Anda di halaman 1dari 15

Zaenal Fanani, Analisis Faktor-Faktor Penentu Persistensi 1

Laba...

Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia


Volume 7 - No. 1, Juni 2010

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENENTU PERSISTENSI LABA


Zaenal Fanani
Universitas Airlangga
fanani_unair@yahoo.com

Abstract

This research is aimed to examine and find out empirical evidence of the influence of cash flow volatility,
magnitude of accrual, sales volatility, leverage, and operating cycle on earnings persistence. Samples
used in this research are manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange (BEI) during
period 2001-2006. Total samples are 141 companies. The data are collected using purposive sampling
method. The analysis of this research employs multiple regression. Results show that cash flow volatility,
magnitude of accrual, sales volatility, leverage have significant effect on earnings persistence, but
operating cycle do not have significant effect on earnings persistence.

Keywords: cash flow volatility, magnitude of accrual, sales volatility, leverage, operating cycle, and
earnings persistence

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menemukan bukti empiris pengaruh volatilitas arus kas,
besaran akrual, volatilitas penjualan, tingkat hutang, dan siklus operasi terhadap persistensi laba.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) selama periode 2001-2006. Total sampel 141 perusahaan. Data dikumpulkan
dengan menggunakan metode purposive sampling. Analisis penelitian ini menggunakan regresi
berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa volatilitas arus kas, besaran akrual, volatilitas
penjualan, tingkat hutang berpengaruh signifikan terhadap persistensi laba, tetapi siklus operasi tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap persistensi laba.

Kata kunci: volatilitas arus kas, besaran akrual, volatilitas penjualan, tingkat hutang, dan siklus
operasi, persistensi laba

LATAR BELAKANG
Menurut Statement of Financial
Pelaporan keuangan merupakan sebuah Accounting Concepts (SFAC) No.1, terdapat
wujud pertanggungjawaban manajemen atas dua tujuan pelaporan keuangan, yaitu:
pengelolaan sumber daya perusahaan kepada pertama, memberikan informasi yang
pihak-pihak yang berkepentingan terhadap bermanfaat bagi para investor, investor
perusahaan. Sedangkan laporan keuangan itu potensial, kreditor, dan pemakai lainnya untuk
sendiri merupakan salah satu sumber membuat keputusan investasi, kredit, dan
informasi keuangan perusahaan yang dapat keputusan serupa lainnya; kedua, memberikan
digunakan sebagai dasar untuk membuat informasi tentang prospek arus kas untuk
beberapa keputusan, seperti penilaian kinerja membantu investor dan kreditur dalam menilai
manajemen, penentuan kompensasi prospek arus kas bersih perusahaan.
manajemen, pemberian dividen kepada Sedangkan menurut Standar Akuntansi
pemegang saham dan lain sebagainya. Keuangan (SAK) di Indonesia, tujuan laporan
keuangan adalah menyediakan informasi yang
menyangkut posisi keuangan,
kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu yang tergambarkan dalam laba perusahaan.
perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah Pandangan ini menyatakan laba yang persisten
besar pemakai dalam pengambilan keputusan tinggi terefleksi pada laba yang dapat
ekonomi. berkesinambungan (sustainable) untuk suatu
Darraough (1993) menunjukkan arti periode yang lama.
pentingnya laba dengan menyatakan bahwa Menurut Schipper (2004), pandangan
perusahaan memberikan laporan keuangan ini berkaitan erat dengan kinerja perusahaan
kepada berbagai stakeholder, dengan tujuan yang diwujudkan dalam laba perusahaan
untuk memberikan informasi yang relevan dan yang diperoleh pada tahun berjalan. Laba
tepat waktu agar berguna dalam pengambilan yang persisten jika laba tahun berjalan dapat
keputusan investasi, monitoring, penghargaan menjadi indikator yang baik untuk laba
kinerja, dan pembuatan kontrak. Agar dapat perusahaan di masa yang akan datang (Lev
memberikan informasi yang handal maka laba dan Thiagarajan 1993; Richardson et al. 2001;
harus persisten. Penman dan Zhang 2002; Beneish dan Vargus
Schipper and Vincent (2003), 2002; Richardson 2003) atau berasosiasi kuat
menjelaskan bahwa laba digunakan oleh dengan arus kas operasi di masa yang akan
investor dan kreditor sebagai dasar datang (Dechow dan Dichev 2002 dan Cohen
pengambilan keputusan ekonomi, khususnya 2003).
yang berkaitan dengan pengambilan Sedangkan pandangan kedua
keputusan pembuatan kontrak (contracting menyatakan persistensi laba berkaitan dengan
decision), keputusan investasi (investment kinerja harga saham pasar modal yang
decision) dan pembuat standar (standard diwujudkan dalam bentuk imbal hasil,
setters). Keputusan melakukan kontrak yang sehingga hubungan yang semakin kuat antara
didasarkan pada persistensi laba yang rendah laba perusahaan dengan imbal hasil bagi
menyebabkan terjadinya transfer investor dalam bentuk return saham
kesejahteraan yang tidak diinginkan oleh menunjukkan persistensi laba yang tinggi
semua pihak. Misalnya, investor menaksir (Ayres 1994). Pandangan kedua ini juga
laba terlalu tinggi sebagai indikator kinerja menyatakan bahwa persistensi laba berkaitan
manajer, maka akan mengakibatkan dengan kinerja saham perusahaan di pasar
kompensasi yang berlebihan kepada manajer. modal. Hubungan yang semakin kuat antara
Demikian pula dengan laba yang ditaksir laba dengan imbalan pasar menunjukkan
terlalu tinggi dapat menutupi kemampuan persistensi laba tersebut semakin tinggi (Lev
melunasi hutang yang sesungguhnya dan dan Thiagarajan 1993; Chan et al. 2004).
memberikan informasi yang menyesatkan Motivasi penelitian ini adalah pertama,
kepada kreditor untuk melanjutkan pemberian mengkaji peran laba bagi investor sebagai
pinjaman atau menangguhkan penyitaan. dasar pengambilan keputusan. Laba dalam
Persistensi laba menjadi pusat perhatian laporan keuangan sering digunakan oleh
bagi para pengguna laporan keuangan, manajemen untuk menarik calon investor
khususnya bagi mereka yang mengharap sehingga laba tersebut sering direkayasa
persistensi laba yang tinggi. Penman (2001), sedemikian rupa oleh manajemen untuk
mengungkapkan bahwa laba yang persisten mempengaruhi keputusan investor.
