yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan diperingkat oleh PT Pefindo selama
periode pengamatan. Periode penelitian yang dilakukan adalah tahun 2016 - 2020.
sampel sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan diperoleh sampel sebanyak 8
keseluruhan sampel awal yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 135 sampel.
Tabel 4.1
Kriteria Sampel Penelitian
Keterangan Jumlah
Populasi Sukuk Perusahaan di BEI yang aktif tahun 2016- 162
2020
Data Sukuk yang tidak aktif berturut- turut selama periode (135)
pengamatan dari tahun 2016-2020
Sukuk Perusahaan yang dapat menjadi sampel 27
Jumlah sampel penelitian 27sukuk x 5 tahun 135
Sumber: data sekunder diolah peneliti (2022)
dalam penelitian yang dapat dilihat dari rata-rata (mean), median, maximum,
minimum, standar deviasi, skewness, kurtosis, sum, sum sq, deviasi. Pada penelitian
ini statistik deskriptif akan menggambarkan deskripsi dari masing - masing variabel.
variabel dalam penelitian ini yang meliputi deskriptif variabel independent dan nilai
minimum, maksimum, mean (rata-rata), standar deviasi. Statistik Deskriptif ini tidak
penelitian ini adalah regresi logistik yang tidak memerlukan gambaran nilai skewness
51
dan kurtosis. Nilai minimum menggambarkan nilai paling kecil yang diperoleh dari
hasil pengolahan data dan analisis data yang telah dilakukan perusahaan sampel.
Nilai maksimum menggambarkan nilai paling besar yang diperoleh dari hasil
pengolahan data dan analisis data yang telah dilakukan, sedangkan mean (rata-rata)
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel dependen dan
variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Rating Obligasi,
https://www.pefindo.com/index.php/pageman/page/corporates-ratings-reports.php?
digunakan dalam penelitian ini adalah skala nominal, karena merupakan variabel
termasuk non investment grade, mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh
Gambar 4.1
Deskriptive Statistik Skala Pengukuran Variabel Dependent
52
Gambar 4.2
Deskripsi Statistik keseluruhan Variabel
Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif dari Gambar 4.2 diatas, dapat
rating obligasi adalah 0,000 , nilai maksimum 1,000 , Nilai rata-rata sebesar 0.844
sementara standar devisiasi sebesar 0,364.Nilai standar devisiasi yang lebih kecil
dari nilai rata-rata menunjukkan bahwa nilai rata-rata data dapat merepresentasi
standar deviansi sebesar 1,255 dengan nilai minimum 14.715 yang merupakan
ukuran perusahaan PT. Sumberdaya Sewatama pada penilaian tahun 2020 yang
memperoleh rating idCC dengan total aset sebesar 2.458.545 (dalam Jutaan Rupiah)
Sandysejahtera, PT pada tahun 2020 dengan total aset sebesar 258.133.784 (dalam
jutaan Rupiah) dengan rating idAA-. dengan hasil tersebut dapat dijelaskan bahwa
Ukuran perusahaan yang menjadi sampel pada penelitian ini nilainya kurang
53
beragam dilihat dari nilai standar deviansi yang lebih kecil dari nilai rata-ratanya
(Mean).
3. Leverage (X2)
sampel penelitian sebesar 1,072 yang diperoleh oleh sukuk pada perusahaan PT.
Sumberdaya Sewatama pada penilaian tahun 2020 yang memperoleh rating idCC
dengan total hutang jangka panjang sebesar 2.634.823 (dalam jutaan Rupiah)
dengan total aset 2.458.545 dan nilai minumum pada sebesar 0,010 pada rasio
leverage tahun 2016 untuk PT. Sumberdaya Sewatama dengan total hutang Jangka
panjang sebesar 31.323 (dalam jutaan Rupiah) dan total aset sebesar 3.120.996
4. Profitabilitas (X3)
maksimum sebesar 0,192 dengan rating idAAA untuk PT Perusahaan Listrik Negara
tahun 2017, nilai minimum -0,057 dengan rating idAAA untuk PT. XL Axiata tahun
2018.
