Anda di halaman 1dari 31

Magister Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Universitas Mulawarman
Samarinda
KEBIJAKAN DIVIDEN DAN FAKTOR
– FAKTOR YANG
MEMPENGARUHINYA
Samrotun, Yuli Chomsatu. 2015. Kebijakan Dividen dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya.
Jurnal Pradigma, Vol. 13 No. 1, Februari-Juli 2015: 92-103.

Oleh :
Achmad Rafii (2101028059)
Ermina Hagang
Supervisor Pembimbing :
Prof. dr. Farid Nur Mantu, Sp.B, Sp.BA (K) FICS
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh secara parsial dan simultan terhadap profitabilitas (return pada aset), likuiditas (rasio kas dan

rasio lancar), leverage (rasio utang terhadap ekuitas), pertumbuhan dan perusahaan ukuran pada kebijakan dividen. Hipotesis yang terbentuk adalah : 1)

Terdapat return on assets yang signifikan atas kebijakan dividen, 2) Ada signifikan cash ratio terhadap kebijakan dividen, 3) Ada signifikan rasio lancar pada

kebijakan dividen. 4) Terdapat debt to equity ratio yang signifikan terhadap kebijakan dividen. 5) Ada pertumbuhan yang signifikan pada kebijakan dividen. 6)

Terdapat ukuran perusahaan yang signifikan terhadap kebijakan dividen. 7) Ada signifikan return on assets, cash ratio, current ratio, debt to equity ratio, growth,

firm ukuran pada kebijakan dividen. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel return on aset, rasio kas, rasio lancar, rasio utang terhadap

ekuitas, pertumbuhan, dan ukuran perusahaan data terdistribusi normal, tidak terjadi multikolinearitas, autokorelasi, heteroskedastisitas. hasil uji t menunjukkan

variabel return pada aset, rasio lancar, dan rasio utang terhadap ekuitas berpengaruh terhadap kebijakan dividen, sedangkan variabel kas rasio, pertumbuhan,

dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen, sedangkan hasil uji F menunjukkan bahwa variabel bebas yang digunakan dalam

penelitian ini secara simultan atau bersama-sama mempengaruhi kebijakan dividen.


Latar Belakang
Perusahaan yang go public di Bursa Efek Indonesia (BEI) seringkali dihadapkan pada permasalahan penentuan
kebijakan dan pembayaran dividen, apakah manajemen akan mengambil keputusan dengan membagikan laba kepada
pemegang saham sebagai dividen dan apakah manajemen akan menahan dalam bentuk laba yang ditahan untuk
pembiayaan investasi di masa yang akan datang. Dividen merupakan laba bersih perusahaan yang sebagian dibagikan
kepada pemegang saham berdasarkan dengan proporsi kepemilikan saham yang dimiliki. Sinuraya, 1999 dalam
Hadiwidjaja, (2007 : 22) menyatakan bahwa faktor-faktor yang menentukan kebijakan dividen adalah 1) peraturan
hukum, 2) posisi likuiditas, 3) perlunya membayar kembali pinjaman (need to repay debt), 4) keterbatasan karena
kontrak pinjaman (restriction in debt contract), 5) tingkat perluasan harta (rate of asset expansion), 6) tingkat
keuntungan, 7) stabilitas keuntungan, 8) pintu pasaran modal (access to the capital market), 9) laba yang diperoleh
berusaha untuk dibayarkan kepada pemegang saham.
Deviden
Dividen merupakan laba bersih perusahaan yang sebagian dibagikan kepada pemegang saham berdasarkan dengan proporsi
kepemilikan saham yang dimiliki. Besaran nilai dan waktu pembayaran dividen berdasarkan pada Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS). Terdapat beberapa jenis dividen yaitu :
1. Dividen Kas (Cash Dividend)
2. Dividen Aktiva Selain Kas (Property Dividend)
3. Dividen Hutang (Scrip Dividend)
4. Dividen Likuidasi
5. Dividen Saham
Menurut Sundjaja dan Barlin (2010 : 382), dalam pembayaran dividen terdapat beberapa tahapan atau prosedur yaitu :
6. Tanggal pengumuman (date of declaration)
7. Cum-dividend date
8. Tanggal pencatatan pemegang saham (date of record)
9. Tanggal pemisahan dividen (ex-dividend date)
10. Tanggal pembayaran (date of payment)
Kebijakan Dividen
Kebijakan dividen merupakan sebuah keputusan yang diambil oleh perusahaan terkait
dengan dividen, apakah laba akan dibagi kepada pemegang saham atau investor dalam
bentuk dividen atau laba akan ditahan sebagai laba yang ditahan untuk pembiayaan
investasi di masa yang akan datang. Menurut Sundjaja dan Barlin (2010 : 388) terdapat
tiga jenis kebijakan dividen, yaitu :
1. Kebijakan Dividen Pembayaran Rasio Konstan.
2. Kebijakan Dividen Teratur.
3. Kebijakan Dividen Rendah Teratur dan Ditambah Ekstra.
Dividend Payout Ratio
Pengukuran kebijakan dividen yang diproksi oleh dividend payout ratio. Dividend payout ratio merupakan perbandingan
antara dividen yang dibayarkan dengan laba bersih yang didapatkan perusahaan. Semakin tinggi rasio pembayaran
dividen (dividend payout ratio) akan menguntungkan untuk pihak investor, tetapi tidak berlaku untuk perusahaan karena
akan memperlemah keuangan perusahaan, tetapi sebaliknya semakin rendah dividend payout ratio akan memperkuat
keuangan perusahaan dan akan merugikan para investor, karena dividen yang diharapkan investor tidak sesuai yang
diharapkan.

