Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH REVIEW JURNAL PENELITIAN

Relevansi Nilai Akuntansi Pada Saat Pengungkapan Laporan Keuangan


Sebagai Pengambilan Keputusan Ekonomi

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teori Akuntansi Keuangan


Dosen Pengampu: Prof. Dr. Hadri Kusuma, MBA.

Disusun Oleh:

Hilmy Pradana Sundawan (21919013)


Maria Magdalena Putri P (21919015)
Nadya Nikita Sheena S (21919019)
Purwati (21919021)

PRODI MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS BISNIS DAN EKONOMIKA
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
PAPER REVIEW HASIL PENELITIAN
Judul : Relevansi Nilai Akuntansi Pada Saat Pengungkapan Laporan
Keuangan Sebagai Pengambilan Keputusan Ekonomi
Penulis : 1. Titis Mey Try Riyanti
2. Pujiono
Tahun : 2021
Volume : Volume 9 Nomor 3 Mei 2021
Instansi Penulis : Universitas Negeri Surabaya

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Relevansi nilai informasi akuntansi merupakan konsep yang membahas tentang berbagai

makna dan ukuran yang berkenaan dengan akuntansi. Informasi akuntansi diprediksi

memiliki nilai relevansi, karena informasi akuntansi secara statistik berhubungan dengan

nilai pasar saham (Beaver, 2002; Cao, 2005; Hand, 2005; Rahmawati, 2005; Gallizo dan

Salvador, 2006; Ragab dan Omran, 2006; Liu dan Liu, 2007; Puspitaningtyas, 2007;

Sallebrant et al., 2007; Tan dan Lim, 2007; Ulusoy, 2008; Vishnani dan Shah, 2008;

Oyerinde, 2009; So dan Smith, 2009). Hasil penelitian Salmela (2008)

decision usefulness meng- asumsikan bahwa investor adalah individu yang rasional.

Artinya, individu yang mem- pertimbangkan trade-off antara tingkat return yang

diharapkan dan tingkat risiko yang akan dihadapi dalam keputusan inves- tasinya, dan

memilih tindakan yang akan menghasilkan expected utility yang paling tinggi. Investor

akan mencari risiko yang terendah untuk saham-saham yang me- miliki tingkat return yang

sama, sebaliknya investor akan memilih tingkat return yang tertinggi untuk saham-saham

yang memiliki risiko yang sama. Oleh karenanya, investor sangat membutuhkan informasi
mengenai tingkat return dan tingkat risiko dari ke- giatan investasinya (Samuelson dan

Marks, 2003; Sulistio, 2005; Suharli dan Oktarina, 2005; Puspitaningtyas, 2007).

Informasi yang akurat harus sesuai dengan karakteristik kualitatif: (1) relevansi dan

keandalan, dan (2) komparatif

SFAC No.1 tentang the objective of financial reporting for business enterprise (FASB

1978) (paragraf 5) sebagai berikut: (1) “Financial reporting should provide information that

is useful to present and potential investors and creditors and other users in making rational

investment, credit, and similar decisions.” (laporan keuangan seharusnya menyediakan

informasi yang berguna bagi investor atau kreditor yang ada sekarang maupun calon

investor/ kreditor dan para pengguna lain dalam melakukan investasi, kredit, dan

keputusan-keputusan serupa yang rasional).

(2) “Financial reporting should provide information to help present and potential investors

and creditors and other users in assessing the amounts, timing, and uncertainty of

prospective cash receipts from dividends or interest and the proceeds from the sale,

redemption, or maturity of securities or loans.” (laporan keuangan seharusnya menyediakan

informasi untuk membantu investor atau kreditor yang ada sekarang maupun calon

investor/ kreditor dan para pengguna lain dalam menaksir (memprediksi) jumlah,

penentuan waktu, dan ketidakpastian dari penerimaan kas yang prospektif dari deviden atau

bunga dan hasil-hasil yang diperoleh dari penjualan, penebusan, atau jatuh temponya suatu

sekuritas atau pinjaman).

Untuk mengetahui kualitas informasi akuntansi bisa dilakukan indikasi malalui ikatan yang

kuat yaitu return/harga saham juga laba (EPS) dan nilai buku ekuitas (BVPS) karena

keduanya menggambarkan keadaan ekonomi dari sebuah perusahaan.


B. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh implementasi IRFS terhadap relevansi

nilai yang mampu memberikan pengaruh pengambilan keputusan ekonomik pada seluruh

perusahaan terdaftar di BEI selama tahun 2015 sampai dengan 2017.

