Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

EKONOMI DAN LEMBAGA ISLAM


“PERKEMBANGAN SISTEM PERBANKAN SYARIAH DAN
PRINSIP-PRISIP DASAR PERBANKAN SYARIAH”

Dosen Pengampu :
Asmariah, S.PD, M.H

Disusun Oleh kelompok 3 :


1. Dila Nurkholifah (200508)
2. Muhammad Wahyu (200212)
3. Nadratul Uyun (200263)
4. Nurul Falah (200293)
5. Nuryati (200296)
6. Rahmawati (200313)
Prodi/Kelas : Manajemen R2

POGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI BISNIS UNIVERSITAS PRIMAGRAHA
2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami panjatkan puji syukur kepada Allah SWT. Karena telah
memberikan rahmat serta hidayat-Nya sehingga kami tim penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik yang berjudul. “Analisis Kasus Korupsi Asabri Heru Hidayat”.
Makalah ini disusun untuk menyelesaikan tugas dalam mata pembelajaran Pendidikan Anti
Korupsi.
Saya menyadari bahwa tanpa bantuan, bimbingan serta dukungan dari berbagai
pihak, penyelesaian makalah ini tidak mungkin dapat terwujud. Pada kesempatan ini saya
menyampaikan rasa terima kasih yang tulus kepada Ibu Asmariah, S.PD, M.H yang telah
membimbing kami dalam tahap penyelesaian makalah ini.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, karena
keterbatasan ilmu dan kendala-kendala lain yang terjadi selama pengerjaan makalah ini. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang membangun mengenai makalah ini diharapkan oleh saya.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Serang, 15 Januari 2022

Nuryati

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................... i
DAFTAR ISI …......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang …........................................................................................................ 1
Perumusan Masalah ..................................................................................................... 2
Tujuan Penulisan ......................................................................................................... 2
BAB II ISI PEMBAHASAN
Pengertian Bank Syariah ............................................................................................. 3
Yang terjadi ................................................................................................................ 4
Cara mencegah ............................................................................................................. 5
BAB III PENUTUP
Kesimpulan dan Saran ................................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

Bank syariah sering dianggap tidak berbeda dengan bank nonsyariah. Secara lahiriah
perbedaanya hanya pada tampilan para pegawainya yang berjilbab, berbaju koko, ber-?
assalamu?alaikum? dalam menyambut nasabah, dan berpenampilan lain yang dianggap
syariah. Mendefinisikan bank syariah hanya dari tampilan lahiriah tentu bukan definisi yang
tepat. Penggunaan kata ?syariah? dimaksudkan untuk memberikan sifat bank bersangkutan
yang mengoperasikan kegiatan perbankannya sesuai dengan nilai-nilai syariah. Nilai-nilai
syariah diimplementasikan dalam menentukan jenis product, menyusun akad kredit,
menyalurkan kredit ke nasabah, penghitungan reward nasabah, pelayanan nasabah, dan
kegiatan operasional lainnya.
Peranan penting dunia perbankan (termasuk bank syariah) dalam perkembangan
ekonomi dunia sudah sangat dipahami oleh masyarakat. Perbankan memiliki kontribusi besar
berupa pengumpulan dana masyarakat yang idle (menganggur). Masyarakat pemilik dana
tersebut menabung di bank dan selanjutnya bank menyalurkannya kepada dunia usaha
(investor) sehingga perekonomian dapat berputar dan mengalami kemajuan dari waktu ke
waktu. Peran perbankan sendiri juga mengalami perkembangan seiring dengan tuntutan dunia
usaha dan kemajuan ekonomi. Dunia perbankan dewasa ini juga berperan dalam melakukan
penjaminan, penyimpanan barang berharga (safety box), dan regulasi perputaran uang.
Pada awal kemunculannya, bank dioperasikan dengan sistem bunga. Hal ini tidak lepas
dari kemudahannya dalam menentukan kompensasi/reward kepada para penabung. Sistem ini
juga relatif mudah dalam menentukan beban yang harus dibayar oleh para debitur yang
meminjam uang ke bank. Di samping adanya kemudahan, sistem bunga juga memiliki
kelemahan yang mulai disadari oleh para pakar dan pelaku ekonomi.
Joseph E. Stiglitz, penerima nobel bidang ekonomi pada tahun 2001 menyatakan perlu
adanya paradigma baru dalam pengelolaan ekonomi moneter. Dia juga mengakui bahwa
pandangan-pandangannya mengenai perbankan banyak didasarkan pada perbankan
syariah[1]. Pengakuan penerima nobel ekonomi ini tentu menarik perhatian para ekonom.
Stiglitz yang ilmuwan barat ternyata memiliki pandangan yang mirip, bahkan sama, dengan
yang diajarkan dalam syariah Islam (Alquran dan Hadits). Sistem perbankan syariah
menawarkan sistem yang berbeda dengan sistem bunga. Tulisan ini akan membahas sistem
perbankan Islam ini dari sisi konsep dasar atau filosofinya.

