Anda di halaman 1dari 17

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Data atau Objek Data

Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan manufaktur dan jasa yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan periode pengamatan tahun 2017 – 2019. Hasil pemilihan
sampel menggunakan metode purposive sampling dimana sampel yang digunakan dalam
penelitian ini merupakan sampel yang memenuhi kriteria tertentu sesuai dengan tujuan dari
penelitian ini. Selama periode pengamatan tahun 2017 – 2019 diperoleh jumlah sampel sebanyak
585 sampel yang berasal dari perusahaan manufaktur dan jasa di Bursa Efek Indonesia. Adapun
ringkasan prosedur pemilihan sampel disajikan pada tabel 4.1 sebagai berikut :

Tabel 4.1
Pengambilan Sampel dengan Purposive Sampling
Keterangan Jumlah
Perusahaan manufaktur dan jasa yang terdaftar di Bursa Efek 585
Indonesia selama periode tahun 2017 – 2019
Perusahaan manufaktur dan jasa yang tidak melaporkan (539)
Sustainability Report selama periode tahun 2017 – 2019
Perusahaan manufaktur dan jasa yang menyajikan laporan (7)
keuangannya tidak dengan satuan rupiah selama periode tahun 2017
– 2019
Perusahaan sektor manufaktur dan jasa dengan nilai saldo laba dan (4)
ekuitas tidak bernilai positif selama tahun 2017 – 2019
Jumlah sampel perusahaan dalam satu periode 35
Jumlah tahun sampel 3
Jumlah keseluruhan sampel penelitian (3x35) 105
Data Outlier (2)
Jumlah sampel selama penelitian setelah outlier 103
Sumber : Data diolah

1.1.1 Analisis Deskriptif Statistik


Dodge (2006) menyatakan bahwa Statistik deskriptif adalah metode yang berkaitan dengan
pengumpulan, peringkasan, penyajian data kedalam bentuk yang lebih informatif. Statistik
deskriptif digunakan untuk menganalisis dan menyajikan data kuantitatif dengan tujuan untuk
menggambarkan karakteristik data di dalam suatu penelitian. Dalam analisis statistik deskriptif
objek penelitian ini, peneliti akan menjabarkan perhitungan nilai minimum, nilai maksimum, nilai
rata-rata (mean), dan standar deviasi (simpangan baku) dari profitabilitas (ROA), leverage (DER),
kepemilikan institusional (INST), nilai perusahaan (Tobins’Q) dan Sustainability Report.
Nilai minimum merupakan nilai terendah untuk setiap variabel sedangkan untuk nilai
maksimum merupakan nilai tertinggi untuk setiap variabel dalam penelitian.Nilai rata – rata
(mean) merupakan nilai rata – rata setiap variabel yang diteliti. Standar deviasi merupakan sebaran
data yang digunakan dalam penelitian yang mencerminkan data itu bersifat heterogen atau
homogen yang sifatnya fluktuatif.Penelitian ini menggunakan sampel perusahan manufaktur dan
jasa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan periode pengamatan 3 tahun. Selama periode
tersebut jumlah perusahaan yang memenuhi kriteria sampel sebanyak 35 perusahaan.

Tabel 4.2

Statistik Deskriptif

Std.
N Minimum Maximum Mean Deviation
ROA 103 0.001 0.527 0.06758 0.097886
DER 103 0.180 14.750 3.41505 3.061069
INST 103 0.307 1.000 0.91867 0.127480
TOBINSQ 103 0.860 23.290 2.28010 3.603981
SR 103 -2.60177 1.86419 0.1505317 0.83605601