II. ISI

A. LANDASAN TEORI

1. Relevansi Nilai

Definisi relevansi nilai informasi akuntansi sebagai kemampuan menjelaskan

(explanatory power) nilai suatu perusahaan berdasarkan informasi akuntansi. Relevansi

nilai diarahkan untuk menginvestasikan hubungan empiris antara nilai-nilai pasar

modal (stock market values) dengan berbagai angka dalam penilaian fundamental

perusahaan. (Puspitaningtyas, 2010)

Nilai relevansi sendiri bisa dilakukan pengukuran memalui cara melaksanakan estimasi

hubungan statistic diantara informasi yang ditampilkan pada laporan keuangan dengan

nilai saham pada pasar. Serta kualitas informasi akuntansi yang baik dilakukan indikasi

dengan terdapatnya ikatan yang kuat antara return/harga saham serta laba juga nilai

buku ekuitas dikarenakan informasi tersebut meberikan gambaran keadaan ekonomik

dari perusahaan (Rayanti & Pujiono, 2021)

2. Mandatory Disclosure Konvergensi IFRS

Mandatory disclosure ataupun yang biasa disebut pengungkapan wajib ialah

pengungkapan minimal yang sudah menjadi syarat oleh standar akuntansi yang berlaku.

Pengunkapan dengan cara wajib berikut dibutuhkan untuk melakukan pemenuhan

kebutuhan informasi pada penggunaan laporan keuangan, serta juga mampu dipakai

guna melakukan pemastian pengendalian kualitas kinerja dengan taat pada hukun serta

standar akuntansi yang berlansung. Peraturan wajib di Indonesia sudah dilakukan


pengaturan oleh Bapepam-LK lewat peraturan VIII.G.7 mengenai pedoman penyajian

laporan keuangan. (Rayanti & Pujiono, 2021)

3. Teori Kegunaan Keputusan

Konsep decision usefulness atas informasi akuntansi memegang peranan penting dalam

pengidentifikasian masalah bagi para pengguna laporan keuangan dan penyeleksian

informasi akuntansi yang dibutuhkan para pengguna laporan keuangan untuk membuat

keputusan terbaik. Konsekuensinya dari konsep ini adalah bahwa informasi akuntansi

yang terkandung dalam laporan keuangan harus memberikan nilai manfaat (useful)

kepada para penggunannya (user) dalam hal pengambilan keputusan. (Puspitaningtyas,

2010)

4. Signaling Theory

Signaling theory memberikan penjelasan mengenai bagaimanakan semestinya laporan

keuangan mampu dipakai untuk perusahaan guna memberi sinyal yang positif ataupun

negative mengenai keadaan perusahaan yang sesungguhnya dan juga memberikan titik

berat terhadap pentingnya informasi yang ditampilkan perusahaan untuk mengambil

suatu keputusan investasi. (Rayanti & Pujiono, 2021)

B. HASIL PENELITIAN

1. Metode penelitian

Penelitian berikut merupakan penelitian kuantitatif menggunakan sumber data dari

laporan keuangan sebuah perusahaan yang dapat dilakukan pada website BEI. Analisis

yang dilakukan dapat memakai perhitungan secara manual ataupun dengan

menggunakan SPSS.

Populasi yang terkait yaitu seluruh perusahaan yang terdapat pada BEI di tahun 2015

sampai dengan 2017. Sampel pada penelitian yaitu 9 sektor perusahaan yang terdaftar
pada BEI yang diklasifikasikan ke dalam Jakarta Stock Industrial Classification. Untuk

teknik pengambilan sampel menggunakan rumus slovin.

𝑁
𝑛=
1 + 𝑁𝑒 2

Keterangan:

n = jumlah sampel

N = populasi

e = perkiraan tingkat kesalahan

Variabel Penelitian

a. Konvergensi IFRS

Pengungkapan tersebut memiliki sifat wajib untuk perusahaan yang melaksanakan

konvergensi IFRS. Oleh karena itu, pengungkapan berikut dilakukan pengukuran

memakai teknik scoring, yaitu apabila item tersebut diimplementasikan oleh

perusahaan maka diberikan skor 1 serta apabila tak dilakukan pengungkapan

diberikan skor 0.

Σ𝑆𝐶𝑂𝑅𝐸𝚤𝐵𝑌
𝑀𝐴𝑁𝐷𝑆𝐶𝑂𝑅𝐸𝐵𝑌 =
Σ𝑀𝐴𝑋𝚤𝐵𝑌

b. Variabel Dependen

Earing Per Share Earning per share dipakai guna melakukan pengukuran laba

bersih per lembar saham, yang akan dipakai selaku bahan pertimbangan perusahaan

ketika melakukan penentuan nilai dividen yang mana akan dilakukan pembagian

pada pemegang- pemegang saham.

𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑟𝑒ℎ𝑒𝑛𝑠𝑖𝑓


EPS =𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔

Book Value Per Share ialah rasio nilai buku ekuitas seluruh perusahaan, juga

pemegang saham ikut di dalamnya. Nilai ekuitas yang dimiliki perusahaan

merupakan gambaran asset bersih yang menjadi milik perusahaan dalam tahun
tersebut. Dengan hal tersebut, perusahaan melalui nilai BVPS yang tinggi

merupakan perusahaan yang baik di mata investor.

𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑒𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠
BVPS =𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔

Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilaksanakan guna tahu akan data yang dipakai oleh peneliti

mempunyai pola distribusi normal ataupun tidak normal. Data yang tidak normal

dikatakan sebagai data yang tidak valid dan sebaliknya. Hal tersebut dapat diketahui

dengan melihat tabel P-Plots (hasil olah SPSS) dan dengan melihat Kolomogrov

Smirnov yang diamati dalam N-Par test, di mana nilai signifikansi harus di atas atau

lebih dari nilai alpha yakni 0,05.

b. Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas dilakukan guna mengetahui apa ada perbedaan antara varians

dengan residual guna keseluruhan variabel yang dipakai pada penelitian. Dalam

pengujian berikut menghasilkan titik-titik yang menyebar maupun menyatu dengan

dilihat pada scatterplot. Jika titik-titik yang dihasilkan menyatu maka telah terjadi

heterokedastisitas sedangkan kebalikannya apabila menyebar maka tidak terjadi

heterokedastisitas dengan artian bahwasanya model regresi yang digunakan pada

penelitian sudah tepat.

c. Uji Autokorelasi

Hubungan yang tercipta disebabkan oleh kesalahan pengganggu dilakukan melalui

menggunakan uji autokorelasi. Kesalahan penganggu yang dimaksud yaitu antara

periode berjalan dengan periode pada tahun sebelumnya. Uji autokorelasi dilakukan

denga menggunakan uji Durbin-Watson. Dan hasil dari pengujian berikut

dinyatakan telah memenuhi syarat apabila DW>DU<(4-DU).


d. Regresi linier berganda

Model persamaan berikut dipakai guna mencari tahu akan pengaruh diantara

variabel bebeas dan variabel terikat apakah psitif ataupun negatif. Dengan kata lain

terdapat lebih dari 1 variabel bebas yang dapat memberikan pengaruh dengan

memakai nilai signifikansi (0,05). Di bawah ini adalah model regresi yang

digunakan:

Model 1:

𝐸𝑃𝑆𝑖,𝑡 = 𝛽0,𝑡 + 𝛽1,𝑡 𝑀𝐴𝑁𝐷𝑆𝐶𝑂𝑅𝐸𝐵𝑌 𝑖,𝑡 + 𝑒𝑖,𝑡

Keterangan:

𝐸𝑃𝑆𝑖,𝑡 = 𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑟 𝑠ℎ𝑎𝑟𝑒 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑡


𝛽0,𝑡 = 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛𝑡𝑎
𝛽1,𝑡 = 𝐾𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑟𝑒𝑔𝑟𝑒𝑠𝑖 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙 𝛽1
𝑀𝐴𝑁𝐷𝑆𝐶𝑂𝑅𝐸𝐵𝑌 𝑖,𝑡 = 𝑀𝑎𝑛𝑑𝑎𝑡𝑜𝑟𝑦 𝑑𝑖𝑠𝑐𝑙𝑜𝑠𝑢𝑟𝑒
𝑒𝑖,𝑡 = 𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟
Model 2:
𝐵𝑉𝑆𝑃𝑖,𝑡 = 𝛽0,𝑡 + 𝛽1,𝑡 𝑀𝐴𝑁𝐷𝑆𝐶𝑂𝑅𝐸𝐵𝑌 𝑖,𝑡 + 𝑒𝑖,𝑡
Keterangan:

𝐵𝑉𝑃𝑆𝑖,𝑡 = 𝐵𝑜𝑜𝑘 𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒 𝑝𝑒𝑟 𝑠ℎ𝑎𝑟𝑒 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑡


𝛽0,𝑡 = 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛𝑡𝑎
𝛽1,𝑡 = 𝐾𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑟𝑒𝑔𝑟𝑒𝑠𝑖 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙 𝛽1
𝑀𝐴𝑁𝐷𝑆𝐶𝑂𝑅𝐸𝐵𝑌 𝑖,𝑡 = 𝑀𝑎𝑛𝑑𝑎𝑡𝑜𝑟𝑦 𝑑𝑖𝑠𝑐𝑙𝑜𝑠𝑢𝑟𝑒
𝑒𝑖,𝑡 = 𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟
e. Koefisien Determinasi (𝑅 2 )

Hasil yang didapatkan dalam melakukan uji R2 yaitu nilai besaran variansi dari

variabel terikat terhadap variabel terikat. Perihal tersebut ditunjukkan dalam tabel

summary yang dapat dilihat di nilai R-Square.


f. Uji Simultan (uji F)

Hasil yang didapatkan ketika melakukan uji F dapat dibagai sebagai patokan unruk

mengetahui kelayakan dari model penelitian yang digunakan. Hal tersebut

tercermin pada tabel anova yakni hasil olah data SPSS yang ditunjukkan dengan

nilai signifikans di bawah alpha yaitu 0,05.

g. Uji Parsial (uji t)

Hasil yang didapatkan dari melakukan uji t yakni mengetahui kelayakan diantara

variabel bebas ke variabel terikat (berpengaruh atau tidak). Perihal berikut bisa

tercermin dengan melihat tabel coefficient, yang mana wajib mempunyai nilai

signifikan < 0,05 yang dapat dikatakan memiliki pengaruh.

