Anda di halaman 1dari 57

PENGARUH FAMILY OWNERSHIP, KOMISARIS

INDEPENDEN DAN KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL


TERHADAP TAX AVOIDANCE
(Studi Empiris pada Perusahaan Sektor Barang Konsumsi yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2016-2020)

PROPOSAL SKRIPSI

Ditulis Oleh
DEDE YENI SRI ANJANI
NIM. 171011250320

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PAMULANG
TANGERANG SELATAN
2021
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan
proposal skripsi ini. Proposal skripsi ini menganalisis pengaruh family ownership,
komisaris independen dan kepemilikan institusional terhadap tax avoidance pada
perusahaan sektor barang konsumsi yang terdaftar di bursa efek indonesia (BEI)
tahun 2016-2020. Penulisan proposal skripsi ini dilakukan dalam rangka
memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana ekonomi dalam ilmu
Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pamulang.
Saya menyadari tanpa bantuan, bimbingan, dan dorongan dari berbagai
pihak, dari masa perkuliahan sampai penyusunan proposal skripsi ini, sangatlah
sulit bagi saya untuk menyelesaikan proposal skripsi ini. Pada kesempatan ini
saya ingin menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada.
1. Bapak Dr. (HC). Drs. H. Darsono, selaku Ketua Yayasan Sasmita Jaya
Universitas Pamulang yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk
dapat menuntut ilmu di Universitas Pamulang.
2. Bapak Dr. E. Nurzaman, A.M., M.Si., M.M., selaku Rektor Universitas
Pamulang yang telah berupaya keras menjadikan Universitas Pamulang
semakin berkualitas.
3. Bapak Dr. H. Endang Ruhiyat, S.E., M.M., CSRA, CMA., selaku Dekan
Fakultas Ekonomi Universitas Pamulang yang telah memajukan Fakultas
Ekonomi menjadi semakin baik.
4. Ibu Effriyanti, S.E, Akt., M.Si., CA., selaku Ketua Program Studi Akuntansi
S1 Fakultas Ekonomi Universitas Pamulang yang telah menjadikan Prodi
Akuntansi semakin berkualitas.
5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi yang telah
memberikan ilmu yang bermanfaat.
6. Bapak dan Ibu jajaran staf Universitas Pamulang terkhusus staf akuntansi,
yang telah membantu memperlancar upaya saya dalam menyelesaikan studi
di Universitas Pamulang.

ii
Saya menyadari bahwa dalam penulisan proposal skripsi ini masih jauh
dari yang diharapkan. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun. Saya berharap proposal skripsi ini dapat berguna bagi para
pembaca dan dunia ilmu pengetahuan.

Jakarta, November 2021

DEDE YENI SRI ANJANI


NIM. 171011250320

iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................ i
KATA PENGANTAR ..................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR........................................................................ vi
DAFTAR TABEL ............................................................................ vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian ........................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ..................................................... 7
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................... 7
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................... 8
1.4.1 Manfaat Teoritis ................................................. 8
1.4.2 Manfaat Praktis ................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori ............................................................ 10
2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)........................ 10
2.2 Tax Avoidance.............................................................. 12
2.3 Family Ownership ....................................................... 14
2.4 Komisaris Independen ................................................. 16
2.5 Kepemilikan Institusional ............................................ 18
2.6 Penelitian Terdahulu .................................................... 20
2.7 Kerangka Berpikir ....................................................... 24
2.8 Pengembangan Hipotesis ............................................ 25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ............................................................ 33
3.2 Lokasi Penelitian ......................................................... 33
3.3 Variabel dan Pengukuran ............................................ 34
3.3.1 Variabel Dependen (Y) ...................................... 34
3.3.2 Variabel Independen (X) .................................... 34
3.4 Populasi dan Sampel ................................................... 36
3.4.1 Populasi .............................................................. 36
3.4.2 Sampel ................................................................ 36
3.5 Metode Pengumpulan Data Penelitian......................... 37
3.6 Metode Analisis Data Penelitian.................................. 38
3.6.1 Uji Statistik Deskriptif ........................................ 38
3.6.2 Pemilihan Model Data Panel .............................. 39
3.6.3 Uji Regresi Data Panel ....................................... 40
3.6.4 Analisis Regresi Data Panel................................ 41
3.6.5 Uji Asumsi Klasik............................................... 42

iv
3.6.6 Uji Hipotesis........................................................ 44
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 47

v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ......................................................... 25

vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Realisasi Penerimaan Pajak Tahun 2016 - 2020.............. 2
Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu ............................................. 20
Tabel 3.1 Variabel dan Pengukuran ................................................ 34

vii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Pajak adalah salah satu sumber pendapatan terbesar bagi negara dengan

adanya pungutan pajak menjadikan penerimaan negara semakin bertambah. Pajak

ditempatkan sebagai salah satu kewajiban bagi masyarakat untuk ikut

berpartisipasi dalam rangka membantu pelaksanaan tugas bernegara yang

ditangani oleh pemerintah. Berdasarkan UU No. 28 Tahun 2007 tentang ketentuan

umum dan tata cara perpajakan, pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang

terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan

undang-undang, dengan tidak mendapat timbal balik secara langsung dan

digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Pajak yang dibayarkan oleh masyarakat akan digunakan untuk pembangunan

negara dalam berbagai bidang mulai dari pendidikan, kesehatan, infrastruktur dan

lain sebagainnya, oleh sebab itu pemerintah sangat menekankan pembayaran

pajak, karena pajak merupakan andalan yang sangat besar atas penerimaan negara.

Menurut data Kementerian Keuangan dalam waktu 5(lima) tahun, jumlah

penerimaan pajak yang diterima Indonesia terus mengalami kenaikan setiap

tahunnya. Berikut ini disajikan dalam tabel realisasi penerimaan negara dari tahun

2016 hingga tahun 2020.

1
Tabel 1.1
Persentase Realisasi Penerimaan Pajak Tahun 2016 - 2020
(Dalam triliun Rupiah)
Tahun Penerimaan Target Persentase
Pajak Penerimaan Penerimaan
Pajak Pajak
2016 1.283,6 1.539,2 83,4%
2017 1.343,5 1.472,8 91,2%
2018 1.518,8 1.618,1 94%
2019 1.546,1 1.786,4 86,5%
2020 1.621,4 1.698,6 95,5%
Sumber : www.kemenkeu.go.id, ditulis oleh penulis, 2021

Berdasarkan tabel 1.1 tersebut, dapat dilihat bahwa dalam jumlah

nominal penerimaan pajak setiap tahun nya mengalami kenaikan. Namun dalam

persentasenya pada tahun 2019 mengalami penurunan, hal tersebut terjadi karena

pada tahun 2019 kondisi perekonomian global yang berdampak pada harga

komoditas, turunnya harga komoditas di tahun 2019 menekan kinerja penerimaan

pajak terutama dari sektor perkebunan, migas dan pertambangan

(www.money.kompas.com, 08/01/2020).

Bagi negara, pajak merupakan sumber penerimaan penting dan terbesar

yang akan digunakan untuk membiayai pengeluaran negara. Namun, bagi

perusahaan pajak merupakan beban yang akan berdampak pada berkurangnya laba

perusahaan, dengan begitu perusahaan akan melakukan tindakan untuk menekan

beban pajak semininal mungkin agar laba yang didapat perusahaan tidak akan

berkurang terlalu banyak. Menurut (Maharani & Juliarto, 2019) tindakan yang

dilakukan perusahaan dapat dikategorikan menjadi dua yaitu tindakan yang sesuai

dengan hukum dan tindakan yang melanggar hukum. Tindakan penghindaran

2
pajak yang legal dikenal dengan tax avoidance sedangkan tindakan yang ilegal

dikenal dengan tax evasion.

Tax avoidance adalah upaya penghindaran pajak yang aman bagi wajib

pajak karena tidak bertentangan dengan ketentuan perpajakan, dimana metode

atau cara yang digunakan cenderung memanfaatkan kelemahan-kelemahan yang

terdapat dalam undang-undang, peraturan perpajakan itu sendiri untuk

memperkecil jumlah pajak yang terutang sedangkan tax evasion adalah upaya

penghindaran pajak yang dilakukan secara ilegal dengan cara menyembunyikan

keadaan yang sebenarnya, dimana metode dan teknik yang digunakan tidak dalam

koridor undang-undang dan peraturan perpajakan, sehingga tidak aman bagi wajib

pajak (Prasista & Setiawan, 2016).

Fenomena terkait kasus penghindaran pajak yang terjadi khususnya dari

sektor barang konsumsi adalah yakni kasus PT Indofood Sukses Makmur Tbk,

terkait praktik penghindaran pajak sebesar 1,3 M pada 2013. Awalnya PT.

Indofood Sukses Makmur Tbk melakukan pendirian perusahaan yang baru dan

melakukan pengalihan aset dan liabilitas. Pemekaran usaha yang dilakukan oleh

PT. Indofood telah dikenakan keputusan oleh Direktoran Jendral Pajak (DJP)

bahwa harus tetap membayar pajak yang terutang yakni 1,3 M (Hariseno &

Pujiono, 2021). Selain itu, fenomena kasus penghindaran pajak di Indonesia

terjadi pada PT. Coca Cola Indonesia (CCI). PT. Coca Cola Indonesia

memperbesar proporsi beban iklan atas produknya dengan maksud untuk

memperkecil penghasilan kena pajak. Praktik tersebut dibuktikan dengan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Direktorat Jendral Pajak yang menemukan adanya

3
pembengkakan beban biaya iklan yang sangat mencurigakan dan tidak wajar pada

tahun 2002-2006, pembengkakan tersebut menurut DJP mengarah pada praktik

tax avoidance. Menurut DJP, total penghasilan kena pajak CCI seharusnya Rp

603,48 miliar. Sedangkan berdasarkan perhitungan dari CCI, penghasilan kena

pajak hanya berjumlah Rp 492,59 miliar. Dengan selisih itu, DJP menghitung

kekurangan pajak penghasilan Rp 49,24 miliar (Sumantri & Indradi, 2020).