Sumber : hasil olah SPSS


Berdasarkan tabel 4.2 di atas, dapat diketahui objek yang diteliti (N) pada tahun 2015 –
2017 adalah sebanyak 103 sampel. Dari tabel di atas dapat dilihat besarnya nilai minimun,
maximum, mean dan standard deviation dari tiap – tiap variabel. Tabel ini digunakan untuk
membantu dalam melakukan identifikasi terhadap besar kecilnya penyimpangan atas masing –
masing variabel yang mempengaruhi variabel satu dengan yang lainnya. Analisis statistik
deskriptif menunjukkan hasil sebagai berikut :
a. Profitabilitas
Variabel ROA digunakan sebagai proksi untuk profitabilitas memiliki rata – rata
sebesar 0,06758 dengan standar deviasi sebesar 0,097886. Nilai minimum variabel ini
sebesar 0,001 atau 0,1% yang diperoleh Bank Bukopin pada tahun 2017 sedangkan
nilai maksimumnya sebesar 0,527 atau 52,7% yang diperoleh Multi Bintang pada tahun
2017.
b. Leverage
Variabel DER sebagai variabel independen dalam penelitian ini memiliki nilai rata –
rata sebesar 3,41505 dan nilai standar deviasi sebesar 3,061069. Nilai minimumnya
sebesar 0,180 yang dimiliki oleh entitas dengan kode INTP pada tahun 2017,
sedangkan nilai maksimumnya sebesar 14,750 yang dimiliki oleh entitas dengan kode
BBKP pada tahun 2017.
c. Kepemilikan Institusional
Variabel INST sebagai variabel independen dalam penelitian ini memiliki nilai rata –
rata sebesar 0,91867 dan nilai standar deviasi sebesar 0,127480. Nilai minimumnya
sebesar 0,307 yang dimiliki oleh entitas dengan kode ADHI pada tahun 2019,
sedangkan nilai maksimumnya sebesar 1,000 yang dimiliki oleh entitas dengan kode
BNII pada tahun 2019.
d. Nilai Perusahaan
Variabel TOBINSQ sebagai variabel independen dalam penelitian ini memiliki rata –
rata sebesar 2,28010 dan nilai standar deviasi sebesar 3,603981. Nilai minimumnya
sebesar 0,860 yang dimiliki oleh entitas dengan koder PJAA pada tahun 2019,
sedangkan nilai maksimumnya sebesar 23,290 yang dimiliki oleh entitas dengan kode
UNVR
e. Sustainability Report
Sebagai variabel dependen dalam penelitian ini, variabel SR memiliki rata – rata
sebesar 0.1505317 dengan standar deviasi sebesar 0.83605601. Nilai minimum dari
variabel ini yaitu sebesar -2.60177 dan nilai maksimumnya sebesar 1.86419.
4.2 Analisis Hasil Penelitian

Dalam penelitian ini proses analisis data melingkupi pengujian asumsi klasik dan pengujian
hipotesis penelitian. Pengujian asusmsi klasik dilakukan guna mengetahui dan menguji kelayakan
atas model regresi yang digunakan dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini dilakukan 4
pengujian asumsi klasik, yaitu uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas dan uji
autokorelasi. Pengujian hipotesa dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda
dengan Moderated Regression Analysis (MRA), dikarenakan variabel independen pada penelitian
ini lebih dari satu. Analisis ini guna mengetahui pengaruh variabel independen terhadapa variabel
dependen dengan terdapatnya variabel moderasi.

4.2.1 Uji Asumsi Klasik

Sebelum dilakukan pengujian regresi terlebih dahulu dilakukan pengujian pelanggaran


asumsi klasik untuk model dalam penelitian.

4.2.1.1 Uji Normalitas


Uji normalitas dilakukan dengan tujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
dependen dan variabel independen keduanya mempunyagorovi distribusi normal atau tidak. Uji
normalitas dilakukan dengan analisis Kolmo-Smirnov Test dan Grafik Normal P-P Plot. Hasil uji
normalitas dapat dilihat pada tabel dan gambar dibawah ini.
Tabel 4.3
Hasil Uji Normalitas Klomorgorov-Smirnov Test
Keterangan Unstandardized Keputusan
Residual
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,200 Data berdistribusi normal
Sumber : hasil olah SPSS

Berdasarkan Tabel 4.3 di atas, diketahui bahwa uji Kolmogorov-Smirnov Test memiliki nilai
signifikansi asymp.sig (2-tailed) sebesar 0,200 lebih besar dari 0,05. Menunjukkan bahwa sebaran
nilai residual pada model persamaan regresi dinyatakan berdistribusi normal, sehingga dapat
disimpulkan model regresi dapat dilakukan pengujian lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh dari
masing – masing variabel independen terhadap variabel dependen.
Untuk lebih memastikan apakah data memiliki sebaran data yang normal atau tidak, maka
dilakukan pengujian normalitas kedua yaitu dengan melihat grafik Normal P-P plot, seperti gambar
dibawah ini.

Gambar 4.1
Normal Probability plot charts

Berdasarkan hasil pengujian normalitas di atas diketahui bahwa terlihat titik – titik menyebar
disekitar garis diagonal, serta arah penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa model regresi ini layak dipakai karena memenuhi asumsi normalitas.