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Bank Syariah
Secara umum pengertian Bank Islam (Islamic Bank) adalah bank yang
pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat Islam. Saat ini banyak istilah yang
diberikan untuk menyebut entitas Bank Islam selain istilah Bank Islam itu sendiri, yakni
Bank Tanpa Bunga (Interest-Free Bank), Bank Tanpa Riba (Lariba Bank), dan Bank
Syari’ah (Shari’a Bank).
Bank islam adalah lembaga keuangan/ perbankan yang operasional dan produknya
dikembangkan berlandaskan Al-quran dan Hadits Nabi Saw. Dengan kata lain, bank
islam adalah lembaga keuangan yang usaha pokonya memberikan pembiayaan dan jasa-
jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya
disesuaikan dengan prinsip syariat islam. Antonio dan perwata admadja membedakannya
menjadi dua pengertian yaitu bank islam dan bank yang beroperasi dengan prinsip syariat
islam adalah :
1) Bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip islam.

2) Bank yang tata cara beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al-


quran dan Hadits.

Sementara bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip syariah islamadalah bank yang
dalam operasinya itu mengikuti ketentuan-ketentuan syariatislam, khususnya yang
menyangkut tata cara bermuamalah secara islam.Dikatakan lebih lanjut, dalam tata cara
bermuamalah itu mengikuti ketentuan-ketentuan syariat islam khususnya yang
menyangkut tata cara bermuamalahitu harus diauhi oleh hal-hal dan praktek-praktek
yang dikhawatirkanmengandung unsur riba untuk di isi dengan kegiatan-kegiatan
investasi atasdasar bagi hasil dan pembiayaan perdagangan.Dalam UU No.21 tahun 2008
mengenai Perbankan Syariahmengemukakan pengertian perbankan syariah dan
pengertian bank syariah.Perbankan Syariah yaitu segala sesuatu yang menyangkut bank
syariah dan unit usaha syariah, mencakup kelembagaan, mencakup kegiatan usaha,
sertatata cara dan proses di dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Bank Syariahadalah
bank yang menjalankan kegiatan usahanya dengan didasarkan padaprisnsip syariah dan
menurut jenisnya bank syariah terdiri dari BUS (BankUmum Syariah), UUS (Unit Usaha
Syariah) dan BPRS (Bank Pembiayaan Rakyat Syariah).

5
B. Berdirinya Bank Syariah di Indonesia
Pada umumnya yang dimaksud dengan Bank syariah adalah lembagakeuangan yang
usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalamlaulu lintas pembayaran serta
peredaran uang yang beroperasi disesuaikandengan prinsip-prinsip syariah. Oleh karena
itu, usaha bank akan selaluberkaitan dengan masalah uang yang merupakan barang
dagangan utamanya. kegiatan dan usaha bank akan slalu berkaitan dengan komoditas
antara lain :
1) Pemindahan uang
2) Menerima dan pembayaran kembali uang dalam rekenig koran.
3) Mendiskonto surat wesel, surat order maupun surat-surat berhargalainnya
4) Membeli dan menjual surat-surat berharga.
5) Membeli dan menjual cek wesel,surat wesel,kertas dagang
6) Memberi kredit
7) Memberi jaminan kredit

Gagasan untuk mendirikan bank syariah di indonesia sebenarnya sudahmuncul


sejak pertengahan tahun 1970an. Ini dibicarakan pada seminarnasional hubungan
indonesia timur tengah pada 1974 dan pada tahun 1975 dalam seminar internasional yang
diselenggarakan oleh lembaga studi ilmu-ilmu kemasyarakatan (LSIK) dan yayasan
Bhiineka Tunggal Ika. Namun adabeberapa alasan yang menghambat terealisasinya ide
ini.
1) Opersi bank syariah yang menerapkan prinsip bagi hasil belum diatur, dan karena
itu tidak sejalan dengan UU pokok perbankanyang berlaku yakni UU No.14/1957.
2) Konsep bank syariah dari segi politis berkonotasi ideologis, merupakan bagian
dari atau berkaitan dengan konsep negara Islam, dan karena itu tidak dikehendaki
pemerintah.
3) Masih dipertanyakan, siapa yang bersedia menaruh modal dalam ventura
semacam itu, sementara pendirian bank baru dari Timur Tengah masih dicegah,
antara lain pembatasan bank asing yang ingin membuka kantornya di Indonesia.