adalah laba yang dapat mencerminkan Kedua, konstruksi persistensi laba tidak
keberlanjutan laba (sustainable earnings) di dapat diobservasi secara langsung, namun
masa depan. dapat diobservasi dan diukur melalui proksi
Pengertian persistensi laba pada atau atribut-atribut yang melekat di dalam
prinsipnya dapat dipandang dalam dua sudut laba itu sendiri. Persistensi laba ini merupakan
pandang. Pandangan pertama menyatakan salah satu unsur kualitas informasi akuntansi
bahwa persistensi laba berhubungan relevansi yaitu nilai prediksi. Barth dan
dengan kinerja keseluruhan perusahaan Hutton (2001) menggunakan persistensi laba
sebagai
karakteristik nilai relevan dalam model akrual dan aliran kas dari laba sekarang, yang
penelitiannya. Persistensi laba dipilih karena mewakili sifat transitori dan permanen laba.
sangat relevan dalam perspektif kegunaan Volatilitas arus kas mempengaruhi
keputusan dan mencerminkan tujuan dari persistensi laba karena adanya ketidakpastian
informasi akuntansi, seperti yang dikatakan tinggi dalam lingkungan operasi ditunjukkan
dalam Conceptual Framework FASB. Tujuan oleh volatilitas arus kas yang tinggi. Jika
tersebut adalah memberikan informasi yang arus kas berfluktuasi tajam maka persistensi
berguna bagi pembuatan keputusan oleh laba akan semakin rendah. Besaran akrual
investor (dan investor potensial) dan oleh mempengaruhi persistensi laba karena
kreditor (dan kreditor potensial). Penelitian semakin banyak akrual berarti semakin
sebelumnya di Indonesia menggunakan banyak estimasi dan error estimasi, dan
indikator earning response coefficient untuk karena itu persistensi laba akan semakin
mengukur persistensi laba seperti Lipe (1990), rendah. Volatilitas penjualan menunjukkan
Sloan (1996), Chandrarin (2001) dan Meythi fluktuasi lingkungan operasi dan
(2006). Nilai absolut akrual diskresioner penyimpangan aproksimasi yang besar dan
digunakan oleh Dechow dan Dichev (2002); berhubungan dengan kesalahan estimasi yang
McNichols (2002), Chambers (2003); Aboody lebih besar sehingga menyebabkan persistensi
et al. (2003); Francis et al. (2004, 2005); laba yang rendah. Besarnya tingkat hutang
Pagalung (2006) serta Fanny dan Siregar perusahaan akan menyebabkan perusahaan
(2007). meningkatkan persistensi laba dengan tujuan
Ketiga, faktor-faktor penentu persistensi untuk mempertahankan kinerja yang baik di
laba dalam penelitian ini menggunakan mata investor dan auditor. Semakin panjang
lima variabel independen yang merupakan siklus operasi menunjukkan semakin banyak
kombinasi dari penelitian sebelumnya, yaitu; kepastian, semakin banyak estimasi dan
volatilitas arus kas, besaran akrual, volatilitas error estimasi, dan karena itu persistensi laba
penjualan, tingkat hutang, dan siklus operasi semakin rendah.
perusahaan. Variabel siklus operasi diadopsi Berdasarkan latar belakang di atas
dari Gu et al. (2002); Dechow and Dichev maka penulis merumuskan permasalahan
(2002); Cohen (2003); Francis et al. (2004), dalam penelitian ini adalah: apakah volatilitas
Pagalung (2006), volatilitas penjualan dari arus kas, besaran akrual, volatilitas penjualan,
Dechow and Dichev (2002); Cohen (2003); tingkat hutang, dan siklus operasi berpengaruh
Francis et al. (2004), Pagalung (2006), dan terhadap persistensi laba?
tingkat hutang dari Gu et al. (2002), Tumirin Ada dua manfaat penelitian yang
(2003) dan Saputra (2003). Sedangkan dua diharapkan di dalam penelitian ini, yang
faktor yang lainnya adalah volatilitas arus kas pertama adalah manfaat teoritis dan yang
diadopsi dari Sloan (1996), Dechow dan kedua adalah manfaat praktis. Manfaat teoritis
Dichev (2002) dan besaran akrual yang yang diharapkan adalah mengkaji faktor-
diadopsi dari Sloan (1996), Dechow dan faktor yang menentukan persistensi laba.
Dichev (2002). Dua faktor tambahan ini Sedangkan manfaat praktis yang diharapkan
adalah faktor yang memiliki kaitan erat adalah dapat memberikan manfaat kepada
dengan persistensi laba akuntansi. Penelitian investor, calon investor, analis pasar modal
sebelumnya untuk arus kas dan akrual telah dan pemakai laporan keuangan yang lainnya
dilakukan oleh Sloan (1996), di dalam untuk dapat mengukur persistensi laba secara
penelitiannya mengungkapkan bahwa tepat. Sehingga nantinya persistensi laba yang
persistensi laba merupakan salah satu diukur dapat dijadikan sebagai alat dalam
komponen nilai prediksi laba dalam membantu pengambilan keputusan di masa
menentukan persistensi laba, dan persistensi yang akan datang karena menggunakan
laba tersebut ditentukan oleh komponen pengukuran persistensi laba yang lebit tepat.