4.2.1.2 Uji Multikolinearitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya
korelasi antar variabel independen dengan menganalisis besaran VIF (Varians Inflation Factor),
dimana bila nilai VIF kurang dari 10 dan nilai Tolerance diatas 0,10, maka tidak terdapat gejala
multikolinearitas. Model yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi yang tinggi diantara variabel
independen. Dari hasil pengolahan data statistik diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4.4
Hasil Uji Multikolinearitas
Variabel Tolerance VIF Keputusan
ROA 0,129 7,722 Tidak terjadi multikolinearitas
DER 0,537 1,861 Tidak terjadi multikolinearitas
INST 0,936 1,068 Tidak terjadi multikolinearitas
TOBINSQ 0,132 7,583 Tidak terjadi multikolinearitas
KI 0,586 1,705 Tidak terjadi multikolinearitas
Sumber : hasil olah SPSS

Tabel 4.4 menjelaskan bahwa model yang digunakan pada keseluruhan variabel independen
memiliki nilai VIF kurang dari 10 dan tolerance lebih besar dari 0,1. Sehingga H0 diterima, yang
berarti keseluruhan variabel independen yang digunakan menunjukkan tidak adanya gejala
colinearity atau dengan kata lain tidak ada hubungan yang sangat kuat antara variabel independen.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi yang digunakan terhindar dari masalah
multikolinearitas.

4.2.1.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan varians dan residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari
residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika
berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau
tidak terjadi heteroskedastisitas. Dalam penelitian ini, uji heteroskedastisitas diuji menggunakan
Scatter plot dan uji Glejser. Hasil pengujian yang diperoleh adalah sebagai berikut :
Gambar 4.2
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber : Hasil olah data SPSS 25

Hasil uji heteroskedastisitas di atas menunjukkan bahwa titik – titik tersebar diatas dan
dibawah angka nol. Titik – titik tersebut menyebar dan tidak membentuk pola tertentu yang teratur
sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi tidak terjadi heteroskedastisitas.
Pengujian kedua dilakukan menggunakan uji Glejser, berikut hasil yang diperoleh :
Tabel 4.5
Hasil Pengujian Heteroskedastisitas
Variabel Sig. Keputusan
ROA 0,162 Tidak terjadi heteroskedastisitas
DER 0,965 Tidak terjadi heteroskedastisitas
INST 0,933 Tidak terjadi heteroskedastisitas
TOBINSQ 0,703 Tidak terjadi heteroskedastisitas
ROA_TOBINSQ 0,733 Tidak terjadi heteroskedastisitas
DER_TOBINSQ 0,972 Tidak terjadi heteroskedastisitas
INST_TOBINSQ 0,808 Tidak terjadi heteroskedastisitas
KI 0,087 Tidak terjadi heteroskedastisitas
Sumber : Hasil olah data SPSS 25
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa seluruh variabel independen yang digunakan
dalam penelitian ini memiliki nilai sig. > 0,05. Maka H0 gagal ditolak, artinya varians error
dinyatakan homogen. Selanjutnya disimpulkan tidak terdapat permasalahan heterokedastisitas.
Dengan demikian asumsi atas heterokedastisitas pada model persamaan regresi telah terpenuhi.

4.2.1.4 Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi dilakukan dengan tujuan untuk menunjukkan bahwa ada korelasi antara error
dengan error periode sebelumnya dimana pada asumsi klasik hal ini tidak boleh terjadi. Uji
autokorelasi dilakukan dengan menggunakan Durbin Watson (D-W). Adapun Dasar
pengambilan keputusan uji autokorelasi lebih jelasnya ditampilkan pada tabel 4.7 berikut ini:
Tabel 4.6
Keputusan Autokorelasi
Hipotesa Nol (H0) Keputusan Kriteria

Tidak ada autokorelasi


H0 ditolak 0 < d <d L
positif

Tidak ada autokorelasi positif tidak ada keputusan dL ≤ d ≤ dU

Tidak ada autokorelasi negative H0 ditolak 4-dL< d < 4

Tidak ada autokorelasi


tidak ada keputusan 4-dU ≤ d ≤
negatif

Tidak ada autokorelasi


H0 diterima dU< d < 4-dU
(positif atau negatif)

Dari hasil pengolahan data statistik diperoleh tabel pengujian autokorelasi sebagai berikut :

