntut untuk membayar uang pengganti senilai Rp873 juta yang bila
tidak dibayar harta bendanya akan disita dan bila tidak mencukupi akan dipidana dengan
penjara selama 7 tahun.
Keenam, Direktur PT Jakarta Emiten Investor Relation Jimmy Sutopo dituntut 15 tahun
penjara ditambah denda Rp750 juta subsider 6 bulan kurungan.
Jimmy Sutopo dituntut untuk membayar uang pengganti senilai Rp314,8 miliar yang bila
tidak dibayar harta bendanya akan disita dan bila tidak mencukupi akan dipidana dengan
penjara selama 7,5 tahun.
Sonny Widjaja, Adam Rachmat Damiri, Bachtiar Effendi, Lukman Purnomosidi, Hari
Setianto dituntut berdasarkan dakwaan pertama yaitu pasal 2 ayat (1) atau pasal 18 UU No.
31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 20 Tahun 2001 tentang Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.
Sedangkan Jimmy Sutopo dituntut berdasarkan dakwaan korupsi dan tindak pidana pencucian
uang yaitu Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 18 UU No. 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah
dengan UU No. 20 Tahun 2001 tentang Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo.
Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP dan tindak pidana pencucian uang dari Pasal 3 UU RI No. 8
Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.
Masih ada dua terdakwa lain dalam perkara ini yaitu Presiden Komisaris PT Trada
Alam Minera Heru Hidayat yang dituntut hukuman mati dan uang pengganti Rp12,6 triliun.
Heru Hidayat, dituntut hukuman mati dan denda uang pengganti kerugian negara Rp 12,6
triliun. Para terdakwa yang sudah dituntut tersebut tinggal menunggu vonis hakim yang
dijadwalkan pada 4 dan 18 Januari 2022 mendatang. Adapun untuk terdakwa Benny Tjokro,
persidangannya masih pemeriksaan saksi-saksi.
Dalam surat dakwaan terhadap Heru Hidyat dalam kasus Asabri, JPU tidak
memasukkan Pasal 2 ayat (2) UU Tipikor yang mengatur ancaman pidana mati bagi
terdakwa. Dalam penjelasan Pasal tersebut dikatakan bahwa pidana mati diberikan jika
korupsi dalam kondisi tertentu, yakni bencana nasional, krisis moneter dan pengulangan
tindak pidana.
Menanggapi hal tersebut, Pakar hukum pidana Universitas Trisakti, Abdul Fickar Hadjar
mengatakan bahwa wacana tersebut bagus sebagai bukti upaya serius dalam penegakan
hukum tindak pidana korupsi (tipikor). “Saya kira wacana yang bagus dari Jaksa Agung
karena penegakan hukum tipikor sepertinya berjalan rutin tanpa usaha usaha serius
memberantas korupsi,” katanya kepada Bisnis, Sabtu (30/10/2021). Menurutnya, proses
peradilan tipikor berjalan rutin seperti biasa saja, termasuk fungsi kejaksaan sebagai penuntut
umum, tanpa upaya serius untuk memberantas korupsi.
Kerugian Keuangan Negara yang dihitung oleh BPK dan untuk sementara lebih dari Rp 23
triliun. Sementara pasal sangkaan yang diterapkan terhadap para tersangka yakni Primair
Pasal 2 ayat (1) juncto Pasal 18 UU 31/1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan UU 20/2001 tentang Perubahan atas UU
31/1999 tentang Pemberantasan Tindak pidana Korupsi juncto Pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHP.
Kemudian sangkaan subsidair Pasal 3 juncto Pasal 18 UU 31/1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan UU 20/2001 tentang
Perubahan atas UU 31/1999 tentang Pemberantasan Tindak pidana Korupsi juncto Pasal 55
ayat (1) ke 1 KUHP.