Akhirnya gagasan mengenai bank syariah itu muncul lagi sejak tahun 1988, di saat
pemerintah mengeluarkan Paket Kebijakan Oktober (Pakto) yang berisi liberalisasi
industri perbankan. Para ulama pada waktu itu berusaha untuk mendirikan bank bebas
bunga, tapi tidak ada satupun perangkat hukum yang dapat dirujuk, kecuali bahwa
perbankan dapat saja menetapkan bunga sebesar 0%. Setelah adanya rekomendasi dari
lokakarya ulama tentang bunga bank dan perbankan di Cisarua, Bogor tanggal 19-22

6
Agustus 1990, yang kemudian dibahas lebih mendalam pada Musyawarah Nasional
(Munas) IV Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang berlangsung di Hotel Sahid Jaya,
Jakarta, 22-25 Agustus 1990, dibentuklah kelompok kerja untuk mendirikan bank syariah
di Indonesia.

C. Perkembangan bank syariah di Indonesia


Di indonesia bank syariah yang pertama didirikan pada tahun 1991adalah bank
muamalat Indonesia ( BMI). Meskipun perkembangannyaagak terlambat bila
dibandingkan dengan negara-negara Muslim lainnya,perbankan syariah di Indonesia akan
terus berkembang. Bila pada periodetahun 1991-1998 hanya ada satu satuan bank syariah,
maka pada tahun 2005, jumlah bank syariah di Indonesia telah bertambah menjadi 20
satuan, yaitu 3 bank umum syariah dan 17 satuan usaha syariah. Sementara itu, jumlah
perkreditan rakyat syariah ( BPRS) hingga akhir 2004 bertambah menjad i88
buah.Berdasarkan data bank Indonesia, prospek perbankan syariah padatahun 2005
diperkirakan cukup baik. industri perbankan syariah di prediksi masih akan berkembang
dengan tingkat pertumbuhan yang cukup tinggi.Jika pada posisi November 2004, volume
usaha perbankan syariah telah mencapai 14,0 triliun rupiah, dengan tingkat pertumbuhan
yang terjadi pada tahun 2004 sebesar 88,6 %, volume usaha perbankan syariah di
akhirtahun 2005 diperkirakan akan mencapai sekitar 24 triliun rupiah. Dengan volume
tersebut, diperkirakan industri perbankan akan mencapai luas sebesar 1,8 % dari industri
perbankan nasional sebesar1,1% pada akhir tahun 2004. pertumbuhan volume usaha
perbankan syariah tersebut ditopang oleh rencana pembukaan satuan usaha syariah yang
baru dan pembukaan jaringan kantor yang lebih luas. Dan pesta ketiga (DPK) diperkirakan
akan mencapai jumlah 20 triliun rupiah dengan jumlah pembiayaan sekitar 21 triliun
rupiah di akhir tahun 2005.
Sementara itu, penelitian yang dilkukan oleh karin Bisnis Konsultasi pada tahun 2005
menujukkan bahwa total satu set bank syariah di Indonesia diperkirakan akan lebih besar
lebih dari apa yang untuk akanmencapai antara 1,92% sampai 2,31% dari industri
perbankan nasional.Model ini dikembangkan dengan pendekatan rasional harapan atau
dengan manfaatkan semua relevan informasi tersedia dan mensimulasikan proyeksi
pertumbuhan satu set masing-masing BUS/UUS(organik) dan proyeksi BUS/UUS baru
(non-organik) yang kemudian lahir agregasi pertumbuhan.
Hingga sekarang jumlah bank syariah Indonesia saat ini membuka kembali sekitar
200 bank syariah, kipra bank syariah di Indonesia sudah masuk dekade ke 3. sejak pertama
7
kali dirintis pada tahun 1992 olehbank muamalat Indonesia (BMI), bank syariah lainnya
permainan kata-kata bermunculan.hal ini tidak terlepas dari adanya prospek yang cerah
direktur keuangansyariah di Indonesia. apa lagi pada tahun 2008 lahir undang-undang
nomor 21 tentang perbankan syariah. Undang-undang ini menjadi payunghukum serta
bukti pengakuan akan kehaddiran perbankan syariah diIndonesia. Hingga April 2016
jumlah bank syariah di Indonesia membuka kembali199 bank syariah yang terdiri dari 12
bank umum syariah (BIS), 22 satuanusaha syariah (UUS), dan 165 Bank pembiayaan
rakyat syariah (BPRS).berikut daftar lengkap bank syariah (BUS,UUS dan BPRS)
yangberoperasi di di Indonesia hingga tahun 2016.
Selain itu ada juga beberapa faktor pendukung dan beberapa tantangan yang dihadapi
dalam mengembangkan perbankan syariah di Indonesia, diantaranya adalah sebagai
berikut:

1) Faktor pendukung perkembangan perbankan syariah.


