Anda di halaman 1dari 66

PENGARUH DEFFERED TAX EXPENSSE, KONSENTRASI

KEPEMILIKAN DAN ARUS KAS OPERASIONAL


TERHADAP
PERSISTENSI LABA
(Studi Empiris Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar
di BEI periode 2017-2021)

PROPOSAL SKRIPSI

Ditulis Oleh:
NUR TILARSIH
NIM. 181011201977

PROGRAM STUDI SARJANA AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PAMULANG
TANGERANG SELATAN
2022

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan
proposal skripsi ini. Proposal skripsi ini menganalisis Pengaruh Beban Pajak
Tangguhan, Konsentrasi Kepemilikan dan Arus Kas Operasional Terhadap
Persistensi Laba pada Perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di
BEI periode 2017-2021. Penulisan proposal skripsi ini dilakukan dalam rangka
memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi dan Bisnis
dalam Ilmu Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pamulang.
Pada kesempatan ini saya ingin menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. (H.C.). Drs. H. Darsono, selaku Ketua Yayasan Sasmita Jaya
yang telah mewujudkan mimpi-mimpi anak bangsa dengan mempelopori
adanya pendidikan dengan biaya terjangkau dan berkualitas.
2. Bapak Dr. Drs. E. Nurzaman, M.M., M.Si., selaku Rektor Universitas
Pamulang yang telah berupaya keras menjadikan Universitas Pamulang
semakin berkualitas.
3. Bapak Dr. H. Endang Ruhiyat, S.E., M.M., CSRA, CMA., selaku Dekan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pamulang yang telah memajukan
Fakultas Ekonomi menjadi semakin baik.
4. Ibu Effriyanti, S.E., Akt., M.Si., CA., selaku Ketua Program Studi S1
Akuntansi yang senantiasa sabar memberikan pengarahan.
5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Program Studi S1 Akuntansi yang
telah memberikan ilmu yang bermanfaat.
6. Bapak dan Ibu jajaran staf Universitas Pamulang terkhusus staf akuntansi,
yang telah membantu memperlancar upaya saya dalam menyelesaikan studi
di Universitas Pamulang.
7. Keluarga tercinta yang selalu support dalam kondisi apapun.

ii
8. Semua pihak yang telah membantu kelancaran proposal skripsi ini yang
tidak bisa disebutkan satu per satu. Terima kasih atas dorongan, motivasi,
bantuan, dan doa yang telah diberikan.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal skripsi ini masih jauh
dari yang diharapkan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun. Penulis berharap proposal skripsi ini dapat berguna
bagi para pembaca dan dunia ilmu pengetahuan.

Tangerang Selatan, Oktober 2021


Penulis,

Nur Tilarsih
NIM. 181011201977

iii
DAFTAR ISI

COVER............................................................................................................ i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah........................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah.................................................................................... 9
1.3. Tujuan Penelitian...................................................................................... 9
1.4. Manfaat Penelitian.................................................................................... 10
1.4.1. Manfaat Teoritis............................................................................ 10
1.4.2. Manfaat Praktis............................................................................. 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori........................................................................................... 12
2.1.1 Grand Teory.................................................................................... 12
2.1.2 Persistensi Laba.............................................................................. 13
2.1.3 Deffered Tax Expensse................................................................... 14
2.1.4 Konsentrasi Kepemilikan................................................................ 17
2.1.5 Arus Kas Operasional..................................................................... 21
2.2 Penelitian Terdahulu................................................................................... 23
2.3 Kerangka Berfikir....................................................................................... 29
2.4 Pengembangan Hipotesis............................................................................ 31
2.4.1 Pengaruh secara simultan Beban Pajak Tangguhan, Konsentrasi
Kepemilikan dan Arus Kas Operasional terhadap Persistensi Laba 31
2.4.2 Pengaruh Deffered Tax Expensse terhadap Persistensi Laba......... 32
2.4.3 Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan terhadap Persistensi Laba..... 33
2.4.4 Pengaruh Arus Kas Operasional terhadap Persistensi Laba…………34
BAB III METOEDOLOGI PENELITIAN

iv
3.1 Jenis Penelitian ........................................................................................ 37
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian..................................................................... 37
3.2.1 Lokasi Penelitian............................................................................ 37
3.2.2 Waktu Penelitian ........................................................................... 38
3.3 Operasional Variabel Penelitian................................................................. 38
3.3.1 Dependen Variable (Variabel Terikat)........................................... 38
3.3.2 Independen Variable (Variabel Bebas).......................................... 41
3.4 Populasi dan Sampel.................................................................................. 43
3.4.1 Populasi........................................................................................... 43
3.4.2 Sampel............................................................................................. 43
3.5 Teknik Pengumpulan Data......................................................................... 44
3.6 Teknik Analisis Data.................................................................................. 45
3.6.1 Uji Statistik Deskriptif................................................................... 45
3.6.2 Uji Model Regresi data panel........................................................ 45
3.6.3 Model Regresi Data Panel............................................................. 47
3.6.4 Uji Asumsi Klasik.......................................................................... 50
3.6.5 Analisis Regresi Data Panel........................................................... 53
3.6.6 Koefisien Determinasi................................................................... 54
3.6.7 Uji Parsial (Uji Statistik t)............................................................ 54
3.6.8 Uji Simultan (Uji Statistik F) ....................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 57

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Perkembangan bisnis yang sangat pesat pada era globalisasi saat ini telah

merubah model persaingan antar perusahaan sehingga dengan kondisi tersebut

membuat banyak perusahaan saling bersaing untuk menunjukkan eksistensinya.

Perusahaan real estate dan property merupakan salah satu sektor industri yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perkembangan industri real estate dan

property begitu pesat saat ini dan akan semakin besar di masa yang akan datang.

Mengingat perusahaan yang bergerak pada sektor real estate dan property tersebut

adalah perusahaan yang sangat peka terhadap pasang surut perekonomian, maka

seiring perkembangannya sektor real estate dan property dianggap menjadi salah

satu sektor yang mampu bertahan dari kondisi ekonomi secara makro di

Indonesia. Terbukti dengan semakin banyaknya sektor real estate dan property

yang memperluas landbank (aset berupa tanah).

Perusahaan property dan real estate merupakan perusahaan yang bergerak

di bidang pengembangan bangunan seperti perumahan, apartemen, hotel, tempat

wisata dan lain-lain. Investasi di bidang property dan real estate pada umumnya

bersifat jangka panjang dan akan bertumbuh sejalan dengan pertumbuhan

ekonomi serta diyakini merupakan salah satu investasi yang menjanjikan. Seiring

dengan pertambahan jumlah penduduk serta bertambahnya kebutuhan manusia

akan tempat tinggal, pekantoran, pusat perbelanjaan taman hiburan dan lain-lain

1
menjadikan bisnis ini merupakan sektor yang banyak menarik minat investor

untuk menginvestasikan dananya.

Laporan keuangan menyajikan informasi kuantitatif mengenai kondisi

keuangan perusahaan dan hasil usaha suatu perusahaan pada periode tertentu,

laporan keuangan juga merupakan salah satu informasi keuangan perusahaan

yang dapat digunakan sebagai dasar untuk membuat beberapa keputusan, seperti

penilaian kinerja, penentuan kompensasi dan pemberian dividen kepada investor.

Investor menggunakan informasi laporan keuangan untuk menganalisis kinerja

perusahaan dan memprediksi kelangsungan perusahaan tersebut di masa

mendatang dan untuk mempertimbangkan kemungkinan menanam investasi pada

perusahaan tersebut. Salah satu elemen dari laporan keuangan yang digunakan

oleh investor sebagai dasar pengambilan keputusan adalah laba.

Laba merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan untuk

mengukur kinerja perusahaan dan sebagai dasar pengambilan keputusan terutama

untuk mengurangi risiko ketidakpastian. Laba menggambarkan secara

menyeluruh tentang kondisi perusahaan dan keberhasilan operasi perusahaan

dalam suatu periode tertentu karena di dalam laba terdapat komponen yang

berhubungan dengan aktivitas operasi perusahaan seperti pendapatan dan beban.

Namun, penyediaan informasi laporan keuangan oleh perusahaan bagi investor

tidak hanya melalui kondisi laba saat ini namun juga menunjukkan kondisi

perusahaan yang akan datang.

Fenomena yang menyebabkan laba tidak persisten yaitu laba yang

mengalami penurunan. Fenomena yang menyebabkan laba tidak persisten terjadi

2
di emiten property. PT. Bekasi Asri Pemula Tbk membukukan penurunan laba

bersih pada 2021 sebesar 45% menjadi Rp 2,05 miliar dari laba bersih pada

periode yang sama tahun 2020 yaitu Rp 3,73 miliar. Selain itu fenomena yang

menyebabkan laba tidak persisten terjadi pada emiten PT. Bekasi Fajar Estate. PT.

Bekasi Fajar Estate memberikan laporan kinerja pada tahun 2021 yang mengalami

penurunan sebesar 38% dengan laba bersih hanya Rp71,09 miliar dibandingkan

Rp115, 219 miliar pada tahun 2020.

Persistensi Laba merupakan revisi laba untuk melihat laba perusahaan yang

berkesinambungan, ini menjadi aspek penting dalam informasi laba untuk

pengambilan keputusan. Persistensi laba menjadi hal yang penting karena

semakin persisten suatu laba perusahaan maka investor akan semakin mampu

untuk memprediksi laba di masal yang akan datang. Jika suatu perusahaan

memiliki laba yang persisten maka akan ada anggapan perusahaan tersebut

diminati oleh investor karena memiliki prediksi laba yang akan membuat

keuntungan perusahaan jelas atau setidaknya bisa diantisipasi.

Persistensi merupakan laba yang memiliki kemampuan menggambarkan

laba periode mendatang yang dihasilkan perusahaan secara berkesinambungan

dan dengan jangka waktu yang panjang. Laba yang persisten cenderung tidak

berfluktuatif disetiap periode berjalannya, laba yang berfluktatif (tidak persisten)

dapat menurunkan daya prediksi laba dalam memperkirakan aliran kas perusahaan

di masa depan. Penurunan yang terjadi dalam daya prediksi laba dapat berdampak

pada kurang bermanfaatnya informasi laba tahun berjalan guna memprediksi laba

masa depan (Nadya and Zultilisna 2018)

3
Pengertian persistensi laba pada prinsipnya dapat dipandang dalam dua

sudut pandang. Pandangan pertama menyatakan bahwa persistensi laba

berhubungan dengan kinerja keseluruhan perusahaan yang tergambarkan dalam

laba perusahaan. Pandangan ini menyatakan bahwa laba yang persistensi tinggi

terefleksi pada laba yang dapat berkesinambungan (sustainable) untuk suatu

periode yang lama. Pandangan kedua menyatakan persistensi laba berkaitan

dengan kinerja harga saham pasar modal yang diwujudkan dalam bentuk imbal

hasil, sehingga hubungan yang semakin kuat antara laba perusahaan dengan imbal

hasil bagi investor dalam bentuk return saham menunjukkan persistensi laba yang

tinggi (Sujana et al., 2017).

Dalam penelitian ini faktor-faktor yang mempengaruhi persistensi laba

adalah Beban Pajak, konsentrasi kepemilikan, dan arus kas operasional. Faktor

arus kas operasi diperoleh dari kas yang diterima dari pelanggan, piutang, dan

dividen. Pengukuran tersebut dilakukan untuk mengetahui besarnya tingkat arus

kas, jika nilai arus kas besar maka hal tersebut menjelaskan bahwa arus kas

mengalami fluktuasi sehingga laba tidak persisten.