TINJAUAN PUSTAKA DAN sekarang dengan laba mendatang. Semakin
PERUMUSAN HIPOTESIS tinggi (mendekati angka 1) koefisiennya
menunjukkan persistensi laba yang dihasilkan
Pengertian dan Pengukuran Persistensi tinggi, sebaliknya jika nilai koefisiennya
laba Selama ini laba akuntansi masih menarik mendekati nol, persistensi labanya rendah atau
perhatian para investor sebagai dasar dalam laba transitorinya tinggi. Jika nilai
pengambilan keputusan, seperti penilaian koefisiennya bernilai negatif, pengertiannya
kinerja manajemen, penentuan kompensasi terbalik, yaitu nilai koefisien yang lebih tinggi
manajemen, pemberian dividen kepada menunjukkan kurang persisten, dan nilai
pemegang saham dan lain sebagainya. Oleh koefisien yang lebih rendah menunjukkan
karena itu laba yang perlu diperhatikan oleh lebih persisten. Penelitian persistensi laba
para calon maupun investor bukan hanya laba dengan menggunakan model ini telah
yang tinggi, namun juga laba yang persisten. dilakukan oleh Lev dan Thiagarajan (1983),
Menurut Wijayanti (2006), laba Sloan (1996), Penman dan Zhang
yang persisten adalah laba yang dapat (2002), Richardson (2003), Francis et al.
mencerminkan kelanjutan laba (sustainable (2004), dan Pagalung (2006).
earnings) di masa depan yang ditentukan
oleh komponen akrual dan aliran kasnya. Perumusan Hipotesis
Sedangkan Chandarin (2003) dalam Wijayanti
(2006) mengungkapkan bahwa laba yang Pengaruh Volatilitas Arus Kas terhadap
persisten adalah laba akuntansi yang memiliki Persistensi laba
sedikit atau tidak mengandung gangguan Salah satu kegunaan informasi arus
(noise), dan dapat mencerminkan kinerja kas menurut PSAK No. 2 paragraf 03 adalah
keuangan perusahaan yang sesungguhnya. Hal meningkatkan daya banding kinerja operasi
ini juga dikuatkan oleh pendapat Hayn (1995), berbagai perusahaan karena dapat meniadakan
gangguan dalam laba akuntansi disebabkan pengaruh penggunaan perlakuan akuntansi
oleh peristiwa transitori (transitory event) atau yang berbeda terhadap transaksi dan peristiwa
penerapan konsep akrual dalam akuntansi. yang sama (IAI, 2010). Kemampuan arus kas
Penman dan Zhang (2002) mendefinisikan untuk meningkatkan daya banding pelaporan
persistensi laba sebagai revisi dalam laba kinerja operasi ini merupakan salah satu
akuntansi yang diharapkan di masa alasan digunakannya arus kas sebagai sumber
mendatang (expected future earnings) yang informasi oleh investor selain informasi laba.
disebabkan oleh inovasi laba tahun berjalan Sesungguhnya, nilai yang terkandung
(current earnings). Persistensi laba tersebut di dalam arus kas pada suatu periode
ditentukan oleh komponen akrual dan aliran mencerminkan nilai laba dalam metode kas
kas yang terkandung dalam laba saat ini. (cash basis). Data arus kas merupakan
(Penman, 2001). Bernstein (1993) dalam indikator keuangan yang lebih baik
Sloan (1996) menyatakan bahwa komponen dibandingkan dengan akuntansi karena arus
akrual dari current earnings cenderung kurang kas relatif lebih sulit untuk dimanipulasi.
terulang lagi atau kurang persisten untuk Manipulasi akuntansi biasanya dilakukan
menentukan laba masa depan karena melalui penggunaan metode akuntansi yang
mendasarkan pada akrual, defferred berbeda untuk transaksi yang sama dengan
(tangguhan), alokasi dan penilaian yang tujuan untuk menampilkan laba yang
mempunyai distorsi subyektif. diinginkan.
Persistensi laba memfokuskan pada Untuk mengukur persistensi laba
koefisien dari regresi laba sekarang terhadap dibutuhkan informasi arus kas yang stabil,
laba mendatang. Hubungan tersebut dapat yaitu yang mempunyai volatilitas yang kecil.
dilihat dari koefisien slope regresi antara laba Jika arus kas berfluktuasi tajam maka
sangatlah sulit untuk memprediksi arus kas di
masa yang akan datang. Volatilitas yang tinggi
menunjukkan
persistensi laba yang rendah, karena informasi dalam memprediksi aliran kas di masa yang
arus kas saat ini sulit untuk memprediksi arus akan datang. Namun jika tingkat volatilitas
kas di masa yang akan datang. penjualan tinggi, maka persistensi laba
Volatilitas aliran kas mengindikasikan tersebut akan rendah, karena laba yang
adanya ketidakpastian tinggi dalam dihasilkan akan mengandung banyak
lingkungan operasi ditunjukkan oleh gangguan (noise).
volatilitas arus kas yang tinggi. Jika arus kas Volatilitas penjualan mengindikasikan
berfluktuasi tajam maka persistensi laba akan fluktuasi lingkunganoperasidankecenderungan
semakin rendah (Dechow dan Dichev, 2002). yang besar penggunaan perkiraan dan
H1: Semakin besar volatilitas aliran kas estimasi, menyebabkan kesalahan estimasi
suatu perusahaan semakin rendah yang besar sehingga menyebabkan persistensi
persistensi laba. laba yang rendah (Dechow and Dichev 2002).
Faktor volatilitas penjualan merupakan salah
Pengaruh Besaran Akrual terhadap Per- satu faktor penentu persistensi laba (Francis et
sistensi laba al. 2004) karena jika tingkat
Laba dalam laporan keuangan penyimpangannya yang lebih besar akan
akuntansi sering digunakan oleh investor menimbulkan persistensi laba yang lebih
maupun calon investor untuk pengambilan rendah.
keputusan. Keputusan tersebut akan H3: Semakin besar volatilitas penjualan
menentukan di perusahaan mana mereka akan perusahaan semakin rendah persis-
berinvestasi. Sehingga oleh manajemen, ada tensi laba perusahaan.