Stice, et al., 2005 dalam Sulistyowati, Anggraini, dan Utaminingtyas (2010 : 11) menyatakan bahwa dividend payout
rasio merupakan perbandingan antara dividen dengan laba bersih. Dividen merupakan tujuan utama investor dalam
melakukan investasi dalam bentuk saham, apabila besarnya dividen tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh investor
maka investor lebih cenderung tidak akan membeli saham atau menjual saham tersebut apabila ia telah memilikinya.
Return On Asset
Return On Asset (ROA) merupakan rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan di dalam
menghasilkan
keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang
dimiliki perusahaan. Semakin besar rasio ini,
menunjukkan kinerja perusahaan semakin baik,
karena tingkat kembalian investasi (return)
semakin besar.
Cash Ratio
Cash ratio merupakan salah satu ukuran
dari rasio likuiditas (liquidity ratio) yang
merupakan kemampuan perusahaan memenuhi
kewajiban jangka pendeknya (current liability)
melalui sejumlah kas (dan setara kas, seperti giro
atau simpanan lain di bank yang dapat ditarik
setiap saat) yang dimiliki oleh perusahaan.

Mollah, et al. (2000) dalam Risaptoko,


(2007 : 21) menunjukkan bahwa posisi cash
ratio merupakan variabel penting yang
dipertimbangkan oleh manajemen dalam
menentukan kebijakan dividen (dividend payout
ratio). Perusahaan yang menunjukkan kendala
pembayaran (kekurangan likuiditas)
mengarahkan manajemen untuk membatasi
pertumbuhan dividen (Sharaks, 2005) dalam
Arsanda, (2011 : 33). Sehingga, semakin
meningkatnya posisi cash ratio perusahaan juga
akan meningkatkan pembayaran dividen kepada
pemegang saham.
Current Ratio
Current ratio merupakan kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka
pendeknya melalui sejumlah aktiva lancar yang
dimiliki oleh perusahaan. Semakin tinggi
current ratio menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya (termasuk di dalamnya membayar
dividen yang terhutang). Sebagaimana cash
ratio, semakin tingginya current ratio juga dapat
meningkatkan keyakinan para investor untuk
Membayar dividen yang diharapkan oleh
investor.
Debt To Equity Ratio
Menurut Kasmir (2009 : 158) menyatakan
bahwa leverage merupakan rasio yang
digunakan untuk mengetahui seberapa besar
kemampuan perusahaan dalam membayarkan
seluruh kewajibannya (baik kewajiban jangka
pendek maupun jangka panjang). Rasio ini
mengukur seberapa jauh perusahaan dibiayai
oleh hutang, dimana semakin tinggi nilai rasio
ini menggambarkan gejala yang kurang baik
bagi perusahaan (Sartono, 2001 : 66). Apabila
suatu perusahaan menentukan bahwa pelunasan
utangnya akan diambilkan dari laba ditahan,
berarti perusahaan harus menahan sebagian
besar dari pendapatannya untuk keperluan
tersebut, hal ini berarti hanya sebagian kecil saja
yang pendapatan yang dapat dibayarkan sebagai
dividen (Riyanto, 1998) dalam Basuki (2012 :
30).
Growth
Growth menunjukkan pertumbuhan aktiva
dimana aktiva merupakan yang paling sering
digunakan untuk aktivitas operasional
perusahaan. Semakin cepat pertumbuhan
perusahaan membuat perusahaan membutuhkan
banyak biaya untuk membiayai pertumbuhannya
tersebut. Saxena (1999) dalam Risaptoko (2007
: 23) menyatakan bahwa dividend payout ratio
sangat penting dengan berbagai alasan antara
lain : Pertama, dalam penelitiannya Saxena
menemukan bahwa perusahaan menggunakan
dividen sebagai sebuah tanda mekanisme
keuangan yang dicerminkan kinerja perusahaan
kepada pihak luar sehubungan dengan stabilitas
