Anda di halaman 1dari 12

Nama : Ni Made Ayu Ningsih Wardani (18106017)

Kelas : MAH A/5

STANDAR PROFESIONAL AKUNTAN PUBLIK

A. Perkembangan Standar Profesional Akuntan Publik

Tahun 1972 Ikatan Akuntan Indonesia berhasil menerbitkan Norma

Pemeriksaan Akuntan, yang disahkan di dalam Kongres ke III Ikatan Akuntan

Indonesia. Pada tanggal 19 April 1986, Norma Pemeriksaan Akuntan yang telah

diteliti dan disempurnakan oleh Tim Pengesahan, serta disahkan oleh Pengurus

Pusat Ikatan Akuntan Indonesia sebagai norma pemeriksaan yang berlaku efektif

selambat - lambatnya untuk penugasan pemeriksaan atas laporan keuangan yang

diterima setelah tanggal 31 Desember 1986. Tahun 1992, Ikatan Akuntan

Indonesia menerbitkan Norma Pemeriksaan Akuntan, Edisi revisi yang

memasukkan suplemen No.1 sampai dengan No.12 dan interpretasi No.1 sampai

dengan Nomor 2. Indonesia merubah nama Komite Norma Pemeriksaan Akuntan

menjadi Dewan Standar Profesional Akuntan Publik. Selama tahun 1999 Dewan

melakukan perubahan atas Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Agustus

1994 dan menerbitkannya dalam buku yang diberi judul “Standar Profesional

Akuntan Publik per 1 Januari 2001”. Lima Standar Profesi Akuntan Publik per 1

Januari 2001 :
1. Pernyataan Standar Auditing (PSA) yang dilengkapi dengan Interpretasi

Pernyataan Standar Auditing (IPSA).

2. Pernyataan Standar Atestasi (PSAT) yang dilengkapi dengan Interpretasi

Pernyataan Standar Atestasi (IPSAT).

3. Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review (PSAR) yang dilengkapi

dengan Interpretasi Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review

(IPSAR).

4. Pernyataan Standar Jasa Konsultasi (PSJK) yang dilengkapi dengan

Interpretasi Pernyataan Standar Jasa Konsultasi (IPSJK).

5. Pernyataan Standar Pengendalian Mutu (PSPM) yang dilengkapi dengan

Interpretasi Pernyataan Standar Pengendalian Mutu (IPSM).

B. Pengertian Standar Profesional Akuntan Publik

Standar Profesional Akuntan Publik (disingkat SPAP) adalah kodifikasi

berbagai pernyataan standar teknis yang merupakan panduan dalam memberikan

jasa bagi akuntan publik di Indonesia. SPAP dikeluarkan oleh Dewan Standar

Profesional Akuntan Publik Institut Akuntan Publik Indonesia (DSPAP IAPI).

C. Sepuluh Standar Auditing

Standar Auditing adalah sepuluh standar yang ditetapkan dan disahkan

oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), yang terdiri dari standar umum,

standar pekerjaan lapangan, dan standar pelaporan beserta interpretasinya.


Standar auditing merupakan pedoman audit atas laporan keuangan historis.

Standar auditing terdiri atas sepuluh standar dan dirinci dalam bentuk Standar

Perikatan Audit (SPA). Dengan demikian SPA merupakan penjabaran lebih

lanjut masing-masing standar yang tercantum di dalam standar auditing.

a) Standar Umum

1. Audit harus dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang mempunyai

keahlian dan pelatihan teknis yang memadai sebagai auditor.

2. Auditor harus mempertahankan mental dari segala hal yang berhubungan

dengan perikatan, independensi.

3. Auditor wajib menggunakan keahlian profesionalnya dalam

melaksanakan pelaksanaan audit dan pelaporan dengan cermat dan

seksama.

b) Standar Pekerjaan Lapangan

4. Sebagai tenaga professional maka seharusnya seluruh pekerjaan dapat

direncanakan dengan sebaik-baiknya dan apabila menggunakan asisten

maka harus disupervisi dengan semestinya.

5. Tak hanya memperhatikan standar auditing saja, pemahaman yang

memadai atas pengendalin intern sangat dibutuhkan untuk merencanakan

audit dan menentukan sifat.

6. Bukti audit yang kompeten harus diperoleh melalui inspeksi

pengamatan, permintaan keterangan dan konfirmasi sebagai dasar yang


memadai untuk dapat memberikan pernyataan pendapat atas laporan

keuangan yang diaudit.

c) Standar Pelaporan

7. Laporan Audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun

sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

8. Hasil laporan auditor harus menunjukkan, apabila ada ketidak

konsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan

keuangan periode berjalan dengan penerapan pada periode sebelumnya

9. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang

memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.