Faktor penyebab praktik penghindaran pajak maupun penggelapan pajak

meliputi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi kurangnya

pendidikan, kinerja pemerintah, rendahnya pengawasan, serta rendahnya law

enforcement, sedangkan faktor eksternal meliputi regulasi. Regulasi adalah salah

satu cara pemerintah dalam mengatasi adanya praktik-praktik dalam sektor pajak

untuk menyelamatkan penerimaan negara (Dewinta & Setiawan, 2016).

Kepemilikan keluarga merupakan perusahaan yang dijalankan berdasarkan

keturunan atau warisan dari orang-orang yang sudah lebih dulu menjalankannya

atau oleh keluarga yang secara terang-terangan mewariskan perusahaannya

kepada generasi selanjutnya (Subagiastra et al., 2017). Biasanya, perusahaan

keluarga memiliki pegawai, pengurus dan pemimpin dari keluarga sendiri

walaupun tidak menutup kemungkinan akan adanya pihak ekternal yang

kompeten dan profesional. Menurut (Maharani & Juliarto, 2019) perusahaan dapat

dikategorikan memiliki struktur kepemilikan keluarga apabila terdapat pemegang

saham yang memiliki kekuatan pengendali baik satu individu maupun beberapa

individu yang masih dalam satu keluarga yang sama. Perusahaan keluarga dengan

tindakan agresitifitas pajak yang dilakukan oleh perusahaan menunjukkan bahwa

4
perusahan keluarga lebih agresif karena peduli dengan reputasi dan sanksi yang

dapat diterimanya dibandingkan perusahaan yang bukan keluarga. Dalam

penelitian (Wirdaningsih et al., 2018) kepemilikan kelurga berpengaruh terhadap

tax avoidance Sedangkan menurut (Subagiastra et al., 2017) kepemilikan

kelurarga tidak berpengaruh terhadap tax avoidance.

Proporsi komisaris independen merupakan ukuran dewan komisaris yang

bukan merupakan anggota manajemen, pemegang saham mayoritas, pejabat yang

berhubungan langsung atau tidak langsung dengan pemegang saham mayoritas

dari suatu perusahaan. Dewan komisaris adalah organ perseroan yang bertugas

melakukan pengawasan secara umum dan atau khusus sesuai dengan anggaran

dasar serta memberi nasihat kepada direksi, dengan adanya dewan komisaris

independen diharapkan dapat terjadi keseimbangan antara manajemen perusahaan

dan para stakeholder dalam perusahaan (Prasetyo & Pramuka, 2018). Oleh karena

itu dewan komisaris mempunyai peranan penting dalam menentukan manajemen

perpajakan. Dewan komisaris independen bertugas untuk menjaga managemen

agar dalam menjalankan kegiatannya tidak bertentangan dengan hukum maupun

aturan-aturan yang telah di tetapkan. Dalam penelitian (Dewi, 2019) komisaris

independen berpengaruh terhadap tax avoidance, sedangkan menurut (Prasetyo &

Pramuka, 2018) komisaris independen tidak berpengaruh terhadap tax avoidance.

Kepemilikan institusional merupakan proporsi kepemilikan saham oleh

institusi pendiri perusahaan. Adanya tanggungjawab perusahaan kepada

pemegang saham, maka pemilik institusional memiliki insentif untuk memastikan

bahwa manajemen perusahaan membuat keputusan yang akan memaksimalkan

5
kesejahteraan pemegang saham (Marsella & Syafrizal, 2021). Kepemilikan

institusional memiliki arti penting dalam memonitor manajemen karena dengan

adanya kepemilikan oleh instutisional akan mendorong peningkatan pengawasan

yang lebih optimal. Perusahaan yang memiliki kepemilikan institutional yang

tinggi akan semakin agresif dalam meminimalisir pelaporan perpajakannya.

Sehingga meningkatnya praktik tax avoidance yang dilakukan perusahaan sebagai

dasar perusahaan untuk meminimalkan beban pajaknya. Dalam penelitian

(Ariawan & Setiawan, 2017) kepemilikan institusional berpengaruh terhadap tax

avoidance, sedangkan menurut (Sari & Kinasih, 2021) kepemilikan institusional

tidak berpengaruh terhadap tax avoidance.

Pentingnya penghindaran pajak untuk diteliti karena adanya fenomena

yang mengakibatkan adanya perbedaan kepentingan antara perusahaan dengan

pemerintah, dimana bagi perusahaan pajak merupakan beban yang seharusnya

dikurangi sedangkan bagi pemerintah pajak merupakan pendapatan untuk

membiayai kebutuhan publik. Selain itu adanya ketidakkonsistenan hasil dari

penelitian sebelumnya yang membuat peneliti tertarik untuk meneliti tentang tax

avoidance dan ingin melakukan pengujian ulang mengenai faktor apa saja yang

memiliki pengaruh terhadap tax avoidance.

Berdasarkan fenomena yang telah dijelaskan serta adanya gap penelitian

yang diperoleh dari penelitian terdahulu membuat penelitian ini penting untuk

dilakukan. Peneliti tertarik untuk membahas dengan judul “Pengaruh Family

Ownership, Komisaris Independen dan Kepemilikkan Institusional Terhadap Tax

6
Avoidance (Studi Empiris pada Perusahaan Sektor Barang Konsumsi yang

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2016-2020)”.

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian diatas menunjukkan bahwa terdapat research gap antara hasil

penelitian yang satu dengan penelitian yang lain. Dengan demikian penelitian

mengenai pengaruh Pengaruh Family Ownership, Komisaris Independen dan

Kepemilikan Institusional dari latar belakang tersebut maka rumusan masalah

yang terjawab dipenelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah family ownership, komisaris independen dan kepemilikan institusional

secara simultan berpengaruh terhadap tax avoidance ?

2. Apakah family ownership berpengaruh terhadap tax avoidance ?

3. Apakah komisaris independen berpengaruh terhadap tax avoidance ?

4. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh terhadap tax avoidance ?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun diadakan penelitan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dan

menganlisis variabel-variabel sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh family ownership, komisaris

independen dan kepemilikan institusional terhadap tax avoidance

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh family ownership terhadap tax

avoidance,

3. Untuk mengetahui dan menganilis pengaruh komisaris independen terhadap tax

avoidance,

7
4. Untuk mengetahui dan menganlis pengaruh kepemilikan institusional terhadap

tax avoidance.

1.4 Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi berbagai

pihak, antara lain:

1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Bagi Peneliti

Menambah informasi bagi peneliti khususnya yang berkaitan dengan

faktor-faktor yang mempengaruhi penghindaran pajak.

2. Bagi Universitas

Sebagai tambahan literatur Universitas Pamulang.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan atau dikembangkan

lebih lanjut, serta referensi terhadap penelitian yang sejenisnya.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Perusahaan

Diharapkan dapat menjadi masukan dan dorongan terkait faktor-faktor

yang mempengaruhi tindakan penghindaran pajak, sehingga dapat

menghindarkan diri dari penyimpangan hukum pajak dalam menentukan

besaran pajak yang harus dibayarkan pada negara.

8
2. Bagi investor.

Dapat membantu dalam mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat

mempengaruhi tindakan penghindaran pajak yang dapat dilakukan oleh

perusahaan yang diinvestasikannya.

3. Bagi pemerintah.

Diharapkan dapat menjadi evaluasi bagi pemerintah khususnya

Direktorat Jenderal Pajak agar mempertimbangkan kebijakan yang

berlaku saat ini dengan membuat peraturan yang tegas tentang

perpajakan di Indonesia. Sehingga dapat mempersempit celah perusahaan

untuk melakukan praktik penghindaran pajak, baik dilakukan dengan

cara legal maupun ilegal.

9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

Landasan teori adalah teori-teori yang relevan dan dapat digunakan untuk

menjelaskan variabel-variabel penelitian serta dapat dijadikan sebagai dasar dalam

memberikan jawaban sementara terhadap rumusan masalah dan dapat membantu

dalam penyusunan instrument penelitian. Untuk mendukung penelitian ini,

pengukuran tax avoidance dapat dijelaskan oleh teori agensi (agency theory).

2.1.1 Teori Agensi (Agency Theory)

Teori keagenan menjelaskan hubungan antara agen sebagai pengelola

perusahaan dan prinsipal sebagai pemegang saham atau pemilik perusahaan. Teori

keagenan dalam lingkup penghindaran pajak muncul ketika terjadi sebuah

perbedaan kepentingan antara agen dan principal. agen tidak selalu bertindak

sesuai kepentingan principal. Perbedaan kepentingan antara manajemen dengan

investor menimbulkan agency problem sehingga diperlukan penerapan tata kelola

perusahaan yang baik (Dewi, 2019). Teori agensi mengkaitan perjanjian antara

prinsipal dan agen. Teori agensi mengasumsikan bahwa yang lebih mengetahui

kondisi perusahaan yang sebenarnya adalah pihak agen, karena agen yang

berperan dalam mengoperasikan perusahaan. Pihak principal sendiri hanya

mengetahui informasi yang diberikan oleh pihak agen. Hal ini memunculkan

konflik kepentingan antara agen yang dapat memberikan informasi yang tidak

sesuai dengan keadaan perusahaan yang sebenarnnya demi kepentingannya

sendiri (Maharani & Juliarto, 2019).

10
Secara umum, agen menginginkan kemakmuran untuk dirinya sendiri,

sebagai pengelola perusahaan mereka memiliki keuntungan lebih karena mereka

lebih mengetahui kondisi perusahaan saat ini dan dapat menentukan tindakan

yang tepat untuk perusahaan dimasa depan. Disisi lain, prinsipal hanya

mengetahui keadaan perusahaan melalui media laporan keuangan yang diterbitkan

oleh agen pada akhir periode. Mereka tidak terlibat secara langsung dalam

kegiatan perusahaan sehingga tidak mengetahui kegiatan yang berpotensi tidak

menimbulkan keuntungan untuk mereka (Septiarini, 2017). Menurut (Hariseno &

Pujiono, 2021) Pihak agen perusahaan termotivasi untuk melakukan kegiatan

yang dapat menguntungkan perusahaan. Namun, prinsipal berniat untuk

mendapatkan hasil yang optimal dari investasi yang telah dikerjakan dan salah

satunya berbentuk dividen yang dibagikan dari perusahaan.