2. Hasil dan Pembahasan

a. Pengaruh Mandatory Konvergensi IFRS terhadap EPS (Earning Per Share)

- Hasil ujit t pada model-1 yaitu 0,004 lebih kecil 5%

- Membuktikan bahwa adanya mandatory konvergensi IFRS berdampak pada

laba per saham perusahaan

- Nilai dari EPS menggunakan nilai yang wajar dengan penyajian angka

akuntansi

- Hasil tersebut akan menarik investor untuk berinvestasi di perusahaan tersebut,

karena laporan keuangan yang tersaji ketika perusahaan

mengimmplementasikan SAK konvergensi IFRS akan terlihat lebih baik dari

perusahaan yang tidak menggunakan SAK.

b. Pengaruh Mandatory Konvergensi IFRS terhadap BVPS (Book Value Per Share)

- Hasil uji t pada model-2 yaitu 0,110 yang memperlihatkan lebih dari 0,05

- Menunjukkan bahwa dengan adanya mandatory konvergensi IFRS tidak

berpengaruh pada nilai buku perusahaan


- Hasil tersebut tidak sejalan dengan teori kukuegunaan keputusan disebabkan

karena nilai buku per lembar saham perusahaan bukan prioritas utama yang

dilihat oleh investor dalam pengambilan keputusan investasi

- Relevansi nilai akuntansi dikatakan tidak relevan terhadap BVPS dengan

mengkonvergensi IFRS.

3. Perbandingan Dengan Penelitian Lain yang Sejenis

Kami membandingkan jurnal penelitian “Relevansi Nilai Akuntansi Pada Saat

Pengungkapan Laporan Keuangan Sebagai Pengambilan Keputusan Ekonomi”, yang

kami sebut sebagai Jurnal I dengan penelitian lain yang sejenis yaitu sebagai berikut:

a. Penelitian berjudul “Relevansi Nilai Informasi Dan Manfaatnya Bagi Investor”

diterbitkan pada Jurnal Ekonomi dan Keuangan volume 16/No.2/Juni-2012

halaman 164-183, yang disebut sebagai jurnal II

b. Penelitian berjudul “Manfaat informasi akuntansi untuk memprediksi risiko

investasi saham berdasarkan pendekatan decision usefulness” diterbitkan pada

Jurnal Akuntansi Multiparadigma volume 1/No.3/Des-2010 halaman 457-478 yang

disebut sebagai jurnal III

c. Penelitian berjudul “Penerapan Disclosure untuk Menjamin Keakuratan Informasi

Sebagai Dasar Pengambilan Keputusan” diterbitkan pada Jurnal Akuntansi dan

Investasi Vol. 2 No. 2, hal: 115-126, Juli 2001 yang disebut sebagai jurnal IV

Hasil perbandingan di antara 4 (empat) jurnal tersebut sebagai berikut:

a. Tujuan penelitian keempat jurnal tersebut adalah untuk mengetahui Relevansi nilai

informasi dan pengungkapan akuntansi mempengaruhi keputusan ekonomi para

stakeholder dalam kerangka decision usefulness.


b. Metode yang digunakan

Jurnal 1: Metode yang digunakan pada Jurnal I yaitu metode gabungan kuantitatif

dan kualitatif Laporan Keuangan di website BEI

Jurnal 2: Metode yang digunakan pada Jurnal II yaitu metode kualitatif dengan

metode wawancara semi terstruktur kepada analis sekuritas yang memberi advokasi

kepada investor saham.

Jurnal 3: Metode yang digunakan pada Jurnal III yaitu metode gabungan kuantitatif

dan kualitatif Informasi akuntansi yang terdapat dalam laporan keuangan

perusahaan, serta data laporan perdagangan saham perusahaan real estate dan

property yang terdaftar di BEI.

Jurnal 4: Metode yang digunakan adalah metode kualitatif melalui Kajian Pustaka

c. Data yang digunakan

Jurnal 1: Data sekunder

Jurnal 2: Data primer dikumpulkan dengan bantuan panduan untuk wawancara

(angket)

Jurnal 3: Data sekunder

Jurnal 4: Kajian Pustaka

d. Terdapat perbedaan populasi dan sampel

Jurnal 1: Populasi seluruh perusahaan yang terdapat di BEI tahun 2015 sampai

2017. Sampel penelitian yaitu 9 sektor perusahaan pada BEI yang diklasifikasikan

ke dalam Jakarta Stock Industrial Classification.

Jurnal 2: Analis sekuritas yang memberi advokasi kepada investor saham.

Jurnal 3: Populasi perusahaan yang terdapat di BEI tahun 2001-2006.

Jurnal 4: Kajian Pustaka


e. Penelitian yang membuktikan relevansi nilai akuntansi pada saat pengungkapan

laporan keuangan sebagai pengambilan keputusan ekonomi para stakeholder pada

Jurnal I, II, dan III adalah sebagai berikut :

Jurnal I

Pengaruh Mandatory Konvergensi IFRS terhadap EPS (Earning Per Share)

Hasil uji t pada dua model menunjukkan hasil yang berbeda, dimana besaran

untuk model pertama yakni 0,004 yang lebih kecil dari 5%. Bukti empiris tersebut

dapat membuktikan bahwa dengan adanya mandatory konvergensi IFRS

berdampak pada laba per lembar saham perusahaan. Cerminan yang bisa

ditampilkan melalui melihat laba per lembar saham perusahaan ialah hal yang

sering digunakan bagi para investor untuk mengetahui kinerja dari suatu

perusahaan, karena dalam hal ini nilai dari EPS menggunakan nilai yang wajar

dengan penyajian berupa angka-angka akuntansi. Hasil penelitian ini juga dapat

menunjukkan bahwa jika perusahaan mematuhi dan mengikuti prosedur IFRS,

maka akan menarik stakeholder (investor) untuk berinvestasi diperusahaan tersebut.