Dalam sisi perpajakan, pajak tangguhan atau yang biasa disebut sebagai

deferred tax expense dapat didefinisikan sebagai beban pajak yang dapat

berpengaruh pada penambahan atau pengurangan beban pajak yang harus dibayar

oleh wajib pajak di masa yang akan datang. Pada umumnya, pengertian pajak

tangguhan dapat dilihat dari 2 sudut pandang berbeda, yaitu definisi dari sudut

pandang akuntansi sebagai akun aset serta definisi dari sudut pandang liabilitas

atau utang yang harus dibayar dan dilunasi. Jika dilihat dari sudut pandang

4
akuntansi sebagai akun aset, pajak tangguhan didefinisikan sebagai jumlah pajak

penghasilan yang dipulihkan atau dapat dilakukan perubahan pada periode masa

yang akan datang atau masa depan sebagai akibat dari akumulasi rugi pajak yang

masih belum dikompensasikan dan belum dimanfaatkannya akumulasi kredit

pajak sesuai dengan ketentuan dan peraturan perpajakan yang berlaku. 

Sedangkan, jika dilihat dari sudut pandang liabilitas atau utang yang harus dibayar

dan dilunasi, pajak tangguhan dapat didefinisikan sebagai pajak yang timbul dan

terjadi karena adanya perbedaan di antara peraturan perpajakan yaitu fiskal

dengan standar akuntansi keuangan yaitu komersial. Dengan adanya perbedaan ini

membuat pendapatan atau beban yang sudah diakui pada masing-masing periode

akan berbeda, namun saat di akhir secara keseluruhan jumlah total yang harus

diakui antara fiskal dan komersial akan sama. Nah, perbedaan inilah yang biasa

disebut sebagai temporary difference.

Beban pajak ini pada dasarnya harus memanglah harus dibayar pada akhir

tahun. Dalam perhitungan pajaknya, wajib pajak biasanya menggunakan metode

akuntansi komersial yang biasa dimulai dari pengakuan unsur dalam pendapatan,

pengakuan beban yang akan dijadikan sebagai pengurangan, metode penyusutan

yang biasa dipakai untuk menentukan beban penyusutan aset, pengakuan nilai sisa

aset serta penerapannya dalam jangka waktu bagi penyusutan, sampai pada

penetapan besarnya biaya cadangan atau penyisihan. Hasil dari pada penerapan

inilah yang tercantum dalam laporan keuangan yang dapat dijadikan dasar untuk

menghitung beban pajak penghasilan yang terutang secara komersial oleh masing-

masing wajib pajak.  Namun berbeda dengan saat pelaporan SPT tahunannya,

5
dalam perhitungannya pajak penghasilan yang akan dihitung wajib pajak atas

dasar laba komersialnya tidak bisa langsung ditetapkan begitu saja sebagai beban

pajak. Hal ini didasari karena untuk bisa digunakan dalam dasar pelaporan SPT

tahunan wajib pajak harus menggunakan ketentuan perpajakan yang berlaku yang

sebagaimana tercantum dalam Undang-undang No. 36 tahun 2008 yang

membahas mengenai Pajak Penghasilan serta aturan pelaksanaan yang ada

dibawahnya yang pastinya dengan pendekatan tersebut akan sangat berbeda

dengan pendekatan akuntansi komersialnya.

Karena ketika laba akuntansi yang terjadi lebih besar daripada laba

pajaknya, maka dengan otomatis akan terjadi adanya kewajiban pajak tangguhan.

Tapi sebaliknya ketika laba akuntansi lebih kecil daripada laba pajaknya, maka

akan terbentuk aset pajak tangguhan. Untuk menyampaikannya, pajak tangguhan

ini tidak bisa begitu saja dihindari dan akan dapat muncul sebagai akibat dari

terjadinya 2 pendekatan yang harus dijalani ketika wajib pajak menghitung beban

pajaknya.

Deffered Tax Expensse merupakan jumlah agregat pajak kini (current tax)

dan pajak tangguhan (differed tax) yang diperhitungkan dalam menentukan laba

dan rugi suatu periode akuntansi (PSAK No.46). Penelitian Barus dan Setiawati

(2015) mengungkapkan beban pajak tangguhan merupakan komponen total beban

pajak penghasilan perusahaan yang mencerminkan pengaruh pajak atas perbedaan

temporer antara laba buku yaitu, pendapatan yang dilaporkan kepada pemegang

saham dan pengguna eksternal lainnya, dan penghasilan kena pajak yaitu

pendapatan yang dilaporkan kepada otoritas pajak. Penelitian Wildan Mahmudah

6
(2019) menyatakan bahwa Beban pajak tangguhan memiliki pengaruh positif

terhadap persistensi laba, karena persistensi merupakan unsur relevansi, maka

beberapa informasi dalam book tax differences yang dapat mempengaruhi

persistensi laba, salah satunya yaitu beban pajak tangguhan.

Faktor yang kedua yang mempengaruhi Persistensi laba adalah konsentrasi

kepemilikan. Konsentrasi kepemilikan merupakan saham perusahaan yang

dimiliki oleh institusi atau lembaga (perusahaan manufaktur, perusahaan asuransi,

bank, perusahaan investasi dan kepemilikan institusi lain). Kepemilikan

perusahaan publik dulu dipandang tersebar diantara banyak pemegang saham.

Untuk saat ini kebenaran hal tersebut tidak terjadi di sebagian negara di luar

Amerika Serikat. Zhang (2005) menemukan bahwa perusahaan di luar Amerika

Serikat umumnya dikendalikan oleh pemegang saham mayoritas. Seringkali

timbul konflik karena masalah keagenan dalam perusahaan yang disebabkan

konsentrasi kepemilikan. Konflik tersebut adalah konflik antara pemegang saham

pengendali dengan pemegang saham minoritas. Apabila tidak terdapat

perlindungan hukum yang memadai, pemegang saham pengendali dapat

melakukan aktifitas yang menguntungkan dirinya sendiri dan merugikan

pemegang saham minoritas.

Menurut pendapat Anjani (2007) pemegang saham dalam perseroan dapat

dikategorikan berdasarkan komposisi jumlah kepemilikan sahamnya maupun hak

yang dimilikinya menjadi pemegang saham mayoritas dan pemegang saham

minoritas. Jumlah kepemilikan saham merupakan salah satu kategori yang paling

sering dipakai untuk membedakan pemegang saham dalam perseroan. Selain itu

7
terdapat kemampuan untuk mengandalikan Perseroan, dimana pemegang saham

walaupun memiliki komposisi kepemilikan yang kecil namun ia dapat

mengendalikan jalannya Perseroan sehingga dapat disebut sebagai pemegang

saham mayoritas dalam pengendalian Perseroan.

Konsentrasi kepemilikan dianggap menjadi aspek yang sangat

mempengaruhi kontrol di perusahaan, hal ini menyangkut dengan konsentrasi

kepemilikan dibagi menjadi dua yaitu kepemilikan mayoritas dan minoritas.

Konsentrasi kepemilikan memperlihatkan seberapa besar mayoritas modal atau

saham perusahaan berasal. Pemegang saham mayoritas akan mendapatkan hak

dan wewenang dalam kebijakan pengendalian perusahaan maka hal ini akan

meningkatkan persistensi laba, karena pemegang saham mayoritas akan

cenderung menginginkan laporan keuangan yang relevan dan andal dalam

pengambilan keputusannya, dan umumnya hasil laba akan digunakan dalam

pengambilan keputusan, maka laba harus memberikan nilai prediksi masa depan

atau dapat dikatakan dengan kemampuan persistensi laba. Dalam penelitian

Junawatiningsih dan Harto (2014) menunjukkan bahwa konsentrasi kepemilikan

berpengaruh positif terhadap persistensi laba, sama hal nya dengan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Ikhsan (2012). Penelitian tersebut dibantah oleh

Dudi Pratomo (2019) yang mengungkapkan bahwa Konsentrasi kepemilikan

berpengaruh negatif terhadap persistensi laba begitu juga hasil penelitian oleh

Taufikul Ikhsan yang menyatakan bahwa Konsentrasi kepemilikan berpengaruh

negatif terhadap persistensi laba.

8
Faktor Ketiga adalah Arus Kas Operasi. Arus Kas Operasi (OCF) adalah

jumlah kas yang dihasilkan oleh aktivitas operasi reguler bisnis dalam periode

waktu tertentu. OCF dimulai dengan laba bersih Laba Bersih Laba bersih adalah

item baris utama, tidak hanya dalam laporan laba rugi, tetapi juga dalam ketiga

laporan keuangan inti. Meskipun diperoleh melalui laporan laba rugi, laba bersih

juga digunakan dalam laporan neraca dan arus kas. Laporan Laba Rugi adalah

salah satu laporan keuangan inti perusahaan yang menunjukkan laba rugi selama

periode waktu tertentu. Laba atau rugi ditentukan dengan mengambil semua

pendapatan dan mengurangkan semua biaya dari kedua operasi dan aktivitas non-

operasi.

Pernyataan ini adalah salah satu dari tiga pernyataan yang digunakan dalam

keuangan perusahaan (termasuk pemodelan keuangan) dan akuntansi.,

menambahkan kembali item non-kas, dan menyesuaikan perubahan modal kerja

bersih, Modal Kerja Bersih Modal Kerja Bersih (NWC) adalah perbedaan antara

aset lancar perusahaan (setelah dikurangi kas) dan kewajiban lancar (setelah

dikurangi utang) pada neracanya. Ini adalah ukuran likuiditas perusahaan dan

kemampuannya untuk memenuhi kewajiban jangka pendek serta mendanai

operasi bisnis. Posisi ideal adalah untuk sampai pada total uang yang dihasilkan

atau dikonsumsi dalam periode tersebut. Saat melakukan analisis keuangan

Analisis Laporan Keuangan Bagaimana melakukan Analisis Laporan Keuangan.

Faktor arus kas operasi diperoleh dari kas yang diterima dari pelanggan,

piutang, dan dividen. Pengukuran tersebut dilakukan untuk mengetahui besarnya

tingkat arus kas, jika nilai arus kas besar maka hal tersebut menjelaskan bahwa

9
arus kas mengalami fluktuasi sehingga laba tidak persisten. Hasil penelitian yang

dilakukan oleh Azzahra, dkk (2016) bahwa aliran kas operasi berpengaruh

terhadap persistensi laba penelitian tersebut diperkuat oleh penelitian Mega

Indriani (2020) yang mengungkapkan bahwa arus kas operasi berpengaruh

signifikan terhadap persistensi laba. Namun berbeda dengan peneliitian

Chowijaya, dkk (2014) yang mengungkapkan bahwa arus kas operasi tidak

memiliki pengaruh secara individual terhadap persistensi laba.

Alasan penulis memilih perusahaan ini karena perusahaan real estate dan

property memilik prospek yang cerah di masa yang akan datang dengan melihat

potensi jumlah penduduk di Indonesia yang terus bertambah besar. Dengan

semakin banyaknya pembangunan di sector perumahan, apartemen, pusat

perbelanjaan dan gedung perkantoran lainya membuat investor tertarik untuk

menginvestasikan dananya sehingga prospek perdagangan saham terus

meningkat.

Penelitian mengenai persistensi laba sudah banyak dilakukan. Namun

adanya ketidak konsistenan hasil penelitian sebelumnya, maka dalam penelitian

ini akan dikembangkan kembali mengenai faktor-faktor yang berpengaruh

terhadap persistensi laba.

Berdasarkan uraian teori dan penelitian terdahulu di atas, maka penelitian

ini mengambil judul “Pengaruh Deffered Tax Expensse, Konsentrasi

Kepemilikan dan Arus Kas Operasional Terhadap Persistensi Laba pada

Perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di BEI periode 2017-

2021”.

10
1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka rumusan

masalah yang akan dijawab melalui penelitian ini adalah:

1. Adakah pengaruh Deffered Tax Expensse, Konsentrasi kepemilikan dan Arus

Kas operasional terhadap Persistensi laba ?

2. Adakah Pengaruh Deffered Tax Expensse terhadap Persistensi laba ?

3. Adakah Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan terhadap Persistensi laba ?

4. Adakah Pengaruh Arus Kas Operasional terhadap Persistensi laba ?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas tujuan yang hendak dicapai

dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan menguji pengaruh Deffered Tax Expensse,

Konsentrasi Kepemilikan dan Arus Kas Operasional Terhadap Persistensi

Laba.