Menurut (Maharani & Juliarto, 2019) Konflik kepentingan yang dapat

terjadi dalam perpajakan sendiri yaitu antara pemerintah dan perusahaan.

Pemerintah sebagai principal menginginkan pajak perusahaan lebih besar agar

pendapatan yang diperolehnya juga besar. Perusahaan yang bertindak sebagai

agen menginginkan pembayaran pajak yang lebih kecil, yang berdampak dengan

lebih rendahnya beban pajak yang ditanggung perusahaan. Penggunaan self

assessment system dalam sistem perpajakan Indonesia membuat agen dapat

memberikan informasi yang tidak lengkap, maka pihak agen dapat

memaksimalkan keuntungannya sendiri untuk mengurangi pajak yang akan

dibayarkan sebagai akibat tidak didapatnya kerjasama dengan pihak prinsipal.

11
Menurut (Rahyuningsih & Ayem, 2020) adanya agency conflic dapat

menimbulkan agency cost. Agency cost (biaya agensi) adalah biaya tambahan yang

muncul ketika prinsipal menunjuk agen untuk membuat keputusan mewakili

kepentingan mereka. Agency cost ini dibagi menjadi 3 jenis yaitu :

a. Monitoring cost. Biaya yang muncul untuk mengawasi, mengukur, mengamati

dan mengontrol perilaku agen.

b. Bonding cost. Biaya yang justru ditanggung oleh manajemen (agen) untuk bisa

mematuhi dan menetapkan mekanisme yang ingin menunjukkan bahwa agen

telah berperilaku sesuai dengan kepentingan prinsipal.

c. Residual loss. Biaya yang berupa menurunnya kesejahteraan prinsipal sebagai

akibat dari adanya perbedaan keputusan agen dan keputusan prinsipal.

Dari adanya agency conflic antara pemerintah dan perusahaan tersebut

dapat diminimalkan dengan cara bonding cost atau dengan perusahaan patuh

membayar pajak kepada pemerintah tanpa melakukan penghindaran pajak baik

dengan cara tax evasion maupun tax avoidance.

2.2 Tax Avoidance (Penghindaran Pajak)

Pajak merupakan sumber terbesar penerimaan negara sehingga kejujuran

wajib pajak dalam melaksanakan kewajibannya sangat diperlukan. Pajak memiliki

peran penting dalam perekonomian, karena pajak sangat berguna untuk

pembangunan negara. Dalam Undang-undang Nomor 16 Tahun 2009 pajak adalah

"kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang

bersifat memaksa berdasarkan Undang Undang, dengan tidak mendapat timbal

balik secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-

12
besarnya kemakmuran rakyat.". Pajak adalah salah satu kewajiban masyarakat

kepada negara dan sebagai bentuk partisipasi masyarakat dalam pembangunan

tanah air dan negara (www.pajak.go.id).

Kepatuhan wajib pajak sangat perlu diperhatikan dalam kaitannya

dengan sistem perpajakan yang dianut di Indonesia. Sistem yang dianut

perpajakan di Indonesia adalah sistem self assesment system, yaitu memberikan

kepercayaan penuh kepada wajib pajak untuk menghitung, melaporkan, dan

membayar sendiri pajak terutangnya (Subagiastra et al., 2017). Tax Planning atau

perencanaan pajak adalah salah satu cara yang bisa dilakukan oleh wajib pajak

untuk meminimumkan kewajiban pajak. Perencanaan pajak dipisahkan menjadi 2

(dua) strategi yaitu penghindaran pajak (tax avoidance) dan penggelapan pajak

(tax evasion).

Penghindaran pajak (tax avoidance) adalah strategi dan teknik

perencanaan pajak yang dilakukan secara legal dengan tujuan untuk

meminimalkan beban pajak dengan memanfaatkan kelemahan-kelemahan

ketentuan perpajakan yang berlaku. Sedangkan penggelapan pajak (tax evasion)

adalah strategi dan teknik perencanaan pajak yang dilakukan secara ilegal atau

dengan cara melanggar ketentuan perpajakan, seperti tidak melaporkan transaksi

yang sebenarnya atau memanipulasi data sebenarnya. Tax Avoidance adalah

upaya penghindaran pajak yang dilakukan secara legal dan aman bagi wajib pajak

karena tidak bertentangan dengan ketentuan perpajakan, di mana metode dan

teknik yang digunakan cenderung memanfaatkan kelemahan-kelemahan (grey

13
area) yang terdapat dalam undang-undang dan peraturan perpajakan itu sendiri

untuk memperkecil jumlah pajak yang terutang (Anindyka et al., 2018).

Menurut (Ningsih et al., 2020) tax avoidance tidak dilarang meskipun

seringkali mendapatkan sorotan yang kurang baik dari kantor pajak karena

dianggap memiliki konotasi yang negatif. Umumnya rencana pajak merujuk pada

proses merekayasa usaha dan transaksi Wajib Pajak agar utang pajak berada

dalam jumlah minimal tetapi masih dalam bingkai peraturan. Meski legal

pemerintah tidak menginginkan terjadi penghindaran pajak. Namun meski begitu

pemerintah juga tidak bisa melakukan penuntutan secara hukum, meskipun

praktik penghindaran pajak ini akan mempengaruhi penerimaan negara dari sektor

pajak (Dewi, 2019).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Tax Avoidance adalah upaya

perencanaan pajak yang dilakukan oleh wajib pajak untuk meminimalisir beban

pajak perusahaan yang dibayarkan dengan tidak melanggar ketentuan perpajakan

yang berlaku atau memanfaatkan kelemahan dari Undang-Undang yang berlaku

sebagai pengurang beban pajak perusahaan.

2.3 Family Ownership

Kepemilikan keluarga merupakan perusahaan yang dijalankan

berdasarkan keturunan atau warisan dari orang-orang yang sudah lebih dulu

menjalankannya atau oleh keluarga yang secara terang-terangan mewariskan

perusahaannya kepada generasi selanjutnya (Subagiastra et al., 2017). Biasanya,

perusahaan keluarga memiliki pegawai, pengurus dan pemimpin dari keluarga

sendiri walaupun tidak menutup kemungkinan akan adanya pihak ekternal yang

14
kompeten dan profesional. Perusahaan keluarga didefinisikan sebagai suatu

bentuk perusahaan dengan kepemilikan dan manajemen yang dikelola dan

dikontrol oleh pendiri atau anggota keluarganya atau kelompok yang memiliki

pertalian keluarga, baik yang tergolong keluarga inti atau perluasannya (baik yang

memiliki hubungan darah atau ikatan perkawinan) (Wirdaningsih et al., 2018).

Menurut (Oktavia & Hananto, 2018) perusahaan yang digolongkan ke

dalam perusahaan keluarga ialah perusahaan yang memiliki kepemilikan saham

dominan oleh seorang pemegang saham. Sebuah bisnis keluarga adalah bisnis

dimana keluarga mempunyai kuasa penuh atas bisnis tersebut dan menentukan

tujuan strategisnya melalui kepemilikan, manajemen puncak dan posisi direksi.

Kepemilikan yang terkonsentrasi seperti kepemilikan keluarga akan memfasilitasi

kegiatan operasi perusahaan dan menambah nilai perusahaan karena pemegang

saham minoritas akan terdorong untuk mengurangi pengambil alihan manajerial.

Dengan dukungan anggota keluarga perusahaan jenis ini akan mempunyai

motifasi yang kuat dalam mengelola perusahaan terutama untuk menjaga citra dan

reputasi perusahaan (Irawati et al., 2020)

Perusahaan keluarga memiliki tingkat keagresifan pajak yang lebih kecil

dibandingkan perusahaan non-keluarga, kepemilikan keluarga lebih rela

membayar pajak lebih tinggi daripada harus membayar denda pajak dan

menghadapi rusaknya reputasi perusahaan akibat audit dari fiskus pajak (Mahidin

& Danastri, 2017). Sebuah perusahaan dikatakan dimiliki oleh keluarga apabila

sebagian besar kepemilikan dimiliki keluarga pendiri perusahaan serta memegang

lebih dari 20% saham perusahaan yang beredar, kemudian ada juga anggota

15
keluarga yang menjabat menjadi direktur atau menjadi bagian dari jajaran direksi

(Oktavia & Hananto, 2018).

Menurut (Jensen & Meckling, 1976) bahwa kepemilikan keluarga dalam

sebuah perusahaan berpotensi menimbulkan masalah yaitu masalah keagenan.

Masalah keagenan lebih sering terjadi dalam perusahaan keluarga karena

sering terjadinya beda kepentingan antar anggota keluarga. Walapun

kepemilikan keluarga rawan terhadap masalah keagenan, perusahaan yang

dikelola oleh sebuah keluarga lebih bernilai dan mempunyai kinerja yang

lebih baik daripada perusahaan yang tidak dikelola oleh keluarga. Namun

menurut (Charisma & Dwimulyani, 2019) masalah agensi dalam perusahaan

keluarga cenderung lebih sedikit dibandingkan dengan perusahaan non keluarga.

Hal ini dikarenakan semua resiko yang ditanggung perusahaan akan

ditanggungung oleh pihak keluarga yang bertindak sebagai manajemen

perusahaan tersebut.

2.4 Komisaris Independen

Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak

terafiliasi dengan direksi, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham

pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat

mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak

semata-mata demi kepentingan perusahaan (Marsella & Syafrizal, 2021). Menurut

(Dewi, 2019) dewan komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan

pengawasan secara umum dan atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta

memberi nasihat kepada direksi. Oleh karena itu dewan komisaris mempunyai

16
peranan penting dalam menentukan manajemen perpajakan. Dewan komisaris

independen bertugas untuk menjaga managemen agar dalam menjalankan

kegiatannya tidak bertentangan dengan hukum maupun aturan-aturan yang telah

di tetapkan.

Menurut (Prasetyo & Pramuka, 2018) proporsi dewan komisaris

independen merupakan ukuran dewan komisaris yang bukan merupakan anggota

manajemen, pemegang saham mayoritas, pejabat yang berhubungan langsung atau

tidak lansung dengan pemegang saham mayoritas dari suatu perusahaan.