Dengan kata lain laporan keuangan yang tersaji saat ketika perusahaan
mengimplementasikan SAK konvergensi IFRS akan terlihat lebih baik

dibandingkan jika perusahaan tidak menggunakan standar SAK pada

perusahaannya. Dan dapat diambil kesimpulam bahwa sangat disarankan untuk

perusahaan mengimplementasikan SAK konvergensi IFRS guna meningkatkan

relevansi nilai akuntansi perusahannya, sehingga memudahkan investor dalam

pengambilan keputusan ekonomi.

Pengaruh Mandatory Konvergensi IFRS terhadap BVPS (Book Value Per

Share)

Hasil uji t kedua menunjukkan bahwa dengan adanya mandatory konvergensi

IFRS di Indonesia tidak berpengaruh terhadap nilai buku suatu perusahaan.

Dibuktikan dengan hasil uji t 0,110 yang memperlihatkan lebih dari 0,05. Hasil

penelitian berikut tak mampu sejalan dengan teori kegunaankeputusan yang mana

laporan keuangan dapat bermanfaat bagi pemakainya dalam hal ini investor dan

kreditur. Hal tersebut disebabkan karena nilai buku per lembar saham perusahaan

bukan prioritas utama yang dilihat oleh investor dalam pengambilan keputusan

investasi. Investor akan lebih tertarik dengan melihat laba yang dihasilkan oleh

perusahaan. Maka dapat disimpulkan bahwa relevansi nilai akuntansi dikatakan

tidak relevan terhadap BVPS dengan mengkonvergensi IFRS.

Jurnal II

Pemahaman informan tentang konsep decision usefulness atas informasi akuntansi,

antara lain:

1. “Sebuah konsep valuasi akuntansi yang cukup baik.” (Petikan wawancara dengan

PWS tanggal 17 Desember 2010).


2.“Konsep tentang manfaat keputusan berdasarkan informasi akuntansi.” (Peti- kan

wawancara dengan AM tanggal 22 Desember 2010).

3. “Suatu konsep yang sangat penting, mengingat sistem informasi akuntansi

membutuhkan keputusan yang tepat.” (Petikan wawancara dengan IWR tanggal 23

Desember 2010).

4. “Suatu konsep tentang bagaimana infor- masi akuntansi dapat bermanfaat untuk

pengambilan keputusan investasi. Infor- masi akuntansi akan menjadi bermanfaat

jika disajikan dalam bentuk rasio. Dan, akan lebih bermanfaat jika dapat diguna-

kan untuk pengambilan keputusan investasi.” (Petikan wawancara dengan WB

tanggal 27 Desember 2010).

5. “Suatu konsep tentang informasi akun- tansi yang digunakan sebagai pertimba-

ngan dalam pengambilan keputusan investasi.” (Petikan wawancara dengan AH

tanggal 9 Januari 2011).

Jurnal III

Pengaruh variabel akuntansi terhadap risiko investasi saham Hasil menunjukkan

bahwa dari ke enam variabel independen hanya ada satu variabel yang berpengaruh

signifikan terhadap risiko investasi saham, yaitu current ratio. Namun demikian,

tanda koefisien regresi menunjukkan ketidak konsistenan dengan prediksi

penelitian. Ada beberapa tanda koefisien regresi yang tidak konsisten dengan

prediksi penelitian, hanya sales growth dan price earning ratio yang menunjukkan

konsistensi tanda koefisien regresi dengan prediksi penelitian. Nilai signifikansi

debt equity ratio, total assets turn over return on investment, sales growth, dan price

earning ratio menunjukkan tidak berpengaruh signifikan, artinya ke lima variabel

tersebut bukan merupakan prediktor yang penting untuk memprediksi risiko

investasi saham. Meskipun bukti empiris penelitian terdahulu menunjukkan


dukungan untuk keyakinan bahwa variabel (informasi) akuntansi tersebut memiliki

pengaruh terhadap risiko investasi saham dari suatu perusahaan, namun secara

statistik menunjukkan tidak signifikan. Ini dapat diartikan bahwa variabel debt

equity ratio, total assets turnover, return on investment, sales growth, dan price

earning ratio tidak berdampak langsung terhadap risiko investasi saham. Mengapa

debt equity ratio, total assets turnover, return on investment, sales growth, dan price

earning ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap risiko investasi saham? Alasan

yang dapat dikemukakan ialah kemungkinan pemilihan waktu pengamatan yang

tidak optimal, dimana terdapat kontribusi dan imbas dari masalah krisis finansial

global yang bermula terjadi di Amerika Serikat sehingga menganggu mekanisme

operasional pasar modal dunia termasuk BEI. Krisis finansial global telah

mengakibatkan pasar modal dalam keadaan bearish, ditunjukkan dengan harga

saham yang cenderung turun. Kondisi pasar modal yang tidak stabil mengakibatkan

prediksi terhadap kondisi pasar sulit dilakukan, hal ini karena ekspektasi pelaku