Terdapat beberapa faktor yang secara signifikan menjadi pendorong peningkatan
kinerja industri perbankan syariah, baik dalam kegiatan penghimpunan dana maupun
penyaluran pembiayaan.

a. Ekspansi jaringan kantor perbankan syariah mengingat kedekatan kantor dan


kemudahan akses menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi pilihan nasabah
dalam membuka rekening di bank syariah.

b. Gencarnya program edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat mengenai produk


dan layanan perbankan syariah semakin meningkatkan kesadaran dan minat
masyarakat.

c. Upaya peningkatan kualitas layanan (service excellent) perbankan syariah agar dapat
disejajarkan dengan layanan perbankan konvensional. Salah satunya adalah
pemanfaatan akses teknologi informasi, seperti layanan Anjungan Tunai Mandiri
(ATM), mobile banking maupun internet banking. Untuk mendukung hal ini, secara
khusus Bank Indonesia mendorong bank konvensional yang menjadi induk bank
syariah agar mendorong pengembangan jaringan teknologi informasi bagi BUS dan
UUS yang menjadi anak usahanya.

d. Pengesahan beberapa produk perundangan yang memberikan kepastian hukum dan


meningkatkan aktivitas pasar keuangan syariah, seperti: (i) UU No. 21 tahun 2008
tentang Perbankan Syariah; (ii) UU No. 19 tahun 2008 tentang Surat Berharga
Syariah Negara (sukuk); dan (iii) UU No. 42 tahun 2009 tentang Amandemen
Ketiga UU No. 8 tahun 1983 tentang PPN Barang dan Jasa. Lahirnya UU Perbankan
Syariah mendorong peningkatan jumlah BUS dari sebanyak 5 BUS menjadi 11 BUS
dalam kurun waktu kurang dari dua tahun (2009-2010).

8
2) Tantangan pengembangan
Perbankan syariah Di tengah perkembangan industri perbankan syariah yang
pesat tersebut, perlu disadari masih adanya beberapa tantangan yang harus
diselesaikan agar perbankan syariah dapat meningkatkan kualitas pertumbuhannya
dan mempertahankan akselerasinya secara berkesinambungan. Tantangan yang harus
diselesaikan perbankan syariah di Indonesia antara lain sebagai berikut:

a. Pemenuhan gap sumber daya insani (SDI), baik secara kuantitas maupun kualitas.
Ekspansi perbankan syariah yang tinggi ternyata tidak diikuti oleh penyediaan SDI
secara memadai sehingga secara akumulasi diperkirakan menimbulkan gap
mencapai 20.000 orang. Hal ini dikarenakan masih sedikitnya lembaga pendidikan
(khususnya perguruan tinggi) yang membuka program studi keuangan syariah.
Selain itu, kurikulum pendidikan maupun materi pelatihan di bidang keuangan
syariah juga belum terstandarisasi dengan baik untuk mempertahankan kualitas
lulusannya. Untuk mengatasi kesenjangan tersebut, diperlukan suatu terobosan, yang
mungkin dapat dilakukan oleh lembaga-lembaga pendidikan dan perguruan tinggi
yang dapat mengahasilkan SDI dalam jumlah yang besar.

b. Inovasi pengembangan produk dan layanan perbankan syariah yang kompetitif dan
berbasis kekhususan kebutuhan masyarakat. Kompetisi di industri perbankan sudah
sangat ketat sehingga bank syariah tidak dapat lagi sekedar mengandalkan produk-
produk standar untuk menarik nasabah. Pengembangan produk dan layanan
perbankan syariah tidak boleh hanya sekedar ‘mengimitasi’ produk perbankan
konvensional. Bank syariah harus berinovasi untuk menciptakan produk dan layanan
yang mengedepankan uniqueness dari prinsip syariah dan kebutuhan nyata dari
masyarakat. Namun disadari bahwa lifecycle dari suatu inovasi produk dan layanan
perbankan syariah sangat pendek karena dengan mudah dan segera dapat ditiru oleh
bank-bank lainnya sehingga mengurangi minat bank untuk berinovasi. Untuk itu,
perlu dibentuk semacam working group yang beranggotakan praktisi perbankan
syariah untuk memikirkan secara bersamasama inovasi produk yang dapat
dikembangkan.