Keberadaan komisaris indepeden dalam suatu perusahaan dapat memiliki dampak

positif pada kinerja perusahaan dan nilai perusahaan. Dengan adanya dewan

komisaris independen diharapkan dapat terjadi keseimbangan antara manajemen

perusahaan dan para stakeholder dalam perusahaan. Semakin besar presentase

komisaris independent yang berasal dari luar perusahaan menuntut manajemen

bekerja lebih efektif dalam pengawasan dan pengendalian pengelolaan perusahaan

oleh direksi dan manager, sehingga keberadaan mereka tidak hanya menjadi

symbol semata (Sugiyanto et al., 2020).

Menurut (Ulupui, 2016) Komisaris independen merupakan pihak yang

tidak terafiliasi dengan pemegang saham pengendali, anggota direksi dan dewan

komisaris lain. Kehadiran dewan komisaris dapat meningkatkan pengawasan

terhadap kinerja direksi dimana dengan semakin banyaknya jumlah komisaris

independen maka pengawasan dari manajemen akan semakin ketat. Adanya

komisaris independen dalam perusahaan juga dapat memberikan petunjuk dan

arahan untuk mengelola perusahaan serta merumuskan strategi perusahaan yang

17
lebih baik termasuk dalam menentukan kebijakan terkait tarif pajak efektif yang

akan dibayarkan perusahaan.

Menurut (Ariawan & Setiawan, 2017) Jumlah komisaris independen

sekurang-kurangnya tiga puluh persen (30%) dari seluruh anggota komisaris

diatur dalam peraturan BAPEPAM No: KEP – 315/BEJ/06 – 2000. Persentase

dewan komisaris independen diatas 30 persen adalah salah satu indikator bahwa

pelaksanaan good corporate governance telah berjalan dengan baik sehingga

mampu mengontrol dan mengendalikan keinginan pihak manajemen perusahaan

untuk melakukan penghematan pajak, menurunkan biaya agensi sehingga

mempengaruhi perusahaan melakukan tindakan tax avoidance.

2.5 Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham yang dimiliki

oleh institusi seperti bank, asuransi, perusahaan investasi dan kepemilikan

institusi lain. Kepemilikan institusional dapat di ukur melalui jumlah kepemilikan

saham oleh investor institusi terhadap jumlah saham yang beredar. Investor

institusi yang dimaksud adalah perusahaan lain yang memiliki saham pada

korporasi tertentu dengan indicator persentase saham yang dimiliki investor

institusi tersebut dibandingkan dengan jumlah saham korporasi yang beredar

(Fitria, 2018).

Menurut (Marsella & Syafrizal, 2021) kepemilikan institusional

merupakan proporsi kepemilikan saham oleh institusi pendiri perusahaan. Adanya

tanggungjawab perusahaan kepada pemegang saham, maka pemilik institusional

memiliki insentif untuk memastikan bahwa manajemen perusahaan membuat

18
keputusan yang akan memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham.

Kepemilikan institusional merupakan proporsi kepemilikan saham oleh institusi

pendiri perusahaan, bukan institusi pemegang saham publik yang diukur dengan

persentase jumlah saham yang dimiliki oleh investor institusi intern. Kepemilikan

institusional memiliki arti penting dalam memonitor manajemen karena dengan

adanya kepemilikan oleh instutisional akan mendorong peningkatan pengawasan

yang lebih optimal (Ariawan & Setiawan, 2017).

Menurut (Ngadiman & Puspitasari, 2014) kepemilikan institusional

merupakan pihak yang memonitor perusahaan dengan kepemilikan institusi yang

besar (lebih dari 5%) mengidentifikasikan kemampuannya untuk memonitor

manajemen lebih besar. Institusi dapat berupa yayasan, bank, perusahaan asuransi,

perusahaan investasi, dana pensiun, perusahaan berbentuk perseroan (PT), dan

institusi lainnya. Adanya kepemilikan institusional di suatu perusahaan akan

mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja

manajemen. Semakin besar kepemilikan institusional maka semakin besar

pengawasan yang dilakukan oleh pihak eksternal. Manajemen perusahaan akan

melakukan kebijakan guna mengoptimalkan nilai perusahaan sehingga kinerja

perusahaan akan meningkat.

Menurut (Wijayani, 2016) kepemilikan Institusional adalah Persentase

saham yang dimiliki institusi dan stockholder, yaitu kepemilikan individu atau

atas nama perorangan di atas 5%. Pemilik saham berperan besar dalam

mempengaruhi, mengamati, dan menertibkan manajer. Kepemilikan institusional

adalah salah satu faktor dalam mengurangi konflik manajemen perusahaan.

19
Semakin banyak kepemilikan saham institusi menyebabkan semakin ketat

pengawasan yang dipegang pihak luar terhadap sebuah perusahaan. Perusahaan

yang memiliki kepemilikan institutional yang tinggi akan semakin agresif dalam

meminimalisir pelaporan perpajakannya. Sehingga meningkatnya praktik tax

avoidance yang dilakukan perusahaan sebagai dasar perusahaan untuk

meminimalkan beban pajaknya (Sari & Kinasih, 2021).

2.6 Penelitian Terdahulu

Sebagai bahan pendukung penelitian ini, digunakan beberapa hasil

penelitian terdahulu sebagai sumber acuan antar variabel dan sebagai landasan

dalam merumuskan hipotesis. Berikut tabel ringkasan penelitian yang berkaitan

dengan pengaruh family ownership, komisaris independen dan kepemilikan

institusional terhadap tax avoidance :

Tabel 2.1
Hasil Penelitian Terdahulu

No Nama Peneliti dan Tahun Judul Penelitian Hasil Penelitian


Penelitian
1 Agnes Yunita Sari dan Hayu Pengaruh Hasil analisis yang
Wikan Kinasih (2021) Profitabilitas, dilakukan mendapati
Leverage dan bahwa profitabilitas
ISSN: 2656-4955 Kepemilikan berpengaruh terhadap
Vol. 10 No.1 Institusional tax avoidance,
terhadap Tax sedangkan leverage
Avoidance dan kepemilikan
institusional tidak
berpengaruh terhadap
tax avoidance.
2 Anis Marsella dan Syafrizal Pengaruh Hasil penelitian ini
(2021) Karakter menunjukkan bahwa
Ekskutif, karakter eksekutif
E ISSN No. 2798-9364 Corporate berpengaruh terhadap
Vol. 1 No. 1 Governance dan penghindaran pajak.

20
Kompensasi Kepemilikan
Eksekutif institusional tidak
Terhadap Tax berpengaruh terhadap
Avoidance penghindaran pajak.
Proporsi dewan
komisaris independen
tidak berpengaruh
terhadap
penghindaran pajak.
Sedangkan
kompensasi eksekutif
berpengaruh terhadap
penghindaran pajak.
3 Sugiyanto, Iwan Setiawan Effect Executive Penelitian yang
dan Juwita Ramadani Fitria Character, dihasilkan
(2020) Capital Intensity Karakteristik
And Good Eksekutif berdampak
ISSN : 25993437 Corporate signifikan negatif
E-ISSN : 26148914 Governance To terhadap tax
Tax Avoidance aviodance.
Sedangkan Intensitas
Modal dan good
corporate governance
tidak memberikan
berpengaruh terhadap
tax aviodance.
Sedangkan secara
simultan ketiga
variabel independen
berkontribusi pada tax
avoidance.
4 Wiwit Irawati, Zul Akbar, Analisi Variabel Profitabilitas
Rosita Wulandari dan Harry Profitabilitas, tidak berpengaruh
Barli (2020) Leverage, terhadap
Pertumbuhan Penghindaran Pajak.
P-ISSN 2339-2436 Penjualan dan Variabel Leverage
E- ISSN 2549-5968 Kepemilikan tidak berpengaruh
Volume 7 no.2 Keluarga terhadap
Terhadap Penghindaran Pajak.
Penghindaran Variabel
Pajak Pertumbuhan
Perusahaan
berpengaruh terhadap
Penghindaran Pajak.
Variabel Kepemilikan
Keluarga tidak

21
berpengaruh terhadap
Penghindaran Pajak.
Secara simultan
Variabel
Profitabilitas,
Leverage,
Pertumbuhan
Perusahaan dan
Kepemilikan
Keluarga berpengaruh
terhadap
Penghindaran Pajak.
5 Noor Mita Dewi (2019) Pengaruh Kepemilikan
Kepemilikan institusional
p-ISSN: 2087- 2836 Institusional, berpengaruh positif
e-ISSN: 2580-9482 Dewan Komisaris dan signifikan
Vo.9 No. 1 Independen dan terhadap tax
Komite Audit avoidance, Dewan
Terhadap komisaris independen
Penghindaran berpengaruh positif
Pajak (Tax dan signifikan
Avoidance) terhadap tax
avoidance, . Komite
audit tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
tax avoidance dan
Kepemilikan
institusional, dewan
komisaris independen
dan komite audit
secara simultan
berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap tax
avoidance
6 Wirdaningsih, Ria Nelly Sari Pengaruh Hasilnya
dan Vince Rahmawati (2018) Kepemilikan menunjukkan bahwa
Keluarga, Kepemilikan keluarga
ISSN 2337-4314 Terhadap mempengaruhi
Vol. 7 No.1 Penghindaran penghindaran pajak,
Pajak Dengan komisaris independen
Efektivitas dapat memoderasi
Komisaris negatif atau
Independen dan melemahkan
Kualitas Audit kepemilikan keluarga