5. Pertumbuhan perusahaan(X4)
maksimum senilai 0,226 untuk PT Tiga Pilar Sejahtera Food tahun 2020 dengan
rating idCC dan nilai minimum sebesar -0,168 PT Adira Dinamika Multifinance Tbk
tahun 2020 dengan rating idAAA. Rata - rata penelitian ini 0,022 dengan standar
deviansi 0.082 dari hasil standar deviansi yang lebih besar dari nilai mean
6. Likuiditas(X5)
2,770 untuk perusahaan Koprima Sandysejahtera, PT tahun 2019 dan nilai minimum
sebesar -0,464 PT Angkasa Pura I (Persero) tahun 2019 dengan rating masing-
54
7. Umur obligasi(X6)
Berdasarkan hasil deskriptif statistik penelitian ini minimal umur obligasi adalah 5
tahun untuk Sukuk Ijarah I Angkasa Pura I tahun 2016 Seri A dengan rating idAAA
dan maksimal 14 tahun untuk Sukuk PT. XL Axiata dengan rating idAA- tahun 2016
dan idAAA untuk tahun 2017-2020. Dari hasil ini menunjukkan deskriptif statistik
untuk nilai minimum dan maksimal untuk umur obligasi tidak sejalan dengan hasil
penelitian terdahulu yang berarti pengaruh Umur obligasi harus melihat keseluruhan
data untuk mengetahui pengaruh dari Umur obligasi pada Rating Obligasi.
variabel dependent penelitian ini bersifat dikotomi biner sehingga dalam pengujian
dalam penelitian. Nilai koefisien determinasi yang kecil berarti kemampuan variabel –
determinasi yang dilihat pada tabel Mcfadden dengan hasil sebagai berikut :
Tabel 4.4
Uji Koefisien Determinasi (R2)
Hasil Uji
Mcfadden 0,788606
Sumber: data sekunder diolah peneliti (2022
variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 (nol) dan 1 (satu).
55
1. McFadden R-squared semakin mendekati nilai 1 maka model telah dianggap
variabel dependen.
semakin goodness of fit, atau semakin besar kemampuan model dalam menjelaskan
dapat disimpulkan bahwa total variansi rating obligasi yang dapat dijelaskan oleh
model
logit. Uji kelayakan ini untuk menilai adanya kesesuaian antara model penelitian dan
data penelitian. Dapat diketahui pada uji kelayakan model dengan mengukur nilai chi
penelitian ini hasil Goodness of Fit Test menunjukkan hasil sebagai berikut :
56
Gambar 4.3
Kelayakan Model Regresi (Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test)
Pada gambar diatas dapat dilihat bahwa uji Hosmer and Lemeshow’s Goodness
of Fit Test menunjukkan probabilitas chi square sebesar 0.9812 dari hasil uji tersebut
menunjukkan kriteria yang sesuai dengan kelayakan model regresi dengan nilai
0.9812 > 0,05 dapat diartikan bahwa tidak ditemukan adanya perbedaan pada data
estimasi model regresi logistik dengan data observasi penelitian. Hal tersebut
menunjukkan bahwa modal regresi dikatakan layak dan sudah tepat dilakukan pada
penelitian ini.
3. Matriks Klarifikasi
Setelah dilakukan uji Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test selanjutnya
dapat menggunakan matriks Klarifikasi untuk mengetahui nilai estimasi yang benar
(Correct) dan nilai estimasi yang tidak benar (incorrect) terhadap variabel dependent
diklasifikasikan benar dan diklasifikasikan tidak keliru. Jika semakin tinggi persentase
kecocokan model maka ketepatan prediksi model semakin baik, berikut adalah hasil
57
Gambar 4.4
Matriks Klarifikasi
Pada hasil yang ditunjukkan pada gambar 4.4 menunjukkan nilai correct
sampel dari hasil observasi penelitian untuk tingkat persentase kecocokan sebesar
sampel dari hasil observasi penelitian ini memiliki ketepatan prediksi model yang
baik.