kemungkinan untuk merekayasa laba agar
dapat menarik minat para investor dan calon Pengaruh Tingkat Hutang terhadap
investor untuk menanamkan investasinya Persistensi laba
lebih banyak lagi. Jika begitu maka tidaklah Tingkat hutang akan menjadi besar
mustahil jika terjadi asimetri informasi antara apabila lebih banyak utang jangka panjang
pihak manajemen dan pihak eksternal yang dimiliki oleh perusahaan. Para
perusahaan. pemegang saham mendapatkan manfaat dari
Persistensi laba menjadi perhitungan solvabilitas keuangan sejauh laba yang
lain di dalam pengambilan keputusan. Laba dihasilkan atas uang yang dipinjam melebihi
akuntansi yang persisten adalah laba biaya bunga dan juga jika terjadi kenaikkan
akuntansi yang memiliki sedikit atau tidak nilai pasar saham. Utang mengandung
mengandung akrual, dan dapat mencerminkan konsekuensi perusahaan harus membayar
kinerja keuangan perusahaan yang bunga dan pokok pada saat jatuh tempo. Jika
sesungguhnya (Chandrarin 2003). Hayn kondisi laba tidak dapat menutup bunga dan
(1995) menjelaskan bahwa gangguan dalam perusahaan tidak dapat mengalokasikan dana
laba akuntansi disebabkan oleh peristiwa untuk membayar pokoknya, akan
transitori (transitory events) atau penerapan menimbulkan risiko kegagalan. Maka dari itu
konsep akrual dalam akuntansi. Semakin besar seberapa besar tingkat hutang yang
akrual, maka semakin rendah persistensi laba. diinginkan, sangat tergantung pada stabilitas
H2: Semakin besar akrual suatu perusahaan.
perusahaan akan semakin rendah Karena itu, tingkat hutang tinggi bisa
persistensi laba. memberi insentif lebih kuat bagi manajer
untuk mengelola laba pada prosedur yang
Pengaruh Volatilitas Penjualan terhadap bisa diterima. Besarnya tingkat hutang
Persistensi laba perusahaan akan menyebabkan perusahaan
Penjualan adalah bagian terpenting dari meningkatkan persistensi laba dengan
siklus operasi perusahaan dalam tujuan untuk mempertahankan kinerja yang
menghasilkan laba. Volatilitas penjualan baik di mata investor dan auditor. Dengan
yang rendah akan dapat menunjukkan kinerja yang baik tersebut maka diharapkan
kemampuan laba kreditor tetap memiliki kepercayaan terhadap
perusahaan, tetap mudah mengucurkan dana,
dan perusahaan akan memperoleh kemudahan VP1-5 = Volatilitas Penjualan
dalam proses pembayaran. Hasil penelitian TH = Tingkat Hutang
Gu et al. (2002), Cohen (2003), dan Pagalung SO = Siklus Operasi
(2006) menunjukkan ada pengaruh positif e = Error (variabel lain yang tidak
antara tingkat hutang terhadap persistensi dijelaskan dalam model)
laba.
H4: Semakin besar tingkat hutang suatu
perusahaan semakin tinggi persistensi Definisi Operasional Variabel
laba. Untuk memberikan pemahaman
yang lebih spesifik terhadap variabel-
Pengaruh Siklus Operasi terhadap variabel penelitian ini, maka variabel tersebut
Persistensi laba didefinisikan secara operasional disajikan
Siklus operasi adalah periode waktu rata-
pada Tabel 1.
rata antara pembelian persediaan dengan
pendapatan kas yang nantinya akan diterima
penjual. Atau rangkaian seluruh transaksi Populasi dan Sampel
dimana suatu bisnis menghasilkan Populasi penelitian ini adalah seluruh
penerimaannya dan penerimaan kasnya dari perusahaan manufaktur yang terdaftar di
pelanggan. Siklus operasi suatu perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI) sejumlah 181
terdiri dari transaksi-transaksi berikut: (a) perusahaan. Hal ini dilakukan karena struktur
pembelian barang, (b) penjualan barang, dan
keragamanan operasional perusahaan relatif
(c) pengumpulan piutang dari pelanggan.
Siklus operasi bersinggungan langsung sama, disamping porsi perusahaan manufaktur
dengan laba perusahaan, hal ini dikarenakan yang terdaftar di Bursa lebih dari separuh
ada faktor penjualan di dalam siklus operasi. perusahaan yang tercatat (listing) di Bursa
Perusahaan yang memiliki siklus operasi Efek Indonesia. Sampel yang dipilih di dalam
yang lama dapat menimbulkan ketidakpastian, penelitian ini menggunakan teknik purposive
estimasi dan kesalahan estimasi yang makin sampling. Adapun kriteria sampel yang dipilih
besar yang dapat menyebabkan persistensi
adalah:
laba yang rendah. Siklus operasi yang lebih
lama menyebabkan ketidakpastian yang lebih a) Perusahaan manufaktur yang telah
besar, membuat akrual lebih terganggu (noise) terdaftar di BEI sejak 1 Januari 2001,
dan kurang membantu dalam memprediksi b) Terdaftar di BEI sampai akhir tahun
aliran kas di masa yang akan datang (Dechow 2006, sehingga menghasilkan laporan
& Dichev, 2002). keuangan perioda akhir tahun 2006,
H5: Semakin panjang siklus operasi c) Menerbitkan laporan keuangan secara
perusahaan semakin rendah persis-
lengkap dengan perioda pelaporan
tensi laba perusahaan
tahunan yang berakhir pada tanggal 31
Desember, dan
METODE PENELITIAN
d) Perusahaan menerbitkan laporan
Model Penelitian keuangan selama perioda 2001 sampai
Model yang digunakan untuk menguji 2006.
hipotesis adalah sebagai berikut: Berdasarkan kriteria tersebut diperoleh
sampel sebanyak 141 perusahaan. Prosedur
dimana:
PL = Persistensi laba pemilihan sampel dalam penelitian ini di
 = Nilai intercept paparkan dalam Tabel 2. Dari 141 perusahaan
15 = Koefisien arah regresi dilakukan uji univariate outlier (z-score)
VOK = Volatilitas Arus
Kas BA = Besaran
Akrual
Tabel 1
Definisi Operasional Variabel
dengan kriteria jika data kurang/lebih dari + rata (mean), nilai minimun, nilai maksimum,
2.58 tidak diikutkan dalam pengujian dan standar deviasi, sehingga dapat diperoleh
selanjutnya. Berdasarkan uji tersebut gambaran mengenai data sampel secara garis.
dikeluarkan sebanyak Adapun data yang diolah adalah sebanyak 121
20 perusahaan yang mengalami outlier perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
sehingga data yang diuji 121 perusahaan. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah volatilitas arus kas, besaran akrual,
Tabel 2 tingkat hutang, volatilitas penjualan, dan
Prosedur Pemilihan Sampel siklus operasi. Sedangkan untuk pengukuran
statistik sampel dalam penelitian ini dilakukan
Penetapan Sampel Jumlah dengan menggunakan program Statistical
Package
 Perusahaan manufaktur yang 181 for Social Science (SPSS) 15 dengan hasil
terdaftar di BEI pada tahun 2001 (38) perhitungan pada Tabel 3.