c. Kelangsungan program sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat. Kegiatan untuk


menggugah ketertarikan dan minat masyarakat untuk memanfaatkan produk dan
layanan perbankan syariah harus terus dilakukan. Namun disadari bahwa kegiatan
ini merupakan cost center bagi bank syariah. Selama ini kegiatan sosialisasi dan
edukasi perbankan syariah didukung oleh Bank Indonesia melalui program ‘iB
Campaign’ baik melalui media masa (iklan layanan masyarakat), syariah expo
penyelenggaraan workshop/seminar, dsb. Peran Bank Indonesia dalam hal ini akan
berkurang seiring dengan pengalihan kewenangan pengaturan dan pengawasan
sektor perbankan (termasuk perbankan syariah) kepada Otoritas Jasa Keuangan
(OJK).

D. Prinsip Dasar Bank Syariah

9
Bank syariah memiliki perbedaan yang mendasar apabila dibandingkan dengan bank
nonsyariah (bank yang beroperasi dengan sistem bunga). Pada dasarnya, segala dunia
usaha, termasuk perbankan Islam, bertujuan untuk menciptakan keuntungan (profit
oriented). Namun, guna menghasilkan keuntungan tersebut terdapat beberapa hal yang
harus dihindari oleh bank syariah karena bertentangan dengan syariat Islam. Salah satunya
adalah bunga bank yang dalam istilah Islam disebut dengan riba.

Hal ini didasarkan pada firman Allah swt yang menyebutkan bahwa ?Allah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba?.[2] Di samping riba, semua transaksi
dalam perbankan syariah juga harus sesuai dengan syariat Islam yang antara lain
menghindari transaksi yang mengandung unsur haram, perjudian/spekulasi (???? maisir),
serta ketidakjelasan/manipulatif (gharar).
Apabila dibandingkan dengan bank nonsyariah, bank syariah memiliki perbedaan
yang sangat mencolok. Perbedaan-perbedaan tersebut dapat dilihat dari berbagai hal di
bawah ini:
1) Bank syariah tidak menerapkan sistem bunga, tetapi sistem loss and profit sharing.
Dengan prinsip ini, maka bank syariah tidak menetapkan tingkat bunga tertentu bagi
para penabung dan para debitur. Hal ini merupakan perbedaan utama antara bank
syariah dan bank nonsyariah. Sistem loss and profit sharing relatif lebih rumit apabila
dibandingkan dengan sistem bunga. Dengan sistem ini, masyarakat nasabah seolah
berada dalam ketidakpastian terhadap keuntungan yang akan diperoleh apabila
mereka menabung di bank syariah. Demikian juga para debitur, tidak mendapatkan
beban bunga dengan nilai nominal yang tetap apabila mereka mengambil kredit atau
pinjaman pada bank syariah.

2) Bank syariah lebih menekankan pada pengembangan sektor riel. Karena


diharamkannya bunga, maka bank syariah mencari strategi lain untuk menghasilkan
keuntungan. Strategi ini dapat berupa pengembangan sektor riel untuk dibiayainya
ataupun jual beli dalam pemenuhan kebutuhan konsumsi nasabah. Penekanan bank
syariah pada investasi sektor riel ini berdampak sangat positif bagi pertumbuhan
ekonomi masyarakat pada umumnya. Masyarakat nasabah tidak dididik untuk
konsumtif, tetapi lebih dididik untuk mengembangkan usaha sektor riel yang
dijalankannya.

3) Bank syariah hanya bersedia membiayai investasi yang halal. Bank syariah lebih
selektif dalam memiliki investasi yang akan dibiayainya. Faktor yang menjadi ukuran
untuk dapat dibiayai oleh bank syariah bukan hanya faktor keuntungan, tetapi juga
faktor kehalalan bidang usaha yang akan dibiayai. Bidang usaha yang haram,
misalnya usaha perjudian dan prostitusi, tidak akan dapat dibiayai dari bank syariah.
Sekalipun bidang usaha tersebut sangat menguntungkan, bank syariah tetap tidak mau

10
membiayainya. Hal ini berbeda dengan bank nonsyariah yang tidak memedulikan
mengenai halal-tidaknya bidang usaha yang akan dibiayainya.

4) Bank syariah tidak hanya profit oriented, tetapi juga berorientasi pada falah,
sedangkan bank nonsyariah hanya berorientasi pada keuntungan. Falah memiliki
cakupan yang sangat luas, yakni kebaikan hidup di dunia dan akhirat. Bahkan,
kebaikan hidup tersebut bukan hanya untuk bank syariah bersangkutan, tetapi juga
bagi nasabahnya. Orientasi pada falah ini pada akhirnya menuntun bank syariah untuk
peduli terhadap usaha/bisnis yang dilaksanakan oleh nasabah sehingga antara
keduanya dapat sama-sama mendapatkan manfaat atau keuntungan.