22
Sebagai terhadap
Pemoderasi penghindaran pajak,
kualitas audit juga
memoderasi negatif
terhadap
penghindaran pajak
7 Irwan Prasetyo dan Bambang Pengaruh Hasil penelitian ini
Agus Pramuka (2018) Kepemilikan menunjukkan bahwa
Institusional, secara simultan
E-ISSN 2715-6044 Kepemilikan kepemilikan
P-ISSN 27156052 Manajerial dan institusional,
Volume 20 No. 2 Proporsi Dewan kepemilikan
Komisaris manajerial dan
Independen proporsi dewan
Terhadap Tax komisaris independen
Avoidance berpengaruh
signifikan terhadap
tax avoidance. Secara
parsial kepemilikan
institusional
berpengaruh
signifikan terhadap
tax avoidance, Akan
tetapi kepemilikan
manajerial dan
proporsi dewan
komisaris independen
tidak berpengaruh
signifikan terhadap
tax avoidance.
8 Giawan Nur Fitria (2018) Pengaruh Hasilnya secara
Kepemilikan parsial, kepemilikan
p-ISSN: 2086-7662 Institusional, institusional,
e-ISSN: 2622-1950 Komisaris independen dari
Vol. 11 No. 3 Independen, Dewan Direktur,
karakter Eksekutif karakteristik eksekutif
dan Size tidak berpengaruh
Terhadap Tax signifikan terhadap
Avoidance penghindaran pajak.
Sedangkan ukuran
perusahaan
berpengaruh
signifikan terhadap
penghindaran pajak.
9 I Made Agus Riko Ariawan Pengaruh Dewan Hasil penelitian
dan Putu Ery Setiawan (2017) Komisaris menunjukkan bahwa

23
Independen, dewan komisaris
ISSN: 2302-8556 Kepemilikan independen dan
ESSN: 1831-1859 Institusional, profitabilitas
Vol.18 No.3 Profitabilitas dan berpengaruh negatif
Leverage terhadap tax
Terhadap Tax avoidance. Variabel
Avoidance kepemilikan
institusional dan
leverage berpengaruh
positif terhadap tax
avoidance.
10 Komang Subagiastra, I Putu Pengaruh Hasil penelitian ini
Edy Arizona dan I Nyoman Profitabilitas, menunjukkan bahwa
Kusuma Adnyana Mahaputra Kepemilikan profitabilitas
(2016) Keluarga dan berpengaruh
Good Corporate signifikan terhadap
ISSN: 2527-4090 Governance tax avoidance,
ESSN: 2528-1399 Terhadap kepemilikan keluarga
Vol.1 No. 2 Penghindaran tidak berpengaruh
Pajak signifikan terhadap
tax avoidance,
kepemilikan
institusional
berpengaruh
signifikan terhadap
tax avoidance,
proporsi dewan
komisaris independen
berpengaruh
signifikan terhadap
tax avoidance, dan
komite audit tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
tax avoidance.
Sumber : Data yang diolah oleh penulis tahun 2021

2.7 Kerangka berpikir

Menurut Sekaran dalam (Sugiyono, 2016) mengemukanan bahwa,

kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori

berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah

yang penting.

24
Fenomena tax avoidance pada perusahaan baik go public maupun tidak di

Indonesia masih terjadi. Seperti beberapa kasus yang telah diuraikan pada latar

belakang penelitian ini dimana masih banyak perusahaan yang melakukan tax

avoidance dengan berbagai cara agar membayar pajak sekecil mungkin.

Berdasarkan hal tersebut peneliti akan meneliti hal-hal yang diduga dapat

mempengaruhi tax avoidance yaitu diantaranya family ownership, komisaris

independen dan kepemilikan institusional.

G
a
Family Ownership m
Variabel Indepeden (X1) b
a
r

Komisaris Independen Tax Avoidance


Variabel Indepeden (X2) Variabel Dependen (Y)

Kepemilikan Institusional
Variabel Indepeden (X3)

2.1
Kerangka Berpikir

2.8 Pengembangan Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah peneliti,

dimana rumusan masalah peneliti telah dinyatakan dalam bentuk kalimat

pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan

25
pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang

diperoleh melalui pengumpulan data (Sugiyono, 2016).

Variabel yang digunakan dalam pengujian ini adalah variabel bebas (x)

yang disebut sebagai variabel independen dan variabel terikat (y) yang disebut

dependen. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah X1 = Family Ownership dan

X2 = Komisaris Independen dan X3 = Kepemilikan Institusional sedangkan

variabel terikat yang digunakan adalah y = Tax Avoidance.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka hipotesis yang diajukan peneliti dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Pengaruh family ownership, komisaris independen dan kepemilikan

institusional secara simultan terhadap tax avoidance

Menurut (Wirdaningsih et al., 2018), perusahaan keluarga didefinisikan

sebagai suatu bentuk perusahaan dengan kepemilikan dan manajemen yang

dikelola dan dikontrol oleh pendiri atau anggota keluarganya atau kelompok yang

memiliki pertalian keluarga, baik yang tergolong keluarga inti atau perluasannya

(baik yang memiliki hubungan darah atau ikatan perkawinan). Perusahaan dengan

kepemilikan keluraga menunjukkan bahwa tingkat keagresifan pajak perusahaan

keluarga lebih kecil daripada perusahaan non-keluarga. Hal ini terjadi karena

diduga family owners lebih rela membayar pajak lebih tinggi, daripada harus

membayar denda dan menghadapi kemungkinan rusaknya reputasi perusahaan

akibat pemeriksaan pajak atau diaudit oleh fiskus pajak (Subagiastra et al., 2017).

Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak

terafiliasi dengan direksi, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham

26
pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis. Dewan komisaris mempunyai

peranan penting dalam menentukan manajemen perpajakan. Dewan komisaris

independen bertugas untuk menjaga managemen agar dalam menjalankan

kegiatannya tidak bertentangan dengan hukum maupun aturan-aturan yang telah

di tetapkan (Dewi, 2019). Menurut (Sugiyanto et al., 2020) semakin besar

presentase komisaris independent yang berasal dari luar perusahaan menuntut

manajemen bekerja lebih efektif dalam pengawasan dan pengendalian

pengelolaan perusahaan oleh direksi dan manager, sehingga keberadaan mereka

tidak hanya menjadi symbol semata.

Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan yang

dimiliki oleh institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan

investasi dan kepemilikan institusi lain (Septiarini, 2017). Kepemilikan

institusional memiliki peranan yang sangat penting dalam meminimalisasi konflik

keagenan yang terjadi antara manajer dan pemegang saham. Keberadaan investor

institusional dianggap mampu menjadi mekanisme monitoring yang efektif dalam

setiap keputusan yang diambil oleh manajer. Hal ini disebabkan investor

institusional terlibat dalam pengambilan keputusan yang strategis sehingga tidak

mudah percaya terhadap tindakan manipulasi laba (Jensen & Meckling, 1976)

Berdasarkan uraian diatas hipotesis yang dikembangkan adalah sebagai

berikut :

H1 : Diduga family ownership, komisaris independen dan kepemilikan

institusional secara simultan berpengaruh terhadap tax avoidance

2. Pengaruh family ownership terhadap tax avoidance

27
Perusahaan keluarga merupakan perusahaan yang jumlah saham yang

beredarnya sebanyak 50% atau lebih dimiliki oleh satu atau dua keluarga.

Perusahaan ini biasanya memiliki pegawai, pengurus, pemimpin dari keluarga

sendiri walaupun tidak menutup kemungkinan akan adanya pihak ekternal yang

kompeten dan profesional. Dengan dukungan anggota keluarga tentu saja

perusahaan jenis ini akan mempunyai motifasi yang kuat dalam mengelola

perusahaan terutama untuk menjaga citra dan reputasi perusahaan (Irawati et al.,

2020).

Menurut (Jensen & Meckling, 1976) dalam (Maharani & Juliarto, 2019)

mengemukakan bahwa kepemilikan keluarga memiliki konsentrasi kepemilikan

substansial yang lebih tinggi yang memitigasi biaya agensi antara manajemen dan

pemilik. Perusahaan keluarga sendiri lebih fokus pada biaya reputasi dan penalti.

Oleh karena itu, mereka secara khusus cenderung untuk kurang melakukan

tindakan pajak yang agresif karena mereka peduli dengan nama perusahaan

mereka. Perusahaan keluarga mengakui bahwa perusahan mereka sebagai warisan

untuk generasi penerusnya. Perusahaan keluarga berkonsentrasi pada nilai jangka

panjang daripada jangka pendek. jika kepemilikan keluarga mengalami

peningkatan, maka penghindaran pajak akan menurun. Untuk menentukan apakah

tindakan penghindaran pajak pada perusahaan keluarga lebih rendah atau lebih

tinggi dari pada perusahaan non-keluarga, tergantung dari seberapa besar

keuntungan atau kerugian yang ditanggung pihak keluarga yang menjadi

manajemen perusahaan (family owners) atau pihak manajer dalam perusahaan

non-keluarga.

28
Dalam penelitian (Wirdaningsih et al., 2018) menyatakan bahwa

kepemilikan keluarga berpengaruh terhadap tax avoidance. Hal ini karena dengan

ada hak mayoritas dan hak kontrol oleh suatu keluarga, menyebabkan kebijakan

kebijakan yang akan diambil akan ditentukan oleh keluarga. Keluarga bisa

menentukan dengan mudah keputusan apa yang akan dilakukan, termasuk

mengenai kebijakan perpajakan dalam perusahaan. Sedangkan penelitian

(Subagiastra et al., 2017) menunjukan bahwa kepemilikan keluarga tidak

berpengaruh terhadap tax avoidance. Hal ini karena di Indonesia menganut sistem

self assessment dimana wajib pajak yang menghitung, melaporkan dan membayar

pajak mereka sehingga dapat dengan mudah mereka melakukan tindakan tax

avoidance.

Berdasarkan uraian diatas hipotesis yang dikembangkan adalah sebagai

berikut :

H2 : Diduga family ownership berpengaruh terhadap tax avoidance

3. Pengaruh komisaris independen terhadap tax avoidance

Komisaris independen merupakan pihak yang tidak terafiliasi dengan

pemegang saham pengendali, anggota direksi dan dewan komisaris lain.

Keberadaan komisaris independen dalam perusahaan bertujuan untuk

menyeimbangkan dalam pengambilan keputusan, khususnya dalam rangka

perlindungan terhadap pemegang saham minoritas dan pihak-pihak yang terkait.

pengaruh dewan komisaris independen di dalam suatu perusahaan merupakan

salah satu bentuk dari mekanisme peningkatan tata kelola perusahaan (Ulupui,

2016).

29
Menurut (Prasetyo & Pramuka, 2018) dewan komisaris independen

adalah dewan komisaris yang bukan merupakan anggota manajemen, pemegang

saham mayoritas, pejabat atau berhubungan langsung maupun tidak langsung

dengan pemegang saham mayoritas dari suatu perusahaan. Dengan adanya dewan

komisaris independen diharapkan dapat terjadi keseimbangan antara manajemen

perusahaan dan para stakeholder dalam perusahaan. Komisaris independen

bersama dewan komisaris lainnya melaksanakan tugas pengawasan dan

menentukan strategi kebijakan yang menguntungkan bagi perusahaan, namun

tidak melanggar hukum termasuk dalam penentuan strategi yang terkait dengan

pajak. Dengan kata lain, keberadaan dewan komisaris independen efektif dalam

usaha mencegah tindakan penghindaran pajak.

Dalam penelitian (Dewi, 2019) komisaris independen berpengaruh

terhadap tax avoidance. Hal ini karena dengan banyaknya jumlah dewan

komisaris independen akan menyebabkan sulitnya komunikasi dan koordinasi

antar anggota dewan komisaris independen sehingga dapat mengurangi tanggung

jawab dewan komisaris dalam mengambil keputusan yang tepat bagi perusahaan.

Sedangkan penelitian (Prasetyo & Pramuka, 2018) komisaris independen tidak

berpengaruh terhadap tax avoidance. Hal ini karena jika dewan komisaris

independen yang berasal dari luar manajemen akan cenderung untuk tidak

terpengaruh oleh tindakan manajemen, mereka cenderung mendorong manajemen

perusahaan untuk mengungkapkan informasi yang lebih luas kepada para

pemegang saham dan stakeholder.

30
Berdasarkan uraian diatas hipotesis yang dikembangkan adalah sebagai

berikut :

H3 : Diduga komisaris independen berpengaruh terhadap tax avoidance

4. Pengaruh kepemilikan institusional terhadap tax avoidance

Di dalam kegiatan operasionalnya, suatu perusahaan akan mencari para

investor untuk menambah modal sehingga dapat melakukan kegiatan sesuai

dengan tujuannya tanpa hambatan. Salah satu kepemilikan saham dimiliki oleh

institusional. Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan

yang dimiliki oleh institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi, bank,

perusahaan investasi dan kepemilikan institusi lain (Septiarini, 2017).

Menurut (Sari & Kinasih, 2021) kepemilikan institusional adalah salah

satu faktor dalam mengurangi konflik manajemen perusahaan. Semakin banyak

kepemilikan saham institusi menyebabkan semakin ketat pengawasan yang

dipegang pihak luar terhadap sebuah perusahaan. Pemilik saham berperan besar

dalam mempengaruhi, mengamati, dan menertibkan manajer. Kepemilikan

institusional memiliki arti penting dalam memonitor manajemen karena dengan

adanya kepemilikan oleh institusional akan mendorong peningkatan pengawasan

yang lebih optimal. Hal ini dapat menekan kegiatan mencari keuntungan pribadi

para manajer perusahaan sehingga dapat menghindari perilaku yang merugikan

para pemegang saham (Septiarini, 2017).

Dalam penelitian (Ariawan & Setiawan, 2017) menunjukan bahwa

kepemilikan institusional berpengaruh terhadap Tax avoidance. Hal ini karena

perusahaan yang memiliki kepemilikan institutional yang tinggi akan semakin

31
agresif dalam meminimalisir pelaporan perpajakannya. Keberadaan kepemilikan

institusional mengindikasikan adanya tekanan dari pihak institusional kepada

manajemen perusahaan untuk melakukan kebijakan pajak yang agresif dalam

rangka memperoleh laba yang maksimal sebagai akibat dari besarnya modal

kepemilikan institusional yang ditanamkan di perusahaan. Sedangkan penelitian

(Sari & Kinasih, 2021) menunjukkan bahwa kepemilikan institusional tidak

berpengaruh terhadap tax avoidance. Hal ini karena besar kecilnya proporsi

kepemilikan institusional tidak membuat praktik tax avoidance yang dilakukan

oleh perusahaan tersebut dapat dihindari.

Berdasarkan uraian diatas hipotesis yang dikembangkan adalah sebagai

berikut :

H4 : Diduga kepemilikan institusional berpengaruh terhadap tax avoidance

32
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang

dilakukan untuk melihat hubungan dari variabel independen terhadap variabel

dependen. Menurut (Sugiyono, 2016) metode penelitian kuantitatif dapat diartikan

sebagai metode penelitian pada populasi atau sample tertentu, pengumpulan data

menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif, dengan

tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah tax avoidance, sedangkan

variabel independen adalah family ownership, komisaris independen dan

kepemilikan institusional.

3.2 Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini penulis memilih Bursa Efek Indonesia sebagai

lokasi melakukan observasi, yang beralamat Jl. Jend. Sudirman No.Kav. 52-53,

RT.5/RW.3, Senayan, Kby. Baru, Kota Jakarta Selatan. Jadi penelitian yang

dilakukan adalah observasi tidak langsung berupa data sekunder dengan

menggunakan data yang ada pada situs www.idx.co.id. Untuk menganalisis

permasalahan yang ada, penulis mendata laporan keuangan dari perusahaan

manufaktur sektor barang konsumsi makanan dan minuman tahun 2016-2020.

33
3.3 Variabel dan Pengukuran

3.3.1 Variabel Dependen

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh adanya

variabel bebas. Variabel dependen merupakan variabel yang menjadi perhatian

utama dalam suatu penelitian.Variabel dependen dalam penelitian ini adalah tax

avoidance. Tax avoidence merupakan usaha untuk mengurangi atau bahkan

meniadakan hutang pajak yang harus dibayar perusahaan dengan tidak melanggar

regulasi (Wijayani, 2016). Untuk mengukur penghindaran pajak pada penelitian

ini diproksikan menggunakan CETR (Cash Effective Tax Ratio).

Pembayaran pajak
CETR=
Laba Sebelum Pajak

3.3.2 Variabel Independen

Variabel Independen (variabel bebas) adalah variabel yang

mempengaruhi variabel dependen, baik secara positif maupun negatif. Dalam

penelitian ini, yang menjadi variabel independen adalah family ownership,

komisaris independen dan kepemilikan institusional.

1. Family Ownership

Perusahaan keluarga merupakan perusahaan yang jumlah saham yang

beredarnya sebanyak 50% atau lebih dimiliki oleh satu atau dua keluarga.

Perusahaan ini biasanya memiliki pegawai, pengurus, pemimpin dari keluarga

sendiri walaupun tidak menutup kemungkinan akan adanya pihak eksternal yang

kompeten dan profesional (Irawati et al., 2020). Untuk pengukuran kepemilikan

34
keluarga dilakukan dengan dummy variabel, bernilai 1 jika proporsi kepemilikan

keluarga > 50%, dan bernilai 0 jika sebaliknya.

2. Komisaris Independen

Dewan komisaris independen adalah dewan komisaris yang bukan

merupakan anggota manajemen, pemegang saham mayoritas, pejabat atau

berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan pemegang saham

mayoritas dari suatu perusahaan (Prasetyo & Pramuka, 2018). Komisaris

independen dapat diukur dengan rumus sebagai berikut:

DKI=
∑ Dewan Komisaris Independen
∑ Anggota Dewan Komisaris

3. Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan yang

dimiliki oleh institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan

investasi dan kepemilikan institusi lain (Ariawan & Setiawan, 2017). Kepemilikan

institusional dapat diukur dengan rumus sebagai berikut:

INST =
∑ Saham Institusional
∑ Saham Beredar

Table 3.1
Variabel dan Pengukuran

35
No Jenis Skala
Variabel Indikator
. Variabel Pengukuran
1. Diproksikan dengan
CETR, yaitu kas
Tax
Dependen pembayaran pajak dibagi Rasio
Avoidance
pendapatan sebelum pajak
dikali 100 persen.
2. Perusahaan keluarga
memiliki persentase
kepemilikan sebesar 50%.
Family Perusahaan keluarga akan
Independen Dummy
Ownership diberikan notasi (1)
sedangkan bukan
perusahaan keluarga akan
diberikan notasi (0)
3. Komisaris Independen
yaitu jumlah dewan
Komisaris komisaris independen
Independen Rasio
Independen dibagi jumlah anggota
dewan komisaris dikali
100 persen.
4. Kepemilikan Institusional,
yaitu Jumlah saham
Kepemilikan
Independen institusional dibagi jumlah Rasio
Institusional
saham beredar dikali 100
persen..
Sumber : Diolah dari berbagai referensi, ditulis oleh penulis tahun 2021

3.4 Populasi dan Sampel

3.4.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2017 : 90). Populasi

dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan

minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2016-2020.

3.4.2 Sampel

36
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari

semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan data, tenaga dan

waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu.

Apa yang dipelajari dari sampel itu kesimpulannya dapat diberlakukan untuk

populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul mewakili

(Sugiyono, 2016).

Dalam penentuan sampel pada penelitian ini menggunakan metode

purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu

(Sugiyono, 2016). Adapun kriteria-kriteria yang digunakan dalam penentuan

sampel penelitian adalah sebagai berikut :

1. Perusahaan manufaktur yang tergolong dalam sektor manufaktur industri

barang dan konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2016-

2020.

2. Menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit berturut-turut selama tahun

pengamatan.

3. Perusahaan dengan data dimiliki data terkait dengan variabel-variabel yang

digunakn dalam penelitian ini.

4. Perusahaan yang memperoleh keuntungan selama tahun penelitian.

5. Perusahaan yang menggunakaan mata uang rupiah

6. Perusahaan Manufaktur sektor industri barang konsumsi yang tidak delisting

dari Bursa Efek Indonesia selama periode pengamatan.

37
3.5 Metode Pengumpulan Data Penelitian

Teknis pengumpulan data adalah langkah yang paling strategis dalam

penelitian, karena tujuan utama dalam penelitian adalah mendapatkan sebuah data.

Tanpa adanya pengumpulan data, maka peneliti tidak akan memenuhi standar

yang ditetapkan (Sugiyono, 2013). Jenis data yang peneliti gunakan dalam

penelitian ini adalah jenis data sekunder dengan periode penelitian selama 5 (lima)

tahun. Data sekunder adalah sebuah data yang diperoleh peneliti secara tidak

langsung melalui media perantara yang diperoleh dan dicatat pihak lain. Adapun

cara yang peneliti gunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini

menggunakan dua cara, yaitu sebagai berikut :

1. Penelitian Kepustakaan

Peneliti memperoleh data yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti

melalui buku, jurnal, internet, berita dan media lain yang berkaitan dengan

judul penelitian ini.

2. Riset Internet (Online Research)

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Dimana

seluruh data bersumber dari laporan tahunan manufaktur sub sektor makanan dan

minuman tahun 2016 sampai 2020 yang dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia

(BEI) dan dapat diakses melalui situs resmi Bursa Efek Indonesia (BEI) pada

alamat website www.idx.co.id.

3.6 Metode Analisis Data

3.6.1 Uji Statistik Deskriptif

38
Menurut (Ghozali, 2018) uji statistik deskriptif adalah statistik yang

memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata

(mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum. Dalam statistik

deskriptif juga dapat dilakukan mencari kuatnya hubungan antar variabel melalui

analisis korelasi, melakukan prediksi dengan analisis regresi dan membuat

perbandingan dengan membandingkan rata-rata sampel atau populasi. Uji statistik

deskriptif tersebut dilakukan dengan program eviews.

3.6.2 Pemilihan Model Data Panel

Data panel merupakan kombinasi antar data time series dan data cross

section. Data cross section adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

terhadap banyak individu, sedangkan time series adalah data yang dikumpulkan

dari waktu ke waktu terhadap suatu individu (Sutantyo, 2017).

Pada penelitian (Rode & Dewi, 2019) menyebutkan metode estimasi

model data panel dapat dilakukan melalui tiga pendekatan, antara lain :

1. Common effect model (CEM)

Model common effect model merupakan model sederhana yaitu dengan

menggabungkan seluruh data time series dengan cross section, selanjutnya

digunakan estimasi model dengan menggunakan OLS (Ordinary Least

Square). Metode analisis ini berlaku untuk semua objek yang akan diteliti.

Namun kelemahan model ini adalah ketidaksesuaian model dengan keadaan

yang sebenarnya.

2. Fixed effect model (FEM)

39
Model data panel dengan fixed effect model mengasumsikan bahwa perbedaan

mendasar antara individu dapat di akomodasikan melalui perbedaan

intersepnya antar waktu sama.intersep individu merupakan intersep yang tidak

dapat diketahui dan akan di estimasi. Pada umumnya memasukkan variabel

Dummy variable.

3. Random Effect Model (REM)

Random Effect Model digunakan untuk mengatasi kelemahan model effect

tetap yang menggunakan Dummy Variabel. Sehingga model mengalami

ketidakpastian. Penggunaan dummy variabel akan mengurangkan derajat bebas

yang pada akhirnya akan mengurangi efisiensi dari parameter yang diestimasi.

REM menggunakan residual yang diduga memiliki hubungan antarwaktu dan

antar individu.sehingga REM mengasumsikan bahwa setiap individu memiliki

perbedaan intersep yang merupakan variabel random.

3.6.3 Uji Regresi Data Panel

Regresi Data Panel adalah gabungan antara data cross section dan

data time series, dimana unit cross section yang sama diukur pada waktu yang

berbeda. Maka dengan kata lain, data panel merupakan data dari beberapa

individu sama yang diamati dalam kurun waktu tertentu (Statistikan.com).

Menurut (Fayola & Nurbaiti, 2020) menyebutkan Untuk memilih model

yang paling tepat terdapat beberapa pengujian yang dapat dilakukan, antara lain:

1. Uji Chow

40
Uji chow dilakukan untuk menentukan apakah model common effect atau

fixed effect yang lebih tepat untuk digunakan dalam model statistik penelitian..

Hipotesis dalam Uji Chow adalah sebagai berikut:

H0: Menggunakan model Common Effect (CE)

H1: Menggunakan model Fixed Effect (FE)

Jika nilai probabilitas > Level of significant 0,05, maka H0 diterima

Jika nilai probabilitas < Level of significant 0,05, maka H0 ditolak

2. Uji Hausman

Uji Hausman adalah pengujian yang dilakukan untuk menentukan apakah

model Fixed Effect atau Random Effect yang lebih tepat untuk digunakan.

Hipotesis dalam Uji Hausman adalah sebagai berikut:

H0: Menggunakan model Random Effect (RE)

H1: Menggunakan model Fixed Effect (FE)

Jika nilai probabilitas > Level of significant 0,05, maka H0 diterima

Jika nilai probabilitas < Level of significant 0,05, maka H0 ditolak

3. Uji Lagrange Multiplier

Uji lagrange multiplier merupakan pengujian untuk menentukan antara

model random effect atau common effect yang paling tepat digunakan. Hipotesis

dalam uji lagrange multiplier sebagai berikut :

H0: Menggunakan model Common Effect (CE)

H1: Menggunakan model Random Effect (RE)

Jika nilai probabilitas > Level of significant 0,05, maka H0 diterima

Jika nilai probabilitas < Level of significant 0,05, maka H0 ditolak

41
3.6.4. Analisis Regresi Data Panel

Penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi berganda karena

variabel independen dalam penelitian lebih dari dua. Teknik ini digunakan untuk

mengetahui hubungan dan seberapa besar pengaruh dari variabel bebas

(independen) terhadap variabel terikat (dependen). Secara sistematik persamaan

regresi yang akan digunakan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

Y = β0 + β1X1+ β2X2 + β2X3 + ε

Keterangan :
Y = Tax Avoidance
X1 = Family Ownership
X2 = Komisaris Independen
X3 = Kepemilikan Institusional
β0 = Konstanta
β1 β3 = Koefisien regresi
e = eror

3.6.5 Uji Asumsi Klasik

Uji Asumsi klasik digunakan untuk mengetahui apakah data tersebut

memenuhi syarat-syarat yaitu lolos dari uji asumsi klasik. Syarat-syarat yang

harus dipenuhi adalah data tersebut harus terdistribusi secara normal, tidak

mengandung multikolinieritas, heteroskedastisitas dan autokorelasi. Untuk itu

sebelum melakukan pengujian regresi linier berganda perlu lebih dahulu

pengujian asumsi klasik yang terdiri dari :

1. Uji Normalitas

Uji normalitas menggambarkan apakah dalam model regresi, variabel

penganggu atau residual terdistribusi normal. Namun Pada penelitian ini

42
menggunakan uji statistik Jarque-Bera untuk mengetahui apakah data berdistribusi

normal. Data dikatakan normal apabila Jarque-Bera lebih kecil dari 2 (tidak

signifikan) atau profitabilitas lebih besar dari ⍺ 5% (0,05) maka data terdistribusi

normal (Rode & Dewi, 2019).

2. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang

baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Pengujian ini

dapat dilihat melalui korelasi setiap variabel. Jika lebih kecil dari 0,9 maka

menunjukkan bahwa tidak terdapat korelasi antar variabel independen (Ghozali,

2018).

3. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain. Jika variance dari residual suatu pengamatan ke

pengamatan lain tetap, maka disebut Homokedastisitas dan jika berbeda disebut

heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang Homokedastisitas atau

tidak terjadi Heteroskedastisitas s.

4. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi

linear ada korelasi antara variabel penggangu pada periode sebelumnya.

Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan

satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual tidak bebas dari suatu

43
observasi ke observasi lainnya. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas

dari autokorelasi (Ghozali, 2018). Pengujian yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan uji Durbin-Watson (DW test).

Mekanisme pengujian Durbin Watson adalah sebagai berikut :

1. Merumuskan hipotesis

H0 : tidak ada autokorelasi (r = 0)

Ha : ada korelasi (r ≠ 0)

2. Merumuskan nilai dihitung (Durbin-Watson)

3. Untuk ukuran sampel tertentu dan banyaknya variabel independen,

menentukan nilai batas atas (du) dan batas bawah (dl) dalam tabel.

4. Mengambil keputusan dengan kriteria dengan kriteria sebagai berikut :

a. Jika 0 < d < dl, H0 ditolak berarti tidak ada autokorelasi positif.

b. Jika dl ≤ d ≤ du, daerah tanpa keputusan, berarti tidak ada autokorelasi

positif.

c. Jika 4-dl < d < 4, H0 ditolak berarti tidak ada autokorelasi negatif.

d. Jika 4-du ≤ d ≤ 4-dl, daerah tanpa keputusan, berarti tidak ada autokorelasi

negatif.

e. Jika du < d < 4-du, H0 tidak ditolak berarti tidak ada autokorelasi, positif

atau negatif.

3.6.6 Uji Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban atau dugaan sementara terhadap suatu

fenomena yang perlu dibuktikan atau diuji kebenarannya secara empiris. Secara

44
statistik penafsiran tersebut diukur dari koefisien determinan, nilai statistik f dan

nilai statistik t.

1. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) pada dasarnya digunakan untuk mengukur

seberapa jauh kemampuan model dalam menjelaskan variasi variabel dependen

(Ghozali, 2018). Nilai koefisien determinasi (R2) adalah antara nol dan satu.

Apabila nilai R kecil maka kemampuan variabel-variabel independen dalam

menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas. Sedangkan, apabila nilai

R2 mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua

informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.

Kelemahan mendasar dalam penggunaan koefisien determinasi adalah

bisa terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model.

Setiap tambahan satu variabel independen, maka nilai R2 pasti meningkat

walaupun variabel tersebut berpengaruh secara signifikan atau tidak terhadap

variabel dependen. Oleh karena itulah para peneliti menganjurkan untuk

menggunakan nilai adjusted R2 pada saat mengevaluasi mana model regresi

terbaik. Tidak seperti R2, nilai adjust R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel

independen ditambahkan kedalam model (Ghozali, 2018).