 Perusahaan manufaktur yang
(2) Tabel 3 menyajikan statistik deskriptif
delisting selama tahun 2001
untuk 121 data selama lima tahun
sampai 2006
 Perusahaan manufaktur yang tidak (0) pengamatan. Baris pada Tabel 3 menyajikan
menerbitkan laporan keuangan 141
statistik deskriptif variabel volatilitas arus kas
mulai tahun 2001 sampai dengan (VOK), besaran akrual (BA), volatilitas
2006 penjualan (VP), tingkat hutang (TH), siklus
 Periode pelaporan tahunan yang operasi (SO), dan persistensi laba (PL).
diterbitkan tidak berakhir pada Kolom pada Tabel 3 menjelaskan jumlah
tanggal 31 Desember sampel, nilai-nilai minimum, maksimum, rata-
 Perusahaan manufaktur yang rata (mean), dan standar deviasi. Nilai
memenuhi kriteria sebagai sampel minimum menjelaskan nilai terendah suatu
 Data Outlier 20 variabel. Nilai maksimum menjelaskan nilai
 Data yang diolah untuk regresi 121
tertinggi suatu variabel. Nilai rata-rata
menggambarkan nilai kisaran data yang
diperoleh dari penjumlahan seluruh data dan
membaginya dengan jumlah data.
HASIL PENELITIAN DAN Sedangkan deviasi standar merupakan
PEMBAHASAN simpangan dari nilai rata-rata yang diakar
kuadratkan untuk suatu variabel.
Deskriprif Statistik Data Sampel Berdasarkan hasil pengukuran statistik
Pengukuran deskriptif statistik pada deskriptif pada Tabel 3 statistik deskriptif
penelitian ini bermanfaat untuk variabel penelitian, dapat dijelaskan bahwa
mempermudah pengamatan melalui nilai minimum dari volatilitas arus kas adalah
perhitungan nilai rata-
0,006 dan nilai maksimumnya adalah 0,348 pengukuran tingkat hutang dihasilkan nilai
dengan nilai rata-rata 0,068. Standar deviasi minimum sebesar 0,130 dan nilai maksimum
volatilitas arus kas sebesar 0,054. Hal ini sebesar 2,185 dengan nilai rata-rata sebesar
menandakan bahwa volatilitas arus kas di 0,615. Standar deviasi tingkat hutang sebesar
perusahaan-perusahaan manufaktur yang 0,357. Hasil pengukuran ini mengindikasikan
sedang diamati rendah dan tidak fluktuatif bahwa perusahaan-perusahaan manufaktur
antara satu perusahaan dengan perusahaan yang sedang diamati menghasilkan tingkat
yang lain. Pada pengukuran variabel besaran hutang yang tinggi.
akrual nilai minimum yang dihasilkan adalah Pada pengukuran variabel siklus
0,013 dan nilai maksimumnya adalah 0,617 operasi, nilai minimum yang dihasilkan
dengan nilai rata-rata 0,106. Standar deviasi adalah sebesar 35,355 dan nilai maksimum
besaran akrual sebesar 0,095. Nilai ini yang dihasilkan adalah sebesar 551,971
mengindikasikan bahwa besaran akrual yang sedangkan nilai rata-rata 150,076. Standar
terjadi tidak terlalu besar dan memiliki deviasi siklus operasi sebesar 74,797. Nilai
sebaran data yang relatif seragam. tersebut mengindikasikan bahwa turnover
Pengukuran pada variabel volatilitas siklus operasi pada perusahaan-perusahaan
penjualan menghasilkan nilai minimum manufaktur rata-rata 150 hari dan lamanya
sebesar 0,027 dan nilai maksimum sebesar siklus operasi antara satu perusahaan dengan
1,163 dengan nilai rata-rata sebesar 0,254. perusahaan sangat variatif. Sedangkan pada
Standar deviasi volatilitas penjualan sebesar variabel persistensi laba nilai minimum
0,219. Nilai ini mengindikasikan bahwa -65,217 dan nilai maksimum 91,773. Standar
volatilitas penjualan yang terjadi di deviasi persistensi laba sebesar 86,001. Semua
perusahaan manufaktur yang sedang diteliti perusahaan yang memiliki persistensi laba
cukup rendah dan tidak begitu variatif. tidak sama (berbeda) dengan nol. Hal ini
Sedangkan untuk menunjukkan variabel persistensi laba layak
digunakan sebagai variabel dependen karena (Ghozali 2007, 108). Dari Tabel 5 dapat
lebih banyak perusahaan yang memiliki disimpulkan bahwa untuk volatilitas arus
variabel yang tidak sama (berbeda) dengan kas (VOK), besaran akrual (BA), volatilitas
nol. penjualan (VP), tingkat hutang (TH), dan
siklus operasi (SO) terhadap absolut residual
Pengujian Asumsi Klasik (absu) tidak terjadi heterosdastisitas dengan
ditunjukkan nilai signfikansi yang lebih besar
Uji Normalitas
dari 0.05.
Hasil dari perhitungan Kolmogorof
Smirnov Test (lihat Tabel 4) sudah Uji Non-Kolinieritas Ganda
menunjukkan distribusi yang normal pada (Multicolinearity) Untuk mendeteksi
model yang digunakan dengan nilai adanya multi- kolinearitas
probabilitasnya sebesar 0,519 (0,519 > 0,10)
dapat dilihat dari Variance
sehingga bisa dilakukan regresi dengan Model
Inflation Factor (VIF). Dari Tabel 6 dapat
Linear Berganda (Ghozali, 2007:115).
disimpulkan bahwa untuk variabel volatilitas
arus kas (VOK), besaran akrual (BA),
Uji Non-Heteroskedastisitas
volatilitas penjualan (VP), tingkat hutang
Uji heteroskedastisitas dalam
(TH), dan siklus operasi (SO) tidak terjadi
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
multikolineritas dengan ditunjukkan nilai VIF
uji gleijser
lebih kecil dari 10 (Ghozali 2007, 92).
Hasil Penelitian dan Pembahasan refleksi dari periode masa depan ataupun
Hasil regresi dapat dilihat pada Tabel 7. periode sekarang.