5) Hubungan antara Bank syariah dan nasabah adalah atas dasar kemitraan (ta?awun).
Dengan hubungan kemitraan ini maka tidak terdapat pihak yang merasa dieksploitasi
oleh pihak lain. Pihak nasabah tidak tereksploitasi karena harus membayar bunga
dalam jumlah tertentu seperti halnya hubungan antara nasabah dengan bank
nonsyariah. Bahkan bank syariah ikut peduli terhadap kinerja dunia usaha/bisnis yang
dilaksanakan oleh nasabah (apalagi jika akad yang disepakati adalah musyarakah dan
mudharabah). Pihak bank syariah juga tidak merasa tereksploitasi oleh penabung
karena harus membayar bunga seperti yang diperjanjikan (misal dalam deposito).
Imbalan yang diberikan kepada penabung adalah sesuai dengan keuntungan yang
dihasilkan pihak bank dalam mengelola dana nasabah tersebut. Antara nasabah dan
bank syariah berada dalam kondisi saling menolong dan bekerja sama (ta?awun).

6) Seluruh produk dan operasional bank syariah didasarkan pada syariat. Produk bank
syariah harus merupakan produk perbankan yang halal. Operasional bank syariah pun
harus sesuai dengan syariat Islam, misalnya etika pelayanan dan pakaian yang
dikenakan para pegawai bank Islam juga harus sesuai dengan syariat Islam. Untuk
menjaga agar produk dan operasional bank Islam tetap berada dalam koridor syariat,
maka bank syariah dilengkapi/diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah. Dewan ini
merupakan internal control untuk menjaga kehalalan produk dan operasional bank
syariah. Di samping itu, secara nasional juga terdapat Dewan Syariah Nasional yang
menjadi rujukan bagi dewan syariah pada bank dalam melakukan pengawasan
terhadap bank syariah.

Prinsip-prinsip dasar perbankan syariah tersebut ialah prinsip bebas maghrib (maysir,
gharar, haram, riba, dan batil), kepercayaan dan kehati-hatian dalam pengelolaan kegiatan
perbankan syariah, dan prinsip yang didasarkan pada akad.
Prinsip-Prinsipsyariah yang dilarang dalam operasional perbankan syariah adalah
kegiatan yang mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
1) Maisir: Menurut bahasa maisir berarti gampang/mudah. Menurut istilah maisir berarti
memperoleh keuntungan tanpa harus bekerja keras. Maisir sering dikenal dengan
perjudian karena dalam praktik perjudian seseorang dapat memperoleh keuntungan
dengan cara mudah. Dalam perjudian, seseorang dalam kondisi bisa untung atau bisa
rugi.Judi dilarang dalam praktik keuangan Islam, sebagaimana yang disebutkan dalam
11
firman Allah sebagai berikut:"Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya khamar,
maisir, berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk
perbuatan syetan, maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat
keberuntungan" (QS Al-Maaidah : 90). Pelarangan maisir oleh Allah SWT
dikarenakan efek negative maisir. Ketika melakukan perjudian seseorang dihadapkan
kondisi dapat untung maupun rugi secara abnormal. Suatu saat ketika seseorang
beruntung ia mendapatkan keuntungan yang lebih besar ketimbang usaha yang
dilakukannya.

Sedangkan ketika tidak beruntung seseorang dapat mengalami kerugian yang sangat
besar. Perjudian tidak sesuai dengan prinsip keadilan dan keseimbangan sehingga
diharamkan dalam sistem keuangan Islam.
2) Gharar : Menurut bahasa gharar berarti pertaruhan. Menurut istilah gharar berarti
seduatu yang mengandung ketidakjelasan, pertaruhan atau perjudian. Setiap transaksi
yang masih belum jelas barangnya atau tidak berada dalam kuasanya alias di luar
jangkauan termasuk jual beli gharar. Misalnya membeli burung di udara atau ikan
dalam air atau membeli ternak yang masih dalam kandungan induknya termasuk
dalam transaksi yang bersifat gharar. Pelarangan ghararkarena memberikan efek
negative dalam kehidupan karena gharar merupakan praktik pengambilan keuntungan
secara bathil. Ayat dan hadits yang melarang gharar diantaranya :"Dan janganlah
sebagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan
yang batil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya
kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan
berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui" (Al-Baqarah : 188).