pasar menjadi pesimitis, kegiatan operasional perusahaan cenderung menurun, yang

kesemuanya itu ditunjukkan dengan kondisi keuangan (variabel akuntansi) yang

tidak stabil dan cenderung menurun. Pada saat periode pengamatan, kondisi

ekonomi menunjukkan bahwa faktor makro atau faktor lain –selain ke lima variabel

yang tidak signifikan– yang lebih mendominasi pengaruhnya terhadap risiko

investasi saham. Sehingga data gagal untuk memberikan bukti mengenai hubungan

antara informasi (variabel) akuntansi dan risiko investasi saham. Hal ini

menunjukkan bahwa bukti empiris belum sangat mendukung konsep tentang

hubungan informasi akuntansi dan risiko investasi saham. Namun demikian, hasil

yang menunjukkan bahwa debt equity ratio,total assets turnover, return on

investment, sales growth, dan price earning ratio tidak berpengaruh signifikan
terhadap risiko investasi saham, memperkuat konsep tentang makna dari risiko

investasi saham. Bahwa, risiko investasi saham yang disimbolkan dengan beta (â)

merupakan risiko sistematis suatu sekuritas. Risiko sistematis merupakan suatu

pengukur risiko investasi, yaitu risiko yang tidak dapat dihilangkan melalui

diversifikasi dalam portofolio dan mempengaruhi semua (banyak) perusahaan.

Sumber risiko ini berasal dari faktor eksternal perusahaan (makro), seperti

terjadinya inflasi, perubahan tingkat suku bunga, perubahan kurs valuta asing, dan

perubahan kebijakan pemerintah. Pendapat tersebut tidak mendukung hasil

penelitian Tandelilin (1997) yang menemukan bahwa faktor ekonomi makro seperti

perubahan tingkat pendapatan daerah bruto (PDB), tingkat inflasi, dan tingkat suku

bunga pengaruhnya tidak signifikan terhadap risiko sistematis. Berbeda dengan

faktor ekonomi makro, variabel rasio keuangan (akuntansi) secara signifikan

berpengaruh terhadap risiko sistematis. Bagaimanapun, pendapat tersebut didukung

dengan bukti empiris dimana hasil analisis menunjukkan bahwa untuk koefesien

regresi yang secara statistik signifikan tidak memiliki koefisien determinasi (R2)

yang besar. Artinya, informasi akuntansi memiliki kemampuan yang relatif kecil

untuk menjelaskan variasi variabel risiko investasi saham. Pengaruh Current Ratio

terhadap risiko investasi saham Current ratio memiliki pengaruh positif yang

signifikan terhadap risiko investasi saham. Hasil ini konsisten dengan penelitian

Belkaoui (1978) dan Farrelly et al. (1985). Namun demikian, hasil ini tidak

konsisten dengan prediksi penelitian. Pengaruh positif current ratio terhadap risiko

investasi saham, bermakna bahwa semakin tinggi current ratio maka semakin tinggi

pula risiko investasi saham. Peningkatan current ratio, secara teknis dapat dianggap

mengurangi risiko insolvensi. Namun, pengukuran current ratio melibatkan

inventory didalamnya, sehingga tidak menggambarkan kondisi likuiditas yang


senyatanya. Akibatnya, tingkat likuiditas akan dinilai lebih tinggi dari kondisi

sebenarnya. Tingkat likuiditas yang tinggi akan menekan profitabilitas, hal ini

karena terdapat banyak dana yang terikat pada unsurunsur current assets yang pada

umumnya kurang produktif. Selain itu, current assets sebagai pembilang

pengukuran current ratio, tidak hanya meliputi uang tunai (cash) dan surat berharga

jangka pendek tetapi juga account receivable dan inventory. Meskipun cash dan

surat berharga jangka pendek dapat dianggap sama dengan kepemilikan risk-free

assets, namun account receivables dan inventory dianggap bukan sebagai risk-free

assets. Akibatnya, current ratio sebagai indikator likuiditas perusahaan akan

memiliki hubungan positif dengan risiko investasi saham dari suatu perusahaan.

Sehingga, likuiditas yang tinggi mencerminkan tingginya risiko investasi saham.

Pengaruh Debt Equity Ratio terhadap risiko investasi saham Nilai koefisien debt

equity ratio menunjukkan tanda negatif (-). Hasil ini konsisten dengan penelitian

oleh Chun & Ramasamy (1989) dan Sufiyati dan Na’im (1998). Namun demikian,

hasil ini tidak konsisten dengan prediksi penelitian. Pengaruh negatif debt equity

ratio terhadap risiko investasi saham, bermakna bahwa semakin tinggi debt equity

ratio maka semakin rendah risiko investasi saham. Peningkatan debt equity ratio

akan membawa keuntungan bagi perusahaan berupa tax shield dimana perusahaan

dapat mengurangi bagian dari earning yang seharusnya dibayarkan untuk pajak,

sehingga perusahaan dapat meningkatkan nilai dari perusahaan dan memberikan

keuntungan bagi pemegang saham. Pada kondisi ini, perusahaan dinilai memiliki

risiko investasi saham yang rendah. Pengaruh Total Assets Turnover terhadap risiko

investasi saham Nilai koefisien total assets turnover menunjukkan tanda positif (+).

