Anda di halaman 1dari 24

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan penerbit obligasi syariah

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan diperingkat oleh PT Pefindo selama

periode pengamatan. Periode penelitian yang dilakukan adalah tahun 2016 - 2020.

Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling, yaitu pengambilan

sampel sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan diperoleh sampel sebanyak 8

perusahaan yang menerbitkan obligasi syariah sebanyak 27 sukuk. Sehingga total

keseluruhan sampel awal yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 135 sampel.

Berikut sampel perusahaan yang memenuhi kriteria penelitian:

Tabel 4.1
Kriteria Sampel Penelitian
Keterangan Jumlah
Populasi Sukuk Perusahaan di BEI yang aktif tahun 2016- 162
2020
Data Sukuk yang tidak aktif berturut- turut selama periode (135)
pengamatan dari tahun 2016-2020
Sukuk Perusahaan yang dapat menjadi sampel 27
Jumlah sampel penelitian 27sukuk x 5 tahun 135
Sumber: data sekunder diolah peneliti (2022)

4.1.2 Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi data yang digunakan

dalam penelitian yang dapat dilihat dari rata-rata (mean), median, maximum,

minimum, standar deviasi, skewness, kurtosis, sum, sum sq, deviasi. Pada penelitian

ini statistik deskriptif akan menggambarkan deskripsi dari masing - masing variabel.

Pada pembahasan ini akan menggambarkan statistik deskriptif seluruh

variabel dalam penelitian ini yang meliputi deskriptif variabel independent dan nilai

minimum, maksimum, mean (rata-rata), standar deviasi. Statistik Deskriptif ini tidak

menampilkan skewness (kemencengan distribusi) karena regresi yang digunakan

penelitian ini adalah regresi logistik yang tidak memerlukan gambaran nilai skewness

51
dan kurtosis. Nilai minimum menggambarkan nilai paling kecil yang diperoleh dari

hasil pengolahan data dan analisis data yang telah dilakukan perusahaan sampel.

Nilai maksimum menggambarkan nilai paling besar yang diperoleh dari hasil

pengolahan data dan analisis data yang telah dilakukan, sedangkan mean (rata-rata)

menunjukkan nilai rata-rata dari masing-masing variabel.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel dependen dan

variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Rating Obligasi,

yang diperoleh dari perangkingan pada web resmi Pefindo

https://www.pefindo.com/index.php/pageman/page/corporates-ratings-reports.php?

id=118 yang hasil perankingan itu dikelompokkan denganskala pengukuran yang

digunakan dalam penelitian ini adalah skala nominal, karena merupakan variabel

dummy. Pengukuran dilakukan dengan memberikan nilai 1 jika peringkat obligasi

perusahaan termasuk investment grade dan 0 jika peringkat obligasi perusahaan

termasuk non investment grade, mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh

Hasan Dana (2018) yang ditunjukkan pada gambar berikut:

Gambar 4.1
Deskriptive Statistik Skala Pengukuran Variabel Dependent

Sumber: data sekunder diolah peneliti (2022)

Sedangkan gambaran statistik deskriptif perusahaan sampel secara

keseluruhandapat ditunjukkan oleh gambar 4.2 berikut

52
Gambar 4.2
Deskripsi Statistik keseluruhan Variabel

Sumber: data sekunder diolah peneliti (2022)

Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif dari Gambar 4.2 diatas, dapat

dijelaskan sebagai berikut:

1. Rating Obligasi (Y)

Berdasarkan hasil deskriptif statistic diketahui bahwa nilai minimum variable

rating obligasi adalah 0,000 , nilai maksimum 1,000 , Nilai rata-rata sebesar 0.844

sementara standar devisiasi sebesar 0,364.Nilai standar devisiasi yang lebih kecil

dari nilai rata-rata menunjukkan bahwa nilai rata-rata data dapat merepresentasi

dengan baik keseluruhan data.

2. Ukuran Perusahaan (X1)

Berdasarkan hasil deskriptif statistik ini menunjukkan rata-rata 17,630 dan

standar deviansi sebesar 1,255 dengan nilai minimum 14.715 yang merupakan

ukuran perusahaan PT. Sumberdaya Sewatama pada penilaian tahun 2020 yang

memperoleh rating idCC dengan total aset sebesar 2.458.545 (dalam Jutaan Rupiah)

dan nilai maximum 19.369 yang merupakan ukuran Perusahaan Koprima

Sandysejahtera, PT pada tahun 2020 dengan total aset sebesar 258.133.784 (dalam

jutaan Rupiah) dengan rating idAA-. dengan hasil tersebut dapat dijelaskan bahwa

Ukuran perusahaan yang menjadi sampel pada penelitian ini nilainya kurang

53
beragam dilihat dari nilai standar deviansi yang lebih kecil dari nilai rata-ratanya

(Mean).

3. Leverage (X2)

Berdasarkan hasil deskriptif statistic menunjukkan nilai maksimum pada

sampel penelitian sebesar 1,072 yang diperoleh oleh sukuk pada perusahaan PT.

Sumberdaya Sewatama pada penilaian tahun 2020 yang memperoleh rating idCC

dengan total hutang jangka panjang sebesar 2.634.823 (dalam jutaan Rupiah)

dengan total aset 2.458.545 dan nilai minumum pada sebesar 0,010 pada rasio

leverage tahun 2016 untuk PT. Sumberdaya Sewatama dengan total hutang Jangka

panjang sebesar 31.323 (dalam jutaan Rupiah) dan total aset sebesar 3.120.996

(dalam jutaan Rupiah). yang memperoleh rating idBB+

4. Profitabilitas (X3)

Berdasarkan hasil deskriptif statistic penelitian ini menunjukkan nilai

maksimum sebesar 0,192 dengan rating idAAA untuk PT Perusahaan Listrik Negara

tahun 2017, nilai minimum -0,057 dengan rating idAAA untuk PT. XL Axiata tahun

2018.

5. Pertumbuhan perusahaan(X4)

Berdasarkan hasil deskriptif statistik penelitian ini menunjukkan nilai

maksimum senilai 0,226 untuk PT Tiga Pilar Sejahtera Food tahun 2020 dengan

rating idCC dan nilai minimum sebesar -0,168 PT Adira Dinamika Multifinance Tbk

tahun 2020 dengan rating idAAA. Rata - rata penelitian ini 0,022 dengan standar

deviansi 0.082 dari hasil standar deviansi yang lebih besar dari nilai mean

menunjukkan bahwa data sampel pada penelitian ini beragam.

6. Likuiditas(X5)

Berdasarkan hasil deskriptif statistik penelitian ini nilai maksimum sebesar

2,770 untuk perusahaan Koprima Sandysejahtera, PT tahun 2019 dan nilai minimum

sebesar -0,464 PT Angkasa Pura I (Persero) tahun 2019 dengan rating masing-

masing idAA- dan idAAA.

54
7. Umur obligasi(X6)

Berdasarkan hasil deskriptif statistik penelitian ini minimal umur obligasi adalah 5

tahun untuk Sukuk Ijarah I Angkasa Pura I tahun 2016 Seri A dengan rating idAAA

dan maksimal 14 tahun untuk Sukuk PT. XL Axiata dengan rating idAA- tahun 2016

dan idAAA untuk tahun 2017-2020. Dari hasil ini menunjukkan deskriptif statistik

untuk nilai minimum dan maksimal untuk umur obligasi tidak sejalan dengan hasil

penelitian terdahulu yang berarti pengaruh Umur obligasi harus melihat keseluruhan

data untuk mengetahui pengaruh dari Umur obligasi pada Rating Obligasi.

4.1.3 Pengujian Model Penelitian

1. Koefisien Determinasi (R2Mcfadden)

Pada penelitian ini Koefisien R2 konvensional tidak dapat dilakukan karena

variabel dependent penelitian ini bersifat dikotomi biner sehingga dalam pengujian

model penelitian ini menggunakan Koefisiensi determinasi McFadden R-squared

untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel

dependen. Koefisien determinasi merupakan kuadrat dari koefisien korelasi sebagai

ukuran untuk mengetahui kemampuan dari masing-masing variabel yang digunakan

dalam penelitian. Nilai koefisien determinasi yang kecil berarti kemampuan variabel –

variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen amat terbatas. Koefisien

determinasi yang dilihat pada tabel Mcfadden dengan hasil sebagai berikut :

Tabel 4.4
Uji Koefisien Determinasi (R2)
Hasil Uji
Mcfadden 0,788606
Sumber: data sekunder diolah peneliti (2022

Menurut Ghozali (2017) koefisien determinasi (McFadden R-squared) pada

intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi

variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 (nol) dan 1 (satu).

(McFadden R-squared) dapat dirumuskan sebagai berikut:

55
1. McFadden R-squared semakin mendekati nilai 1 maka model telah dianggap

semakin goodness of fit, atau semakin besar kemampuan model dalam

menjelaskan perubahan perubahan dari variabel independen terhadap

variabel dependen.

2. Jika McFadden R-squared semakin mendekati nilai 0 maka berarti semakin

kecil kemampuan model dalam menjelaskan perubahan dari nilai variabel

independen terhadap variabel dependen dan model dianggap semakin tidak

goodness of fit (Ghozali, 2017)

Dari tabel 4.4 menunjukkan hasil 0,788606 yang menunjukkan bahwa

McFadden R-squared semakin mendekati nilai 1 maka model telah dianggap

semakin goodness of fit, atau semakin besar kemampuan model dalam menjelaskan

perubahan perubahan dari variabel independen terhadap variabel dependen. Maka

dapat disimpulkan bahwa total variansi rating obligasi yang dapat dijelaskan oleh

seluruh variabel independen 78,00% sedangkan sisanya 22,00% dijelaskan variabel

lain di luar model.

3. Kelayakan Model Regresi (Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test)

Goodness of Fit Test merupakan pengukuran kedua yang terpenting dalam

model

logit. Uji kelayakan ini untuk menilai adanya kesesuaian antara model penelitian dan

data penelitian. Dapat diketahui pada uji kelayakan model dengan mengukur nilai chi

square pada tabel Goodness of Fit Test dengan membandingkan probabilitas

signifikansi dengan tingkat signifikansi α sebesar 5% Pada hasil output. Pada

penelitian ini hasil Goodness of Fit Test menunjukkan hasil sebagai berikut :

56
Gambar 4.3
Kelayakan Model Regresi (Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test)

Sumber: data sekunder diolah peneliti (2022

Pada gambar diatas dapat dilihat bahwa uji Hosmer and Lemeshow’s Goodness

of Fit Test menunjukkan probabilitas chi square sebesar 0.9812 dari hasil uji tersebut

menunjukkan kriteria yang sesuai dengan kelayakan model regresi dengan nilai

0.9812 > 0,05 dapat diartikan bahwa tidak ditemukan adanya perbedaan pada data

estimasi model regresi logistik dengan data observasi penelitian. Hal tersebut

menunjukkan bahwa modal regresi dikatakan layak dan sudah tepat dilakukan pada

penelitian ini.

3. Matriks Klarifikasi

Setelah dilakukan uji Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test selanjutnya

dapat menggunakan matriks Klarifikasi untuk mengetahui nilai estimasi yang benar

(Correct) dan nilai estimasi yang tidak benar (incorrect) terhadap variabel dependent

atau dapat dikatakan menunjukkan tingkat persentase kecocokan kasus yang

diklasifikasikan benar dan diklasifikasikan tidak keliru. Jika semakin tinggi persentase

kecocokan model maka ketepatan prediksi model semakin baik, berikut adalah hasil

pengujian matriks klasifikasi yang menunjukkan estimated equation :

57
Gambar 4.4
Matriks Klarifikasi

Sumber: data sekunder diolah peneliti (2022)

Pada hasil yang ditunjukkan pada gambar 4.4 menunjukkan nilai correct

sebesar 96,30% untuk nilai probabilitasnya yang artinya kemungkinan kebenaran

ketepatan pengujian Rating obligasi pada variabel-variabel independennya pada

sampel dari hasil observasi penelitian untuk tingkat persentase kecocokan sebesar

96,30%. sedangkan bila memasukkan nilai errornya probabilitas kebenaran

ketepatan berada pada tingkat 94.84% yang artinya kemungkinan kebenaran

ketepatan pengujian Rating obligasi pada variabel-variabel independentnya pada

sampel dari hasil observasi penelitian ini memiliki ketepatan prediksi model yang

baik.

4. Hasil Regresi Logistik

58
Berikut Hasil olah data dengan EVIEW 10, untuk penelitian dengan judul

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rating Sukuk Pada Pasar Obligasi Syariah

di Bursa Efek Indonesia Periode 2016 - 2020

Gambar 4.5
Hasil Regresi Logistik

Sumber: data sekunder diolah peneliti (2022)

Dari data di atas dapat diketahui bahwa terdapat 135 data observasi dengan 21

data observasi variabel dependent pada nilai 0 dan 114 data observasi di nilai 1

dengan hasil representatif sebagai berikut :

Tabel 4.5
Representatif Hasil Regresi

Estimation
BINARY(D=L) Y C X1 X2 X3 X4 X5 X6
Command:
Estimation I_Y = C(1) + C(2)*X1 + C(3)*X2 + C(4)*X3 + C(5)*X4 + C(6)*X5 +
Equation: C(7)*X6

Forecasting Y = 1-@CLOGISTIC(-(C(1) + C(2)*X1 + C(3)*X2 + C(4)*X3 +


Equation: C(5)*X4 + C(6)*X5 + C(7)*X6))

59
Y=1-@CLOGISTIC(-(-48.104215843+3.10658098065*X1 -
Substituted
0.781781230549*X2+3.63214257225*X3-9.82631852691*X4+
Coefficients:
0.442756808221*X5 - 0.200556261159*X6))
Sumber: data sekunder diolah peneliti (2022)

Dari Tabel 4.4 tersebut Interpretasi dari data diatas tidak dapat langsung dibaca

melalui nilai koefisiennya. Sebelum diinterpretasi nilai koefisien pada masing-masing

variabel harus terlebih dahulu di-eksponensial-kan atau lebih dikenal dengan nama

Odds Ratio dengan rumus :

e = exp^(Koefisien)

Setelah menemukan nilai Odds Ratio pada masing-masing variabel maka

interpretasi dari penelitian dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Pada konstanta (c),nilai koefisiennya sebesar -48,104 yang artinya jika semua

variable bebas dianggap nol maka rating obligasi sukuk akan semakin menurun.

Sehingga disimpulkan bahwa semakin meningkatnya rating obligasi dapat

menunjukkan sukuk perusahaan dapat dipertimbangkan sebagai sukuk dengan

performa baik untuk investasi stackholder.

2. Pada variabel Ukuran Perusahaan (X1) nilai koefisiennya sebesar 3.107 yang

dapat diartikan bahwa setiap ada kenaikan ukuran perusahaan dan variabel-variabel

independent lain yang konstan, maka probabilitas adanya kenaikan rating obligasi

pada perusahaan dapat meningkat sebesar 22,345.

3. Pada Variabel Leverage(X2), nilai koefisiennya sebesar -0.782 yang dapat

diartikan bahwa setiap ada pertumbuhan Leverage dan variabel-variabel

independent lain yang konstan, maka probabilitas adanya penurunan rating obligasi

pada perusahaan sebesar 0,458.

4. Pada Variabel Profitabilitas(X3), nilai koefisiennya sebesar 3.63214257225 dengan

Odds Ratio sebesar 37,79 yang dapat diartikan bahwa setiap ada kenaikan

Profitabilitas(X3) dan variabel-variabel independent lain yang konstan, maka

probabilitas adanya kenaikan rating obligasi pada perusahaan dapat meningkat

60
sebesar 37,79 atau pada peningkatan 37,79 nilai Profitabilitas dapat meningkatkan

probabilitas perusahaan menerima peningkatan nilai rating obligasi.

5. Pada Variabel Pertumbuhan perusahaan(X4), nilai koefisiennya sebesar -

9.82631852691 dengan Odds Ratio sebesar 5,4011 yang dapat diartikan bahwa

setiap ada kenaikan Pertumbuhan perusahaan(X4) dan variabel-variabel independent

lain yang konstan, maka dapat menurunkan probabilitas adanya kenaikan rating

obligasi pada perusahaan sebesar 5,4011 atau pada peningkatan sebesar 5,4011

nilai Pertumbuhan perusahaan dapat menurunkan probabilitas perusahaan

menerima peningkatan nilai rating obligasi.

6. Pada Variabel Likuiditas(X5),nilai koefisiennya sebesar 0.442756808221 dengan

Odds Ratio sebesar 1,5569 yang dapat diartikan bahwa setiap ada kenaikan

Likuiditas(X5) dan variabel-variabel independent lain yang konstan, maka probabilitas

adanya kenaikan rating obligasi pada perusahaan dapat meningkat sebesar 1,5569

atau pada peningkatan sebesar 1,5569 nilai Pertumbuhan perusahaan dapat

meningkatkan probabilitas perusahaan menerima peningkatan nilai rating obligasi.

7. Pada Variabel Umur obligasi(X6), nilai koefisiennya sebesar - 0.200556261159

dengan Odds Ratio sebesar 0,81827yang dapat diartikan bahwa setiap ada kenaikan

Umur obligasi(X6) dan variabel-variabel independent lain yang konstan, maka dapat

menurunkan probabilitas adanya kenaikan rating obligasi pada perusahaan sebesar

0,81827 atau pada peningkatan sebesar 0,81827 nilai Umur obligasi dapat

menurunkan probabilitas perusahaan menerima peningkatan nilai rating obligasi.

5. Hasil Pengujian Hipotesis

1. Uji Parsial

Uji statistik parsial pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu

variabel penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi

variabel dependen (Hammad et.al., 2013). Pada uji parsial atau disebut juga uji Z

pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel

61
independent ( Ukuran perusahaan, Leverage, Profitabilitas, pertumbuhan

perusahaan, likuiditas dan umur obligasi) yang dilakukan secara individu ( parsial )

apakah dapat berpengaruh terhadap variabel dependent (rating Obligasi) pada

penelitian. Dimana Hasil uji z dapat diketahui dari nilai probability atas variabel

dibandingkan dengan tingkat signifikansi terhadap α (5%). apabila probabilitas < α,

maka H2 ditolak, hal tersebut dapat diartikan bahwa variabel independent pada

penelitian dapat berpengaruh pada variabel dependent, begitupun sebaliknya apabila

probabilitas > α maka H2 diterima, hal tersebut dapat diartikan bahwa variabel

independent pada penelitian tidak dapat berpengaruh pada variabel dependent, hasil

uji z pada peneltian ini adalah sebagai berikut :

Gambar 4.6
Hasil Uji Z (Uji Parsial)

Sumber: data sekunder diolah peneliti (2022)

Pada tampilan Gambar 4.6 diatas, hasil uji Z hanya memerlukan data yang

ditampilkan z-statistic dan probabilitas, dari hasil tersebut dapat diinterpretasikan

sebagai berikut :

1. Pada pengujian ini menilai apakah variabel independen Ukuran perusahaan

(x1) dapat secara individual mempengaruhi variabel dependent penelitian ini

yaitu Rating Obligasi.

Berdasarkan hasil test yang dapat dilihat pada gambar 4.6 pada table prob untuk x 1

didapatkan nilai sebesar 0.0014 yang berarti pada penelitian ini Z< 0,05 maka H1

62
diterima dan berarti bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel

independen Ukuran perusahaan dengan variabel dependen Rating Obligasi.

Dimana hasil pengujian ini dapat Menjelaskan bahwa Perusahaan besar

memiliki posisi yang kuat pada masing-masing industri yang digeluti sehingga

mendukung peringkat obligasi yang diberikan. Ukuran perusahaan juga dinyatakan

sebagai determinan dari kesuksesan perusahaan, karena ukuran perusahaan dapat

menentukan tingkat kemudahan perusahaan dalam memperoleh dana dari pasar

modal dan kemungkinan pengaruh skala dalam biaya dan return mengakibatkan

perusahaan yang lebih besar memperoleh laba yang lebih besar pula. Pada

umumnya perusahaan-perusahaan besar mempunyai risiko default yang lebih kecil

daripada perusahaan-perusahaan menengah ke bawah. Hasil pengujian ini

mendukung pendapat Dewi dan Mahardika (2019) menyatakan bahwa perusahaan

besar memiliki peringkat obligasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan

yang lebih kecil. Hasil pengujian ini sesuai dengan hasil penelitian penguji terdahulu

yang dilakukan oleh Muhammad (2019), Aulya (2019) dan Kaltsum dan Anggraini

(2021) menunjukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap rating obligasi.

Artinya semakin tinggi ukuran perusahaan maka semakin tinggi rating obligasi

perusahaan. Hal ini menunjukan bahwa semakin besar ukuran perusahaan maka

peringkat obligasi yang diberikan akan semakin baik.

1. Pada pengujian ini menilai apakah variabel independen Leverage (x2) dapat

secara individual mempengaruhi variabel dependent penelitian ini yaitu Rating

Obligasi. Berdasarkan hasil test yang dapat dilihat pada gambar 4.6 pada table prob

untuk x2 didapatkan nilai sebesar 0.821 yang berarti pada penelitian ini Z> 0,05

maka H2 diterima dan berarti bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara

variabel independen Leverage dengan variabel dependen Rating Obligasi.

2. Pada pengujian ini menilai apakah variabel independen Profitabilitas (x3) dapat

secara individual mempengaruhi variabel dependent penelitian ini yaitu Rating

Obligasi. Berdasarkan hasil test yang dapat dilihat pada gambar 4.6 pada table prob

63
untuk x3 didapatkan nilai sebesar 0.8948 yang berarti pada penelitian ini Z> 0,05

maka H2 diterima dan berarti bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara

variabel independen Profitabilitas dengan variabel dependen Rating Obligasi.

3. Pada pengujian ini menilai apakah variabel independen Pertumbuhan perusahaan

(x4) dapat secara individual mempengaruhi variabel dependent penelitian ini yaitu

Rating Obligasi. Berdasarkan hasil test yang dapat dilihat pada gambar 4.6 pada

table prob untuk x4 didapatkan nilai sebesar 0.1604 yang berarti pada penelitian ini

Z> 0,05 maka H2 diterima dan berarti bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan

antara variabel independen Pertumbuhan perusahaan dengan variabel dependen

Rating Obligasi.

4. Pada pengujian ini menilai apakah variabel independen Likuiditas (x5) dapat

secara individual mempengaruhi variabel dependent penelitian ini yaitu Rating

Obligasi. Berdasarkan hasil test yang dapat dilihat pada gambar 4.6 pada table prob

untuk x5 didapatkan nilai sebesar 0.7683 yang berarti pada penelitian ini Z> 0,05

maka H2 diterima dan berarti bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara

variabel independen Likuiditas dengan variabel dependen Rating Obligasi.

5. Pada pengujian ini menilai apakah variabel independen Umur Obligasi (x6) dapat

secara individual mempengaruhi variabel dependent penelitian ini yaitu Rating

Obligasi. Berdasarkan hasil test yang dapat dilihat pada gambar 4.6 pada table prob

untuk x6 didapatkan nilai sebesar 0.4761 yang berarti pada penelitian ini Z> 0,05

maka H2 diterima dan berarti bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara

variabel independen Likuiditas dengan variabel dependen Rating Obligasi.

2. Uji Keseluruhan Model (Overall Model Fit Test)

64
Test ini dilakukan untuk mengetahui apakah secara bersama-sama variabel

bebas berpengaruh signifikan terhadap variabel tidak bebas. Untuk mengetahui uji ini

dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 4.6
Hasil Uji Omnibus (Overall Model Fit Test)

Uji ini mirip dengan uji F pada analisis regresi linier berganda. Nilai uji ini dapat

dilihat pada gambar 4.7 pada item LR Statistic atau nilai p-value pada item Prob

(LRstatistic). Nilai p-value 0.00000 lebih kecil dari tingkat signifikansi uji sebesar 0.05

yang dapat diartikan variabel bebas secara bersama-sama mampu berpengaruh

pada variabel dependentnya. Dannilai LR Statistic 92.03112 lebih besar dari nilai

Ftabel (alpha 5%, df1=5, df2=134) 2.28. Dengan tingkat kepercayaan 95% dapat

disimpulkan model yang dihipotesiskan fit/cocokdengan data. Kecocokan model

yang dihipotesiskan dengan data menunjukkan bahwa apabila data memiliki nilai

yang sesuai dengan koefisiennyanya maka akan meningkatkan probabilitas

pengaruhnya, pengaruh masing-masing variabel dalam pengujian ini dapat

dijelaskan pada tabel berikut:

Tabel 4.6
Hasil Koefisien

Variabel Koefisien
Ukuran Perusahaan (X1) 3.1898
Leverage (X2) -0.7817
Profitabilitas (X3) 3.6321
Pertumbuhan Perusahaan (X4) -9.8263
Likuiditas (X5) 0.4427
Umur Obligasi (X6) -0.2005

65
Dari hasil koefisien dengan regresi logistik diatas maka diperoleh persamaan

regresi logistik sebagai berikut :

investment grade
ln =−48.1042+3.1065∗X 1−0.7818∗X 2+ 3.6321∗X 3−9.8263∗X 4+ 0.4428∗X 5−
1−investment grade

Data ini menunjukkan nilai konstanta sebesar -48.1045 yang mengartikan

apabila nilai pada X1 hingga X6 dianggap konstan atau sama dengan 0 (Nol) maka

nilai dari rating obligasi adalah sebesar -48.1045.

Regresi logistik diatas juga menunjukkan pengaruh Ukuran Perusahaan (X1),

Profitabilitas (X3), Likuiditas (X5) yang memiliki pengaruh secara positif yang artinya

jika nilai salah satu variabel-variabel berpengaruh positif ini mengalami kenaikan

sebesar 1 (dengan asumsi variabel lain baik bernilai positif maupun negatif bernilai

konstan) maka rating obligasi akan mengalami kenaikan sebesar odds ratio variabel

dan jika nilai padaUkuran Perusahaan (X1), Profitabilitas (X3), dan Likuiditas (X5)

mengalami penurunan sebesar 1 dengan asumsi yang sama maka rating obligasi

akan mengalami penurunan sebesar nilai odds ratio. Sedangkan untuk variabel

Leverage (X2) dan Pertumbuhan Perusahaan (X4) memiliki pengaruh secara negatif

yang artinya jika nilai Leverage (X2) yang berpengaruh negatif ini mengalami

kenaikan sebesar 1 (dengan asumsi variabel lain baik bernilai positif maupun negatif

bernilai konstan) maka rating obligasi akan mengalami penurunan sebesar odds ratio

variabel begitu pula dengan Pertumbuhan Perusahaan (X4) yang memiliki pengaruh

yang sama dengan Leverage (X2) dan Umur Obligasi (X6) saat nilainya mengalami

kenaikan sedangkan jika nilai diantara Leverage (X2) dan Pertumbuhan Perusahaan

(X4) mengalami menurun sebesar 1 (dengan asumsi variabel lain bernilai konstan)

maka rating obligasi akan mengalami peningkatan sebesar nilai odds ratio.

4.2 Pembahasan Penelitian

4.2.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan (X1) Terhadap Rating Obligasi

Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Ukuran Perusahaan (X1

berpengaruh positif dan signifikan terhadap Rating obligasi. Hasil ini sejalan dengan

66
hasil penelitian terdahulu yang menunjukkan pengaruh ukuran perusahaan terhadap

rating obligasi yang dilakukan oleh Sari (2016) dimana hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa semakin besar ukuran perusahaan, maka semakin tinggi

peringkat obligasi yang diberikan, hal ini disebabkan oleh tingginya tingkat

kepercayaan investor terhadap perusahaan dengan ukuran yang besar. Perusahaan

besar memiliki posisi yang kuat pada masing-masing industri yang digeluti sehingga

mendukung peringkat obligasi yang diberikan.

Menurut Zuhro (2016) aset merupakan aktiva yang digunakan untuk aktivitas

operasional produksi, semakin besar aset yang dimiliki semakin besar hasil

operasional yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa semakin banyak aset yang dimiliki oleh suatu perusahaan yang

dapat digunakan untuk kegiatan produksinya, maka semakin besar juga kapasitas

produksi dalam menghasilkan produk. Dengan peningkatan kapasitas produksi

tersebut akan meningkatkan penjualan dari perusahaan, peningkatan penjualan akan

mengindikasikan peningkatan terhadap laba perusahaan. Dengan laba yang

dihasilkan tersebut dapat digunakan untuk melunasi hutang obligasinya, sehingga

dapat memperkecil terjadinya risiko gagal bayar. Dengan resiko yang minim ini maka

dapat meningkatkan kepercayaan investor untuk mempercayai produk obligasi yang

diterbitkan perusahaan sehingga menghasilkan rating obligasi yang tinggi.

Data pada penelitian ini menunjukkan hasil yang sejalan dimana total aset yang

dimiliki perusahaan yang memiliki rating Investment grade setiap tahunnya

mengalami peningkatan nilai aset yang menjadi pengukuran pada X 1, sedangkan

nilai aset untuk non Investment grade setiap tahunnya mengalami penurunan nilai,

dengan hasil yang menunjukkan ukuran perusahaan yang berpengaruh pada rating

obligasi maka untuk tahun penelitian 2016 - 2020 dapat disimpulkan bahwa total aset

pada perusahaan rating Investment grade digunakan untuk mendapatkan manfaat

ekonomi di masa akan datang, manfaat tersebut berupa arus kas dan setara kas

67
yang didapatkan dari penggunaan aset dalam aktivitas operasional perusahaan yang

bersifat likuid sehingga setiap tahunnya total aset mengalami kenaikan.

4.2.2 Pengaruh Leverage (X2) Terhadap Rating Obligasi

Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Leverage (X2) berpengaruh

negatif tidak signifikan terhadap Rating obligasi. Pengaruh negatif leverage sesuai

dengan penelitian terdahulu yang dilakukan Darmawan et al., (2020) Hasil penelitian

menunjukkan bahwa apabila rasio hutang meningkat maka peringkat sukuk akan

mengalami penurunan.

Berdasarkan teori sinyal, perusahaan dapat menyajikan informasi kepada pihak

investor sehingga dapat diketahui besarnya utang yang digunakan untuk membiayai

modal kerja perusahaan. Dengan demikian, semakin tinggi rasio ini berarti semakin

besar sumber pendanaan perusahaan yang didanai oleh utang sehingga kondisi

tersebut menyebabkan perusahaan dihadapkan pada kemungkinan default risk.

Risiko kebangkrutan yang besar mengakibatkan peringkat obligasi menjadi rendah.

Dengan demikian berarti semakin rendah leverage perusahaan, semakin baik

peringkat yang diberikan terhadap perusahaan (Manurung, 2009). Teori-teori yang

dikemukakan oleh penelitian terdahulu sesuai dengan pengaruh yang ditunjukkan

pada hasil penelitian ini. Namun penelitian pada data sampel ditahun 2016 - 2020

berdasarkan data sekunder yang diolah menunjukkan pengaruh yang tidak

signifikan, hal ini karena beberapa sampel seperti pada PT. Sumberdaya Sewatama

dengan rasio leveragetahun 2016 sebesar 0,010036219dengan total hutang Jangka

panjang sebesar 31.323 (dalam jutaan Rupiah) yang merupakan rasio leverage

terkecil pada penelitian memperoleh rating idBB+ (non investment grade) sedangkan

pada PT. Indosat Tbk dengan rasio leverage 2016 yang lebih tinggi yaitu 0,3457

dapat memperoleh rating idAAA (investment grade) dengan total hutang 17.574.993

(dalam jutaan Rupiah), berdasarkan data ,maka Penilaian rating obligasi tersebut

dapat dijelaskan dengan mengacu pada teori sinyal dalam menilai kebijakan

manajeman dalam mengelola nilai hutangnya, dimana ratio leverage yang rendah

68
belum tentu lebih sehat dan diminati investor begitu pula dengan nilai leverage yang

tinggi belum tentu menjadi indikasi perusahaan yang tidak sehat, salah satu contoh

kondisi yang menyebabkan rasio leverage meningkat namun terindikasi tidak baik,

apabila kenaikan nilai leverage tidak diikuti dengan adanya peningkatan pada rasio

berpengaruh positif atau penurunan pada ratio yang bersifat negatif, maka tingginya

nilai ratio leverage hanya akan meningkatkan default risk yang mengakibatkan

peringkat obligasi menjadi rendah. Kebijakan manajeman dalam penambahan

hutang dimaksudkan untuk digunakan sebagai modal kerja perusahaan. Dengan

demikian, semakin tinggi rasio leverage, harapan positif investor adalah adanya

peningkatan pada ratio-ratio bersifat positif seperti profitabilitas yang mengartikan

modal usaha dari hutang mampu meningkatkan penjualan perusahaan dan kegiatan

operasional lain untuk memperoleh laba, namun apabila dalam peningkatan ratio

leverage tidak ada pertumbuhan positif ini berarti semakin besar sumber pendanaan

perusahaan yang didanai oleh utang hanya akan meningkatkan kemungkinan

terjadinya financial distress yang membuat obligasi yang diterbitkan perusahaan

tidak diminati investor dan rating akan menurun. Sebaliknya, saat nilai leverage

meningkat namun profitabilitas perusahaan ikut meningkat maka mengindikasikan

bahwa perusahaan mampu mengelola dana usaha dari hutang yang diperolehnya

untuk meningkatkan pendapatan perusahaan.