Tampak pada tabel tersebut menunjukkan
angka yang signifikan pada variabel volatilitas Pengaruh Besaran Akrual terhadap Per-
arus kas (VOK), besaran akrual (BA), sistensi laba
volatilitas penjualan (VP), dan tingkat hutang Penelitian ini berhasil memberikan bukti
(TH), sedangkan variabel yang lain yaitu bahwa besaran akrual berpengaruh negatif dan
variabel siklus operasi (SO) tidak signifikan terhadap persistensi laba. Terbukti
menunjukkan angka yang signifikan. dari hasil penelitian (Tabel 7) menunjukkan
Pengaruh Volatilitas Arus Kas terhadap bahwa signifikansi t pada volatilitas arus
Persistensi laba kas menunjukkan nilai yang lebih kecil
Hasil penelitian ini berhasil dibandingkan α (0.033 < 0.05). Hasil
memberikan bukti bahwa volatilitas arus kas penelitian ini sesuai dengan penelitian
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Dechow dan Dichev (2002) yang menyatakan
persistensi laba. Hasil penelitian dapat dilihat bahwa besaran akrual mempunyai pengaruh
pada Tabel 7 yang menunjukkan bahwa negatif dan signifikan terhadap persistensi
signifikansi t pada volatilitas arus kas laba. Walaupun proksi pengukuran persistensi
menunjukkan nilai yang lebih kecil laba yang berbeda dengan penulis,
dibandingkan α (0.010 < 0.05). Hasil ini bagaimanapun juga besar kecilnya komponen
sesuai dengan Sloan (1996) serta Dechow dan akrual yang terjadi di perusahaan akan
Dichev (2002) yang menyatakan bahwa arus menyebabkan gangguan (noise) yang dapat
kas berpengaruh negatif terhadap persistensi mengurangi persistensi laba. Hal ini juga
laba. Hasil penelitian ini membuktikan dikuatkan oleh pernyataan dari Bernstein
bahwa volatilitas arus kas yang tinggi akan (1993,461) dalam Sloan (1996) yang
menyebabkan persistensi laba yang rendah. menyatakan bahwa komponen akrual dari
Semakin besar fluktuasi arus kas maka current earnings cenderung terulang lagi atau
persistensi laba akan semakin rendah. persisten untuk menentukan laba masa depan
Volatilitas yang tinggi menunjukkan karena didasarkan pada akrual, defferred
persistensi laba yang rendah, karena informasi (tangguhan), alokasi dan penilaian yang
arus kas saat ini sulit untuk memprediksi arus mempunyai distorsi subyektif.
kas di masa yang akan datang.
Hasil penelitian ini sama dengan Pengaruh Volatilitas Penjualan terhadap
penelitian sebelumnya meskipun proksi yang Persistensi laba
digunakan dalam pengukuran persistensi laba Hasil penelitian ini berhasil memberikan
tidak sama dengan yang digunakan Sloan bukti bahwa volatilitas penjualan berpengaruh
(1996) serta Dechow dan Dichev (2002). negatif dan signifikan terhadap persistensi
Sloan (1996) hanya menggunakan laba laba. Dari hasil penelitian dapat dilihat pada
dibagi dengan total aset. Dechow dan Dichev Tabel 7 yang menunjukkan bahwa
(2002) menggunakan aliran kas operasi signifikansi t pada volatilitas arus kas
ditambah dengan perubahan modal kerja menunjukkan nilai yang lebih kecil
dibagi total aset. Kedua pengukuran penelitian dibandingkan α (0.044 < 0.05). Hasil ini tidak
sebelumnya tidak menggunakan estimasi sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
dalam menentukan persistensi laba. Padahal Pagalung (2006) dimana volatililas penjualan
laba dikatakan persisten jika perusahaan tidak berpengaruh terhadap persistensi laba.
dapat mempertahankan labanya dalam jangka Volatilitas yang tinggi dari penjualan
panjang, atau dengan kata lain bahwa laba dapat memprediksi persistensi laba, karena
sekarang memberikan indikasi bagus untuk laba yang dihasilkan akan mengandung
laba masa depan. Persistensi laba adalah banyak gangguan (noise). Disamping itu
kondisi bahwa laba periode sekarang adalah informasi besar kecilnya penjualan
diperhatikan oleh para investor. Dengan
begitu maka dapat
disimpulkan bahwa persistensi laba mengikuti lebih lama tidak menyebabkan ketidakpastian
pola penjualan. Hal ini dimungkinkan karena yang lebih besar, tidak membuat akrual
laba secara keseluruhan di perusahaan di lebih ber-noise dan kurang membantu dalam
Indonesia biasanya telah mengalami perataan, memprediksi aliran kas di masa yang akan
sehingga gejolak atau volatilitas yang terjadi datang. Hasil penelitian ini juga tidak sesuai
pada penjualan berpengaruh terhadap besar
dengan Dechow (1994) yang berpendapat
kecilnya laba yang diperoleh.
bahwa lama siklus operasi perusahaan adalah
penentu volatilitas modal kerja. Lama
Pengaruh Tingkat Hutang terhadap Per-
tidaknya siklus operasi, tidak mempengaruhi
sistensi laba
modal kerja perusahaan dan realisasi kas
Penelitian ini berhasil memberikan
yang lebih lama sehingga kinerja perusahaan
bukti bahwa tingkat hutang berpengaruh
juga tidak terpengaruh. Dengan demikian
positif dan signifikan terhadap persistensi
dapat dikatakan bahwa semakin lama siklus
laba. Terbukti dari hasil penelitian pada Tabel
operasi perusahaan dalam satu tahun kegiatan
7, signifikansi t pada volatilitas arus kas
tidak dapat menimbulkan persistensi laba
menunjukkan nilai yang lebih kecil di
yang lebih rendah.
bandingkan α (0.002 < 0.05). Hasil ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh
Pagalung (2006) dimana persistensi laba SIMPULAN
dipengaruhi oleh tingkat hutang. Hal ini
berhubungan dengan tingkat solvabilitas Penelitian ini bertujuan untuk menguji
keuangan yang dimiliki oleh perusahaan. pengaruh volatilitas arus kas, besaran akrual,
Besarnya tingkat hutang perusahaan akan volatilitas penjualan, tingkat hutang, dan
menyebabkan perusahaan meningkatkan siklus operasi terhadap persistensi laba.