10. Laporan auditor harus memuat opernyataan pendapat mengenai laporan

keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan yang

demikian tidak bisa diberikan.

C. Kode Etik Profesi Akuntan Publik

Kode Etik Profesi Akuntan Publik (sebelumnya disebut Aturan Etika

Kompartemen Akuntan Publik) adalah aturan etika yang harus diterapkan oleh

anggota Institut Akuntan Publik Indonesia atau IAPI (sebelumnya Ikatan Akuntan

Indonesia – Kompartemen Akuntan Publik atau IAI-KAP) dan staf profesional

(baik yang anggota IAPI maupun yang bukan anggota IAPI) yang bekerja pada
satu Kantor Akuntan Publik (KAP).

1. Prinsip Etika 

a) Tanggung jawab profesi. Dalam melaksanakan tanggung jawabnya

sebagai profesional, setiap anggota harus senantiasa menggunakan

pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang

dilakukannya.

b) Kepentingan Publik Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa

bertindak dalam kerangka

c) Integritas. Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik,

Setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan

integritas setinggi mungkin.

d) Objektivitas. Setiap anggota harus menjaga obyektivitas dan bebas dari

benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.

e) Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional. Setiap anggota harus

melaksanakan jasa profesionalnya dengan kehati - hatian, kompetensi

dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan

pengetahuan dan keterampilan profesional pada tingkat yang diperlukan

untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh manfaat

dari jasa profesional yang kompeten berdasarkan perkembangan praktik,

legislasi dan teknik yang paling mutakhir.


f) Kerahasiaan. Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi

yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh

memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan,

kecuali bila ada hak atau kiewajiban profesional atau hukum untuk

mengungkapkannya.

g) Perilaku Profesional. Setiap Anggota harus berperilaku yang konsisten

dalam reputasi profesi yang baik clan menjauhi tindakan yang dapat

mendiskreditkan profesi.

h) Standar Teknis. Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya

sesuai dengan standar teknis dan standar profesional yang relevan.

Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati, anggota mempunyai

kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama

penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas clan obyektivitas.

2. Aturan Etika

a) Independensi, Integritas, Obyektivitas.

- Independensi. Dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus

selalu mempertahankan sikap mental independen didalam

memberikan jasa profesional sebagaimana diatur dalam standar

profesional akuntan publik yang ditetapkan oleh IAI. Sikap

mental independen tersebut harus meliputi independen dalam fakta

(in fact) maupun dalam penampilan (in appearance).


- Integritas dan Obyektivitas. Dalam menjalankan tugasnya, anggota

KAP harus mempertahankan integritas dan objektivitas, harus bebas

dari benturan kepentingan (conflict of interst) dan tidak boleh

membiarkan faktor salah saji material (material misstatement) yang

diketahuinya atau mengalihkan (mensubordinasikan)

pertimbangannya kepada pihak lain. 

b) Standar Umum dan Prinsip Akuntansi

1) Standar Umum

 Kompetensi profesional. Anggota KAP hanya boleh melakukan

pemberian jasa profesional yang secara layak (reasonable)

diharapkan dapat diselesaikan dengan kompetensi profesional.

 Kecermatan dan keseksamaan profesional. Anggota KAP wajib

melakukan pemberian jasa profesional dengan kecermatan dan

keseksamaan profesional.

 Perencanaan dan supervisi. Anggota KAP wajib merencanakan

dan mensupervisi secara memadai setiap pelaksanaan

pemberian jasa profesional.

 Data relevan yang memadai. Anggota KAP wajib memperoleh

data relevan yang memadai untuk menjadi dasar yang layak

bagi simpulan atau rekomendasi sehubungan dengan


pelaksanaan jasa profesionalnya.

2) Prinsip Akuntansi

Anggota KAP tidak diperkenankan:

 Menyatakan pendapat atau memberikan penegasan bahwa

laporan keuangan atau data keuangan lain suatu entitas disajikan

sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum atau

 Menyatakan bahwa ia tidak menemukan perlunya modifikasi

material yang harus dilakukan terhadap laporan atau data

tersebut agar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku,

apabila laporan tersebut memuat penyimpangan yang

berdampak material terhadap laporan atau data secara

keseluruhan dari prinsip-prinsip akuntansi yang ditetapkan oleh

badan pengatur standar yang ditetapkan IAI. Dalam keadaan

luar biasa, laporan atau data mungkin memuat penyimpangan

seperti tersebut diatas. Dalam kondisi tersbeut, anggota KAP

dapat tetap mematuhi ketentuan dalam butir ini selama anggota

KAP dapat menunjukkan bahwa laporan atau data akan

menyesatkan apabila tidak memuat penyimpangan seperti itu,

dengan cara mengungkapkan penyimpangan dan estimasi

dampaknya (bila praktis), serta alasan mengapa kepatuhan atas

prinsip akuntansi yang berlaku umum akan menghasilkan


laporan yang menyesatkan.