58
Berikut Hasil olah data dengan EVIEW 10, untuk penelitian dengan judul
Gambar 4.5
Hasil Regresi Logistik
Dari data di atas dapat diketahui bahwa terdapat 135 data observasi dengan 21
data observasi variabel dependent pada nilai 0 dan 114 data observasi di nilai 1
Tabel 4.5
Representatif Hasil Regresi
Estimation
BINARY(D=L) Y C X1 X2 X3 X4 X5 X6
Command:
Estimation I_Y = C(1) + C(2)*X1 + C(3)*X2 + C(4)*X3 + C(5)*X4 + C(6)*X5 +
Equation: C(7)*X6
59
Y=1-@CLOGISTIC(-(-48.104215843+3.10658098065*X1 -
Substituted
0.781781230549*X2+3.63214257225*X3-9.82631852691*X4+
Coefficients:
0.442756808221*X5 - 0.200556261159*X6))
Sumber: data sekunder diolah peneliti (2022)
Dari Tabel 4.4 tersebut Interpretasi dari data diatas tidak dapat langsung dibaca
variabel harus terlebih dahulu di-eksponensial-kan atau lebih dikenal dengan nama
e = exp^(Koefisien)
1. Pada konstanta (c),nilai koefisiennya sebesar -48,104 yang artinya jika semua
variable bebas dianggap nol maka rating obligasi sukuk akan semakin menurun.
2. Pada variabel Ukuran Perusahaan (X1) nilai koefisiennya sebesar 3.107 yang
dapat diartikan bahwa setiap ada kenaikan ukuran perusahaan dan variabel-variabel
independent lain yang konstan, maka probabilitas adanya kenaikan rating obligasi
independent lain yang konstan, maka probabilitas adanya penurunan rating obligasi
Odds Ratio sebesar 37,79 yang dapat diartikan bahwa setiap ada kenaikan
60
sebesar 37,79 atau pada peningkatan 37,79 nilai Profitabilitas dapat meningkatkan
9.82631852691 dengan Odds Ratio sebesar 5,4011 yang dapat diartikan bahwa
lain yang konstan, maka dapat menurunkan probabilitas adanya kenaikan rating
obligasi pada perusahaan sebesar 5,4011 atau pada peningkatan sebesar 5,4011
Odds Ratio sebesar 1,5569 yang dapat diartikan bahwa setiap ada kenaikan
adanya kenaikan rating obligasi pada perusahaan dapat meningkat sebesar 1,5569
dengan Odds Ratio sebesar 0,81827yang dapat diartikan bahwa setiap ada kenaikan
Umur obligasi(X6) dan variabel-variabel independent lain yang konstan, maka dapat
0,81827 atau pada peningkatan sebesar 0,81827 nilai Umur obligasi dapat
1. Uji Parsial
Uji statistik parsial pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel dependen (Hammad et.al., 2013). Pada uji parsial atau disebut juga uji Z
61
independent ( Ukuran perusahaan, Leverage, Profitabilitas, pertumbuhan
perusahaan, likuiditas dan umur obligasi) yang dilakukan secara individu ( parsial )
penelitian. Dimana Hasil uji z dapat diketahui dari nilai probability atas variabel
maka H2 ditolak, hal tersebut dapat diartikan bahwa variabel independent pada
probabilitas > α maka H2 diterima, hal tersebut dapat diartikan bahwa variabel
independent pada penelitian tidak dapat berpengaruh pada variabel dependent, hasil
Gambar 4.6
Hasil Uji Z (Uji Parsial)
Pada tampilan Gambar 4.6 diatas, hasil uji Z hanya memerlukan data yang
sebagai berikut :
Berdasarkan hasil test yang dapat dilihat pada gambar 4.6 pada table prob untuk x 1
didapatkan nilai sebesar 0.0014 yang berarti pada penelitian ini Z< 0,05 maka H1
62
diterima dan berarti bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel
memiliki posisi yang kuat pada masing-masing industri yang digeluti sehingga
modal dan kemungkinan pengaruh skala dalam biaya dan return mengakibatkan
perusahaan yang lebih besar memperoleh laba yang lebih besar pula. Pada
besar memiliki peringkat obligasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan
yang lebih kecil. Hasil pengujian ini sesuai dengan hasil penelitian penguji terdahulu
yang dilakukan oleh Muhammad (2019), Aulya (2019) dan Kaltsum dan Anggraini
Artinya semakin tinggi ukuran perusahaan maka semakin tinggi rating obligasi
perusahaan. Hal ini menunjukan bahwa semakin besar ukuran perusahaan maka
1. Pada pengujian ini menilai apakah variabel independen Leverage (x2) dapat
Obligasi. Berdasarkan hasil test yang dapat dilihat pada gambar 4.6 pada table prob
untuk x2 didapatkan nilai sebesar 0.821 yang berarti pada penelitian ini Z> 0,05
maka H2 diterima dan berarti bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara
2. Pada pengujian ini menilai apakah variabel independen Profitabilitas (x3) dapat
Obligasi. Berdasarkan hasil test yang dapat dilihat pada gambar 4.6 pada table prob
63
untuk x3 didapatkan nilai sebesar 0.8948 yang berarti pada penelitian ini Z> 0,05
maka H2 diterima dan berarti bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara
(x4) dapat secara individual mempengaruhi variabel dependent penelitian ini yaitu
Rating Obligasi. Berdasarkan hasil test yang dapat dilihat pada gambar 4.6 pada
table prob untuk x4 didapatkan nilai sebesar 0.1604 yang berarti pada penelitian ini
Z> 0,05 maka H2 diterima dan berarti bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan
Rating Obligasi.
4. Pada pengujian ini menilai apakah variabel independen Likuiditas (x5) dapat
Obligasi. Berdasarkan hasil test yang dapat dilihat pada gambar 4.6 pada table prob
untuk x5 didapatkan nilai sebesar 0.7683 yang berarti pada penelitian ini Z> 0,05
maka H2 diterima dan berarti bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara
5. Pada pengujian ini menilai apakah variabel independen Umur Obligasi (x6) dapat
Obligasi. Berdasarkan hasil test yang dapat dilihat pada gambar 4.6 pada table prob
untuk x6 didapatkan nilai sebesar 0.4761 yang berarti pada penelitian ini Z> 0,05
maka H2 diterima dan berarti bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara
64
Test ini dilakukan untuk mengetahui apakah secara bersama-sama variabel
bebas berpengaruh signifikan terhadap variabel tidak bebas. Untuk mengetahui uji ini
Gambar 4.6
Hasil Uji Omnibus (Overall Model Fit Test)
Uji ini mirip dengan uji F pada analisis regresi linier berganda. Nilai uji ini dapat
dilihat pada gambar 4.7 pada item LR Statistic atau nilai p-value pada item Prob
(LRstatistic). Nilai p-value 0.00000 lebih kecil dari tingkat signifikansi uji sebesar 0.05
pada variabel dependentnya. Dannilai LR Statistic 92.03112 lebih besar dari nilai
Ftabel (alpha 5%, df1=5, df2=134) 2.28. Dengan tingkat kepercayaan 95% dapat
yang dihipotesiskan dengan data menunjukkan bahwa apabila data memiliki nilai
Tabel 4.6
Hasil Koefisien
Variabel Koefisien
Ukuran Perusahaan (X1) 3.1898
Leverage (X2) -0.7817
Profitabilitas (X3) 3.6321
Pertumbuhan Perusahaan (X4) -9.8263
Likuiditas (X5) 0.4427
Umur Obligasi (X6) -0.2005
65
Dari hasil koefisien dengan regresi logistik diatas maka diperoleh persamaan
investment grade
ln =−48.1042+3.1065∗X 1−0.7818∗X 2+ 3.6321∗X 3−9.8263∗X 4+ 0.4428∗X 5−
1−investment grade
apabila nilai pada X1 hingga X6 dianggap konstan atau sama dengan 0 (Nol) maka
Profitabilitas (X3), Likuiditas (X5) yang memiliki pengaruh secara positif yang artinya
jika nilai salah satu variabel-variabel berpengaruh positif ini mengalami kenaikan
sebesar 1 (dengan asumsi variabel lain baik bernilai positif maupun negatif bernilai
konstan) maka rating obligasi akan mengalami kenaikan sebesar odds ratio variabel
dan jika nilai padaUkuran Perusahaan (X1), Profitabilitas (X3), dan Likuiditas (X5)
mengalami penurunan sebesar 1 dengan asumsi yang sama maka rating obligasi
akan mengalami penurunan sebesar nilai odds ratio. Sedangkan untuk variabel
Leverage (X2) dan Pertumbuhan Perusahaan (X4) memiliki pengaruh secara negatif
yang artinya jika nilai Leverage (X2) yang berpengaruh negatif ini mengalami
kenaikan sebesar 1 (dengan asumsi variabel lain baik bernilai positif maupun negatif
bernilai konstan) maka rating obligasi akan mengalami penurunan sebesar odds ratio
variabel begitu pula dengan Pertumbuhan Perusahaan (X4) yang memiliki pengaruh
yang sama dengan Leverage (X2) dan Umur Obligasi (X6) saat nilainya mengalami
kenaikan sedangkan jika nilai diantara Leverage (X2) dan Pertumbuhan Perusahaan
(X4) mengalami menurun sebesar 1 (dengan asumsi variabel lain bernilai konstan)
maka rating obligasi akan mengalami peningkatan sebesar nilai odds ratio.
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Rating obligasi. Hasil ini sejalan dengan
66
hasil penelitian terdahulu yang menunjukkan pengaruh ukuran perusahaan terhadap
rating obligasi yang dilakukan oleh Sari (2016) dimana hasil penelitiannya
peringkat obligasi yang diberikan, hal ini disebabkan oleh tingginya tingkat
besar memiliki posisi yang kuat pada masing-masing industri yang digeluti sehingga
Menurut Zuhro (2016) aset merupakan aktiva yang digunakan untuk aktivitas
operasional produksi, semakin besar aset yang dimiliki semakin besar hasil
disimpulkan bahwa semakin banyak aset yang dimiliki oleh suatu perusahaan yang
dapat digunakan untuk kegiatan produksinya, maka semakin besar juga kapasitas
dapat memperkecil terjadinya risiko gagal bayar. Dengan resiko yang minim ini maka
Data pada penelitian ini menunjukkan hasil yang sejalan dimana total aset yang
nilai aset untuk non Investment grade setiap tahunnya mengalami penurunan nilai,
dengan hasil yang menunjukkan ukuran perusahaan yang berpengaruh pada rating
obligasi maka untuk tahun penelitian 2016 - 2020 dapat disimpulkan bahwa total aset
ekonomi di masa akan datang, manfaat tersebut berupa arus kas dan setara kas
67
yang didapatkan dari penggunaan aset dalam aktivitas operasional perusahaan yang
negatif tidak signifikan terhadap Rating obligasi. Pengaruh negatif leverage sesuai
dengan penelitian terdahulu yang dilakukan Darmawan et al., (2020) Hasil penelitian
menunjukkan bahwa apabila rasio hutang meningkat maka peringkat sukuk akan
mengalami penurunan.
investor sehingga dapat diketahui besarnya utang yang digunakan untuk membiayai
modal kerja perusahaan. Dengan demikian, semakin tinggi rasio ini berarti semakin
besar sumber pendanaan perusahaan yang didanai oleh utang sehingga kondisi
pada hasil penelitian ini. Namun penelitian pada data sampel ditahun 2016 - 2020
signifikan, hal ini karena beberapa sampel seperti pada PT. Sumberdaya Sewatama
panjang sebesar 31.323 (dalam jutaan Rupiah) yang merupakan rasio leverage
terkecil pada penelitian memperoleh rating idBB+ (non investment grade) sedangkan
pada PT. Indosat Tbk dengan rasio leverage 2016 yang lebih tinggi yaitu 0,3457
dapat memperoleh rating idAAA (investment grade) dengan total hutang 17.574.993
(dalam jutaan Rupiah), berdasarkan data ,maka Penilaian rating obligasi tersebut
dapat dijelaskan dengan mengacu pada teori sinyal dalam menilai kebijakan
manajeman dalam mengelola nilai hutangnya, dimana ratio leverage yang rendah
68
belum tentu lebih sehat dan diminati investor begitu pula dengan nilai leverage yang
tinggi belum tentu menjadi indikasi perusahaan yang tidak sehat, salah satu contoh
kondisi yang menyebabkan rasio leverage meningkat namun terindikasi tidak baik,
apabila kenaikan nilai leverage tidak diikuti dengan adanya peningkatan pada rasio
berpengaruh positif atau penurunan pada ratio yang bersifat negatif, maka tingginya
nilai ratio leverage hanya akan meningkatkan default risk yang mengakibatkan
demikian, semakin tinggi rasio leverage, harapan positif investor adalah adanya
modal usaha dari hutang mampu meningkatkan penjualan perusahaan dan kegiatan
operasional lain untuk memperoleh laba, namun apabila dalam peningkatan ratio
leverage tidak ada pertumbuhan positif ini berarti semakin besar sumber pendanaan
tidak diminati investor dan rating akan menurun. Sebaliknya, saat nilai leverage
bahwa perusahaan mampu mengelola dana usaha dari hutang yang diperolehnya
Selain itu Kebijakan perusahaan yang tidak meningkatkan ratio leverage namun
karena tidak memiliki modal usaha yang cukup, tidak akan menyebabkan rating
meningkat walaupun ratio leverage berada pada posisi terendah dalam industrinya,
hal ini karena saat perusahaan kekurangan modal usaha maka produk yang
dihasilkan akan berkurang karena keterbatasan dana, yang bisa membuat produk
69
berdasarkan penelitian ini tinggi atau rendahnya nilai yang ditunjukkan ratio leverage
profitabilitas pada penelitian ini sejalan dengan Penelitian yang dilakukan oleh
Saputri dan Purwabangsa (2016), Muhammad (2019) danFitriani et al., (2020) yang
mencari keuntungan atau laba dalam suatu periode tertentu. Rasio ini juga
ditunjukkan dari laba yang dihasilkan dari penjualan atau dari pendapatan investasi.
Menurut Fitriani et al., (2020) profitabilitas adalah rasio yang mengukur kemampuan
yang ditunjukkan pada hasil penelitian ini. Namun penelitian pada data sampel
ditahun 2016 - 2020 berdasarkan data sekunder yang diolah menunjukkan pengaruh
yang tidak signifikan, hal ini karena beberapa sampel seperti pada PT. XL Axiata
tahun 2018 dengan ratio profitabilitas dengan nilai minimum -0,0572 mampu memiliki
rating idAAA (investment grade) sedangkan pada PT Tiga Pilar Sejahtera Food
dengan nilai ratio profitabilitas yang lebih tinggi yaitu sebesar -0.0152 hanya
mendapatkan rating idB+ (non investment grade) berdasarkan data ,maka Penilaian
rating obligasi tersebut dapat dijelaskan dengan mengacu pada teori sinyal dimana
perusahaan dengan nilai profitabilitas yang tinggi akan tetap di nilai sebagai sinyal
70
kebijakan untuk menahan laba dan tidak membayar deviden. Hal ini akan membuat
investor tidak tertarik pada obligasi yang ditawar karena menganggap obligasi sukuk
yang dikeluarkan tidak mampu menjadi investasi yang menarik karena imbal hasil
( kupon ) yang diharapkan investor tidak dibagikan berkala, berbeda halnya dengan
perusahaan yang menerbitkan sukuk dengan nilai ratio profitabilitas yang rendah
hal ini akan dinilai sebagai sinyal positif bagi investor walaupun laba yang dihasilkan
tidak besar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa berdasarkan penelitian ini tinggi
atau rendahnya nilai yang ditunjukkan ratio Profitabilitas tidak berpengaruh signifikan
Perusahaan (X4) berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap Rating obligasi. Rasio
merupakan suatu harapan yang diinginkan oleh pihak internal perusahaan maupun
pihak eksternal (investor dan kreditor) dengan nilai pertumbuhan perusahaan yang
baik dan meningkat tiap tahunnya dinilai akan memberikan peringkat obligasi yang
perusahaan dinilai baik maka perusahaan penerbit obligasi akan memiliki peringkat
obligasi investment grade. Oleh karena itu investor akan memilih perusahaan
penerbit obligasi yang memiliki growth tinggi dari tahun ke tahun pada bisnisnya,
memiliki kemungkinan lebih besar untuk memperoleh peringkat obligasi yang tinggi
dari positif ke negatif, hal ini dapat terjadi karena prinsip pertukaran resiko dan
71
manfaat dari pertambahan nilai asset, hasil penilaian ini mengindikasikan bahwa
pada sampel penelitian tingkat pertumbuhan perusahaan yang tinggi dan mengalami
peningkatan tiap tahunnya dapat disebabkan adanya aset lancar yang tidak berputar
seperti persediian barang dagang yang nilainya tidak mengalami perubahan karena
tidak terjual atau piutang yang tidak tertagih sehingga tingginya peningkatan aset
tahun berjalan menjadi sinyal negatif bagi investor. Hasil penelitian ini menunjukkan
nilai maksimum senilai 0,2255 untuk PT Tiga Pilar Sejahtera Food tahun 2020
dengan rating idCC dan nilai minimum sebesar -0,1676 PT Adira Dinamika
Multifinance Tbk tahun 2020 dengan rating idAAA. Dimana jika pengaruh sesuai
dengan teori sinyalnya maka nilai maksimum seharusnya memiliki rating yang lebih
rendah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa berdasarkan penelitian ini tinggi atau
positif tidak signifikan terhadap Rating obligasi. Pengaruh positif Likuiditas pada
penelitian ini sejalan dengan penelitian Meirinaldi dan Astuti (2017) yang
kewajiban jangka pendeknya. Salah satu kewajiban jangka pendek yang dimaksud
peringkat sukuk.
kuatnya kondisi keuangan pada satu perusahaan. Perusahaan yang likuid adalah
sehingga mampu memenuhi kewajiban finansialnya yang segera jatuh tempo. Rasio
likuiditas ini dinilai dengan membandingkan nilai aktifa lancar dan hutang lancarnya
72
dengan indikasi Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban keuangannya tepat
tersebut dalam keadaan likuid dan mempunyai aktiva lebih besar daripada hutang
lancarnya.
Dalam penelitian ini nilai minimum rasio likuiditas sebesar -0,464 diduduki
oleh PT Angkasa Pura I (Persero) tahun 2019 dengan rating idAAA sedangkan
ditahun 2019 PT. Sumberdaya Sewatama dengan ratio likuiditas sebesar 0,2364
mendapatkan rating idBB+, hal ini dapat disebabkan oleh kondisi dimana aktiva
lancar pada perusahaan tidak berputar seperti persediaan yang tidak terjual dan
kekuatan membayar yang besar dari nilai ratio likuiditasnya, namun jika pada saat
harus memenuhi kewajiban yang segera jatuh tempo ternyata tidak mampu
Sehingga dapat disimpulkan bahwa berdasarkan penelitian ini tinggi atau rendahnya
nilai yang ditunjukkan ratio Likuiditas tidak berpengaruh signifikan terhadap rating
obligasi
berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap Rating obligasi. Pengaruh negatif umur
obligasi pada penelitian ini sejalan dengan penelitian Fauzia (2014) dengan hasil
penelitian semakin bertambah panjang jangka waktu suatu obligasi, maka akan
semakin bertambah juga kupon atau bunga yang wajib dibayarkan oleh perusahaan
Hal ini berisiko akan terjadi kesulitan pembayaran di masa yang akan datang.
Hal ini menunjukkan semakin pendek jangka waktu obligasi maka akan
semakin diminati investor karena dianggap risikonya lebih kecil dan obligasi dengan
jangka waktu yang pendek tersebut kemungkinan besar penerbit obligasi dapat
mengembalikan pokok dan fee obligasi sesuai yang dijanjikan, sehingga umur
73
obligasi yang pendek banyak diminati oleh investor dan menunjukan peringkat
obligasi.
Pada penelitian ini minimal umur obligasi adalah 5 tahun untuk Sukuk Ijarah
I Angkasa Pura I tahun 2016 Seri A dengan rating idAAA dan maksimal 14 tahun
untuk Sukuk PT. XL Axiata dengan rating idAA- tahun 2016 dan idAAA untuk tahun
2017-2020. hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Ambarwati dan Astuti
(2017), Hasan dan Dana (2018) yang menyatakan bahwa umur obligasi tidak
berpengaruh signifikan terhadap rating obligasi. Hal ini menunjukkan bahwa dalam
menilai obligasi, hal yang paling utama untuk diperhatikan adalah kondisi keuangan
perusahaan dengan menilai ratio-ratio keuangan apakah berada kondisi prima atau
tidak. Umur obligasi yang short term apabila dikelola oleh perusahaan yang tidak
pendek obligasi dapat juga menguntungkan bila dikelola dengan baik, sehingga
keuntungan dari investasi dapat segera didapatkan. Begitu pula dengan umur
obligasi yang panjang, apabila dikelola dengan baik oleh perusahaan yang sehat dan
kebijakan manajemen yang baik, maka umur obligasi yang panjang akan
menguntungkan investor dari segi imbal hasil yang tinggi dan jika obligasi yang
umurnya panjang namun dikelola perusahaan yang kurang kompeten maka kerugian
akibat oblihasi yang tidak terbayarkan akan merugikan investor. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa berdasarkan penelitian ini tinggi atau rendahnya nilai yang
74