dan prospek pertumbuhan dari perusahaan.
Kedua, dividen memegang peranan penting pada
struktur modal. Teori dari John Litner (1956)
dalam Risaptoko (2007 : 24) yang menyatakan
bahwa penentuan besarnya devidend payout
ratio akan menentukan besar kecilnya laba yang
ditahan. Setiap ada penambahan laba yang
Firm Size
Ukuran perusahaan merupakan salah satu
alat untuk mengukur besar kecilnya suatu
perusahaan. Ukuran perusahaan merupakan
faktor penting dalam pengambilan keputusan
investor untuk berinvestasi pada suatu
perusahaan, karena besar kecilnya suatu
perusahaan berpengaruh terhadap dividen yang
akan dibayarkan kepada investor. Smith dan
Watts (1992) dalam Chasanah (2008 : 23)
meyatakan bahwa dasar teori pada pengaruh dari ukuran (size) terhadap dividend payout ratio
sangat kuat.
Hipotesis
● Prevalensi perkiraan berada di kisaran 1:4000 sampai 1:7000 kelahiran
hidup.
● Amerika dan Perancis yang besar telah memberikan tingkat prevalensi
rata-rata masing-masing 1,92 dan 2,18 per 10.000 kelahiran hidup yang
dominan pada neonatus laki-laki.
● Di Maroko, dibandingkan dengan malformasi kongenital lain, tingkat
prevalensi omfalokel yang dilaporkan adalah 1% dari malformasi
kongenital untuk jangka waktu 8 tahun.
● Di Kongo, rekam medis mencatat dari 430 malformasi kongenital yang
terlihat di layanan Pediatrik selama 5 tahun menunjukkan empat kasus
omfalokel pada bayi lahir hidup, yaitu, prevalensi 0,93% malformasi
kongenital.
● Rasio jenis kelamin pria dan wanita adalah 1:1.
Diagnosis dan isi omfalokel
• Penctiraan memberikan identifikasi omfalokel dari
periode antenatal awal dengan pemeriksaan
ultrasound fetus (pada 67,2% kasus) di trimester
pertama dan kedua (sejak usia gestasi 12-14
minggu dan selanjutnya) atau menggunakan MRI
(magnetic resonance imaging), CT-Scan, dan
• Serum maternal alfa-fetoprotein dan kadar
rontgen neonatus.
asetilkolinesterase pada cairan amnion (air ketuban)
diganakan untuk penapisan (screening) omfalokel
pada periode antenatal. Tes ini dapat menunjukan
kenaikan kadar dari biomarker tersebut. Analisis
genetik (untuk kepentingan penelitian) dianjurkan,
terutama kariotipe dan chromosomal microarray.
Diagnosis dan isi omfalokel
• Gambaran omfalokel memiliki karakteristik seperti pada Gambar. 1 dan 2 : terdapat hernia yang mengandung organ
dalam abdomen yang tertanam dalam cairan amnion, dilapisi kantung tipis yang merupakan membran amnion
(eksterna) dan peritoneum (interna) dengan Wharton’s jelly diantara kedua komponen tersebut. Tali pusat melekat
secara abnormal pada kantung omfalokel. Organ yang keluar didominasi usus (Gambar. 2), liver, atau limpa dan
pancreas diobservasi pada salah satu fetus (Gambar. 1b dan 2b), jarang ditemukan kolon, ovarium, atau lambung.
Gambar. 1 Omfalokel sentral intak. a Omfalokel terisolasi pada bayi laki-laki lahir hidup dari Congo (sebelum dilakukan
pembedahan): omfalokel berukuran sedang tertutupi kantung tipis (OS) membran yang mengandung cairan amnion (AF,
kuning) dan usus. Tali pusat (UC) melekat pada omfalokel. b Omfalokel pada fetus laki-laki dari Prancis: omfalokel
berukuran sedang (OS) terdapat limpa (R), tertutupi kantung bening yang terdiri dari membran amnion, peritoneum yang
bersatu dan Wharton’s jelly diantara membrannya. Tali pusat melekat pada omfalokel.
Anomali kongenital terkait
• Omfalokel terkadang dikaitkan dengan kondisi malformasi kongenital lain yang meningkatkan mortalitas neonates dan