c) Tanggung Jawab kepada Klien

- Informasi Klien yang Rahasia

Anggota KAP tidak diperkenankan mengungkapkan informasi klien

yang rahasia, tanpa persetujuan dari klien. Ketentuan ini tidak

dimaksudkan untuk:

1) Membebaskan anggota KAP dari kewajiban profesionalnya sesuai

dengan aturan etika kepatuhan terhadap standar dan prinsip-prinsip

akuntansi.

2) Mempengaruhi kewajiban anggota KAP dengan cara apapun untuk

mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku seperti

panggilan resmi penyidikan pejabat pengusut atau melarang

kepatuhan anggota KAP terhadap ketentuan peraturan yang berlaku.

3) Melarang review praktik profesional (review mutu) seorang anggota

sesuai dengan kewenangan IAI atau

4) Menghalangi anggota dari pengajuan pengaduan keluhan atau

pemberian komentar atas penyidikan yang dilakukan oleh badan

yang dibentuk IAI-KAP dalam rangka penegasan disiplin anggota.

d) Tanggungjawab kepada Rekan Seprofesi

1) Tanggung jawab kepada Rekan Seprofesi


 Anggota wajib memelihara citra profesi, dengan tidak

melakukan perkataan dan perbuatan yang dapat merusak

reputasi rekan seprofesi.

 Anggota wajib berkomunikasi tertulis dengan akuntan publik

pendahulu bila akan mengadakan perikatan (engagement) audit

menggantikan akuntan publik pendahulu atau untuk tahun buku

yang sama ditunjuk akuntan publik lain dengan jenis dan

periode serta tujuan yang berlainan.

 Akuntan publik pendahulu wajib menanggapi secara tertulis

permintaan komunikasi dari akuntan pengganti secara memadai.

2) Perikatan Atestasi

 Akuntan publik tidak diperkenankan mengadakan perikataan

atestasi yang jenis atestasi dan periodenya sama dengan

perikatan yang dilakukan oleh akuntan yang lebih dahulu

ditunjuk klien, kecuali apabila perikatan tersebut dilaksanakan

untuk memnuhi ketentuan perundang-undangan atau peraturan

yang dibuat oleh badan yang berwenang.

e) Tanggungjawab dan Praktik Lain

- Perbuatan dan Perkataan yang Mendiskreditkan

1) Anggota tidak diperkenankan melakukan tindakan dan/atau


mengucapkan perkataan yang mencemarkan profesi. Iklan, Promosi,

dan Kegiatan Pemasaran Lainnya

2) Anggota dalam menjalankan praktik akuntan publik diperkenankan

mencari klien melalui pemasangan iklan, melakukan promosi

pemasaran dan kegiatan pemasaran lainnya sepanjang tidak

merendahkan citra profesi.

3.  Interpretasi Etika

Interpretasi Aturan Etika merupakan interpretasi yang dikeluarkan oleh

Badan yang dibentuk oleh Himpunan setelah memperhatikan tanggapan dari

anggota, dan pihak-pihak berkepentingan lainnya, sebagai panduan dalam

penerapan Aturan Etika, tanpa dimaksudkan untuk membatasi lingkup dan

penerapannya.

Pernyataan Etika Profesi yang berlaku saat ini dapat dipakai sebagai

Interpretasi dan atau Aturan Etika sampai dikeluarkannya aturan dan

interpretasi baru untuk menggantikannya. Kepatuhan Kepatuhan terhadap

Kode Etik, seperti juga dengan semua standar dalam masyarakat terbuka,

tergantung terutama sekali pada pemahaman dan tindakan sukarela anggota.

Di samping itu, kepatuhan anggota juga ditentukan oleh adanya pemaksaan

oleh sesama anggota dan oleh opini publik, dan pada akhirnya oleh adanya

mekanisme pemrosesan pelanggaran Kode Etik oleh organisasi, apabila

diperlukan, terhadap anggota yang tidak menaatinya. Jika perlu, anggota juga
harus memperhatikan standar etik yang ditetapkan oleh badan pemerintahan

yang mengatur bisnis klien atau menggunakan laporannya untuk

mengevaluasi kepatuhan klien terhadap peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

Anda mungkin juga menyukai