Hasil ini tidak konsisten dengan prediksi penelitian. Pengaruh positif total assets

turnover terhadap risiko investasi saham, bermakna bahwa semakin tinggi total
assets turnover maka semakin tinggi pula risiko investasi saham. Perusahaan

dengan tingkat perputaran total aktiva yang tinggi dinilai mempunyai risiko

investasi saham yang tinggi, karena perusahaan dengan tingkat perputaran total

aktiva yang tinggi mencerminkan perusahaan memiliki kesempatan untuk

memperoleh earning secara berlebih. Adanya aliran earning yang berlebih ini

menimbulkan ketidakpastian (volatilitas) yang tinggi, sehingga menjadikan

tingginya tingkat risiko investasi saham. Pengaruh Return On Investment terhadap

risiko investasi saham Nilai koefisien return on investment menunjukkan tanda

positif (+). Hasil ini konsisten dengan penelitian oleh Dhingra (1982) dan Tandelilin

(1997). Namun demikian, hasil ini tidak konsisten dengan prediksi penelitian.

Pengaruh positif return on investment terhadap risiko investasi saham, bermakna

bahwa semakin tinggi return on investment maka semakin tinggi pula risiko

investasi saham. Kelaziman yang biasa terjadi, bahwa peningkatan profitabilitas

(keuntungan) akan diikuti pula oleh risiko investasi saham yang semakin tinggi.

Teori investasi menyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif di antara return

(keuntungan) dan risiko. Sebab, adanya harapan untuk mendapatkan keuntungan

yang tinggi diperlukan investasi dana yang tinggi pula. Untuk menarik dana

investasi, harus memberikan risk premium (dimana expected rates of return

melebihi risk-free rate of return). Dengan demikian, potensi risiko investasi saham

perusahaan memiliki korelasi positif dengan kinerja keuntungan (profitabilitas).

Pengaruh Sales Growth terhadap risiko investasi saham Nilai koefisien sales growth

menunjukkan tanda positif (+). Hasil ini konsisten dengan penelitian oleh Dhingra

(1982). Hasil ini juga menunjukkan konsistensi dengan prediksi penelitian.

Pengaruh positif sales growth terhadap risiko investasi saham, bermakna bahwa

semakin tinggi sales growth maka semakin tinggi pula risiko investasi saham.
Pertumbuhan penjualan dari suatu perusahaan, baik sebagai hasil mengeksplorasi

peluang keuntungan yang berlebihan di daerah permintaan maupun sebagai

pengembangan lebih lanjut di pasar yang sudah ada, mencerminkan elemen

ketidakpastian bisnis yang tinggi. Dengan kata lain, apakah pertumbuhan

perusahaan adalah sebagai tanggapan terhadap persepsi yang nyata ataukah hanya

harapan yang berlebihan untuk mendapatkan peluang pendapatan. Sehingga,

perusahaan dengan tingkat pertumbuhan dalam penjualan yang tinggi dinilai

mempunyai risiko investasi saham yang tinggi. Karena, perusahaan yang

mempunyai laju pertumbuhan dalam penjualan yang tinggi mencerminkan

perusahaan memiliki kesempatan untuk memperoleh earning secara berlebih.

Adanya aliran earning yang berlebih ini menimbulkan ketidakpastian (volatilitas)

yang tinggi, sehingga menjadikan tingginya tingkat risiko investasi saham.

Pengaruh Price Earning Ratio terhadap risiko investasi saham Nilai koefisien price

earning ratio menunjukkan tanda positif (+). Hasil ini menunjukkan konsistensi

dengan prediksi penelitian, bahwa price earning ratio berpengaruh positif terhadap

risiko investasi saham. Pengaruh positif price earning rato terhadap risiko investasi

saham, bermakna bahwa semakin tinggi price earning ratio maka semakin tinggi

pula risiko investasi saham. Price earning ratio yang tinggi mengindikasikan

tingginya harga saham sehingga layak untuk dibeli dengan harapan di masa akan

datang harga pasar saham akan terus meningkat. Penilaian saham yang tinggi akan

ditandai dengan meningkatnya variabilitas aliran earning, dimana earning ini

sebagai informasi untuk penilaian (valuation) harga saham. Variabilitas earning

yang meningkat mencerminkan semakin tingginya risiko investasi saham.

Validasi model prediksi Hasil uji beda untuk validasi model regresi menunjukkan

bahwa model persamaan regresi yang dihasilkan bermanfaat untuk memprediksi


risiko investasi saham pada periode selanjutnya. Adanya kebermanfaatan informasi

akuntansi untuk memprediksi risiko investasi saham, maka penyajian informasi

akuntansi memiliki kegunaan bagi para pengguna laporan keuangan untuk

membuat keputusan terbaik. Berdasarkan pendekatan decision usefulness maka

sebaiknya hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mempertimbangkan

penyeleksian informasi yang dibutuhkan dan memiliki nilai manfaat (useful) bagi

para pengguna dalam hal pengambilan keputusan investasi.