persistensi laba dengan tujuan untuk Dari keseluruhan penjelasan di atas dapat
mempertahankan kinerja yang baik di mata disimpulkan bahwa 1) volatilitas arus kas
investor dan auditor. Dengan kinerja yang berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
baik tersebut maka diharapkan kreditor tetap persistensi laba hal ini. Hal ini berarti
memiliki kepercayaan terhadap perusahaan, derajat volatilitas arus kas bisa memprediksi
tetap mudah mengucurkan dana, dan persistensi laba, 2) besaran akrual
perusahaan akan memperoleh kemudahan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
dalam proses pembayaran. persistensi laba. Hal ini memberikan
informasi bahwa besar kecilnya komponen
Pengaruh Siklus Operasi terhadap akrual yang terjadi di perusahaan akan
Persistensi laba menyebabkan gangguan (noise) yang dapat
Penelitian ini tidak berhasil memberikan mengurangi persistensi laba, 3) volatilitas
bukti bahwa siklus operasi berpengaruh penjualan berpengaruh negatif dan signifikan
signifikan terhadap persistensi laba. Dari hasil secara signifikan terhadap persistensi laba.
penelitian yang dapat dilihat pada Tabel 7 Volatilitas yang tinggi dari penjualan dapat
yang menunjukkan bahwa signifikansi t pada memprediksi persistensi laba, karena laba
volatilitas arus kas menunjukkan nilai yang yang dihasilkan akan mengandung banyak
lebih besar di bandingkan α (0.997 > 0.05). gangguan (noise),
Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Dechow 4) tingkat hutang berpengaruh positif dan
dan Dichev (2002) serta Pagalung (2006) signifikan terhadap persistensi laba. Besarnya
dimana persistensi laba dipengaruhi oleh tingkat hutang perusahaan akan menyebabkan
siklus operasi. Dechow et al. (1998) perusahaan meningkatkan persistensi laba
menunjukkan bahwa kemampuan laba untuk dengan tujuan untuk mempertahankan kinerja
memprediksi aliran kas di masa yang akan yang baik di mata investor dan auditor.
datang tergantung pada siklus operasi Dengan kinerja yang baik tersebut maka
perusahaan. Siklus operasi yang diharapkan
Zaenal Fanani, Analisis Faktor-Faktor Penentu Persistensi 121
Laba...

kreditor tetap memiliki kepercayaan terhadap aktiva tetap. Lalu untuk prediktabilitas adalah
perusahaan, tetap mudah mengucurkan kemampuan laba sekarang memprediksi laba
dana, dan perusahaan akan memperoleh masa mendatang. Pengukuran prediktabilita
kemudahan dalam proses pembayaran, dan adalah variabilitas kesalahan model regresi
5) siklus operasi tidak berpengaruh signifikan laba sekarang terhadap laba masa mendatang.
terhadap persistensi laba. Siklus operasi yang Selanjutnya untuk perataan laba adalah rasio
lebih lama tidak menyebabkan ketidakpastian variabilitas laba terhadap variabilitas arus kas.
yang lebih besar, tidak membuat akrual lebih
terganggu (noise) dan kurang membantu DAFTAR PUSTAKA
dalam memprediksi aliran kas di masa yang
akan datang. Aboody, D. J. Hughes, and J. Liu. 2003.
Terdapat beberapa keterbatasan dalam Earnings Quality, Insider Trading,
penelitian ini, anatara lain: 1) jumlah and Cost of Capital. Working Paper.
sampel tidak dilakukan secara random University of California, Los Angeles.
tetapi mensyaratkan kriteria-kriteria tertentu
(purposive sampling), yaitu dengan Ayres, F.L. 1994. Perception of Earnings
membatasi kriteria sampel hanya untuk Quality: What Managers Need to Know.
perusahaan manufaktur. Oleh karena itu hasil Management Accounting, 75 (9), 27-29.
penelitian ini tidak dapat digeneralisasi untuk Barth, M.E., and A.P. Hutton. 2001.
perusahaan di luar manufaktur; 2) penulis Financial Analysts and the Pricing of
hanya menggunakan lima variabel saja yaitu Accruals. Working paper. Research
volatilitas arus kas, besaran akrual, volatilitas Paper Series, Graduate School of
penjualan, tingkat hutang dan siklus operasi, Business Stanford University.
dan ternyata hasil koefisien determinasi (R2)
relatif kecil. Dari hasil tersebut maka Beneish, M., and M. Vargus. 2002. Insider
dibutuhkan variabel lain yang lebih dapat Trading, Earnings Quality, and Accrual
menjelaskan persistensi laba dalam hal ini Mispricing. The Accounting Review, 77
persistensi laba. (4), 755-791.
Berdasarkan keterbatasan penelitian Chambers, D.J. 2003. Earnings Persistence
yang diungkapkan di atas, maka dapat and Accrual Anomaly. Working Paper,
diberikan beberapa saran dengan maksud
University of Illinois at Urbana-
untuk meningkatkan mutu penelitian
Champaign.
selanjutnya. Saran yang dapat diberikan: 1)
dilihat dari koefisien determinasi (R2) yang Chan, K., L. Chan, N. Jegadeesh, and J.
realtif kecil maka penelitian selanjutnya perlu Lakonishok. 2004. Earnings quality and
untuk menambah variabel lain yang dapat stock returns. Working Paper, University
mempengaruhi persistensi laba misalnya of Illinois at Urbana-Champaign.
seperti ukuran perusahaan dan kinerja
Chandrarin, G. 2001. Laba (Rugi) Selisih
perusahaan. Menurut beberapa penelitian
Kurs sebagai Salah Satu Faktor yang
variabel tersebut juga berpengaruh terhadap
persistensi laba. Seperti ukuran perusahaan, Mempengaruhi Koefisien Respon Laba
umur perusahaan, kinerja perusahaan, Akuntansi: Bukti Empiris dari Pasar
likuiditas, risiko lingkungan dan lain Modal Indonesia. Disertasi. Universitas
sebagainya atau variabel tersebut bisa Gadjah Mada, Yogyakarta.
dijadikan sebagai variabel kontrol; Christensen, P.O., G.A. Feltham, and F. Sabac.