defek tampaknya lebih banyak terjadi pada jenis kelamin laki-laki. Prevalensi anomali terkait adalah pada 31 hingga

50% omfalokel atau lebih (63 hingga 80%).

• Gangguan dapat berupa : Defek tabung saraf (anencephaly, holoprosencephaly, spina bifida dan orbit rudimenter),

sumbing pada palatum, arteri umbilikalis tunggal, anomali cairan ketuban (oligoamnion atau polihidramnion). Anomali

terkait lainnya termasuk defek kardiovaskular (paling umum hingga 40%), pencernaan (seperti divertikulum Meckel),

anomali metabolik, muskuloskeletal atau urogenital (misalnya mikropenis dan ginjal multikistik).

• Sehubungan dengan anomali yang terkait ini, pemeriksaan fetopatologi (untuk fetus) dan pemeriksaan klinik yang

lengkap untuk neonates dibutuhkan.


Asal genetik
• Penyakit genetik dan sindrom polimalformatif biasanya terdiagnosis pada janin dan neonatus dengan omfalokel.

• Dalam kebanyakan kasus (28 sampai 50%), omfalokel terisolasi dan dianggap sebagai sporadis dan jarang berulang.

• Dalam kebanyakan kasus (lebih dari 50%), malformasi terkait dengan berbagai patologi dan dapat menjadi tanda

gangguan genetik. Faktor risiko genetik adalah yang paling umum: pertama aberasi kromosom, kedua sindrom genetik,

dan ketiga sindrom polimalformatif.


Penyimpangan kromosom
• Penyimpangan kromososm terlibat pada 38-67% pada kasus omfalokel terutama aneuploid.

• Sebagian besar adalah sebagai berikut :

 Trisomi 18 yang menempati urutan pertama (22 hingga 89% janin mengalami omfalokel) dan

 Trisomi 13 yang gambaran klinisnya ditunjukkan oleh Gambar. 2 (trisomi yang dikonfirmasi oleh kariotipe tidak

ditunjukkan).