Jurnal IV

Peningkatan skala perusahaan menyebabkan terjadi pemisahan pihakpihak yang

terlibat dalam perusahaan yaitu ekstern dan intern. Pemisahan ini menimbulkan

konsekuensi (1) pihak ekstern tidak dapat akses

secara langsung untuk mendapatkan informasi yang berguna bagi pengambilan

keputusan, (2) pihak intern (manajemen) berkewajiban untuk menyediakan

informasi yang akurat bagi pemakai informasi meskipun tidak secara spesifik

ditujukan untuk pemakai informasi tertentu. Informasi yang dapat dipakai sebagai

pengambilan keputusan oleh pihak ekstern harus memenuhi kriteria kualitatif

sehingga informasi tersebut benarbenar akurat untuk pengambilan keputusan.

Kriteria yang harus dipenuhi adalah (1) Relevance dan Reliability yang disebut

sebagai kriteria primer, (2) Comparability ( including Consistency ) yang disebut

dengan kriteria sekunder. Perlu pula dipahami informasi memiliki keterbatasan

yaitu Cost - Benefitdan Materiality. Hal yang penting pula untuk dicermati bahwa

informasi selain memenuhi criteria tersebut diatas agar berguna, pemakai informasi

andil dalam menentukan kegunaan informasi. Kegunaan informasi dapat berkurang

akibat (1) teknik dan metode yang diterapkan dalam menyusun atau menyajikan

informasi, (2) perilaku penyedia informasi yang melindungi kepentingannya


sendiri. Hal ini akibat telah terpenuhinya secara implisit karateristik kualitatif

sehingga tidak terdeteksi kecurangan dalam penyusunan atau penyajian informasi.

III. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan ke empat jurnal penelitian tersebut, dapat disimpulkan sebagai berikut:

Relevansi nilai informasi akuntansi merupakan konsep yang membahas tentang berbagai

makna dan ukuran yang berkenaan dengan akuntansi. Informasi akuntansi diprediksi

memiliki nilai relevansi, terutama price earning ratio menunjukkan relevansi yang

signifikan dan berpengaruh pada keputusan stakeholder dalam kerangka decision

usefulness.

B. Pembelajaran

Pembelajaran pada chapter 3 “the decision usefulness approach to financial reporting”

disebutkan bahwa akuntan membutuhkan pengertian mengenai permasalah yang

diambil penggunaan laporan keuangan. Teori keputusan satu orang dan spesialisnya

terhadap keputusan investasi portofolio menyediakan pengertian mengenai kebutuhan

rasional bagi investor yang menghindari resiko. Pada Bab ini juga mengatakan bahwa

investor tersebut membutuhkan informasi utuk membantu mereka menghitung return

ekspetasi dan resiko.

Laporan keuangan yang berbasis biaya historis merupakan sumber efektivitas biaya

investasi bagi investor. Laporan tersebut menyediakan system informasi yang

membantu investor memprediksi profitabilitas atau arus kas perushaan di masa

mendatang.

Penelitian terhadap Relevansi Nilai Akuntansi Pada Saat Pengungkapan Laporan

Keuangan Sebagai Pengambilan Keputusan Ekonomi yang menggunakan pendekatan


Decision Usefulness. Dapat dilihat pada materi pembelajaran bab III bahwa teori

kegunaan keputusan ini memudahkan akuntan untuk menyiapkan kebutuhan informasi

bagi para pengguna laporan keuangan yaitu investor dan kreditur. Dengan kata lain,

membuat informasi mengenai laporan keuangan sesuai dengan kebutuhan yang spesifik

bagi pengguna laporan tersebut akan membantu peningkatan pengambilan keputusan.


DAFTAR PUSTAKA

Scott, R. William. 2015. Financial Accounting Theory Seventh Edition. Pearson


Prestice Hall: Toronto.
Rayanti, Titis Mey Try. Pujiono. 2021. Relevansi Nilai Akuntansi Pada Saat
Pengungkapan Laporan Keuangan Sebagai Pengambilan Keputusan Ekonomi.
Jurnal Akuntansi Unesa. Volume 9. Nomor 3. Hal 115-12. ISSN: 1411-6227.
Harjanto, Nung. 2001. Penerapan Disclosure Untuk Menjamin Keakuratan Informasi
Sebagai Dasar Pengambilan Keputusan. Jurnal Akuntansi Dan Investasi. Volume
2. Nomor 2. Hal 115-12. ISSN: 1411-6227.
Puspitaningtyas, Zarah. 2012. Relevansi Nilai Informasi Akuntansi Dan Manfaat Bagi
Investor. Jurnal Ekonomi Dan Keuangan. Volume 1. Nomor 2. Hal 164-13. ISSN:
1411-0393.
Puspitaningtyas, Zarah. 2010. Manfaat Informasi Akuntansi Untuk Memprediksi Risiko
Investasi Sahan Berdasarkan Pendekatan Decision Usefulness. Jurnal Akuntansi
Multiparadigma. Volume 1. Nomor 3.

Anda mungkin juga menyukai