2) untuk penelitian selanjutnya pendekatan 2005. A Contracting Perspective on
persistensi laba, dapat juga digunakan kualitas Earnings Quality. Journal of Accounting
akrual, prediktabilitas, atau bahkan perataan and Economics, 39, 265-294.
laba. Proksi kualitas akrual memetakan akrual
periode sekarang ke dalam arus kas masa lalu,
masa sekarang, masa mendatang, penjualan,
dan
Cohen, D.A. 2003. Quality of Financial Gu. Z., C.J Lee, and J.G. Rosett. 2002.
Reporting Choice: Determinants and Information Environment and Accrual
Economic Consequences. Working Volatility. Working Paper. A. B. Freeman
Paper, Northwestern University Collins. School of Business, Tulane University.
Cooper, D.R. and C.W. Emory. 1995. Hayn, C. 1995. The Information Content
Business Research Methods 5th Ed. of Losses. Journal of Accounting and
Richard D. Irwin, Inc. Economics, 20, 125-153.
Cornell, B. and W. R. Landsman. 2003. Ikatan Akuntan Indonesia. 2010. Pernyataan
Accounting Valuation: Is Earnings Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta:
Quality an Issue?. Financial Analysts Salemba Empat.
Journal, 59 (6), 20-28.
Indriantoro, N. dan B. Supomo, 1999.
Dajan, A. 1986. Pengantar Metode Statistik Metodologi Penelitian Bisnis untuk
Jilid 1 & 2. Jakarta: LP3ES. Akuntansi dan Manajemen. Yogyakarta:
Darraough, M.N. 1993. Disclosure Policy and BPFE.
Competition: Cournot vs Bertrand. The Jogiyanto, H.M. 2004. Metodologi Penelitian
Accounting Review, 68 (3), 534-561. Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-
Dechow, P. and I. Dichev. 2002. The Quality pengalaman. Yogyakarta: BPFE.
of Accruals and Earnings: The Role of
Lev, B. and R., Thiagarajan, 1993.
Accrual Estimation Errors. The
Fundamental Information Analysis.
Accounting Review, 77 (Supplement), 35-
Journal of Accounting Research, 31 (2),
59.
190-215.
Fanny, M. dan S.V.N.P. Siregar. 2007.
Pengaruh Pergantian dan Jangka Waktu Lipe, R.C. 1990. The Relation Between
Penugasan Auditor Terhadap Stock Return, Accounting Earnings and
Persistensi laba: Studi Pada Emiten Alternative Information. The Accounting
Bursa Efek Jakarta. The 1st Accounting Review, 69 (1), 49-71
Conference Faculty of Economics McNichols, M. 2002. Discussion of The
Universitas Indonesia, Jakarta. Quality of Accruals and Earnings: The
Financial Accounting Standards Boards. 1980. Role of Accrual Estimation errors. The
Statement of Financial Accounting Accounting Review, 77 (Supplement),
Concepts Nomor 2: Qualitative 61-
Characteristics of Accounting 69.
Information. Stanford, Connecticut.
Meythi. 2006. Pengaruh Arus Kas Operasi
Francis, J., R. LaFond, P. Olsson, and K. terhadap Harga Saham dengan
Schipper. 2004. Costs of Equity and Persistensi Laba Sebagai Variabel
Earnings Attributes. The Accounting Intervening. Simposium Nasional
Review, 79 (4), 967-1010. Akuntansi 9, Padang.
Francis, J. R. LaFond, P. Olsson, and K. Pagalung, G. 2006. Kualitas Informasi Laba:
Schipper. 2005. The Market Pricing of Faktor-Faktor Penentu dan
Earnings Quality. Journal of Accounting Konsekuensi Ekonominya. Disertasi.
and Economics, 29, 295-327.
Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Ghozali, I. 2007. Aplikasi Analisis Multivariat
Penman, S.H. 2001. On Comparing Cash
dengan Program SPSS. Semarang:
Flow and Accrual Accounting Models
Badan Penerbit Universitas
For Use in Equity Valuation. Working
Diponegoro,.
paper, www.ssrn.com.
Penman, S.H. and X.J. Zhang. 2002. Wijayanti, H.T. 2006. Analisis Pengaruh
Accounting Conservatism, the Quality of Perbedaan Antara Laba Akuntansi
Earning and Stock Returns. Working Dan Laba Fiskal Terhadap Persistensi
Paper, www. ssrn.com. laba, Akrual, dan Arus Kas. Simposium
Richardson, S. 2003. Earnings Quality and Nasional Akuntansi 9, Padang.
Short Sellers. Supplement. Accounting
Horizons, 17, 49-61.
Richardson, S., R. Sloan, M. Soliman, I.
Tuna. 2001. Information in Accruals
About the Quality of Earnings. Working
Paper, University of Michigan business
school.
Schipper, K. and L. Vincent. 2003. Earnings
Quality. Accounting Horizons, 70
(Supplement), 97-110.
Schipper, K. 2004. Earnings Quality.
Working Paper in Asia Pacific Journal of
Accounting and Economics Conference,
Kuala Lumpur, Malaysia.
Santoso, S. 2001. SPSS Versi 10
Mengolah Data Statsitik Secara
Profesional.
Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Saputra, I.D.G.D. 2003. Penggunaan Rasio
Keuangan Sebagai Ukuran Risiko
Dalam Menentukan Bid-Ask Spread.
Thesis. Program Pascasarjana
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Sekaran, U. 2003. Research Methods For
Business 4th Ed. John Wiley & Sons, Inc.
Sloan, R.G.. 1996. Do Stock Prices Fully
Reflect Information in Accruals and
Cash Flow About Future Earnings?. The
Accounting Review, 71 (3), 289-315.
Suwardjono. 2005. Teori Akuntansi.
Yogyakarta: Penerbit BPFE.
Tumirin. 2003. Analisis Variabel Akuntansi
Kuartalan, Variabel Pasar, Arus Kas
Operasi Yang Mempengaruhi Bid-Ask
Spread. Thesis. Program Pascasarjana
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Watts. R.L. dan J.L. Zimmerman. 1986.
Positive Accounting Theory. Englewood
Cliffs: Prentice-Hall..

Anda mungkin juga menyukai