2. Untuk mengetahui dan menguji pengaruh Deffered Tax Expensse Terhadap

Persistensi Laba.

3. Untuk mengetahui dan menguji pengaruh Konsentrasi Kepemilikan Terhadap

Persistensi Laba.

4. Untuk mengetahui dan menguji pengaruh Arus Kas Operasional Terhadap

Persistensi Laba.

1.4. Manfaat Penelitian

11
Tujuan penelitian di atas diharapkan akan memberi manfaat setelah penelitian

selesai. Adapun Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Bagi Peneliti Selanjutnya, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat

menambah wawasan dan pengetahuan penulis, memperkuat penelitian

terdahulu dan dapat memberikan kontribusi pada pengembangan

terhadap literatur maupun penelitian di bidang akuntansi.

2. Bagi Kampus Tercinta, hasil penelitian ini diharapkan dapat

berkontribusi untuk menambah informasi dan tambahan ilmu

pengetahuan bagi seluruh pihak di Universitas Pamulang..

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Peneliti Selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat

memperluas pengetahuan peneliti tentang faktor-faktor yang

berhubungan dengan Persistensi Laba. Selain itu, diharapkan

penelitian ini dapat meningkatkan keterampilan berpikir peneliti

dalam hal penyelesaian masalah dan dapat mengimplementasikan

ilmu yang telah diperolah selama masa perkuliahan.

2. Bagi Perusahaan, dapat dijadikan sebagai masukan untuk pimpinan

Perusahaan dalam menjaga dan meningkatkan Persistensi Laba

12
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Agency

Teori keagenan menjelaskan hubungan antara agen (pihak yang mengelola

perusahaan) dengan principal (pemilik perusahaan). Adanya pemisahan

kepemilikan oleh prinsipal dan pengendalian oleh agen cenderung menimbulkan

agency confilict antara kedua belah pihak. Teori keagenan muncul untuk

mengatasi konflik tersebut. Hubungan agen dan prinsipal diinterprestasikan

sebagai suatu kontrak. Prinsipal adalah pihak yang melakukan evaluasi atas

informasi, sedangkan agen adalah pihak yang menjalankan manajemen dan

mengambil keputusan (Jensen dan Meckling (1976).

Hubungan antara principal dan agen dapat mengarah pada kondisi

ketidakseimbangan informasi ( asymmetrical information) karena agen berada

pada pisisi yang memiliki informasi lebih banyak tentang perusahaan

dibandingkan dengan principal. Dalam kondisi yang asimetris tersebut, agen

dapat mempengaruhi angka-angka akuntansi yang di sajikan dalam laporan

keuangan dengan cara melakukan manajemen laba. Sahara dalam Aryani dan

Wulandari (2017:549). Apabila angka laba dilaporkan dapat diduga oleh publik

sebagai hasil dari perekayasaan, maka angka laba tersebut akan dapat dinilai

mempunyai kualitas laba yang rendah dan disebut kurang persisten, Hanlon

dalam Aryani dan Wulandari ( 2017:549)

13
2.1.2 Persistensi Laba

Penggunanaan laporan keuangan berkepentingan atas laporan laba rugi

perusahaan karena laporan tersebut dapat memberi gambaran mengenai kinerja

perusahaan di masa lalu maupun memprediksi arus kas masa depan (Wiryandari

dan Yulianti, 2009). Oleh sebab itu, pengguna laporan keuangan harus dapat

menilai kualitas laba suatu perusahaan (Purwanti, 2010). Suatu laba dianggap

berkualitas tinggi ketika laba tersebut dapat mencerminkan kelanjutan laba

(sustainable earnings) di masa depan, yang ditentukan oleh komponen akrual dan

kas dan dapat mencerminkan kinerja keuangan perusahaan yang sesungguhnya

(Penman, 2001 dalam Wijayanti, 2006). Untuk menentukan prediksi laba tersebut,

para pengguna laporan keuangan perlu melakukan penilaian atas persistensi laba

(Fanani, 2010).

Persistensi laba merupakan laba yang mempunyai kemampuan sebagai

indikator laba periode mendatang yang dihasilkan oleh perusahaan secara

berulang-ulang dalam jangka panjang (Sunarto, 2008 dalam Sulastri, 2014).

Menurut Fanani (2010) Persistensi laba adalah kondisi bahwa laba periode

sekarang adalah refleksi dari periode masa depan ataupun periode sekarang.

Persistensi laba merupakan revisi laba yang diharapkan di masa depan yang

tercermin dari laba tahun berjalan (Meythi, 2006). Menurut Scot (2009) dalam

Asma (2013) persistensi laba adalah revisi laba yang diharapkan di masa

mendatang (expected future earnings) yang diimplikasikan oleh laba tahun

berjalan (current earning) yang dihubungkan dengan perubahan harga saham.

Semakin permanen laba dari waktu ke waktu semakin tinggi earnings response

14
coefficientnya. Hal ini mengindikasikan laba yang diperoleh perusahaan tersebut

meningkat terus menerus. Sedangkan menurut Menurut Wijayanti (2006), laba

yang persisten adalah laba yang memiliki sedikit atau tidak mengalami gangguan

(noise) dan dapat mencerminkan kinerja keuangan perusahaan yang sebenarnya.

Persistensi laba sering digunakan sebagai pertimbangan kualitas laba

karena persistensi laba merupakan komponen dari karakteristik kualitatif relevansi

yaitu predictive value (Jonas dan Blanchet, 2002 dalam Persada dan Martani,

2010). Persistensi diukur dengan menggunakan koefisien dari regresi antara laba

akuntansi periode sekarang dengan periode yang akan datang (Wijayanti, 2006).

Berdasarkan pengertian persistensi laba dari beberapa peneliti terdahulu dapat

disimpulkan bahwa persistensi laba merupakan properti laba yang menjelaskan

kemampuan perusahaan untuk mempertahankan jumlah laba saat ini dan laba

masa mendatang yang dihasilkan oleh perusahaan secara berulang-ulang dalam

jangka panjang. Semakin persisten laba maka semakin tinggi harapan peningkatan

laba di masa mendatang.

2.1.3 Deffered Tax Expensse

Deffered Tax Expensse pada prinsipnya merupakan dampak PPh di masa

yang akan datang yang disebabkan oleh perbedaan temporer (waktu) sementara

antara perlakuan akuntansi dan perpajakan serta kerugian fiskal yang masih dapat

dikompensasikan di masa datang (tax loss carry forward) yang perlu disajikan

dalam laporan keuangan dalam suatu periode tertentu. Adapun unsur-unsur yang

menjadi objek dalam beda temporer ini yaitu:

15
1. Metode Penyusutan dan atau Amortisasi

2. Metode penilaian persediaan

3. Penyisihan piutang tak tertagih

4. Rugi-laba selisih kurs

5. Kompensasi Kerugian

6. Penyisihan bonus

Istilah Deffered Tax Expensse atau pajak tangguhan adalah istilah

akuntansi bukan istilah perpajakan (Karianton Tampubolon, 2017:255). Sehingga,

pajak tangguhan tidak dapat dijadikan sebagai unsur untuk menghitung kewajiban

perpajakan kepada kantor pajak. Kantor pajak tidak menghiraukan kewajiban

pajak tangguhan suatu wajib pajak. Pajak tangguhan dicatat untuk mencerminkan

jumlah utang pajak pada posisi laporan keuangan dalam tahun buku atau periode

tertentu, dan juga dihitung dan dilaporkan pada rekening aktiva atau kewajiban

sesuai PSAK 46.

Pajak tangguhan adalah saldo akun di neraca sebagai manfaat pajak yang

jumlahnya merupakan jumlah estimasi yang akan dipulihkan dalam periode yang

akan datang sebagai akibat adanya perbedaan sementara antara standar akuntansi

keuangan dengan peraturan perpajakan dan akibat adanya saldo kerugian yang

dapat dikompensasi pada periode mendatang menurut PSAK No.46 (IAI, 2009:8).

Menurut Phillips, Pincus and Rego (2003) yaitu: “beban pajak tangguhan adalah

beban yang timbul akibat perbedaan temporer antara laba akuntansi (yaitu laba

dalam laporan keuangan untuk kepentingan pihak eksternal) dengan laba fiskal

(laba yang digunakan sebagai dasar perhitungan pajak)”.

16
Selain itu, menurut Zain (2007) dalam Jayanto dan Kiswanto (2009) :

“pajak tangguhan terjadi akibat perbedaan antara PPh terutang (pajak penghasilan

yang dihitung berbasis pada penghasilan kena pajak yang sesungguhnya dibayar

kepada pemerintah) dengan beban pajak penghasilan (pajak penghasilan yang

dihitung berbasis penghasilan sebelum pajak) sepanjang menyangkut perbedaan

temporer”.

Menurut Zain (2007:194) Kewajiban pajak tangguhan maupun aset pajak

tangguhan dapat terjadi dalam hal-hal sebagai berikut :

1. “Apabila penghasilan sebelum pajak-PSP (Pretax Accounting Income) lebih

besar dari penghasilan kena pajak-PKP (taxible income), maka beban pajak –

BP (Tax Expense) pun akan lebih besar dari pajak terutang-PT (Tax Payable),

sehingga akan menghasilkan Kewajiban Pajak Tangguhan (Deferred Taxes

Liability). Kewajiban pajak tangguhan dapat dihitung dengan mengalikan

perbedaan temporer dengan tarif pajak yang berlaku.

2. Sebaliknya apabila penghasilan sebelum pajak (PSP) lebih kecil dari

penghasilan kena pajak (PKP), maka beban pajak (BP) juga lebih kecil dari

pajak terutang (PT), sehingga akan menghasilkan Aktiva Pajak Tangguhan

(Deferred Tax Assets). Aktiva pajak tangguhan adalah sama dengan

perbedaan temporer dengan tarif pajak pada saat perbedaan tersebut

terpulihkan”.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa beban

pajak tangguhan yaitu beban pajak yang harus dibayar oleh perusahaan yang

17
diakibatkan dari adanya perbedaan PPh terutang menurut perhitungan akuntansi

dan perhitungan menurut pajak.

Yulianti (2004) dalam Tundjung (2015:39) menyatakan bahwa beban

pajak tangguhan dapat digunakan sebagai alternatif untuk membuktikan

probabilitas perusahaan dalam menghindari kerugian (manajemen laba). Pajak

tangguhan dapat menunjukkan adanya intervensi manajemen dalam menentukan

besarnya laba di masa yang akan datang (persistensi laba) dengan memanfaatkan

celah yang ada dalam standar akuntansi keuangan (Wulandari, 2013:71). Philips,

et al. (2004) dalam Tundjung (2015:39) menyatakan bahwa perusahaan-

perusahaan melakukan manajemen laba dengan melakukan perubahan pada

komponen aset dan kewajiban pajak tangguhan yang merupakan refleksi dari nilai

beban pajak tangguhan pada laporan laba rugi. Jika manajemen laba yang

dilakukan perusahaan dapat menimbulkan perubahan pada laba tahun berjalan,

maka perkiraan laba di masa mendatang juga akan mengalami perubahan.

2.1.4 Konsentrasi Kepemilikan

Konsentrasi kepemilikan merupakan saham perusahaan yang dimiliki oleh

institusi atau lembaga (perusahaan manufaktur, perusahaan asuransi, bank,

perusahaan investasi dan kepemilikan institusi lain). Kepemilikan perusahaan

publik dulu dipandang tersebar diantara banyak pemegang saham. Untuk saat ini

kebenaran hal tersebut tidak terjadi di sebagian negara di luar Amerika Serikat.

Zhang (2005) menemukan bahwa perusahaan di luar Amerika Serikat umumnya

dikendalikan oleh pemegang saham mayoritas. Seringkali timbul konflik karena

masalah keagenan dalam perusahaan yang disebabkan konsentrasi kepemilikan.

18
Konflik tersebut adalah konflik antara pemegang saham pengendali dengan

pemegang saham minoritas. Apabila tidak terdapat perlindungan hukum yang

memadai, pemegang saham pengendali dapat melakukan aktifitas yang

menguntungkan dirinya sendiri dan merugikan pemegang saham minoritas.

Menurut pendapat Anjani (2007) pemegang saham dalam perseroan dapat

dikategorikan berdasarkan komposisi jumlah kepemilikan sahamnya maupun hak

yang dimilikinya menjadi pemegang saham mayoritas dan pemegang saham

minoritas. Jumlah kepemilikan saham merupakan salah satu kategori yang paling

sering dipakai untuk membedakan pemegang saham dalam perseroan. Selain itu

terdapat kemampuan untuk mengandalikan Perseroan, dimana pemegang saham

walaupun memiliki komposisi kepemilikan yang kecil namun ia dapat

mengendalikan jalannya Perseroan sehingga dapat disebut sebagai pemegang

saham mayoritas dalam pengendalian Perseroan. Sedangkan kepemilikan saham

minoritas adalah jumlah kepemilikan saham individual oleh publik. Menurut

pendapat Lesmana (2006) mendefinisikan kepemilikan saham individual oleh

pihak luar atau publik selain dari kepemilikan saham oleh manajer, institusi, pihak

asing ataupun famili. Hal ini dikuatkan dengan pendapat Manalu (2007)

Pemegang saham minoritas adalah pihak-pihak yang memiliki saham dalam suatu

perusahaan dalam jumlah yang terbatas atau sedikit. Dari dua pendapat tersebut

dapat disimpulkan bahwa pemegang saham minoritas tidak memiliki kedudukan

dalam perusahaan baik sebagai direksi maupun komisaris dan yang dimiliki oleh

publik. Sedangkan pemegang saham mayoritas adalah kepemilikan yang dimiliki

oleh manajer, institusional, pihak asing maupun keluarga.

19
Penelitian La Porta et al. (1999), Claessens et al. (2000a), dan Facio and

Lang (2002) menunjukkan bahwa kepemilikan perusahaan publik di hampir

semua negara adalah terkonsentrasi, kecuali di Amerika Serikat, Inggris dan

Jepang. Dengan demikian Indonesia termasuk dalam kelompok negara yang

kepemilikan saham perusahaan publiknya adalah terkonsentrasi. La Porta et al.

(1999) menunjukkan bahwa struktur kepemilikan yang terkonsentrasi terjadi di

negara-negara dengan tingkat corporate governance yang rendah. Pemegang

saham tetaplah bagian dari perusahaan yang juga memiliki hak-hak atas

perusahaan. Karena kepemilikan dapat mewakili sumber kekuasaan yang dapat

digunakan untuk mendukung atau menurunkan manajemen. Investor institusional

di dalam perusahaan akan meningkatkan pengawasan terhadap kinerja insiders

dan memainkan peranan aktif dan konsisten dalam melindungi investasi saham

dalam perusahaan. Mekanisme monitoring akan menjamin peningkatan

kemakmuran pemegang saham.

Shleifer dan Vishny (1986) menyatakan bahwa adanya konsentrasi

kepemilikan, para pemegang saham besar seperti investor institusional akan dapat

menjalankan monitoring tim manajemen secara lebih efektif, sehingga

akan membatasi perilaku oportunistik yang dilakukan oleh insiders. Hal ini

sejalan dengan Fama dan Jensen (1983) yang menyatakan mekanisme monitoring

dapat dilakukan dengan menempatkan dewan ahli yang tidak dibiayai oleh

perusahaan, dengan demikian tidak berada dalam pengawasan CEO, sehingga

dapat melakukan monitoring dengan lebih baik. Bentuk monitoring yang lain

20
adalah memberikan masukan sebagai bahan pertimbangan bagi insiders dalam

menjalankan usaha dan melalui RUPS (Brigham dan Gapenski, 1996).

Konflik kepentingan juga terjadi kepada pemegang saham mayoritas

terhadap pemegang saham minoritas. Kondisi perusahaan seringkali memandang

sebelah mata akan keberadaan pemegang saham minoritas dan melanggar hak-hak

pemegang saham minoritas sehingga kepentingan dari pemegang saham minoritas

tidak terlindungi. Adhi A.W (2002) mengemukakan bahwa kepemilikan saham ini

dapat terbagi menjadi kepemilikan manajerial, kepemilikan institusi dan

kepemilikan publik. Masing-masing bentuk kepemilikan ini akan memiliki

kepentingan dan dampak yang berbeda terhadap Dividend Payout Ratio.

Pengertian dari masing-masing kepemilikan adalah sebagai berikut:

1. Kepemilikan institusional

Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan oleh pihak

institusi atau lembaga lain. Semakin tinggi kepemilikan institusional maka

akan membuat kontrol eksternal terhadap perusahaan menjadi semakin ketat

terhadap para manajer sehingga dapat menekan biaya agensi (agency cost).

Perusahaan dengan tingkat agency cost yang rendah cenderung akan

membagikan dividen dalam jumlah yang kecil (Dewi, 2008).

2. Kepemilikan saham manajerial

Kepemilikan manajerial adalah pemegang saham yang berasal dari pihak

manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan

(Direktur dan Komisaris). Kepemilikan manajerial, diukur sesuai dengan

proporsi kepemilikan saham yang dimiliki oleh manajerial (Tarjo dan

21
Jogiyanto Hartono, 2003). Menurut S. Abdullah (2001) adalah bahwa

kepemilikan saham yang dimiliki manajemen meningkat, maka manajer akan

semakin berhati-hati dalam menjalankan aktivitas operasionalnya, hal tersebut

dapat menurunkan dividen dengan asumsi perusahaan sedang melakukan

ekspansi usaha. Hal ini berbanding dengan yang dikatakan oleh Rozeff (1982)

menyatakan bahwa kebijakan dividend dan kepemilikan manajerial digunakan

sebagai subtitusi untuk mengurangi biaya keagenan. Perusahaan dengan

menetapkan presentase kepemilikan manajerial yang besar, akan

membayarkan dividen dalam jumlah yang besar sedangkan pada presentase

kepemilikan manajerial yang kecil, akan cenderung menetapkan dividen

dalam jumlah yang kecil.

3. Kepemilikan saham minoritas

Kepemilikan saham minoritas adalah jumlah kepemilikan saham individual

oleh publik. Pemegang saham minoritas adalah pihak-pihak yang memiliki

saham dalam suatu perusahaan dalam jumlah terbatas atau sedikit. Pada

umumnya pemegang saham minoritas tidak memiliki kedudukan dalam

perusahaan dalam perusahaan baik sebagai direksi maupun komisaris.

2.1.5 Arus Kas Operasional

Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam Pernyataan Standar Akuntansi

Keuangan No.2 Tahun 2018 pengertian arus kas adalah: “Informasi arus kas

memberikan dasar bagi pengguna laporan keuangan untuk menilai kemampuan

entitas dalam menghasilkan kas dan setara kas dan kebutuhan entitas dalam

menggunakan arus kas tersebut.” Menurut Kieso et al. (2017: 21), pengertian arus

22
kas adalah: “The statement of cash is a primary statements that reports the cash

receipt, cash payment and net change resulting form the operating, investing and

financial activities of an enterprise during a period.”

Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa arus kas merupakan

informasi tentang arus yang keluar dan masuk yang berasal dari kegiatan operasi,

pendanaan, dan investasi pada suatu periode tertentu. Menurut Dwi Martani

(2017: 384), secara umum laporan arus kas terdiri dari tiga bagian yaitu sebagai

berikut:

1. Aktivitas Operasi (Operating Activities), merupakan transaksi-transaksi

kegiatan operasional yang dilaporkan dalam laba rugi. Karena transaksi

operasional ini sifatnya jangka pendek, akun-akun utama dalam aset lancar

nonkas dan liabilitas lancar juga terkait dengan arus kas aktivitas operasi.

2. Aktivitas Investasi (Investing Activities), merupakan transaksi-transaksi yang

terkait dengan perubahan aset nonlancar, termasuk investasi dan asset-asset tak

berwujud.

3. Aktivitas Pendanaan (financing activities), merupakan transaksi-transaksi yang

terkait dengan liabilitas jangka panjang dan ekuitas perusahaan sebagai

sumber pendanaan utama perusahaan.

2.2 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Judul Hasil Kesenjangan
Penelitian
1 Taufikul Ichsan, Hasil penelitian Dalam penelitian ini

23
Pengaruh Kualitas menunjukkan bahwa hanya menggunakan
Penerapan Corporate kualitas penerapan variable Kosentrasi
Governance Dan corporate governance Kepemilikan.
Konsentrasi mempunyai pengaruh
Kepemilikan positif terhadap
Terhadap Persistensi persistensi laba akuntansi
Laba. sedangkan konsentrasi
kepemilikan tidak
pengaruh terhadap
persistensi laba
akuntansi.
2 Nurul Septavita, Perbedaan permanen Dalam penelitian ini
Pengaruh Book Tax tidak berpengaruh dan tidak membahas
Differences, Arus tidak signifikan terhadap tentang variabel Boox
Kas Operasi, Tingkat persistensi laba, Tax Defferences dan
Hutang, Dan Ukuran Perbedaan temporer Tingkat Hutang, tetapi
Perusahaan Terhadap berpengaruh signifikan hanya membahas
Persistensi Laba. terhadap persistensi laba variabel Arus Kas
Arus kas operasi Operasional.
berpengaruh signifikan
terhadap persistensi laba,
Tingkat hutang
berpengaruh dan
signifikan terhadap
persistensi laba, Ukuran
perusahaan berpengaruh
signifikan terhadap
persistensi laba
3 Sri Wijayanti, Beban pajak tangguhan Dalam penelitian ini
Pengaruh Beban tidak berpengaruh hanya menggunakan
Pajak Tangguhan terhadap pesistensi laba. variabel beban pajak

24
Terhadap Persistensi Hal ini di duga karena tangguhan dan studi
Laba Dan salah satu faktor yang kasus dalam penelitian
Manajemen Laba mempengaruhi beban ini adalah pada
Pada Perusahaan pajak tangguhan adalah Perusahaan Real
Manufaktur. penyusutan dan Estate.
amortisasi.
3 Sabrina Anindita Hasil analisis regresi data Dalam penelitian ini
Putri, Khairunnisa panel dengan hanya menggunakan
Kurnia , menunjukan aliran kas variabel arus kas
Aliran Kas Operasi, operasi, book tax operasional
Book Tax differences, dan tingkat
Differences, Dan hutang mempengaruhi
Tingkat Hutang persistensi laba sebesar
Terhadap Persistensi 35%. Secara parsial
Laba. didapatkan arus kas
Volume 9, No 1, operasi dan tingkat
April 2017, Hal. 29- hutang berpengaruh
38 2597-6826 positif dan signifikan,
sedangkan book tax
differences tidak
berpengaruh terhadap
Persistensi Laba.

5 Padri Achyarsyah , Hasil penelitian Variabel yang


Asri Jumi Purwanti menunjukkan bahwa digunakan dalam
Pengaruh Perbedaan perbedaan laba komersial penelitian ini hanya
Laba Komersial Dan dan laba fiskal tidak beban pajak
Laba Fiskal, Pajak berpengaruh signifikan tangguhan.
Tangguhan, Dan terhadap persistensi laba,
Leverage Terhadap pajak tangguhan
Persistensi Laba. berpengaruh positif dan

25
signifikan terhadap
persistensi laba, dan
leverage berpengaruh
negatif dan signifikan
terhadap persistensi laba.
6 Wilda Mahmudah, Berdasarkan hasil Yang digunakan di
Adelina Suryati, penelitian; 1) untuk penelitian ini hanya
Cahyadi Husadha , variabel perencanaan variabel beban pajak
Perencanaan Pajak pajak tidak berpengaruh tangguhan dan studi
Dan Beban Pajak signifikan terhadap kasus dalam penelitian
Tangguhan Atas persistensi laba, dapat ini adalah Perusahaan
Persistensi Laba dilihat dari hasil uji t Real Estate.
Perusahaan (parsial) yaitu nilai t
Manufaktur Di BEI. hitung 0,929 < t tabel
Wilda Mahmudah, 1,960; 2) untuk variabel
Adelina Suryati, beban pajak tangguhan
Cahyadi Husadha mempunyai pengaruh
signifikan terhadap
persistensi laba. Dapat
dilihat dari hasi uji t yaitu
nilai t hitung 2,049 > t
tabel 1,960; 3) untuk
variabel perencanaan
pajak tidak memiliki
pengaruh signifikan
terhadap persistensi laba
yang berarti perusahaan
tidak melakukan
manajemen laba untuk
perencanaan pajak,
artinya, manajemen laba

26
yang dilakukan
perusahaan tidak
bertujuan untuk
memanipulasi jumlah
pajak yang dibayarkan
perusahaan, sehingga
laba yang didapat tetap
berkualitas dan persisten
7 Varadika Sarah , Hasil penelitian Dalam penelitian ini
Ahmad Jibrail, menyatakan arus kas hanya menggunakan
S.E.M.A , Sudrajat kegiatan operasi, siklus variabel arus kas
Martadinata, M.S.A , operasi, ukuran operasi san studi kasus
Pengaruh Arus Kas perusahaan tidak terdapat dalam penelitian ini
Kegiatan Operasi, pengaruh yang signifikan adalah Perusahaan
Siklus Operasi, terhadap persistensi laba Real Estate.
Ukuran Perusahaan sedangkan tingkat hutang
Dan Tingkat Hutang terdapat pengaruh yang
Terhadap Persistensi signifikan terhadap
Laba (Studi Empiris persistensi laba pada
Pada Perusahaan Jasa perusahaan jasa sub
Sub Sektor sektor konstruksi dan
Konstruksi Dan bangunan periode 2013-
Bangunan Yang 2016
Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia
Periode 2013-2016).
8 Imam Hidayat, Book Tax Differences Yang digunakan di
Syifa Fauziyah, tidak berpengaruh penelitian ini hanya
Pengaruh Book Tax terhadap persistensi laba. variabel arus kas
Differences, Arus Arus Kas Operasi operasional.
Kas Operasi, Tingkat berpengaruh positif

27
Hutang Dan Ukuran terhadap persistensi laba,
Perusahaan Terhadap Hutang tidak
Persistensi Laba. berpengaruh terhadap
persistensi laba.
Ukuran Perusahaan tidak
berpengaruh terhadap
persistensi laba.
9 Mega Indriani , Hasil penelitian Hanya variabel arus
Heinrych Wilson menunjukkan bahwa uji t kas operasi yang
Napitupulu, dan uji F Arus Kas dibahas dalam
Pengaruh Arus Kas Operasi dan Tingkat penelitian ini.
Operasi, Tingkat Utang berpengaruh
Utang, Dan Ukuran signifikan persistensi
Perusahaan Terhadap laba, sedangkan ukuran
Persistensi Laba. perusahaan tidak
berpengaruh signifikan
terhadap Persistensi
Laba.
10 Dian Maulita, Kesimpulan dari hasil Dalam penelitian ini
Dien Sefty Framita, penelitian ini adalah: (1) hanya menggunakan
Pengaruh Pajak Pajak tangguhan variabel beban pajak
Tangguhan Dan Tidak memiliki efek tangguhan.
Ukuran Perusahaan signifikan pada kegigihan
Terhadap Persistensi pendapatan. (2) Ukuran
Laba (The effect of perusahaan memiliki
deffered tax and efek signifikan pada
company size on kegigihan pendapatan.
earnings persistence). (3) Pajak Tangguhan dan
Ukuran Perusahaan
memiliki efek signifikan
pada Kegigihan

28
Pendapatan
11 Dudi Pratomo, Hasil dari penelitian ini Penelitian ini hanya
Athiyya Nadhifa menunjukkan bahwa menggunakan variabel
Nuraulia, secara simultan kosentrasi
Pengaruh kepemilikan institusional, kepemilikan.
Kepemilikan kepemilikan manajerial
Institusional, dan konsentrasi
Kepemilikan kepemilikan serta tingkat
Manajerial Dan hutang dan ukuran
Konsentrasi perusahaan memiliki
Kepemilikan pengaruh terhadap
Terhadap Persistensi persistensi laba dengan
Laba. koefisien determinasi
sebesar 30,18%. Uji
parsial menunjukkan
kepemilikan
institusionall,
kepemilikan manajeriall,
konsentrasi kepemilikan
dan ukuran perusahaan
berpengaruh negative
terhadap persistensi laba,
kemudian tingkat hutang
tidak memiliki pengaruh
terhadap persistensi laba.

Sumber : data diolah ( 2022 )

2.3 Kerangka Berfikir

Menurut Sugiyono (2019:95) kerangka berpikir yang baik akan

menjelaskan secara teoritis pertautan antar variabel yang akan diteliti. Jadi,

29
secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antar variabel independen dan

dependen. Bila dalam penelitian ada variabel moderator, maka juga perlu

dijelaskan, mengapa variabel itu ikut dilibatkan dalam penelitian. Pertautan antar

variabel tersebut, selanjutnya dirumuskan ke dalam bentuk paradigma penelitian.

Oleh karena itu, pada setiap penyusunan paradigma harus didasarkan pada

kerangka berpikir.

Seorang peneliti harus menguasai teori-teori ilmiah sebagai dasar bagi

argumentasi dalam menyusun kerangka berpikir yang membuahkan hipotesis.

Kerangka berpikir ini merupakan penjelasan sementara terhadap gejala-gejala

yang menjadi objek permasalahan. Jadi, kerangka berpikir merupakan sintesa

tentang hubungan antar variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah

dideskripsikan. Berdasarkan teori-teori yang telah dideskripsikan tersebut,

selanjutnya dianalisis secara kritis dan sistematis, sehingga menghasilkan sintesa

tentang hubungan antar variabel yang diteliti. Sintesa tentang hubungan variabel

tersebut, selanjutnya digunakan untuk merumuskan hipotesis.

Berdasarkan landasan teori dan penelitian terdahulu, maka kerangka

berpikir dalam penelitian ini, seperti yang disajikan dalam gambar berikut ini:

Baban Pajak
Tangguhan 30
(X1)
Kepemilikan Persistensi Laba
(X2) (Y)

Arus Kas
Operasional
(X3)

H2

H3

H4

H1

Keterangan
= Parsial
= Simultan

Gambar 2.1
Kerangka Berfikir

2.4 Pengembangan Hipotesis

2.4.1 Pengaruh secara simultan Deffered Tax Expensse, Konsentrasi

Kepemilikan dan Arus Kas Operasional terhadap Persistensi Laba

Menurut PSAK Nomor 1, informasi laba diperlukan untuk menilai

perubahan potensi sumberdaya ekonomis yang mungkin dapat dikendalikan

dimasa depan, menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada dan untuk

perumusan pertimbangan tentang efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan

tambahan sumber daya (IAI, 2009). Persistensi laba merupakan salah satu

31
komponen nilai prediktif laba, karena persistensi laba merupakan unsur relevansi,

maka beberapa informasi dalam boox-tax differences yang dapat mempengaruhi

persistensi laba. Laba dikatakan persisten ketika aliran kas dan laba akrual

berpengaruh terhadap laba tahun depan dan perusahaan dapat mempertahankan

jumlah laba yang diperoleh saat ini sampai masa yang akan datang.

Beberapa faktor yang mempengaruhi persistensi laba diantaranya adalah

beban pajak tangguhan. Penelitian tentang beban pajak tangguhan terhadap

persistensi laba pernah dilakukan oleh Padri Achyarsyah & Asri Jumi Purwanti

(2018) menyatakan bahwa pajak tangguhan berpengaruh positif dan signifikan

terhadap persistensi laba berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Dian

Maulita yang menyatakan bahwa beban pajak tangguhan tidak berpengaruh

signifikan terhadap persistensi laba.

Selain beban pajak tangguhan, Konsentrasi kepemilikan dianggap menjadi

aspek yang sangat mempengaruhi kontrol di perusahaan, hal ini menyangkut

dengan konsentrasi kepemilikan dibagi menjadi dua yaitu kepemilikan mayoritas

dan minoritas. Pemegang saham mayoritas akan mengendalikan perusahaan agar

bisa mengawasi manajemen perusahaan dalam berperilaku curang melaporkan

informasi keuangan perusahaannya. Dudi Pratomo, Athiyya Nadhifa Nuraulia,

2019 dalam penelitiannya menyatakan bahwa Konsentrasi Kepemimpinan

memiliki pengaruh terhadap persistensi laba.

Aliran kas operasi (PTCF) sebagai proksi komponen laba permanen

merupakan aliran kas masuk dan kas keluar dari aktivitas operasi sebelum pajak

(pretax cash flow) yang dihitung sebagai total aliran kas operasi dikurangi aliran

32
kas dari pos luar biasa dan ditambah pajak penghasilan (Septavita, 2016). Kieso et

al. (2002:242) dalam Kusumaningtyas (2016) menyatakan bahwa arus kas

aktivitas operasi diperoleh dari aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan.

Jika kas bersih yang disediakan oleh aktivitas operasi tinggi, berarti perusahaan

mampu menghasilkan kas yang mencukupi secara internal dari operasi untuk

membayar kewajiban tanpa harus meminjam dari luar. Sebaliknya, jika jumlah

kas bersih yang dihasilkan oleh aktivitas operasi rendah atau negatif, berarti

perusahaan tidak mampu menghasilkan kas yang memadai secara internal dari

opersinya. Arus kas operasi merupakan faktor yang mempengaruhi tinggi

rendahnya persistensi laba perusahaan. Penelitian dari Mega Indriani & Heinrych

Wilson Napitupulu, 2020 menyatakan bahwa Arus Kas Operasi berpengaruh

terhadap Persistensi Laba.

H1 : Diduga Deffered Tax Expensse, Konsentrasi Kepemilikan dan Arus Kas

Operasi berpengaruh secara simultan terhadap Persistensi Laba.

2.4.2 Pengaruh Deffered Tax Expensse terhadap Persistensi Laba

Penghasilan kena pajak atau laba fiskal diperoleh dari hasil koreksi fiskal

terhadap laba bersih sebelum pajak berdasarkan laporan keuangan komersial

(laporan keuangan akuntansi, Suandy, 2011, h. 97). Koreksi fiskal harus

dilakukan karena adanya perbedaan perlakuan atas pendapatan maupun biaya

yang berbeda antara standar akuntansi dengan peraturan perpajakan yang berlaku.

Untuk kepentingan internal dan kepentingan lain. Wajib pajak dapat

menggunakan standar akuntansi yang berlaku umum, sedangkan untuk hal ini

adalah undang-undang Pajak Penghasilan dan perturan lainnya yang terkait.

33
Perbedaan ini dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu beda tetap (permanen) dan

beda waktu (temporer).

Deffered Tax Expensse merupakan beban yang timbul karena perbedaan

temporer atau waktu antara laba komersial dengan laba fiskal. Dimana beda

temporer merupakan perbedaan yang disebabkan adanya perbedaan waktu dan

metode pengakuan penghasilan dan beban tertentu berdasarkan Prinsip Standar

Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 46 dengan adopsi tambahan dari International

Accounting Standar (IAS) No. 12, yang juga disandingkan dengan peraturan

perpajakan Undang-undang Perpajakan No.36 tahun 2008.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Wilda Mahmudah

Adelina Suryati, Cahyadi Husadha (2019) menyatakan bahwa Beban pajak

tangguhan memiliki pengaruh positif terhadap persistensi laba.Penelitian Padri

Achyarsyah , Astri Jumi Purwanti ( 2018 ) menyatakan bahwa beban pajak

tangguhan berpengaruh positif dan signifikan terhadap persistensi laba. Namun

menurut penelitian Dian Maulita & Dien Sefty Framita menyatakan bahwa beban

pajak tangguhan tidak berpengaruh signifikan terhadap persistensi laba.