Selain itu Kebijakan perusahaan yang tidak meningkatkan ratio leverage namun

menyebabkan tidak optimalnya produktifitas perusahaan dalam menghasilkan laba

karena tidak memiliki modal usaha yang cukup, tidak akan menyebabkan rating

meningkat walaupun ratio leverage berada pada posisi terendah dalam industrinya,

hal ini karena saat perusahaan kekurangan modal usaha maka produk yang

dihasilkan akan berkurang karena keterbatasan dana, yang bisa membuat produk

perusahaan tidak mampu berinovasi dan bersaing sehingga meningkatkan peluang

perusahaan mengalami kebangkrutan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

69
berdasarkan penelitian ini tinggi atau rendahnya nilai yang ditunjukkan ratio leverage

tidak berpengaruh signifikan terhadap rating obligasi.

4.2.3 Pengaruh Profitabilitas(X3)Terhadap Rating obligasi

Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Profitabilitas (X3)

berpengaruh positif tidak signifikan terhadap Rating obligasi. Pengaruh positif

profitabilitas pada penelitian ini sejalan dengan Penelitian yang dilakukan oleh

Saputri dan Purwabangsa (2016), Muhammad (2019) danFitriani et al., (2020) yang

menunjukan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap rating obligasi dimana

semakin tinggi rasio profitabilitas maka semakin tinggi keuntungan bersih

perusahaan sehingga akan meningkatkan peringkat sukuk.

Profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam

mencari keuntungan atau laba dalam suatu periode tertentu. Rasio ini juga

menggambarkan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan yang

ditunjukkan dari laba yang dihasilkan dari penjualan atau dari pendapatan investasi.

Menurut Fitriani et al., (2020) profitabilitas adalah rasio yang mengukur kemampuan

perusahaan menghasilkan kentungan (profit) pada tingkat penjualan, aset, dan

modal saham tertentu.

Teori-teori yang dikemukakan oleh penelitian terdahulu sesuai dengan pengaruh

yang ditunjukkan pada hasil penelitian ini. Namun penelitian pada data sampel

ditahun 2016 - 2020 berdasarkan data sekunder yang diolah menunjukkan pengaruh

yang tidak signifikan, hal ini karena beberapa sampel seperti pada PT. XL Axiata

tahun 2018 dengan ratio profitabilitas dengan nilai minimum -0,0572 mampu memiliki

rating idAAA (investment grade) sedangkan pada PT Tiga Pilar Sejahtera Food

dengan nilai ratio profitabilitas yang lebih tinggi yaitu sebesar -0.0152 hanya

mendapatkan rating idB+ (non investment grade) berdasarkan data ,maka Penilaian

rating obligasi tersebut dapat dijelaskan dengan mengacu pada teori sinyal dimana

perusahaan dengan nilai profitabilitas yang tinggi akan tetap di nilai sebagai sinyal

negatif apabila dalam kondisi profitabilitas yang prima perusahaan mengambil

70
kebijakan untuk menahan laba dan tidak membayar deviden. Hal ini akan membuat

investor tidak tertarik pada obligasi yang ditawar karena menganggap obligasi sukuk

yang dikeluarkan tidak mampu menjadi investasi yang menarik karena imbal hasil

( kupon ) yang diharapkan investor tidak dibagikan berkala, berbeda halnya dengan

perusahaan yang menerbitkan sukuk dengan nilai ratio profitabilitas yang rendah

namun perusahaan menjalankan kewajiban dengan rutin membagikan imbalan hasil,

hal ini akan dinilai sebagai sinyal positif bagi investor walaupun laba yang dihasilkan

tidak besar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa berdasarkan penelitian ini tinggi

atau rendahnya nilai yang ditunjukkan ratio Profitabilitas tidak berpengaruh signifikan

terhadap rating obligasi.

4.2.4 Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan (X4) Terhadap Rating Obligasi

Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Pertumbuhan

Perusahaan (X4) berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap Rating obligasi. Rasio

pertumbuhan pada dasarnya mencerminkan produktivitas perusahaan dan

merupakan suatu harapan yang diinginkan oleh pihak internal perusahaan maupun

pihak eksternal (investor dan kreditor) dengan nilai pertumbuhan perusahaan yang

baik dan meningkat tiap tahunnya dinilai akan memberikan peringkat obligasi yang

berada pada kategori investment grade.

Berdasarkan konsep teori sinyal, Investor didalam memilih investasi terhadap

obligasi akan melihat pengaruh growth atau pertumbuhan apabila pertumbuhan

perusahaan dinilai baik maka perusahaan penerbit obligasi akan memiliki peringkat

obligasi investment grade. Oleh karena itu investor akan memilih perusahaan

penerbit obligasi yang mempunyai pertumbuhan perusahaan yang baik. Perusahaan

penerbit obligasi yang memiliki growth tinggi dari tahun ke tahun pada bisnisnya,

memiliki kemungkinan lebih besar untuk memperoleh peringkat obligasi yang tinggi

daripada perusahaan penerbit obligasi yang memiliki pertumbuhan yang rendah.

Pada penelitian ini terjadi perubahan arah Pengaruh Pertumbuhan perusahaan

dari positif ke negatif, hal ini dapat terjadi karena prinsip pertukaran resiko dan

71
manfaat dari pertambahan nilai asset, hasil penilaian ini mengindikasikan bahwa

pada sampel penelitian tingkat pertumbuhan perusahaan yang tinggi dan mengalami

peningkatan tiap tahunnya dapat disebabkan adanya aset lancar yang tidak berputar

seperti persediian barang dagang yang nilainya tidak mengalami perubahan karena

tidak terjual atau piutang yang tidak tertagih sehingga tingginya peningkatan aset

tahun berjalan menjadi sinyal negatif bagi investor. Hasil penelitian ini menunjukkan

nilai maksimum senilai 0,2255 untuk PT Tiga Pilar Sejahtera Food tahun 2020

dengan rating idCC dan nilai minimum sebesar -0,1676 PT Adira Dinamika

Multifinance Tbk tahun 2020 dengan rating idAAA. Dimana jika pengaruh sesuai

dengan teori sinyalnya maka nilai maksimum seharusnya memiliki rating yang lebih

tinggi dibandingkan dengan perusahaaan dengan ratio pertumbuhan yang lebih

rendah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa berdasarkan penelitian ini tinggi atau

rendahnya nilai yang ditunjukkan ratio pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh

signifikan terhadap rating obligasi.

4.2.5 Pengaruh Likuiditas(X5) Terhadap Rating Obligasi

Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Likuiditas (X5) berpengaruh

positif tidak signifikan terhadap Rating obligasi. Pengaruh positif Likuiditas pada

penelitian ini sejalan dengan penelitian Meirinaldi dan Astuti (2017) yang

menunjukan bahwa Likuiditas berpengaruh terhadap rating obligasi dimanasemakin

tinggi rasio Likuiditas maka semakin tinggi kemampuan perusahaan memenuhi

kewajiban jangka pendeknya. Salah satu kewajiban jangka pendek yang dimaksud

adalah membayar kupon obligasi perusahaan sehingga akan meningkatkan

peringkat sukuk.

Berdasarkan konsep teori sinyal, rasio likuiditas digunakan untuk melihat

kuatnya kondisi keuangan pada satu perusahaan. Perusahaan yang likuid adalah

perusahaan yang mempunyai kekuatan besar untuk membayar kewajibannya,

sehingga mampu memenuhi kewajiban finansialnya yang segera jatuh tempo. Rasio

likuiditas ini dinilai dengan membandingkan nilai aktifa lancar dan hutang lancarnya

72
dengan indikasi Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban keuangannya tepat

pada waktunya dapat memberikan sinyal kepada investor bahwa perusahaan

tersebut dalam keadaan likuid dan mempunyai aktiva lebih besar daripada hutang

lancarnya.

Dalam penelitian ini nilai minimum rasio likuiditas sebesar -0,464 diduduki

oleh PT Angkasa Pura I (Persero) tahun 2019 dengan rating idAAA sedangkan

ditahun 2019 PT. Sumberdaya Sewatama dengan ratio likuiditas sebesar 0,2364

mendapatkan rating idBB+, hal ini dapat disebabkan oleh kondisi dimana aktiva

lancar pada perusahaan tidak berputar seperti persediaan yang tidak terjual dan

piutang tidak tertagih yang menyebabkan meskipun perusahaan mempunyai

kekuatan membayar yang besar dari nilai ratio likuiditasnya, namun jika pada saat

harus memenuhi kewajiban yang segera jatuh tempo ternyata tidak mampu

memenuhinya, maka perusahaan tersebut dikatakan tidak likuid ( Aprilia, 2011 ).

Sehingga dapat disimpulkan bahwa berdasarkan penelitian ini tinggi atau rendahnya

nilai yang ditunjukkan ratio Likuiditas tidak berpengaruh signifikan terhadap rating

obligasi

4.2.6 Pengaruh Umur Obligasi (X6) Terhadap Rating Obligasi

Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Umur Obligasi (X 6)

berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap Rating obligasi. Pengaruh negatif umur

obligasi pada penelitian ini sejalan dengan penelitian Fauzia (2014) dengan hasil

penelitian semakin bertambah panjang jangka waktu suatu obligasi, maka akan

semakin bertambah juga kupon atau bunga yang wajib dibayarkan oleh perusahaan

Hal ini berisiko akan terjadi kesulitan pembayaran di masa yang akan datang.

Hal ini menunjukkan semakin pendek jangka waktu obligasi maka akan

semakin diminati investor karena dianggap risikonya lebih kecil dan obligasi dengan

jangka waktu yang pendek tersebut kemungkinan besar penerbit obligasi dapat

mengembalikan pokok dan fee obligasi sesuai yang dijanjikan, sehingga umur

73
obligasi yang pendek banyak diminati oleh investor dan menunjukan peringkat

obligasi.

Pada penelitian ini minimal umur obligasi adalah 5 tahun untuk Sukuk Ijarah

I Angkasa Pura I tahun 2016 Seri A dengan rating idAAA dan maksimal 14 tahun

untuk Sukuk PT. XL Axiata dengan rating idAA- tahun 2016 dan idAAA untuk tahun

2017-2020. hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Ambarwati dan Astuti

(2017), Hasan dan Dana (2018) yang menyatakan bahwa umur obligasi tidak

berpengaruh signifikan terhadap rating obligasi. Hal ini menunjukkan bahwa dalam

menilai obligasi, hal yang paling utama untuk diperhatikan adalah kondisi keuangan

perusahaan dengan menilai ratio-ratio keuangan apakah berada kondisi prima atau

tidak. Umur obligasi yang short term apabila dikelola oleh perusahaan yang tidak

mampu mengelola dana usahanya untuk meningkatkan laba akan berpeluang

merugikan investor dengan resiko kebangkrutan jangka pendek, namun umur

pendek obligasi dapat juga menguntungkan bila dikelola dengan baik, sehingga

keuntungan dari investasi dapat segera didapatkan. Begitu pula dengan umur

obligasi yang panjang, apabila dikelola dengan baik oleh perusahaan yang sehat dan

kebijakan manajemen yang baik, maka umur obligasi yang panjang akan

menguntungkan investor dari segi imbal hasil yang tinggi dan jika obligasi yang

umurnya panjang namun dikelola perusahaan yang kurang kompeten maka kerugian

akibat oblihasi yang tidak terbayarkan akan merugikan investor. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa berdasarkan penelitian ini tinggi atau rendahnya nilai yang

ditunjukkan Umur obligasi tidak berpengaruh signifikan terhadap rating obligasi.

74

Anda mungkin juga menyukai