• Kompilasi data anomali kromosom dari literatur (Tabel. 1) memberikan insiden rata-rata 77,2% untuk trisomi 18 dan

11,4% untuk trisomi 13, sesuai dengan data yang dipublikasikan. Dapat dicatat bahwa anomali kromosom lebih terkait

dengan omfalokel sentral. Penyimpangan kromosom lain yang dapat diidentifikasi misalnya: triploidi; monosomi X

(sindrom Turner); 47, XXY (sindrom Klinefelter); trisomi 16 dan 21 (kontributor sangat rendah); trisomi parsial seperti

dup (1q), dup (3q), dup (4q), dup (5p), dup (6q), dup (11p), dup (15q23), dup (17q) atau penghapusan seperti del (1q) ,

del (9p); inv (11).


Penyimpangan kromosom
Sindrom genetik
• Bentuk omfalokel familial yang terjadi pada lebih dari 2 generasi (membutuhkan konseling genetik) dilaporkan. Cara

pewarisan dapat berupa autosomal dominan, autosomal resesif atau sifat terkait-X. Sindrom yang paling umum adalah

sindrom Beckwith-Wiedemann (BWS), terlihat pada 3 hingga 22% omfalokel.

• BWS adalah disomi uniparental paternal (UPD) dari wilayah tercetak 11p15, diwarisi secara resesif autosomal. Kondisi

terakhir menghubungkan gambaran klinis berikut: polihidramnion, makrosomia, makroglosia, viseromegali, defek

dinding perut, kelainan telinga luar dan hipoglikemia (pada neonatus).

• UPD dari paternal (ayah) dilaporkan terletak pada regio 14q32. Hal ini merujuk pada sindrom Kagami-Ogata yang

diwariskan pada mode dominan autosomal. Tanda-tanda klinis meliputi: fasies yang khas, toraks kecil, defek dinding

abdomen, plasentomegali dan polihidramnion (OMIM # 608149).


Sindrom genetik
• Sindrom genetik lain yang terkait dengan omfalokel misalnya: sindrom lissencephaly Miller-Dieker (microcephaly,

lissencephaly, otak kecil, penghapusan pada pita 17p13.3 yang diwariskan pada mode autosomal dominan)

• Sindrom Pallister-killian (wajah dismorfik kasar, keterbelakangan mental, kelainan kulit, tetrasomi 12p); Meckel-

Grumber (ensefalokel oksipital, polidaktili postaksial, ginjal displastik multikistik, diwariskan pada mode resesif

autosomal); Sindrom Goltz (sifat dominan terkait-X) dan sindrom Marshall-smith.


Sindrom polimalformatif
• Omfalokel mungkin merupakan bagian dari sindrom polimalformatif morbid, berulang pada beberapa keluarga.

• Diantaranya adalah kompleks OEIS (3% dari omfalokel) yang merupakan kombinasi dari defek berikut: omfalokel

hipogastrik, ekstrofi kandung kemih, anus imperforata dan spina bifida).

• Polimalformati morbid lain adalah pentalogi Cantrell yang mengaitkan omfalokel epigastrium, hernia diafragma,

agenesis atau sternum bifida, ektopia jantung (atau ektopia cordis) dan defek intra-jantung.

• Kasus familial Prune Belly (sindrom Eagle-Barrett) yang diturunkan secara resesif autosomal telah dilaporkan dan

daerah kromosom yang diidentifikasi adalah 1q41-q44 dan 11p11

• Fenotip meliputi: defisiensi otot perut, kriptorkismus dan malformasi saluran kemih, juga berhubungan dengan

omfalokel.

