Anda di halaman 1dari 18

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bukti empiris mengenai pengaruh

books-tax differences dan konsentrasi kepemilikan terhadap persistensi laba.

books-tax differences mempunyai 2 variabel indikator yaitu beda waktu dan beda

tetap. Beda waktu di ukur dengan cara membagi jumlah beda waktu dengan total

aktiva suatu perusahaan, beda tetap juga di ukur dengan cara membagi jumlah

beda tetap dengan total aktiva perusahaan sedangkan konsentrasi kepemilikan di

ukur dengan cara membagi jumlah kepemilikan saham terbesar dengan jumlah

saham yang beredar. Persistensi laba yang merupkan variabel dependent dalam

penelitian ini yang di ukur dengan cara laba sebelum pajak tahun pengamatan di

kurang dengan laba sebelum pajak tahun sebelumnya kemudian di bagi dengan

total aktiva. Variabel dependent dan independent dalam penelitian ini di hitung

dengan menggunakan Microsoft Excel 2007. Untuk menganalisis data dalam

penelitian ini digunakan Program Aplikasi pengolah data Statistical Package for

Social Sciences (SPSS) Versi 23.0 for windows. Data dalam penelitian ini berupa

data skunder yaitu data yang diperoleh dengan mengunduh data laporan keuangan

perusahan yang telah di audit oleh auditor independen di situs resmi Bursa Efek

Indonesia yaitu www.idx.co.id.

40
Penelitian ini menggunakan populasi seluruh perusahan sektor manufaktur

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013 sampai dengan tahun 2015

dengan jumlah populasi sebanyak 140 Perusahaan. Untuk menentukan sampel

penelitian ini peneliti menggunakan metode purposive sampling yaitu sampel di

pilih berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan dengan harapan sampel dapat

mewakili populasinya sehingga tidak menimbulkan bias bagi tujuan penelitian

dan dengan menggunakan metode purposive sampling tersebut, peneliti

mendapatkan 31 perusahaan sebagai sampel penelitian. Tahun pengamatan

dilakukan selama tiga tahun, sehingga peneliti dapat menganalisis dan mengamati

perkembangan perusahan selama waktu tersebut. Data yang digunakan berasal

dari laporan keuangan yang telah di audit oleh auditor independen selama tiga

tahun sesuai dengan tahun pengamatan penelitian yaitu tahun 2013 sampai dengan

tahun 2015.

Penelitian ini mempunyai 31 sampel perusahaan dan tiga tahun pengamatan

sehingga jumlah observasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 93 Observasi.

4.2 Hasil penelitian

4.2.1 Uji Statistik Deskriptif

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi variabel dependent

dan variabel independent. Variabel dependent dalam penelitian ini adalah

persistensi laba sedangkan variabel independent dalam penelitian ini adalah

books-tax differences dan konsentrasi kepemilikan. Books-tax differences

memiliki 2 indikator yakni beda waktu dan beda tetap.

41
Berdasarkan hasil perhitungan dengan Observasi sebanyak 93, di dapatkan

hasil uji statistik deskriptif yang dapat dilihat dari tabel 4.1.

Tabel 4.1
Descriptive Statistics

Std.
N Minimum Maximum Mean
Deviation
persistensi Laba 93 -,2608 ,2247 -,003114 ,0567669
Beda Waktu 93 -,1311 ,0291 ,001543 ,0177434
Beda Tetap 93 -,8464 ,0455 -,009398 ,0890829
Konsentrasi Kepemilikan 93 ,2140 ,9975 ,648866 ,2112473
Valid N (listwise) 93
Sumber : Output SPSS 23

Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa Nilai rata-rata yang di peroleh dari hasil

perhitungan statistik variabel persistensi laba adalah sebesar -0,003114 yang

berarti bahwa tingkat persistensi laba perusahaan manufaktur tahun 2013-2015

adalah sebesar -0,31%. Perusahaan yang memiliki persistensi laba di atas rata rata

adalah sebanyak 87 Observasi sementara 6 observasi lainya mempunyai nilai di

bawah nilai rat-rata. Nilai maksimum yang di miliki oleh persistensi laba adalah

sebesar 22,47% yaitu pada PT. Duta Pertiwi Nusantara Tbk tahun 2013. Nilai

minimum pada variabel ini adalah -26.08% yaitu PT. Duta Pertiwi Nusantara Tbk

tahun 2014. Standar Deviasi pada variabel persistensi laba adalah sebesar 15,68%

yang lebih besar di bandingkan dengan nilai rata-rata yang berarti bahwa data

pada variabel persistensi laba ini tidak berkelompok atau tidak bervariasi.

Veriabel beda waktu memiliki nilai rata rata sebesar 0,15% yang berarti

bahwa ada koreksi positif yang dapat menambah laba kena pajak tahun berjalan

dan menghasilkan pajak lebih besar sehingga laba yang di peroleh perusahaan

42
semakin kecil. Perusahaan yang memiliki beda waktu di atas arata-rata selama

tahun pengamatan 2013-2015 sebanyak 53 observasi dan 40 observasi yang

memiliki beda waktu di bawah rata rata. Nilai maksimum yang yang dimiliki

variabel beda waktu adalah sebesar 2,91% pada PT. Daria-Varia Laboratoria Tbk

tahun 2014 dan nilai minumum sebesar -013,11% pada perusahaan PT. Duta

Pertiwi Nusantara Tbk Tahun 2013. Selain itu nilai rata rata lebih kecil

dibandingkan dengan standar deviasi sebesar 1,77% yang menunjukan bahwa

data pada variabel beda waktu menyebar atau bervariasi. Hal ini di sebabkan

karena beberapa perusahaan memiliki pengurang atau penambah baik dari sisi

pendapatan maupun dari sisi biaya pada koreksi fiskalnya dengan jumlah yang

berbeda beda sesuai dengan transaksi yang terjadi setiap tahun nya baik teratur

maupun tidak teratur .

Variabel beda tetap memiliki nilai rata rata sebesar -0,93%, Arti Minus (-)

dalam variabel ini menggambarkan bahwa adanya koreksi negatif yang dapat

mengurangi laba kena pajak tahun berjalan dan menghasilkan pajak lebih kecil

sehingga laba perusahaan menjadi lebih besar. Perusahaan yang memiliki beda

tetap di atas nilai rata rata selama tahun pengamatan 2013-2015 adalah sebanyak

82 observasi sementari 11 observasi mempunyai nilai di bawah rata-rata. Nilai

maksimum pada variabel ini adalah sebesar 4,55% yaitu PT. Astra Otoparts Tbk

Tahun 2014 sementara nilai minimum sebesar -84,64 pada PT. Delta Djakarta Tbk

tahun 2014. Standar deviasi pada variabel ini adalah sebesar 8,90% yang berarti

nilai rata rata lebih kecil di bandingkan dengan nilai standar deviasi yang

menunjukan bahwa beda tetap bervariasi. Hal ini di sebabkan karena beberapa

43
perusahaan memiliki pengurang atau penambah baik dari sisi pendapatan maupun

dari sisi biaya pada koreksi fiskalnya dengan jumlah yang berbeda beda sesuai

dengan transaksi yang terjadi setiap tahun nya baik teratur maupun tidak teratur.

Variabel Konsentrasi kepemilikan menunjukan hasil rata rata 0,648866 yang

berarti rata-rata kepemilikan saham terbesar di perusahaan sampel adalah adalah

64,88%. Nilai Maksimum konsentrasi kepemilikan adalah sebesar 0,9975 atau

99,75% yaitu PT. Tunas Alfin Tbk tahun 2013 dimana saham di miliki 99,75%

saham PT. Tunas Alfin Tbk dimiliki oleh PT.Proinvestindo dan nilai minimum

pada variabel ini adalah 0,2140 atau 21,40% yaitu PT. Ultrajaya milk industry &

trading company tbk. Nilai standar deviasinya sebesar 0,2112473. Presentasi

kepemilikan saham terbesar pada suatu perusahaan yang kurang dari 50% berarti

perusahaan tersebut memiliki tingkat konsentrasi kepemilikan yang rendah atau

kepemilikan saham nya tersebar sedangkan jika presentase kepemilikan saham

terbesar suatu perusahaan lebih dari 50% maka perusahaan tersebut memiliki

tingkat konsentrasi kepemilikan yang tinggi.

4.2.2 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik memiliki tujuan untuk memperoleh model regresi dengan

estimasi yang tidak bias dan pengujian dapat dipercaya. Pengujian yang dilakukan

dalam uji asumsi klasik diantaranya adalah uji normalitas, multikolineritas,

autokorelasi, dan heteroskedastisitas dengan menggunakan program aplikasi

SPSS Versi 23.

44
4.2.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel dependent dan independent semuanya memiliki distribusi yang normal

atau tidak (Ghozali,2016). Dalam penelitian ini, untuk mendeteksi apakah data

berdistribusi normal atau tidak dapat di lihat dari grafik P-P Plots, dengan

menggunakan analisis grafik Normal P-P Plots data yang ditunjukan menyebar

disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka data terdistribusi

normal dan model regresi dapat dikatakan memenuhi syarat asumsi normalitas.

Berikut ini adalah hasil uji analisis grafik normal P-P Plots

Gambar 4.1
P-P Plots
Sumber : Hasil Output Spss 23

45
Berdasarkan grafik P-P Plots dapat dilihat bahwa garis pada grafik P-P Plots

memperlihatkan bahwa data menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti

garis diagonalnya yang berarti data dari masing-masing variabel berdistribusi

normal dan memenuhi asumsi klasik.

4.2.2.2 Uji Multikolonieritas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji model regresi apakah

ditemukan adanya korelasi antar variabel independent atau tidak.

Untuk menguji adanya multikolinearitas dalam penelitian ini dilihat dari

dapat dilakukan dengan menganalisis korelasi antar variabel dan perhitungan nilai

tolerance serta variance inflation factor (VIF) dari hasil analisis menggunakan

program SPSS versi 23 Kedua ukuran ini menunjukan setiap variabel independent

manakah yang di jelaskan oleh variabel independent lain nya. Tolerance

mengukur variabel independent yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel

independent lain nya. Hasil Uji multikolinearitas dapat dilihat pada Tabel 4.2

Tabel 4.2
Uji Multikolonieritas

Unstandardized Standardized Collinearity


Coefficients Coefficients Statistics
Model t Sig.
Std.
B Beta Tolerance VIF
Error
1 (Constant) -,001 ,017 -,040 ,968
Beda Waktu -1,129 ,293 -,353 -3,858 ,000 ,975 1,025
Beda Tetap -,281 ,058 -,442 -4,832 ,000 ,976 1,025
Konsentrasi Kepemilikan -,005 ,024 -,019 -,212 ,833 ,994 1,006
a. Dependent Variable: persistensi Laba

Sumber : Hasil Output SPSS 23

46
Berdasarkan tabel dari Hasil Output SPSS versi 23 diketahui bahwa nilai

Variance Inflation Factor (VIF) variabel beda waktu, beda tetap dan konsentrasi

kepemilikan adalah 1,025; 1,025; 1,006 dimana nilai tersebut adalah < 10,

demikian juga dengan nilai tolerance masing-masing variabel adalah > 0,1 yaitu

0,975; 0,976; 0,994. Dengan demikian dapat disimpulakn bahwa antar variabel

independent dalam model regresi tidak mengandung multikolinearitas atau model

regresi dalam penelitian ini bebas dari multikolinearitas.

4.2.2.3 Uji Autokolerasi

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ada korelasi

antara kesalahan penggangu pada tahun t dengan kesalahan penggangu pada

tahun t-1 (sebelumnya). Untuk menguji ada tidaknya autokorelasi, diukur

dengan menggunakan statistik Durbin Watson (DW). Hasil Uji Autokorelasi

dapat dilihat pada Tabel 4.3

Tabel 4.3
Uji Autokolerasi

Adjusted R Std. Error of the Durbin-


Model R R Square Square Estimate Watson
a
1 ,524 ,274 ,250 ,0491721 2,078
a. Predictors: (Constant), Konsentrasi Kepemilikan, Beda Tetap, Beda Waktu
b. Dependent Variable: persistensi Laba

Sumber : Hasil Output SPSS 23

Berdasarkan Uji Durbin-Watson nilai DW sebesar 2,078 dan nilai DW ini

akan di bandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan nilai signifikan 0,05.

Sampel (n) yang terdapat dalam penelitian ini adalah sebanyak 93 observasi dan

variabel independent sebanyak 3 (k=3) variabel maka di dapatkan nilai dL 1,5966

47
dan nilai dU sebesar 1,7295, hal itu berarti bahwa nilai DW berada di atas nilai dU

dan kurang dari 2,2705 (4-dU) sehingga dapat di simpulkan bahwa tidak ada

autokolerasi.

4.2.2.4 Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.

Model regresi yang baik adalah yang homoskedasitisitas atau tidak terjadi

heteroskesdatisitas. Model regresi dapat dikatakan tidak terjadi heteroskesdatisitas

apabila tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik yang menyebar di atas dan di

bawah angka 0 pada sumbu Y. Hasil Uji heteroskesdatisitas dapat dilihat pada

Gambar 4.2 dibawah ini.

Gambar 4.2
ScatterPlots
Sumber : Hasil Output SPSS 23

48
Berdasarkan Gambar scatterpot di atas dapat di lihat bahwa titik titik

menyebar secara acak dan tidak membentuk pola yang jelas sehingga dapat

disimpulkan bahwa model regresi tidak mengandung adanya heteroskedastisitas

4.2.3 Uji Hipotesis

4.2.3.1 Uji Koefisien Determinasi (R2)

Nilai koefisien determinasi berada di antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil

berarti kemampuan variabel–variabel independent dalam menjelaskan variabel

dependent amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-varibel

independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk

memprediksi variasi variabel dependen. untuk mengevaluasi model regresi terbaik

digunakan nilai Adjusted R2 (Ghozali, 2016:83). Hasil pengujian dengan

menggunakan SPSS versi 23 diperoleh hasil seperti pada Tabel 4.4 berikut ini:

Tabel 4.4
Uji Koefisien Determinasi

Std. Error of the


Model R R Square Adjusted R Square Estimate
a
1 ,524 ,274 ,250 ,0491721
a. Predictors: (Constant), Konsentrasi Kepemilikan, Beda Tetap, Beda Waktu

Sumber : Hasil Output SPSS 23

Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai koefisien determinasi Adjusted R

Square sebesar 0,250 atau sebesar 25% yang berarti bahwa terdapat kontribusi

yang besar dari variabel independen yaitu book tax difference, dan konsentrasi

kepemilikan terhadap variabel dependen yaitu persistensi laba. Kemampuan

variabel independent dalam menjelaskan variabel dependen adalah sebesar 25%

49
sedangkan sisanya sebesar 75% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak terdapat

dalam model regresi ini.

4.2.3.2 Uji Parsial (Uji t)

Uji Parsial (Uji t) digunakan untuk mengetahui kemaknaan koefisiensi regresi

parsial masing-masing variabel independent dengan pengambilan keputusan

berdasarkan signifikansi t. Uji t statistik dilakukan dengan melihat nilai signifikan

pada hasil output SPSS 23 dan membandingkan antara nilai t hitung dan t tabel.

Uji t dalam penelitian ini digunakan untuk melihat apakah variabel beda

waktu, beda tetap dan konsentrasi kepemilikan secara parsial berpengaruh

terhadap persistensi laba.

Dalam penelitian ini hipotesis yang di gunakan adalah hipotesis 2 arah dengan

nilai signifikansi 5% atau 0,05 dan derajat kebebasan (df) n-k atau 93-4 = 89

sehingga memperoleh hasil t tabel sebesar 1,987. Berdasarkan perhitungan

statistik dengan menggunakan SPSS 23 di peroleh hasil sebagai berikut.

Tabel 4.5
Uji t

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -,001 ,017 -,040 ,968
Beda Waktu -1,129 ,293 -,353 -3,858 ,000
Beda Tetap -,281 ,058 -,442 -4,832 ,000
Konsentrasi Kepemilikan -,005 ,024 -,019 -,212 ,833
a. Dependent Variable: persistensi Laba

Sumber : Hasil Output Spss 23

50
Berdasarkan hasil pengujian di atas menunjukan bahwa Hipotesis Pertama

(H1a) yang menyatakan bahwa beda waktu berpengaruh terhadap persistensi laba,

dalam pembuktianya dapat dilihat bahwa t hitung sebesar -3,858 dan t tabel

sebesar 1,987, ini menunjukan bahwa t hitung lebih besar dari t tabel

(3,858>1,662) hal ini membuktikan bahwa beda waktu berpengaruh terhadap

persistensi laba. Nilai signifikansi beda waktu yang di hasilkan dari hasil output

SPSS 23 adalah sebesar 0,00 yang berarti bahwa nilai signifikan kurang dari 0,05,

Maka dari itu hipotesis 1a di terima. Dengan demikian hipotesis yang menunjukan

terdapat pengaruh antara beda waktu terhadap persistensi laba terbukti secara

statistik. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hasan

dkk (2014) dan Salsabila dkk (2016).

Hipotesis 1b yang menyatakan bahwa beda tetap berpengaruh terhadap

persistensi laba, dalam pembuktianya dapat dilihat bahwa t hitung sebesar -4,832

dan t tabel sebesar 1,987, ini menunjukan bahwa t hitung lebih besar dari t tabel

(4,832>1,987) hal ini membuktikan bahwa beda tetap berpengaruh terhadap

persistensi laba. Nilai signifikansi beda tetap yang di hasilkan dari hasil output

SPSS 23 adalah sebesar 0,00 yang berarti bahwa nilai signifikan kurang dari 0,05,

maka dari itu hipotesis 1b di terima. Dengan demikian hipotesis yang menunjukan

terdapat pengaruh antara beda tetap terhadap persistensi laba terbukti secara

statistik. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hasan

dkk (2014) dan Salsabila dkk (2016).

51
Hipotesis kedua (H2) yang menyatakan bahwa konsentrasi kepemilikan

berpengaruh terhadap persistensi laba. dalam pembuktianya dapat dilihat bahwa t

hitung sebesar -0,212 dan t tabel sebesar 1,987, ini menunjukan bahwa t hitung

lebih kecil dari t tabel (0,212<1,987) hal ini membuktikan bahwa konsentrasi

kepemilikan tidak berpengaruh terhadap persistensi laba. Nilai signifikansi

konsentrasi kepemilikan yang di hasilkan dari hasil output SPSS 23 adalah

sebesar 0,833 yang berarti bahwa nilai signifikan lebih dari 0,05, maka dari itu

hipotesis kedua di tolak. Dengan demikian hipotesis yang menunjukan terdapat

pengaruh antara konsentrasi kepemilikan terhadap persistensi laba tidak terbukti

secara statistik. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan

Ikhsan (2012) yaitu konsentrasi kepemilikan tidak berpengaruh pada persistensi

laba.

4.2.3.3 Uji Simultan (Uji F)

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu

variabel independen menerangkan variabel dependen secara bersama-sama.

Pengujian dilakukan dengan menggunakan significance level 0,05 (α=5%). Uji F

dalam penelitian ini digunakan untuk melihat pengaruh beda waktu, beda tetap

dan konsentrasi kepemilikan terhadap persistensi laba pada perusahaan

manufaktur tahun 2013-2015 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Dalam penelitian ini uji F dilakukan dengan nilai signifikansi 5% atau 0,05,

dan dapat di uji dengan rumus df1 = 4-1 =3 dan df2 = 93-4 = 89, maka nilai F

tabel yang di peroleh dari tabel distibusi F adalah sebesar 2,71.

52
Berdasarkan perhitungan statistik dengan menggunakan SPSS 23 di peroleh

hasil uji F pada tabel 4.6 sebagai berikut :

Tabel 4.6
Uji F

Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression ,081 3 ,027 11,205 ,000b
Residual ,215 89 ,002
Total ,296 92
a. Dependent Variable: persistensi Laba
b. Predictors: (Constant), Konsentrasi Kepemilikan, Beda Tetap, Beda Waktu

Sumber : Hasil Output Spss 23

Berdasarkan hasil output SPSS 23 di atas dapat dilihat bahwa nilai F hitung

lebih besar dari F tabel (11,205>2,71) dengan tingkat signifikan lebih kecil dari

0,05 maka dapat disimpulkan bahwa berdasarkan cara pengambilan keputusan uji

simultan dalam analisis regresi, Variabel beda waktu, beda tetap dan konsentrasi

kepemilikan jika di uji secara bersama-sama berpengaruh terhadap persistensi

laba.

4.3 Pembahasan Penelitian

4.3.1 Pengaruh beda waktu terhadap persistensi laba

Beda waktu merupakan salah satu komponen pembentuk books-tax

differences. Perbedaan ini bersifat sementara yang dapat terpulihkan di masa yang

akan datang, beda waktu timbul karena adanya perbedaan metode antara akuntansi

dan fiskal.

Berdasarkan hasil pengujian parsial atau uji T dalam penelitian ini dapat

dilihat bahwa beda waktu menunjukan hasil T hitung lebih besar dibandingkan

53
dengan T Tabel dan tingkat signifikansi kurang dari 0,05 (Lihat tabel 4.5), hal ini

membuktikan bahwa Secara parsial beda waktu berpengaruh terhadap persistensi

laba, Beda waktu memiliki nilai t hitung negatif yang berarti terjadi kolerasi

negatif antara beda waktu dengan persistensi laba, berdasarkan hal tersebut maka

perusahaan yang memiliki beda waktu yang besar akan menghasilkan persistensi

laba yang rendah dan sebalik nya jika suatu perusahaan memiliki beda waktu yang

relatif kecil maka akan menghasilkan persistensi laba yang tinggi, hal ni

dimungkinkan dapat terjadi karena dalam beda waktu terdapat akun aset pajak

tangguhan, kewajiban pajak tangguhan, penghasilan pajak tangguhan, dan beban

pajak tangguhan yang akan mempengaruhi neraca dan laba rugi suatu perusahaan.

Jika terjadi koreksi positif maka akan menyebabkan timbulnya penghasilan pajak

tangguhan dan jika terjadi koreksi negatif akan menyebabkan timbul nya akun

beban pajak tagguhan. Maka jika beda waktu negatif akan berdampak pada laba

setelah pajak yang besar saat ini dan kecil dimasa depan hal ini dapat terjadi

karena pengakuan beban untuk tujuan perpajakan lebih lambat di bandingkan

pengakuan beban untuk tujuan komersial atau pengakuan penghasilan untuk

tujuan perpajakan lebih cepat dari pada pengakuan penghasilan untuk tujuan

komersial Sehingga sesuai dengan definisi persistensi laba yaitu laba yang

persisten adalah laba yang mampu mempertahankan laba di masa yang akan

datang.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel beda waktu berpengaruh

terhadap persistensi laba secara parsial sehingga tinggi atau rendahnya beda waktu

dapat merubah variasi nilai persistensi laba pada perusahaan manufaktur yang

54
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2015 dan menyatakan bahwa

hipotesis 1a dalam penelitian ini di terima.

4.3.2 Pengaruh beda tetap terhadap persistensi laba

Selain beda waktu, beda tetap yang juga merupakan komponen pembentuk

books-tax difference dan mendapatkan hasil yang sama dalam pengujian parsial

dimana T Hitung untuk beda tetap lebih besar di bandingkan dengan T tabel dan

tingkat signifikansi di bawah 0,05 (Lihat tabel 4.5) yang berarti bahwa secara

parsial beda tetap juga berpengaruh terhadap persistensi laba. Nilai t hitung yang

dihasilkan oleh Spss 23 menunjukan angka negatif yang berarti beda tetap juga

mempunyai korelasi yang negatif sehingga apabila beda tetap semakin besar maka

kemungkinan tingkat persistensi laba akan kecil begitu juga sebalik nya apabila

perusahaan memiliki beda tetap yang kecil maka tingkat persistensi laba akan

menjadi tinggi. Hal tersebut terjadi karena adanya pendapatan yang dikenakan

pajak penghasilan yang bersifat final dan bukan merupakan objek pajak sehingga

harus dikurangkan dari laba kena pajak yang dapat memperbesar dan

memperkecil laba suatu perusahaan sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel

beda tetap berpengaruh terhadap persistensi laba secara parsial sehingga tinggi

atau rendahnya beda tetap dapat merubah variasi nilai persistensi laba pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2015

dan membuktikan bahwa hipotesis 1b dalam penelitian ini di terima.

55
4.3.3 Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan terhadap persistensi laba

Adanya Konsentrasi kepemilikan akan menimbulkan konflik segitiga antara

pemilik saham mayoritas, manajemen, dan pemilik saham minoritas. Keadaan ini

dapat menyebabkan pemegang saham mayoritas melakukan apapun demi

kepentingannya sendiri termasuk mengatur laba perusahaan agar memberikan

keuntungan bagi dirinya dan manajemen cenderung mengikuti apa yang di

perintahkan oleh pemegang saham mayoritas dan mengabaikan kepentingan

pemegang saham minoritas.

Uji T untuk variabel konsentrasi kepemilikan dalam penelitian ini

menunjukan hasil bahwa nilai T Hitung lebih kecil dari T Tabel dengan tingkat

signifikansi lebih dari 0,05 (Lihat tabel 4.5) yang berarti bahwa konsentrasi

kepemilikan tidak berpengaruh terhadap persistensi laba pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013 smpai dengan

2015. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh Ikhsan

(2012) yang menyatakan bahwa konsentrasi kepemilikan tidak berpengaruh pada

persistensi laba dan bertentangan dengan hasil penelitian yang di lakukan oleh

Juliardi (2013) dan Sholikhati (2015) yang menunjukan hasil bahwa perusahaan

yang memliki kepemilikan terkonsentrasi memiliki pengaruh terhadap persistensi

laba suatu perusahaan. Konsentrasi kepemilikan tidak berpengaruh terhadap

persistensi laba di mungkinkan terjadi karena para pemegang saham mayoritas

pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2013-3015 tidak

mengendalikan manajemen untuk memperoleh keuntungan nya sendiri.

56
selain uji T peneliti juga melakukan Uji F dalam pembuktianya dan di peroleh

hasil bahwa bahwa F hitung lebih besar dari F tabel dengan tingkat signifikan

kurang dari 0,05 (Lihat tabel 4.6) hal ini membuktikan bahwa secara simultan atau

jika semua variabel di uji secara bersamaan maka semua variabel independent

dalam penelitian ini yaitu beda waktu, beda tetap dan konsentrasi kepemilikan

berpengaruh terhadap persistensi laba. Berdasarkan hal tersebut maka dapat

disimpulkan bahwa secara simultan variabel beda waktu, beda tetap dan

konsentrasi kepemilikan berpengaruh terhadap persistensi laba perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013 sampai dengan

tahun 2015.

57

Anda mungkin juga menyukai