3) Riba: Makna harfiyah dari kata Riba adalah pertambahan, kelebihan, pertumbuhan
atau peningkatan. Sedangkan menurut istilah teknis, riba berarti pengambilan
tambahan dari harta pokok atau modal secara bathil. Para ulama sepakat bahwa
hukumnya riba adalah haram. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Ali Imran
ayat 130 yang melarang kita untuk memakan harta riba secara berlipat ganda.
Sangatlah penting bagi kita sejak awal pembahasan bahwa tidak terdapat perbedaan
pendapat di antara umat Muslim mengenai pengharaman Riba dan bahwa semua
mazhab Muslim berpendapat keterlibatan dalam transaksi yang mengandung riba
adalah dosa besar. Hal ini dikarenakan sumber utama syariah, yaitu Al-Qur'an dan
Sunah benar-benar mengutuk riba. Akan tetapi, ada perbedaan terkait dengan makna
dari riba atau apa saja yang merupakan riba harus dihindari untuk kesesuaian
aktivitas-aktivitas perekonomian dengan ajaran Syariah.

E. Kekuatan dan Kelemahan Bank Syariah


Dalam perkembangannya, bank syariah memiliki kekuatan dan kelemahan. Dalam
upaya mengembangkannya, berbagai kekuatan yang ada perlu untuk terus diperkuat dan
ditingkatkan sehingga dapat mengatasi berbagai kelemahan yang ada. Dalam tataran

12
operasional, berbagai kekuatan yang dimiliki bank syariah dibandingkan dengan bank
nonsyariah dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1) Bank syariah memberikan penekanan pada usaha sektor riel. Hal ini sangat
mendukung bagi usaha meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Dengan sektor riel yang
digerakkan, maka perbankan syariah memiliki andil besar dalam pengurangan
pengangguran dan pengentasan kemiskinan.

Dunia usaha menjadi lebih banyak dan besar sehingga mampu menyerap tenaga kerja
yang lebih besar. Dampak selanjutnya adalah berkurangnya pengangguran dan
naiknya pendapatan masyarakat sehingga kemiskinan dapat berkurang.
2) Bank syariah lebih tahan menghadapi krisis ekonomi. Ketahanan bank syariah dalam
menghadapi krisis ekonomi/moneter ini merupakan dampak dari digunakannya sistem
loss and profit sharing dalam bank syariah. Dengan sistem ini maka risiko kerugian
yang mungkin terjadi akibat krisis ekonomi akan terdistribusi baik untuk bank syariah
bersangkutan maupun untuk nasabahnya. Dalam kondisi yang merugikan maka
kerugian tersebut akan ditanggung bersama oleh bank dan nasabah. Pihak bank tidak
menanggung risiko tersebut sendirian. Hal ini juga berlaku dalam kondisi
menguntungkan, keuntungan akan dinikmati bersama oleh pihak bank syariah dan
nasabahnya.

3) Bank syariah lebih amanah dalam mengelola dana nasabah. Hal ini muncul karena
ditaatinya syariat Islam dalam pengelolaan dana nasabah. Perbuatan pengelola bank
nonsyariah yang membawa lari dana nasabah misalnya, akan sangat merugikan
nasabah dan dapat berakibat krisis moneter. Pengelola bank syariah bukannya tidak
mungkin melakukan perbuatan jahat tersebut. Namun, niat untuk menerapkan syariat
dapat mencegahperbuatan jahat tersebut. Di samping itu, bank syariah telah
dilengkapi dengan Dewan Pengawas Syariah yang selalu mengawasinya. Dengan
demikian, sikap amanah dan kejujuran dalam mengelola dana nasabah akan lebih
terjaga. Dalam lingkup luas, sikap jujur dan amanah ini akan meningkatkan
kepercayaan masyarakat dalam memanfaatkan jasa bank syariah.

Di samping berbagai kekuatan yang dimiliki, harus diakui pula adanya berbagai
kelemahan dalam bank syariah dalam melaksanakan operasionalnya. Kelemahan-
kelemahan tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
1) Nama bank syariah kadang-kadang belum dapat diterima oleh masyarakat nonmuslim.
Masyarakat nonmuslim kadang-kadang beranggapan bahwa bank syariah hanya
menguntungkan Islam dan masyarakatnya. Anggapan ini dapat berakibat terbatasnya
nasabah yang memanfaatkan jasa perbankan syariah. Bahkan kalangan umat Islam
ada juga yang memiliki anggapan bahwa bank syariah hanya memanfaatkan nama ?
Islam/syariat? untuk menggeret umat Islam agar memanfaatkan jasa bank syariah
tersebut.