Majelis hakim belum menjatuhkan vonis kepada terdakwa Heru Hidayat yang
merupakan presiden komisaris PT Trada alam minera karena nanti putusan dari pengadilan
atau majelis hakim baru akan dimulai sidang pada pukul 1 siang, dari yang sebelumnya
direncanakan pada pukul 10 pagi. Memang menarik sekali untuk kita simak apa vonis ya
nanti akan dijatuhkan oleh majelis hakim kepada terdakwa Heru Hidayat karena jaksa
penuntut umum sebelumnya menuntut terdakwa dengan hukuman mati dan uang pengganti
12,6 triliun rupiah, 12,6 triliun rupia inilah uang pengganti yang ditutup jaksa penuntut umum
agar terdakwa membayarnya karena dari keuntungan Heru Hidayat bersama-sama dengan
pihak-pihak lainnya termasuk dari mantan direktur utama PT Asabri melakukan tindak
pidana korupsi dari situlah kerugian negara 22,7 triliun rupiah 12,6 triliun rupiah yang masuk
ke kantong terdakwa Heru Hidayat Pertimbangan lain dari jaksa penuntut umum melakukan
juga vonis hukuman atau menuntut hukuman mati bagi seorang terdakwa adalah yang
pertama dari 12,6 triliun rupiah yang merupakan uang pengganti Heru dinilai tidak ada niat
tidak ada itikad baik untuk memberikan uang keuntungan yang didapatkan Heru secara
sukarela yang kedua adalah jaksa penuntut umum menilai bahwa Heru Hidayat ini tidak
menunjukkan bahwa ia sadar bahwa apa yang dilakukan terdakwa ini salah makanya ia tidak
sadar apa yang dilakukan Heru atau ia sadar ketika ia tidak sadar apa yang dilakukannya ini
adalah mencederai moral dan juga etika makan di situ jaksa penuntut umum menilai bahwa
tidak ada itikad baik yang diberikan Heru Hidayat sebagai terdakwa melakukan kasus korupsi
termasuk dengan juga tindak pidana pencucian uang
Selain itu ia juga memberatkan bagi seorang Heru Hidayat dalam tuntutan jaksa
penuntut umum adalah ternyata Heru Hidayat ini juga ada juga saudara bukanlah terdakwa
dalam kasus korupsi mega proyek yang membelit Yadi kasus PT Asabri tetapi juga
sebelumnya ia juga terlibat dalam tindak pidana korupsi dengan mega proyek yang lainnya di
kasus Jiwasraya yang vonis yang dijatuhkan oleh majelis hakim yakni penjara seumur hidup
hal-hal yang memberatkan itulah sehingga akhirnya pada saat awal tuntutan jaksa penuntut
umum menghubungkan bahwa menginginkan seorang Heru Hidayat ini divonis atau dihukum
untuk hukuman mati nah kalau kita melihat sebelumnya dari undang-undang tentang tindak
pidana korupsi yang sudah diatur bahwa seseorang bisa dilakukan hukuman mati dengan
beberapa kriteria kriteria tertentu seperti misalnya ia melakukan tindak pidana korupsi yang
merugikan ekonomi negara sehingga membuat krisis dan juga bencana alam nah tapi akankah
dalam 2 Mega korupsi yang dilakukan oleh seorang Heru Hidayat baik yang melakukan
korupsi nya di Asabri dan Jiwasraya akan membawa seorang Heru Hidayat menghadapi vonis
hukuman mati kita akan lihat nanti pada pukul 1 siang apa kondisi akan dijatuhkan oleh
majelis hakim.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pemeriksaan investigasi dalam rangka PKN ini dimaksudkan untuk memperjelas
berkurangnya uang negara yang diakibatkan adanya perbuatan melawan hukum oleh
pihak-pihak terkait.
"Jadi apabila ada kerugian negara berarti ada perbuatan melawan hukum. Jadi bukan
hanya uang hilang tetapi ada perbuatan melawan hukum yang menjadi penyebab tindak
pidana tersebut," kata Agung.
Sementara itu, Jaksa Agung Burhanuddin menyebutkan nominal kerugian negara yang
disampaikan oleh BPK ada pergeseran dari perhitungan awal yang pernah disampaikan,
yakni Rp23,73 triliun.
"Hari ini Kejagung mendapat kunjungan Ketua BPK dengan acara tunggal penyampaian
hasil perhitungan kerugian negara perkara Asabri yang faktanya 27 Mei kami sudah
terima bukti kerugian. Kerugian disampaikan Rp 22,78 triliun, ada sedikit pergeseran
dari perkiraan dan perhitungan awal," kata Burhanuddin.
Penyidik Kejagung telah menetapkan sembilan tersangka dalam kasus Asabri, yakni
Dirut PT Asabri periode 2011 sampai Maret 2016 Mayjen Purn. Adam Rachmat Damiri,
Dirut PT Asabri periode Maret 2016 Juli 2020 Letjen Purn. Sonny Widjaja, Direktur
Keuangan PT Asabri periode Oktober 2008 Juni 2014 Bachtiar Effendi, serta Direktur
PT Asabri periode 2013—2014 dan 2015—2019 Hari Setiono.
Selain itu, Kejaksaan Agung telah menyematkan pasal tindak pidana pencucian uang
(TPPU) terhadap tiga tersangka, yakni Benny Tjockrosaputro, Heru Hidayat, dan Jimmy
Sutopo. ■[HNIF]
DAFTAR PUSTAKA
Widiyanti, Ika. 2014. Administrasi Perkantoran 1 Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen
SMK Kelas X. Surabaya : Yudhistira.
https://portal-ilmu.com/tugas-supervisor-atau-penyelia-dalam-struktur-organisasi-perusahaan/
http://www.kajianpustaka.com/2013/09/pengertian-dan-fungsi-komunikasi-