H2 : Diduga Deffered Tax Expensse berpengaruh terhadap Persistensi Laba

2.4.3 Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan terhadap Persistensi Laba

Konsentrasi kepemilikan dianggap menjadi aspek yang sangat

mempengaruhi kontrol di perusahaan, hal ini menyangkut dengan konsentrasi

kepemilikan dibagi menjadi dua yaitu kepemilikan mayoritas dan minoritas.

Pemegang saham mayoritas akan mengendalikan perusahaan agar bisa mengawasi

manajemen perusahaan dalam berperilaku curang melaporkan informasi keuangan

34
perusahaannya. Informasi yang dilaporkan haruslah relevan dan handal karena

informasi keuangan seringkali digunakan oleh para investor terbesar perusahaan

dalam menentukan ataupun membuat keputusan akuntansi (Junawatiningsih and

Harto 2014).

Penggunaan laba untuk menentukan serta membuat keputusan akuntansi

diharapkan dapat memberikan nilai prediksi yang tinggi mengenai nilai laba

dimasa mendatang atau untuk melihat kepersistenan suatu perusahaan. Sehingga

pengendalian serta pengawasan oleh pemegang saham mayoritas akan

meningkatkan persistensi laba yang berkesinambungan dimasa mendatang.

Konsentrasi kepemilikan menjelaskan seberapa besar mayoritas modal

perusahaan berasal (Junawatiningsih dan Harto, 2014). Pemegang saham

mayoritas mengendalikan perusahaan dengan tujuan untuk mengawasi manajer

perusahaan tidak berperilaku curang dalam melaporkan informasi ekonomi

perusahaan. Pemegang saham mayoritas tidak ingin informasi yang dilaporkan

tidak relevan dan tidak handal karena informasi laba pada laporan keuangan

seringkali digunakan para pemegang saham mayoritas dalam menentukan

keputusan akuntansi yang dapat memberikan nilai prediksi bagaimana nilai laba

dimasa mendatang hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi kepemilikan

berpengaruh positif secara signifikan terhadap persistensi laba.

Dalam penelitian yang dilakukan Junawatiningsih dan Harto, (2014).

Menyatakan bahwa kosentrasi kepemilikan berpengatuh positif secara signifikan

terhadap persistensi laba. Penelitian Dudi Pratomo, Athiya Nadhifa ( 2021) pun

menyatakan bahwa kosentrasi kepemilikan memiliki pengaruh terhadap

35
persistensi laba . Hasil berbeda ditunjukan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Ikhsan (2012) yang menyatakan bahwa konsentrasi kepemilikan tidak

berpengaruh terhadap persistensi laba. Berdasarkan uraian teori dan penelitian

terdahulu maka :

H3 : Diduga Konsentrasi Kepemilikan berpengaruh terhadap Persistensi Laba

2.4.4 Pengaruh Arus Kas Operasional terhadap Persistensi Laba

Aliran kas dari aktivitas operasi merupakan aliran kas yang diperoleh dari

kegiatan usaha perusahaan. Kegiatan utama perusahaan adalah menghasilkan

barang atau jasa dan menjualnya. Kegiatan ini mencakupi kegiatan penerimaan

kas, misalnya penjualan barang atau jasa tunai dan penerimaan piutang. Aliran kas

operasi (PTCF) sebagai proksi komponen laba permanen merupakan aliran kas

masuk dan kas keluar dari aktivitas operasi sebelum pajak (pretax cash flow) yang

dihitung sebagai total aliran kas operasi dikurangi aliran kas dari pos luar biasa

dan ditambah pajak penghasilan.

Banyaknya aliran kas operasi maka akan meningkatkan persistensi laba.

Sehingga aliran kas operasi sering digunakan sebagai cek atas persistensi laba

dengan pandangan bahwa semakin tinggi aliran kas operasi terhadap laba maka

semakin tinggi pula kualitas laba atau persistensi laba tersebut.

Menurut (Salsabiila et al., 2017) Aliran kas merupakan suatu laporan

keuangan yang berisikan pengaruh kas dari kegiatan operasi, kegiatan transaksi

investasi dan kegiatan transaksi pembiayaan/pendanaan serta kenaikan atau

penurunan bersih dalam kas suatu perusahaan selama satu periode. Aliran kas

36
operasi adalah suatu proksi untuk melihat berapa kas yang dikeluarkan untuk

menghasilkan laba dalam pengoperasiannya.

Dalam Penelitian yang dilakukan oleh Imam Hidayat, 2018 menyatakan

bahwa Arus Kas Operasi berpengaruh positif terhadap persistensi laba penelitian

tersebut diperkuat oleh Mega Indriani & Heinrych Wilson Napitupulu, 2020 yang

juga menyatakan bahwa Arus Kas Operasi berpengaruh terhadap Persistensi Laba.

Namun , hasil yang berbeda juga di tunjukan dalam penelitian yang di lakukan

Varadika Sarah & Ahmad Jibrail ( 2019 ) yang menyatakan bahwa arus kas

kegiatan operasi tidak berpengaruh terhadap persistensi laba.

H4 : Diduga Arus Kas Operasi berpengaruh terhadap Persistensi Laba

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

37
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dan menggunakan

metode asosiatif. Menurut Sugiyono (2016:8) yang dimaksud dengan penelitian

kuantitatif adalah:

“Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian


yang berlandaskan pada filsafat positivism, digunakan untuk meneliti pada
populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya
dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrument
penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk
menguji hipotesis yang telah ditetapkan.”

Sedangkan metode asosiatif menurut Sugiyono (2016:21) adalah sebagai

berikut:

“Penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk


mengetahui hubungan dua variabel atau lebih. Dalam penelitian ini maka
akan dapat dibangun suatu teori yang dapat berfungsi untuk menjelaskan,
meramalkan dan mengontrol suatu gejala.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini menguji tentang Deffered Tax Expensse (X1), Konsentrasi

Kepemilikan (X2), dan Arus Kas Operasional (X3) Terhadap Persistensi Laba (Y)

dengan menggunakan data sekunder. Data sekunder yaitu data yang telah

dikumpulkan untuk maksud selain menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

diambil dari website resmi Bursa Efek Indonesia www.idx.co.id.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian diperkirakan selesai dalam enam bulan, adapun rincian

kegiatannya sebagai berikut:

Tabel 3.1

38
Waktu Penelitian
Bulan ke:
No Keterangan 1 2 3 4 5 6
1 Penyusunan Proposal V
2 Penyusunan Instrumen Penelitian V
3 Seminar Proposal V
4 Pembimbingan V V V
5 Penyusunan Bab I – III V V
6 Pengolahan Data Bab IV V V
7 Penyusunan Bab V dan Lampiran V
8 Penyusunan Laporan Penelitian V

3.3 Operasional Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2016:38) yang dimaksud dengan variabel penelitian

sebagai berikut :

“Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi
tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya”.

Sesuai judul skripsi yang dipilih yaitu “Deffered Tax Expensse, Konsentrasi

Kepemilikan dan Arus Kas Operasional terhadap Persistensi Laba”, maka penulis

mengelompokan variabel-variabel dalam judul tersebut menjadi dua variabel

yaitu Variabel Dependen dan Variabel Independen.

3.3.1 Dependen Variable (Variabel Terikat)

Variabel ini sering disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen.

Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat

merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya

variabel bebas (Sugiyono, 2019:69) Variabel dependen dalam penelitian ini

adalah persistensi Laba.

39
Persistensi laba merupakan revisi dalam laba akuntansi yang diharapkan

di masa depan (expected future earnings) yang diimplikasi oleh laba akuntansi

tahun berjalan. Persistensi laba merupakan salah satu komponen nilai prediktif

laba, karena persistensi laba merupakan unsur relevansi, maka beberapa informasi

dalam boox-tax differences yang dapat mempengaruhi persistensi laba. Laba

dikatakan persisten ketika aliran kas dan laba akrual berpengaruh terhadap laba

tahun depan dan perusahaan dapat mempertahankan jumlah laba yang diperoleh

saat ini sampai masa yang akan datang. Informasi yang berkaitan dengan

persistensi laba membantu investor dalam menentukan kualitas laba dan nilai

perusahaan (Dzuldiyanov, 2015).

Persistensi laba merupakan laba yang mempunyai kemampuan sebagai

indikator laba periode mendatang yang dihasilkan oleh perusahaan secara

berulang-ulang dalam jangka panjang (Sunarto, 2008 dalam Sulastri, 2014).

Metode Pengukuran Persistensi laba dapat diukur menggunakan rumus

sebagai berikut (Maythi, 2006; Wijayanti, 2006; Wiryandari dan Yulianti, 2008;

Suwandika dan Astika, 2013: dan Asma, 2013):

PTBI t +1=γ 0 + γ 1 PTBI t +U t +1

Keterangan :

PTBI t +1 = Laba Akuntansi Sebelum Pajak Periode Mendatang

PTBI t = Laba Akuntansi Sebelum Pajak Periode Berjalan

40
Persistensi laba memfokuskan pada koefisien dari regresi laba sekarang

terhadap laba mendatang. Hubungan tersebut dapat dilihat dari koefisien slope

regresi antara laba sekarang dengan laba sebelumnya setelah dibagi jumlah saham

beredar. Semakin tinggi (mendekati angka 1) koefisiennya menunjukkan

persistensi laba yang dihasilkan tinggi, sebaliknya jika nilai koefisiennya

mendekati nol, persistensi labanya rendah atau laba transitorinya tinggi. Jika nilai

koefisiennya bernilai negatif, pengertiannya terbalik, yaitu nilai koefisien yang

lebih tinggi menunjukkan kurang persisten, dan nilai koefisien yang lebih rendah

menunjukkan lebih persisten.

Selain menggunakan rumus diatas persistensi laba juga dapat diukur

menggunakan proksi dari laba sebelum pajak tahun depan. Laba sebelum pajak

tahun depan merupakan selisih antara pendapatan dan beban pada tahun depan

sebelum dikurangi dengan beban pajak dibagi dengan rata – rata total asset

(Septavita, 2016).

Laba sebelum pajak t−Laba sebelum pajak t−1


Persistensi Laba=
Total Asset

3.3.2 Independen Variable (Variabel Bebas)

Variabel Independen (Variabel Bebas) Variabel bebas merupakan variabel

yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya

41
variabel dependen (terikat). Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu

variabel dependen, dan variabel independen. Definisi operasional untuk masing-

masing variabel adalah sebagai berikut:

1. Variabel Deffered Tax Expensse (X1)

Deffered Tax Expensse (Beban pajak tangguhan) merupakan beban yang

timbul akibat perbedaan temporer antara laba akuntansi dengan laba fiskal. Perwita

dkk. (2015) menyatakan bahawa perbedaan temporer timbul karena adnya kebijakan

akrual sehingga terdapat perbedaan pengakuan antara pendapatan dan biaya antara

akuntansi dan perpajakan. Deffered Tax Expensse (Baban pajak tangguhan) dapat

dihitung dengan menggunakan indikator membobot beban pajak tangguhan dengan

total aset.

Beban Pajak Tangguhan


Defferd Tax Expansse=
Rata−Rata Total Asset

2. Variabel Konsentrasi Kepemilikan (X2)

Konsentrasi kepemilikan menjelaskan bagaimana kendali keseluruhan

atau sebagian dan menggambarkan siapa saja yang memegang kendali atas

kepemilikan dan pemegang kendali atas seluruh aktivitas perusahaan. Investor

yang memiliki saham lebih besar atau mayoritas akan mempunyai wewenang

atau kendali lebih tinggi (Junawatiningsih and Harto 2014). Dapat

disimpulkan pula bahwa kosentrasi kepemilikan merupakan sekelompok

pengendali atas aktivitas bisnis perusahaan yang memiliki ha katas

kepemilikan suatu perusahaan sebesar dengan investasi yang mereka berikan.

42
Jumlah sahamterbesar individu/kelompok
KK = x 100 %
Total saham yang bererdar

3. Variabel Arus Kas Operasional (X3)

Menurut (Septavita, 2016) Arus Kas Operasi Penerimaan dan pembayaran

kas selama satu periode diklasifikasikan menjadi tiga aktifitas yang berbeda yaitu

aktivitas operasi, investasi dan pendanaan. Jumlah arus kas operasi misalnya arus

kas yang diperoleh dari kegiatan atau aktivitas operasi yang merupakan indikator

untuk menentukan apakah operasi perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang

cukup atau tidak untuk melunasi pinjaman, membayar dividen dan melakukan

investasi baru. Semakin banyaknya aliran kas operasi maka persistensi laba akan

meningkat. Aliran kas sangat berguna ungtuk mengecek persistensi laba.

Arus Kas Operasi


AKO=
Kewajiban Lancar

Tabel 3.2
Operasional Variabel Penelitian
No Nama
Variabel Indikator Penelitian Skala

43
1 Persistensi
Laba
(Y)
( Mahmudah W
2019 )
Laba sebelum pajak t−Laba sebelum pajak t−1
Total Asset Rasio

2 Beban Pajak
Tangguhan
(X2)
Beban Pajak Tangguhan
( Achransyah P Rasio
Rata−Rata Total Asset
& Purwanti
2018 )
3 Konsentrasi
Kepemilikan
(X3)
( Pratomo D Rasio
Jumlah saham terbesar individu/kelompok
2019 ) x 100 %
Total saham yang bererdar

4 Arus Kas
Operasional
( X3)
Jurnal
Arus KasOperasi Rasio
Akuntansi &
Kewajiban Lancar
Perpajakan,
Jayakarta
( Hidayat

44
2019 )

Sumberdata : Data diolah

3.4 Populasi dan Sampel

3.4.1 Populasi

Menurut Sugiyono (2016:80) populasi dapat didefisikan sebagai berikut:

“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

mempelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.”

Pada penelitian ini, populasi yang digunakan adalah semua perusahaan

Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada

periode 2017-2021. Berikut adalah daftar perusahaan property dan real estate

yang terdaftar di BEI ( Bursa Efek Indonesia ) yang merupakan perusahaan

publik.

3.4.2 Sampel

Pengertian Sampel menurut Nuryaman dan Veronica (2015:101): “Sampel

adalah bagian dari populasi, sampel berisi beberapa anggota yang dipilih dari

populasi. Dengan kata lain, yang membentuk sampel hanyalah beberapa elemen

populasi saja, bukan seluruh elemen.”

Sampel penelitian merupakan langkah untuk menentukan besarnya ukuran

sampel yang akan diambil dalam melaksanakan penelitian.

45
Menurut Sugiyono (2015:81) sampel dapat didefinisikan sebagai berikut:

“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut.”

Kriteria pemilihan sampel dalam penelitian ini yaitu:

1. Perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

periode 2017-2021 secara berturut-turut.

2. Perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

periode 2017-2021 yang menerbitkan laporan keuangan lengkap dan diaudit

secara konsisten selama periode 2017-2021 secara berturut turut.

3. Perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

yang tidak mengalami kerugian periode 2017-2021.

4.

TABEL 3.3
Kriteria Pemilihan Sample
Tidak Memenuhi
No Kriteria Sample Akumulasi
Kriteria

Perusahaan property dan real estate yang


1 terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 0 63
2017-2021 secara berturut-turut

Perusahaan property dan real estate yang


terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2017-2021 yang menerbitkan laporan
2 -30 33
keuangan lengkap dan diaudit secara
konsisten selama periode 2017-2021 secara
berturut turut.
Perusahaan property dan real estate yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang
3 -21 12
tidak mengalami kerugian periode 2017-
2021.
Jumlah Sample Penelitian 12

46
Total Laporan Keuangan dikali 5 Tahun periode penelitian yang
digunakan untuk sample ini 60
Sumber : Data Diolah penulis ( 2022)

Berdasarkan table diatas diperoleh jumlah data sample penelitian sebanyak


12 perusahaan dengan 5 tahun pengamatan sehingga di peroleh sample sebannyak
60.

Tabel 3.4
Data Sample penelitian
No Nama Perusahaan Kode
1 Bumi Serpong Damai Tbk BSDE
2 Duta Pertiwi Tbk DUTI
3 Perdana Gapura Prima Tbk GPRA
4 Jaya Real Property Tbk JRPT
5 Kawasan Industri Jababeka Tbk KIJA
6 Mtropolitan Kentjana Tbk MKPI
7 Metropolitan Land Tbk MTLA
8 Plaza Indonesia Realty Tbk PLIN
9 PP Property Tbk PPRO
10 Pakuwon Jati Tbk PWON
11 Suryamas Dutamakmur Tbk SMDM
12 Summarecon Agung Tbk SMRA
Sumber : data diolah peneliti ( 2022)

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa

mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data

yang memenuhi standar data yang ditetapkan (Sugiyono, 2019:296) Dalam

penelitian ini data yang dikumpulkan melalui:

1. Studi Kepustakaan.

Studi kepustakaan digunakan untuk mengumpulkan data mengenai penelitian

dan untuk menemukan penelitian terdahulu, teori-teori yang mendukung dan

47
data pendukung lainnya seperti buku-buku, jumal, masalah, literatur dan

lainnya.

2. Dokumen

Metode dokumen ini merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya momumental dari

seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah

kehidupan, ceritera, biografi, kebijakan (Sugiyono, 2019:314).

3.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan perhitungan statistik,

Teknik analisis data yang digunakan menggunakan aplikasi E-Views Serie 10.

Adapun tahapan analisis data yang akan dilakukan untuk melakukan pengujian

adalah sebagai berikut:

3.6.1 Uji Statistik Deskriptif

Dalam uji statistik deskriptif menghasilkan deskripsi dari data yang

digunakan, sehingga menjadikan informasi lebih jelas dan lebih mudah untuk

dipahami. Statistik deskriptif dapat dilihat dari rata-rata (mean), nilai tengah

(median), nilai yang sering muncul (modus), standar deviasi, nilai maksimum, dan

nilai minimum (Ghozali, 2019). Statistk deskriptif dapat menjelaskan variabel-

variabel yang terdapat dalam penelitian ini. Selain itu dapat menyajikan ukuran-

ukuran numerik yang sangat penting bagi data sampel.

3.6.2 Uji Model Regresi data panel

48
Untuk menguji kesesuaian atau kebaikan dari tiga metode pada teknik

estimasi dengan model data panel, maka digunakan uji chow, uji hausman, uji

lagrange multiplier

1. Uji Chow

Uji Chow adalah untuk menentukan uji mana di antara kedua metode

yakni metode common effect dan metode fixed 0effect yang sebaiknya

digunakan dalam pemodelan data panel. Hipotesis dalam uji chow ini sebagai

berikut :

Ho : Model Common Effect

H1 : Model Fixed Effect

Dasar penolakan terhadap hipotesa nol (Ho) adalah dengan

menggunakan F statistik, seperti rumus berikut:

( ESS 1−ESS 2)/(N −1)


CHOW =
(ESS 2)/( NT N−K )

Dimana :

ESS1 : Residual Sun Square hasil perdugaan model fixed effect

ESS2 : Residual Sun Square hasil perdugaan model pooled last square

N : Jumlah Data Cross Section

T : Jumlah Data Time Series

K : Jumlah Variabel Penjelas

Statistik chow mengikuti distribusi F-statistik dengan derajat bebas (N-

1, NT-N-K). Jika nilai chow statistik (Fstatistik) > F tabel, maka H1 diterima,

maka yang terpilih adalah model fixed effect, begitu pula sebaliknya.

49
2. Uji Hausman

Uji Hausman yaitu untuk menentukan uji mana diantara kedua metode

efek acak (random effect) dan metode (fixed effect) yang sebaiknya dilakukan

dalam pemodelan data panel. Hipotesis dalam uji hausman sebagai berikut:

Ho : Metode Random Effect

H1 : Metode Fixed Effect

Dengan rumus sebagai berikut :

𝑚 = (𝛽 − 𝑏)(𝑀0 − 𝑀1)−1(𝛽 − 𝑏)~𝑋2 (𝐾)

Dimana β adalah vektor untuk statistik variabel fixed effect, b adalah

vector statistic variabel random effect, M0 adalah matrik kovarians untuk

dugaan fixed effect model dan M1 adalah matrik kovarians untuk dugaan

random effest model

3. Uji Lagrange Multiplier

Lagrange Multiplier (LM) adalah uji untuk mengetahui apakah model

Random Effect atau 34 model Common Effect (OLS) yang paling tepat

digunakan. Uji signifikasi Random Effect ini dikembangkan oleh Breusch

Pagan. Metode Breusch Pagan untuk uji signifikasi Random Effect didasarkan

pada nilai residual dari metode OLS.

3.6.3 Model Regresi Data Panel

Teknik analisis data panel dalam penelitian ini dapat dilakukan dengan

metode common effect, fixed effect dan random effect, sedangkan untuk

50
menentukan metode mana yang lebih sesuai dengan penelitian ini maka

digunakan Uji Chow dan Uji Hausman.

1. Model Common Effect

Model Common Effect adalah model yang paling sederhana, karena

metode yang digunakan dalam metode Common Effect hanya dengan

mengkombinasikan data time series dan cross section. Dengan hanya

menggabungkan kedua jenis data tersebut, maka dapat digunakan metode

Ordinal Least Square (OLS) atau teknik kuadrat terkecil 31 untuk

mengestimasi model data panel. Dalam pendekatan ini tidak memperhatikan

dimensi individu maupun waktu, dan dapat diasumsikan bahwa perilaku data

antar perusahaan sama dalam rentan waktu. Asumsi ini jelas sangat jauh dari

realita sebenarnya, karena karakteristik antar perusahaan baik dari segi

kewilayahan jelas sangat berbeda. Persamaan metode ini dapat dirumuskan

sebagai berikut :

Yit=α + βjXit j+εit

Dimana :

Y : Variabel terikat individu ke-i pada waktu ke-i

X : Variabel bebas ke-j individu ke-i pada waktu ke-t

i : Unit cross-section sebanyak N

j : Unit time siries sebanyak

εit : Komponen error individu ke-i pada waktu ke-t

α : Intercept

t : Parameter untuk variabel ke-j

51
2. Model Efek Tetap (Fixed Effect)

Model ini digunakan untuk mengatasi kelemahan dari analisis data

panel yang menggunakan metode common effect, penggunaan data panel

common effect tidak realistis karena akan menghasilkan intercept ataupun

slope pada data panel yang tidak berubah baik antar individu (cross section)

maupun antar waktu (time series). Model ini juga untuk mengestimasi data

panel dengan menambahkan variabel dummy. Model ini mengasumsikan

bahwa terdapat efek yang berbeda antar individu. Perbedaan ini dapat

diakomodasi melalui perbedaan diintersepnya. Oleh karena itu dalam model

fixed effect, setiap individu merupakan parameter yang tidak diketahui dan

akan diestimasi dengan menggunakan teknik variabel dummy yang dapat

dirumuskan sebagai berikut :

𝑌𝑖𝑡 =∝𝑖+ 𝛽𝑗𝑋𝑖𝑡 𝑗 + ∑𝑖=2 𝑛 𝛼𝑖𝐷𝑖 + 𝜀𝑖𝑡

Dimana :

Y : Variabel terikat individu ke-i pada waktu ke-i 𝑋𝑖𝑡

X : Variabel bebas ke-j individu ke-i pada waktu ke-t

D : Dummy variavel

𝜀𝑖𝑡 : Komponen error individu ke-i pada waktu ke-t

α : Intercept

t : Parameter untuk variabel ke-j

Teknik ini dinamakan Least Square Dummy Variabel (LSDV). Selain

diterapkan untuk efek tiap individu, LSDV ini juga dapat mengkombinasikan

efek waktu yang bersifat non individu.

52
3. Model Efek Acak (Random Effect)

Dalam metode ini perbedaan karakteristik individu dan waktu

diakomodasikan dengan error dari model. Mengingat terdapat dua komponen

yang mempunyai kontribusi pada pembentukan error yaitu (individu dan

waktu), maka pada metode ini perlu diuraikan menjadi error dari komponen

individu, error untuk komponen waktu dan error gabungan. Persamaan

random effect dapat dirumuskan sebagai berikut:

𝑌𝑖𝑡 = 𝛼 + 𝛽𝑗𝑋𝑖𝑡 𝑗 + 𝜀𝑖𝑡 ; 𝜀𝑖𝑡 = 𝑢𝑖 + 𝑉𝑡 + 𝑊𝑖𝑡

Dimana :

ui : Komponen error cross-section

Vt : Komponen time series

Wit: Komponen error gabungan.

3.6.4 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik memiliki tujuan untuk mengetahui dan menguji

kelayakan atas model regresi yang digunakan dalam penelitian ini. Sebelum

analisis regresi dilakukan, harus dilakukan uji asumsi klasik untuk menentukan

apakah model dari regresi tersebut memenuh i syarat-syarat untuk lolos dari uji

asumsi klasik.Syarat- syarat yang harus dipenuhi adalah data tersebut harus

terdistribusi secara normal, tidak mengandung autokorelasi, multikolinieritas, dan

heteroskedastisitas.

1. Uji Normalitas

53
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

data telah memenuhi persyaratan distribusi normal dan apakah residual dalam

model regresi sudah terdistribusi secara normal. Model regresi yang baik

adalah memiliki data berdistribusi normal. Suatu data dapat dikatakan normal

jika data tersebut memenuhi persyaratan distribusi normal. Adapun cara untuk

mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan

menggunakan analisis grafik dan uji Kolmogorov-Smirnov Test. Dasar

pengambilan keputusannya adalah:

a. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis

diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

b. Jika data menyebar jauh dari diagonal dan tidak mengikuti arah garis

diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

Uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual

adalah uji statistic Kolmogorov-Smirnov (K-S), yang dijelaskan oleh Ghozali

(2019). Uji K-S dibuat dengan membuat hipotesis:

H0 : data residual berdistribusi normal

Ha : data residual tidak berdistribusi normal

Dasar pengambilan keputusan pada uji K-S ini adalah dengan melihat

nilai profitabilitas signifikansi data residual. Jika angka profitabilitas kurang

dari 0,05 maka variabel ini tidak berdistribusi secara normal. Sebaliknya, bila

angka probabilita di atas 0,05 maka Ha ditolak yang berarti variabel

terdistribusi secara normal (Ghozali, 2019).

2. Uji Multikolinearitas

54
Menurut Ghozali (2019) pada pengujian multikolinearitas bertujuan

untuk mengetahui apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar

variabel independent atau variable bebas. Efek dari multikolinearitas ini

adalah menyebabkan tingginya variabel pada sampel. Hal tersebut berarti

standar error besar, akibatnya ketika koefisien diuji, t-hitung akan bernilai

kecil dari t-tabel. Hal ini menunjukkan tidak adanya hubungan linear antara

variabel independen yang dipengaruhi dengan variabel dependen.

Untuk menemukan terdapat atau tidaknya multikolinearitas pada

model regresi dapat diketahui dari nilai toleransi dan nilai variance inflation

factor (VIF). Nilai Tolerance mengukur variabilitas dari variabel bebas yang

terpilih yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi nilai

tolerance rendah sama dengan nilai VIF tinggi, dikarenakan VIF = 1/tolerance,

dan menunjukkan terdapat kolinearitas yang tinggi. Nilai cut off yang

digunakan adalah untuk nilai tolerance 0,10 atau nilai VIF diatas angka 10.

3. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas memiliki tujuan menguji apakah terjadi

ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang

lainnya dalam model regresi (Ghozali, 2019). Jika varians dari residual satu

pengamatan ke pengamatan lainnya tetap, maka disebut homokedastisitas.

Sebaliknya jika varians berbeda, disebut heteroskedastisitas. Model regresi

yang baik adalah tidak terdapat heteroskedastisitas (Ghozali, 2019). Untuk

menguji ada tidaknya heteroskedastisitas dalam penelitian ini, dapat

digunakan grafik plot (scatterplot) antara nilai prediksi variabel dependen

55
(ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Apabila dalam grafik tersebut tidak

terdapat pola tertentu yang teratur dan data tersebut acak diatas dan dibawah

angka 0 pada sumbu Y, berarti tidak terdapat heteroskedastisitas.

4. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model

regres tersebut ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t

dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebel umnya). Jika terjadi

korelasi, maka dinamakan adanya problem autokorelasi (Ghozali, 2019).

Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu

berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan

pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini

sering ditemukan pada data runtut waktu (time series) karena gangguan pada

seseorang individu/kelompok cenderung mempengaruhi gangguan pada

individu/kelompok yang sama pada periode berikutnya. Uji autokorelasi

dalam penelitian ini digunakan uji Durbin-Wat son. Nilai statistik dari uji

Durbin-Watson yang lebih kecil dari 1 atau lebih besar dari 3 diindikasi terjadi

autokorelasi.

3.6.5 Analisis Regresi Data Panel

Analisis regresi data panel merupakan suatu metode yang digunakan

untuk memodelkan pengaruh variabel prediktor terhadap variabel respon dalam

beberapa sektor yang diamati dari suatu objek penelitian selama periode waktu

tertentu. Selain itu, regresi data panel juga digunakan untuk melakukan peramalan

variabel respon pada setiap sektor yang ada. Namun, untuk meramalkannya, perlu

56
dilakukan peramalan terlebih dahulu untuk variabel prediktornya pada masing-

masing sektor. Model regresi data panel dinyatakan dalam bentuk persamaan

Yit =x,it β + Z,I a + €i

i = 1, . . . ,K; t = 1, . . . , T.

Dimana i menunjukkan unit cross-section sejumlah K, sementara t

menunjukkan waktu sejumlah T. Terdapat p variabel bebas pada xit, tidak

termasuk dengan konstan. Efek spesifik individual adalah dimana Zi terdiri dari

konstan dan efek spesifik individual, baik yang dapat diobservasi maupun tidak

terobservasi. adalah matriks slope berukuran px1.

3.6.6 Koefisien Determinasi

Ghozali (2019:98) menyatakan Koefisien determinasi digunakan untuk

mengukur kemampuan variabel independen terhadap variabel dependen. Nilai R

yang kecil menunjukkan kemampuan variabel independen dalam menjelaskan

variasi variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti

variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang

dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.

3.6.7 Uji Simultan (Uji Statistik F)

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel

independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh

secara bersama-sama terhadap variabel dependen / terikat (Ghozali, 2019). Untuk

menguji hipotesis ini digunakan statistik F dengan kriteria pengambilan

keputusan sebagai berikut :

57
1. Jika nilai F lebih besar dari 4 pada tingkat kepercayaan 5%, maka Ho ditolak

atau dengan kata lain hipotesis alternatif diterima. Sehingga semua variabel

independen secara serentak dan signifikan mempengaruhi variabel dependen.

2. Membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan nilai F menurut tabel. Bila

nilai F hitung lebih besar daripada nilai F tabel, maka Ho ditolak dan

menerima Ha.

Y= α + β1X1+ β2X2+ β3X3 + β4X1X2X3 + μ

Dengan keterangan

Y = Uji Simultan

a = Konstanta

X1 = Beban Pajak Tangguhan

X2 = Konsentrasi Kepemilikan

X3 = Arus Kas Operasional

β1-β4 = Koefisien Regresi

μ = standard error

3.6.8 Uji Parsial (Uji Statistik t)

Uji statistik t digunakan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu

variabel penjelas/ independen secara individual dalam menjelaskan variasi

variabel dependen. Uji t yaitu untuk menguji hubungan regresi secara parsial,

dalam uji t statistik pada dasarnya menunjukan seberapa jauh pengaruh suatu

variabel penjelas secara individual dalam menerangkan variasi variabel-variabel

58
terikat dengan menggunakan eviews. Uji t menguji apakah suatu hipotesis

diterima atau ditolak, dimana untuk kekuatan pada uji t adalah sebagai berikut:

H0 : Berarti tidak ada pengaruh yang berarti dari variabel bebas terhadap

variabel terkait.

H1 : Berarti ada pengaruh yang berarti dari variabel bebas terhadap variabel

terkait.

Untuk memutuskan hipotesis mana yang diterima dan mana yang ditolak,

maka pengujian dilakukan dengan cara membandingkan nilai t hitung dengan t

tabel jika ℎ𝑖𝑡 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 : maka Ho ditolak Ha diterima, yang berarti bahwa variabel

bebas (X1,X2,X3) secara parsial berpengaruh positif terhadap variabel terikat (Y)

adalah signifikan. tℎ𝑖𝑡 > : maka Ho diterima Ha ditolak, yang berarti bahwa

variabel bebas (X1,X2,X3) secara parsial berpengaruh positif terhadap variabel

terikat (Y) adalah tidak signifikan

59
DAFTAR PUSTAKA

Achyarsyah P & Purwanti, A, (2018), Pengaruh Perbedaan Laba Komersial Dan


Laba Fiskal, Pajak Tangguhan, Dan Leverage Terhadap Persistensi Laba,
Jurnal Akuntansi Universitas Nasional, Volume 16, No 2, Juli 2018 0216-
1397

Dian Maulita, D & Sefty Framita, D, (2021), Pengaruh Pajak Tangguhan Dan
Ukuran Perusahaan Terhadap Persistensi Laba (The effect of deffered tax
and company size on earnings persistence), Jurnal Akuntansi, Keuangan,
dan Manajemen (Jakman) Vol 2, No 2, 2021, 141-152 2716-0807

Hidayat,I, Pengaruh Book Tax Differences, Arus Kas Operasi, Tingkat Hutang
Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Persistensi Laba, Competitive Jurnal
Akuntansi dan Keuangan, Vol. 4 (No.1),E-ISSN 2549-79IX

Ikhsan. (2012). Pengaruh Kualitas Penerapan Corporate Governance dan


Konsentrasi Kepemilikan Terhadap Persistensi Laba. Jurnal Ekonomi dan
Bisnis, Vol. 11, No. 2, Halaman (121-136).

Juliardi, D 2013. Pengaruh Leverage, Konsentrasi kepemilikan dan kualitas Audit


terhadap nilai perusahaan serta laba persisten pada perusahaan-perusahaan
public manufaktur yang listed dibursa efek Indonesia, Journal Akuntansi
Aktual Vol. 3 No. 2 Hall. 113-122

Junawatiningsih, T 2014, Analisis Pengaruh Mekanisme Internal Dan Eksternal


Corporate Governance Terhadap Persistensi Laba, Diponegoro Journal Of
Accounting Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 1-11

60
Mahmudah W, (2019) Perencanaan Pajak Dan Beban Pajak Tangguhan Atas
Persistensi Laba Perusahaan Manufaktur Di BEI, Jurnal Ilmiah Akuntansi
dan Manajemen (JIAM) Vol.15, No.1, Mei 2019 ISSN 0216-7832

Pratomo, D (2019), Pengaruh Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial


Dan Konsentrasi Kepemilikan Terhadap Persistensi Laba, JURNAL
BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 23, No. 1, Juni 2021, Hlm. 13-22 2656 –
9124

Sholikhati, N 2013 Pengaruh Book Tax Differences dan Kepemilikan Mayoritas


terhadap Persistensi Laba dan Reaksi Pasar pada Perusahaan Manufaktur
Tahun 2011-2013, Universitas Trunojoyo Madura

Warsini, S dan Ichsan, T. 2013, Pengaruh Kualitas Penerapan Corporate


Governance Dan Konsentrasi Kepemilikan Terhadap Persistensi Laba,
Prosiding Simposium Nasional Akuntansi

Wijayanti, S, (2016), Pengaruh Beban Pajak Tangguhan Terhadap Persistensi


Laba Dan Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur, AKUNESA: Vol
4 No 2 (2016)

Website :
https://www.pajakku.com/read/6073aff8eb01ba1922cca779/Apa-Itu-Pajak-
Tangguhan-atau-Deferred-Tax-Expense

https://123dok.com/article/konsentrasi-kepemilikan-clientele-effects-of-dividend-
theories.zgd21v8z

61

Anda mungkin juga menyukai