Tabel 4.7
Hasil Uji Autokorelasi

dL dU DW 4 - dU 4-dL Keputusan
1,6196 1,7392 1,985 2,2608 2,3804 Tidak ada autokorelasi
Sumber : Hasil olah data SPSS 25

Uji autokorelasi merupakan pengujian asumsi dalam regresi dimana variabel dependen
tidak berkorelasi dengan dirinya sendiri. Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa nilai Durbin
Watson (DW) adalah 1,985. Pada tabel DW untuk jumlah observasi (n)=103, K’=3 dan signifikansi
5% diperoleh nilai dL sebesar 1,6196 dan dU sebesar 1,7392, sehingga pada model persamaan
regresi nilai DW berada pada dU< d < 4-dU. Maka H0 diterima artinya nilai DW berada pada kriteria
tidak ada autokorelasi.Dengan demikian asumsi atas autokorelasi pada model persamaan regresi
telah terpenuhi.

4.2.2 Analisis Uji Hipotesis

4.2.2.1 Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien Determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model
dalam menerangkan variabel dependen. Nilai keofisien determinasi adalah antara nol dan satu (0
< R2 < 1). Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam mejelaskan
variabel dependen sangat terbatas. Jika koefisien determinasi sama dengan nol, maka variabel
independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. Jika besarnya koefisien determinasi
mendekati angka 1, maka variabel independen berpengaruh sempurna terhadap variabel dependen.
Hasil uji koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.8

Hasil Uji Koefisien Determinasi

Variabel Dependen : Sustainability Report

Independen Adjusted R2 SR

ROA, DER, INST, TOBINS’, 0,213


ROA_TOBINSQ, DER_TOBINSQ,
INST_TOBINSQ
Sumber : Hasil olah data SPSS 25
Pada tabel 4.8 diatas diketahui koefisien determinasi yang dilihat dari nilai R 2 pada
perusahaan manufaktur dan jasa yang menjadi objek penelitian ini periode 2017 – 2019 didapatkan
nilai sebesar 0,213. Hal ini menjelaskan bahwa variasi dari variabel independen yang terdiri dari
ROA, DER, INST dan setelah dimoderasi dengan TOBINSQ dan variabel kontrol KI masing –
masing mampu menjelaskan sebesar 21,3%, sedangkan sisanya sebesar 78,7% dijelaskan oleh
faktor – faktor lain yang tidak diikutsertakan dalam model penelitian.

4.2.2.2 Uji Signifikan Simultan (Uji Statistik F)

Uji F atau Analysis of Variance (ANOVA) pada dasarnya digunakan untuk mengetahui
apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara
bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependennya. Adapun hasil uji F (ANOVA) dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.9
Hasil Uji F (Simultan)

Variabel Dependen Fhitung Sig.


Sustainability Report 2,800 0,008
Sumber : Hasil olah data SPSS 25

Uji ini dapat dilihat pada hasil output tabel ANOVA. Dari tabel di atas, diketahui bahwa
F-hitung sebesar 2,800 dengan nilai signifikansi 0,008 yang lebih kecil dari 0,05, yang artinya H 0
ditolak dan H1 diterima . Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat pengaruh secara
bersama – sama dari variabel independen ROA, DER, INST, ROA*TOBINS’Q, DER*TOBINS’Q
dan INST*TOBINS’Q terhadap Sustainability Report (SR).

4.2.2.3 Uji Signifikan Parsial (Uji Statistik t)

Uji statistik t atau uji parsial dilakukan untuk menggambarkan seberapa jauh pengaruh
parsial variabel independen secara individual dalam menerangkan variable dependen pada tingkat
signifikansi 0,05. Adapun hasil uji t dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.
Tabel 4.10
Hasil Uji t (Uji Parsial)
Variabel Dependen Sustainability Report
Sig.
Prediksi Beta t-stat Keputusan
(1-tailed)
Constant 1,673 0,762 0,224
ROA + 12,081 2,114 0,019 H1 diterima
DER - 0,189 1,645 0,052 H2ditolak
INST + -2,404 -1,030 0,153 H3 ditolak
TOBINSQ + -3,554 -1,781 0,039
ROA_TOBINS’Q + -0,303 -0,571 0,285 H4 ditolak
DER_TOBINS’Q - -0,067 -0,580 0,282 H5 ditolak
INST_TOBINS’Q + 3,399 1,695 0,047 H6 diterima
Sumber : Hasil olah data SPSS 25

Model Regresi Panel :


SR = 1,673 + 12,081ROA + 0,189DER – 2,404 INST – 3,554TOBINSQ – 0,303 ROA x
TOBINSQ – 0,067 DER x TOBINSQ + 3,399 INST x TOBINSQ

Berdasarkan tabel diatas, hasil uji t (parsial) dapat di interpretasikan sebagai


berikut:

1. Profitabilitas berpengaruh positif terhadap sustainability report


Berdasarkan hasil uji t pada tabel 4.10, nilai probabilitas variabel profitabilitas < nilai
probabilitas kritis (α = 5%) sebesar 0,019 < 0,05, hal ini menunjukan bahwa variabel
profitabilitas berpengaruh terhadap sustainability report. Koefisien regresi sebesar 12,954
dengan arah positif, artinya profitabilitas berpengaruh positif terhadap sustainability
report. Berdasarkan hasil statistik tersebut, maka hipotesis pertama (H1) yang diajukan
dinyatakan diterima.

2. Leverage berpengaruh negatif terhadap sustainability report


Nilai probabilitas variabel leverage > nilai probabilitas kritis (α = 5%) sebesar 0,052 >
0,05, hal ini menunjukan bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap sustainability report.
Koefisien regresi sebesar 0,189 dengan arah positif, artinya leverage berpengaruh positif
terhadap sustainability report. Berdasarkan hasil statistik tersebut, maka hipotesis kedua
(H2) yang diajukan dinyatakan ditolak.

3. Kepemilikan Institusional berpengaruh positif terhadap nilai sustainability report


Nilai probabilitas variabel kepemilikan institusional > nilai probabilitas kritis (α = 5%)
sebesar 0,153 > 0,05, hal ini menunjukan bahwa variabel kepemilikan institusional tidak
berpengaruh terhadap sustainability report. Koefisien regresi sebesar -2,404 dengan arah
negatif, artinya kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap sustainability
report. Berdasarkan hasil statistik tersebut, maka hipotesis ketiga (H3) yang diajukan
dinyatakan ditolak.

4. Nilai Perusahaan memperkuat pengaruh profitabilitas terhadap sustainability report


Pada pengujian hipotesis keempat (H4) yang menguji efek moderasi dari nilai perusahaan
terhadap hubungan antara profitabilitas terhadap sustainability report memiliki nilai
koefisien yang diperoleh -0.303 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,285 sehingga
keputusan yang didapat H4 ditolak.

5. Nilai perusahaan memperlemah pengaruh leverage terhadap sustainability report


Pada pengujian hipotesis kelima (H5) yang menguji efek moderasi dari nilai perusahaan
terhadap hubungan antara leverage terhadap sustainability report memiliki nilai koefisien
yang diperoleh -0,067 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,282 sehingga keputusan yang
didapat H5 ditolak.

6. Nilai perusahaan memperkuat pengaruh kepemilikan institusional terhadap


sustainability report
Pada pengujian hipotesis keenam (H6) yang menguji efek moderasi dari nilai perusahaan
terhadap hubungan antara kepemilikan institusional terhadap sustainability report
memiliki nilai koefisien yang diperoleh 3,399 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.047
sehingga keputusan yang didapat H6 diterima.

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian

4.3.1 Pengaruh profitabilitas terhadap Sustainability Report

Pada pengujian hipotesis ke - 1 terkait pengaruh profitabilitas terhadap sustainability report


memberikan hasil positif signifikan sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa profitabilitas
memiliki pengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan diterima. Hasil dari penelitian ini
mengungkapkan bahwa semakin tinggi profitabilitas suatu perusahaan, maka semakin
meningkatkan pengungkapan sustainability report. Dikarenakan dengan perusahaan yang
memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi cenderung memiliki kinerja keuangan yang baik
sehingga perusahaan memiliki kemampuan lebih untuk melakukan program tanggung jawab sosial
dan lingkungan serta melakukan pengungkapan sustainability report.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori stakeholder yang menjelaskan bahwa perusahaan
memiliki hubungan dengan banyak stakeholder, seperti karyawan, pemegang saham, konsumen,
kreditur serta masyarakat yang dapat mempengaruhi maupun dipengaruhi oleh keputusan
perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi cenderung
mengungkapkan lebih banyak informasi karena ingin menunjukkan kepada stakeholder bahwa
operasi perusahaan berjalan dengan sangat baik dan efisien. Dimana melalui pengungkapan
sustainability report, perusahaan dapat menyampaikan informasi mengenai aktivitas yang
dilakukakn oleh perusahaan terhadap kondisi sosial, masyarakat serta lingkungan.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2019), Liana (2019),
dan Tobing (2019) bahwa profitabilitas memiliki pengaruh positif signifikan terhadap
sustainability report. Profitabilitas dapat dijadikan alat mendorong perusahaan dalam melakukan
pengungkapan sukarela, dimana masyarakat dan pemerintah menganggap jika profitabilitas tinggi
dapat mencerminkan perusahaan mempunyai kemampuan dalam melakukan pengungkapan serta
hal ini tidak menjadi beban bagi perusahaan. Sehingga, adanya kecenderungan bagi perusahaan
dengan berprofitabilitas tinggi untuk mengungkapkan informasi tambahan kepada publik dan
pemangku kepentingan karena perusahaan mampu menerbitkan sustainability report dengan biaya
yang besar.
4.3.2 Pengaruh Leverage terhadap Sustainability Report
Pada pengujian hipotesis ke – 2 terkait pengaruh leverage terhadap sustainability report
memberikan hasil positif tidak signifikan sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa leverage
memiliki pengaruh negatif terhadap sustainability report ditolak. Hasil dari penelitian ini
menyatakan bahwa leverage suatu perusahaan tidak mempengaruhi pengungkapan sustainability
report pada perusahaan.
Pada teori stakeholder yang menyatakan bahwa perusahaan perlu menunjukkan
akuntabilitas maupun responsibilitas secara lebih luas dan tidak terbatas hanya kepada pemegang
saham saja, yang artinya antara perusahaan dengan stakeholder membentuk hubungan yang saling
mempengaruhi. Namun, perusahaan dengan leverage yang tinggi memiliki hubungan yang lebih
dekat dengan kreditur dan menggunakan cara lain untuk mengungkapkan informasi tanggung
jawab sosial pada perusahaan, sehingga para kreditur tidak terlalu memperhatikan rasio leverage
perusahaan. Dan hal ini juga mengindikasikan bahwa kreditur tidak akan banyak memberikan
tekanan bagi perusahaan untuk membatasi kebijaksanaan manajer dalam hal kegiatan yang
mendorong pengungkapan sustainability report, yang secara tidak langsung berkaitan dengan
keberhasilan keuangan suatu perusahaan.
Sesuai dengan tabel statistik deskriptif bahwa nilai rata-rata leverage perusahaan
manufaktur dan jasa sebesar 3,41505 atau 341,5% menandakan bahwa rata-rata komposisi modal
perusahaan manufaktur dan jasa yang digunakan untuk membiayai operasional atau kegiatan bisnis
perusahaan bersumber dari utang atau pinjam yang cukup besar. Dapat dilihat dari nilai minimum
sebesar 0.180 menandakan bahwa terdapat komposisi modal perusahaan lebih banyak berasal dari
pemilik perusahan dan hanya sebesar 18% yang berasal dari utang atau pinjaman, sedangkan nilai
tertinggi sebesar 14,750 menandakan sebesar 1.475% komposisi modal suatu perusahaan
bersumber dari utang atau pinjaman dari pihak kreditur. Persentase tertinggi terdapat pada Bank
Bukopin dimana pada tahun 2017 sumber dana bisnis komersial berasal dari simpanan nasabah
yang tumbuh sangat signifikan sebesar 96,75% sehingga perusahaan mempunyai kewajiban
kepada kreditur untuk membayarkan besaran bunga atas simpanan nasabah tersebut.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Septiani dan Wulandari
(2017) yang menunjukkan bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap pengungkapan
sustainability report, sehingga peralihan perhatian atas rasio hutang yang tinggi tidak dapat
dilakukan melalui pengungkapan sustainability report.

4.3.3 Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Sustainability Report


Pada pengujian hipotesis ke – 3 terkait pengaruh kepemilikan institusional terhadap
sustainability report memberikan hasil negatif tidak signifikan sehingga hipotesis yang
menyatakan bahwa kepemilikan institusional memiliki pengaruh positif terhadap sustainability
report ditolak. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa kepemilikan institusional pada suatu
perusahaan tidak mempengaruhi pengungkapan sustainability report pada perusahaan.

Pada teori stakeholder yang menjelaskan bahwa keberlangsungan hidup organisasi


bergantung pada dukungan para pemangku kepentingan, dimana salah satu aktivitas perusahaan
adalah untuk mencari dukungan tersebut, dimana para stakeholder pastinya membutuhkan laporan
yang dapat meyakinkan mereka tentang investasi yang mereka lakukan pada perusahaan tersebut
apakah telah tepat, salah satunya sustainability report yang berguna menjaga hubungan dengan
para pemangku kepentingan perusahaan. Namun dari hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa
besaran kepemilikan saham pihak institusional tidak begitu mempengaruhi perusahaan dalam
melakukan pengungkapan sustainability report dimana laporan ini masih bersifat sukarela dan
untuk melakukan pengungkapan sustainability report ini juga membutuhkan biaya yang besar,
sedangkan salah satu yang menjadi tujuan dari pemegang saham adalah untuk memperoleh
keuntungan dari investasi yang mereka lakukan. Dimana untuk menilai serta mengawasi kinerja
dan kondisi suatu perusahaan dalam mengolah dana serta keberlangsungan hidup perusahaan di
masa yang akan datang juga dapat dilihat pada laporan keuangan perusahaan.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh penelitian Dewi dan
Pitiasari (2019) yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap
sustainability report.

4.3.4 Pengaruh Profitabilitas terhadap Sustainability Report dengan Nilai Perusahaan


sebagai
variabel moderasi
Pada pengujian hipotesis ke - 4 bahwa nilai perusahaan memoderasi pengaruh profitabilitas
terhadap nilai perusahaan memberikan hasil negatif tidak signifikan sehingga hipotesis ditolak.
Hal ini membuktikan bahwa nilai perusahaan tidak mampu memoderasi pengaruh profitabilitas
terhadap sustainability report. Menurut Lating (2019) nilai perusahaan memberikan gambaran
kepada manajemen mengenai persepsi investor tentang kinerja masa lalu dan prospek yang bagus,
maka investor pasti bersedia untuk membeli saham perusahaan tersebut. Namun dalam penelitian
ini nilai perusahaan tidak menjadi tolak ukur dalam mendorong perusahaan dalam mengungkapkan
sustainability report, karena

4.3.5 Pengaruh Leverage terhadap Sustainability Report dengan Nilai Perusahaan sebagai
variabel moderasi
Pada pengujian hipotesis ke - 5 bahwa nilai perusahaan memoderasi pengaruh leverage
terhadap nilai perusahaan memberikan hasil negatif tidak signifikan sehingga hipotesis ditolak.
Hal ini membuktikan bahwa nilai perusahaan tidak mampu memoderasi pengaruh leverage
terhadap sustainability report. Menurut Septiani dan Wulandari (2017) perusahaan dengan tingkat
leverage yang tinggi akan sedikit mengungkapkan informasi tanggung jawab sosial agar dapat
melaporkan laba sekarang yang tinggi (mengurangi biaya pengungkapan).

4.3.6 Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Sustainability Report dengan Nilai


Perusahaan sebagai variabel moderasi
Pada pengujian hipotesis ke – 6 bahwa nilai perusahaan memoderasi pengaruh kepemilikan
institusional terhadap sustainability report memberikan hasil positif signifikan sehingga hipotesa
diterima. Hal ini membuktikan bahwa nilai perusahaan mampu memoderasi kepemilikan
institusional terhadap sustainability report. Nilai perusahaan yang dapat dilihat dari harga saham
sebagai akibat dari para investor yang menanamkan modal pada perusahaan. Dengan semakin
tingginya nilai perusahaan, maka akan meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan
modalnya pada perusahaan.
Menurut Afsari, et al (2017) bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif
signifikan terhadap luasnya pengungkapan sustainability report, dimana semakin tinggi
kepemilikan institusional maka akan semakin tinggi pula tuntutan mereka terhadap berbagai
pengungkapan informasi termasuk informasi sustainability report. Dengan kepemilikan
institusional yang semakin besar diiringi dengan nilai perusahaan yang baik serta tinggi mampu
mendorong perusahaan untuk mengungkapkan tanggung jawab sosial perusahaan yang lebih luas,
yaitu melalui pengungkapan sustainability report guna mengetahui pertumbuhan perusahaan di
masa yang akan datang.

Anda mungkin juga menyukai