Anda di halaman 1dari 19

Penentuan Saham Efisien dan Tidak Efisien

dengan Metode Capital Asset Price Model


(CAPM)

Kelompok STAKEHOLDER

Eni Febriani 122200900


Florentina Adventcia N. 122200910
Ardiana Desi P. 122200911
Denis Yuniaty 122200912
INTRODUCTION

METODE PENELITIAN

Pembahasan HASIL PEMBAHASAN

KESIMPULAN

KRITIK & SARAN


Introduction
Investasi yang dilakukan oleh investor di Indonesia bisa dalam
berbagai macam, salah satunya dalam bentuk saham. Pemilihan saham
oleh seorang investor perlu dilakukan dengan berbagai analisis.

Saham yang dimiliki akan memberikan keuntungan bagi para


pemegang saham yang sering dikenal dengan rate of return yang
diperoleh sesuai dengan tingkat risiko yang mampu ditanggung oleh
para investor (Susanti & Putra, 2019).

Dalam melakukan analisa keuntungan dan risiko yang akan dihadapi


oleh para investor, maka CAPM dapat dijadikan sebagai sebuah analisa
untuk menggambarkan hubungan antara return dan risiko yang
terdapat dalam sebuah saham yang diperdagangkan di Bursa Efek
Indonesia (Liani, 2017)
Hipotesis yang terdapat dalam analisa CAPM yaitu pasar modal
adalah efisien, sehingga aset perusahaan yang digolongkan kedalam
LQ45 di Bursa Efek Indonesia akan dibagi secara sempurna dan pada
saat terjadi transaksi jual beli, saham perusahaan tresebut laku terjual.

Suatu saham akan memiliki keadaan berada diatas harga pasar dan
dibawah harga pasar, di mana dua keadaan ini memberikan tanda
bahwa saham yang dikelompokkan di LQ45 dalam kondisi efisien
atau tidak efisien (Riska et al., 2014).

Pada saat saham melebihi harga pasar (tidak efisien), maka saham
siap untuk dijual sebaliknya pada saat saham tersebut mengalami di
bawah harga pasar (efisien), maka saham tersebut layak untuk dibeli.
METODE PENELITIAN
• Teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis kuantitatif deskriptif.

• Populasi terdiri dari 45 perusahaan yang digolongkan ke dalam saham LQ45


Indeks LQ45 dari tahun 2017-2019.

• Data sekunder dalam penelitian ini bersumber dari berbagai pihak seperti
Library Research dan Online Research juga diterapkan dalam penelitian ini.

• Cara pengambilan sampel dilakukan dengan cara metode purposive


sampling. 30 perusahaan yang akan dijadikan sampel dalam penelitian ini.
Ri (Return Individual) untuk menganalisa tingkat return suatu
saham dalam periode tertentu. Dengan rumus: Harga saham periode
t (Pt) dan harga saham periode t-1 (Pt-1).

Rm (Return market) untuk menghitung tingkat pengembalian pasar


terdiri dari indeks harga saham gabungan periode t (IHSGt) dan
indeks harga saham gabungan periode t-1 (IHSGt-1), dirumuskan:

Rf (Risk Free). Analisa beta untuk analisa pergerakan nilai return


dalam sebuah sekuritas atau sebuah analisa terhadap nilai tingkat
pengembalian pasar. Dengan rumus nilai kovarian return pasar
(σim) dibagi varian pasar (σ2m):

Expected return analisa tingkat pengembalian yang diharapkan


sebuah perhitungan antara risiko dan hasil investasi yang diharapkan
[E(Ri)]
HASIL PEMBAHASAN
Dari penelitian dari 45 perusahaan yang digolongkan ke dalam saham LQ45, yang
dipilih hanya 30 perusahaan yang akan dijadikan sampel dalam penelitian ini.
Karena saham tersebut selalu masuk dalam kategori LQ45 dari tahun 2017-2019.
Data rata-rata harga saham penutupan dari tahun 2017-2019 sebagai berikut:
Ri (Return Individual)
atau pengembalian
saham individu
mendapatkan hasil
sebagai berikut:
Hasil Rm (Return market)
dengan data Indeks Saham
Gabungan (IHSG).

Rata-rata pengembalian pasar


(Rm) yaitu 5,79%.
Pada bulan Februari 2019
memiliki tingkat pengembalian
pasar terendah yaitu -6,35%, pada
bulan tersebut perdagangan IHSG
mengalami sebuah keadaan yang
tidak menguntungkan bagi para
investor.
Data hasil tingkat risk free (Rf)
adalah sebagai berikut:

Pada table perhitungan Rf tahun 2017-2019


memiliki rata-rata cost of risk free sebesar
5,09% dengan absolute best hazard free rate
6% dan terendah 4,25%. Peluang sistematis
adalah kesempatan yang dimiliki dengnan
menggunakan saham yang biasa disebut
dengan Beta (βi)
Hubungan antara tingkat
pengembalian suatu saham
terhadap tingkat
pengembalian pasar akan
terlihat dengan cara
menghitung beta saham.

Nilai rata-rata dari βi sebesar


0,69 yang artinya secara
keseluruhan saham
perusahaan yang dike-
lompokkan kedalam LQ45
memiliki risiko sistematis yang
kecil dan tidak terlalu sensitif
dalam merespon perubahan
harga pasar.
Hasil perhitungan E(Ri) adalah sebagai
berikut:

Hasil dari expected return [E(Ri)] yang


tertinggi adalah sebesar 6,50% yaitu
TLKM dan perusahaan dengan expected
return terendah [E(Ri)] adalah INCO
sebesar -11,12%.
Hubungan antara risiko sistematis atau beta (β) dengan
expeceted return digambarkan dengan grafik yaitu sebagai
berikut:
Dari Analisa, maka saham yang digolongkan kedalam saham efisien dan saham tidak
efisisen sebagai berikut:
KESIMPULAN
Dari hasil analisa yang sudah dilakukan
memberikan kesimpulan yaitu antara beta
dengan expected return terjadi hubungan
yang saling terkait yaitu nilai beta yang
mempunyai nilai yang tinggi akan
memberikan hasil return rendah, begitu
juga sebaliknya.
KRITIK & SARAN
KRITIK
o Pada penelitian ini masih terbatas pada sample dan periode yang diteliti

SARAN
o Penelitian bisa dikembangkan dengan memperluas sample dan periode penelitian untuk
dapat memberikan gambaran yang lebih luas bagi investor
o Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan reefrensi dan tambahan informasi bagi para
investor maupun calon investor yang akan melakukan investasi saham.
Thank you

Anda mungkin juga menyukai