2. Uji Signifikansi Simultan F (Uji Statistik F)

Menurut (Ghozali, 2018) Uji F dilakukan dengan tujuan untuk menguji

keseluruhan variabel independen, yaitu : pertumbuhan penjualan dan kepemilikan

manajerial dengan intensitas modal terhadap satu variabel dependen yaitu

45
penghindaran pajak. secara bebas dengan taraf signifikan sebesar 0,05 dapat

disimpulkan sebagai berikut :

a. Probabilitas < taraf signifikan 5% maka H 0 ditolak dan Ha diterima artinya

terdapat pengaruh signifikan antara semua variabel bebas secara

simultan/bersama terhadap variabel terikatnya.

b. Probabilitas > taraf signifikan 5% maka H0 diterima dan Ha ditolak artinya

tidak terdapat pengaruh signifikan antara semua variabel bebas secara

simultan/bersama terhadap variabel terikatnya.

3. Uji Parameter Individual (Uji t)

Menurut (Ghozali, 2018), Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan

seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual dalam

menerangkan variasi variabel dependen. Uji t dipergunakan untuk menguji atau

mengetahui ada tidaknya hubungan atau pengaruh yang berarti antara variabel

bebas secara parsial terhadap variabel terikat. Pengambilan keputusan uji hipotesis

didasarkan pada nilai probabilitas yang didapatkan dari hasil pengolahan data

melalui program eviews dengan taraf signifikan 5%. Cara pengujian nya adalah

sebagai berikut :

a. Probabilitas < taraf signifikan 5% maka H 0 ditolak dan Ha diterima artinya

terdapat pengaruh signifikan antara variabel bebas secara parsial (individual)

terhadap variabel terikatnya.

46
b. Probabilitas > taraf signifikan 5% maka H0 diterima dan Ha ditolak artinya

tidak terdapat pengaruh signifikan antara variabel bebas secara parsial

(individual) terhadap variabel terikatnya.

47
DAFTAR PUSTAKA

Anindyka, D., Pratomo, D., & Kurnia, K. (2018). Pengaruh Leverage (Dar),
Capital Intensity Dan Inventory Intensity Terhadap Tax Avoidance (Studi
Pada Perusahaan Makanan Dan Minuan Di Bursa Efek Indonesia (Bei)
Tahun 2011-2015). EProceedings of Management, 5(1).
Ariawan, I., & Setiawan, P. E. (2017). Pengaruh Dewan Komisaris Independen,
Kepemilikan Institusional, Profitabilitas dan Leverage terhadap Tax
Avoidance. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 18(3), 1831–1859.
Charisma, R. B., & Dwimulyani, S. (2019). Pengaruh Struktur Kepemilikan
Terhadap Tindakan Penghindaran Pajak Dengan Kualitas Audit Sebagai
Variabel Moderating. Prosiding Seminar Nasional Pakar, 2–32.
Dewi, N. M. (2019). Pengaruh Kepemilikan Institusional, Dewan Komisaris
Independen dan Komite Audit Terhadap Penghindaran Pajak (Tax
Avoidance) Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia Periode 2012-2016. MAKSIMUM: Media Akuntansi Universitas
Muhammadiyah Semarang, 9(1), 40–51.
Dewinta, I. A. R., & Setiawan, P. E. (2016). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Umur
Perusahaan, Profitabilitas, Leverage dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap
Tax Avoidance. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 14(3), 1584–
1613.
Fayola, D. N. W. B., & Nurbaiti, A. (2020). Pengaruh Ukuran Perusahaan,
Konsentrasi Kepemilikan, Reputasi Auditor dan Risk Management
Committee Terhadap Pengungkapan Enterprise Risk Management. Jurnal
Ilmiah Akuntansi, 5(1), 01. https://doi.org/10.23887/jia.v5i1.23090
Fitria, G. N. (2018). Pengaruh Kepemilikan Institusional, Komisaris Independen,
Karakter Eksekutif dan Size terhadap Tax Avoidance (Study Empiris Pada
Emiten Sektor Perdagangan yang Terdaftar di BEI Tahun 2014-2017).
Profita: Komunikasi Ilmiah Dan Perpajakan, 11(3), 438–451.
Ghozali, I. (2018). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 25.
Undip.
Hariseno, P. E., & Pujiono, P. (2021). Pengaruh Manajemen Laba Terhadap
Penghindaran Pajak. JIKEM: Jurnal Ilmu Komputer, Ekonomi Dan
Manajemen, 1(1), 101–111.
Irawati, W., Akbar, Z., Wulandari, R., & Barli, H. (2020). Analisis Profitabilitas,
Leverage, Pertumbuhan Penjualan Dan Kepemilikan Keluarga Terhadap
Penghindaran Pajak. JAK (Jurnal Akuntansi) Kajian Ilmiah Akuntansi, 7(2),
190–199.
Jensen, M. C., & Meckling, W. H. (1976). Theory of the firm: Managerial

47
Behavior, Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial
Economics, 3(4), 305–360.
Maharani, W., & Juliarto, A. (2019). Pengaruh Kepemilikan Keluarga Terhadap
Tax Avoidance Dengan Kualitas Audit Sebagai Variabel Moderating.
Diponegoro Journal of Accounting, 8(4).
Mahidin, I., & Danastri, N. D. (2017). Analisis Komisaris Independen, Komite
Audit, Kepemilikan Keluarga, dan Ukuran Perusahaan Terhadap
Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)(Studi Empiris Pada Perusahaan Food
and Beverages yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2013).
Media Riset Akuntansi, 5(2), Hal-40.
Marsella, A., & Syafrizal, S. (2021). Pengaruh Karakter Ekskutif, Corporate
Governance dan Kompensasi Ekskutif Terhadap Tax Avoidance (Studi
Empiris Pada Perusahaan Indeks LQ45 Yang Terdaftar Di BEI Periode 2014-
2018). SAKUNTALA: Prosiding Sarjana Akuntansi Tugas Akhir Secara
Berkala, 1(1), 83–110.
Ngadiman, N., & Puspitasari, C. (2014). Pengaruh leverage, kepemilikan
institusional, dan ukuran perusahaan terhadap penghindaran pajak (tax
avoidance) pada perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia 2010-2012. Jurnal Akuntansi, 18(3), 408–421.
Ningsih, A. N., Irawati, W., Barli, H., & Hidayat, A. (2020). Analisis
Karakteristik Perusahaan, Intensitas Aset Tetap dan Konservatisme
Akuntansi Terhadap Tax Avoidance. EkoPreneur, 1(2), 245–256.
Oktavia, R., & Hananto, H. (2018). Pengaruh Kepemilikan Keluarga, Kontrol
Keluarga Pemilik, Dan Manajemen Keluarga Pemilik Terhadap Tindakan
Pajak Agresif Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI Periode
2013-2015. Akuntansi Dan Teknologi Informasi, 12(1).
Prasetyo, I., & Pramuka, B. A. (2018). Pengaruh Kepemilikan Institusional,
Kepemilikan Manajerial dan Proporsi Dewan Komisaris Independen
Terhadap Tax Avoidance. Jurnal Ekonomi, Bisnis, Dan Akuntansi, 20(2).
Prasista, P. M., & Setiawan, E. (2016). Pengaruh Profitabilitas dan Pengungkapan
Corporate Social Responsibility Terhadap Agresivitas Pajak Penghasilan
Wajib Pajak Badan. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 17(3), 2120–
2144.
Rahyuningsih, R., & Ayem, S. (2020). Pengaruh Leverage dan Kepemilikan
Manajerial Terhadap Manajemen Laba Dengan Agency Cost Sebagai
Variabel Intervening. Kajian Bisnis Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Widya
Wiwaha, 28(2), 188–206.
Rode, C. D., & Dewi, A. S. (2019). Pengaruh Good Corporate Governance Dan
Leverage Terhadap Kinerja Keuangan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa

48
Efek Indonesia.
Sari, A. Y., & Kinasih, H. W. (2021). Pengaruh Profitabilitas, Leverage, dan
Kepemilikan Institusional terhadap Tax Avoidance. Dinamika Akuntansi
Keuangan Dan Perbankan, 10(1), 51–61.
Septiarini, K. D. (2017). Pengaruh Roa, Leverage, Ukuran Perusahaan,
Kepemilikan Institusional dan Kompensasi Rugi Fiskal Terhadap Tax
Avoidance.
Subagiastra, K., Arizona, I. P. E., & Mahaputra, I. N. K. A. (2017). Pengaruh
profitabilitas, kepemilikan keluarga, dan good corporate governance terhadap
penghindaran pajak (Studi pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek
Indonesia). JIA (Jurnal Ilmiah Akuntansi), 1(2).
Sugiyanto, S., Setiawan, I., & Fitria, J. R. (2020). Effect Of Executive Character,”
Capital Intensity And “Good Corporate Governance “To Tax
Avoidance”(Idx 2015-2019 Food & Beverages Sector Manufacturing).
Proseding Seminar Nasional Akuntansi, 3(1).
Sugiyono. (2013). Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sumantri, I. I., & Indradi, D. (2020). Analisis Penghindaran Pajak Dengan
Pendekatan Financial Distress Dan Profitabilitas. Journal Of Applied
Managerial Accounting, 4(2), 262–276.
Sutantyo, E. H. (2017). Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan
Angkatan Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi.
Ulupui, P. R. (2016). Pengaruh komite audit, proporsi komisaris independen, dan
proporsi kepemilikan institusional terhadap tax avoidance. Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana, 16(1), 702–732.
Wijayani, D. R. (2016). Pengaruh profitabilitas, kepemilikan keluarga, corporate
governance dan kepemilikan institusional terhadap penghindaraan pajak di
Indonesia. Jurnal Dinamika Ekonomi & Bisnis, 13(2).
Wirdaningsih, W., Sari, R. N., & Rahmawati, V. (2018). Pengaruh Kepemilikan
Keluarga Terhadap Penghindaran Pajak Dengan Efektivitas Komisaris
Independen Dan Kualitas Audit Sebagai Pemoderasi. Jurnal Akuntansi
(Media Riset Akuntansi & Keuangan), 7(1).
Www.money.kompas.com
Www.Pajak.go.id
Www. Statistika.com

49

Anda mungkin juga menyukai