13
2) Terbatasnya bidang usaha yang dapat dibiayai oleh bank syariah. Bank syariah
membatasi bidang usaha hanya pada usaha yang halal. Hal ini berakibat terbatasnya
bidang usaha yang dapat dibiayainya. Hal ini dapat berakibat tidak dapat diperolehnya
potensi keuntungan karena terkendala oleh faktor kehalalannya. Bidang usaha haram
dan menguntungkan tersebut pada akhirnya ditangkap oleh bank nonsyariah karena
bank ini lebih leluasa dalam mengembangkan usahanya daripada bank syariah.

3) Bank syariah masih terbatas dalam penggunaan teknologi informasi (IT). Hal ini
berakibat bank syariah masih relatif kalah bersaing dalam merebut nasabah. Contoh
dari hal ini adalah terbatasnya layanan ATM yang dapat diberikan oleh bank-bank
syariah. Bagi nasabah yang memiliki mobilitas tinggi antar daerah, kemudahan
menarik dana di berbagai waktu dan tempat merupakan hal yang penting. Karena
bank syariah kurang mampu memberikan layanan ini, maka masyarakat pun belum
menjadikan bank syariah sebagai pilihan.

4) Bank syariah masih terbatas area layanannya. Yang dimaksudkan di sini adalah
terbatasnya kantor cabang yang dimiliki bank-bank I syariah. Bank nonsyariah lebih
banyak dan merata memiliki kantor cabang di berbagai daerah, sedangkan bank
syariah masih terbatas di beberapa kota. Akibatnya, masyarakat yang berada di daerah
yang tidak terdapat bank syariah belum dapat terlayani.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

14
Dari pembahasan yang telah dilakukan di atas, dapat diambil beberapa kesimpulan,
antara lain:
1) Secara filosofi, bank syariah merupakan implementasi dari nilai-nilai syariat Islam.
Prinsip tersebubt antara lain adalah tidak diperbolehkannya sistem bunga (riba) dalam
transaksi ekonomi termasuk perbankan, dan kehalalan produk yang ditawarkan bank.
Prinsip yang didasarkan pada syariat ini kelak melahirkan prinsip lainnya antara lain
prinsip bank Islam yang lebih memprioritaskan sektor riel dan prinsip hubungan
kemitraan (taawun) yang saling menguntungkan antara bank syariah dan nasabah.

2) Bank syariah memiliki kekuatan dan kelemahan dalam pelaksanaan operasionalnya.


Kekuatan yang ada pada umumnya karena prinsip syariah yang diterapkannya
sehingga kekuatan tersebut memang lahir dari prinsip dasar/internal bank syariah.
Sedangkan kelemahan yang dimiliki bank syariah pada umumnya adalah karena
masih relatif barunya bank syariah apabila dibandingkan dengan bank nonsyariah.
Seiring dengan berjalannya waktu, maka berbagai kelemahan tersebut akan dapat
diatasi. Sementara itu, kekuatan yang ada pada bank syariah tidak dimiliki oleh bank
nonsyariah. Dari sini dapat diharapkan bahwa kelak bank syariah mampu bersaing
dengan lebih baik dalam dunia perbankan.

B. SARAN

Bank syariah masih memiliki beberapa kekurangan yaitu seperti masih kurangnya
pemahaman masyarakat tentang bank syariah dan masih banyak lagi. Tapi jangan
khawatir karena seiring dengan waktu semua kekurangan yang dimilikinya, bank
syariah akan berusaha dan berupaya akan menutupi dan bahkan menghilangkan semua
kekurangan itu. Itu semua menjadi tugas kita bersama-sama baik itu pemerintah
maupun masyarakat luas. Negara kita itu bukanlah 100% islam, tapi jangan khawatir
bagi umat nonmuslim untuk menggunakan layanan bank syariah karena bank syariah
(islam) embawa rahmat untuk semua orang tidak diperuntukkan bagi umat Islam saja
dan karena itu ekonomi islam bersifat inklusif.

Daftar Pustaka

Jurnal : JURIS Volume 14, Nomor 2 (Juli-Desember 2015)

15
Internet
:https://www.academia.edu/30510819/PERKEMBANGAN_SISTEM_PERBANKAN_SYA
RIAH
Afifuddin, Abu Abdillah Muhammad. tanpa tahun. Menapaki Sejarah Bank Islam. Majalah
Assyariah edisi 053. http://asysyariah.com
Hasyim. 2011. Sejarah Perkembangan Perbankan Syariah. http://hasyimsoska.blogspot.com.

16

Anda mungkin juga menyukai