• Secara umum, omfalokel yang berasal dari asal genetik berukuran kecil (seringkali isi usus) dan anomali terkait lebih

sering.
Mutasi gen
• Beberapa gen (MalaCards 2019, 2013 GRCh38/hg38) diindeks dalam terjadinya omfalokel, di antaranya CDKN1C

(cyclin dependent kinase inhibitor 1C) atau P57kip2 , sebuah gen yang dicetak dengan ekspresi maternal (ibu),

dipetakan pada wilayah tercetak 11p15.4. Gen tersebut terlibat dalam siklus sel dan bertindak sebagai pengatur negatif

proliferasi sel. Mutasi CDKN1C menyebabkan BWS terkait dengan omfalokel.

• Alx4 (Aristaless-like Homeobox 4) terletak di pita kromosom 11p11.2, milik keluarga homeobox. Ini memainkan peran

penting dalam perkembangan tulang dan kulit dan diekspresikan tinggi dalam otot rangka dan polos. Gangguan pada

Alx4 menyebabkan omfalokel pada tikus.

• FGFR1dan FGFR2 (reseptor faktor pertumbuhan fibroblas 1 dan 2) adalah protein kinase tirosin yang masing-masing

terletak pada 8p11.23 dan 10q26.13. Mereka berperan dalam regulasi perkembangan embrio dan diekspresikan dalam

ektoderm dinding perut.


Mutasi gen
• Kedua mutasi kondisional mereka juga menghasilkan omfalokel pada tikus. Peneliti melaporkan gen kerentanan lain

untuk omfalokel (MalaCards 2019; 2013 GRCh38/hg38) pada Tabel 2.

• Peneliti juga menyebutkan bahwa ada penyebab lain selain genetik, yang diindeks dalam terjadinya omfalokel,

misalnya: orang tua sedarah, obesitas, usia ibu (muda atau lanjut), kehamilan ganda, vitamin larut air dan kofaktor (asam

folat, vitamin B kompleks). ), faktor lingkungan, asupan obat antitiroid oleh ibu, antiepilepsi (asam valproat) dan

alkohol (Mala Cards 2019).


Mutasi gen
Pengobatan

• Mengenai pengobatan omfalokel, kondisi ini merupakan keadaan darurat medis dan bedah ketika bayi baru lahir

masih hidup dan tergantung pada ukuran defeknya. Dua jenis penutupan bedah diusulkan: penutupan primer (segera

setelah lahir) untuk omfalokel berukuran kecil dan penutupan tertunda untuk omfalokel berukuran besar.
Prognosis
• Anomali kongenital terkait, ruptur kantung dan ukuran omfalokel menentukan prognosis bayi baru lahir. Omfalokel

diklasifikasikan sebagai defek kecil atau besar dan ada banyak klasifikasi anatomi yang menentukan prognosis.

Klasifikasi yang paling banyak digunakan adalah klasifikasi Aitken.

• Ndour dkk. melaporkan dalam temuan mereka, tingkat kematian keseluruhan 45,3% (kurang umum pada defek

terisolasi). Dalam satu studi Nigeria, omfalokel menyumbang 18,3% dari patologi bedah neonatal dan tingkat kematian

pasca operasi adalah 26%, sementara itu 15% dalam satu penelitian yang diterbitkan Maroko.

• Agen topikal digunakan sebelumnya, untuk mempromosikan eskarifikasi dan epitelisasi kantung omfalokel. Pendekatan

terapeutik tampaknya kontroversial (dapat mengurangi angka kematian dalam beberapa kasus dan dapat meningkatkan

angka kematian dalam kasus lain.


Kesimpulan
• Tulisan ini terutama didasarkan pada ulasan, menunjukkan kelainan genetik; penyimpangan kromosom dominan

(aneuploidi) adalah yang sering menyebabkan omfalokel. Jadi kariotipe janin atau neonatus direkomendasikan

dilakukan terakhir.

• Anomali kongenital tambahan, riwayat omfalokel pada keluarga, dan usia ibu lanjut (diindeks dalam terjadinya

aneuploidi) dapat memberikan informasi pada dokter dalam mencari penyakit genetik yang dapat memerlukan konseling

genetik pada kasus yang diturunkan dan berulang.


Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai